Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di zaman seperti saat ini kajian Hubungan Internasional mencakup berbagai
aspek dan bidang salah satunya adalah di bidang budaya dan diplomasi yang
dikenal dengan diplomasi budaya. Diplomasi budaya adalah cara alternatif bagi
sebuah negara agar mencapai kepentingan nasionalnya melalui budaya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Milton Cumming, Jr, ia menjelaskan bahwa
Diplomasi budaya merupakan pertukaran ide-ide, transformasi, seni dan askpek
lainnya yang berhubungan dengan budaya antar negara dan masyarakat agar
saling memahami.1 Kerjasama melalui diplomasi budaya diharapkan dapat
memberikan dampak terhadap hubungan antar negara maupun masyarakat agar
saling memahami melalui budaya, sehingga dengan hal tersebut sebuah negara
dapat mencapai kepentingan nasionalnya dengan cara mendukung adanya
integrasi antar masyarakat.
Upaya mencapai kepentingan melalui budaya dapat dilihat dari beberapa
negara maju yang berhasil menggunakan budaya sebagai instrumen diplomasi
budaya diantaranya adalah Jepang, dan Korea Selatan. Jepang melalui budaya
populernya yaitu world coldsplay submit (WCS), berhasil meningkatkan citra
1 ClarisaGabriella,“Peran Diplomaasi Kebudayaan Indonesia Dalam Pencapaian Kepentingan
Nasionalnya” (Universitas Hasanuddin Makasar, 2013),
https://core.ac.uk/download/pdf/25491649.pdf.
2
positif Jepang terhadap negara lain sehingga berdampak pada sektor
perekonomian Jepang.2 Selain Jepang, Korea Selatan juga berhasil menjadikan
budaya yang dimiliki sebagai alat diplomasi untuk mencapai kepentingannya,
salah satunya yaitu melalui Korean Wave. Pencapaian korea selatan lelaui budaya
berdampak terhadap citra positif negaranya serta peningkanan ekonomi
negaranya.3
Seperti halnya kedua negara yang telah dijelaskan diatas, Indonesia adalah
negara yang menggunakan budaya sebagai sarana diplomasi budaya. Kekayaan
budaya yang dimiliki oleh Indonesia digunakan oleh Indonesia untuk
memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaannya terhadap negara lain.
Adapun beberapa budaya Indonesia yang cukup terkenal diantaranya seperti
budaya batik, tari, bahasa, pakaian, kuliner, film dan budaya-budaya lainnya yang
kemudian digunakan oleh Indonesia agar negara lain tertarik dan lebih mengenal
Indonesia, atau dengan kata lain berbagai budaya dan kekhasan yang dimiliki oleh
Indonesia tersebut dijadikan sebagai alat diplomasi untuk menarik perhatian
dunia luar dalam rangka mencapai kepentingan nasional Indonesia itu sendiri.4
2 Ibid, 3 Suryani Putu Elvina Suryani, “Korean Wave Sebagai Instrumen Soft Power Untuk Memperoleh
Keuntungan Ekonomi Korea Selatan,” GLOBAL Vol. 16 No (2014),
http://global.ir.fisip.ui.ac.id/index.php/global/article/view/8. 4 Andrik Purwasito, Andrik Purwasito, and Erwin Kartinawati, “Wayang Dan Batik Sebagai
Wahana Praktek Diplomasi Kebudayaan Wayang And Batik As A Media For Cultural Diplomacy
Practice” 1 (2019): 1–11; Abdul Aziz, “Diplomasi Kebudayaan Indonesia Di Amerika Serikat
Melalui Program Rumah Budaya” (Universitas Muhammadiyah Malang, 2017); Lidya Desriyanti,
“Diplomasi Budaya Indonesia Melalui Wayang Kulit Di Amerika Serikat,” JOM FISIP volume 4 N
(2017), https://www.neliti.com/publications/207183/diplomasi-budaya-indonesia-melalui-wayang-
kulit-di-amerika-serikat.
3
Sebagai negara majemuk yang kaya akan keberagaman seni serta adat
istiadat, Indonesia memanfaatkan hal tersebut dengan memaksimalkan potensi
kebudayaan yang dimiliki untuk dijadikan alat diplomasi dengan sejumlah negara
alainnya. Salah satu contohnya yaitu seperti pada perayaan konfensi Asia-Afrika
ke 60, dimana Angklung digunakan untuk membangun kedekatan dengan para
peserta.5
Selain itu, salah satu upaya lainnya yang dilakukan Indonesia dalam
memperkenalkan budaya terhadap masyarakat Internasional yaitu dengan
membangun rumah budaya. Indonesia berhasil membangun rumah budaya di
Jerman sebagai sarana bagi masyarakat Jerman dan masyarakat Eropa untuk lebih
mengenal budaya Indonesia. Melalui inisiatifnya dalam pembangunan rumah
budaya di Jerman tersebut, Indonesia mampu meningkatkan kesan positif negara
Indonesia terhadap Jerman, bagi masyarakat Jerman Indonesia merupakan negara
berkembbang, namun setelah adanya rumah budaya tersebut, Jerman dapat
mengenal Indonesia dengan lebih baik melalui keunikan dan ciri khas yang dapat
menjadi nilai tambahan bagi Indonesia di mata Jerman.6
Selanjutnya, keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan citra positif
Indonesia melalui budaya juga dibuktikan melalui pelaksanaan International
Gamelan Festival 2018. Kegiatan tersebut membuat peserta dari berbagai negara
5 Adhiatma Nanda Wardhana, “, Angklung Sebagai Media Soft Power Diplomacy Indonesia Dalam
Peringatan Konferensi Asia Afrika Ke-60,” Journal of International Relations., 2016,
https://jurnalhiuns.files.wordpress.com/2016/10/journal-skripsi-nanda.pdf. 6 Bertha Pramesti Yuza, “Strategi Indonesia Menggunakan Rumah Budaya Sebagai Sarana
Diplomasi Kebudayaan Terhadap Jerman,” JOM FISIP Vol. 3 No. (n.d.),
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/7619/7291.
4
lebih mengenal budaya Indonesia khususnya gamelan.7 Penggunaan budaya dalam
pelaksanaan diplomasi budaya yang berdampak terhadap citra posistif Indonesia
membuat Indonesia semakin optimis untuk lebih meningkatkan penggunaan
budaya dalam pelaksanaan diplomasinya.
Potensi kebudayaan yang dimiliki Indonesia sudah banyak menarik
perhatian masyarakat internasional, salah satunya adalah batik. Batik merupakan
budaya tak benda yang telah dikukuhkan oleh UNESCO sebagai budaya milik
Indonesia, meskipun penggunaan batik dalam diplomasi budaya memiliki sifat
yang untik diukur dan menyangkut masyarakat umum, namun dengan
dikukuhkannya batik oleh UNESCO dan sudah diketahui oleh masyarakat
Internasional, membuat Indonesia semakin optimis untuk menggunakan batik
sebagai salah satu instrumen dalam pelaksanaan diplomasi budaya.
Beberapa negara maju yang menjadi tujuan utama Indonesia untuk
menggunakan batik sebagai instrumen diplomasi budaya adalah Jepang. Hal
tersebut dikarenakan kain batik dapat dikolaborassikan dengan pakaian khas
Jepang, selain itu karna Jepang merupakan negara dengan jumlah ekspor tertinggi
setelah Amerika Serikat. Terbukti pada tahun 2015 Jepang merupakan negara
dengan jumlah ekspor batik sebesar 9,22 juta dollar AS tertinggi setelah Amerika
serikat.8
7 Siti Afifah Khatrunada and gilang nur Alam, “Diplomasi Budaya Indonesia Melalui International
Gamelan Festival 2018 Di Solo,” Padjadjaran Journal of International Relations (PADJIR) Vol. 1
No. (2019), https://doi.org/10.24198/padjir.v1i2.26125. 8 Agung Budi Santoso, “Lima Besar Negara Ekspor Batik Indonesia,” Tribunnews.Com, 2015,
https://www.tribunnews.com/bisnis/2015/10/04/lima-besar-negara-pasar-ekspor-batik-indonesia.
5
Selain itu, pada tahun 2013, merupakan langkah awal dan peluang bagi
Indonesia untuk mempromosikan dan mengenalkan kembali batik terhadap
masyarakat Jepang maupun Internasional. Melalui keikutsertaannya dalam kegiatan
Tokto Internasional Gift Show (TIGS), kegiatan tersebut merupakan pameran
dagang terbesar yang diadakan di Jepang serta di ikuti oleh berbagai negara.
Dimana pada kegiatan tersebut batik yang laris adalah batik Cirebon yang
peminatnya lebih banyak berasal dari Kyoto, Jepang.9 meskipun hal tersebut
merupakan kegiatan ekonomi namun secara tidak langsung juga memperkenalkan
batik terhadap masyrakat Jepang maupun Internasional. Selain itu pada 2018,
Indonesia berhasil menandatangani MoU yang berisi tentang perijinan
menggunakan produk Jepang yaitu Yakuta dengan memasukkan unsur batik pada
motif Yakuta.10 Dimana dari hasil tersebut dapat dipasarkan dan diikut sertakan
dalam kegiatan 60 tahun kerjasama diplomatik Indonesia dan Jepang.
Kegunaan batik dalam pelaksaan diplomasi budaya yaitu untuk mencapai
kepentingan nasional Indonesia agar batik lebih dikenal dan semakin diminati oleh
masyarakat internasional, serta meningkatkan citra positif Indonesia terhadap
masyarakat internasional. Selain itu diharapkan juga berdampak terhadap
perekonomian Indonesia. Diplomasi budaya melalui batik yang dilakukan oleh
Indonesia terhadap Jepang dapat dilaksanakan oleh aktor pemerintah maupun non
9 Sri Wulan Destriyani, Lusi Andriyani, and Usni, “Strategi Diplomasi Budaya Untuk Meningkatan
Ekspor Batik indonesia Ke Jepang,” Jurnal Politik Indonesia Dan Global Vol.1, no. NO.2 (2020):
5, https://jurnal.umj.ac.id/index.php/Independen/article/view/7977. 10 Wardi, “Perkuat Litbang Dan Pemasaran, BBKB Melakukan Penandatanganan MoU Dengan
Mr. Masato Kuroda,” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2018,
https://www.batik.go.id/index.php/post/read/perkuat_litbang_dan_pemasaran__bbkb__melakukan
_penandatanganan_mou_dengan_mr__masato_kuroda_0.
6
pemerintah. Peran pemerintah dalam melakukan negosiasi dengan pemerintah
Jepang membuat peluang bagi aktor non pemerintah untuk mempermudah akses
pasar ke Jepang. Tanpa adanya peran-peran stakholder, kepentingan nasional
Indonesia akan sulit untuk didapati.
Dalam mengkaji ini penulis melihat batik menjadi bagian dalam instrumen
yang berhasil mewujudkan kepentingan nasional Indonesia terhadap Jepang
melalui diplomasi budaya. Hal tersebut terbukti dengan jumlah ekspor batik ke
Jepang cenderung meningkat dan pada kisaran waktu tersebut kegiatan diplomasi
budaya melalui batik di Jepang meningkat, sehingga keberhasilan kolaborasi
budaya antara Jepang dan batik pada tahun 2018, serta penandatanganan MoU yang
berisi tentang pembuatan produk Yakuta dengan motif batik pada tahun 2018.
Urgensi dalam kajian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana batik
digunakan oleh Indonesia sebagai instrument diplomasi budaya terhdap Jepang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Penulis meyakini dengan meningkatnya minat
masyarakat Jepang terhadap batik terdapat upaya-upaya aktor yang ikut terlibat di
dalamnya, baik aktor pemerintah maupun non pemerintah yang berperan penting
untuk mengenalkan batik ke masyarakat Jepang secara khusus, serta masyarakat
global secara umum.
1.2. Rumusan Masalah
Berlandaskan pemaparan sebelumnya, maka kajian ini tertarik untuk
menganalisis, “Bagaimana implementasi diplomasi budaya Indonesia ke Jepang
melalui batik?”
7
1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Terkait dengan rumusan masalah diatas, maka peneliti bertujuan untuk
mengetahui bagaimana implementasi diplomasi budaya Indonesia ke Jepang
dengan menggunakan instrumen batik.
1.3.2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dengan adanya kajian ini maka penulis berhadap bisa mendapatkan
pengetahuan terkait konsep diplomasi budaya yang telah dijelaskan oleh pakar
pengetahuan dalam kajian ini. Dari kajian ini penulis juga berhadap dapat
memberikan sedikit pengetahuan dan pandangan baru terhadap pembaca sehingga
memberikan masukan terhadap penelitian selanjutnya. Dan berhadap juga kajian ini
akan memberikan ilmu terhadap konsep yang sama terhadap penelitian yang akan
datang, dalam hal ini penulis menggunakan konsep diplomasi budaya. Diplomasi
budaya digunakan untuk memberikan penjelasan terkait kerjasama Indonesia
dengan Jepang melalui batik.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapakan dijadikan bahan evaluasi
pemerintah maupun masyarakat Indonesia lebih memiliki rasa cinta dan berupaya
untuk menjaga warisan Indonesia yang sangat berharga ini. Diharapkan lagi hasil
dari penelitian ini dapat menimbulkan rasa bangga terhadap budaya Indonesia
sehingga timbul rasa keperdulian yang tinggi untuk menjaga dan melestarikan batik
8
secara berkelanjutan, serta mengenakannya sebagai wujud rasa cinta terhadap
budaya Indonesia. Diharapkan juga penelian ini dapat memberikan rasa antusias
dan semangat bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk memperkenalkan
dan mempromosikan kebudayaan Indonesia di dalam negeri maupun dunia
Internasional secara luas.
1.4. Penilitan Terdahulu
Penelitian terdahulu dibuat agar dapat menganilis dan terhidar dari
kemiripan dengan peneliti yang telah ada, sehingga penulis memasukkan sebagian
hasil dari penelitian terdahulu yang telah ditemukan oleh penulis. Adapun
penelitian tersebut sebagai berikut:
Penelitian pertama, skripsi yang dikerjakan Aditsi Apsari Paramitha dengan
judul. Diplomasi Kebudayaan Indonesia Ke Amerika Serikat Melalui Sosialisasi
Batik Pasca Pengukuhan Batik Oleh UNESCO Serta Implementasinya Terhadap
Perkembangan Batik Di Amerika Serikat.11 Dalam penelitian dijelaskan bahwa
batik merukan salah satu warisan Indonesia dan bentuk kekayaan yang dimiliki oleh
Indonesia. Batik adalah bagian yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat
Indonesia, lantaran batik telah dianggap sebagai identitas bangsa Indonesia sendiri.
Masyarakat biasa maupun pejabat-pejabat tinggi sudah terbiasa mengenakan kain
yang berhubungan dengan batik.
11 Adisti Paramitha Apsati, “Diplomasi Kebudayaan Indonesia Ke Amerika Serikat Melalui
Sosialisasi Batik Pasca Pengukuhan Batik Oleh UNESCO Dan Implementasinya Terhadap
Perkembangan Batik Di Amerika Serikat.” Skripsi, Bandung: Jurusan Hubungan Internasional
(Universitas Pasundan Bandung, 2016), http://repository.unpas.ac.id/568/. Pada 23/08/2016 (12:24
WIB).
9
Perkembangan batik yang sempat terlupakan membuat batik diklaim
sebagai warisan budaya dari Malaysia. Namun setelah berbagai upaya yang
dilakukan akhirnya batik dikukuhkan sebagai sebuah budaya milik Indonesia oleh
UNESCO. Setelah melalui masa suramnya, eksistensi batik dalam dunia
internasional semakin berkembang bahkan negara-negara besar semakin tertarik
untuk mengimpor batik. Misalnya Amerika Serikat yang merupakan pasar
pengimpor batik terbesar. Banyaknya impor batik ke AS berdampak terhadap
meningkatnya perekonomian Indonesia. terkait penelitian ini penulis melihat bahwa
terdapat kesamaan yaitu dengan menggunakan batik sebagai sarana untuk
melaksanakan hubungan dengan negara lain, namun terdapat perbedaan dari cara
penyampaiannya penulis lebih fokus terhadap peran dan eksistensi batik di Jepang
dalam diplomasi budaya, sedangkan penelitian terdahulu lebih memfokuskan
terhadap sejauh mana keberhasilan yang telah didapatkan Indonesia dalam kegiatan
kebudayaan ke Amerika serikat pasca pengukuhan batik oleh UNESCO.
Penelitian kedua yaitu berupa skripsi yang ditulis oleh Irham Suryo Susanto
dengan judul Diplomasi Batik Indonesia Di Amerika Serikat Pada Masa
Pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono.12 Dalam penelitiannya dijelaskan
bahwa diplomasi adalah cara politik agar dapat menjaga kebijakan luar negeri
sebuah pemerintahan agar mempegaruhi kebijakan dan perilaku negara lain. Dalam
12 Dikutip dari penelitian Irham Suryo Susanto, 2015, “Diplomasi Batik Indonesia Di Amerika
Serikat Pada Masa Pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (Indonesian Batik Diplomacy In
The United States During Soesilo Bambang Yudhoyono Reign)” Skripsi, Jember : Jurusan Hubungan
Internasional, Universitas Universitas Jember, diakses dalam https://text-
id.123dok.com/document/rz3gpxmy-diplomasi-batik-indonesia-di-amerika-serikat-pada-masa-
pemerintahan-soesilo-bambang-yudhoyono.html . Pada 13/04/2017 (22:58 WIB).
10
hal ini budaya adalah permasalahan dapat dilirik oleh pengkaji ilmu hubungan
internasional. Lantaran budaya merupakan gambaran terkait identitas suatu negara
dan sangat efekti untuk kepentingan nasional.
Bagian budaya yang dimasukkan dalam kegiatan diplomasi merupakan
suatu sarana soft power yang mampu mendorong kerjasama antara masyarakar dan
negara di dunia. Peningkatan kepentingan diplomasi dalam sarana kebudayaan
sangatlah berpengaruh karena dalam hal ini kerjasama terjalin murni karna
keinginan dari masing-masing negara tanpa paksaan. Batik merupakan salah satu
budaya Indonesia yang digunakan oleh Indonesia untuk melakukan diplomasi
budaya dengan Negara lain, misalnya dengan Amerika serikat. Berbagai upaya
Indonesia dalam memperkenalkan batik ke dalam dunia Internasional
mengantarkan Indonesia untuk melakukan diplomasin kebudayaan dengan
Amerika Serikat, hal tersebut memberi dampak yang positif bagi Indonesia dan juga
berdampak pada keuntungan perekonomian Indonesia sendiri.
Posisi penulis terhadap penelitian diatas berkaitan dengan kesamaan
penelitian yang digunakan yaitu diplomasi kebudayaan melalui batik. Namun
perbedaannya terletak jika pada pemfokusan si peneliti. Penulis lebih memfokuskan
terhadap upaya para aktor dalam memperkenalkan dan mempromosikan batik di
Jepang sehingga berdampak terhadap meningkatnya ketertarikan masyarakat
Jepang terhadap batik Indonesia, serta menggunakan landasan konsep diplomasi
budaya sedangkan penelitian diatas lebis fokus terhadap cara pencapaian diplomasi
11
melalui batik yang dilakukann oleh Indonesia ke AS pada masa pemerintahaan SBY
serta menggunakan konsep diplomasi public.
Penelitian ketiga yaitu berupa skripsi yang ditulis oleh Vanessa Hildegard
Harsamto dengan judul Diplomasi Budaya Indonesia Terhadap Jepang dalam
Sektor Pariwisata di Bali.13 Dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa
pariwisata merupakan salah satu sektor penopang perekonomian Indonesia. salah
satu fokus pemerintah dalam menjalankan hubungan diplomasi yaitu melalui
pariwisata, dengan dijadikannya pariwisata sebagai pusat pembangunan sebuah
negara dengan Nawacita yang dibangunnya. Salah satu sumber pariwisata
Indonesia yang paling banyak digemari dan paling banyak dikunjungi oleh warga
negara lain adalah Bali. Wisatawan terbanyak yang mengunji Bali berasal dari
Negara Jepang. Beberapa wisatawan yang berasal dari Jepang berkunjung ke Bali
setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari
upaya-upaya pemerintah dalam mempromosikan Bali itu sendiri.
Dalam penelitian tersebut membahas terkait dengan usaha diplomasi budaya
Indonesia ke Jepang melalui sektor pariwisata dengan studi kasus Bali. Teori yang
dipakei berupa teori diplomasi publik. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang diplomasi budaya Indonesia-
Jepang, namun perbedaannya terletak pada topik pembahasan yaitu penelitian
13 Vanessa Hildegard Harsamto, 2018, Diplomasi Budaya Indonesia Terhadap Jepang Dalam Sektor
Pariwisata Di Bali. Skripsi, Bandung: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Katolik
Parahyangan, diakses dalam http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/6512/Cover
- Bab1 - 3314154sc-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
12
tersebut menggunakan Pariwisata sebagai instrumennya sedangkan penelitian ini
menggunakan batik.
Penelitian keempat yaitu skripsi dari Iyul Yanti dengan judul Diplomasi
Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundation Tahun 2003-
2011.14 Penelitian tersebut menjelaskan terkait tujuan Jepang dalam mendirikan The
Japan Foundation dan perannya di Indonesia sebagai diplomasi kebudayaan.
Penelitian tersebut juga menjelaskan terkait peran lembaga The Japan Foundation,
lembaga tersebut merupakan sebuah sebuah organisasi mitra kerja yang didirikan
oleh Jepang di bawah Kementrian Luar Negeri Jepang. Lembaga tersebut didirikan
tak lain karena dilatarbelakangi oleh adanya peristiwa Malari yaitu peristiwa
dimana Jepang di agap sebagai negara yang telah mendominasi perekonomian
Indonesia, dan membuat mahasiswa melalukan protes kepada pemerintahan
Indonesia. maka dengan adanya lembaga sosial budaya melalui the Japan
Founfation tersebut Jepang berhadap dapat memperbaiki hubungan dengan
Indonesia.
Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan konsep diplomasi second
track diplomacy, yaitu diplomasi kebudayaan menurut Martin Wight dan Winston
Churchil. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sama-sama
mengkaji terkait diplomasi budaya yang melibatkan negara yang sama yaitu Jepang
dan Indonesia. Perbedaan mendasar dari penelitian tersebut dengan penelitian ini
14 Iyul Yanti, 2012, Diplomasi Kebudayaan Jepang Di Indonesia Melalui The Japan Foundation
Tahun 2003-2011, Skripsi, Jakarta: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24134/1/IYULI.pdf.
13
adalah yaitu peneliat tersebut menggunakan lembaga sosial sebagai instrumen
diplomasi budaya, sedangkan penelitian ini menggunakan batik.
Penelitian kelima skripsi yang ditulis oleh Sarah Patrecia Sinulinga dengan
judul Diplomasi Kebudayaan Indonesia Terhadap Amerika Serikat Melalui Kuliner
(Gastrodipomacy) Tahun 2010-2016.15 Penelitian ini menjelaskan bahwa diplomasi
merupakan salah satu cara yang dilakukan sesuai dengan peraturan dan tata krama
yang telah berlaku dalam diplomasi. Dimana dalam hal ini bertujuan agar mencapai
suatu persetujuan nasional negara yang bersangkutan dalam menjalani kerjasama
terhadap negara lain serta terhadap masyarakata Internasional. Terkait
peningkatannya aktor dilomasi tidak melulu diperankan oleh pemerintah melainkan
non pemerintah seperti individu-individu yang mewakili kepentingan nasional
negaranya yang memiliki tujuan dan pengetahuan yang sama dengan aktor
pemerintah.
Soft power merupakan salah satu bagian dari diplomasi. Kebijakan luar
negeri, budaya, nilai adalah bagian dari sumber daya terpenting dalam soft power.
Berbagai cara yang yang dilakukan oleh soft diplomacy untuk menarik dan
mempengaruhi negara lain untuk melakukan kerja sama dengan negara yang
memiliki soft diplomacy. Misalnya melalui budaya, diplomasi kebudayaan adalah
cara yang digunakan oleh suatu negara agar dapat menempati posisi yang dapat
dilihat oleh masyarakat Internasional. Kebudayan merupakan hal yang menarik
15 Sarah Patrecia Sinulingga, 2017“Diplomasi Kebudayaan Indonesia Terhadap Amerika Serikat
Melalui Kuliner (Gastrodiplomasi)2012-2016” Skripsi, Riau, Jurusan Hubungan Internasional,
Universitas Riau. https://media.neliti.com/media/publications/130003-ID-diplomasi-kebudayaan-
indonesia-terhadap.pdf.
14
untuk dijadikan sarana kerjasama, sehingga dalam hal ini eksistensinya dipandang
lebih berpengaruh dari pada menggunakan militer.
Indonesia sendiri yang akan budayanya juga menggunakan soft diplomacy
untuk menarik perhatian negara lain, misalnya melalui kuliner. Diplomasi melalui
kuliner diterapkan oleh Indonesia di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
Dengan dilaksanakannya kegiatan seperti kuliner maka secara tidak langsung
memperkenalkan makanan dan minuman Indonesia di Amerika Serikat, hal tersebut
merupakan salah satu cara agar memperkenalkan kebudayaan Indonesia terhadap
negara tersebut. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu diplomasi
kebudayaan yang dilakukan oleh Indonesia. Namun perbedaannya penelitian
tersebut menggunakan negara Amerika Serikat dan menggunakan kuliner sebagai
intrumen diplomasinya, sedangkan penelitian ini negara tujuannya yaitu Jepang dan
menggunakan batik sebagai instrumen diplomasi kebudayaannya.
Penelitian keenam adalah tesis yang ditulis oleh Demeiati Nur
Kusumaningrum, beserta rekan-rekannya yang membahas terkait judul Trend
Pariwisata Halal Korea Selatan.16 Penelitian ini menjelaskan terkait kepentingan
Korea Selatan dalam menerapkan kebijakan pariwisata halal. Dimana dalam
penelitian tersebut menjelaskan bahwa kepentingan yang mendasari korea selatan
melaksanakan kebijakan tersebut yaitu untuk membangun citra negara yang ramah
muslim dengan mempertimbangkan beberpa aspek. Adapun penelitian tersebut
16 Demeiati N. Kusumaningrum et al., “Trend Pariwisata Halal Korea Selatan” (Universitas
Muhammadiyah Malang, 2017), http://eprints.umm.ac.id/42892/18/Kusumaningrum Fairuz Putri
Amalia - halal kebijakan Korea Selatan muslim pariwisata.pdf.
15
menggunakan pendekatan politik ekonomi internasional dan soft power sehingga
mendapatkan penjelasan yang lebih detail terkait dari tujuan penelitian tersebut.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu menggunakan
kebudayaan sebagai alat diplomasi, Namun perbedaannya penelian tersebut
memfokuskan terhadap keberhasilan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Korea
Selatan terkait pariwisata halal, sedangkan dalam penelitian ini memfokuskan
terhadap diplomasi budaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap
Jepang melalui budaya Batik.
Tabel 1.1
Posisi Penelitian
No. Judul dan Nama
Penelitian
Jenis Peneliti
dan Alat
Analisa
Hasil Penelitian
1. Skripsi: Diplomasi
Kebudayaan
Indonesia Ke
Amerika Serikat
Melalui Sosialisasi
Batik Pasca
Pengukuhan Batik
Oleh UNESCO dan
Implementasinya
Terhadap
Perkembangan
Batik Di Amerika
Serikat
Oleh : Aditsi
Paramitha Apsari
Deskriptif
Pendekatan :
soft power dan
Diplomasi
Kebudayaan
-Masyarakat biasa
maupun pejabat-pejabat
tinggi sudah terbiasa
mengenakan kain yang
berhubungan dengan
batik.
-Setelah melalui masa
suramnya, eksistensi
batik dalam dunia
internasional semakin
berkembang bahkan
negara-negara besar
semakin tertarik untuk
mengimpor batik
-Banyaknya impor batik
ke Amerika Serikat
memberikan
keuntuntungan ekonomi
bagi Indonesia
2. Skripsi : Diplomasi
Batik Indonesia Di
Amerika Serikat
Deskriptif
Dalam penelitiannya
dijelaskan bahwa
diplomasi adalah suatu
16
Pada Masa
Pemerintahan
Soesilo Bambang
Yudhoyono .
Oleh: Irham Suryo
Susanto
Pendekatan:
soft power dan
diplomasi
publik
cara politik menjaga
kebijakan luar negeri
suatu pemerintah dalam
mempengaruhi kebijakan
dan sikap negara lain.
-Peningkatan
kepentingan diplomasi
dalam sarana
kebudayaan sangatlah
berpengaruh karena
dalam hal ini kerjasama
terjalin murni karna
keinginan dari masing-
masing negara tanpa
paksaan. Batik adalah
budaya Indonesia yang
digunakan oleh
Indonesia untuk
melakukan diplomasi
budaya dengan
negaralain, misalnya
dengan Amerika serikat
3. Skripsi : Diplomasi
Budaya Indonesia
Terhadap Jepang
dalam Sektor
Pariwisata di Bali
Oleh: Vanessa
Hildegard
Harsamto
Deskriptif
Pendekatan:
diplomasi
budaya dan
diplomasi
publik.
- Dalam penelitian
tersebut menjelaskan
bahwa pariwisata
merupakan salah satu
sektor penopang
perekonomian Indonesia.
Salah satu sumber
pariwisata Indonesia
yang banyak diminati
dan banyak wisatawan
asing yang berkunjung
adalah Bali. Wisatawan
terbanyak yang mengunji
Bali berasal dari Negara
Jepang. Hal tersebut
tentu tidak terlepas dari
upaya pemerintah.
4 Skripsi:Diplomasi
Kebudayaan
Jepang di Indonesia
Melalui The Japan
Foundation Tahun
2003-2011
Oleh: Iyul Yanti
Deskriptif
Pendekatan:
diplomasi
kebudayaan.
The Japan Foundation
merupakan lembaga
organisasi mitra kerja
yang dibangun oleh
Jepang di bawah
Kementrian Luar Negeri
Jepang. Lembaga
17
tersebut didirikat tak lain
karena dilatarbelakangi
oleh adanya peristiwa
Malari yaitu peristiwa
dimana Jepang di anggap
sebagai mitra kerja yang
mendominasi
perekonomian Indonesia,
dan membuat mahasiswa
melalukan protes kepada
pemerintahan Indonesia.
maka dengan adanya
lembaga sosial budaya
melalui the Japan
Founfation tersebut
Jepang berhadap dapat
memperbaiki hubungan
dengan Indonesia.
5. Skripsi : Diplomasi
Kebudayaan
Indonesia Terhadap
Amerika Serikat
Melalui Kuliner
(Gastrodipomacy)
Tahun 2010-1016
Oleh: Sarah
Patrecia Sinulinga
Deskriptif
Pendekatan:
diplomasi
kebudaya
-penelitian ini
menjelaskan bahwa
diplomasi adalah cara
cara yang dilakukan
sesuai dengan peraturan
dan tata krama yang telah
berlaku dalam diplomasi
- kebudayan merupakan
hal yang menarik untuk
dijadikan sarana
kerjasama, sehingga
dalam hal ini
eksistensinya dipandang
lebih berpengaruh dari
pada menggunakan
militer
6 Trend Pariwisata
Halal Korea
Selatan
Oleh: Demeiati Nur
Kusumaningrum
Deskriptif
Pendekatan :
Soft Power
Hasil penelitian
menunjukkan
kepentingan Korea
Selatan membangun citra
negara ramah muslim
dengan
mempertimbangkan 1)
peningkatan pendapatan
masyarakat dan
investasi, 2) mencari
alternatif
18
pengembangan pasar
domestik agar tidak
tergantung kepada Cina
sebagai tujuan ekspor,
dan 3)
memperkuat kerjasama
dan hubungan
diplomatik dengan
negara-negara non-
tradision
7 Skripsi:
Batik Sebagai
Instrumen
Diplomasi Budaya
Indonesia ke
Oleh : Maisaroh
Deskriptif
Konsep
Diplomasi
Kebudaya dan
multi track
diplomasi
Kerjasamayang
dilakukan oleh Indonesia
dengan Jepang melalui
batik bertujuan untuk
meningkatkan eksistensi
batik di kancah
internasional. Dan
Jepang merupakan salah
satu negara tujuan utama
ekspor batik terbesar di
Indonesia. Dan melihat
upaya-upaya aktor
pemerintah maupun non
pemerintah yang
menjadikan batik sebagai
instrumen diplomasi
kebudayaan.
1.5. Landasan Konsep
1.5.1. Konsep Diplomasi Budaya
Perubahan sifat diplomasi yang lebih kontemporer di era globalisasi
membuat diplomasi diharuskan untuk menyesuaikan dengan tantangan yang ada.
Tatantang tersebut merupakan bagian dari bagaimana diplomasi tersebut dapat
melakukan reaksi dan menjawab kesulitan suatu masalah yang akan dihadapi
dimasa yang akan datang. Ketika peran diplomasi digantikan oleh teknologi,
19
aktivitas bilateral mulai berkurang, serta ketika keberadaan diplomatik mulai
dilupakan, hal tersebut yang membuat para aktor diplomasi diharuskan untuk
berfikir secara kreatif untuk menghadapi kondisi permasalah yang akan datang.17
Soft power merupakan suatu cara alternatif bagi aktor diplomasi untuk
menghadapi sejumlah tantangan melalui cara perdamaian. Sepertihalnya yang
dikemukakam oleh Joseph Nye, bahwasannya power merupakan salah satu alat
untuk mempengaruhi perilaku seseorang dengan tujuan agar orang lain dapat
melakukan sesuai keinginan tanpa paksaan atau bayaran.18 Sedangkat soft power
merupakan suatau hubungan kerjasama antar negara yang tujuannya untuk
mendapatkan pengakuan terkait nilai dan budaya suatu negara oleh negara
lainnya.19 Secara tidak langsung soft power memiliki peran tersembunyi untuk
mempengaruhi negara lain untuk tertarik terhadap nilai-nilai yang berada dalam
suatu negara. Nye juga mengatakan bahwa sarana diplomasi seperti seni, bahasa,
budaya, gaya hidup dan lain sebagainya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
aktor lainnya.
Seiring dengan perkembangan ilmu Hubungan Internasional, kebudayaan
dijadikan salah satu alat dalam berdiplomasi yang disebut diplomasi kebudayaan.
Dimana diplomasi kebudayaan merupakan bagian dari soft power itu sendiri.
Melalui diplomat, masyarakat internasional atau negara lain dapat mengetahui
17 Rizki Rahma dini Nurika, “Peran Globalisasi Di Balik Munculnya Tantangan Baru Bagi
Diplomasi Di Era Kontemporer,” Jurnal Sospol Vol.3 No.1 (2017): 126–41,
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sospol/article/download/4404/4685. 18 Joseph S.Nye Jr, Think again: soft power,
http://www.foreignpolicy.com/arcticles/2006/02/22/think_again_soft_power?wp_login-
_redirect=0, diakses pada :20 Maret 2012 19 Ibid
20
budaya yang dibawa oleh diplomat tersebut, hal tersebut tentu bertujuan agar
masyarakat Internasional mengetahui dan tertarik untuk lebih mengenal negra
tersebut. Termasuk Indonesia yang juga menggunakan kebudayaan sebagai sarana
diplomasi.
Bagi Indonesia, budaya merupakan salah satu alat diplomasi yang sangat
efektif untuk mendapatkan citra baik dari negra lain, apalagi Indonesia adalah
negara yang memiliki banyak kebudayaan, dengan kekayaan budaya tersebut
Indonesia tersebut dapat membuat Indonesia menjadi negara yang super power
dalam diplomasi budaya. Budaya yang diwariskan secara turun temurun seperti,
batik, angklung, seni tari, dan budaya lainnya menjadikan Indonesia memiliki
kekuatan tersendiri dalam praktek diplomasi budaya. Kekayaan budaya tersebut
dapat dijadikan sebagai aset negara dan nilai jual untuk kepentingan diplomatik
Indonesia terhadap dunia Internasional.20 Salah satu budaya yang digunakan
Indonesia sebagai alat diplomasi adalah batik.
Diplomasi kebudayaan yang dikemukakan oleh Milton Cummings,Jr
merupakan suatu pertukaran ide-ide, transformasi, seni dan bahkan aspek-aspek
lainnya yang berhubungan dengan budaya di antara bangsa dan masyarakat agar
saling memahami.21 Perbedaan dan ciri khas budaya yang dimiliki setiap negara,
menjadikan budaya memiliki daya tarik tersendiri untuk menarik minat seseorang
ketika melihat budaya yang berbeda dari negaranya. maka dari itu budaya dapat
20 Saiman, Loc. Cit. 21 Gabriella, “Peran Diplomasi Kebudayaan Indonesia Dalam Pencapaian Kepentingan
Nasionalnya.”
21
dijadikan sarana praktek diplomasi budaya karena dapat menjembatani suatu
kerjasama antar negara dan memelihara kerjasama di bidang lainnya.22
Sedangkan menurut Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasi, diplomasi
kebudayaan merupakan cara bagi sebuah negara untuk mencapai kepentingan
nasional dengan menggunakan budaya. Dimana dalam pelaksanaannya penggunaan
dalam bidang ekonomi, politik, seni, social dan bidang lainnya dalam siasat
masyarakat internasional.23 Peran pemerintah sebagai aktor resmi dalam
pelaksanaan diplomasi budaya harus mengupayakan kepentingan nasional dengan
menggunakan kebudayaan sebagai instrument dalam praktek diplomasi. Tujuan
diplomasi dari segi budaya yaitu untuk memamerkan atau mempromosikan
kebudayaan yang dimiliki oleh suatu negaqra dengan harapan dapat berdampak
terhadap citra positif suatu negara serta diharapkan dapat mempengaruhi pendapat
umum negara lain melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan yang diadakan oleh aktor
negara maupun non negara.24
Untuk mengkaji penelitian ini maka peneliti menggukan diplomasi budaya
menurut Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari untuk melihat upaya dan cara
aktor Indonesia dalam memperkenalkan atau mempromosikan batik terhadap
Jepang. Dalam pelaksaan melalui pemanfaatan beberapa bidang seperti ekonomi,
politik, serta bidang sosial budaya. Salah satu upaya aktor Indonesia dalam
22 Saiman pakpahan Aldrian, “Diplomasi Kebudayaan Jepang Terhadap Indonesia Dalam
Kerangka Japan-Indonesia Partnership Agreement Tahun 2012-2015,” Jurnal Onlie Mahasiswa
Vol.3. No. (n.d.): 7, https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/8771/8439. 23 Tulus Warsito and Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan Konsep Dan Relevansi Bagi
Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia, II (Yogyakarta: ombak, 2007). 24 Ibid.
22
melaksanakan diplomasi budaya melalui batik terhadap Jepang dengan
pemanfaatan di bidang ekonomi, melalui perjanjian EPA, FTA, dan IJEPA
membuat Indoesia semakin mudah untuk mengekspor batik ke Jepang dengan
penurunan dan penghapusan tarif ekspor.25 Sedangkan di bidang politik, perjanjian
yang dilaksanakan oleh Indonesia dan Jepang yang tertuang dalam kesepakatan
perdamaian yang berdampak terhadap kerjasama Indonesia dan Jepang dalam
jangka panjang. Sedangkan dibidang sosial dan budaya yaitu dengan didirikannya
Rumah Budaya di Jepang sebagai rujukan masyarakat Jepang yang ingin lebih
mengenal Indonesia.26
1.5.2. Multy Track Diplomacy
Konsep ini mengalami beberapa kali perkembangan yang diawali dari
pemikiraan Joseph Montvile pada tahun 1981 yang menulis sebuah artikel
mengenai urusan luar negeri membuat konsep track pertama dan track kedua yang
kemudian dikembangkan kembali oleh Duta Besar John W.
Pada tahun 1985 Duta Besar John W McDonald dalam bukunya Conflict
Resolution: Track Two Diplomacy yang diterbitkan pada tahun 1987, kemudian
pada tahun 1989 John W McDonal mengembangkan konsep multi track diplomacy
ini menjadi lebih kompleks dengan penambahan satu bab tambahan menjadi lima
jalur multi track diplomacy sebelum pada akhirnya konsep ini kembali
25 Kemendag.go.id, “Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA),” Perdagangan,
Kementerian, 2018, http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/perdagangan-jasa/perundingan-jasa. 26 Garda Krisnando N Asep Kamalauddin and Rahmadhan Chasdiana, “Implementasi Diplomasi
Kebudayaan Indonesia Di Jepang Melalui Rumah Budaya Indonesia (Rbi) Periode 2017-2019,”
Hournal of Diplomacy and International Studies Vol.1, no. No.1 (2019),
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/article/view/5129.
23
dikembangkan pada tahun 1991 oleh McDonald dan Dr. Louise Diamond
menerbitkan buku Multi-Track Diplomacy dengan gambaran konsep sebagai
berikut:27
Gambar 1.1. Multy Track Diplomacy
Multi-track diplomacy juga merupakan sebuah pengembangan dari
teori diplomasi tradisional sebelumnya, dimana sebelumnya kegiatan
diplomasi hanya dapat dilakukan oleh perwakilan resmi pemerintah dan
interaksi tidak resmi dari aktor non-negara.
Multi-track diplomacy membuat diplomasi tidak hanya menjadi kegiatan
bagi diplomat atau perwakilan resmi dari pemerintah namun juga melibatkan warga
27 John W. McDonald, “The Institute for Multi-Track Diplomacy,” Journal of Conflictology Vol.3,
no. No.2 (2012), https://doi.org/10.7238/joc.v3i2.1629. hal.66
24
negara dan media sebagai aspek-aspeknya. Pelaksanaan dari multirack diplomacy
ini berdasarkan dari inisiatif pribadi maupun kolektif aktor non negara dan negara.
Dengan berkembangnya aktor non negara ini membuat proses diplomasi untuk
mencapai kepentingan nasional dalam mendapatkan pengakuan kebudayaan
sebagai identitas negara di mata internasional dapat berjalan dengan lancar.
Kesembilan jalur multi-track diplomacy dijelaskan oleh Diamond dan McDonnald
menjadi:28
Jalur pertama, government merupakan jalur diplomasi resmi yang bersifat
kenegaraan, dimana upaya diplomasi dilakukan oleh perwakilan resmi pemerintah
melalui proses formal kepada pemerintahan negara lain. Jalur ini menggukan
diplomasi sebagai instrumen dalam membuat kebijakan peacemaking dan
membangun perdamaian melalui aspek-aspek pemerintahan. Selain itu untuk
menghindari kekerasan serta menjaga kepentingan nasional suatu negara seperti
ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, budaya, dan kepentingan-kepentingan
lainnya.29 Jalur kedua, non-government or professional mengacu terhadap aktivitas
yang melibatkan interaksi warga negara atau non pemerintah dalam pelaksanaan
diplomasi. Tujuan akhir dari aktivitas tersebut diharapkan dapat membantu
menyelesaikan suatu kerjasama dengan mendorong komunikasi, pemahaman, dan
kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.30 Sehingga menjadikan para
professional non pemerintah untuk melakukan diplomasi dengan cara
28 Lousise Diamond and Ambbasador John Mc Donald, Multi- Track Diplomacy: A Sistem
Appoach to Peace, 3 edit (United States of America: Kumarian Press, 1996).hal.4 29 Diamond and Donald. Hal. 26 30 Diamond and Donald. Hal. 37
25
menyelesaikan masalah-masalah internasional termasuk upaya untuk mencapai
kepentingan nasional negaranya melalui aktor-aktor non pemerintah.
Jalur ketiga, business menunjukkan kegiatan-kegiatan perdamaian atau
diplomasi melalui hal yang berkaitan dengan bisnis. Hal tersebut dilakukan untuk
membentuk komunikasi informal dalam proses diplomasi suatu negara terhadap
negara lain. Jalun ini dapat dilakukan oleh aktor non pemerintah dengan tujuan
untuk mendapakan keuntungan ekonomi yang berdampak terhadap perdamaian
suatu negara melalui perdagangan. Dampak dari jalur ini adalah untuk mengurangi
tekanan terkait rendahnya perekonomian dan hal-hal yang dapat menimbulkan
permasalahan.31
Jalur keempat, private citizen merupakan perwujudan diplomasi
melalui keterlibatan personal seperti warga negara dalam rangka melakukan
kegiatan diplomasi. Dalam jalur ini, warga negara secara individual dapat
melakukan diplomasi melalui program pertukaran, swasta, dan kelompok tertentu
secara pribadi. Jalur kelima, education, tugas utama komponen pendidikan dari
sistem Multi-Track Diplomacy ini adalah menghasilkan dan mentransfer informasi
tentang masalah perdamaian dan konflik. Serta menunjukkan perwujudan
diplomasi melalui jalur pendidikan atau jalur pembelajaran. Jalur ini mencakup
semua proses pendidikan yang terdiri dari berbagai aspek global mengenai
pembelajaran secara internasional. Jalur keenam, activism, terdiri dari aktivis
perdamaian meliputi berbagai hal misalnya HAM, kebebasan, kesetaraan dan
31 Diamond and Donald.hal.57.
26
kelompok kepentingan tertentu terkait kebijakan suatu pemerintahan dalam rangka
melakukan kegiatan diplomasinya. Jalur ketujuh, religion, menjelaskan bagaimana
suatu kepercayaan menjadi suatu kegiatan dalam melakukan proses diplomasi. Jalur
ini dapat dilakukan oleh komunitas spiritual dan religious untuk mewujudkan
perdamaian atau upaya diplomasi melalui kepercayaan (religion).
Jalur kedelapan, funding, Tugas utama komunitas funding adalah
menyediakan dukungan finansial untuk kegiatan dan kelembagaan sistem
diplomasi Multi-Jalur. Selain itu juga berkaitan dengan proses diplomasi melalui
penyediaan aset atau bantuan pendanaan, melalui komunitas funding baik berupa
sebuah yayasan atau individual yang menyediakan dukungan finansial untuk proses
kegiatan perdamaian atau upaya dalam melakukan diplomasi. Jalur kesembilan,
communication and media, menggunakan komunikasi serta media sebagai tempat
untuk melakukan kegiatan dalam melakukan diplomasi. Semua orang dapat
membentuk suatu ekspresi melalui media cetak maupun elektronik dan dapat
berupa film, musik maupun seni.
Dari beberpa jalur diatas, peneliti mengambil beberapa jalur untuk melihat
bagaimana upaya aktor Indonesia dalam memperkenalkan batik terhadap negara
Jepang. Adapun jalur yang diambil adalah jalur pertama, yaitu goverment dimana
peneliti akan menjelaskan terkait peran pemerintah terhadap pemerintah Jepang.
Selain jalur pertama, peneliti juga memilih jalur kedua yaitu non goverment or
profesional, dimana dalam hal ini peneliti melihat adanya peran aktif aktor non
pemerintah yang juga secara tidak langsung terlibat dalam diplomasi budaya. Jalur
27
education juga tak luput dari penelitian ini, melihat dari beberapa aktor pemerintah
maupun non pemerintah yang menggunakan jalun ini sebagai pelaksanaan
diplomasi budaya Indonesia ke Jepang, serta jalur bussines dan funding juga diteliti
dalam penelitian ini.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Dimana
dalam hal ini dapat diartikan sebagai cara untuk mendeskripsikan dan mengetahui
suatu permasalahan melalui penyajian hasil akhir dengan penjelasan dan
menganalisis suatu kejadian dalam kerangka pemikiran yang jelas. Penelitian
deskriptif disertai dengan data-data dan gambaran mengenai isu atau kejadian yang
terjadi. Kelengkapan data serta gambaran tersebut dapat diperoleh dari berbagai
sumber, diantaranya dari studi literatur.32 Dalam penelitian ini mencoba untuk
menggambarkan bagaimana upaya pemerintah Indonesia dalam mempromosikan
budaya Indonesia ke Jepang melalui batik. Tujuannya untuk menggambarkan dan
menjelaskan isu yang diteliti dengan baik dan lengkap.
1.6.2 Metode Analisis
Penelitian ini memakai metode analisis bersifat kualitatif. Maka secara tidak
langsung bahan yang dipakai merupakan suatu informasi dan sumber data tertulis
bukan berupa angka, meskipun dalam penelitian ini terdapat beberapa angka yang
32 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2009).
28
tertera maka itu hanya sebagai pembuktian. Lalu dilakukan analisis data dan
menjelaskannya sehingga mendapatkan hasil dari penelitian tersebut.
1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian
a. Batasan Materi
Agar mempermudah penelitian maka penulis membatasi ruang lingkup
materi yang akan dijadikan pembahasan. Penelitian akan lebih terfokus terhadap
upaya pemerintah Indonesia dalam mempromosikan budaya Indonesia ke Jepang
memalui batik.
b. Batasan Waktu
Dalam penelitian ini penulis akan membatasi waktu penelitian yaitu mulai
dari tahun 2013 sampai 2019. Hal tersebut karena pada tahun 2013 hingga 2019
ekspor batik ke Jepang mengalami peningkatan yang signifikan, selain itu pada
kisaran waktu tersebut banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Indonesia
terhadap Jepang melalui batik sehingga berdampak terhadap eksistensi batik di
Jepang.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpualan data penulis mengumpulkan data skunder.
Dimana dalam pengumpulannya dilakukan dengan mencari dan menelaah sejumlah
literatur baik berupa buku-buku, berita, artikel, jurnal dan dokumen serta publikasi-
publikasi yang dikeluarkan oleh Kementrian Luar Negeri Indonesia. dalam
29
melakukan penelitian, penulis mencari dan mempelajari sumber-sumber informasi
terkait penelitian sebelumnya, seperti melalui jurnal, artikel, dan referensi-referensi
yang berkaitan dengan penelitian ini. Setelah itu penulis lalu menjelaskan dan
menganalisis data dengan menggunakan pemahaman dan konsep yang telah
dijelaskan sebelumnya.
1.7.Sistematika Kepenulisan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep diplomasi budaya, terkait
dengan judul yang diangkat yaitu Diplomasi budaya Indonesia Ke Jepang Melalui
Batik. Maka pada bab pertama penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai latar
belakang penelitian ini dilakukan, serta merumuskannya menjadi rumusan masalah
dan juga menjabarkannya beberapa penelitian terdahulu sebagai acuan agar dapat
membandingkan serta menghindari adanya kesamaan dalam penelitian. Metode
penelitian serta argumen sementara juga dijabarkan dalam bab satu dengan tujuan
agar dapat mendukung penelitian ini.
Pada bab kedua akan membahas mengenai kepentingan nasional Indonesia
terhadap Jepang melalui batik serta melihat kepentingan nasional Indonesia
dibeberapa bidang melalui batik. dan pada bab ketiga yaitu membahas mengenai
sejarah perkembangan batik Indonesia di Jepang dan pada bab empat membahas
mengenai upaya multistakeholder Indonesia saat mempromosikan batik ke Jepang
sebagai strategi diplomasi. terakhir bab lima, dimana pada bab ini berisi tentang
penutup dimana terdapat kesimpulan dan saran dari peneliti terhadap peneliti
selanjutnya serta terdapat daftar pustaka.
30
Tabel 1.2
Sistematika kepenulisan
Bab Judul Pembahasan
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.4 Penelitian Terdahulu
1.5 Landasan Konseptual
1.5.1 Diplomasi Budaya
1.5.2 Multi-Track Diplomacy
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
1.6.2 Metode Analisis
1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
1.7 Sistematika Penulisan
2. Kepentingan Nasional
Indonesia terhadap Jepang
2..1. Politik
2.2. Ekonomi
2.3. Sosial-Budaya
3. Sejarah Perkembangan
Batik di Jepang
3.1 Awal mulai batik Indonesia di kenal
Masyarakat Jepang
3.2 Potensi batik sebagai Instrumen diplomasi
budaya
3.3 perkembangan batik Indonesia di Jepang
3.3.1 peningkatan jumlah ekspor
3.3.2 Kolaborasi batik dengan budaya
khas Jepang
4 Upaya dan Peran
Multistakeholder
Indonesia dalam
mempromosikan batik ke
Jepang
4.1. Aktor Dalam Diplomasi Budaya Batik
Indonesia ke Jepang
1.1.1 Aktor Pemerintah
1.1.1.1 Kementerian Perindustrian
1.1.1.2 Kementerian Luar Negeri
1.1.1.3 Kementerian Ekonomi Dan
Pariwisata
1.1.2 Aktor Non Pemerintah
1.1.2.1 Yayasan Batik Indonesia
31
1.1.2.2 Perhimpunan Pelajar
Indonesia
1.1.2.3 Perancang Busana
1.2 Upaya Multi-Track Diplomacy Indonesia
Terhadap Jepang
1.2.1 Jalur Government
1.2.2 Jalur Non Government
or Professional
1.2.3 Jalur Business
1.2.4 Jalur Education
1.2.5 Jalur Funding
Penutup 5.1 Kesimpulan
5.2 Saran