Upload
wulann-delann-fajriani
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
1/23
1
BAB I
I nsan Pasca Stroke (IPS), ji ka t idak bersosial i sasi , ti dak berol ahraga,
ti dak berdoa, biasanya cepat mati .
(Agus Nuryanto, Ketua komunitas Happy Embung
dan sekaligus seorang IPS)
1.1. Latar Belakang
Stroke adalah kerusakan pembuluh darah pada otak yang menyebabkan
gangguan saraf atau matinya sel-sel saraf otak.1 Kerusakan pembuluh darah di
otak menyebabkan gangguan saraf karena otak merupakan pusat berkumpulnya
miliaran sel yang terkoneksi dengan seluruh bagian tubuh manusia. Sel-sel otak
tersebut mengatur koordinasi kerja setiap anggota tubuh. Disisi lain sel-sel otak
membutuhkan oksigen untuk menjalankan fungsinya. Otak membutuhkan 20
persen oksigen dari kebutuhan seluruh tubuh.2 Ketika pembuluh darah di otak
mengalami kerusakan maka sel-sel otak akan kekurangan oksigen. Sementara
apabila oksigen yang mengalir ke otak terputus selama 8-10 detik maka akan
terjadi gangguan fungsi otak. Bila gangguan pasokan oksigen ke otak 6-8 menit,
maka akan terjadi lesi atau jejas atau kerusakan sebagian otak. Sel-sel otak
mengalami kematian akibat terhentinya suplai darah ke otak. Sel-sel otak yang
telah mati tidak dapat pulih kembali.3
1 Dr. Alfred Sutrisno Sp.BS. (2007), Stroke You must Know Before You Get it, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, Hal: 1,Perhimpunan Dokter spes ialis Saraf Indones ia, Mengenal Gejala dan Kiat
Mencegah Stroke. Departemen Neurologi FKUI, Salemba Jakarta. Memberikan definisi yang hamper
sama.2 Ibid, Hal. 1
3 Ibid, Hal: 2
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
2/23
2
Otak mengalami gangguan pembuluh darah melui dua cara.Pertama
penyumbatan pembuluh darah otak akibat adanya gumpalan darah yang
menyumbat jalanya darah atau penyempitan pembuluh darah. Kondisi disebut
stroke iskemik atau stroke tidak berdarah. Kedua, pembuluh darah yang tertutup
pada keadaan tertentu pecah karena tekanan darah yang sangat tinggi sehingga
darah masuk ke jaringan otak. Stroke jenis ini disebut: stroke berdarah.4 Sutrisno
(2007. Hal: 20 menyebut dua macam stroke tersebut sebgai stroke iskemik
(penyumbatan) dan stroke hemoragik (pendarahan).
Kerusakan pada pembuluh darah otak menyebabkan gangguan pada system
saraf tubuh manusia. Hai ini bisa dipahami karena suplai oksigen ke otak menjadi
terhenti dan menyebabkan matinya sel-sel saraf otak. Sel-sel saraf yang mati tidak
dapat menjalankan fungsinya untuk mengkoordinsai beberapa bagian tubuh
manusia. akibat secara fisik yaitu: wajah menjadi tidak simetris, lengan lumpuh,
bicara pelo.lebih jauh stroke association dalam physical effects of stroke
5mneyebutkan beberapa akibat stroke secara fisik yaitu: kelumpuhan atau
lemahnya salah satu bagian dari anggota tubuh, kesulitan pergerak atau berjalan,
stamina menurun, rasa sakit, mati rasa (hypoesthesia), sangat peka rasa
(hyperesthesia). Kehilangan kesadaran posisi gerak tangan. Mulyatsih, dkk (2010.
4 Perhimpunan dokter spes ialis saraf Indonesia dan yayasan Stroke Indonesia, Mengenal Gejala dan
KIat Mencegah Stroke.5 Stroke.org.uk. (2013. Hal: 1). Physical effects of stroke. Stroke association.
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
3/23
3
Hal: 31-51)6 stroke menyebabkan berbagai gangguan yaitu: kelupuhen atau
kelemahan, sensibilitas, keseimbangan, berbicara dan berkomunikasi, menelan
makanan atau minuman, penglihatan, buang air besar dan buang air kecil,
mengenakan pakaian, memori dan gangguan seksual.
Stroke juga memberikan akibat psikis.bagi IPS. Kehilangan fungsi anggota
tubuh, keluarga, mengalami cacat bicara, menyebabkan hilangnya identitas diri
IPS. Tekanan yang bertubi-tubi, permasalahan fisik yang berat menjadi sebab
tingginya tingkat stressing. IPS kehilangan control diri dan identitas dirinya.
Perubahan sikap seperti mudah marah, curiga, apatis, putus asa terjadi pada IPS.
Mereka awalnya orang-orang yang sabar, terbuka, peduli dan optimis. Stroke
merubah kepribadian IPS.
Stroke menyebabkan kehidupan sosial IPS terganggu. Kehilangan dan
perubahan status dalam keluarga, lingkungan kerja ataupun masyarakat.
Kehilangan pekerjaan, kehilangan identitas, dan bahkan kehilangan keluarga.
Seorang suami sebelum terkena stroke menjadi kepala keluarga, tulang punggung
keluarga, akan tetapi pasca stroke peran tersebut dapat berubah. Kecacatan tubuh
menyebabkan IPS kehilangan kemampuan untuk mencari riski. Seorang pedagang
tidak mampu lagi untuk melakukan aktivitas perdaganganya. Seorang sopir tidak
mampu lagi untuk mengoperasikan mobil atau bis. Peran untuk mencari rizki
akhirnya digantikan oleh istri atau anaknya yang telah dewasa dan mampu
6 Ns Enny Mulyats ih, S.Kep, dan DR. Dr. Airiza Ahmad, SpS(K). (2010) Stroke Petunjuk Perawatan
PAsien Pasca Stroke di Rumah. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indones ia.
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
4/23
4
bekerja. Peran sebagai tulang punggung keluarga berpindah kepada istri atau
anaknya. Perubahan peran dalam keluarga ataupun lingkungan masyarakat dapat
menyebabkan munculnya persoalan baru bagi IPS.
IPS kehilangan pekerjaan stroke menyebabkan hilangnya sebagian atau
selurhnya kemampuan fisik ataupun psikisnya. Ia tidak lagi mampu melakukan
aktivitas kantor, rentan terhadap stress karena tekanan pekerjaan. Oleh karenanya,
perusahaan atau instansi biasanya memberhentikan IPS dari jabatan atau posisi
tertentu. Alasan kasihan atau tidak produktif menjadi bahan pertimbangan mereka
di non aktif dari pekerjaan. Kehilangan pekerjaan bagi IPS bermakna kehilangan
status sosial. Ia tidak lagi sebagai kelas pekerja akan tetapi kelas penganggur.
Tekanan paling berat IPS yaitu ketika kehilangan keluarga. Beberapa kasus
menununjukan bahwa keluarga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan IPS
karena ketidakmampuan menanggung beban merawat IPS. Istri meninggalkan IPS
karena tidak tahan menghadapi perubahan suami yang sangat bergantung. Periode
awal IPS kembali kepada keluarga adalah masa yang sulit untuk menerima dan
memahami kenyataan IPS. Mereka masih sangat bergantung kepada anggota
keluarga karena belum mampu untuk mandiri. segala aktivitas membutuhkan
bantuan dari pihak keluarga. Keluarga yang tidak mampu menerima dan
memahami keadaan mereka kemudian memutuskan untuk meninggalkannya.
Tekanan ekonomi menjadi alasan lain mereka meninggalkan suami atau istri.
Kehilangan pekerjaan membawa konsekuensi berhentinya pemasokan
penghasilan keluarga. Sementara biaya untuk rehabilitasi IPS membutuhkan dana
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
5/23
5
yang besar. Suami atau istri yang tidak mampu memahami dan sabar menghadapi
kondisi tersebut akhirnya memutuskan untuk meninggalkanya.
Keadaan Suami atau istri yang tidak mampu memberikan nafkah batin
menjadi salah satu sebab IPS ditinggalkan oleh pasanganya. Stroke menyerang
siapa saja baik muda ataupun tua. Usia muda tidak menjadi jaminan akan terbebas
dari stroke. Pada tahun 2000 di Inggris terdapat 10 ribu penderita stroke berusia
kurang dari 65 tahun.7 Beberapa anggota KHE terkena stroke dibawah usia 50
tahun, bahkan ada yang dibawah 40 tahun. Menderita stroke dibawah 50 tahun
memiliki resiko hilangnya kemampuan sek, sementara kebutuhan sex di usia
tersebut masih tinggi. Mereka memilih meninggalkan atau mencari pasangan baru
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Meskipun demikian, ada beberapa
pasangan yang tetap setia bertahan sampai bertahun tahun meskipun terkena
stroke. Bapak Agus, bapak Pri, contoh diantara IPS yang mampu bertahan hidup
hingga lebih dari 10 tahun dan tetap utuh keluarganya. Mereka mengalami masa
ketika keutuhan keluarga terancam untuk cerai. Kehadiran anak-anak menjadi
salah satu motivasi IPS tetap mempertahankan pernikahan.
Kehilangan fungsi anggota tubuh, keluarga, cacat, menyebabkan hilangnya
identitas diri IPS. Tekanan yang bertubi-tubi, permasalahan fisik yang berat
menjadi sebab tingginya tingkat stressing. IPS kehilangan control diri dan
identitas dirinya. Perubahan sikap seperti mudah marah, curiga, apatis, putus asa
7 Bath W.M. Philip, Lees R ennedy. (2000) ABG of arterial and venous disease Acute Stroke. BMJ.
Vol 320. p.920
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
6/23
6
terjadi pada IPS. Mereka awalnya orang-orang yang sabar, terbuka, peduli dan
optimis. Stroke merubah kepribadian IPS.
Stroke memberikan dampak fisik ataupun psikis akan tetapi ia adalah
Penyakit Tidak Menular (PTM)8 yang merupakan penyebab cacat nomor satu, dan
penyebab kematian nomor dua di dunia. Secara global, terdapat sekitar 13 juta
korban stroke baru setiap tahun, di mana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal
dalam 12 bulan (Penyakit Stroke.net). Seperti di Amerika, penyakit ini menjadi
penyebab kematian nomor tiga (Mahar Mardjono, 2010.hal.267); sementara itu, di
Indonesia, angka kejadian stroke meningkat tajam, bahkan saat ini, Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (2013) menunjukan bahwa stroke
adalah penyebab kematian nomor 1 di seluruh RS di Indonesia. Tak hanya
menjadi penyebab kematian, stroke juga penyumbang terjadinya cacat bagi
pasien. (Rizaldy; 2014: iv)9. Hal ini didukung data dari Hasil Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2013 yang menunjukan, prevalensi stroke nasional naik dari 8,3 per
1000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada tahun
8Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO
menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak
36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga
membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat
ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusiakurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, s edangkan di negara-negara maju,
menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang -orang berusia
kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbes ar (39%), diikuti
kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang
lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan
diabetes. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2012:1)
Pinzon, R., 2014, Profil Stroke: Gambaran tentang Pola Demografi, Faktor Resiko, Gejala
Klinik, dan Luaran Klinis Pasien Stroke, YogyakartaBetha Grafika
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
7/23
7
2013. Artinya, tanpa penanganan secara komprehensif, prevalensi sroke
diprediksi akan naik 20-30 per 1000 orang dan 65 persen yang di antaranya
mengakibatkan kecacatan. (kompas:Juli 2014). Lebih jauh Prevalensi stroke di
Yogyakarta dan Jawa Tengah berturut turut adalah 8, 11 per 1000 penduduk dan
7,6 per 1000 penduduk. (Rizaldy: 2014:2).
Data dari R.S Bethesda Yogyakarta menyebutkan bahwa jumlah orang
terkena serangan stroke di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun ke tahun terus
meningkat. Pada tahun 2011 terdapat 725 penderita stroke, tahun 2012 terdapat
789, dan tahun 2013 sebanyak 946.10 Hal ini menunjukkan bahwa penyakit
stroke menjadi masalah tersendiri yang harus dihadapi di Yogyajarta. Hal ini
selanjutnya membangun kesadaran untuk membentuk komunitas yang disebut
Komunitas Happy Embung. Komunitas ini berfokus membantu pasien sesama
IPS agar dapat bertahan hidup dan pulih secara fisik ataupun psikis. Komunitas
ini hadir didasarkan adanya kesadaran bersama bahwa keberadaan orang lain
sangat membantu proses pemulihan dan penyembuhan pasien Stroke.
Penyakit stroke tidak dapat sembuh seratus persen. Kanker dengan operasi
dan terapi tertentu dapat sembuh total sementara stroke akan terus menyisakan
penderitaan selama sisa hidupnya, seperti cacat bicara atau pelo, pincang, dan
cacat cacat fisik lainya sementara stroke memerlukan tempo yang panjang untuk
10 Rizaldy Pinzon, Profile Stroke: Gambaran Tentang Pola Demografi, Faktor Resiko, Gejala Klinik,
dan Luaran Klinis Pasien Stroke. Betha Grafika Yogyakarta, 2014, hal. 11
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
8/23
8
dapat pulih. Dan, sekalipun sudah sampai pada tahap pulih, pasien tersebut dapat
kembali terkena stroke.
Penyembuhan penyakit stroke memerlukan banyak pihak, seperti dokter,
terapis, keluarga, agama dan komunnitas. Orang yang terkena serangan stroke
memerlukan energi psikis yang kuat untuk menerima kondisinya. Mereka butuh
dukungan keluarga, komunitas untuk memperkuat ketahanan dirinya seperti yang
dikatakan dr Herman Syamsudin, SpS, AMARS11 bahwa IPS perlu dibantu oleh
anggota keluarga yang lain karena mereka merasa kondisi tubuhnya yang cacat
dan menyebabkan mereka tidak berdaya.12
Stroke memberikan dampak bagi penderita ataupun keluarga baik fisik
ataupun psikis, akan tetapi ada beberapa IPS yang mampu bertahan dan hidup
sampai bertahun-tahun. Bapak Wisnu Arya Wardana menulis 12 buku meskipun
berstatus sebagai IPS, BApak Agus Nuryanto, masih mengendalikan bisnis lampu
dan mampu menyetir mobil sendirian kemanapun dia pergi. Fenomena ini
menarik bagi penulis untuk melihat lebih dalam bagaimana mereka bisa
mensikapi stroke sehingga mereka bisa tetap hidup. Usaha-usaha apa saja yang
mereka laukuakan sehingga mereka dapat bertahan hidup hingga bertahun-tahun.
Fokus penelitian ini pada KHE karena lebih mudah dalam proses
pengambilan data. Mereka yang tergabung di dalam KHE memiliki kegiatan rutin
setiap selasa. Alasan kedua pemeilihan komunitas ini karena banyak diantara
11 Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) DKI Jakarta. 12
(Ortotik-prostetik.blogspot.com).
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
9/23
9
anggotanya yang tetap bisa bertahan hidup dengan status sebagi IPS. Lebih jauh,
penelitian ini ingin melihat bagaimana KHE berperan dalam membantu proses
penyembuhan IPS. Hal lain yang menarik adalah bagaimana agama berperan
dalam kasus tersebut. Diharapkan dari penelitian ini dapat tergali apa dan
bagaimana komunitas dan agama berperan dalam proses penyembuhan IPS.
.
1.2.Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi fokus
pembahasan:
1). Apa peran agama dan komunitas dalam penyembuhan IPS?
2). Bagaimana agama berperan dalam proses penyembuhan IPS?
1.3.Ruang Lingkup
Penelitian ini focus pada Insan Pasca Stroke (IPS)13, khususnya yang
tergabung dalam komunitas Happy Embung (KHE)14. Dilakukan tahun Juni
2014- AGustus 2015. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan untuk
mendapatkan data tambahan dari luar komunitas jika diperlukan.
Penelitian ini akan melihat bagaimana peran komunitas dan Agama
dalam proses penyembuhan IPS. Kegiatan-kegiatan apa saja yang mereka
13 IPS adalah orang yang terkena serangan stroke dan telah mendapatkan perawatan dari rumah sakit
serta telah pulang kembali ke rumah di bawah perawatan keluarga.14
KHE adalah komunitas IPS yang bas is kegiatanya berada di Embung Tambak Boyo depok Sleman
Yogyakarta.
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
10/23
10
lakukan hingga dapat membantu IPS dapat bangkit dari keterpurukan akibat
stroke, sembuh dan pulih. Penelitian ini juga tidak melihat pengaruh
komunitas dan agama dengan menggunakan ukuran mediis, seperti
pengukuran tekanan darah, kadar gula dalam darah, penurunan detak jatung
dan lain sebagainya. Data yang kita ambil adalah pengalaman mereka
bergabung dengan KHE dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatanya.
1.4.Tujuan dan manfaat
1.4. 1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai relasi antara agama,
psikologi dan kesehatan melalui penelitian terhadap penderita penyakit stroke.
Lebih jauh akan dapat mengambil sikap bijaksana dalam mensikapi praktek
praktek penyembuhan baik medis ataupun non medis.
1.4. 2. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan perbandingan dalam melakukan
penelitian terhadap objek-objek kajian yang sejenis, sehingga akan semakin kaya
dan berkembang hasanah keilmuan tentang healing atau pengobatan.
1.4. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi dalam hasanah
pengetahuan terutama dalam kajian Penyembuhan (Healing), sehingga dapat
memperkaya diskusi diskusi terkait dengan topic tersebut.
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
11/23
11
1.5. Kajian Pustaka
Awal Sejarah perkembangan dunia medis khususnya rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan selalu menggabungkan antara perawatan
jasmani dengan perawatan jiwa/rohani, baik dalam arti agama maupun
psikoterapi. Lebih jauh di setiap msayarakat dan budaya kuno di seluruh dunia,
baik di Yunani, Romawi, Mesir Kuno sampai suku suku suku Aztek di Meksiko,
permasalahan sakit dan kesehatan jasmani selalu dihubungkan dengan masalah
spiritual. Orang yang mempunyai kemampuan menyembuhkan penyakit pada
umumnya adalah orang yang mempunyai latar belakang religious-spiritual.
Mereka senantiasa memberikan terapi psikoterapi spiritual disamping terapi fifik.
(Subandi:2003). Kesembuhan seseorang tidak hanya ditentukan oleh factor
penyembuhan saja akan tetapi juga didukung dengan terapi terapi spiritual.
Subandi (2003) menyebutkan bahwa pada masa renaissance terjadi
pemisahan antara agama dan kedokteran. Pemisahan ini terjadi karena otoritas
gereja yang sangat dominan dan tidak sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan.Kasus Galileo adalah sebagai salah satu contohnya. Sejak saat itu
pengembangan dan praktek kedoteran dipisahkan dari agama. Ilmu pengetahuan
mengklaim badan jasmani sebagai focus kajian para saintis kedokteran,
sedangkan agama hanya berurusan dengan masalah masalah ruhani dan spiritual.
Lebih jauh kemudian Ia menjelaskan bahwa di akhir abad 20 dan memasuki abad
21 mulai timbul kesadaran di kalangan dunia medis bahwa masalah kesehatan
bukan hanya persoalan fisik saja. Tidak hanya dalam dunia kedokteran, dalam
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
12/23
12
ilmu ilmu sosial juga mulai banyak yang mengkaji persoalan kesehatan misalnya
Antropologi Kesehatan dan Psikologi Kesehatan. Perkembangan kajian
spiritualitas dan kesehatan bekembang secara cepat pada beberapa tahun terakhir.
Kondisi ini memungkinkan terbukanya kembali pendekatan antara dunia medis
dan dunia religious yang oleh Matthews (1997) disebut sebagai the two tradition
of healing.
Beberapa penelitian telah berusaha membuktikan bahwa agama secara
umum dan doa secara lebih spesifik memiliki peranan sebagai psikoterapi dalam
proses penyembuhan. Sebagai contoh penelitian Byrd (1998) menunjukan bahwa
pasien pasien yang menerima doa, ternyata mempunyai komplikasi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan yang tidak menerima doa. Koenig (1997)
menemukan bahwa orang yang mempunyai agama yang kuat akan memiliki
tekanan darah yang rendah, sedikit mengalami stroke, tingkat kematian yang
rendah karena serangan jantung dan dapat tahan hidup lebih lama secara umum,
serta sedikit penggunaan pelayanan medis. Larson (1997) dari sejumlah penelitian
tentang relevansi klinis dari agama dan spiritualitas (fungsi agama dan spiritulitas
terhadap kesehatan seseorang) dapat dikategorikan menjadi 4 golongan, yaitu:
Pencegahan penyakit (Illness prevention), Penyesuaian terhadap penyakit (Coping
with illness), Kesembuhan dari operasi (recovery from surgery) dan
Meningkatkan hasil pengobatan (Improving treatment outcomes). (Subandi,
2003:5)
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
13/23
13
Penelitian penelitian lain yang lebih focus kepada doa dan kesembuhan
telah dilakukan oleh beberapa ahli. Benson (2000) salah satu pelopor penelitian
tentang efektifitas doa. Selama kurang lebih 25 tahun Ia telah mempelopori
penelitian tentang manfaat interaksi jiwa dan badan di Harvard Medical school.
Hasil dari penelitianya menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara
mendalam dengan doa yang diulang ulang (repetitive prayer), ternyata akan
membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya detak jantung,
menurunya kecepatan nafas, menurunya tekanan darah, melambatnya gelombang
otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolism. Benson menyebut
kondisi tersebut sebagai response relaksasi. Dossey (1996) adalah profil dokter
lain yang banyak mengungkapakan penelitian tentang pengaruh doa. Dari
berbagai penelitian disimpulkan bahwa doa secara positif berpengaruh terhadap
berbagai macam penyakit, misalnya tekanan darah tinggi, luka, serangan jantung,
sakit kepala dan kecemasan. Proses proses fisiologis yang dapat dipengaruhi doa
antara lain: proses kegiatan enzim, laju pertumbuhan sel darah putih leukemia,
laju mutasi bakteri, pengecambahan dan laju pertumbuhan berbagai macam benih,
laju penyumbatan sel pemacu, laju penyembuhan luka, besarnya gondok dan
tumor, waktu yang dibutuhkan untuk bangun dari pembiusan total, efek otonomi
seperti kegiatan elektrodermal kulit, laju hemolisis sel-sel darah merah dan kadar
hemoglobin. (Subandi, 2003:7-8)
Beberapa ahli juga telah melakukan penelitian dan kajian focus pada
pentingnya psikoreligious dalam psikiatri gangguan kejiwaan. Pentingnya
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
14/23
14
dimensi agama (Psikoreligius) dalam psikiatri dan kesehatan jiwa, dapat dilihat
dalam pernyataan professor. Daniel X.Freedmen, president the Smerican
Psychiatric Assosiation (1992), Guru besar di UCLA, dan editor Achieves of
General Psychiatry, menyatakan bahwa dua lembaga beasr yang berkepentingan
dengan kesehatan dan kesejahteraan manusia, yaitu profesi kedokteran jiwa
(Psikiatri) di satu pihak dan lembaga keagamaan dipihak lain. Kedua lembaga ini
dapat bekerja sama secara konstruktif dan merupakan potensi guna meningkatkan
kesejahteraan dan kesehatan jiwa baik perseorangan maupun kelompok.
(Ariyanto, 2006:4).
Di ASEAN pentingnya terapi agama dalam psikorepai mulai
diperhatikan pada tahun 1995. Dalam konggres ke lima Kedokteran
Jiwa/Kesehatan Jiwa se ASEAN di Bandung pada bulan Januari 1995, topic
“Psikiatri dan Agama” merupakan salah satu topic bahasan dengan menampilkan
tiga judul makalah: New Concept of Holistic Approach in Indonesian
Psychoteraphy and Mental Health; New Approach in the Treatment of
Depression; dan Religion Issues in Psychiatric Practice. (Ariyanto, 2006:5)
Beberapa tokoh di Indonesia juga telah menggunakan agama sebagai bagian
dalam konsultasi dan terapi psikisnya, seperti Prof. Dr. Zakiyah Darojad dan
Prof.Dr. dr. Dadang Hawari. Prof. Dr. Zakiyah Darojad telah menerbitkan
beberapa buku terkait dengan psikoterapi agama antara lain: Peranan Agama
dalam Kesehatan Mental (1973), Islam dan Kesehatan Mental (1983), Do’a
Menunjang Semangat Hidup (1992), Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
15/23
15
(1993). Sementara Prof. Dr.dr. Dadang Hawari telah menerbitkan beberapa buku
yang berkaitan peran agama dalam penyembuhan beberapa gangguan kejiwaan
seperti: Konsepsi Islam Memerangi AIDS dan NAZA (1996), Al Qur’an Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (1997), Do’a dan Dzikir Sebagai
Pelengkap Terapi Medis (1998), Gerakan Nasional Anti Mo-Limo Madat, Minum,
Main, Maling, dan Madon (2000), Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia (2001), Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir
(Sistem terpadu) Pasien Naza (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain) Metode
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari Psikiater (2001), Penyalahgunaan dan
Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif) (2001), Dimensi
Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi (2002), Manajemen Stres Cemas
dan Depresi (2002). (Ariyanto, 2006:5)
Telah banyak peneliti dan praktisi yang melakukan kajian terhadap
peran agama dalam proses penyembuhan baik penyakit mental atau kejiwaan dan
juga penyakit fisik. Dalam kajian kajian tersebut secara umum memandang fungsi
agama sebagai sarana untuk terapi kejiwaan seperti Motivasi, relaksasi,
ketenangan, emosi dan lain sebagainya. Dalam proses penyembuhan penyakit
fisik, terapi agama dapat mengurangi tekanan darah, komplikasi pasca operasi,
dan lain sebagainya. Dari beberapa kajian dan penemuan tersebut maka thesis ini
akan mencoba menggali lebih dalam dan melengkapi penelitian atau kajian kajian
sebelumnya yaitu Meneliti peran agama dalam proses seseoarang menerima
penyakit stroke, dan lebih jauh bagaimana agama dapat membantu penyembuhan
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
16/23
16
atau pemulihan Insan Pasca Stroke. Alasan dari penelitian ini adalah bahwa
penelitian dan kajian sebelumnya terapi agama yang diberikan kepada penderita
sakit masih bersifat umum dan pengaruhnya terhadap gejala psikis seperti yang
telah disebutkan sebelumnya. Sementara fenomena penyakit stroke meskipun ada
beberapa kesamaan dalam akibat pikisnya, akan tetapi dalam hipotesa penulis
memberikan dampak yang lebih besar disbanding penyakit yang lain baik secara
fisik ataupun psikis.
1.6. Landasan Teori
Thesis ini untuk mengetahui peran agama dan komunitas dalam proses
penyembuhan atau pemulihan IPS. Olehkarenanya perlu beberapa teori sebagai
alat untuk menganalisa data yang diperoleh dari lapangan. Teori healing atau
penyembuhan dan peran.
1,6.1. Healing
Terapi agama adalah salah satu proses penyembuhan atau healing dengan
menggunakan metode selain medis. Alasan dasar dari healing atau penyembuhan
non medis, sebagaimana yang diungkapakan oleh Deepak Chopra, M.D (2007.
hal:16) bahwa penyembuhan bukan hanya sebuah proses fisik, akan tetap juga
merupakan proses yang melibatkan mental. Lebih jauh jauh ia menjelaskan bila
seorang dokter melihat tulang retak dan pulih kembali, atau melihat tumor ganas
yang menyebar, mereka akan mencari mekanisme fisik kondisi tersebut. Padahal
mekanisme fisik ibarat sebuah tabir. Sesungguhnya di balik tabir itu ada sesuatu
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
17/23
17
yang abstrak, pengetahuan yang tidak bisa dilihat ataupun disentuh. Kejadian
itulah yang disebut sebagai healing.
Satu dari contoh model penyembuhan adalah teknik Ayurweda yang biasa
dilakuakan oleh orang India, khususnya Vaidya (dokter Ayurweda).
Penyembuhan dengan tehnik Ayurweda yaitu ilmu pengobatan yang didasarkan
pada kesadaran. Dalam diagram anatomi Ayurweda, digambarkan bagaimana
pikiran mengalir dan membentuk tubuh manusia. Aliran pikiran inilah yang
disembuhkan oleh Ayurweda (Chopra, hal:18). Jalan penyembuhan Ayurweda ini
merupakan satu proses penyembuhan secara holistic, artinya metode akan
bersinergi dan saling support terhadap proses penyembuhan dengan metode yang
lain, seperti medis, fisioterap i, sosial dan lain lain.
Sejalan dengan pemikiran dari Chopra, dr.J.B. Suharjo B. Cahyono,
Sp.P.D. mengatakan, bahwa penyembuhan dapat diidentikan dengan bangku tiga
kaki. Kaki pertama adalah upaya dari diri sendiri (self care), misalnya perubahan
gaya hidup. Kaki kedua berupa pengobatan dan tindakan medis. Kaki ketiga
adalah pengobatan alternative, misalnya meditasi, biofeedback, hipnotis,
akupungtur, homeopati, produk natural, peyembuhan, terapi metabolic,
elektromagnetik, qi gon, reiki, sentuhan terapi dan lain sebagainya. Proses
penyembuhan atau setidak tidaknya penyakit akan membaik apabila ada sinergi
antara ketiga pilar tersebut.
Lebih jauh, metode penyembuhan atau healing yang dilakukan pada
pasien dari dr Chopra memiliki beberapa prinsip diantaranya yaitu:
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
18/23
18
1. Membawa tubuh pasien pada suatu kondisi istirahat yang dalam
dan total.
2. Membawa kehidupan sehari hari pasien ke dalam suatu kondisi
yang tenang, yang merupakan dasar bagi penyembuhan. Lebih
khusus dalam Ayurweda, tingkat relaksasi total dan tinggi
merupakan prasyarat bagi penyembuhan setiap bentuk penyakit.
(Chopra, 2007. Hal:26-27)
Bagaimana proses terjadinya kesembuhan dijelaskan dalam beberapa
penelitian tentang kesembuhan spontan seorang penderita kanker yang
dilakukan di Amerika dan Jepang, menunjukan bahwa kesembuhan terjadi
setelah si pasien mengalami perubahan kesadaran yang dramatis. Seorang
pasien tiba-tiba merasa bahwa dia akan sembuh, dan merasa bahwa kekuatan
yang mampu menyembuhkan tersebut berada dalam dirinya, tetapi tidak
terbatas pada tubuhnya-kekuatan tersebut menembus batas-batas tubuhnya
dan menjangkau alam yang ada di sekelilingmya. Tiba-tiba saja si sakit
merasa, “Saya tidak dibatasi oleh tubuh saya. Semua yang hidup di sekitar
saya merupakan bagian dari diri saya. Tiba tiba saja dia seperti melompat
pada suatu tingkatan kesadaran yang mampu menghambat perkembangan
penyakit kanker. Kemudian, sel-sel kanker tersebut menghilang, dan dalam
beberapa kasus hal seperti ini bahkan bisa terjadi dalam waktu satu malam,
atau, sel-sel kanker tersebut menjadi sangat labil sehingga tidak lagi memeliki
kemampuan untuk merusak tubuh si penderita. Peristiwa loncatan besar
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
19/23
19
kesuatu tingkatan yang lebih tinggi, dan tingkat kekuatan yang tidak bisa
diuraikan, Dr. Chopra menyebutnya sebagai Quantum Healing. (Chopra,
2007. Hal:30-31)
Prinsip lain dalam proses penyembuhan adalah bahwa diri kita
mempunyai potensi yang sangat besar dalam proses penyembuhan. Banyak
bukti bahwa tubuh memiliki kemampuan penyembuhan diri yang tak terbatas.
Jika kita ingin membebaskan diri kita dari rasa sakit dan penyakit, rasa cemas,
takut, sedih, putus asa, harus dimulai terlebih dahulu dengan mengubah
pikiran dan keyakinan kita. Barangkali kita selama ini terlalu meyakini bahwa
diri kita, sikap dan perilaku kita, adalah seperti adanya. Kita sebenarnya jauh
lebih besar dan lebih baik daripada yang kita yakini. Seperti yang
dikemumakan oleh Dr. Herbert Benson, kesembuhan sangat tergantung pada
keyakinan, keyakinan pada diri sendiri, pada dokter yang merawat, dan
keyakinan serta harapan yang dibangkitkan melalui hubungan dokter dan
pasien. (Cahyono, 2011. Hal:XV-XVI)
1.6.2. Peran
Peran dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemain
sandiwara; 2 tukang lawak pd permainan makyong; 3 perangkat tingkah yg
diharapkan dimiliki oleh orang yg berkedudukan dl masyarakat.
1.7. Metode Penelitian
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
20/23
20
1.7.1. Participant observation (Observasi partisipatif)
Penelitian ini akan melibatkan beberapa penderita stroke di Yogyakarta
terutama yang tergabung dalam komunitas Happy Embung meskipun tidak menutup
kemungkinan untuk beberapa Insan Pasca Stroke yang ada disekita DIY dan tidak
bergabung dalam komunitas tersebut, untuk mendapatkan data terkait dengan
pengalaman pengalaman mereka dalam menjalani proses penyembuhan. Oleh
karenanya, metode yang akan digunakan adalah dengan observasi partisipatif.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bernard bahwa:
Observasi partisipatif adalah sebuah method dimana observer atau peneliti
terlibat langsung dengan yang ditel iti. Ia akan dekat dengan individu atau masyarakat
yang ditel iti sehingga mereka akan merasa nyaman dengan kehadiran penel iti yang
pada akhirnya kita mendapatkan data informasi tentang kehidupan mereka. (Bernard,
p.342) Atau dengan kata lain observasi partisipatif adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian
responden.(fitwiethayalisyi.wordpress.com), Sehingga diharapkan peneliti akan
memperoleh data dan deskripsi yang realistis dan mendalam terkait dengan proses
proses mental atau psikoligis dan spiritual pasien penderita stroke ketika menajalani
proses penyembuhan, baik secara medis atau religious. Selain itu data dari komunitas
stroke atau pasca stroke akan memperkaya data terkait dengan pengalaman batin yang
dikombinasikan dengan pengalaman fisik baik ketika proses penyembuhan ataupun
dalam proses rehabilitasi pasca stroke.
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
21/23
21
Obesevasi ini mungkin tidak akan sejauh yang didefinisikan oleh Schwart &
Jacobs (1979) bahwa peneliti akan berada di tengah orang lain secara terus menerus
dan memilki suatu status sebagai seseorang yang merupakan bagian dari kehidupan
mereka sehari hari. (Trisakti, 2006. Hal.103) mengingat kondisi pasien stroke yang
mungkin akan memiliki keterbatasan dalam komunikasi ataupun dalam kebersamaan
dengan peneliti dan untuk menghindari kehilangan objectifitas ilmiah ketika
mengidentifikasi pasien yang terlalu dekat ataupun situasi yang sedang diamati (John J.
Shaughnessy, 2012.hal: 94) Oleh karenaya dibuthkan informasi atau data lain dari
metode penelitian yang lain.
1.7.2. Wawancara
Keterbatasan situasi dan kondisi pasien itu sendiri akan menjadi kendala dalam
proses pengambilan data, oleh karenanya agar memperoleh data yang lengkap dan valid
perlu dilakukan wawancara kepada beberapa penderita stroke (jika memungkinkan) dan
kepada pasien pasca stroke, diman hal ini dapat dilakukan di komunitas stroke.
Wawancara adalah a conversation with purpose. Lebih jauh, tujuan dari
wawancara ini adalah: Untuk menggali pemikiran konstruktif seorang informan, yang
menyangkut peristiwa, organisasi, perasaan, perhatian dan sebagainya terkait dengan
pengalaman hidup dengan stroke, untuk merekonstruksi pemeikiran ulang tentang hal
ihwal yang dialami informan masa lalu atau sebelumnya, dan untuk mengungkap
proyeksi informan dalam hal ini terkait dengan proses penyembuhan penyakit stroke.
(Endraswara, 2003, hal:212)
1.7.3. Tehnik Analisa Data
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
22/23
22
Data data yang diperoleh dari hasil observasi dan interview akan di analisa
dengan metode deskriptif- reflektif. Pengalaman pengalaman pendetrita stroke ketika
menjalankan proses penyembuhan dan bersosialisasi dalam sebuah komunitas akan di
refleksikan dengan teori teori tentang healing atau penyembuhan ataupun teori yang
lain. Sehingga diperoleh kesimpulan bagaimana agama dan komunitas berperan dalam
proses penyembuhan stroke.
1. 8. Sistematika Penelitian
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Ruang Lingkup
1.3. Tujuan dan Manfaat Penel itian
1.3.1. Bagi Penelitian
1.3.2. Bagi Peneliti Lain
1.3.3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
1.4. Landasan Teori
1.5. Metode Penelitian
1.5.1. Participant Observation
1.5.2. Wawancara
1.5.3. Teknik Analisa Data
BAB II. Komunitas Happy Embung
2.1 Sejarah Singkat
8/16/2019 BAB I Oktober Edit and Edit Lagi
23/23
23
2.2 Kegiatan Happy Embung
17.2.