9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis pada hakikatnya adalah menuangkan buah pikiran atau gagasan ke dalam sebuah media tulis melalyui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, jelas, dan mampu merepretasikan hal-hal yang dimaksud oleh pikiran, sehingga buah pikiran tersebut mampu dikomunikasikan kepada pembaca dengan jelas (Brown, 2001). Menulis menjadi media komunikasi yang dapat menghubungkan ruang dan waktu. Kegiatan menulis menjadi kursial dalam kehidupan manusia. Menulis tidak lagi dilihat sebagai cara untuk merekam pikiran, perasaan, dan ide-ide, tetapi juga sebagai sarana utama menghasilkan dan mengeksplorasi pikiran dan ide-ide baru (Kern, 2014). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 1497), pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan ide si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud penulis bisa diketahui banyak orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan idenya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya. Menulis adalah kegiatan komunikasi antara penulis dan pembaca, sebuah rancana, hasil dari pemikiran, imajinasi, mengingat, mengkoleksi seluruh data 1 Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/8587/2/GUSTI SEKTYAWARDANI_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis pada hakikatnya adalah menuangkan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis pada hakikatnya adalah menuangkan buah pikiran atau gagasan ke

dalam sebuah media tulis melalyui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh,

lengkap, jelas, dan mampu merepretasikan hal-hal yang dimaksud oleh pikiran,

sehingga buah pikiran tersebut mampu dikomunikasikan kepada pembaca dengan

jelas (Brown, 2001). Menulis menjadi media komunikasi yang dapat

menghubungkan ruang dan waktu. Kegiatan menulis menjadi kursial dalam

kehidupan manusia. Menulis tidak lagi dilihat sebagai cara untuk merekam pikiran,

perasaan, dan ide-ide, tetapi juga sebagai sarana utama menghasilkan dan

mengeksplorasi pikiran dan ide-ide baru (Kern, 2014).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 1497), pengertian menulis

adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat)

dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan ide si penulis ke dalam bentuk tulisan,

sehingga maksud penulis bisa diketahui banyak orang melalui tulisan yang

dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan idenya ke dalam sebuah

tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan

demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain.

Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang

penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya.

Menulis adalah kegiatan komunikasi antara penulis dan pembaca, sebuah

rancana, hasil dari pemikiran, imajinasi, mengingat, mengkoleksi seluruh data

1

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

2

informasi, tulisan menyatukan ruang dan waktu (Moore-Hart, 2010). Abidin (2012)

berpendapat bahwa menulis adalah sebuah proses berkomunikasi secara

tidaklangsung antara penulis dan pembaca. Sebuah tulisan dibuat untuk dipahami

maksud dan tujuannya sehingga proses yang dilakukan tidaklah sia-sia. Dalam sudut

pandang lain menulis dapat pula dikatakan sebagai kegiatan mereaksi, artinya

menulis adalah proses mengemukakan pendapat atas dasar masukan yang diperoleh

penulis dari berbagai sumber gagasan yang tersedia.

Hyland (2004) menjelaskan bahwa menulis merupakan kemampuan yang

sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Oleh karena itu, guru sangat perlu

menyampaikan materi atau pengetahuan tentang menulis kepada para peserta

didiknya. Menulis bukan hanya sekedar untuk komunikasi tetapi juga sebagai

penyelesaian tugas yang bermakna dalam pembelajaran, pemikiran dan

mengorganisir pengetahuan atau gagasan. Dengan kata lain, menulis adalah suatu

aktivitas kompleks yang menyertakan beberapa langkah-langkah (Widodo, 2008)

Nunan (2003) menjelaskan kegiatan menulis dapat didefinisikan sebagai

berikut: (1) kegiatan menulis adalah suatu kegiatan yang berupa fisik dan tindakan

mental. Pada tingkat yang paling dasar menulis adalah tindakan fisik menuangkan

kata-kata atau ide untuk beberapa media, menulis adalah pekerjaan mental yang

menciptakan ide-ide, berpikir tentang bagaimana mengekspresikan kata-kata dan

mengorganisir kosakata ke dalam laporan atau dalam bentuk paragraf yang akan

jelas bagi pembaca, (2) tujuan menulis adalah untuk mengekspresikan dan terkesan.

Penulis memiliki posisi sebagai tuan yang mengekspresikan keseluruhan gagasan

yang dimilikinya, sedangkan pembaca diposisikan sebagai penonton atau penerima

informasi yang sedang disampaikan penulis dalam bentuk tulisan, (3) kegiatan

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

3

menulis merupakan sebuah proses dan produk. Penulis membayangkan, mengatur,

membuat draft, mengedit, membaca dan membaca ulang. Proses penulisan sering

berubah dan kadang-kadang tidak teratur. Oleh karena itu, kegiatan menulis

membutuhkan suatu proses yang dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan.

Menulis menurut Djago Tarigan ( 1995: 117) berarti mengekspreikan secara

tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal

itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimengerti orang lain atau

pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur,sistematis, sederhana, dan

mudah dimengerti. Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan (gagasan,

perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Sebagai salah satu

bentuk komunikasi verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai

pesan. Menurut (Yunus 2007: 1.3) menulis didefinisikan sebagai suatukegiatan

penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat

atau medianya.

Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau

melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca

lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran

grafik tersebut. Pada hakikatnya penulis juga memiliki kekurangan karena ia tidak

dapat memperoleh masukan langsung dari pembaca dan terkadang tidak

memperoleh masukan sama sekali, Hermer (dalam Aziez, 2015 : 174).

Dari beberapa pendapat diatas, maka penulis menyimpilkan bahwa menulis

merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis.

Hasil dari kreatif menulis ini biasa disebut dengan istilah tulisan atau teks.

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

4

Menulis sendiri bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kita. Ada banyak

manfaat yang dapat diambil dari menulis. Manfaat itu diantaranya dalam hal

peningkatana kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, penumbuh

keberanian serta pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Namun, aktivitas menulis atau sebagian orang menyebutnya mengarang tidak

banyak menyukainya.

Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah

tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan

keterampilan yang sukar dan kompleks.M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya

mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan

gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988: 273)

menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas

menghasilkan bahasa.

Maka sebagai guru harus selalu memotivasi peserta didiknya untuk mau

menulis. Apalagi menulis adalah salah satu cara kita untuk menuangkan ide yang

ada dalam pikiran kita. Pada materi kelas X Kurikulum 2013 atau yang biasa kita

sebut dengan "KURTILAS" ada 10 teks yang harus dipelajari, salah satunya yaitu

teks negosiasi. Teks negosiasi adalah materi yang sangat baru bagi peserta didik.

Pada Kurikulum Teks Satuan Pendidikan (KTSP) belum pernah membahas

penulisan teks negosiasi. Namun, di kurikulum yang baru ini, yakni Kurikulum

2013 (Kurtilas) penulisan teks negosiasi mulai dipelajari. Memulai sesuatu yang

baru bukanlah hal yang mudah. Walaupun menulis itu sudah biasa dilakukan,

seperti menulis paragraf narasi, paragraf argumentasi, dialog drama dan lain-lain.

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

5

Penulisan teks negosiasi menjadi menarik apabila ada metode yang tepat,

yang digunakan oleh guru. Dengan menggunakan metode Problem Based Learning

(PBL), siswa diharapkan akan lebih mudah dalam menulis sebuah teks negosiasi.

Karena kendala yang sangat sering dihadapi oleh siswa adalah tidak adanya ide

untuk memulai menulis sebuah teks.

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

menghasilkan suatu perubahan positif yang dalam diri siswa sedang menuju

kearah yang lebih baik. Di dalam kegiatan pembelajaran interaksi yang terjadi

antara guru dan siswa sangat penting, selain itu juga ada unsur kurikulum, bahan

ajar, evaluasi, interaksi dan prestasi. Guru sebagai seorang pengajar memiliki tugas

sebagai perancang dari peristiwa pengajaran yang juga sekaligus sebagai penilai

terhadap proses belajar. Guru sebagai perancang kegiatan pengajaran, memilki

peranan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan pemusatan

perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Salah satu diantaranya guru

harus dapat memilih suatu metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi yang

akan diajarkan. Apabila metode yang diterapkan kurang sesuai, akan terjadi suatu

bentuk kebosanan dari siswa dan cenderung akan diperoleh hasil kurang sesuai

dengan harapan. Selama ini proses pembelajaran di SMA Negeri 3 Purwokerto

khusunya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih sangat kurang karena

proses pembelajaran masih berfokus pada guru yang menyebabkan siswa bosan

dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, dan cenderung susah dalam

berbicara masih banyak yang malu-malu dan takut dalam berbicara.

Siswa sering sekali merasa kesulitan menemukan tema atau topik sebagai

bahan untuk latihan berbicara. Masalah atau topik yang dibicarakan sering sekali

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

6

tidak relevan dengan masalah yang didengar ataupun dilihat siswa. Faktor-faktor

tersebut yang akhirnya membuat siswa lemah dalam hal keterampilan berbicara

dan menjadikan siswa kurang berpikir kritis begitu pula di lingkungan

kehidupannya, siswa kurang bisa berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik.

Dilihat dari masalah-masalah di atas, dibutuhkan perbaikan dalam pembelajaran

berbicara yang dapat mendorong siswa secara keseluruhan dapat berbicara di

depan ataupun di antara teman-temanya. Salah satu model pembelajaran yang

menunjang siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan membantu

siswa menemukan sendiri pengalaman belajarnya adalah diskusi.

Penelitian ini penting untuk dilaksanakan agar siswa lebih mampu dalam

berbicara, tidak malu-malu dan takut lagi, karena berbicara itu sangat penting

dalam kehidupan sehari-hari, jika siswa dalam berbicara masih takut dan tidak

berani maka pertumbuhan bakat siswa juga akan terhambat. Siswa akan cenderung

diam dan tidak aktif dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan, maka rumusan masalah

dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah metode Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap

kemampuan menulis?

2. Apakah metode Problem Based Learning (PBL) berpengaruh pada

kemampuan berbicara?

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh metode Problem Based Learning (PBL) terhadap

kemampuan menulis teks negosiasi pada siswa kelas X di SMA Negeri 3

Purwokerto.

2. Mengetahui pengaruh metode Problem Based Learning (PBL) terhadap

kemampuan berbicara teks negosiasi pada siswa kelas X di SMA Negeri 3

Purwokerto.

D. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

Di dalam penelitian ini ada tiga variabel. Variabel yang pertama yaitu

metode dalam pembelajaran menggunakan Problem Based Learning (PBL). PBL

disebut variabel bebas (X) atau variabel penentu dikarenakan variabel tersebut

akan menentukan variabel-variabel lainnya. Variabel yang kedua yaitu menulis

(Y1), menulis dipengaruhi oleh metode PBL, diharapkan dengan adanya metode

PBL kemampuan menulis siswa akan semakin meningkat. Variabel yang ketiga

yaitu berbicara (Y2) sebagai variabel terikat. Y2 mengacu pada kedudukan metode

PBL yang akan dipengaruhi oleh kemampuan menulis.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh

manfaat sebagai beikut.

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

8

a. Penelitian ini dapat mengetahui pengaruh metode Problem Based Learning

(PBL) terhadap kemampuan menulis di dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas X SMA Negeri 3 Purwokerto.

b. Penelitian ini dapat mengetahui pengaruh metode Problem Based Learning

(PBL) terhadap kemampuan berbicara di dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas X SMA Negeri 3 Purwokerto.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi yang diberikan dari

penelitian ini, antara lain sebagai berikut.

a. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa

tentang metode pembelajaran yang digunakan. Diharapakan metode

Problem Based Learning dapat sebagai panduan untuk meningkatkan

kemampuan menulis dan berbicara teks negosiasi

b. Bagi Guru

Secara umum, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru

sebagai rujukan untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan menulis

dan berbicara siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Di sisi lain

guru juga dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk

mengembangkan metode Problem Based Learning (PBL) sebagai referensi

pembelajaran membaca pemahaman dan motivasi belajar peserta didiknya

secara sederhana.

c. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi kepala

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017

9

sekolah terutama sebagai masukan dengan penerapan metode Problem

Based Learning (PBL) pada pembelajaran menulis dan berbicara teks

negosiasi. Acuan tersebut dapat digunakan sebagai sebuah referensi dalam

melakukan penilaian kondisi siswa dan sejauhmana kemampuan guru

dalam mengatasi masalah di dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu,

diharapkan Kepala Sekolah dapat membantu siswa mengembangkan

potensinya secara prima, salah satu persoalan penting yang harus

dipikirkan adalah bagaimana menciptakan suasana pembelajaran di

sekolah agar mampu membuat peserta didik menjadi tidak kesulitan untuk

dapat menulis dan berbicara teks negosiasi dengan menggunakan metode

Problem Based Learning (PBL) sekaligus menstimulasi mereka

mengembangkan motivasi dalam belajar.

Pengaruh Metode Problem...Gusti Sektyawardani, Program Pascasarjana Ump, 2017