12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat tulisannya sebagai bahan penelitian lanjut, studi tentang konflik dan rekonsiliasi. 1 Bertolak dari konflik bernuansa agama pada tahun 1999-2002 di Maluku, para peneliti dan penulis ini melihat dampak yang timbul pasca konflik dan upaya yang dilakukan demi terwujudnya rekonsiliasi. 2 Abidin Wakano mengatakan bahwa menciptakan kembali suasana hidup “orang basudara” di Maluku merupakan proses panjang, sebab konflik telah menimbulkan segradasi dan rasa tidak saling percaya antara dua kelompok agama yang dominan di Ambon (Islam-Kristen). Namun, rekonsiliasi atau perdamaian dapat terjadi dengan diberlakukan penanaman dan penguatan kesadaran terhadap kehidupan multikultur dan pluralisme. 3 Seperti yang dikatakan oleh Abdurrahman Wahid bahwa perdamaian 1 Abidin Wakano, Peneliti dan Direktur Pusat Mediasi dan Rekonsiliasi Ambon (Ambon Reconciliation and Mediation Center ARMC) IAIN Ambon. Selain itu, Yunus Rahawarin, dalam disertasinya yang meneliti tentang Kearifan Lokal yang kuat sebagai jalan cepat untuk mencapai rekonsiliasi antar umat beragama (konflik yang terjadi di Kota Ambon dan Kota Tual, Maluku). Sumber: http://uin-suka.ac.id/id/berita/detail/620/kearifan-lokal-yang-kuat-dapat-mempercepat- rekonsiliasi-konflik-antar-umat-beragama. Di akses tanggal 9 Oktober 2016. 2 Konflik yang mengatasnamakan agama dan menjadi peristiwa besar sepanjang sejarah pernah terjadi di Ambon, Provinsi Maluku yang berlangsung selama 3 tahun (1999-2004).Jumlah jiwa sekitar 9000 orang menjadi korban selain kehilangan harta benda milik berupa rumah tinggal dan lainnya. Infrastuktur pemerintahan pun terporak poranda, lembaga pendidikan, tempat-tempat ibadah, juga pasar utama sebagai lokasi interaktif ekonomi turut menjadi sasaran amuk massa yang bertikai. 3 http://www.suara.com/news/2014/04/30/122727/peneliti-konflik-1999-ubah-karakter-orang- maluku. Di unduh tanggal 9 Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak

diperbincangkan, diteliti dan dibuat tulisannya sebagai bahan penelitian lanjut, studi

tentang konflik dan rekonsiliasi.1 Bertolak dari konflik bernuansa agama pada tahun

1999-2002 di Maluku, para peneliti dan penulis ini melihat dampak yang timbul

pasca konflik dan upaya yang dilakukan demi terwujudnya rekonsiliasi.2 Abidin

Wakano mengatakan bahwa menciptakan kembali suasana hidup “orang basudara”

di Maluku merupakan proses panjang, sebab konflik telah menimbulkan segradasi

dan rasa tidak saling percaya antara dua kelompok agama yang dominan di Ambon

(Islam-Kristen). Namun, rekonsiliasi atau perdamaian dapat terjadi dengan

diberlakukan penanaman dan penguatan kesadaran terhadap kehidupan multikultur

dan pluralisme.3 Seperti yang dikatakan oleh Abdurrahman Wahid bahwa perdamaian

1 Abidin Wakano, Peneliti dan Direktur Pusat Mediasi dan Rekonsiliasi Ambon (Ambon

Reconciliation and Mediation Center – ARMC) IAIN Ambon. Selain itu, Yunus Rahawarin, dalam

disertasinya yang meneliti tentang Kearifan Lokal yang kuat sebagai jalan cepat untuk mencapai

rekonsiliasi antar umat beragama (konflik yang terjadi di Kota Ambon dan Kota Tual, Maluku).

Sumber: http://uin-suka.ac.id/id/berita/detail/620/kearifan-lokal-yang-kuat-dapat-mempercepat-

rekonsiliasi-konflik-antar-umat-beragama. Di akses tanggal 9 Oktober 2016. 2 Konflik yang mengatasnamakan agama dan menjadi peristiwa besar sepanjang sejarah pernah

terjadi di Ambon, Provinsi Maluku yang berlangsung selama 3 tahun (1999-2004).Jumlah jiwa sekitar

9000 orang menjadi korban selain kehilangan harta benda milik berupa rumah tinggal dan lainnya.

Infrastuktur pemerintahan pun terporak poranda, lembaga pendidikan, tempat-tempat ibadah, juga

pasar utama sebagai lokasi interaktif ekonomi turut menjadi sasaran amuk massa yang bertikai. 3 http://www.suara.com/news/2014/04/30/122727/peneliti-konflik-1999-ubah-karakter-orang-

maluku. Di unduh tanggal 9 Oktober 2016.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

2

hanya dapat terwujud bila sekat-sekat identitas dilepaskan, baik itu sekat agama,

suku, ras, dan warna kulit.4

Johan Galtung mengkonsepkan perdamaian sebagai sebuah situasi dimana

tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan, dan transformasi konflik

kreatif non kekerasan.5 Damai adalah suasana dimana tidak terjadi pertentangan antar

orang maupun kelompok yang berujung pada konflik yang disertai dengan tindak

kekerasan yang mengancam ketentramanan atau kedamaian pribadi maupun

kelompok. Menurutnya, damai memiliki dua wajah yakni damai negatif dan damai

positif. Damai negatif merupakan ketiadaan perang atau konflik langsung. Damai

negatif membutuhkan kontrol pemerintah terhadap kekerasan dengan menghadirkan

perlindungan sekuritas terhadap masyarakat. Strateginya adalah dengan memisahkan

pihak-pihak yang berkonflik. Model ini dilakukan dalam situasi konflik yang baru

terjadi dan juga konflik dengan jangka waktu yang panjang.6

Model damai positif sebagai wajah kedua dari perdamaian yang dikemukakan

oleh Galtung merupakan suasana di mana terdapat kesejahteraan, kebebasan, dan

keadilan. Model ini menganjurkan suasana saling berelasi dalam kehidupan

bermasyarakat demi terciptanya integrasi sosial. Dengan memperbaiki relasi yang

rusak pada masa lalu dan membangun kembali masa depan maka diperlukan kerja

sama disetiap kalangan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat yang berkonflik

4 Abdurrahman Wahid dan Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban Untuk Toleransi dan Perdamaian

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), 6. 5 Johan Galtung, Studi Perdamaian (Surabaya: Pustaka Eureke, 2003), 21.

6 Izak Lattu, “Planting The Seed of Peace: Agama dan Pendidikan Perdamaian Dalam

Masyarakat Multikultural” dalam Buku Ajar Agama, Mariska Lauterboom, Retnowati, dkk., (Salatiga:

Satya Wacana University Press, 2015), 190.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

3

harus menemukan titik temu yang kemudian akan dibahas dan diatasi bersama.

Segala kebaikan verbal, fisik, pikiran dan jiwa manusia termuat dalam damai positif.

Fondasi utama dari model ini adalah cinta kasih diantara semua makhluk ciptaan.7

Upaya perdamaian ini diwujudkan dalam mengefektifkan kearifan lokal di Maluku

yaitu pela-gandong. Pela gandong merupakan suatu sebutan yang di berikan kepada

dua atau lebih negeri yang saling mengangkat saudara satu sama lain.

Konflik yang terjadi mengakibatkan keprihatinan banyak orang terhadap

dampak yang ditimbulkan. Selain aksi komunitas-komunitas yang bergerak secara

langsung untuk menyuarakan perdamaian, beberapa akademisi pun akhirnya

melakukan studi tentang rekonsiliasi guna mengingatkan kembali masyarakat Ambon

tentang suasana hidup bersama yang dulu pernah terjalin jauh sebelum konflik 1999

terjadi. Dalam disertasinya, Tonny Pariela meneliti dan menulis tentang Desa

Wayame yang berpenduduk heterogen dari segi agama, suku, dan status ekonomi

mampu memelihara dan mempertahankan stabilitas sosial dan keamanan di dalam

desanya. Mereka mengembangkan apa yang disebut preserved social capital sebagai

basis survival strategy merespon tekanan dinamika konflik guna mempertahankan

perdamaian di tengah kerusuhan Ambon di desa Wayame. 8

Selanjutnya oleh Izak Lattu dalam tulisannya tentang “Culture and Christian

– Muslim Dialogue in Moluccas-Indonesia”, menjelaskan bahwa secara budaya,

orang Maluku percaya bahwa pela merupakan model tradisional dari rekonsiliasi

7 Lattu, “Planting The Seed of Peace ... 191.

8 Disertasi Tonny Pariela, Damai Ditengah Konflik Maluku: Preserved Social Capital Sebagai

Basis Survival Strategy. Sumber.http://anak-silo.blogspot.co.id/2008/03/damai-di-tengah-konflik-

maluku.html

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

4

yang mana narasi ini berlaku untuk semua orang Maluku, baik Islam, Kristen, dan

pengikut agama lainnya. 9 Guna mewujudkan perdamaian abadi di bumi Maluku,

maka Program Pasca Sarjana Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM)

meluncurkan Pusat Studi Perdamaian (PSP). Sebelum dilakukan peluncuran PSP

diawali dengan diskusi publik tentang upaya untuk mewujudkan perdamaian di

Ambon dengan menghadirkan panelis dari akademis Tony Pariela, Abdin Wakano

dan Jacky Manuputty.10

Meskipun demikian, studi rekonsiliasi masih menyisahkan tanda tanya

tentang peran simbol dalam proses penyelesaian konflik di Ambon. Padahal, posisi

simbol sejatinya tidak dapat disepelehkan sebagai salah satu cara yang tepat untuk

mengatasi konflik, bahkan dengan pemahaman dan pemaknaan terhadap nilai-nilai

yang melekat pada sebuah simbol dapat meminimalisir tejadinya sebuah konflik.

Menurut Fauzi Fashri, simbol berperan untuk membentuk, melestarikan, dan merubah

realitas. Kekuatan simbol mengandung energi magis yang bisa membuat orang

percaya, mengakui, serta tunduk atas kebenaran yang diciptakan oleh tata simbol.11

Untuk mengisi ruang kosong ini, peneliti akan melakukan pengkajian yang

terfokus pada Gong Perdamaian Dunia di Ambon. Gong Perdamaian Dunia

didatangkan dari luar Ambon, tetapi orang Maluku (Ambon) juga mempunyai

9 Izak Lattu, ”Culture and Christian-Muslim Dialogue in Moluccas-Indonesia,” Interreligious

Insight 10, no 1 (2012), 45. 10

Tony Pariella membawakan makalah dengan judul Peran Kearifan Lokal Dalam Penyelesaian

Konflik di Maluku dan Tantangan ke Depan.Sementara Abidin Wakano membawa makalah dengan

judul Reposisi Peran Agama - Agama di Maluku Dalam Upaya Membangun Perdamaian.Jacky

Manuputty membawakan makalah dengan judul Membangun Dialog Lintas Iman.

Sumber.http://www.siwalimanews.com/post/teologia_ukim_luncurkan_pusat_studi_perdamaian. 11

Fauzi Fashri, Penyikapan Kuasa Simbol; Apropriasi Reflektif Pemikiran Piere Bourdieu

(Yoygakarta: Juxtapose, 2007), 17.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

5

kedekatan dengan gong sebagai salah satu alat untuk menarik perhatian orang,

terutama dalam acara-acara resmi. Gong ini diletakan di Kota Ambon pada tahun

2009 dan berlokasi di Taman Pelita, pusat kota Ambon, yang merupakan satu dari

tiga buah gong perdamaian yang ada di Indonesia. Dua gong lainnya terletak di Bali

dan Ciamis, Jawa Barat. Penempatan salah satu gong perdamaian ini dikarenakan

sejarah tersendiri yaitu konflik komunal yang pernah dialami oleh provinsi Maluku.

Gong ini mempunyai diameter 2 meter dengan warna keemasan, di dalamnya terdapat

bendera dari seluruh negara dan juga simbol-simbol keagamaan. Di tengahnya bentuk

bumi yang bertuliskan World Peace Gong dan Gong Perdamaian Dunia. Terdapat

juga lambang Pancasila sebagai ideologi negara di bagian atas penyangga gong

tersebut. Selain Gong, di bagian bawah monumen terdapat juga museum yang di

dalamnya terdapat foto-foto yang menceritakan konflik yang pernah terjadi di

Ambon.

Untuk meneliti hal ini, penulis akan menggunakan teori Lisa Schirch tentang

Ritual and Symbol in Peacebuilding. Menurut Schrich, manusia adalah satu-satunya

hewan yang menggunakan simbol-simbol. Simbol merupakan komunikasi secara

tidak langsung, pesannya terkadang tidak tampak jelas dan berubah-ubah dan

memungkinkan adanya interpretasi ganda. Langkah pertama menuju dimensi

simbolis perdamaian adalah mengakui adanya efek yang mendalam bahwa tindakan

simbolik ada dalam kemanusiaan. Tindakan simbolik dapat menembus hal-hal yang

tidak dapat ditembusi dan menyampaikan pesan yang kompleks tanpa mengatakan

sepatah kata pun. Di tangan manusia, kekuatan simbol dapat digunakan untuk hal

baik maupun buruk. Jelasnya, kekuatan tindakan simbolis harus digunakan untuk

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

6

membangun perdamaian dalam dunia yang penuh dengan teror.12

Dengan demikian,

peranan simbol dalam hidup bermasyarakat maupun bergereja tidak dapat

disepelehkan. Sebab pemaknaan yang benar terhadap fungsi dan nilai simbol dapat

menjaga dan mengatur pola hidup masyarakat dengan baik. Namun, penyalahgunaan

fungsi simbol malah akan berdampak pada ketidakteraturan hidup dan berujung pada

konflik.

Sedangkan, fungsi ritual adalah pertama ritual sebagai tindakan simbolik.

Tindakan simbolik sebagai tindakan fisik yang membutuhkan interpretasi. Pesan dari

tindakan simbolik tidak secara langsung membahas orang atau peristiwa yang

sementara terjadi, tetapi komunikasi melalui simbol, mitos, dan metafora yang

mengizinkan beragam interpretasi. Kedua, ritual sering berada pada ruang khusus

yang beranjak dari kehidupan sehari-hari dalam cara yang berbeda-beda. Salah satu

cara dari mengidentifikasi ritual adalah dengan menganalisa konteks dimana tindakan

symbolic itu berada. Ketiga, ritual bertujuan untuk membentuk (membangun) atau

merubah pandangan seseorang, identitas, dan hubungan.13

Dimensi dari konflik simbolik atau kebudayaan dengan pendekatan untuk

rekonsiliasi dan transformasi konflik adalah dengan melibatkan masyarakat dalam

proses yang memungkinkan untuk cara-cara fisik, sensual, dan emosional dari

mengetahui dan komunikasi. Fokus pada perubahan persepsi, menggunakan dialog

untuk menemukan nilai-nilai bersama, dan mengenali kebutuhan identitas, serta

12

Lisa Schrich, Ritual and Symbol in Peacebuilding (United State of America: Kumarian,

2005), 4. 13

Schrich, Ritual and Symbol in Peacebuilding … 16-17

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

7

membangun cara pandang bersama untuk berkomunikasi tentang masalah melalui alat

simbolik berupa mitos, metafora, dan ritual.14

Kebudayaan sebagai gaya hidup masyarakat memerlukan sebuah tatanan atau

tata tertib yang berfungsi untuk mengatur pola hidup masyarakat dari munculnya

bentrokan atau konflik yang berakar dari perbedaan ideologi. Salah satu bentuk

tatanan yang dimaksud adalah simbol. Posisi dan fungsi simbol dalam masyarakat

yang berbudaya untuk menciptakan kesadaran kolektif.15

Gong Perdamaian Dunia

menjadi simbol dari keanekaragaman sebuah persatuan. Menurut Erwin Goodenough

dalam Jewish Symbols in Graeco-Roman Period, simbol adalah barang atau pola

yang apa pun sebabnya bekerja pada manusia, dan berpengaruh pada manusia,

melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harfiah dalam

bentuk yang diberikan. Simbol memiliki maknanya sendiri atau nilainya sendiri dan

bersama dengan ini daya kekuatannya sendiri untuk menggerakan manusia.16

Masyarakat di Ambon secara umum mengetahui bahwa hadirnya Gong Perdamaian

Dunia di Maluku sebagai simbol peringatan terhadap konflik yang terjadi. Oleh

karena itu pemerintah pusat bahkan daerah berharap Gong Perdamaian ini menjadi

simbol rekonsiliasi di Maluku (Ambon). Namun kenyataannya, Gong Perdamaian

Dunia ini terlihat fungsinya hanya sebagai tujuan pariwisata dari para turis yang

datang ke Ambon. Gong Perdamaian Dunia yang diletakan di Ambon mengalami

pergeseran makna yang sejatinya berfungsi untuk menyuarakan perdamaian terkhusus

14

Schrich, Ritual and Symbol in Peacebuilding … 33 15

F. W. Dilliston, Daya Kekuatan Simbol: The Power Of Symbols (Yogyakarta: Kanisius,

2006), 193, 196. 16

Dilliston, Daya Kekuatan Simbol … 19.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

8

ke seluruh pelosok wilayah di Ambon. Gong Perdamaian serasa tidak memiliki

kekuatan untuk menggerakan masyarakat Ambon untuk meredam potensi munculnya

konflik.

Hal ini terlihat jelas bahwa meski Gong Perdamaian Dunia diletakan di kota

Ambon tahun 2009, sempat terjadi konflik di tahun 2011 yang mengakibatkan

terbakarnya kantor pusat Universitas Kristen Indonesia Maluku. Selain itu, konflik

daerah misalnya Mamala-Morela, Kabau-Rohomi, Pelauw-Kailolo, Porto-Haria, dan

Laha-Tawiri. Gong Perdamaian Dunia ini seolah-olah hanya sebagai penghias taman

kota Ambon, dan gaung gongnya tidak terdengar. Padahal seharusnya, Gong

Perdamaian Dunia harus menjadi identitas orang Ambon, sehingga mereka tidak

semestinya terpancing oleh oknum-oknum yang berupaya untuk memicu konflik,

baik konflik tersebut merupakan konfliik antar agama, antar budaya, suku maupun

daerah.

Realitas inilah yang hendak dikaji oleh penulis, dengan melihat latar belakang

dan penyebab meredamnya kekuatan Gong Perdamaian Dunia di Maluku sebagai

Simbol Perdamaian dan hubungan lintas Agama di Maluku. Oleh sebab itu, penulis

mengambil judul: Simbol dan Rekonsiliasi (Gong Perdamaian Dunia Sebagai

Simbol Rekonsiliasi Lintas Agama di Ambon).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

9

1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan di atas maka rumusan pertanyaan penelitian

adalah Bagaimana masyarakat Ambon memaknai Gong Perdamaian Dunia yang

berasal dari inisiatif pemerintah pusat dan Komite Perdamaian Dunia sebagai simbol

rekonsiliasi terkait dengan pemahaman masyarakat tentang gong lokal?

Tujuan penelitian adalah menganalisa pemaknaan Gong Perdamaian Dunia

yang berasal dari inisiatif pemerintah pusat dan Komite Perdamaian Dunia sebagai

simbol rekonsiliasi lintas agama terkait dengan pengalaman warga kota Ambon

tentang peran gong lokal.

1.3. Manfaat Penelitian

Selain mencapai tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, melalui

penelitian ini penulis berharap dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat,

Pemerintah kota Ambon, dan Gereja Protestan di Maluku. Kontribusi tersebut tidak

lain untuk meningkatkan pemaknaan Gong Perdamaian Dunia sebagai symbol

rekonsiliasi dan identitas orang Maluku dalam pengaplikasian hubungan lintas agama

yang tidak menganggap perbedaan sebagai musuh yang harus dibabat, tetapi Gong

Perdamaian Dunia menjadi daya yang menggerakan seluruh masyarakat demi

mewujudkan perdamaian. Akhirnya, tentu penulis berharap penelitian ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri. Penelitian ini kiranya ke depan dapat menjadi

semangat bagi penulis untuk mengabdi kepada masyarakat melalui kompetensi

akademis dalam spesifikasi ilmu sosiologi agama.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

10

1.4. Metode Penelitian

Mempertimbangkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak

dicapai, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode yang digunakan

yaitu deskriptif-analitis. Deskriptif oleh karena penelitian ini hendak mendeskripsikan

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dari fenomena

yang merupakan objek penelitian.17

Metode deskriptif-analitis yaitu suatu metode

untuk mengumpulkan data dan menyusun data, kemudian diusahakan adanya analisis

dan interpretasi atau penafsiran data-data tersebut.18

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif,

yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa

berupa kejadian, fenomena, dan gejala sosial. Penelitian ini dilakukan karena peneliti

ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuatitatifkan.19

Pendekatan ini tidak menggunakan pertanyaan yang rinci seperti halnya pendekatan

kuantitatif. Pertanyaan biasa dimulai dengan yang umum, tetapi kemudian meruncing

dan mendetail. Bersifat umum karena peneliti memberikan peluang yang seluas-

luasnya kepada partisipan mengungkapkan pikiran dan pendapatnya tanpa

pembatasan oleh peneliti. Informasi partisipan tersebut kemudian diperuncing oleh

peneliti sehingga terpusat. Hal ini disebabkan oleh penekanan pada pentingnya

informasi dari partisipan yang adalah sumber.20

17

Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 89. 18

Winarno Surakhmad, Pengantar Penulisan Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik(Bandung :

Tarsito, 1985), 139. 19

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,

2010), 22-23. 20

J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya (Jakarta:

Widya Sari Indonesia, 2010), 10.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

11

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap lokasi dan objek

penelitian, wawancara pada narasumber dan penelusuran terhadap dokumen-

dokumen terkait dengan penelitian yang dilakukan. Observasi adalah teknik yang di

dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan

aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti

merekam/mencatat-baik dengan cara terstruktur maupun semi terstruktur (misalnya

dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti)

aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian.

Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancara

disebut interviewee. Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan

pertama (primer) sebagai pelengkap teknik pengumpulan lainnya untuk menguji hasil

pengumpulan data lainnya.21

Wawancara dilakukan terhadap tokoh adat, aktivis

rekonsiliasi kota Ambon, staf pemerintah kota Ambon, dan masyarakat kota Ambon).

Studi dokumentasi membuat peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari

orang sebagai narasumber, tetapi informasi dari macam-macam sumber tertulis atau

dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni,

dan karya pikir. Studi dokumentasi yatu mengumpulkan dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat

mendukung, menambah kepercayaan, dan pembuktian suatu kejadian.22

21

Husaini Usman & Purnomo S. Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara.

2008), 55-56. 22

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, .. , 148-149.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UKSW...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekonsiliasi di Ambon menjadi topik menarik yang telah banyak diperbincangkan, diteliti dan dibuat

12

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I berisikan pendahuluan

penelitian. Dalam pendahuluan penelitian, penulis akan mengemukakan tentang Latar

Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Pendahuluan Penelitian dikemukakan sebagai

pengantar ke dalam kajian substansial dari penelitian.

Setelah pendahuluan penelitian, penulis akan memaparkan dalam Bab II yaitu

landasan teoritik. Landasan teoritik tentang simbol dan perdamaian (rekonsiliasi).

Teori ini akan penulis kaji untuk mengkonstruksi gagasan gong perdamaian dunia

sebagai simbol rekonsiliasi hubungan lintas agama di Maluku.

Bab III adalah bagian yang memuat gambaran umum lokasi penelitian dan

konsepsi tentang gong perdamaian dunia di Maluku sebagai simbol rekonsiliasi

hubungan lintas agama bagi masyarakat Maluku.

Setelah itu, dalam Bab IV penulis akan memaparkan analisa yang

berkesinambungan antara kerangka konseptual dengan hasil penelitian di lapangan.

Di Bab V penulis akan memaparkan bagian akhir dari penulisan yang berisi penutup.

Dalam bagian ini penulis melakukan inferensi secara komprehensif dari setiap

tahapan penulisan penelitian yang telah dilalui. Penulis juga akan mengupayakan

untuk memberikan saran-saran yang difungsikan sebagai konstribusi dan

rekomendasi yang dapat dielaborasi dalam penelitian selanjutnya.