7
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi dasar manusia yang merupakan investasi jangka panjang sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan, ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang tercantum dalam UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU no 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009). Perkembangan pelayanan kesehatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan insan diseluruh dunia. Perkembangan pelayanan kesehatan telah berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Reserach on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker payudara menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker pada perempuan yaitu sebesar 43,3% dan 12,9% (Wahidin, Hardina, Tehuteru, & Wiradinata, 2015). Prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan prevalensi kanker tertinggi ketiga setelah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah sebesar 2 per 1000 penduduk. Data Riskesdas, 2013, menunjukkan bahwa prevalensi kanker pada semua umur berdasarkan diagnosis di Provinsi Bali mencapai 0,20% dan Kabupaten Badung mencapai 0,51%. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Sanglah Denpasar setiap tahunnya tercatat 200 kasus baru kanker

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 2.pdf · menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan

  • Upload
    vandieu

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 2.pdf · menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi dasar manusia yang merupakan investasi

jangka panjang sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan, ditingkatkan oleh setiap

individu dan oleh seluruh komponen bangsa agar masyarakat dapat menikmati hidup

sehat dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal yang tercantum dalam UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU no 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009). Perkembangan

pelayanan kesehatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan derajat

kesehatan dan kesejahteraan insan diseluruh dunia. Perkembangan pelayanan

kesehatan telah berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata.

Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Reserach on

Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru

kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker payudara

menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker pada perempuan

yaitu sebesar 43,3% dan 12,9% (Wahidin, Hardina, Tehuteru, & Wiradinata, 2015).

Prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk, Provinsi Bali

merupakan provinsi dengan prevalensi kanker tertinggi ketiga setelah DI Yogyakarta

dan Jawa Tengah sebesar 2 per 1000 penduduk. Data Riskesdas, 2013, menunjukkan

bahwa prevalensi kanker pada semua umur berdasarkan diagnosis di Provinsi Bali

mencapai 0,20% dan Kabupaten Badung mencapai 0,51%. Berdasarkan data dari

Rumah Sakit Sanglah Denpasar setiap tahunnya tercatat 200 kasus baru kanker

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 2.pdf · menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan

2

payudara. Masalah penyakit kanker payudara menjadi lebih besar karena

lebih dari 50% penderita datang ke pelayanan kesehatan pada stadium lanjut, dimana

upaya pengobatan sulit dilakukan (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan laporan

tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2011 menyatakan bahwa persentase

penderita kanker payudara dengan diagnosis awal stadium lanjut mencapai 75% dan

stadium awal 25% (Madiasta, 2011). Tingginya kejadian kanker payudara dan

keterlambatan diagnosis penderita kanker payudara merupakan salah satu gambaran

bahwa masih tingginya angka kejadian kanker yang disebabkan oleh kurangnya

kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker payudara.

Dinas kesehatan adalah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab

atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan

terjangkau. Sejalan dengan hal tersebut, Kabupaten Badung merupakan salah satu

Kabupaten di Provinsi Bali yang gencar melaksanakan program inovasi deteksi dini

kanker payudara bergerak (mobile) yang dikenal dengan Program MAWAS atau

Mangupura Woman Services. Program MAWAS adalah program layanan kesehatan

perempuan yang memprioritaskan layanan deteksi dini kanker payudara secara

bergerak (mobile) dengan sasaran utama adalah wanita usia subur (WUS) di

Kabupaten Badung. Program ini diresmikan pada bulan Desember 2014 dan mulai

dioperasionalkan pada Januari 2015 dengan target pelayanan deteksi dini kanker

payudara sebesar 1200 Wanita Usia Subur (WUS) pada tahun 2015. Layanan ini

berupa mobil bus dengan desain khusus yang dilengkapi alat ABVS (Automated

Breast Volume Scanner) dan USG 4 dimensi serta peralatan audio visual untuk

penyuluhan dengan maksud mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu

masyarakat yang mendapat pelayanan deteksi dini tidak akan dipungut biaya apapun

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 2.pdf · menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan

3

karena semua operasional pembiayaannya ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten

Badung.

Berdasarkan data hasil kunjungan pasien ke layanan MAWAS pada

tahun 2015 terdapat sebanyak 1200 wanita usia subur (WUS) yang mendapatkan

pelayanan deteksi dini kanker payudara. Hasil pemeriksaan USG payudara

menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan

adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, 2015).

Kelainan ini berdasarkan hasil yang terlihat dari alat skrining Automated Breast

Volume Scanner (ABVS) yang mampu mendeteksi adanya kelainan/lesi pada

payudara. Menurut National Care Institute (NCI) dari Amerika skrining payudara

dilakukan satu kali pada wanita berusia 35-39 tahun, pada wanita berusia 40-49

tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 1-2 tahun sekali, sedangkan wanita

berusia 50 tahun keatas pemeriksaan dilakukan setahun sekali walau tidak ada

keluhan. Pemerikasaan rutin ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan data

awal jaringan payudara pada wanita bila terdapat perubahan.

Studi pendahuluan yang dilakukan, yaitu melalui wawancara kepada

Kepala Seksi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P3), I Gusti Agung Alit Naya,

menyatakan bahwa dalam melakukan pelayanan keliling, layanan MAWAS yang

dilakukan hanya dapat menjangkau 10 - 12 pasien yang dapat melakukan

pemeriksaan USG secara lengkap dalam mobil MAWAS. Padahal terdapat banyak

pasien yang berkunjung saat pemeriksaan ini dilakukan dan pasien hanya melakukan

pemeriksaan secara palpasi oleh petugas dan tidak melakukan USG payudara. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan waktu pelayanan dan juga mobil layanan yang tidak

dapat menjangkau semua masyarakat yang berkunjung. Masyarakat yang belum

melakukan USG payudara disarankan untuk datang ke Dinas Kesehatan Kabupaten

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 2.pdf · menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan

4

Badung untuk melakukan pemeriksaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh

petugas. Namun, pada kenyataannya tidak semua pasien yang tercatat untuk

melakukan pemeriksaan di Dinas Kesehatan Kabupaten Badung datang untuk

melakukan pemeriksaan. Hal ini yang menyebabkan masih tidak meratanya

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pengunjung.

Hasil wawancara juga menyatakan bahwa terdapat indikasi

ketidakpuasan masyarakat pengguna layanan MAWAS yaitu berupa

ketidakpercayaan masyarakat terhadap hasil pemeriksaan terutama bagi pasien

dengan hasil USG yang menunjukkan hasil BIRADS 3 keatas yang melakukan

skrining payudara kembali di layanan kesehatan lain yang tersedia. Breast Imaging

Reporting and Data System (BIRADS) adalah suatu hasil pemeriksaan mamografi

yang menunjukkan tingkat keganasan suatu jaringan/lesi dalam organ tubuh.

Ketidakpuasan terhadap suatu layanan akan berdampak terhadap

pemeriksaan ulang/skrining pasien yang seharusnya dilakukan secara berkala. Selain

itu juga ketidakpuasan layanan yang diterima dapat berdampak pada berkurangnya

jumlah kunjungan ulang ataupun kunjungan baru bagi masyarakat yang akan

menggunakan layanan MAWAS akibatnya akan berpengaruh terhadap pemanfaatan

ulang layanan program MAWAS. Apabila layanan/produk yang diberikan dapat

memberi kepuasan maka pengguna jasa/pelanggan juga akan meningkat, begitu pula

sebaliknya bila layanan yang diberikan tidak dapat memberi kepuasan pengguna

maka secara otomatis pengguna layanan juga akan menurun (Trisno Musanto, 2004).

Sampai saat ini belum pernah dilakukan evaluasi yang komprehensif

terhadap tingkat kepuasan pengguna layanan. Hal dikarenakan program MAWAS

merupakan program inovasi baru yang ada di Bali yang dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Badung sejak tahun 2015 sehingga belum adanya umpan balik

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 2.pdf · menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan

5

yang didapat oleh pihak penyelenggara program. Umpan balik mengenai

keberhasilan program ditentukan dari penilaian kepuasan penerima layanan.

Berpijak dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan pengukuran

tingkat kepuasan pengguna layanan MAWAS yang dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Badung. Belum pernah diadakannya penelitian terkait tingkat

kepuasan pengguna layanan MAWAS. Sehingga melalui pengukuran, dapat

diketahui sejauh mana dimensi-dimensi mutu pelayanan kesehatan yang telah

diselenggarakan dapat memenuhi harapan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang ganas sehingga

perlu adanya upaya pencegahan. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

melakukan upaya pencegahana dini melalui program MAWAS. Program ini

merupakan terobosan baru sebagai upaya deteksi dini kanker payudara belum adanya

umpan balik yang didapat oleh pemegang program. Selain itu adanya indikasi

ketidakpuasan pasien terhadap program MAW AS dan belum pernah dilakukannya

evaluasi yang komprehensif terhadap tingkat kepuasan pengguna layanan. Maka dari

itu perlu dilaksanakan tingkat kepuasan pengguna layanan MAWAS sebagai upaya

peningkatan kualitas pelayanan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimanakah tingkat kepuasan masyarakat pengguna

layanan MAWAS di Kabupaten Badung?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 2.pdf · menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan

6

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat pengguna layanan

MAWAS di Kabupaten Badung.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kepentingan masyarakat pengguna layanan

yang dilihat dari lima aspek dimensi mutu mencakup tangibles,

reliability, responsiveness, assurance dan empathy dari program

MAWAS di Kabupaten Badung.

2. Untuk mengetahui tingkat kinerja petugas pemberi layanan yang dilihat

dari lima aspek dimensi mutu mencakup tangibles, reliability,

responsiveness, assurance dan empathy dari program MAWAS di

Kabupaten Badung.

3. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan

dengan tingkat kinerja yang dilihat dari lima aspek dimensi mutu

mencakup tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy

dari program MAWAS di Kabupaten Badung.

4. Untuk mengetahui aspek-aspek layanan yang perlu diprioritaskan untuk

meningkatkan layanan program MAWAS.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 2.pdf · menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan

7

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat

digunakan sebagai dasar studi penelitian yang lebih mendalam dan lebih luas terkait

pelaksanaan Program MAWAS di Kabupaten Badung.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam rangka meningkatkan

mutu pelayanan dalam pelaksanaan program MAWAS.

2. Bagi Pengelola Program

Sebagai bahan evaluasi untuk menilai pelakasanaan program serta dapat

menjadi masukan dalam pelaksanaan program sesuai dengan kebutuhan

lokal masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan untuk meningkatkan keterlibatan dan dukungan

masyarakat dalam pelaksanaan Program MAWAS.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan yang terkait dalam manajemen mutu layanan kesehatan. Ruang

lingkup penelitian ini terbatas dalam bagaimana tingkat kepuasan yang didapat

masyarakat pengguna layanan MAWAS di Kabupaten Badung.