34
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peran yang cukup kuat dalam pembangunan ekonomi Indonesia dan dianggap sebagai motor penggerak perekonomian suatu daerah. Hal ini ditunjukkan ketika adanya krisis perekonomian tahun 1998 dan usaha kecil merupakan kelompok yang paling bertahan disaat tidak sedikit usaha-usaha besar mengalami gulung tikar. Menurut Nagel (2012), salah satu keunggulan UKM adalah kemampuannya untuk menciptakan kesempatan kerja yang cukup banyak atau penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi, di mana sebagian besar pelaku ekonomi di daerah merupakan pelaku UKM. Berkembangnya UKM ini akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, sehingga usaha kecil yang ada di Indonesia harus mampu menciptakan inovasi baru agar tidak kalah bersaing dengan produk-produk lain yang serupa. Namun, kenyataannya masih banyak produk-produk Indonesia yang kalah bersaing dengan produk luar dan membuat produk dalam negeri lebih jarang dipilih dibandingkan produk lain, meskipun dari segi produk yang dijual serupa. Sehingga menyebabkan banyak usaha kecil dan menengah, khususnya yang berkumpul dalam suatu sentra mengalami penurunan jumlah unit usaha. Di dalam suatu sentra industri, industri-industri yang ada di dalamnya akan mengalami dinamika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

  • Upload
    lykhue

  • View
    223

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peran yang cukup kuat dalam

pembangunan ekonomi Indonesia dan dianggap sebagai motor penggerak

perekonomian suatu daerah. Hal ini ditunjukkan ketika adanya krisis

perekonomian tahun 1998 dan usaha kecil merupakan kelompok yang paling

bertahan disaat tidak sedikit usaha-usaha besar mengalami gulung tikar. Menurut

Nagel (2012), salah satu keunggulan UKM adalah kemampuannya untuk

menciptakan kesempatan kerja yang cukup banyak atau penyerapan tenaga kerja

yang cukup tinggi, di mana sebagian besar pelaku ekonomi di daerah merupakan

pelaku UKM.

Berkembangnya UKM ini akan berdampak pada peningkatan

pertumbuhan ekonomi untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat,

sehingga usaha kecil yang ada di Indonesia harus mampu menciptakan inovasi

baru agar tidak kalah bersaing dengan produk-produk lain yang serupa. Namun,

kenyataannya masih banyak produk-produk Indonesia yang kalah bersaing dengan

produk luar dan membuat produk dalam negeri lebih jarang dipilih dibandingkan

produk lain, meskipun dari segi produk yang dijual serupa. Sehingga

menyebabkan banyak usaha kecil dan menengah, khususnya yang berkumpul

dalam suatu sentra mengalami penurunan jumlah unit usaha. Di dalam suatu

sentra industri, industri-industri yang ada di dalamnya akan mengalami dinamika

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

2

usaha yang merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu periode

tertentu. Dijelaskan lebih lanjut oleh Dedi Haryadi, dkk (1998) bahwa dinamika

perkembangan usaha merujuk pada proses atau tahapan perkembangan suatu unit

usaha atau kelompok usaha kecil dari proses perintisan (pendirian) sampai

menjadi kondisi seperti yang terakhir diamati. Dinamika yang diamati dalam

penelitian ini dapat diukur dari beberapa variabel seperti jumlah unit usaha dan

jumlah tenaga kerja.

Sesuai dengan RTRW Nasional, RTRW Provinsi Sumatera Utara, RTRW

Mebidangro, dan RTRW Kota Medan, sektor industri merupakan salah satu sektor

yang paling berpotensi untuk berkembang di Kota Medan sebagai ibukota

Provinsi Sumatera Utara. Sektor industri pengolahan yang didalamnya mencakup

9 subsektor industri mampu menghasilkan nilai tambah sekitar 16,05 Triliyun

rupiah pada tahun 2013 dalam pembentukan PDRB Kota Medan dengan

kontribusi industri pengolahan rata-rata sekitar 13,68 persen (BPS, 2014). Sektor

ini memiliki prospek yang baik untuk kedepan dan membuka harapan baru bagi

masyarakat setelah banyaknya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan

terbangun. UKM memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyerap

tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) banyaknya jumlah

pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang mencapai 99,8% sedangkan

pengusaha besar hanya 0,2% (http://pemkomedan.go.id/).

Kenyataan lain yang dilihat ialah bahwa masih banyak kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah sehingga kalah bersaing dalam mencari

pekerjaan. Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu kawasan yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

3

dijadikan sebagai tempat aktivitas sentra indsutri kecil di Kota Medan. Berikut

ditunjukkan banyaknya perusahaan industri besar, sedang, kecil, dan kerajinan

tumah tangga menurut kelurahan di Kecamatan Medan Denai Tahun 2012.

Tabel 1.1. Jumlah perusahaan industri besar, sedang, kecil, dan kerajinan

rumahtangga menurut kelurahan di Kecamatan Medan Denai Tahun 2012

Sumber :Kecamatan Medan Denai dalam Angka, BPS, 2013

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa industri dominan yang terdapat

di Kecamatan Medan Denai ialah industri rumah tangga, kemudian industri kecil,

dan yang paling sedikit ialah industri besar dan sedang. Tabel tersebut

menunjukkan bahwa indsutri yang paling mungkin berkembang di Kecamatan

No Kelurahan Besar/

Sedang

Kecil Rumah Tangga

1 Binjai 0 12 125

2 Medan Tenggara 0 29 44

3 Denai 0 8 68

4 Tegal Sari Mandala III 0 24 236

5 Tegal Sari Mandala II 0 2 13

6 Tegal Sari Mandala I 1 2 11

Medan Denai 1 77 497

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

4

Medan Denai ialah industri kecil dan industri rumah tangga, sehingga

perkembangannya diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menghadapi

permasalahan pengangguran di kecamatan ini.

Pemerintah Kota Medan menyediakan lahan seluas 14.496 m2 di

Kelurahan Medan Tenggara bagi kegiatan industri kecil yakni Pusat Industri Kecil

(PIK). Berbagai bidang usaha yang terdapat di kawasan ini seperti kerajinan

sepatu, konveksi, dan tas. Usaha yang cukup berkembang di sini ialah usaha

kerajinan sepatu, di mana produk yang dihasilkan tidak hanya memenuhi

permintaan pasar lokal tetapi juga hingga luar daerah. Dikatakan oleh Ketua

DPRD Kota Medan bahwa kawasan ini didorong untuk dijadikan sebagai salah

satu produk unggulan dalam menghadapi pasar bebas 2015 mendatang sehingga

produk lokal yang dihasilkan para pelaku usaha tidak kalah bersaing dengan

produk luar lainnya. (Medan Bisnis : Rabu, 19 Februari 2014)

Pembangunan lokasi PIK Menteng di Kecamatan Medan Denai

merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mempertahankan keberadaan

industri kecil. Lokasi ini berada dalam satu lingkungan yang memang

diperuntukkan bagi para pengusaha UKM. PIK dibangun pada tahun 1997, yang

pada mulanya terdapat sekitar 99 unit tempat usaha di Kecamatan Medan Denai.

Berdasarkan hasil penelitian Siahaan (2013) kebanyakan pelaku usaha yang ada

di kecamatan ini dikelola oleh masyarakat dengan kualitas pendidikan yang relatif

rendah, kemampuan para pelaku usaha dalam menggunakan teknologi dalam

proses produksi juga masih sangat minim. Desain produk yang dihasilkan

terkesan “monoton” dan dinilai masih kurang menjual ataupun kurang menarik,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

5

sehingga kalah bersaing dengan produk-produk lain yang serupa. Di samping itu,

masih banyak para pelaku usaha yang belum melek terhadap Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK). Hal ini menjadi salah satu faktor lemahnya promosi

produk ke konsumen dan membuat pelaku usaha kesulitan dalam melakukan

kerjasama baik terhadap perusahaan besar maupun antarusaha lain.

Peran serta perusahaan besar penting dalam membantu UKM, yaitu

dengan membina dan memfasilitasi ahli teknologi pada UKM yang saling

menguntungkan. Terlepas dari itu, peran serta pemerintah merupakan peran yang

paling penting dalam meningkatkan kualitas usaha kecil dan menengah. Hal ini

dapat berupa kebijakan, bantuan (modal), maupun pembekalan/pelatihan. Oleh

karena itu, para stakeholder baik pemerintah, perusahaan besar, maupun

masyarakat diharapkan mampu berperan aktif dalam mengembangkan dan

meningkatkan daya saing usaha.

Penelitian ini membahas tentang dinamika yang terjadi pada PIK (Pusat

Industri Kecil) Menteng yang dapat dilihat dari aspek jumlah unit usaha. Pada

tahun 1997 hingga kondisi saat ini jumlah unit usaha yang ada di PIK Menteng

mengalami penurunan. Penelitian terdahulu yaitu oleh Manalu (2008) meneliti

tentang pengaruh kebijakan produk dan promosi terhadap volume penjualan

sepatu pada pengrajin sepatu di PIK yang menunjukkan bahwa volume penjualan

sepatu di tahun 2003 hingga 2006 mengalami fluktuasi yang mana dari tahun

2003 hingga 2005 volume penjualan terus mengalami penurunan dan di tahun

2006 mengalami peningkatan volume penjualan meskipun peningkatan yang

terjadi tidak signifikan. Hal ini tidak jauh berbeda terhadap penelitian yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

6

dilakukan Siahaan (2013) yang meneliti tentang kendala-kendala dalam

pengembangan UKM di PIK Menteng yang menjelaskan terjadinya penurunan

jumlah unit usaha yang ada di PIK dari awal pendirian PIK Menteng yaitu tahun

1997 hingga kondisi terakhir diamati yaitu hingga tahun 2013.

1.2.Rumusan Masalah

UKM (Usaha Kecil Menengah) merupakan salah satu sektor paling

berpotensi di beberapa daerah di Indonesia. Pertumbuhan usaha skala ini

meningkatkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga

perlu dibina dan dikembangkan dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat karena sebagian besar pelaku usaha di daerah merupakan pelaku

usaha kecil dan menengah. Pemerintah juga diharapkan mampu memberikan

perhatian yang lebih terhadap UKM seperti pada proses pelatihan dan

pembelajaran terkait dengan pemasaran seperti standar kualitas produk, harga,

promosi, dan distribusi. Sehingga fungsi pemerintah mendorong untuk lebih maju

dan yang terpenting ada modal dari pemerintah maupun pengusaha sehingga para

pelaku usaha dapat melakukan inovasi-inovasi baru agar tidak kalah bersaing

dengan produk lain yang serupa. Kenyataannya beberapa produk yang dihasilkan

di Pusat Industri Kecil (PIK) di Kecamatan Medan Denai dinilai masih memiliki

inovasi yang lemah dan banyak yang kalah bersaing dengan produk lain, baik dari

segi standar produk maupun desain sehingga usaha-usaha yang ada di PIK

Menteng tidak berkembang secara baik.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

7

Beberapa pelaku UKM juga belum banyak yang melek terhadap

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), hal ini menjadi salah satu faktor

lemahnya promosi produk UKM ke konsumen dan membuat kemampuan

kolaborasi antarpelaku bisnis menjadi lemah. Di samping itu, peran pemerintah

dianggap masih lemah terhadap perekonomian, seharusnya pemerintah

mendorong terjadinya peningkatan daya saing bagi produk dan jasa baik dalam

proteksi produk dan ketenagakerjaan serta dalam bantuan modal. Pemahaman

tentang kemitraan khususnya dengan pengusaha-pengusaha besar yang dapat

membantu perkembangan UKM dan memfasilitasi terhadap UKM yang saling

menguntungkan. Beberapa hal yang mampu menyebabkan terjadinya penurunan

jumlah industri di beberapa sentra usaha menurut Kotler dan Armstrong (2001,

dalam Nugroho, 2013) adalah adanya perkembangan teknologi, peubahan selera

konsumen, dan adanya persaingan yang semakin ketat baik dari dalam maupun

luar negeri.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pandangan pelaku usaha terhadap kemudahan yang dirasakan

selama bekerja di PIK?

2. Bagaimana karakteristik PIK?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah

unit usaha di PIK?

4. Apa permasalahan dan tantangan yang dihadapi pelaku usaha di PIK

1.4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

8

1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pandangan pelaku usaha terhadap kemudahan yang

dirasakan selama berusaha di PIK Menteng

2. Mengidentifikasi karakteristik PIK Menteng

3. Mendeskripsikan permasalahan dan tantangan yang dihadapi pelaku

usaha di PIK

1.4.2 Kegunaan penelitian

1. Sumbangan masukan bagi pelaku usaha dan instansi pemerintah dalam

mengembangkan dan meningkatkan daya saing produk.

2. Sebagai masukan untuk bahan kajian bagi para peneliti lain yang

berminat dengan bidang sama dengan penelitian ini.

3. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan sumbangan bagi

pengembangan ilmu Geografi khususnya di bidang pengembangan

wilayah.

1.5. Penelitian Sebelumnya

Penelitian oleh Nugroho (2013) menjelaskan faktor-faktor yang

menyebabkan perkembangan industri tenun ikat di Bandar Kidul Kota Kediri

yang cenderung bersifat stagnan dan berkembang secara lambat. Berdasarkan

penelitian tersebut disebutkan bahwa beberapa faktor penyebabnya antara lain

adalah aspek daya saing, aspek modal, dan adanya implikasi negatif terhadap

aspek inovasi. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian oleh Hamid dan Susilo

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

9

(2011) yang menjelaskan beberapa permasalahan yang dihadapi UKM pada

umumnya dalam pengembangannya yaitu pemasaran, modal, pendanaan, inovasi,

pemanfaatan teknologi, pemakaian bahan baku, peralatan produksi, penyerapan

tenaga kerja, rencana pengembangan usaha, dan kesiapan menghadapi tantangan

lingkungan eksternal.

Berdasarkan hasil penelitian Fauzi (2014), beberapa permasalahan serupa

juga dijumpai di sentra alas kaki Cibaduyut di mana dukungan produksi (bahan

baku, tenaga kerja, pelaku usaha, modal, dan kelembagaan), pemasaran, dan

kemitraan belum seluruhnya mampu berlanjut sebagai basis pengembangan

ekonomi lokal yang baik, akan tetapi sentra alas kaki Cibaduyut mengalami

peningkatan dalam perkembangannya. Perkembangan tersebut ditandai dengan

tumbuhnya unit-unit baru, bertambahnya jumlah tenaga kerja, meningkatnya

investasi, dan memicu tumbuhnya fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan industri.

Perkembangan yang terjadi didukung oleh beberapa faktor seperti bahan

baku, di mana semua pengusaha sudah memiliki supplier bahan baku sendiri.

Selain itu, pengusaha juga sudah mampu menjangkau harga bahan baku meskipun

mengalami kenaikan; adanya peran penting kelembagaan baik lembaga publik

maupun swasta dan organisasi masyarakat IKM; pelaku usaha di Cibaduyut sudah

mampu mengelola pemasarannya sendiri sehingga tidak menjadi masalah adanya

kenaikan harga bahan baku karena masih bisa diimbangi dengan kenaikan harga

jual produk; pelaku usaha di Cibaduyut juga mampu menyediakan dan

memelihara alat produksi dengan baik; pelaku usaha mampu berinovasi dengan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

10

produk yang mereka buat; sebagian besar para pelaku usaha di Cibaduyut juga

memiliki akses yang baik terhadap modal.

Beberapa penelitian lainnya di atas juga menjelaskan bagaimana

pentingnya peran pemerintah dalam pengembangan usaha, seperti bantuan

pembinaan, pelatihan dan pemberian informasi melalui bimbingan dan

penyuluhan, serta peran fasilitatif yaitu berupa bantuan modal, teknologi atau

peralatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya

ialah pada lokasi yang akan diteliti.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

11

Tabel 1.2. Penelitian Sebelumnya

No

Judul Peneliti, Media Publikasi, dan Tahun

Jenis Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian

Kesimpulan

1 Dinamika Pengembangan Usaha Industri Tenun Ikat Pada Sentra Kerajinan Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri

Hari Nugroho, Arif Hoetoro, 2013

Jurnal Mengetahui penyebab perkembangan industri tenun ikat Bandar Kidul Kota Kediri yang cenderung bersifat stagnan dan berkembang secara lambat

Mengetahui solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi

Kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi

Faktor penyebab : aspek daya saing, aspek modal, adanya implikasi negatif terhadap aspek inovasi

2 Keberlanjutan Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut sebagai Pusat Pengembangan Ekonomi Lokal

Raditya Ahmad Fauzi dan Dewi Sawitri Tjokropandojo, Ir,

Jurnal Mengidentifikasi keberlanjutan sentra industri alas kaki Cibaduyut sebagai pusat pengembangan ekonomi lokal dilihat berdasarkan dukungan produksi serta pemasarannya

Pendekatan kualitatif single case study

Sentra industri alas kaki Cibaduyut belum seluruhnya berlanjut dalam pengembangan ekonomi lokal. Selain itu, keberlanjutan produksi dan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

12

No

Judul Peneliti, Media Publikasi, dan Tahun

Jenis Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian

Kesimpulan

MT, Dr. 2014

keberlanjutan pemasaran belum dicapai seluruh IKM dalam mengadapi persaingan global. Namun, masih ada peluang selama ada upaya meningkatkan kapasitas produksi dan pemasaran

3 Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Edy Suandi Hamid dan Y. Sri Susilo 2011

Jurnal Menyusun strategi yang operasional dan tepat untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UKM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Pendekatan deskriptif

Beberapa permasalahan yang dihadapi seperti pemasaran, modal dan pendanaan, inovasi da pemanfaatan teknologi informasi, pemakaian bahan baku, peralatan produksi, penyerapan tenaga kerja, rencana pengembangan usaha,

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

13

No

Judul Peneliti, Media Publikasi, dan Tahun

Jenis Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian

Kesimpulan

dan kesiapan menghadapi tantangan lingkungan eskternal. Sehingga beberapa rekomendasi kebijakan dan strategi meliputi pelatihan, dukungan pemerintah, pengembangan produk berdaya saing tinggi, kebijakan kredit oleh perbankan dengan bunga lebih murah, peningkatan kualitas infrastruktur dan dukungan kebijakan

4 Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Kreativitas terhadap Keberhasilan Usaha pada Sentra Industri Rajutan

Lestari Menganalisis pengaruh penerapan jiwa kewirausahaan pengrajin dan kreativitas terhadap keberhasilan usaha pada industri rajutan Binong Jati Bandung

Metode analisis deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan

Jiwa kewirausahaan dan kreativitas secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

14

No

Judul Peneliti, Media Publikasi, dan Tahun

Jenis Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian

Kesimpulan

Binong Bandung kuantitatif keberhasilan usaha sentra industri rajutan di Binongjati Bandung

5 Perkembangan Industtri Kerajinan Kulit dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan

Tea Limostin

Rangkuman penelitian skripsi

Mengetahui perkembangan industri kerajinan kulit di Selosari

Mengetahui peran pemerintah daerah dalam perkembangan industri kerajinan kulit di Selosari

Mengetahui pengaruh dari perkembangan industri kerajinan kulit terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat

Analisis interaktif

Usaha industri kecil dan kerajinan kulit di Magetan telah ada sejak 1830 . Berdirinya sentra industri kerajinan kulit di Selosari merupakan implementasi dari adanya usaha penyamakan kulit.

Pemerintah Daerah berperan baik dalam pengembangan usaha kerajinan kulit dengan peran edukasional berupa bantuan pembinaan, pelatihan dan pemberian

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

15

No

Judul Peneliti, Media Publikasi, dan Tahun

Jenis Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian

Kesimpulan

informasi melalui bimbingan dan penyuluhan dan peran fasilitatif yaitu berupa bantuan modal, teknologi atau peralatan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

16

1.6. Landasan Teori

1.6.1. Usaha Kecil Menengah (UKM)

Menurut Undang-undang No.9 Tahun 1995 usaha kecil adalah usaha

produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling

banyak Rp. 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 per tahun serta

dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp. 50.000.000,00 sampai

dengan Rp. 500.000.000,00 sedangkan kriteria usaha menengah ialah untuk sektor

industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 500.000.000,00 dan untuk sektor

non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 300.000.000,00 tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan

paling banyak Rp. 700.000.000,00.

Menurut Djatmiko Bris Witjaksono, dalam salah satu item pada Blueprint

MEA yang sudah ditandatangani oleh semua negara anggota ASEAN, sektor

UKM merupakan salah satu sektor yang dianggap dapat menjadi penggerak

perekonomian yang setara di kawasan tersebut. Perekonomian dianggap

mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor

produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada tahun sebelumnya. UKM

adalah jenis usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia, tetapi sampai saat

ini batasan mengenai usaha kecil di Indonesia masih beragam. Pengertian kecil

didalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada batasannya, yang dapat

menimbulkan definisi-definisi usaha kecil dari beberapa segi (M.Tohar, 1999).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

17

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha

Kecil Menengah (UKM) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil

dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan

perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat,

sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengertian usaha kecil menengah

berdasarkan kuantitas tenaga kerja adalah usaha kecil merupakan entitas usaha

yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah

merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

Kementerian Koperasi dan UKM sebagai instansi yang terkait langsung

mencoba untuk memfokuskan pada upaya mengkoordinasikan kebijakan

pembangunan yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya koperasi dan

UKM dengan daya saing yang tinggi. Program kerja yang telah disusun bertujuan

memberikan kesempatan berusaha yang sama bagi koperasi dan UKM dengan

pelaku usaha lainnya, meningkatkan mobilitas sumberdaya UKM, mengurangi

biaya transaksi bagi UKM, menghilangkan biaya ekonomi tinggi bagi UKM, serta

mencabut berbagai peraturan dan kebijakan yang menghambat pemberdayaan

UKM di Indonesia. Permasalahan yang dimiliki Usaha Kecil Menengah (UKM)

adalah kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan Sumber Daya

Manusia (SDM), masalah bahan baku, dan keterbatasan teknologi (Tambunan,

2002). Beberapa keunggulan UKM dibandingkan usaha besar menurut Nagel

(2012) antara lain :

a. Inovasi teknologi mudah dilakukan dalam upaya pengembangan produk.

b. Hubungan kemanusiaan yang akrab terjalin dalam usaha kecil.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

18

c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau

penyerapan tenaga kerja cukup tinggi.

d. Memiliki fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi

pasar yang berubah dengan cepat.

e. Terdapat manajerial yang dinamis dan peran kewirausahaan.

1.6.2. Industri Kecil

Menurut Undang-undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil memiliki

cakupan yang menyeluruh dan diarahkan pada tiga fokus utama yaitu sektor

indsutri, pertanian, dan jasa. Usaha kecil adalah usaha produktif yang

berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.

200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 per tahun serta

dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp. 50.000.000,00 sampai

dengan Rp.500.000.000,00. Industri kecil merupakan kegiatan rakyat yang

berskala kecil yang meliputi industri kecil informal dan tradisional. Menurut

Rahardjo dan Ali (1993) berdasarkan jumlah pekerja maka skala perusahaan

didefinisikan sebagai berikut:

- Skala kecil dengan 1-10 pekerja

- Skala menengah 10-50

- Skala besar dengan 50 pekerja atau lebih

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

19

Menurut Siahaan (1996, dalam Sutanto, 2008) industri dibagi kedalam 4

kategori, yaitu:

a. Industri besar merupakan industri yang mempekerjakan lebih dari 50

orang dan menggunakan mesin sebagai alat produksi atau tidak

menggunakan mesin tetapi dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang.

b. Industri sedang merupakan industri yang mempergunakan sebagai alat

produksi dan mempekerjakan 10 sampai 49 orang atau tidak

mempergunakan mesin tetapi dengan pekerja 10 sampai 99 orang.

c. Industri kecil merupakan industri yang mempekerjakan 1 sampai 9 orang.

d. Industri kerajinan rumah tangga adalah industri yang mempunyai pekerja

tidak digaji.

Menurut Said (1991) secara sektoral industri kecil dapat digolongkan dalam:

a. Industri pengolahan pangan

b. Industri sandang dan kulit

c. Industri kimia dan serat

d. Industri logam, alat angkut dan jasa

e. Industri bahan bangunan dan umum

Menurut Djatmiko Bris Witjaksono, dalam salah satu item pada

Blueprint MEA yang sudah ditandatangani oleh semua negara anggota

ASEAN, sektor usaha kecil dan menengah merupakan salah satu sektor yang

dianggap dapat menjadi penggerak perekonomian yang setara di kawasan

tersebut. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

20

jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar

dari pada tahun sebelumnya. Usaha kecil dan menengah adalah jenis usaha

yang paling banyak jumlahnya di Indonesia, tetapi sampai saat ini batasan

mengenai usaha kecil di Indonesia masih beragam.

Beberapa permasalahan yang dimiliki usaha kecil dan menengah adalah

kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan Sumber Daya

Manusia (SDM), masalah bahan baku, dan keterbatasan teknologi (Tambunan,

2002). Menurut Said (1991), pada dasarnya pembinaan pada industri kecil

menyangkut dua masalah pokok, yaitu pengusaha dan karyawan serta

perusahaan dan kegiatan usahanya. Dikemukakan lebih jauh bahwa perusahaan

kecil sering mendapat beberapa permasalahan seperti kurangnya kemampuan

dibidang administrasi usaha, kemampuan pemasaran yang rendah, modal yang

kurang serta akses terhadap sumber modal, dan kurangnya kemampuan untuk

mendapatkan informasi dan teknologi dalam pengembangan usaha.

Beberapa peranan perusahaan kecil menurut Swasono (1986, dalam

Anwar, 1991) ialah sebagai berikut:

a. Penciptaan dan pemerataan kesempatan kerja

b. Peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat

c. Mengurangi tingkat pengangguran karena dapat menampung sejumlah

tenaga kerja

d. Sarana pengembangan ekonomi, sosial budaya dan poitik suatu negara.

Ditinjau dari segi pola pembinaan, terdapat beberapa pola yang digunakan

dalam pelaksanaannya. Di antaranya ialah pola pembinaan langsung kepada

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

21

para pelaku usaha baik secara individu maupun berkelompok dan dengan pola

kawasan industri seperti pembangunan Lingkungan Industri Kecil (LIK),

Permukiman Industri Kecil (PIK) dan pembinaan melalui sentra industri di

mana bantuannya diberikan dalam bentuk penyediaan fasilitas Unit Pelayanan

Teknis (UPT) (Anwar, 1991).

Pertumbuhan pada sektor industri kecil akan mendorong pertumbuhan

ekonomi dan membantu pemerintah mengatasi permasalahan pengangguran,

hal ini dikarenakan banyaknya jumlah industri kecil yang ada di Indonesia dan

lokasinya yang menyebar luas di berbagai daerah, di samping itu karena

skalanya kecil dan tidak terlalu sulit untuk memulainya sehingga akan

mendukung untuk tercapainya pemerataan kesempatan kerja dan pemerataan

pendapatan di Indonesia (Syarif, 1991). Beberapa keunggulan perusahaan

kecil dibandingkan dengan perusahaan menengah dan besar ialah biaya

organisasi yang rendah, keuntungan lokasi, kebebasan bergerak, serta

rendahnya biaya investasi (Said, 1991).

Menurut Citraesmi, dkk (2011) kekuatan dan kelemahan Industri kecil ialah,

Kekuatan industri kecil, yaitu:

1. Hubungan antar aspek fisik dan engineering

2. Produk di mana tenaga kerja terampil dan ketelitian tinggi merupakan

faktor penting

3. Produksi dari komponen khusus

4. Produk yang hanya dibuat dalam jumlah yang kecil

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

22

5. Produk dengan keunggulan khusus dalam aspek desain ataupun produk

khusus dalam pembuatannya.

6. Hubungan antar manusia yang lebih erat

7. Pelayanan penjualan akan lebih baik

8. Industri kecil sanggup bertindak cepat untuk memanfaatkan

kesempatan berkembang

Sedangkan, kelemahan industri kecil, antara lain:

1. Kelemahan wawasan bisnis serta pengetahuan mengelola usaha dengan

baik.

2. Kesulitan mendapat akses ke pasar karena keterbatasan pengetahuan

mengenai jarring-jaring pemasaran yang ada.

3. Keterbatasan pengetahuan yang menyangkut manajemen produksi.

4. Keterbatasan modal.

1.6.3. Dinamika Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dinamika merupakan munculnya suatu perubahan-perubahan yang terjadi

dalam suatu periode tertentu. Dijelaskan lebih lanjut oleh Haryadi, dkk (1998)

bahwa dinamika perkembangan usaha merujuk pada proses atau tahapan

perkembangan suatu unit usaha atau kelompok usaha kecil dari proses

perintisan (pendirian) sampai menjadi kondisi seperti yang terakhir diamati.

Menurut Kotler dan Armstrong (2001, dalam Nugroho, 2013), daur hidup

produk terdiri dari empat tahap, yaitu:

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

23

1. Tahap Perkenalan

Tahap perkenalan dimulai pada saat produk diluncurkan karena masih

bersifat sebagai pijakan awal dan diperlukannya waktu untuk meluncurkan

produk ke beberapa pasar yang dirasa potensial, maka yang dialami pada

periode ini adalah pertumbuhan dari penjualan produk UMK mungkin masih

lambat.

2. Tahap Pertumbuhan

Tahap pertumbuhan UMK ditandai dengan peningkatan pesat dalam

penjualan. Tahap pertumbuhan mulai bisa dirasakan ketika konsumen mulai

menyukai produk dan munculnya konsumen tambahan. Pada tahap

pertumbuhan, mereka memperkenalkan keistimewaan produk baru dan

memperluas jaringan distribusi. Harga tetap bertahan atau sedikit mengalami

penurunan, hal tersebut akan tergantung pada seberapa cepat akan terjadinya

suatu peningkatan permintaan.

3. Tahap Kedewasaan

Pada saat titik tertentu, pertumbuhan penjualan produk suatu UMK akan

cenderung melambat dan produk akan mengalami proses kedewasaan relatif.

Tahap ini berlangsung lebih lama daripada tahap-tahap sebelumnya dan

merupakan fase yang paling berat untuk dijalani oleh pelaku UMK dalam

mempertahankan pasar dan eksistensi yang telah mereka bangun.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

24

4. Tahap Penurunan ( Decline)

Tahap penurunan bisa dikatakan sebagai tahap yang memprihatinkan bagi

pelaku usaha kecil. Penjualan sebagian besar bentuk dan merek produk yang

dihasilkan akhirnya menurun secara perlahan. Penurunan tersebut disebabkan

oleh banyak faktor seperti masalah perkembangan teknologi, pergeseran selera

konsumen, masalah modal dan bahan baku serta meningkatnya persaingan di

dalam dan diluar negeri.

1.6.4. Sentra Industri

Menurut UU No.9 Tahun 1995, lokasi sentra industri kecil merupakan

pengadaan lahan khusus bagi usaha kecil atau pengadaan sebagian lahan pada

kawasan industri yang dibangun oleh pemerintah atau oleh usaha menengah

dan/atau usaha besar. Sentra merupakan unit kecil kawasan yang memiliki ciri

tertentu di mana didalamnya terdapat kegiatan proses produksi dan merupakan

area yang lebih khusus untuk suatu komoditi kegiatan ekonomi yang telah

terbentuk secara alami yang ditunjang oleh sarana untuk berkembangnya

produk atau jasa yang terdiri dari sekumpulan pengusaha mikro, kecil dan

menengah. Di area sentra tersebut terdapat kesatuan fungsional secara fisik :

lahan, geografis, infrastruktur, kelembagaan dan sumberdaya manusia, yang

berpotensi untuk berkembangnya kegiatan ekonomi dibawah pengaruh pasar

dari suatu produk yang mempunyai nilai jual dan daya saing tinggi (Setiawan,

2004).

Menurut Wulandari (2012), kawasan industri kecil menengah merupakan

aglomerasi perusahaan industri di suatu lokasi, khususnya industri kecil dan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

25

menengah yang didalamnya terdiri dari berbagai kegiatan usaha yang saling

terikat kerjasama strategis yang bersifat saling mengisi, dan saling

membutuhkan/mendukung atau komplementer dan sinergik, yang terikat dalam

semangat kebersamaan/ komitmen kolektif yang kuat. Dijelaskan lebih lanjut

bahwa pengembangan ekonomi lokal dapat diwujudkan dengan mendorong

berkembangnya kawasan-kawasan ekonomi produktif dengan mengoptimalkan

faktor-faktor kunci pengembangan kawasan yang berdaya saing dengan tetap

menekankan kepada inisiatif dan partisipasi masyarakat lokal yang kreatif dan

produktif, peningkatan kuaitas SDM lokal, pemanfaatan sumber daya ekonomi,

sosial, teknologi, dan kelembagaan lokal serta penciptaan lapangan pekerjaan

bagi penduduk dan masyarakat setempat.

Menurut Marshall (1920, dalam Marijan, 2005) sentra-sentra industri

tersebut, yang di dalamnya terdapat Industri Kecil dan Menengah (IKM)

memperoleh keuntungan karena berada di dalam suatu wilayah yang

berdekatan (geographical proximity). Di antaranya adalah tersedianya tenaga

kerja yang memiliki ketrampilan khusus dan sangat dibutuhkan oleh

perusahaan-perusahaan (labour pool) dan adanya pertukaran informasi dan

gagasan (knowledge spill-over).

1.6.5. Pengertian Daya Saing

Pengertian daya saing menurut Sumihardjo kata daya dalam kalimat daya

saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain,

atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

26

Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi lebih dari

yang lain atau unggul dalam hal tertentu baik yang dilakukan seseorang,

kelompok maupun institusi tertentu.

Peningkatan daya saing UKM dapat dilakukan melalui dua aspek yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi institusi riset dan

pengembangan, kapabilitas SDM, pengembangan SDM, dan teknologi,

sedangkan faktor eksternal mencakup dukungan kemitraan dalam modal,

dukungan pemerintah terhadap riset dan pengembangan HAKI, dan interaksi

dengan pihak luar. Di samping itu juga peranan kapabilitas inovasi dan

kemitraan menjadi faktor yang penting dalam peningkatan daya saing UKM

(Siyamtinah, 2010 dalam Sulistyo, 2011).

Menurut Wulandari (2012), ada beberapa faktor kunci yang seharusnya

dikembangkan dalam pengembangan kawasan yang berdaya saing yaitu:

a. Pengembangan sumber daya manusia, yang dibedakan ke dalam aspek

kualitas meliputi upaya fasilitasi dan penciptaan keahlian serta aspek

kuantitas yang meliputi pendidikan dan latihan serta lembaga/institusi

yang memfasilitasi.

b. Pengembangan penelitian dan pengembangangan

c. Pengembangan pasar

d. Akses terhadap sumber input atau faktor produksi

e. Keterkaitan, kerjasama, dan kemitraan

f. Iklim usaha

g. Sosial budaya

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

27

1.6.6. Kemitraan

Dalam Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 1997

terutama dalam Pasal 1 menyatakan bahwa :

“Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah

dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha

menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan”. Penelitian

Saptana, dkk yang berjudul analisis kelembangaan kemitraan usaha di sentra-

sentra produksi sayuran menunjukkan bagaimana perlunya kebijakan-kebijakan

untuk kelembagaan kemitraan usaha komoditas sayuran dalam rangka

meningkatkan daya saing produk sayuran di daerah sentra produksi.

Pembinaan dan pengembangan UKM, Koperasi dan Pertanian oleh

BUMN dapat berupa pinjaman modal, penjaminan dan investasi dan atau

pembinaan teknis dalam bentuk hibah khusus untuk membiayai pendidikan dan

latihan, pemagangan, promosi, pengkajian dan penelitian. Menurut Sapuan

(1996, dalam Purnama, 2011) membagi pola kemitraan menjadi 2 pola yaitu:

kemitraan pasif, di mana salah satu mitra dari mitra lain tanpa ada ada kaitan

usaha, dan kemitraan aktif, di mana terdapat jalinan kerja sama sehingga

terbentuk hubungan bisnis yang sehat. Tujuan utama kemitraan menurut Julius

Bobo (2003) ialah mengembangkan pembangunan yang mandiri dan

berkelanjutan degan landasan dan struktur perekonomian yang kukuh dan

berkeadilan dengan ekonomi rakyat sebagai tulang punggung utamanya.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

28

Prinsip dasar kemitraan adalah sukarela dan saling memerlukan, kemitraan

pada dasarnya harus terjadi secara alami. Tidak dapat dianjurkan melalui moral

situasion atau dipaksakan oleh pihak eksternal. Kemitraan dengan latar

belakang moral situasion hanya akan melahirkan kemitraan seremonial yang

tujuan dan targetnya hanya indah didengar (Purnama, 2011).

Riane Eisler dan Alfonso Montuori (2001, dalam Herawati, 2011)

mengatakan bahwa strategi kemitraan organisasi merupakan bagian dari

pendekatan sistem, yang telah mempertimbangkan adanya pengaruh

lingkungan organisasi dalam pertumbuhan organisasi.Lingkungan menuntut

adanya kemitraan organisasi, untuk dapat mengeola konflik yang muncul

dalam organisasi. Menurut Phil Harkins (2002, dalam Herawati, 2011)

kemitraan dibangun berdasarkan hubungan kerjasama dan rasa saling percaya

antar-pihak, sehingga kemitraan yang gagal ialah karena rusaknya

kepercayaan.

1.6.7. Penggunaan Teknologi

Burgelman, dkk (2001, dalam Sulistyo, 2011) menyatakan bahwa

teknologi adalah sumber daya yang penting dalam organisasi yang perlu

dikelola dengan baik karena teknologi merupakan fungsi bisnis yang mendasar.

Teknologi akan dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan kompetensi

pembeda yang memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan produk yang

lebih baik dari pesaingnya (Tidd, dkk 1997, dalam Sulistyo, 2011) sedangkan

menurut Chowdhury (1990) teknologi yang modern akan membawa

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

29

peningkatan kualitas produk, pengembangan produk baru, produktivitas, dan

efisiensi. Menurut Baiquni (2007) penggunaan teknologi merupakan salah satu

kapabilitas masyarakat yang menyangkut kemampuan atau kecakapan dalam

mendayagunakan sumberdaya.

1.6.8. Kreativitas dan Inovasi

Kreativitas sendiri mengandung arti yaitu proses metal yang melibatkan

pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan

konsep yang sudah ada, dalam arti kata lain kreativitas ini memunculkan ide

ide yang baru untuk kemajuan usaha atau bisnis yang sedang berjalan

(Lestari, 2011).

Menurut Baldwin (1999, dalam Sulistyo, 2011), inovasi mengkin

merupakan kunci kesuksesan organisasi, akan tetapi tenaga kerja yang

mempunyai skill yang tinggi merupakan faktor yang penting untuk inovasi.

Inovasi produk merupakan salah satu dampak dari perubahan teknologi yang

cepat dan variasi produk yang tinggi akan menentukan kinerja organisasi

(Hurley & Hult, 1998, dalam Hartini, 2011). Lebih lanjut Hartini (2011)

menggunakan 2 jenis inovasi dalam penelitiannya yang berjudul peran inovasi

dalam pengembangan kualitas produk dan kinerja bisnis yaitu inovasi produk

dan inovasi proses. Menurut Damanpour (1991) inovasi produk merupakan

produk atau jasa baru yang diperkenalkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan

pasar sedangkan inovasi proses menurut Cooper (1998) menggambarkan

perubahan cara organisasi memproduksi produk dan jasa akhir dari suatu

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

30

perusahaan. Menurut Hartini (2011) inovasi proses adalah saran untuk

meningkatkan kualitas dan juga penghematan biaya.

1.6.9. Pemasaran

Pemasaran yang kokoh merupakan hal yang penting di dalam semua

organisasi. Pemasaran merupakan suatu proses mengelola hubungan pelanggan

yang menguntungkan, dengan dua sasaran yaitu menarik pelanggan baru

dengan menjanjikan keunggulan nilai serta menjaga dan menumbuhkan

pelanggan yang ada dengan memberi kepuasan. Sehingga suatu perusahaan

harus mampu membangun hubungan yang kuat bagi pelanggan (Kotler dan

Armstrong, 2008).

Beberapa permasalahan dalam pemasaran yang sering terjadi di industri

kecil adalah kurangnya informasi pasar yang dibutuhkan pengusaha kecil yang

disebabkan oleh beberapa hal yaitu jalur-jalur pemasaran yang telah dikuasai

oleh perusahaan yang sudah kuat; ketidakmampuan produk yang dihasilkan

dalam memenuhi selera konsumen karena masih berorientasi pada produksi

tanpa melihat potensi dan prospek pasar; kurangnya kemampuan dan kejelian

pengusaha kecil dalam membaca peluang usaha; dan kurangnya kemampuan

pengusaha kecil dalam memperhatikan desain dan mutu produk yang dapat

memenuhi keinginan konsumen (Suhendro, 1997 dalam Kurniawan, 2000).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

31

1.7. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Program Pemerintah Kota Medan

Pusat Industri Kecil (PIK) di Kelurahan Tenggara,

Kecamatan Medan Denai

1. Modal 2. Kreativitas dan Inovatif 3. Penggunaan TIK 4. Pemasaran 5. Akses terhadap bahan baku

Peran aktif pemerintah

1. Kebijakan 2. Pelatihan dan

Pembelajaran 3. Bantuan Modal

Daya Saing Usaha

Strategi Peningkatan Daya saing Usaha

Dinamika perkembangan Pusat Industri Kecil (PIK)

Faktor Eksternal Faktor Internal

Pola interaksi kemitraan yang

terjadi

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

32

Kerangka pemikiran berangkat dari program pemerintah untuk

mempertahankan keberadaan industri kecil di Kota Medan yaitu dengan

membangun Pusat Industri Kecil (PIK) di Kecamatan Medan Denai. Sehingga

pembangunan tersebut mampu memberikan memberikan kemudahan-kemudahan

bagi para pelaku usaha dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.

Perkembangan Pusat Industri Kecil (PIK) sendiri ditentukan oleh beberapa

faktor baik faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor internal meliputi

ketersediaan modal, pengembangan SDM seperti kreativitas dan inovatif,

penggunaan teknologi, kemampuan pemasaran, kemampuan sistem dan

manajemen perusahaan dan ketersediaan bahan baku, sedangkan faktor eksternal

mencakup kemitraan dan dukungan pemerintah baik dari kebijakan, pelatihan dan

pembelajaran, serta bantuan modal. Kedua faktor inilah yang nantinya akan

menentukan bagaimana kekuatan daya saing usaha-usaha di PIK dan bagaimana

strategi peningkatan daya saing usaha tersebut sehingga pada akhirnya

perkembangan PIK dapat menuju kearah yang lebih baik.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

33

1.8. Batasan Operasional

Dinamika merujuk pada proses atau tahapan perkembangan suatu unit usaha atau

kelompok usaha kecil dari proses perintisan (pendirian) sampai menjadi kondisi

seperti yang terakhir diamati yaitu tahun 1997 hingga 2015.

Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru,

yang berbeda dari sebelumnya ( Kasiram, 1983)

Menurut Undang-undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha produktif

yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.

200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki

hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 per tahun serta dapat

menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan

Rp. 500.000.000,00 . Industri kecil merupakan kegiatan rakyat yang berskala kecil

yang meliputi industri kecil informal dan tradisional

Menurut UU No.9 Tahun 1995, lokasi sentra industri kecil merupakan pengadaan

lahan khusus bagi Usaha Kecil atau pengadaan sebagian lahan pada kawasan

industri yang dibangun oleh pemerintah atau oleh usaha menengah dan/atau usaha

besar

Pengertian daya saing menurut Sumihardjo kata daya dalam kalimat daya saing

bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau

beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93600/potongan/S1-2016... · Latar Belakang Usaha Kecil Menengah ... (modal), maupun pembekalan/pelatihan

34

Kemitraan sebagaimana dimaksud UU No.9 Tahun 1995, adalah kerjasama antara

usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai dengan

pembinaan dan pengembangan oleh usaha mengengah atau usaha besar dengan

prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan

Menurut Baiquni (2007) penggunaan teknologi merupakan salah satu kapabilitas

masyarakat yang menyangkut kemampuan atau kecakapan dalam

mendayagunakan sumberdaya.

Pemasaran merupakan suatu proses mengelola hubungan pelanggan yang

menguntungkan, dengan dua sasaran yaitu menarik pelanggan baru dengan

menjanjikan keunggulan nilai serta menjaga dan menumbuhkan pelanggan yang

ada dengan memberi kepuasan. Sehingga suatu perusahaan harus mampu

membangun hubungan yang kuat bagi pelanggan (Kotler dan Armstrong, 2008).

Menurut Zimmerer dalam buku Buchari Alma (2009) mengemukakan kreativitas

adalah kemampuan untuk mengembangkan ide baru dan menemukan cara baru

dalam melihat peluang ataupun problem yang dihadapi.