41
BAB I STATUS PASIEN A. IDENTITAS Nama : Tn. EA NR : 080088 Usia : 38 tahun Ruangan : P. Salawati Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jln. Sungai Rt 002/ 006 marunda – jakarta timur Tanggal Masuk: 01 Desember 2012 Tanggal keluar : 31 Desember 2012 Masuk Pukul : 20.30 Pekerjaan : tentara Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam B. ANAMNESA 1. KeluhanUtama : pasien datang dengan anjuran operasi tangan kanan dari poli bedah 2. KeluhanTambahan : nyeri saat menggerakan bahu kanan 3. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien datang dengan anjuran operasi pada tangan kanan. Pasien memiliki riwayat kecelakaan pada tanggal 20 oktober 2012. Dan sudah dilakukan operasi pada tangan kanan. 4. Riwayat Penyakit Dahulu : Pada tanggal 20 oktober 2012 os dibawa dari RS. Koja dengan CKR + vulnus laseratum akibat kecelakaan lalu 1

BAB I orif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Citation preview

Page 1: BAB I orif

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS

Nama : Tn. EA NR : 080088

Usia : 38 tahun Ruangan : P. Salawati

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Sungai Rt 002/ 006 marunda – jakarta timur

Tanggal Masuk : 01 Desember 2012

Tanggal keluar : 31 Desember 2012

Masuk Pukul : 20.30

Pekerjaan : tentara

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

B. ANAMNESA

1. KeluhanUtama : pasien datang dengan anjuran operasi tangan kanan dari poli

bedah

2. KeluhanTambahan : nyeri saat menggerakan bahu kanan

3. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien datang dengan anjuran operasi pada tangan kanan.

Pasien memiliki riwayat kecelakaan pada tanggal 20 oktober 2012. Dan sudah

dilakukan operasi pada tangan kanan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pada tanggal 20 oktober 2012 os dibawa dari RS. Koja dengan CKR + vulnus

laseratum akibat kecelakaan lalu lintas pada jam 02.15 WIB. Os berdua dengan

temannya mengendarai motor pada malam hari didaerah tanjung priuk lalu menabrak

truk container yang sedang terparkir dijalan. Os terlempar dan tidak sadarkan diri. Saat

itu terdapat luka robek di pelipis kanan, nyeri dibagian leher dan pinggang. Luka sudah

di jahit, hidung dan mulut mengeluarkan darah. Os tampak gelisah dengan GCS

E4V5M6. Diagnosa saat itu adalah CKR, Open Fraktur Galeazzi sinistra + open

Fraktur 1/3 distal os> Radius dekstra + closed fraktur metacarpal IV-V + cloced

fraktur mandibula + closed fraktur Os. Zygomaticum sinistra. Pada tanggal 30/11/ 12

foto rontgent antebrachii dextra dan sinitra terdapat kesan delayed union dextra

antebrachii dan telah dilakukan ORIF dan pemasangan gips dengan semi tubular plate

1

Page 2: BAB I orif

5 hole k_wire + 5 screw. Sudah dilakukan operasi pada fr. Symphysis Mandibula pada

tanggal 6 november 2012 dan fr. Zygomatikum pada tanggal 30 november 2012.

- Riwayat trauma sebelumnya disangkal

- Riwayat alergi obat di sangkal oleh pasien

- Riwayat asma disangkal

- Riwayat Penyakit jantung disangkal

- Riwayat Hipertensi disangkal

- Riwayat Diabetes Melitus disangkal

- Riwayat mengkonsumsi obat disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat alergi obat di sangkal oleh pasien

- Riwayat asma disangkal

- Riwayat Penyakit jantung disangkal

- Riwayat Hipertensi disangkal

- Riwayat Diabetes Melitus disangkal

.

C. PEMERIKSAAN UMUM

1. Primary Survey

A: Clear

B: Spontan, RR 22 x/menit

C: TD 140/100 mmHg, FN 88 x/menit

D: GCS 15 (E4V5M6), compos mentis

2. Status Generalis

a. Kepala : Normocephal

b. Mata :

Konjungtiva/Sklera : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-,

Kornea : Jernih pada kedua mata kanan dan kiri

Pupil : Isokor +/+, refleks cahaya +/+

c. THT :

Telinga : Lubang telinga lapang , cairan (-), darah(-)

Bibir : Vulnus(-), hematom (-)

Hidung : Deformitas (-/-), sekret (-/-)

Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T0 – T0

2

Page 3: BAB I orif

d. Leher : trakea terletak di tengah, tidak ada deviasi, tidak ada luka

e. Thoraks :

Bentuk : Tidak ada kelainan, jejas (-)

Pergerakan : Pergerakan hemithorax kiri dan kanan simetris dalam

keadaan statis dan dinamis

f. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat

Perkusi :

- Batas kanan atas : ICS II LPS dextra

- Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra

- Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra

- Batas kiri bawah : ICS VI LMC sinistra 2 cm lateral

Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni reguler, murmur (-),

gallop (-)

g. Paru

Inspeksi : Pergerakan dada simetris, statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus vokal : kanan = kiri

Perkusi : Perkusi sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri

Auskultasi : Suara nafas vesikular pada lapang paru kanan dan

kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

h. Abdomen

Inspeksi : Perut datar, jejas (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Defans muscular (-), nyeri tekan epigastrium (-)

Hepar : Tidak teraba pembesaran

Lien : Tidak teraba pembesaran

Perkusi : Tympani, Nyeri ketuk (-)

3. Status Lokalis (Regio Antebrachii Dekstra)

Look : Terpasang elastic verband kiri

Tampak jahitan hasil operasi pada tangan kanan.

Feel : Nyeri tekan (+), CRT<2”, akral hangat, NVD:

Neuro :

3

Page 4: BAB I orif

- Motorik : N. radialis baik (dibuktikan dengan ekstensi jari I, II, III, IV

dan V, abduksi jari I), N. medianus baik(dibuktikan dengan

fleksi jari I, II, III, IV dan V, ekstensi jari IV dan V , abduksi jari I, oposisi

jari I), N. ulnaris baik (dibuktikan dengan fleksi, ekstensi dan abduksi jari II, III,

IV dan V, adduksi jari I, II, III, IV dan V)

- Sensorik :Nyeri (+), dibuktikan dengan menggunakan jarum. Taktil (+),

dibuktikan dengan sentuhan halus menggunakan kapas. Membedakan dua titik

(+), dibuktikan dengan menggunakan clip yang dibentuk seperti huruf “V”

dengan jarak 0,5 cm.

Vaskular :a. radialis dan a. ulnaris teraba (irama teratur, isi adekuat)

Move : Range of movement terbatas pada wrist joint

- Pronasi : Nyeri dan terbatas

- Supinasi : Nyeri dan terbatas

- Fleksi : Nyeri dan terbatas

- Ekstensi : Nyeri dan terbatas

- Aktif : Nyeri dan terbatas

- Pasif : Nyeri dan terbatas

Pemeriksaan Penunjang pada tanggal 30/11/2012

1. Hasil rontgen thorax didapatkan tidak ada kelainan

2. Hasil pemeriksaan laboratorium darah 30/11/12

Pemeriksaan Nilai normal Hasil GDSBleeding timeClothing timeSGOTSGPTDarah rutin :LeukositEritrositHemoglobin (Hb)Hematokrit (Ht)TrombositLEDDiff.count:BasofilEusinofilBatangSegmenLimfositMonosit

< 200 mg%1-6 menit10- 16 menitP : < 35P : < 41

5000P : 4,5- 5,5 P : 14 – 18P : 43 – 51150.000 – 400.000P < 10

0-1%2-4%2-6%50-70%20-40%2-8%

122 mg%2’ menit12’ menit532555

69004,5311,937294.00048

-1-64355

4

Page 5: BAB I orif

Pemeriksaan tgl 2/12/12 Nilai normal Hasil Bilirubin total Bilirubin directBilirubin indirectSGOTSGPT

1-1, 2 mg/dl< 0,2 mg/dl< 0,9 mg/dlP < 35 u/lP < 41 u/l

1,17 mg/dl0,71 mg/dl0,46 mg/dl408 u/l560 u/l

Tanggal 3/12/12HbSAg Anti HcV

Negatifnegatif

NegatifNegatif

Tanggal 5/12/12SGOTSGPT

P < 35 u/lP < 41 u/l

255429

Tanggal 6/12/12Anti HAV:IgM Anti HAV Negatif Negatif

Resume

Nyeri pada tangan kiri pasca kecelakaan lalu lintas 2 bulan yang lalu. Riwayat operasi pada

tangan kanan sebelumnya. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos

mentis. Tekanan darah 140/100 , nadi 90x/mnt, pernapasan 20 x/mnt, suhu 36,2o, status

lokalis tampak elastis verban pada tangan kiri, tampak bekas luka operasi pada tangan kanan.

Tangan kiri agak kaku sudah digerakan.

D. DIAGNOSIS

CKR, Open fraktur Galeazzi sinistra + Closed fraktur 1/3 distal oa. Radius dextra

+closed fraktur Metacarpal IV-V + closed fracture mandibula + closed fraktur

zygomaticum

Hipertensi grade II

Kelainan fungsi hepar

E. PENATALAKSANAAN

1. Telah dilakukan Open Reduction Internal fixation (ORIF) sinistra pada tanggal

30/11/12 .

2. Pada tgl 30/11/12 dilakukan reposisi + gips antebrachii dextra.

foto antebrachii sinistra + gips tanggal 3/11/12

5

Page 6: BAB I orif

3. Tanggal 18 desember 2012 Telah dilakukan Open Reduction Internal fixation (ORIF)

dextra dan pemasangan K-wire pada metacarpal V proximal.

Hasil follow up pada tanggal 20/11/12 Post ORIF Fraktur Galeazzi sudah dilakukan

pelepasan gips dan diberikan osteocal, meloxicam

Pada tanggal 30/11/12 dilakukan rontgent AP dan lateral antebrachiin dextra dan sinistra

6

Page 7: BAB I orif

foto manus AP dextra tanggal 31/10/12

7

Page 8: BAB I orif

foto manus lateral dextra tanggal 31/10/12Didapatkan Delayed union dextra antebrachii dan rencana dilakukan ORIF tanggal

3/11/12 jam 8.00 WIB.

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Tgl 7/12/12

10/12/12 12/12/12 13/12/12 17/12/12 20/12/12

SGOTSGPT

199328

108216

89157

69139

4479

5255

Tetapi dikarenakan SGOT dan SGPT pasien tinggi maka dilakukan pada tanggal 18

desember 2012.

LAPORAN OPERASI Pada tanggal 18 Desember 2012

Ahli Bedah : Dr. Nurrobi Sp.OT

Ahli Anestesi : Dr. Lila Sp. An

Cara Pembiusan : General Anestesi

Diagnosis : Fraktur galeazzi + Fraktur metacarpal V

Macam Operasi : ORIF

Laporan Kasus :

Pasien terlentang dengan General anestesi

8

Page 9: BAB I orif

Inssi pada antebrachii

Didapatkan fraktur radius obliq

Dilakukan ORIF dengan small DCP 7

Cek stabilitas distal radial ulna joint

Piano key sign negatif

Jahit lapis demi lapis

Kulit subkutis

Dilanjukan insisi dorsum manus

Didapatkan fraktur metacarpal V proximal intraarticular

Dilakukan ORIF dengan K wire (cross pinniy)

Jahit lapis demi lapis

Kulit subkutis

Operasi selesai

Instruksi Pasca operasi

RL 20 tetes/menit

Inj. Ceftriaxon 3 x 1gr selama 2 hari

Inj. Ketorolac 3 x 1gr selama 2 hari

Bila os sudah sadar dapat diberikan minum sedikit demi sedikit

Foto rongten antebrachii dan manus

GV setiap 2 hari

Follow up tanggal 19/12/12

S : nyeri pada daerah operasi +, bagian tangan kanan bengkak. pusing+,mual +, muntah-,

flatus +, bab -

O : KU : TSS ; Kesadaran compos mentis

Tekanan darah : 140/100 ; nadi : 90x/ menit; RR : 20x ; S : 36

regio antebrachii dextra : tampak daerah operasi tertutup perban elastic, rembesan darah -,

udem +, nyeri tekan +, ROM sendi tangan keterbatasan gerak karena nyeri.

A : Post ORIF et causa closed fracture galeazzi & fracture metacarpal V sinistra

P : cefadrocxil 3x1

paracetamol 3 x 500 mg

kalltrol 2x1

livercare 2 x1

9

Page 10: BAB I orif

methivon 2x1

F. KOMPLIKASI

Tidak ditemukan adanya komplikasi.

G. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungtional : dubia ad bonam

10

Page 11: BAB I orif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. FRAKTUR

1. Definisi

Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang

rawan sendi.

2. Klasifikasi

Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada-tidaknya hubungan patahan tulang

dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka

memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang terbuka

dibagi menjadi tiga derajat (Gustilo-Anderson classification), yang ditentukan oleh

berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.

Derajat luka terbuka:

Tipe I

- Luka kurang dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak minimal

- Dasar luka bersih

- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan kominusi

minimal

Tipe II

- Luka lebih besar dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak moderat

- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan kominusi

minimal

Tipe III

Fraktur yang melibatkan kerusakan parah pada jaringan lunak, termasuk struktur

otot, kulit dan neurovaskular. Beberapa pola yang diklasifikasikan sebagai tipe III:

- Fraktur terbuka segmental (terlepas dari ukuran luka)

- Luka tembak kecepatan tinggi dan luka tembak jarak dekat

- Fraktur terbuka dengan cedera neurovaskular

- Cedera pada orang yang bekerja di pertanian dengan kontaminasi tanah pada

luka (terlepas dari ukuran luka)

- Trauma amputasi

- Fraktur terbuka lebih dari 8 jam

11

Page 12: BAB I orif

- Korban bencana alam atau korban perang

Subtipe IIIA, jaringan lunak masih adekuat tanpa memandang luas luka. Termasuk

didalamnya fraktur segmental atau fraktur kominutif.

Subtipe IIIB, hilangnya jaringan lunak disertai pengikisan jaringan periosteal dan

tulang tampak dari luar.

Subtipe IIIC, fraktur dengan cedera arteri utama yang membutuhkan perbaikan

segera untuk mempertahankan bagian distal dari fraktur.

Gambar 2.1. Klasifikasi fraktur terbuka Gustilo dan Anderson

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/008/8211-0550x0475.jpg

Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplit atau inkomplit

(termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi, simple,

kominutif, segmental, kupu-kupu dan impaksi (termasuk impresi dan inklavasi).

12

Page 13: BAB I orif

Gambar 2.2. Fraktur komplit (kiri) dan inkomplit (kanan)

Diunduh dari: http://www.drtummy.com/images/stories/fractures/complete_fracture.jpg (kiri)

http://cal.vet.upenn.edu/projects/saortho/chapter_11/11F2.jpg (kanan)

Gambar 2.3.

Klasifikasi

fraktur

berdasarkan

garis fraktur

A. Fisura

tulang

disebabkan

oleh cedera

tunggal

hebat atau

oleh cedera

terus-

menerus

yang cukup

lama

13

Page 14: BAB I orif

B. Patah tulang oblik

C. Patah tulang transversa

D. Patah tulang kominutif

E. Patah tulang segmental

F. Patah tulang kupu-kupu

G. Green stick fracture, periosteum tetap utuh

H. Patah tulang kompresi

I. Patah tulang impaksi

J. Patah tulang impresi

K. Patah tulang patologis akibat tumor tulang atau proses destruktif lain

Sumber: De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. EGC: Jakarta. 2011. Hal: 1041

Berdasarkan ada tidaknya pergeseran dari fragmen fraktur dibagi menjadi: displaced

dan undisplaced.

- Fraktur undisplaced (tidak bergeser). Garis patah komplit tetapi kedua fragmen

tidak bergeser.

- Fraktur displaced. Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut

dislokasi fragmen.

1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan

overlapping).

2. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi).

14

Page 15: BAB I orif

Gambar 2.4. Pembagian berdasarkan pergeseran fraktur

Sumber: Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara: Tangerang. 2008. Hal:

459

3. Diagnosa Fraktur

Dalam menegakkan diagnose fraktur harus disebutkan jenis tulang atau bagian tulang

yang mempunyai nama sendiri, kiri atau kanan, bagian mana dari tulang (proksimal,

tengah atau distal), komplit atau tidak, bentuk garis patah, bergeser atau tidak bergeser,

terbuka atau tertutup dan komplikasi bila ada. Sebagai contoh:

- Fraktur femur dekstra 1/3 proksimal garis patah oblik dislocatio ad latus terbuka

derajat satu neurovascular distal baik.

- Fraktur humerus sinistra 1/3 distal garis patah oblik dislocatio ad axim tertutup

dengan paralisis nervus radialis.

Anamnesa

Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan

terjadinya, jenisnya, berat-ringannya trauma, arah trauma dan posisi pasien atau

ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti

kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada dan

perut.

Pemeriksaan Umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya: syok pada fraktur multiple, fraktur

pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka terinfeksi.

Pemeriksaan Status Lokalis

Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang:

a. Look, cari apakah terdapat:

15

Page 16: BAB I orif

- Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal (misalnya pada fraktur

kondilus lateralis humerus), angulasi, rotasi dan shortening.

- Functio laesa (hilangnya fungsi), misalnya pada fraktur tibia tidak dapat

berjalan.

- Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan.

b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.

c. Move, untuk mencari:

- Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak

dilakukan karena menambah trauma.

- Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif atau pasif.

- Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu

dilakukan, range of joint movement(derajat dari ruang lingkup gerakan sendi)

dan kekuatan.

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan fragmen

fraktur. Foto Roentgen harus memenuhi beberapa syarat (rule of two):

Dua pandangan

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan

sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP & Lateral/Oblique).

Dua sendi

Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau angulasi.

Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah,

atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah fraktur

keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.

Dua tungkai

Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto pada

tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.

Dua cedera

Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat. Karena

itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar-X pada

pelvis dan tulang belakang.

Dua kesempatan

16

Page 17: BAB I orif

Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu, sebagai

akibat resorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat

memudahkan diagnosis.

4. Tatalaksana Fraktur

Tujuan penanganan fraktur adalah supaya tulang sembuh dalam posisi yang

sedemikian rupa sehingga fungsi dan kosmetik tidak menjadi cacat serta dapat

kembali ke pekerjaan dan aktivitasnya seawal mungkin.

Untuk mencapai tujuan ini, maka harus dilakukan prinsip penanggulangan cedera

musculoskeletal yang terdiri dari:

1. Recognition (mengenali). Agar penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa

saja yang terjadi, baik pada jaringan lunak maupun tulangnya. Mekanisme trauma

juga harus diketahui.

2. Reduction (mengembalikan). Berarti mengembalikan jaringan atau fragmen ke

posisi semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan bagian

yang sakit dapat berfungsi kembali dengan maksimal.

3. Retaining (mempertahankan). Adalah tindakan mempertahankan hasil reposisi

dengan fiksasi (immobilisasi). Hal ini akan menghilangkan spasme otot pada

ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan sembuh lebih cepat.

4. Rehabilitation. Berarti mengembalikan kemampuan anggota yang sakit agar dapat

berfungsi kembali.

Penanganan fraktur dapat dilakukan secara tertutup atau konservatif dan dapat juga

dengan cara terbuka atau operatif.

1. Terapi konservatif, terdiri dari:

a. Proteksi saja, misalnya mitela untuk fraktur collum humeri dengan kedudukan

baik.

b. Immobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur

inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.

c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur

suprakondilus. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau lokal.

d. Traksi, untuk reposisi secara perlahan. Pada anak-anak dipakai traksi kulit.

Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. untuk traksi

dewasa/traksi definitive harus traksi skeletal berupa balanced traction.

2. Terapi operatif terdiri dari:

17

Page 18: BAB I orif

a. Reposisi terbuka, fiksasi interna.

b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna.

Prinsip terapi pada fraktur tertutup adalah:

1. Membatasi kerusakan jaringan lunak dan mempertahankan penutup kulit

2. Mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan kompartemen

3. Memperoleh penjajaran (alignment) fraktur

4. Memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan)

5. Memulai gerakan sendi secepat mungkin

6. Komplikasi Fraktur

Komplikasi patah tulang dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini dan

komplikasi lambat. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah tulang atau

segera setelahnya; komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian; dan

komplikasi lambat terjadi lama setelah patah tulang. Ketiganya dibagi lagi masing-

masing menjadi komplikasi lokal dan umum.

a. Komplikasi segera

Lokal:

- Kulit dan otot; berbagai vulnus, kontusio, avulsi

- Vaskular; terputus, kontusio, perdarahan

- Organ dalam; jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta), buli-

buli (pada fraktur pelvis)

- Neurologis; otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer

Umum:

- Trauma multiple

- Syok

b. Komplikasi dini

Lokal:

- Nekrosis kulit-otot, sindroma kompartemen, thrombosis, infeksi sendi,

osteomyelitis

Umum:

- ARDS, tetanus

c. Komplikasi lama

Lokal:

18

Page 19: BAB I orif

- Tulang: malunion, nonunion, delayed union; osteomyelitis; gangguan

pertumbuhan; patah tulang rekuren

- Sendi: ankilosis, penyakit degeneratif sendi pasca trauma

- Miositis osifikan

- Distrofi reflex

Umum:

- Batu ginjal (akibat immobilisasi terlalu lama di tempat tidur)

- Neurosis pasca trauma

B. DISLOKASI

1. Definisi

Dislokasi atau disebut juga luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang

membentuk persendian terhadap tulang lainnya.

2. Diagnosis Dislokasi

Dislokasi dapat berupa lepas komplit (cerai sendi) atau parsial (dislokasi inkomplit),

atau subluksasi. Bila ligament atau kapsul sendi tidak sembuh dengan baik atau bila

trauma minimal, luksasio mudah terulang kembali dan disebut sebagai luksasio

habitualis.

Anamnesis

a. Ada trauma. Cedera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang yang

membuat persendian dan tulang rawannya, ligament atau kapsul sendi rusak.

Darah dapat mengumpul di dalam simpai sendi yang disebut hemartrosis.

b. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada

dislokasi anterior sendi bahu.

c. Ada rasa sendi keluar

Pemeriksaan Klinis

a. Deformitas

b. Nyeri

c. Functio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.

Pemeriksaan Radiologis

Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.

19

Page 20: BAB I orif

3. Tatalaksana Dislokasi

Dislokasi harus ditangani segera karena penundaan tindakan dapat menimbulkan

nekrosis avascular tulang persendian serta kekakuan sendi. Dalam fase syok lokal

(antara 5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi otot sekitar sendi dan rasa baal

(hipestesia). Karena itu, reposisi dapat dilakukan tanpa narcosis. Setelah fase syok

lokal terlewati, reposisi harus dilakukan dengan anestesi. Prinsip reposisi tertutup

adalah melakukan gerakan yang berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi atau tonus

otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Sebaiknya diberikan anestesi

agar tidak terasa nyeri dan spasme otot sekitar menjadi kendur. Apabila reposisi

tertutup tidak berhasil, mungkin telah terjadi rupture simpai sendi dengan akibat

gangguan perdarahan bonggol sendi atau interposisi fragmen tulang. Sebaiknya

dilakukan pemeriksaan Roentgen atau pemeriksaan penunjang lain yang

memperlihatkan keadaan sendi secara jelas dan reposisi harus dilakukan secara bedah.

Mobilisasi segera dilakukan setelah waktu penyembuhan jaringan lunak selesai, yaitu

sekitar 2-3 minggu pasca cedera.

C. ANATOMI LENGAN BAWAH

1. Tulang

Antebrachii terdiri dari dua tulang, yaitu ulna dan radius. Dimana dalam posisi

anatomi tulang ulna adalah yang paling dekat dengan tubuh.

Gerakan utama dari lengan bawah adalah rotasi: kemampuan untuk mengubah telapak

tangan ke atas atau bawah. Ulna tidak bergerak sementara radiuslah yang berputar.

Patah tulang lengan bawah dapat mempengaruhi kemampuan untuk memutar lengan,

serta menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.

20

Page 21: BAB I orif

Gambar 2.5. Anatomi

tulang radius dan ulna

Diunduh dari:

http://

www.netterimages.com/images/vpv/000/000/036/36672-0550x0475.jpg

2. Saraf

Nervus ulnaris

Saraf ulnar memanjang di belakang epikondilus medial. Saraf ini menginervasi m.

flexor carpi ulnaris, bagian medial m. flexor digitorum profundus dan otot-otot

intrinsic tangan.

21

Page 22: BAB I orif

Gambar 2.6. Nervus ulnarisDiunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4611-0550x0475.jpg

Nervus Medianus

Nervus medianus masuk ke lengan bawah melalui celah antara caput ulna dan radius.

Berjalan turun ke m. flexor digitorum superficialis. Cabangnya nervus interosseus

anterior menginervasi index, dan juga m. flexor digitorum profundus, m. flexor pollicis

longus dan m. pronator quadratus.

22

Page 23: BAB I orif

Gambar 2.7. Nervus medianus

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/051/51639-0550x0475.jpg

Nervus Radialis

Di dalam fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial (sensorik) dan

dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi sensorik pada punggung

pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang dalam menginervasi otot-otot ekstensor

pada lengan bawah. Berjalan ke dalam menginervasi m. supinator dan keluar sebagai

n. interosseus posterior.

23

Page 24: BAB I orif

Gambar 2.8. Nervus radialis

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4452-0550x0475.jpg

3. Pembuluh Darah

Tedapat dua arteri utama pada daerah lengan bawah yaitu a. radialis dan a. ulnaris.

24

Page 25: BAB I orif

Gambar 2.9. Pembuluh darah daerah antebrachii

Diunduh dari: http://radiographics.rsna.org/content/28/1/e28/F1.large.jpg

D. FRAKTUR GALEAZZI

1. Definisi

Fraktur Galeazzi adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius 1/3 distal atau 1/3

tengan dengan dislokasi radio ulnar joint. (2,3)

2. Epidemiologi

25

Page 26: BAB I orif

Fraktur Galeazzi mencapai 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah. Terdapat

paling sering pada pria. Meskipun fraktur Galeazzi jarang dilaporkan, fraktur ini

diperkirakan mencapai 7% dari seluruh fraktur lengan bawah pada orang dewasa.

3. Etiologi

Penyebab dari fraktur Galeazzi biasanya akibat menahan beban tubuh saat terjatuh

sehingga menyebabkan hiperpronasi dari antebrachii.

Fraktur Galeazzi atau Piedmont fracture mengacu pada fraktur diaphysis radial di 1/3

tengah dan distal dengan distruption terkait dari sendi radioulnar distal. itu juga telah

disebut sebagai “fracture of necessity” karena memerlukan reduksi terbuka dan

internal fiksasi yang memberikan hasil terbaik. Hal ini terjadi sekitar tiga kali lebih

banyak dibandingkan fraktur Monteggia.

Empat deformasi besar yang berhubungan pada hilang penurunan reduksi jika tanpa

operatif :

a. Berat tangan : cenderung pada fraktur angulasi bagian dorsal dan menyebabkan

subluksasi dari radioulnar distal joint.

b. Insersi pronatur m. quadrates: cenderung pronasi bagian fragmen distal dengan

pergeseran proksimal dan volar

c. Brachioradialis : cenderung dikarenakan pergeseran dan pemendekan bagian proximal

d. Ekstensor dan abductor ibu jari : hasil pemendekan dan relaksasi dari ligament

collateral radial, akibat pergeseran fraktur walaupun sudah dilakukan imobilisasi

pergelangan tangan pada deviasi ulnar.

Sebuah fraktur Galeazzi menunjukkan fraktur ulna distal terkait dengan gangguan dari

sendi radioulnar distal.

4. Mekanisme trauma

Fraktur diapghyseal radial dapat disebabkan oleh trauma langsung atau tidak

langsung trauma, seperti jatuh ke tangan terulur

Bagian dua pertiga radial proksimal dilindungi oleh otot-otot ekstensor; dengan

demikian, cedera paling parah cukup untuk menghasilkan proksimal fraktur

poros rasial biasanya mengakibatkan patah tulang ulna. juga, posisi anatomi

26

Page 27: BAB I orif

jari-jari dalam kegiatan fuctional paling membuat kurang rentan terhadap

trauma langsung pada tulang ulna

Fraktur Galeazzi mungkin disebabkan traua langsung ke pergelangan tangan,

biasanya pada aspek dorsolateral, atau dari jatuh ke tangan terentang dengan

pronasi lengan

Sebaliknya Galeazzi fraktur mungkin akibat dari jatuh ke tangan terentang dengan

supinasi lengan

5. Manifestasi Klinis

Keluhan yang dirasakan pasien bervariasi tergantung dari tingkat keparahan

dan pregeseran fraktur tersebut. Nyeri, bengkak, dan nyeri tekan didaerah

fraktur tersebut.

Menilai Range of motion (ROM), termasuk supinasi dan pronasi. Jarang, rotasi

lengan yang terbatas mungkin terjadi dislokasi kepala radial di samping fraktur

diphyseal.

Fraktur Galeazzi biasanya hadir dengan nyeri pergelangan tangan atau nyeri lengan bawah garis tengah yang diperburuk dengan penekanan pada sendi radioulnar distal tambahan fraktur poros radial.

Jarang terjadi kerusakan pada system neurovascular.

6. Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis fraktur Galeazzi dikonfirmasi pada pemeriksaan radiografi.Standar

anteroposterior (AP) dan lateral, yang harus mencakup pergelangan tangan, lengan dan

siku. Radiografi dari ekstremitas kontralateral dapat diambil untuk perbandingan.

Gambar 2.6. Roentgen AP fraktur Galeazzi

Diunduh dari:

http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/orthopedic_surgery/1230552-1239331-2184.jpg

27

Page 28: BAB I orif

7. Penatalaksanaan

Mirip dengan penatalaksaan pada fraktur monteggia, pada fraktur Galeazzi langkah

yang terpenting adalah mengembalikan panjang tulang ygang mengalami fraktur.

Closed reduction sering berhasil pada anak-anak, sedangkan pada orang dewasa

reduction yang terbaik adalah dengan operasi terbuka dan compression plating dari os

radius. Sinar x-ray dapat dilakukan untuk memastikan bahwa bagian distal dari radio-

ulnar joint telah berkurang. Ada tiga kemungkinan:

1. Bagian distal dari radioulnar joint telah berkurang

Tidak memerlukan tindakan lanjutan. Tangan pasien diistirahatkan beberapa hari,

sambil tetap mel;akukan sedikit gerakan. Radioulnar joint tetap harus dilakukan

pengecekan, baik secara klinis maupun radiologi, selama 6 bulan.

2. Radioulnar joint berkurang tetapi tidak stabil

Lengan bawah harus diimobilisasi dalam keadaan stabil (biasanya dalam posisi

supinasi), bila perlu ditambahkan dengan transverse K- wire. Pada lengan bawah

dipasang splint diatas siku selama 6 minggu

3. Radioulnar yang tereduksi

8. Komplikasi

a. Malunion

pengurangan nonanatomic dari patah tulang jari-jari dengan kegagalan

untuk mengembalikan keselarasan rotasi atau busur lateral yang dapat

mengakibatkan hilangnya supinasi dan pronasi dan jangkauan gerak yang

menyakitkan. ini mungkin memerlukan impaksi ulnocarpal osteotomy

atau distal. dalam kasus seperti itu, perawatan harus dilakukan untuk

melestarikan ulnar tersebut

b. Nonunion

ini jarang terjadi dengan fiksasi stabil tapi mungkin memerlukan cangkok

tulang

28

Page 29: BAB I orif

c. Sindrom kompartemen

kecurigaan klinis harus diikuti oleh pemantauan tekanan kompartemen

dengan fasciotomy muncul jika didiagnosa sindrom kompartemen

d. Radioulnar synostosis

ini jarang terjadi (insidensi 3% sampai 9,4%); meningkatnya risiko

dengan crush injury atau cedera kepala tertutup. itu mungkin memerlukan

eksisi Surical jika keterbatasan fungsional pada supinasi dan pronasi

e. Dislokasi yang berulang

mungkin timbul sebagai akibat dari malreduction radial dan menekankan

perlunya pemulihan anatomi fraktur radial untuk memastikan

penyembuhan yang memadai dan fungsi biomekanik dari sendi radioulnar

distal

29

Page 30: BAB I orif

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Ekstermitas Superior:

Lengan Bawah. EGC: Jakarta. 2006. Hal: 467.

2. Apley Graham and Louis Solomon. Buku Ajar Ortopedi and Fracture Sistem Apley. Edisi

Ketujuh. EGC: 2012

3. Koval J Kenneth. Handbook of Fracture. Second edition. Lippincott Williams and

Wilkins: 2002.

4. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fraktur dan Dislokasi. Binarupa Aksara:

Tangerang. 2008. Hal: 457.

5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Galeazzi Fraktur Dislokasi. Binarupa

Aksara: Tangerang. 2008. Hal: 471.

6. Greene WB. Netter`s Orthopaedic. 1st Edition. Elbow and Forearm. Elsevier: Philadelphia.

2006.

7. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Overview. 2010. Diakses pada tanggal 9 Februari 2012.

Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-overview#showall

8. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Workup. 2010.Diakses pada tanggal 9 Februari 2012. Tersedia

di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-workup

9. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Surgical Therapy. 2010.Diakses pada tanggal 9 Februari 2012.

Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-treatment

10. Fernandez JA, Valencia. Gustilo Open Fracture Classification. 2009.Diakses pada

tanggal 9 Februari 2012.Tersedia di:

http://www.orthopaedia.com/display/Main/Gustilo+Open+Fracture+Classification

11. Anonim. Adult Forearm Fracture. 2011. Diakses pada tanggal 9 Februari 2012.

Tersedia di: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00584

30