Author
trinhtruc
View
219
Download
0
Embed Size (px)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi terutama di bidang komputer dan internet
telah banyak memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Namun
dampak positif tersebut tidak berlangsung demikian, di sisi lain timbul
pikiran pihak-pihak lain yang dengan itikad tidak baik mencari keuntungan
dengan melawan hukum, yang berarti melakukan pelanggaran dan
kejahatan.1 Sebab komputer dan internet dapat dengan mudah dieksploitasi
oleh orang yang ahli dibidangnya.
Komputer dan internet pada awal mulanya hanya digunakan untuk
kepentingan kekuasaan. Pada tahun 1970-an kalangan akademis mulai
menggunakan internet sebagai jaringan komputer yang dapat
menghubungkan lembaga-lembaga akademis dalam universitas. Namun
dalam perjalanannya, internet saat ini sudah dapat dinikmati oleh semua
kalangan, baik kalangan elite maupun biasa.2
Dari sekian banyak sisi gelap yang ada dalam internet, yang paling
banyak mendapat perhatian adalah perbuatan kejahatan yang sering
dilakukan oleh seorang peretas khususnya cracking. Fenomena cracker
dalam tahun-tahun terakhir ini memang mencemaskan karena mereka telah
1Ninik Suparni, CYBERSPACE Problematika & Antisipasi Pengaturannya, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), 1.
2Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
menggunakan keahliannya untuk melakukan kejahatan. Cracker dengan
aktivitas crackingnya mempunyai sejarah yang panjang, tetapi berdasarkan
catatan, cracking yang dilakukan oleh cracker pertama kali dilakukan pada
tanggal 12 Juni terhadap The Spot dan tanggal 12 Agustus 1995 terhadap
Cracker Movie Page.
Kejahatan cracking pada umumnya terdapat kesulitan untuk
pembuktiannya karena mengingat karakteristik dari cracking terjadi secara
non fisik dan lintas negara. Sebelum adaanya peraturan khusus yang
mengatur tentang hukuman bagi seorang cracker, aparat penegak hukum
menggunakan pasal pasal KUHP seperti pasal pencurian dan pemalsuan
untuk menjerat para cracker.
Saat ini masalah cyber crime semakin memperihatinkan dan dampak
negatifnya semakin nyata. Pemerintah secara tegas telah mengambil
langkah nyata membendung arus cybercrime dan kejahatan sejenisnya,
dengan membentuk Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-undang tersebut yang telah
disahkan dan diundangkan pada tanggal 25 November 2016 diharapkan
dapat menjadi sebuah Undang-undang cyber guna menjerat pelaku-pelaku
cyber crime yang tidak bertanggung jawab dan menjadi sebuah payung
hukum bagi masyarakat pengguna teknologi informasi guna mencapai
sebuah kepastian hukum. khusus untuk kejahatan cracking dapat dijerat
menggunakan pasal tersebut karena termasuk dalam illegal acces.3
3UU ITE Pasal 31 ayat 1 dan 2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Perbuatan yang dilakukan oleh para cracker di dalam dunia maya
termasuk pencurian benda non fisik yang objeknya adalah website yang di
dalamnya terdapat software-software maupun informasi lainnya baik
berupa data penting dan lain sebagainya tergantung apa yang disimpan di
website tersebut. Adapun sistem operasionalnya secara umum seorang
cracker mencuri data di internet dengan cara:
1. Footprinting (Pencarian Data) : Kegiatan pencurian data berupa
menentukan ruang lingkup atau menyeleksi jaringan atau mengintai
jaringan.
2. Scanning (Pemilihan Sasaran) : Lebih bersifat aktif terhadap sistem
sasaran untuk mencari apakah ada kelemahannya.
3. Enumerasi (Pencarian Data Mengenai Sasaran) : Tahapan ini sudah
sangat bersifat intrusif (mengganggu) terhadap suatu sistem.
4. Gainning acces : Telah menetapkan akses ilegal terhadap suatu
sistem.4
5. Escalating privilege : Menaikkan atau mengamankan suatu posisi.
Pada tahap ini berusaha untuk naik kelas menjadi admin.
6. Pilfering : Proses pencurian suatu data.
7. Covering tracks : Menutup jejak.
8. Creating backdoors : Membuat jalan pintas agar mudah untuk masuk
kembali di lain waktu.
9. Denial of service : Yaitu proses melumpuhkan data.5
4 http://dephu.blogspot.co.id/2009/04/pertemuan-13-anatomi-suatu-serangan.html (Diakses pada
tanggal 19 April 2017 pukul 11.08)
http://dephu.blogspot.co.id/2009/04/pertemuan-13-anatomi-suatu-serangan.html
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Membahas masalah aturan hukum cyber crime yang terjadi di
Indonesia, saat ini telah digunakan aturan perundang-undangan yang
mengatur khusus tentang cyber crime tersebut. Adapun perbuatan cracking
secara implisit diatur dalam pasal 30 ayat (3) jo pasal 46 ayat (#3). Salah
satu pasal Undang-undang tersebut tentang ketentuan pidana, pasal 46 ayat
(3) menyebutkan setiap orang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
dalam pasal 30nayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8
(delapan) tahun dan/atau denda paling banyak 800 juta rupiah.
Cyber crime dalam bentuk cracking ini adalah identik dengan
perbuatan penipuan tradisional, hanya saja yang membedakan adalah
cracking menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi dalam
melaksanakan kejahatannya. Sedangkan dalam hukum pidana Islam tidak
ada nas} yang menjelaskan hukuman bagi kejahatan cracking tersebut.
Dalam hukum pidana Islam, pelaku tindak pidana (jari>mah) dihukum
sesuai dengan adanya aturan, karena dalam kaidah bahwa tidak ada
jarimah (tindak kejahatan) dan tidak ada hukuman tanpa adanya nas}
(aturan). Hukuman dalam hukum pidana Islam bila ditinjau dari segi
terdapat atau tidak terdapat nas}nya dalam Al-Quran dan hadis, dapat
dibagi menjadi dua:6
5 Ibid
6 A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1997), 28.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
1. Hukuman yang ada nas}nya, yaitu h}udu>d, qis}a>s} dan kafa>rat. Misalnya,
hukuman bagi pezina, pencuri, perampok, pembunuh, dan orang yang
mendhihar istrinya.
2. Hukuman yang tidak ada nas}nya, hukuman ini disebut dengan
hukuman tazi >r, seperti percobaan melakukan tindak pidana, tidak
melaksanakan amanah, sanksi palsu dan melanggar aturan lalu lintas.
Dalam hukum pidana Indonesia, hampir semua penetapan hukuman
menerapkan jari>mah tazi >r, karena sifatnya yang lebih umum dan elastis.
Demikian pula dalam kasus-kasus yang apabila dilakukan dapat merugikan
kepentingan umum, semua itu diatur dan ditegaskan dalam jari>mah tazi >r,
yaitu semua jari>mah yang jenisnya dan sanksinya diserahkan sepenuhnya
kepada penguasa demi tegaknya kemaslahatan umat dengan berdasarkan
keadaan nilai keadilan.7
Kejahatan pembobolan website dan software terjadi atas beberapa
faktor, faktor itu baik berasal dari diri si pelaku kejahatan seperti iseng dan
balas dendam maupun faktor diluar diri si pelaku seperti kurang amannya
jaringan sistem elektronik di Indonesia. Pelaku cracking memiliki modus
yang berbeda dengan pelaku kejahatan lainnya. Hal ini dikarenakan tempat
terjadinya kejahatan pembobolan website dan software dengan kejahatan
lain berbeda. Kejahatan pembobolan website terjadi di dunia maya,
sehingga menyebabkan modus pelaku kejahatan jenis ini mengandalkan
teknologi dalam aksinya. Kejahatan dalam bentuk apapun baik
7 Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Cet. Ke-1,(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004),7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
konvensional maupun melalui media internet sering disebut dengan istilah
cyber crime, tidak akan lepas dari hukuman, karena mengganggu ketertiban
umum yang sangat dipelihara oleh Islam. Seiring dengan itu dalam hukum
positif dikenal dengan adagium setiap kejahatan tidak boleh berlalu tanpa
hukuman (aut punere aut de dere,nullum crimen sine poena).8
Dari berbagai pemaparan diatas penulis merasa tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai cracking karena sebagaimana penulis
ketahui, belum ada peraturan baik dalam hukum positif maupun hukum
Islam yang secara spesifik membahas tentang kejahatan cracking. Dalam
skripsi ini penulisan mencoba mengkaji pasal pasal dalam Undang
Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE yang berkaitan dengan
cracking untuk diuraikan dan melihat bagaimana perspektif hukum Islam
terhadap cracking Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Kejahatan
Cracking dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi
Dan Transaksi Elektronik
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka teridentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Macam macam bentuk kejahatan cracking
2. Unsur unsur tindak pidana cracking
3. Cracking termasuk kejahatan cyber crime yang jenis tindak pidanya
sulit terdeteksi
8http://id.wiktionary.org/wiki/adagium. (Diakses pada tanggal 31 Maret 2017 pukul 14.08)
http://id.wiktionary.org/wiki/adagium
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
4. Kurangnya pengetahuan aparat hukum mengenai perkembangan
teknologi, sehingga penegak hukum kesulitan dalam hal pembuktian
5. Aturan hukum untuk kejahatan cracking yaitu Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2016
6. Dalam hukum pidana Islam, tidak ada n}as Al-Quran dan hadist yang
menjelaskan sanksi tentang kejahatan cracking
7. Tingkat keadilan dalam kasus tindak pidana cracking antara hukum
positif dan hukum Islam
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi ruang
lingkup permasalahan yang hendak dikaji atau diteliti yaitu seputar :
1. Ketentuan hukum terhadap tindak kejahatan cracking menurut
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
2. Analisis hukum pidana Islam terhadap kejahatan cracking menurut
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas yaitu :
1. Bagaimana tindak kejahatan cracking menurut Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
2. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap tindak kejahatan
cracking menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik?
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.9
Dalam hal ini penyusun menampilkan pembahasan skripsi tentang
cyber crime, karena sejauh ini belum banyak ditemukan beberapa tulisan
yang fokus terhadap pembahasan cracking maka penulis juga menyinggung
pembahasan mengenai cyber crime yang masih bersinambung terhadap
tindak kejahatan cracking, antara lain :
1. Skripsi yang berjudul Cyber Crime dalam bentuk Phising dalam
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Perspektif Hukum Pidana Islam. Skripsi oleh
Zainal Arifin Al Hakim, Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Siyasah
Jinayah Fakultas Syariah dan Hukum. Skripsi ini adalah hasil
penelitian kepustakaan untuk menjawab bagaimana cara melakukan
cyber crime dalam bentuk phising, bagaimana ketentuan hukum
terhadap kejahatan cyber crime dalam bentuk phising menurut
Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang ITE, dan bagaimana
9 Tim Penyusun, Fakultas Syariah dan Hukum, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya, 2016).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
tinjauan hukum pidana Islam terhadap kejahatan cyber crime dalam
bentuk phising menurut Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang
ITE. Penelitian ini menghasilkan tiga hal. Pertama, cara yang
digunakan dalam melakukan cyber crime dalam bentuk phising yaitu:
a) Man in the middle; b) URL Obfuscation; c) Gambar yang
menyesatkan; d) Malware Based Phising; dan e) Search Engine
Phising. Kedua, bahwasanya pelaku cyber crime dalam bentuk
phising menurut Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang ITE
dapat dikenakan pasal 28 ayat (1) jo Pasal 45 ayat (2) dan pasal 35 jo
pasal 51 ayat (1). Ketiga, tinjauan hukum pidana Islam terhadap
cyber crime dalam bentuk phising menurut Undang-undang No.11
Tahun 2008 tentang ITE telah sesuai dengan hukum pidana Islam,
karena dalam hukum pidana Islam pihak yang berwenang
melaksanakan hukuman tazi >r adalah ulil amri, dan telah memenuhi
unsur unsur yang ada pada dalam jarimah tazi >r.10
2. Skripsi yang berjudul Studi Komparasi Hukum Pidana Islam dan
KUHP Pasal 362 Tentang Tindak Pidana Carding. Skripsi oleh
Silviani, Jurusan Siyasah Jinayah Fakultas Syariah, IAIN Sunan
ampel Surabaya. Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk
menjawab pertanyaan bagaimana modus dan karakteristik tindak
pidana carding serta bagaimana sanksi tindak pidana carding menurut
10
Zainal Arifin Al Hakim,Cyber Dalam Bentuk Phising Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Perspektif Hukum Pidana Islam, (Skripsi---UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
hukum pidana Islam dan KUHP. Dari penelitian yang dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa carding adalah sebuah aktivitas berbelanja
di dunia maya yang cara pembayarannya menggunakan kartu kredit
orang lain dengan cara mencuri nomor artu kredit dan tanggal exp-
datenya yang dapat diperoleh dari hasil hacking atau lainnya, seperti
bekerjasama dengan kasir-kasir supermarket, karyawan hotel dan
lain-lain. Dalam hukum Islam carding dapat disamakan dengan
sa>riqah, karena unsur-unsur yang ada pada sa>riqah berlaku pula pada
carding. Sehingga ketentuan hukum yang berlaku pada sa>riqah
berlaku pula pada carding, yakni hukum h}ad (potong tangan).11
3. Skripsi yang berjudul Tinjauan Fikih Jinayah Terhadap Tindak
Pidana Pemerasan Melalui Informasi Elektronik Pada Pasal 27 (4)
UU ITE Skripsi oleh Wisman Aji Harnantoko Jurusan Hukum
Publik Islam Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Ampel
Surabaya. Skripsi ini adalah hasil penelitian pustaka untuk menjawab
pertanyaan tentang tinjauan Fikih Jinayah terhadap pasal 27 (4) UU
ITE tentang tindak pidana pemerasan dengan ancaman melalui
informasi elektronik dan tindak pidana pemerasan dengan ancaman
melalui informasi elektronik menurut pasal 27 (4) UU ITE.
Perkembangan teknologi informasi memberikan kemudahan dalam
megakses segala jenis informasi seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa cyber crime dalam
11
Sylviani,Studi Komparasi Hukum Pidana Islam dan KUHP Pasal 362 Tentang Tindak Pidana Carding, (Skripsi---IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
hal ini tindak pidana pemerasan melalui informasi elektronik dapat
dijerat pasal 27 (4) Jo pasal 45 (1) UU No. 11 Tahun 2008. Penerapan
hukuman tazi >r sudah tepat dalam kasus ini, baik penentuannya
maupun pelaksanannya. Dimana sanksi tazi >r hukumannya
diserahkan kepada Ulil Amri. Dengan tujuan memberikan
pembelajaran atau efek jera agar tindak pidana ini tidak terulang
lagi.12
4. Skripsi yang berjudul Hacking (Perspektif Hukum Positif dan
Hukum Islam) Skripsi oleh Khairul Anam Jurusan Perbandingan
Madzhab Fakultas Syariah UIN Kalijaga. Dalam penelitian ini
mencari dan mengkaji apa itu hacking sebenarnya, bagaimana
perspektif hukum positif dan hukum Islam atau hacking. Dalam
penelitian ini penyusun mencoba menelaah berbagai sumber
selanjutnya mengkaji pasal pasal dalam KUHP, KUHAP, beberapa
UU serta UU ITE yang terkait dengan hacking. Akhirnya penyusun
menyimpulkan hacking tidak bisa dikategorikan kegiatan terlarang,
meskipun memiliki sisi negatif. Dalam hal ini, UU ITE harus
merubah perspektif atau lebih tepatnya perlu merombak pasal pasal
yang yang menentukan kegiatan hacking (termasuk penggunaan tool
hacking) harus melalui atau atas izin lembaga tertentu sedangkan
hukum Islam lebih fleksibel dalam melihat aktivitas hacking, yaitu
dengan tidak mengikat hacker dalam melakukan hacking pada
12
Wisman Aji Harnantoko,Tinjauan Fikih Jinayah Terhadap Tindak Pemrasan Melalui Informasi Elektronik Pada Pasal 27 (4) UU ITE, (Skripsi---UIN Sunan Ampel, Surabya, 2015).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
otoritas tertentu (lembaga pemerintah). Namun demikian tetap perlu
digalakkan kembali penelitian terhadap bidang yang sama agar
hukum Islam lebih menjawab permasalahan kontemporer secara lebih
komperhensif dan dapat dijadikan sebagai perbandingan bagi hukum
positif.13
5. Skripsi yang berjudul Tindak Pidana Cyber crime dalam Perspektif
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Skripsi oleh Ginanjar Sapto Hadi Jurusan Ilmu
Hukum Fakultas Hukum UPN Veteran Jawa Timur. Dalam
pnelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanan Undang-undang
No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif. Hasil penelitian
dapat disimpulkan apabila dalam proses pembuktian yang dilakukan
oleh tim kepolisian tidak menemukan bukti maka berkas kasus tidak
dapat lengkap atau P21 maka berkas tersebut tidak dapat
dilimpahkan ke pengadilan tetapi dalam proses pembuktian pada
perkara cyber crime ini tentu saja dapat dilakukan dengan
mengajukan bukti surat berupa dokumen elektronik yang dapat
dilaksanakan langsung dipersidangan dengan hasil berupa print out
atau dokumen elektronik.14
13
Khairul Anam,Hacking (Perspektif Hukum Positi dan Hukum Islam), (Skripsi---UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009).
14Ginanjar Sapto Hadi,Tindak Pidana Cybercrime Dalam Perspektif Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, (Skripsi---UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya, 2012).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Dari kajian pustaka diatas yang membedakan dengan penulisan
skripsi ini adalah membahas bagaimana pandangan Hukum Pidana Islam
terhadap sanksi hukum dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terhadap tindak kejahatan
Cracking. Dimana cracking ini termasuk pencurian lisensi/password yang
digunakan oleh para cracker untuk merusak tampilan website yang dituju
serta mengambil data-data dari website tersebut dan merubahnya.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan rumusan
masalah di atas, sehingga dapat diketahui secara jelas dan terperinci tujuan
diadakan penelitian ini. Adapun tujuan tersebut sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tindak kejahatan cracking menurut Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
2. Untuk mengetahui analisis hukum pidana Islam terhadap kejahatan
cracking menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
G. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna, baik
dari secara teoretis maupun secara praktis.
1. Secara teoretis dapat dijadikan pedoman untuk menyusun hipotesis
penulisan berikutnya, bila ada kesamaan dengan penelitian masalah
ini, dan memperluas ilmu pengetahuan tentang tindak pidana yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
berkaitan dengan masalah tinjauan hukum pidana Islam terhadap
pelaku tindak kejahatan cracking
2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisis dan argumentasi hukum yang
diperlukan agar diperoleh daya guna yang diharapkan bagi penegak
hukum bagi terciptanya suasana yang adil dan kondusif serta
menjamin kepastian hukum bagi hak-hak rakyat. Dengan demikian,
dapat ikut memberikan andil mengupayakan pemikiran ilmiah dalam
bidang hukum yang diharapkan bermanfaat untuk terciptanya
keadilan dan kemaslahatan bagi rakyat.
H. Definisi Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari terjadinya kesalahpahaman
dalam menafsirkan kata-kata yang ada dalam pembahasan penulisan
skripsi, maka penulis memandang perlu untuk memberikan penjelasan
dalam memahami judul Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap
Kejahatan Cracking dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik. Adapun yang dimaksud dengan:
1. Hukum pidana Islam : Hukum yang mengatur perbuatan yang
dilarang oleh syara dan dapat menimbulkan hukuman h}ad atau tazi>r,
pada lingkup pembahasan ini dikhususkan pada tindak pidana
cracking yang telah terjadi pada kasus peretasan website dan
software yang keamanannya telah dicuri oleh para cracker yang
diancam dengan hukuman tazi >r.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
2. Tindak kejahatan cracking : Kejahatan menerobos sistem jaringan
internet khususnya pada sistem keamanan website dan software
dengan menggunakan secara illegal acces atau menghilangkan
proteksi terhadap suatu perangkat lunak ataupun perangkat keras
dengan cara memaksa masuk kedalam suatu sistem dari perangkat
tersebut.
I. Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang akan dipakai adalah kajian pustaka (library
research), yaitu studi kepustakaan dari beberapa referensi yang relevan
dengan pokok pembahasan mengenai tinjauan hukum pidana Islam
kejahatan cracking.
1. Data Yang Dikumpulkan
Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :
a. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE
b. Data mengenai peretasan website serta software yang telah
diretas
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
terdiri dari:
a. Sumber primer
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Sumber primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari obyek penelitian.15
Dalam penelitian ini sumber
data primernya adalah bahan yang diambil dari hukum positif
Indonesia yang diambil UU No. 19 Tahun 2016 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
dari buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah yang terkait dengan
objek penelitian.16
Adapun bahan sekunder adalah bahan yang
diambil dari buku-buku literatur yang berhubungan dengan
tema judul yang diangkat penulis, serta situs internet, jurnal,
makalah dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang
dikaji.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pembahasan skripsi ini merupakan penelitian melalui
internet, yakni pengumpulan data melalui bantuan teknologi
yang berupa alat/mesin pencarian di internet yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Maka dari itu teknik yang
digunakan adalah dengan pengumpulan data mengenai website
dan software yang telah dibobol oleh seorang cracker. Bahan-
bahan pustaka yang digunakan di sini adalah buku-buku yang
15
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 105. 16
Ibid.,106.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
ditulis oleh para pakar atau ahli hukum terutama dalam bidang
hukum pidana, dan hukum pidana Islam.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpulkan, maka
peneliti menggunakan teknik-teknik berikut ini:
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang
diperoleh, terutama dari kelengkapan, kejelasan makna,
kesesuaian dan keselarasan antara yang satu dengan yang
lain. Dalam hal ini penulis akan memeriksa kembali isi
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik kejelasan makna tentang sanksi
pelaku kejahatan cracking, dan kesesuaian data-data dari
kepustakaan.17
b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematikan data
yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah
dirancanakan yang tersusun pada bab III tentang tindak
pidana cracking.
c. Analyzing, yaitu analisis dari data yang telah
dideskripsikan pada bab III dan menganalisa pada bab IV
dalam rangka untuk menunjang bahasa atas proses
menjawab permasalahan yang telah dipaparkan di dalam
rumusan masalah. Analisis tersebut meliputi sanksi
17
Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2004), 125
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
hukuman pelaku kejahatan cracking dan analisa tinjauan
hukum pidana Islam terhadap kasus tersebut.18
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penyusunan
skripsi ini adalah dengan menggunakan analisis secara kualitatif
yang meliputi:
Metode Deskriptif Analisis yaitu dengan cara
menggambarkan teori dan kronologi kejahatan peretasan
terhadap website yang telah dibobol dan menganalisis hukuman
kejahatan peretasan terhadap pelaku tindak kejahatan cracking
sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
ITE. Juga dengan pola pikir Deduktif yang berpangkal dari
prinsip-prinsip dasar kemudian menghadirkan objek yang
hendak diteliti.
J. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini bertujuan agar penyusunan skripsi
terarah sesuai dengan bidang kajian dan untuk mempermudah pembahasan,
dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dari lima bab terdiri dari
beberapa sub-sub, di mana antara satu dengan yang lainnya saling
berhubungan sebagai pembahasan yang utuh. Adapun sistematika
pembahasan sebagai berikut:
18
Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan pembahasan tentang kerangka teoritis atau
kerangka konsepsional yang berisi tentang tinjauan umum terhadap jari>mah
tazi>r yang memuat tentang pengertian jari>mah tazi>r , macam-macam
jari>mah tazi>r, serta sanksi hukum jari>mah tazi>r.
Bab ketiga merupakan pembahasan tentang cracking. Dalam bab ini
akan menerangkan tentang definisi cracking, metode dan teknik serangan
kejahatan cracking, contoh kasus cracking di Indonesia, faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya cracking dan contoh kasus tindak kejahatan
cracking di Indonesia serta sanksi hukum Indonesia terhadap kejahatan
cracking.
Bab keempat adalah analisis terhadap cracking dalam Undang
undang No 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
perspektif hukum pidana Islam, memuat tentang analisis cara melakukan
kejahatan cracking, analisis Ketentuan Hukum Terhadap Kejahatan
cracking dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik dan Transaksi Elektronik dan Analisis Hukum
Pidana Islam Terhadap Kejahatan cracking dalam Undang Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Bab Kelima adalah penutup yang memuat kesimpulan dan saran.