67
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah mengalami krisis ekonomi, walaupun keadaan ekonominya telah pulih tetapi relatif lambat pertumbuhannya jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Pembangunan Indonesia dapat tercapai apabila didukung dengan pembiayaan dari dalam negeri maupun luar negeri. Pembiayaan tersebut diperoleh dari penerimaan yang dimiliki oleh negara.Penerimaan negara Indonesia bersumber dari kekayaan alam, pajak- pajak, bea dan cukai, penerimaan negara bukan pajak dan hasil perusahaan negara. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar bagi Indonesia dari semua sumber penerimaan negara tersebut. Salah satu jenis pajak yaitu pajak penghasilan (PPh), yang dapat dikenakan langsung kepada wajib pajak yang terdiri dari orang pribadi, warisan, badan, bentuk usaha tetap menurut UU No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Beban dan tanggung jawab untuk merealisasikan penerimaan negara yang bersumber dari penerimaan pajak mengharuskan Direktorat Jendral Perpajakan melakukan reformasi aturan-aturan di bidang perpajakan. Undang-undang tentang pajak penghasilan telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun, yang terakhir yaitu Undang-undang No.36 tahun 2008. Perubahan keempat atas Undang-undang No.7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan.DPR telah mengesahkan rancangan Undang-undang PPh ini menjadi UU pada tanggal 2 September 2008.UU PPh 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAHlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/8/--ernadewiso-384-3-skripsi...menggunakan utang sebagai struktur modal usahanya. Para ... ini yang

  • Upload
    vukhanh

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah mengalami krisis

ekonomi, walaupun keadaan ekonominya telah pulih tetapi relatif lambat

pertumbuhannya jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Pembangunan

Indonesia dapat tercapai apabila didukung dengan pembiayaan dari dalam negeri

maupun luar negeri. Pembiayaan tersebut diperoleh dari penerimaan yang dimiliki

oleh negara.Penerimaan negara Indonesia bersumber dari kekayaan alam, pajak-

pajak, bea dan cukai, penerimaan negara bukan pajak dan hasil perusahaan

negara. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar bagi Indonesia dari

semua sumber penerimaan negara tersebut. Salah satu jenis pajak yaitu pajak

penghasilan (PPh), yang dapat dikenakan langsung kepada wajib pajak yang

terdiri dari orang pribadi, warisan, badan, bentuk usaha tetap menurut UU No.36

tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

Beban dan tanggung jawab untuk merealisasikan penerimaan negara yang

bersumber dari penerimaan pajak mengharuskan Direktorat Jendral Perpajakan

melakukan reformasi aturan-aturan di bidang perpajakan. Undang-undang tentang

pajak penghasilan telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun, yang terakhir

yaitu Undang-undang No.36 tahun 2008. Perubahan keempat atas Undang-undang

No.7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan.DPR telah mengesahkan rancangan

Undang-undang PPh ini menjadi UU pada tanggal 2 September 2008.UU PPh

1

tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009. Pemerintah berharap UU ini

akan menciptakan lingkungan ekonomi yang baik dan kompetitif.Sampai dengan

tahun pajak 2008 tarif Pajak Penghasilan Badan yang diatur dalam pasal 17 UU

No.17 tahun 2002 adalah tarif proporsional dengan struktur sebagai berikut :

1. Lapisan penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 50.000.000,- tarif

pajaknya 10%

2. Lapisan penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 50.000.000,- s.d Rp

100.000.000,- tarif pajaknya 15%

3. Lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp 100.000.000,- tariff pajaknya

30%

Mulai tahun pajak 2009, dalam UU No.36 tahun 2008 pasal 17

menyatakan bahwa wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah

sebesar 28% dan akan menjadi 25% pada tahun 2010.Jadi berapapun penghasilan

kena pajaknya tarif yang dikenkan adalah sebesar 28% atau 25%.Pengesahan UU

No.36 tahun 2008 semakin mewajibkan perseorangan ataupun badan usaha

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan membayar pajak penghasilan.

Jika dibandingkan negara-negara lainnya di ASEAN, tarif pajak di

Indonesia masih cukup besar sementara penerimaan pajaknya masih sangat

minim. Dengan menurunnya tarif pajak tersebut diharapkan akan menjaring lebih

banyak wajib pajak dan dapat mendorong pembentukan modal dan memicu iklim

investasi yang baik. Setiap perusahaan membutuhkan pendanaan, pemenuhan

dana tersebut berasal dari sumber internal maupun eksternal. Keputusan

pendanaan menjadi pertimbangan bagi manager keuangan untuk memilih sumber

2

dana dari hutang atau menerbitkan saham yang digunakan oleh perusahaan

sebagai struktur modalnya. Dalam kenyataannya perusahaan di Indonesia yang

menggunakan utang sebagai struktur modal usahanya. Para ahli berpendapat

bahwa kenaikan nilai perusahaan terjadi karena pembayaran bunga atas utang

merupakan pengurang pajak sehingga laba yang mengalir kepada investor

semakin besar. Dalam hal ini, secara tidak langsung pajak memiliki keterkaitan

dengan struktur modal.Walaupun pajak bukan faktor utama yang diperhatikan

untuk keputusan pendanaan dalam suatu perusahaan, tetapi pada dasarnya pajak

merupakan hal tang tidak dapat dihindari oleh siapapun termasuk perusahaan. Hal

ini yang mendasari peneliti untuk mengetahui pengaruh struktur modal PT.

Wiharta Prametal terhadap pajak penghasilan badan terutang perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, diajukan judul : “PENGARUH STRUKTUR

MODAL TERHADAP PPh BADAN TERUTANG PT. WIHARTA

PRAMETAL GRESIK”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah adalah apakah struktur modal PT. Wiharta Prametal berpengaruh

terhadap pajak penghasilan badan terutang perusahaan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis

pengaruh struktur modal terhadap pajak penghasilan badan PT. Wiharta Prametal.

3

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam

mengambil kebijakan pendanaan dalam struktur modal dengan

mempertimbangkan aspek pajak.

2. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

pajak yang mendorong peningkatan investasi di Indonesia.

b. Manfaat Teoristis

Penulis berharap dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama

mengikuti perkuliahan. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis

dalam memberikan pengetahuan tentang struktur modal pada perusahaan

dan perpajakan serta aplikasinya di lapangan.

4

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1. TEORI DASAR PAJAK

1. Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tiada mendapat jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk mambayar pengeluaran umum.

Menurut Feldmann, Pajak adalah Prestasi yang dipaksakan sepihak

oleh dan terutang kepada penguasa, tanpa adanya kontraprestasi dan

semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Menurut Smeet, Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang

terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa

adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual,

maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Menurut Soeparman Soemahamidjaya, Pajak adalah Iuran wajib

berupa barang atau uang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-

norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa

kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

5

Menurut Brotodihardjo, dengan mengutip pendapat dari Andriani

menyebutkan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peratiran-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung

dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan nahwa pajak memiliki unsur-

unsur:

1. Iuran dari rakyak kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.Iuran tersebut

berupa uang (bukan barang)

2. Berdasarkan Undang-Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang

serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara

langsung dapat ditnjuk.Dalam pembayaran pajak tidak dapat

ditunjukan kontraprstasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

5

6

2. Fungsi Pajak

Menurut Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak (2009), terdapat dua fungsi pajak

yaitu budgetair dan regulerend.Penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Fungsi budgetair, dimana pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (regulerend), Pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijaksnaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

Contoh :

Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hisup konsumtif.

Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor

produk Indonesia di pasar dunia.

3. Asas-asas perpajakan

Menurut Adam Smith sebagaimana dikutip oleh Nurmantu (2003),

mengemukakan 4 (empat) asas yang disebut sebagai four maxims atau four

canons, diantaranya adalah equity, certainty, convenience dan efficiency,

yang akan dijelaskan dibawah ini :

a. Equity adalah supaya tekanan pajak antara subjek pajak masing-

masing hendaknya dilakukan seimbang dengan kemampuannya,

yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah

perlindungan negara.

7

b. Certainty, dimaksudkan supaya pajak yang harus dibayar seseorang

harus terang dan pasti tidak dapat dimulur-mulur atau ditawar-

tawar.

c. Convenience, dimaksuskan supaya dalam memungut pajak

pemerintah hendaknya memperhatikan saat-saat yang paling bail

bagi pembayar pajak.

d. Efficiency, dimaksudkan supaya pemungutan pajka hendaknya

dilaksanakan sehemat-hematnya, jangan sampai biaya-biaya

memungut lebih tinggi daripada pajak yang dipungut.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2009) terbagi

menjadi official Assesment System, Self Assesment System dan with

holding system.Penjelasan dari ketiga system pemungutan pajak tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Official Self Assesment

Adalah suatu system pemungutan yang member wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya :

Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus

8

Wajib pajak bersifat pasif

Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan

pajak oleh fiskus

b. Self Assesment System

Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang

kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak

yang terutang.

Ciri-cirinya :

Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada wajib pajak sendiri

Wajib pajka aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

c. With Holding system

Adalah suatu sytem pemungutan pajak yang member wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan)

Cirri-cirinya :

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada

pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak

9

5. Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2009), pajak dapat diklasifikasikan menurut golongan

yang terdiri dari pajak langsung dan tidak langsung, berdasarkan sifatnya

terdiri dari pajak subjektif dan pajak objektif, sedangkan menurut lembaga

pemungutannya pajak terdiri pajak pusat dan pajak daerah, yaitu :

a. Menurut golongannya

1. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain

Contoh : pajak penghasilan

2. Pajak tidak langsung, yaitu pajka yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : pajak pertambahan nilai

b. Menurut sifatnya

1. Pajak subjektif, pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : Pajak penghasilan

2. Pajak Objektif, pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : pajak pertambahn nilai dan pajak penjualan atas barang

mewah

c. Menurut Lembaga Pemungutannya

1. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

10

Contoh : pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan Bea

materai

2. Pajak daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas :

Pajak provinsi, contoh : pajak kendaraan bermotor dan

pajak bahan bakar kendaraan bermotor

Pajak Kabupaten.kota, contoh : pajak hotel, pajak

restoran dan pajak hiburan

6. Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2009), tariff pajak terdiri dari :

a. Tarif sebanding/proporsional

Tarif pajak berupa prosentase yang tetap terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak sehingga pajak yang terutang proporsional terhadap

besarnya nilai yang dikenai pajak.

Contoh :

Untuk menyerahkan barang kena pajak di dalam daerah pabean akan

dikenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10%

b. Tarif tetap

tariff berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang

dikenai pejak sehinggan besarnya pajak yang terutang tetap

11

Contoh :

Besarnya tariff bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai

nominak berapapun adalah Rp. 1.000.000,-

c. Tarif Progresif

Prosentase tariff yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai

pajak semakin besar.

Contoh : pasal 17 UU pajak penghasilan

2.1.2. PAJAK PENGHASILAN

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan termasuk dalam kategori pajak subjektif, artinya

pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni yang telah memenuhi criteria

yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan.Apabila tidak ada subjek

pajaknya maka jelas tidak dapat dikenakan pajak penghasilan.

Menurut Early Suandy dalam bukunya hukum pajak (2005), pajak

penghsilan adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan dapat

dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu

baik masa pajak mapun tahun pajak.

Sedangkan menurut Siti Resmi (2005), Pajak penghsilan adalah

pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima

yang dapat dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka

waktu tertentu dalam suatu tahun pajak.

12

2. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak dapat diartikan sebagai orang yang dituju oleh Undang-

Undang untuk dikenakan pajak.Pajak penghasilan dikenakan terhadap

subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya

dalam tahun pajak.

Jika ditinjau dari lembaga pemungutannya maka pajak penghasilan

dikategorikan sebagai subjek pajak, dengan pengertian bahwa pajak

penghasilan ini berpangkal atau mendasarkan pada subjek pajaknya.Yang

dimaksud dengan subjek pajak (Dr. Nur Hidayat .,SE .,ME .,Ak .,BKP)

antara lain :

a. Orang Pribadi

Orang pribadi subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di

Indonesia atau di luar Indonesia

b. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang

berhak

Subjek pajak warian yang belum terbagi sebagi suatu kesatan merupakan

subjek pajak pengganti menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli

waris.Ketika warisan ini sudah terbagi maka pewarisnyalah yang

merupakan subjek pajak.

13

c. Badan

Pengetian “badan” mengacu pada ketentuan Undang-Undag

ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Badan adalah sekumpulan

orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik melakukan usaha

ataupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, BUMN atau BUMD dengan nama dan bentuk

apapun, firma, kongsi, dana pensiun, perkumpulan, yayasan, koperasi,

organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi sejenis,

lembaga dan bentuk usaha tetap.

Badan sebagi subjek pajak merupakan perkumpulan yang

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh

penghasilan dan/atau memberikan jasa kepada anggota. Perkumpulan

mencakup pula asosiasi, persatuan, penghimpunan atau ikatan dari pihak-

pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.Surat edaran Direktur

Jendral Pajak Nomor SE26/Pj.42/1999 tanggal 21 Juni 1999

menyebutkan bahwa partai politik juga termasuk subjek pajak.

d. Bentuk Usaha Tetap

Yang dimaksud bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam waktu 12 bulan, serta

badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Bentuk usaha

tetap ini ditentukan sebagai subjek pajak tersendiri, terpisah dari badan.

14

Dari segi lokasi subjek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi

2 yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek

pajak dalam negeri terdiri atas orang pribadi, badan dan warisan yang

belum terbagi. Sedangkan subjek pajak luar negeri terdiri atas orang

pribadi dan badan.

Subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat

tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari (tidak harus berturut-

turut) dalm jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam satu

tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di

Indonesia, badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia kecuali

unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi criteria :

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan

2. Pembiayaannya bersumber dalam anggaran pendapatan dan

belanja negara (APBN) atau anggaran pendapatan dan belanja

daerah (APBD)

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat

dan daerah

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional

negara.

15

Selain itu, warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan

menggatikan yang berhak dapat juga diklasifikasikan sebagai subjek

pajak dalam negeri.

Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat

tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari

dalam jangka waktu 12 bulan untu menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Selain badan yang

tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan melalui usaha tetap di Indonesia juga

termasuk sebagai subjek pajak luar negeri.

Bentuk usaha tetap merupakan bentuk usaha yang dipergunakan

oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia kurang dari

183 hari dalam jangka waktu 12 bulan serta badan yang tidak didirikan

atau tidak bertempat tinggal di Indonesia untuk menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan usaha.Yang termasuk dalam pengertian bentuk usaha

tetap adalah (1) tempat kedudukan manajemen, (2) cabang perusahaan,

(3) kantor perwakilan, (4) gedung kantor, (5) pabrik, (6) bengkel, (7)

gudang, (8) ruang utnuk promosi dan penjualan, (9) pertambangan dan

penggaalian sumber alam, (10) wilayah kerja pertambangan minyak dan

gas bumi, (11) perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau

perhutanan, (12) proyek kontruksi, instalasi atau proyek perakitan, (13)

pemberian jasa dlam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain

sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari alam jangka waktu 12 bulan, (14)

orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak

16

bebas, (15) agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak

didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang menerima premi

asuransi atau menanggung resiko di Indonesia, (16) computer, agen

elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, dan digunakan

oleh peyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha

melalui internet.

Perbedaan antara subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri

Tabel 2.1

Perbedaan Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar

Negeri

Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri

Dikenakan pajak atas penghasilan,

baik yang diterima atau diperoleh

dari dalam maupun luar negeri

Dikenakan pajak hanya atas

penghasilan yang berasal dari

sumber penghasilan di Indonesia

Dieknakan pajak berdasarkan

penghasilan netto

Dikenakan pajak berdasarkan

penghasilan bruto

Tarif yang digunakan adalah tarif

UU PPh pasal 17

Tarif yang digunakan adalah tarif

UU PPh pasal 26

Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT

17

3. Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan dapat diartikan sebagi sasaran pengenaan

pajak dan untuk menghitung pajak terutang. Yang menjadi objek pajak

penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar

Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan

wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun.

Penghasilan yang menjadi objek pajak dapat dikelompokkan

menjadi 4 bagian :

a. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja

b. penghasilan dari usaha atau kegiatan

c. penghasilan dari modal atau penggunaan harta

d. penghasilan lain-lain yaitu penghasilan yang tidak dapat masuk

dalam 3 kelompok tersebut

Selain itu penghasilan juga dapat dikelompokkan menjadi

penghasilan yang dikenakan pajak tidak final dan pajak final. Objek pajak

penghasilan yang dikenakan pajak tidak final antara lain :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi,

bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lain.

Jika penggantian atau imbalan dapat diakui sebagai penghasilan

18

bagi penerimaannya maka bagi pemberi, penggantian atau imbalan

tersebut dapat diakui sebagai biaya.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

termasuk dalam pengertian “hadiah” adalah hadiah dari undian,

pekerjaan dan kegiatan sedangkan yang dimaksud dengan

penghargaan adalah imbalan yang sehubungan dengan kegiatan

tertentu.

3. Laba usaha merupakan penjualan yang telah dikurangi dengan harga

pokok penjualan dan biaya lainnya

4. Keuntungan karena penjualan dan pengalihan harta termasuk :

Keuntungan karena penngalihan harta kepada peseroan,

pesekutuan, dan badan lain sebagai pengganti saham atau

penyertaan modal

Keuntungan karena penglihan harta kepada pemegang saham,

sekutu atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan atau

badan lainnya

Keuntungan karena likuiditas, penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha atau

reorganisasi dengan nama dan dlam bentuk apapun.

Keuntungan karena pengalihan harta hibah, bantuan atau

sumbangan kecuali diberikan kepada keluarga sedarah dalam

garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan atau

badan pendidikan, badan social atau pengusaha kecil termasuk

19

koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang

tidak ada hubungan dengan usaha, kepemilikan, pekerjaan atau

penguasaan antara pihak-pihak yang brsangutan.

Keuntungan karena penjualan dari pengalihan sebagian atau

seluruh hak penambangan, tanda surut serta dalam pembiayaan

serta permodalan dalam perusahaan petambangan.Keuntungan

karena penjualan dan pengalihan harta muncul apabila harga

jual atas harta lebih tinggi dari nilai buku. Harga jual yang

dipakai sebagian dasar menilai keuntungan adalah harga pasar.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6. Biaya termasuk premium, diskonto dan imbalan lain karena jaminan

pengembalian utang.Pemium timbul apabila obligasi dijual diatas

nilai nominalnnya. Premium merupakan penghasilan pagi pihak

yang menjual obligasi sedangkan diskonto merupakan penghasilan

dari pihak yang membeli diskonto.

7. Deviden, dengan nama dan bentuk apapun termasuk deviden dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian SHU

koperasi

8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

11. Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan

jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah

20

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

14. Premi asuransi

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan ari anggotanya

yang terdiri atas wajib pajak yang menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas

16. tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghsilan yang belum

kena pajak

17. Penghasilan dari uaha berasis syari’ah

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang

yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan

19. Surplus Bank Indonesia

4. Undang-undang yang mengatur pajak penghasilan

Pajak penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1983 dengan penjelasan pada lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 1983 Nomor 50.Selanjutnya berturut-turut :

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991

b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

5. Pajak Penghasilan Badan

Menurut Djoko Muljono (2007), kewajiban pajak subjektif badan yang

didirikan atau bertempat di Indonesia dimulai pada saat badan tersebut

21

didirikan atau bertempak kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat

dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia.

Tarif dan dasar pengenaan pajak penghasilan badan :

Pada tahun 2009, untuk menghitung Pajak Penghasilan (PPh)

Perusahaan atau lebih dikenal dengan sebutan PPh Badan menggunakan

tarif yang berbeda dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun-tahun

sebelumnya digunakan tarif progresif, maka untuk tahun 2009 dan

seterusnya digunakan tarif tetap.

Ada beberapa tarif yang diterapkan, sesuai dengan kondisi perusahaan.

Tarif-tarif tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf b = 28%

Perusahaan menggunakan tarif ini jika peredaran (bruto) usahanya

lebih dari 50 miliar.

Contoh : PT. FGH selama tahun 2009 peredaran bruto-nya sebesar

55 miliar, penghasilan bersihnya/ Penghasilan Kena Pajak (PhKP)

sebesar 4 miliar. Maka PPh terutang :

= 28% X Rp 4.000.000.000

= Rp 1.120.000.000

2. Tarif PPh pasal 17 ayat (2b) = (28%-5%)

22

Perusahaan menggunakan tarif ini jika perusahaan tersebut

merupakan perusahaan terbuka (perusahaan yang sahamnya

diperjual-belikan di pasar modal). Dengan catatan saham yang

diperdagangkan adalah 40% dari total saham keseluruhan.

Berapapun Peredaran brutonya, tarifnya adalah seperti di atas

=(28% - 5%) X PKP

Contoh : PT. IJK Tbk adalah anggota BEJ dan saham yang

diperdagangkan di pasar modal sebesar 50% dari total saham.

Pada tahun 2009 PT. IJK Tbk peredaran brutonya Rp 45 miliar dan

penghasilan Kena Pajak Rp 2 miliar maka PPh terutang :

= (28% - 5%) X Rp 2 miliar

= 460.000.000

3. Tarif PPh pasal 31e Perusahaan menggunakan tarif ini jika

peredaran bruto tidak lebih dari 50 miliar dan tidak tercatat sebagai

perusahaan terbuka. Penghitungan tarifnya ada dua macam, yaitu :

a. 50% X 28%

Perusahaan menggunakan tarif ini jika peredaran bruto <= 4,8

miliar.

contoh : PT. LMNperedaran bruto selama tahun 2009 adalah Rp 3

miliar dan Penghasilan Kena Pajak Rp 900.000.000 = 50% X 28%

X Rp 900.000.000 = Rp 126.000.000 b. (50% X 28%) X PKP yg

memperoleh fasilitas + (28% X PKP tidak memperoleh fasilitas)

23

PKP tidak memperoleh Fasilitas = PKP - PKP yg memperoleh

Fasilitas

contoh : PT. OPQ peredaran bruto tahun 2009 sebesar Rp 40

miliar, dan penghasilan kena pajak Rp 5 miliar. maka PPh terutang

:

PKP yg memperoleh fasilitas = (4.800.000.000 / 40.000.000.000)

5.000.000.000

= 600.000.000 PhKP tdk memperoleh fasilitas= 5 miliar - 600 juta

= Rp 4.400.000.000

PPh Terutang : = (50% X 28% X 600.000.000) + (28% X

4.400.000.000) = 1.316.000.000

b. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2000

Tarif tunggal sebesar 28 % untuk tahun pajak 2009.Yang menjadi dasar

pengenaan pajak penghasilan adalah Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 tahun 2008 prubahan keempat atas Unang0Unang

Nomor 7 Tahun 1983.

c. Sesuai dengan Tarif Pasal 17 Undang Undang PPh, maka tarif

penghitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2010 ini adalah tarif

tunggal sebesar 25% dari Penghasilan Kena Pajak.

d. Sesuai dengan pasal 31E UU PPh tersebut terdapat fasilitas atas

besarnya tarif pajak PPh badan ini : Wajib Pajak badan dalam negeri

dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima

24

puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif

sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas

Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.

4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

2.1.3. KONSEP MODAL

Menurut Atmaja (2002), modal adalah dana yang digunakan untuk

membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-

item yang ada disisi kanan suatu neraca yaitu utang, saham preferen, saham

biasa dan laba ditahan.

Menurut Thomas.C modal adalah suatu aktiva dengan umur lebih dari

satu tahun dan tidak diperdagangkan dalam kegiatan sehari-hari.

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa modal adalah

dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi

perusahaan yang tidak diperdagangkan sehari-hari.

25

2.1.4. STRUKTUR MODAL

1. Pengertian Struktur Modal

Menurut Husnan (2000), modal adalah perbandingan antara

sumber jangka panjang yang bersifat modal sendiri dan pinjaman. Struktur

modal dapat juga didefinisikan sebagai pertimbangan atau perbandingan

antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,2009).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

struktur modal adalah perbandingan antara utang janga panjang dengan

modal sendiri.

2. Komponen Struktur Modal

Menurut Warsono (2003) Struktur modal suatu perusahaan secara

umum terdiri dari dua komponen yaitu hutang jangka panjang dan modal

sendiri.Diuraikan sebagi berikut :

a. Hutang jangka panjang

Menurut Keown (2004) hutang jangka panjang meliputi pinjaman

dari Bank atau sumber lain yang meminjamkan uang untuk waktu

jangka panjang lebih dari 12 bulan.Pinjamn hutang jangka panjang

dapat berupa pinjaman berjangka (pinjman yang digunkan untuk

membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang

lain atau membeli masin dan peralatan) dan penerbitan obligasi

(hutang yang diperleh melalui penjulan surat-surat obligasi

ditentukan nilai normal, bunga per tahun dan jangka waktu

pelunasan obligasi tersebut).

26

b. Modal Sendiri

Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang

diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal

sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka

waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh

tempo.

Terdapat 2 (dua) modal saham sendiri sebagaimana dijelaskan

sebagai berikut :

1. Modal saham preferen

Saham preferen meberikan para pemegang sahamnya beberapa

hak istimewa yang menjaikannya lebih senior atau lebih

diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu

perusahaan tidak mamberikan saham preferen dalam jumlah yang

banyak

2. Modal Saham Biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang

menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat

pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa

kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya

menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset

terpenuhi.

27

25

26

3. Teori Struktur Modal

Menurut Houtson (2001) teori mengenai struktur modal modern bermula

pada tahun 1958 ketika profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton

Miller (yang selanjutnya kita sebut MM) mempublikasikan apa yang disebut

sebagai artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis.

Berdasarkan serangkaian asumsi yang sanga membatasi MM membuktikan

bahwa nilai suatu perusahaan tidak sepengaruhi struktur modalnya. Dengan

perkataan lain hasil-hasil MM menyatakan bahwa tidak terjadi masalah

bagaimana perusahaan mebiayai operasinya, jadi struktur modal tidak

relevan. Tetapi studi MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak

relistis antara lain :

Tidak ada biaya broker (pialang)

Tidak ada pajak

Tidak ada biaya kebangkrutan

Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama

seperti manajemen mengenai peluan investasi perusahaan dimasa

yang akan datang

EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang

4. Faktor Penentu Struktur Modal

Menurut Moeldjadi (2006) penentu struktur modal perlu mempertimbangkan

beberapa hal yang dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :

a. Tujuan perusahaan

Jika tujuan manager adalah memaksimumkan kemakmuran/kekayaan

para pemegang saham maka struktur modal yang optimal adalah yang

28

dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan. Sedangkan apabila tujuan

manager adalah memaksimumkan keamanan pekerjaannya maka struktur

modal yang optimal adalah laverage (rata-rata) perusahaan lain dalam

satu industri.

b. Tingkat laverage perusahaan yang sama dalam satu industry

c. Kemampuan dana intern

Penentuan dana intren adalah tingkat pertumbuhan pendapatan.Tingkat

pertumbuhan pendatan yang tinggi memungkinkan menejemen

memperoleh dana yang lebih besar daripada laba ditahan yang akan

mengurangi dana pinjaman.

d. Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara

apabila saham yang ada dalam suatu perusahaan hanya dimiliki oleh

sejumlah kecil pemilik maka manager akan segan untuk mengeluarkan

saham baru.

e. Batas Kredit

Usaha manajemen menyesuaikan laverage dengan yang lain dipegaruhi

oleh sikap kreditor terhadap perusahaan tersebut.

f. Besarnya perusahaan

Suatu perusahaan yang berukuran besar lebih mudah memperoleh

pinjaman jika dibandingan perusahaan kecil

g. Pertumbuhan aktiva perusahaan

Pertumbuhan aktiva dapat dijadikan indicator bagi kesempatan

pengembangan perusahaan pada waktu yang akan datang sebab dpat

29

memberikab gambaran bagi kebutuhan dana secara total dalam

perusahaan.

h. Stabilitas Earning

Berhubung variabilitas earning dapat menjadi ukuran resiko bisnis suatu

perusahaan maka calon kreditor cenderung memberikan pinjaman kepada

perusahaan yang mempunyai earning yang relatif stabil.

i. Biaya Modal Sendiri

Karena biaya modal sendiri dapat merefleksikan harga saham maka turun

naiknnya saham akan menunjukkan harapan bagi equity financing yang

murah/mahal yang dapat mengakibatkan dept financing menjadi

kurang/lebih menarik.

j. Biaya Utang

Jika biaya utang lebih besar dari rentabilitas maka penambahan utang akan

membawa efek unfavourable bagi rentabilitas modal sendiri.

k. tarif Pajak

karena pembayaran bunga merupakan tax-deducatible bagi perusahaan

maka dep-financing akan lebih menarik daripada equity financing.Dengan

demikian tariff pajak dan resiko laverage dihipotesiskan mempunyai

hubungan yang positif.

l. Perkiraan tingkat Inflasi

Perkiraan tingkat inflasi akan mempengaruhi permintaan dan penawaran

dana.Dalam keadaan inflasi yang tinggi perusahaan menyenangi dept-

financing

m. Kemampuan dana sumber utang

30

Penawaran dana secara aggregate terutama dipengaruhi oleh kebijakan

pemerintah.Berkurangnya ketersediaan dana ekstern mengakibatkan dept-

financing menjadi lebih mahal

n. Kebiasaan umum di pasar modal

Kebiasaan yang kaku di pasar modal misalnya investor hanya menyenangi

surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank, perusahaan asuransi dan

public utility akan menyulitkan perusahaan untuk segera mengubah struktur

modalnya.

o. Struktur Aktiva

Apabila komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat capital-intensive maka

yang diutamakan adalah equity-financing. Artinya modal pinjaman hanya

merupakan pelengkap terutama untuk memenuhi kebutuhan dana bagi

modal kerja.

E.KETERKAITAN ANTAR VARIABEL

1. Debt to Asset Ratio ( DAR) dengan pengungkapan PPh badan terutang

Debt to Asset Ratio ( DAR) adalah ratio yang mengukur seberapa

besar jumlah aktiva yang dibiayai oleh hutang jangka panjang. Suatu

perusahaan yang memiliki ratio hutang (laverage) akan memiliki nilai lebih

tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan tanpa memiliki laverage.

Kenaikan nilai perusahaan terjadi karena pembayaran bunga atas utang

merupakan pengurang pajak sehingga laba yang mengalir kepada investor

menjadi semakin besar (Brigham dan Houson, 2001).

31

Keuntungan atau manfaat pajak yang akan didapat oleh perusahaan

juga dapat diperoleh dari aktiva tetap yang berupa biaya depresiasi atas

aktiva tetap yang dapat dikurangkan sebagai biaya dalam menghitung laba

kena pajak sebagai mana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun

2000 tentang pajak penghasilan.Biaya depresiasi yang tinggi akan

menggambarkan bahwa perusahaan mempunyai jaminan aktiva yang tinggi

untuk melakukan penambahan utang karena aktiva tetap akan berpengaruh

positif dengan tungkat bunga.

Berdasarkan keterkaitan antar variabel antara DAR dengan pajak

penghasilan terutang maka hipotesis yang diajukan yaitu Debt to Asset

Ratio (DAR) berpengaruh signifikan terhadap pajak penghasilan badan

terutang.

2. Debt to Equity Ratio (DER) dengan pengungkapan PPh badan terutang

Debt to Equity Ratio (DER) yaitu suatu perbandingan antara

seluruh nilai hutang denagn total ekuitas.rasio ini menunjukkan prosentase

penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjman. Semakin

tinggi rasio semakin semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan

oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban

jangka panjang, semakin rendah rasio akan senakin baik kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.

Berdasarkan keterkaitan antar variabel antara DER dengan pajak

penghasilan terutang maka hipotesis yang diajukan yaitu Debt To Asset

Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap pajak penghasilan terutang.

32

Struktur modal yang digunakan dalam penilitian ini untuk

mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap PPh badan terutang

dengan Debt to Asset Ratio (DR) dan Debt to Equity Ratio (DER).Hubungan

antar variabel bahwa terdapat pengaruh pajak dengan struktur modal juga

sesuai dengan penelitian.

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel

yang

digunak

an

Alat

Analisis Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Nur

Wachidah

Yulianti

(2011)

Debt To

Asset

Ratio

Regresi

Linear

Berganda

Variabel Debt To

Asset Ratio tidak

memiliki pengaruh

terhadap pph

terutang sehingga

jika perusahaan

meningkatkan atau

menurunkan DAR

nya maka tidak

akan membawa

dampak apapun

terhadap pajak

penghasilan

Menggunakan

variabel debt to

asset rasio

Analisa data

dengan data

kuantitatif

33

terutang

2. Mutria

Lisa

Septiani

(2010)

a. Modal

sendiri

b. Hutang

jangka

panjan

g

Regresi

Linear

Berganda

a. Tidak ada

hubungan

linear antara

modal sendiri

dengan pajak

penghasilan

terutang

b. Terdapat

hubungan

linear antara

hutang jangka

panjang dengan

pajak

penghasilan

terutang.

Modal sendiri,

hutang

jangka

panjaang

dan jangka

pendek

Analisa data

dengan data

kuantitatif

34

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL

Dengan adanya pemikiran bahwa perusahaan yang memiliki ratio hutang

(laverage) akan memiliki nilai tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan

tanpa memiliki laverage, banyak perusahaan di Indonesia yang menggunaan

hutang sebagai struktur modal usahanya. Para ahli berpendapat bahwa

kenaikan nilai perusahaan terjadi karena pembayaran bunga atas hutang

merupakan pengurang pajak sehingga laba yang mengalir kepada investor

menjadi semakin besar. Hal ini yang menjadikan penulis ingin meneiti apakah

ada pengaruh dari strutur modal terhadap pajak penghasilan badan terutang

perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan variabel struktur modal yaitu

Debt To Asset Ratio (DAR) dan Debt To Equity Ratio (DER).

35

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang

berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam

kondisi terkontrol secara ketat. Dalam penelitian ini penulis memilih PT.

Wiharta Prameta sebagai tempat untuk melakukan riset. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang langsung diperoleh

dari lapangan yaitu berupa laporan keuangan persahaan dari tahun 2010

sampai dengan 2012

3.2 DESKRIPSI POPULASI DAN PENENTUAN SAMPEL

Populasi dan penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling yaitu sampel bertujuan. Menurut Dwi Prayitno (2008),

populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan

dikenai generalisasi hasil penelitian, sedangkan sampel adalah bagian dari

populasi yang akan diteliti..Populasi yang digunakan dalam sampel penelitian

ini adalah PT. Wiharta Prametal sebagai sampel. Kriteria yang akan dijadikan

sampel dalam penelitian ini adalah :

a. perusahaan yang tahun fiskal laporan keuangannya berakhir di bulan

desember

c. Perusahaan memiliki indicator-indikator variabel dependen dan

independen dalam laporan keuangannya

36

3.3 VARIABEL dan DEFINISI

Menurut Nur Indriantoro (2002) definisi operasional adalah penentuan

construct sehinnga menjadi variabel yang dapat diukur.

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel bebas dan terikat

sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

penyebab bagi variable lain

b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh

variabel lain.Namun suatu variabel tertentu dapat sekaligus menjadi

variabel bebas dan terikat.

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel

independen atau bebas (X) yaitu Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to

Equity Ratio (DER). Sementara variable dependen atau terikat (Y) yaitu pajak

penghasilan badan terutang . Berikut ini adalah definisi operasional dari

variabel yang diteliti :

a. Debt to Asset ratio (DAR) X1 : merupakan ratio hutang jangka panjang

dengan asset yaitu bahwa pendanaan perusahaan untuk membeli asset

menggunakna hutang jangka panjang. Menurut Sawir (2003) rasio ini

diperoleh dengan membandingkan jumah hutang jangka panjang

dengan jumlah asset,

LDAR = Hutang

Jumlah asset

37

Besarnya hasil perhitungan DAR menunjukkan besarnya total

hutang yang dapat dijamin dengan total aktiva atau menunjukkan

besarnya dana yang disediakan kreditor terhadap aktiva total yang

dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai DAR maka resiko perusahaan

akan semakin besar karena hutang menimbulkan beban bunga tetap

pada perusahaan.

b. Debt to Equity Ratio (DER) = X2 merupakan rasio hutang dengan

ekuitas yang didefinisikan sebagai proporsi total hutang dengan modal

sendiri .Rasio ini diperoleh dengan membandingkan antara total hutang

dengan modal sendiri

DER = Debt

Equity

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya resiko

kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan, begitu juga

sebaliknnya semakin rendah rasio ini menunjukkan semakin rendah

pula kegagalan yang mukin terjadi pada perusahaan.

c. Pajak penghasilan terutang = Y, pajak penghasilan badan adalah pajak

yang dikenakan terhadap penghasilan, dapat dikenakan secara berkala

dan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu baik masa pajak

maupun tahun pajak terhadap penghasilan suatu badan.

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Untuk mendapatkan data yang menunjang dalam penelitian ini, penulis

melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

38

Teknik pengumpulan data secara umum adalah suatu cara atau prosedur

san proses pengumpulan data dan informasi dilapangan yang akan digunakan

untuk menjawab masalah penelitian. Oleh kerena itu validitas instrumen

pengumpulan data serta kualifikasi pengumpulan data sangat diperlukan untuk

memperoleh sata yang berkualitas. Semakin valid sebuah instrumen

pengumpul data, semakin valid juga data yang yang diperoleh.Instrumen

penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh

atau mengumpulkan data dari satu objek tertentu.Sebagian besar data yang

diperoleh diambil dari laporan keuangan perusahaan tahunan (annual report)

yang tersedia di perusahaan. Menurut Nur Irdiantoro, data sekunder

merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

perantara. Data sekunder umumnya merupakan bukti, catatan atau historis

yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan

yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang

digunkan berasal dari penelusuran informasi pada laporan keuangan seperti

neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan

keuangan serta literature, jurnal dan internet.

3.5 TEKNIK ANALISA DATA

Setalah berhasil mengumpulkan data, maka data tersebut untuk

selanjutnya dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik analisis deskripstif kuantitatif tanpa

menggunakan analisis statistik, yaitu menganalisis, mengumpulkan dan

39

melihat penerapan perhitungan rasio untuk mengetahui pengaruh struktur

modal terhadap Pajak penghasilan Badan PT. WIHARTA PRAMETAL.

Adapun langkah-langkahnya yaitu:

1. Pengumpulan data keuangan yang diperlukan (Neraca, Laporan

Laba/Rugi) yang berkaitan dengan permasalahan melalui dokumentasi

data maupun wawancara dengan pejabat terkait.

2. Melakukan pemilihan metode-metode akuntansi yang sesuai dengan

peraturan perpajakan.

3. Menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung

perusahaan.

4. Menghitung rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap pajak penghasilan badan perusahaan.

40

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

4.1 PENYAJIAN DATA

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Wiharta Prametal adalah Produsen Building material yang

berdiri sejak tahun 1982 sebagai trading dan distributor dengan menyewa

pabrik di kawasan margomulyo, Surabaya denagn nama UD. Samudera Luas

dan penjaualannya mencapai seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2002

berkembang menjadi produsen building material seperti rangka atap baja

ringan, railing tangga minimalis, rangka plafon, genteng metal, dan produk

terbaru pipa stainless steel. Tahun 2010 UD. Samudera Luas berkembang

menjadi PT. Wiharta Prametal telah resmi membnagun sebuah pabrik di

kawasan insudtri legundi. Perusahaan ini berbadan hukum Perseroan Terbatas

(PT) dengan NPWP no. 01.568.740.3-609.000

4.1.2 Lokasi Perusahaan

PT. Wiharta Prametal berlokasi di Jl. Raya Legungi KM 3,8 Ds.

Karangandong, Legundi, Gresik.

4.1.3 Struktur Perusahaan

Dalam setiap perusahaan, struktur organisasi perusahaan

merupakan hal yang sangat penting sebab struktur organisasi

mencerminkan sepenuhnya gambaran tentang kewenangan, tanggung

jawab dan kesatuan komando dalam perusahaan. Dengan adanya struktur

41

organisasi perusahaan, maka pemimpin perusahaan dapat mengetahui

penjabaran dari fungsionaris mana yang bertanggung jawab untuk suatu

kegiatan tertentu yang ada di perusahaan. Struktur organisasi sendiri di

bedakan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

a. Organisasi dengan Sistem Sentralisasi

Adalah suatu sistem yang menghendaki wewenang dan

pengendalian yang dipegang oleh perusahaan pusat.

b. Organisasi dengan Sistem Desentralisasi

Adalah suatu upaya-upaya yang mendelegasikan ke tingkat

yang lebih rendah.

Sistem yang di pakai pada perusahaan ini adalah sistem

desentralisasi, karena perusahaan menganggap dengan sistem

desentralisasi ini, persatuan wewenang pada perusahaan dianggap lebih

mudah dan efisien.

42

Gambar 4.1

Struktur Organisasi

PT. WIHARTA PRAMETAL

President

Director

Document

Control

F & A

Manager

HRD/GA

Manager

QC

Office Manager

Marketing

Manager

Operational /

Plant Manager

IGGI

Marketing

Coordr.

ISSI

Marketing

Coord.

SL

Marketing

Coord.

Showroom

& Depo

Coord.

Sekretaris

IGGI

Sales

ISSI

Sales

SL

Sales

Counter

SL

Sales

IGGI

Sales

Counter

ISSI Sales

Counter

Production

Division

Engineering

Division

R & D

Division

Supply

Division

Purch.

Division

IT

Division

Production

Project

Truss

Wire

Roof

Pipa Motif

Railling

Tangga

UPVC

Steel Door

Slitting

&

Cutting

Rolling

Door

Rep.

&

Maint

Work

shop

Estim

ator

Desi

gn

Logistik

WH

PPIC

IGGI

ISSI

SL

Ship.

IT

Division

IT

Division

Manager

43

Sumber : Data Perusahaan

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka dapat diuraikan

mengenai fungsi dan tugas dari masing-masing bagian. Berikut adalah

fungsi dan tugas dari masing-masing bagian yang terlibat pada PT.

Wiharta Prametal.

a. Direktur

Uraian tugas dari seorang direktur adalah

1. Mengawasi dan mengontrol segala kegiatan perusahaan.

2. Menetapkan kebijakan, keputusan dan tujuan perusahaan.

3. Bertanggung jawab atas segala yang terjadi dengan perusahaan

termasuk didalamnya resiko kerugian.

4. Memberikan arahan, intruksi, kepada bawahan/karyawan.

b. Manager

Uraian dan tugas dari general manager antara lain:

1. Mengelola kegiatan perusahaan, mengkoordinasi seluruh kegiatan

perusahaan dalam kegiatan yang terpadu untuk mencapai tujuan

perusahaan.

2. Menetapkan prosedur kerja intern perusahaan.

3. Memberikan laporan berkala kepada direktur.

c. F & A Manager

Uraian tugas dan tanggung jawab bendahara umum antara lain:

1. Menyimpan dan mengeluarkan dana perusahaan atas intruksi

direktur dan general manager.

44

2. Bertanggung jawab atas segala yang terjadi yang menyangkut

keuangan perusahaan.

3. Mengatur kebutuhan mengenai keuangan perusahaan sesuai

dengan skedul perusahaan.

d. Sekretaris

Uraian tugas dan tanggung jawab sekretaris antara lain:

1. Bertanggung jawab penuh kepada general manager atas

kelancaran tugas sehari-hari.

2. Mengagendakan surat-surat yang masuk sebelum diajukan kepada

direktur.

3. Menyampaikan kepada department yang bersangkutan dengan

keperluan surat yang masuk.

4. Mengarsip surat-surat yang masuk.

e. Manager operasional

Uraian tugas dan tanggung jawab manager operasional antara lain:

1. Memimpin dan mengawasi seluruh tugas-tugas operasional serta

bertanggung jawab atas resiko dari kegiatan operasional.

2. Memberikan laporan kepada general manager atas kegiatan

operasional perusahaan.

f. Manager personalia

Uraian tugas dan tanggung jawab manager personalia antara lain :

45

1. Memimpin dan mengawasi segala kegiatan kerja personalia dan

bertanggung jawab sepenuhnya kepada general manager atas

kegiatan personalia perusahaan.

2. Memberikan laporan kerja bagian personalia kepada general

manager.

3. Memberikan motivasi dan arahan kepada karyawan (personalia)

g. Manager pemasaran

Uraian tugas dan tanggung jawab manager pemasaran antara lain:

1. Mengambil kebijakan dan keputusan penjualan atas persetujuan

general manager.

2. Bertanggung jawab penuh atas kegiatan penjualan produk

perusahaan.

3. Memberikan laporan kepada general manager atas kegiatan

pemasaran perusahaan.

h. Staff Personalia

Uraian tugas dan tanggung jawab dari staff personalia antara lain :

1. Memeriksa kelengkapan syarat Administasi calon pekerja ( data

lengkap pelamar pekerjaan).

2. Menyiapkan dan memeriksa daftar hadir karyawan.

3. Melaporkan data absensi pada atasan dan untuk diserahkan pada

bagian pembayaran.

46

i. Akuntansi atau perpajakan

Uraian tugas dan tanggung jawab bagian akuntansi atau perpajakan

antara lain :

1. Menyusun laporan keuangan perusahaan berupa laporan laba rugi,

neraca dan laporan arus kas.

2. Menyusun laporan keuangan fiskal untuk keperluan perpajakan.

3. Menghitung, memungut, membayar dan melaporkan pajak

penghasilan setiap bulan.

4. Mengisi SPT masa pajak penghasilan.

5. Mengisi SPT tahunan pajak penghasilan badan.

j. Staff Pemasaran

Uraian tugas dan tanggung jawab staff pemasaran antara lain:

1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penjualan dan

pemasaran agar tercapai jumlah penjualan sesuai dengan target

yang telah direncanakan.

2. Bertanggung jawab terhadap penawarn harga yang diberikan

kepada pelanggan dan melaporkan kepada manajer pemasaran.

3. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan dokumen-dokumen

export.

47

k. Staff Produksi

Uraian tugas dan tanggung jawab staff produksi adalah sebagai

berikut :

1. Melaksanakan administrasi bidang produksi yaitu memproduksi

barang sesuai perintah manajer operasional.

2. Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan teknik produksi.

4.1.4 Tujuan Perusahaan

Tujuan yang di tetapkan oleh suatu perusahaan merupakan alat

ukur bagi keberhasilan perusahaan tersebut, demikian pula dengan PT.

Wiharta Prametal didalam menjalankan aktivitasnya juga mempunyai

tujuan yang dapat di golongkan menjadi dua bagia yaitu :

a. Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek adalah suatu tujuan yang akan

dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relative

pendek. Tujuan jangka pendek yang hendak di capai perusahaan

antara lain:

1. Mempunyai distributor-distributor disetip kota di

pulau Jawa dan Indonesia Timur

2. Memberikan harga yang kompetitif

3. Meningkatkan pelayanan kepada custumor

48

b. Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang adalah suatu tujuan yang akan di

capai dalam jangka waktu yang relative panjang. Tujuan jangka

panjang yang hendak dicapai perusahaan antara lain:

Menjadi perusahaan building material yang terkemuka dan

terpercaya di Indonesia

4.1.5 Aktifitas Produksi

Gambar 4.2

Aktifitas Produksi Barang (ISSI Railling Tangga) PT. Wiharta Prametal

Pembelian Bahan Baku

(Plat besi, kayu dan

Plat Stainless)

Bentuk Sesuai tipe

Tiang

Rakit sesuai Tipe

Tiang

Finishing Produk Packing

49

Gambar 4.3

Aktifitas Produksi Barang (ISSI Rolling Door, UPVC, Steel Door)

PT. Wiharta Prametal

Gambar 4.4

Aktifitas Produksi Barang (IGGI)

PT. Wiharta Prametal

Gambar 4.5

Aktifitas Produksi Barang (SL)

PT. Wiharta Prametal

R n D Lokasi Proses Pengukuran

Lokasi

Proses Operasional

Prodduksi

Packing Finish Product

Packing Proses Pembelian

Bahan Baku (Plat

galvalum)

Proses Operasional

Produksi

Finish Product

Proses Pembelian

Bahan Baku (Plat

galvalum)

Proses Operasional

Produksi (Slitter)

Proses Pembentukan

Pola

Proses Poles Packing Finish Product

50

4.1.6 Penjualan

Perusahaan ini menjual produknya masih dalam lingkup Nasional. Jadi dari

wilayah barat, tengah dan timur.

51

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Interpretasi Data

Tabel 4.1

Laporan Neraca Komersial

PT. Wiharta Prametal

Per 31 Desember 2012 (DALAM RUPIAH)

AKTIVA

AKTIVA LANCAR

K A S

8,809,040.00

B A N K

320,062,688.02

PIUTANG USAHA

3,694,393,326.40

PIUTANG LAIN-LAIN

66,107,114.40

PERSEDIAN BAHAN BAKU & BAHAN PEMBANTU

1,647,540,059.97

PERSEDIAN BARANG SETENGAH JADI

190,967,426.57

PERSEDIAN BARANG JADI

43,453,555.00

JUMLAH AKTIVA LANCAR …………………………

5,971,333,210.36

AKTIVA TETAP :

MESIN

1,597,553,316.80

KENDARAAN

551,025,167.20

INVENTARIS KANTOR

19,968,800.00

INVENTARIS PABRIK

22,597,636.37

2,191,144,920.37

AKM. PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

(837,273,331.28)

NILAI BUKU AKTIVA TETAP ……………………………

1,353,871,589.09

TOTAL AKTIVA …………………………………………

7,325,204,799.45

KEWAJIBAN DAN MODAL

52

HUTANG JANGKA PENDEK

HUTANG USAHA

6,204,154,124.00

HUTANG KENDARAAN

30,915,840.00

HUTANG BIAYA

108,120,601.60

HUTANG PAJAK

17,719,172.00

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK …………

6,360,909,737.60

M O D A L

MODAL SAHAM

578,577,037,00

LABA USAHA S/D TAHUN 2012

385,571,024,85

TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL ……..........................

7,325,204,799.45

Sumber : data diolah

53

55

Tabel 4.2

Laporan Neraca Komersial

PT. Wiharta Prametal

Per 31 Desember 2011 (DALAM RUPIAH)

AKTIVA

AKTIVA LANCAR

K A S

7,047,232.00

B A N K

256,050,150.42

PIUTANG USAHA

2,955,514,661.12

PIUTANG LAIN-LAIN

52,885,691.52

PERSEDIAN BAHAN BAKU & BAHAN PEMBANTU

1,318,032,047.97

PERSEDIAN BARANG SETENGAH JADI

152,773,941.26

PERSEDIAN BARANG JADI

34,762,844.00

JUMLAH AKTIVA LANCAR …………………………

4,777,066,568.29

AKTIVA TETAP :

MESIN

1,278,042,653.44

KENDARAAN

440,820,133.76

INVENTARIS KANTOR

15,975,040.00

INVENTARIS PABRIK

18,078,109.09

1,752,915,936.29

AKM. PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

(669,818,665.02)

NILAI BUKU AKTIVA TETAP ……………………………

1,083,097,271.27

TOTAL AKTIVA …………………………………………

5,860,163,839.56

KEWAJIBAN DAN MODAL

HUTANG JANGKA PENDEK

HUTANG USAHA

4,963,323,299.20

HUTANG KENDARAAN

24,732,672.00

HUTANG BIAYA

86,496,481.28

54

HUTANG PAJAK

14,175,337.60

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK …………

5,088,727,790.08

M O D A L

MODAL SAHAM

462,861,629.00

LABA USAHA S/D TAHUN 2011

308,574,420.48

TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL ……..........................

5,860,163,839.56

Sumber : data diolah

55

Tabel 4.3

Laporan Laba/Rugi Komersial

PT. Wiharta Prametal

Per 31 Desember 2012

(DALAM RUPIAH)

PENDAPATAN

PENJUALAN

8,786,997,861.60

HARGA POKOK PENJUALAN

HARGA POKOK PENJUALAN

(8,245,720,619.48)

LABA BRUTO ……………………………...........

541,277,242.12

BIAYA USAHA

BIAYA OPERASIONAL :

BIAYA PENGIRIMAN

11,389,476.00

BIAYA BBM, TOL, PARKIR

15,532,960.00

BIAYA SPARE PART KENDARAAN

11,454,880.00

BIAYA PENYUSUTAN KENDARAAN

68,878,145.90

107,255,461.90

BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM :

GAJI KARYAWAN KANTOR

202,800,000.00

BIAYA HONORARIUM JASA KONSULTAN

18,800,000.00

BIAYA JASA MANAJEMEN

28,320,000.00

BIAYA KEPERLUAN KANTOR

3,175,360.00

BIAYA TELEPON

30,725,986.40

BIAYA PDAM

39,592,000.00

BIAYA BAHAN BANGUNAN

144,000.00

BIAYA INVENTARIS KANTOR

148,000.00

BIAYA ADM BANK

13,628,493.10

BIAYA PENYUSUTAN INVENTARIS

2,958,833.33

BIAYA LAIN-LAIN

90,463,711.20

430,756,384.03

56

TOTAL BIAYA USAHA.........................................

(538,011,845.93)

LABA / ( RUGI ) USAHA

3,265,396.19

PENDAPATAN SELISIH KURS

213,603,154.83

LABA / ( RUGI ) NETTO SEBELUM PAJAK ………………

216,868,551.02

PAJAK PENGHASILAN

(58,542,284.00)

LABA / ( RUGI ) NETTO SETELAH PAJAK ……………… 197,907,833.78

Tabel 4.4

Laporan Laba/Rugi Komersial

PT. Wiharta Prametal

Per 31 Desember 2011

(DALAM RUPIAH)

PENDAPATAN

PENJUALAN

7,029,598,289.28

HARGA POKOK PENJUALAN

HARGA POKOK PENJUALAN

(6,596,576,495.59)

LABA BRUTO ……………………………...........

433,021,793.69

BIAYA USAHA

BIAYA OPERASIONAL :

BIAYA PENGIRIMAN

9,111,580.8

BIAYA BBM, TOL, PARKIR

12,426,368.0

BIAYA SPARE PART KENDARAAN

9,163,904.0

BIAYA PENYUSUTAN KENDARAAN

55,102,516.7

85,804,369.5

BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM :

GAJI KARYAWAN KANTOR

162,240,000.0

BIAYA HONORARIUM JASA KONSULTAN

15,040,000.0

BIAYA JASA MANAJEMEN

22,656,000.0

57

BIAYA KEPERLUAN KANTOR

2,540,288.0

BIAYA TELEPON

24,580,789.1

BIAYA PDAM

31,673,600.00

BIAYA BAHAN BANGUNAN

115,200.0

BIAYA INVENTARIS KANTOR

118,400.0

BIAYA ADM BANK

10,902,794.5

BIAYA PENYUSUTAN INVENTARIS

2,367,066.7

BIAYA LAIN-LAIN

72,370,969.0

344,605,107.2

TOTAL BIAYA USAHA.........................................

(430,409,476.7)

LABA / ( RUGI ) USAHA

2,612,317.0

PENDAPATAN SELISIH KURS

170,882,523.9

LABA / ( RUGI ) NETTO SEBELUM PAJAK ………………

173,494,840.8

PAJAK PENGHASILAN

(46,833,827.2)

LABA / ( RUGI ) NETTO SETELAH PAJAK ………………

126,661,013.6

Tabel 4.5

Perhitungan Pajak Penghasilan

PT. Wiharta Prametal

Per 31 Desember 2012

Laba Komersial Rp. 216,868,551.02

Koreksi Fiskal Positif

- Biaya Honorarium Jasa

Konsultan

Rp. 18,800,000.00

- Biaya Jasa manajemen Rp. 23,320,000.00

Koreksi Fiskal Negatif

- Pendapatan Selisih

Kurs

(Rp. 213,603,154.83)

(Rp. 171,483,154.83)

Laba fiskal Rp. 45,385,396.19

Penghasilan Kena Pajak :

1. PKP yang memperoleh fasilitas

(4,800,000,000.00 : 216,868,551.02) x Rp. 45,385,396.19 = Rp. 1,004,525,094.51

2. PKP yang tidak memperoleh Fasilitas :

Rp. 45,385,396.19 - Rp. 1,004,525,094.51 (Rp. 959,139,698.32)

PPH Terutang :

50 % x 25 % x Rp. 1,004,525,094.51 Rp. 125,565,636.813

Pajak penghasilan terutang Rp. 125,565,637

59

Tabel 4.6

Perhitungan Pajak Penghasilan

PT. Wiharta Prametal

Per 31 Desember 2011

Laba Komersial Rp. 173,494,840.80

Koreksi Fiskal Positif

- Biaya Honorarium Jasa

Konsultan

Rp. 15,040,000.00

- Biaya Jasa manajemen Rp. 22,656,000.00

Koreksi Fiskal Negatif

- Pendapatan Selisih

Kurs

(Rp. 170,882,523.90)

(Rp. 133,186,523.90)

Laba fiskal Rp. 40,308,316.90

Penghasilan Kena Pajak :

1. PKP yang memperoleh fasilitas

(4,800,000,000.00 : 173,494,840.80) x Rp. 40,308,316.90 = Rp. 1,115,191.208.15

2. PKP yang tidak memperoleh Fasilitas :

Rp. 40,308,316.90- Rp. 1,115,191.208.15 (Rp. 1,074,882,891.25)

Pajak Terutang

50% x 25 % Rp. 1,115,191,208.15 Rp. 139,398,901.018

Pajak Penghasilan Terutang Rp. 139,398,900

60

Tabel 4.7

Laporan Laba/Rugi Fiskal

PT. Wiharta Prametal

Per 31 Desember 2012

keterangan laporan

komersial

koreksi perusahaan laporan Fiskal

Positif Negatif

PENDAPATAN

penjualan 8,786,997,861.60

8,786,997,861.60

HPP -8,245,720,619.48 -

8,245,720,619.48

laba bruto 541,277,242.12 541,277,242.12

biaya Operasional :

BiayaPengiriman 11,389,476.00

11,389,476.00

BIAYA BBM, TOL, PARKIR 15,532,960.00

15,532,960.00 BIAYA SPARE PART KENDARAAN 11,454,880.00

11,454,880.00

BIAYA PENYUSUTAN KENDARAAN 68,878,145.90

68,878,145.90

BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM :

GAJI KARYAWAN KANTOR 202,800,000.00

202,800,000.00

BIAYA HONORARIUM JASA KONSULTAN 18,800,000.00

18,800,000.00

0.00

BIAYA JASA MANAJEMEN 28,320,000.00

28,320,000.00

0.00

BIAYA KEPERLUAN KANTOR 3,175,360.00

3,175,360.00

BIAYA TELEPON 30,725,986.40

30,725,986.40

BIAYA PDAM 39,592,000.00

39,592,000.00

BIAYA BAHAN BANGUNAN 144,000.00

144,000.00

BIAYA INVENTARIS KANTOR 148,000.00

148,000.00

BIAYA ADM BANK 13,628,493.10

13,628,493.10

BIAYA PENYUSUTAN INVENTARIS 2,958,833.33

2,958,833.33

BIAYA LAIN-LAIN 90,463,711.20

90,463,711.20

TOTAL BIAYA USAHA......................................... 538,011,845.93 490,891,845.93

LABA / ( RUGI ) USAHA 3,265,396.19

47,120,000.00 50,385,396.19

PENDAPATAN SELISIH KURS 213,603,154.83

213,603,154.83 0.00

LABA / ( RUGI ) NETTO SEBELUM PAJAK ……………… 216,868,551.02

260,723,154.83

50,385,396.19

PAJAK PENGHASILAN -125,565,637.00

(125,565,637.00)

-

LABA / ( RUGI ) NETTO SETELAH PAJAK ……………… 91,302,914.02

135,157,517.83 50,385,396.19

61

Tabel 4.8

Laporan Laba/Rugi Fiskal

PT. Wiharta Prametal

Per 31 Desember 2011

keterangan laporan

komersial koreksi perusahaan

laporan Fiskal Positif Negatif

PENDAPATAN

penjualan 7,029,598,289.28

7,029,598,289.28

HPP -

6,596,576,495.59 -

6,596,576,495.59

laba bruto 433,021,793.69 433,021,793.69

biaya Operasional :

BiayaPengiriman 9,111,580.80

9,111,580.80

BIAYA BBM, TOL, PARKIR 12,426,368.00

12,426,368.00 BIAYA SPARE PART KENDARAAN 9,163,904.00

9,163,904.00

BIAYA PENYUSUTAN KENDARAAN 55,102,516.70

55,102,516.70

BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM :

GAJI KARYAWAN KANTOR 162,240,000.00

162,240,000.00

BIAYA HONORARIUM JASA KONSULTAN 15,040,000.00

15,040,000.00

0.00

BIAYA JASA MANAJEMEN 22,656,000.00 22,656,000.00

0.00

BIAYA KEPERLUAN KANTOR 2,540,288.00

2,540,288.00

BIAYA TELEPON 24,580,789.10

24,580,789.10

BIAYA PDAM 31,673,600.00

31,673,600.00

BIAYA BAHAN BANGUNAN 115,200.00

115,200.00 BIAYA INVENTARIS KANTOR 118,400.00

118,400.00

BIAYA ADM BANK 10,902,794.50

10,902,794.50

BIAYA PENYUSUTAN INVENTARIS 2,367,066.70

2,367,066.70

BIAYA LAIN-LAIN 72,370,969.00

72,370,969.00

TOTAL BIAYA USAHA......................................... 430,409,476.80 392,713,476.80

LABA / ( RUGI ) USAHA 2,612,316.89

47,120,000.00 40,308,316.89

PENDAPATAN SELISIH KURS 170,882,523.90

170,882,523.90 0.00

LABA / ( RUGI ) NETTO SEBELUM PAJAK ……………… 173,494,840.79

218,002,523.90

40,308,316.89

PAJAK PENGHASILAN -139,398,900.00

(139,398,900.00)

-

LABA / ( RUGI ) NETTO SETELAH PAJAK ……………… 197,907,833.78

78,603,623.90 40,308,316.89

62

Tabel 4.9

Perhitungan Rasio Struktur Modal

PT. Wiharta Prametal

Tahun 2013

Rasio

Struktur

Modal

Rumus Tahun 2013

DAR

Total Hutang x 100%

Total Asset

7,951,137,172.00 X 100%

9,156,505,999.32

= 0.86

DER

Total Hutang x 100%

Total Ekuitas

7,951,137,172.00 X 100%

1,205,368,827.32

= 6,6

Tabel 4.10

Perhitungan Rasio Struktur Modal

PT. Wiharta Prametal

Tahun 2012

Rasio

Struktur

Modal

Rumus Tahun 2012

DAR

Total Hutang x 100%

Total Asset

6,360,909,737.60 X 100%

7,325,204,799.45

= 0,86

DER

Total Hutang x 100%

Total Ekuitas

6,360,909,737.60 X 100%

964,295,061.85

= 6,6

63

Tabel 4.11

Perhitungan Rasio Struktur Modal

PT. Wiharta Prametal

Tahun 2011

Rasio

Struktur

Modal

Rumus Tahun 2011

DAR

Total Hutang x 100%

Total Asset

5,088,727,790.08 X 100%

5,860,163,839.56

= 0,86

DER

Total Hutang x 100%

Total Ekuitas

5,088,727,790.08 X 100%

771,436,049.48

= 6,6

Dari perhitungan rasio struktur modal diatas sebagian asset PT. WIHARTA

PRAMETAL dibeli dengan menggunakan hutang. Dan resiko perusahaan

mengalami kegagalan semakin besar karna prosentase rasio DER nya besar.

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh debt to asset ratio dan debt to

equity ratio terhadap pph badan terutang PT. Wiharta Prametal dari tahun

2011-2013 dan hasil uraian analisis serta pembahasan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan : bahwa perusahaan tersebut

kurang efektif dalam memilih pendanaan. Sebagian besar assetnya dibeli

dengan hutang sehingga perputaran modal kurang efektif bagi perusahaan

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, penulis memberikan

beberapa saran dari penelitian sebagai berikut :

a. Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan mengenai pengaruh struktur

modal terhadap pph badan terhutang.

65

b. Perusahaan dapat menentukan kebijakan pendanaan dalam struktur

modalnya dalam mempertimbangkan aspek peerpajakn dan laba yang

dihasilkan perusahaan itu sendiri.

c. Dari penelitian ini pemerintah dapat mengambil kebijakan-kebijakan

dalam penentuan pajak penghasilan badan terutang pada perusahaan

yang dapat meningkatkan penerimaan negara dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat yang digunakan dari penerimaan pajak tersebut.

66

DAFTAR PUSTAKA

Dumairy. Matematika terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta.

Penerbit BPFE.1995

Fatimah, Siti Irma. 2012 “Analisa Pengaruh Struktur Modal Sendiri dan

Hutang Jangka Panjang terhadap Pajak Penghasilan Terutang stusi kasus

perusahaan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2003-2007”. Jakarta.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Gunadi. Panduan Komperhensif Pajak Penghasilan. Jakarta. Penerbit Bee

Media. 2010

Hidayat,Nur. Pemeriksaan Pajak. Jakarta. Penerbit Elex Media. 2013

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi 2011 .Yogyakarta: Penerbit Andi. 2011

UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

67