20
1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK ATSIRI Minyak atsiri atau yang secara internasional sering dikenal dengan nama essential oil adalah minyak yang mudah menguap dikarenakan terbentuk dari kumpulan senyawa berwujud cair yang diperoleh dari berbagai tanaman seperti kulit, akar, daun, batang, biji dan bunga dengan cara penyulingan (Buchbauer & Baser, 2010). Minyak atsiri biasa digunakan sebagai minyak gosok serta bahan dasar wangi-wangian. Selain itu pada dunia industri, minyak atsiri biasa digunakan sebagai bahan kosmetik, antiseptik, obat-obatan maupun flavoring agent dalam bahan pangan dan minuman. Penggunaan minyak atsiri untuk produk kosmetik khususnya parfum atau aromaterapi dapat dibedakan menjadi 5 menurut Gunawan (2009) yaitu Body Spray / Splash (kandungan minyak atsiri 1- 3%), Eau de Cologne (4-6%), Eau de Toilette (7-10%), Eau de Parfum (10- 20%), dan Parfum Extrait (20-40%). Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas tanaman yang memiliki nilai sangat tinggi. Peluang pasar minyak atsiri diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,0% dan mencapai kenaikan $3,90 miliar pada akhir tahun 2023 dimana 39,0% dari pertumbuhan akan didominasi dari wilayah Eropa.

BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

1

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. MARKET OVERVIEW

1.1.1. PASAR MINYAK ATSIRI

Minyak atsiri atau yang secara internasional sering dikenal

dengan nama essential oil adalah minyak yang mudah menguap

dikarenakan terbentuk dari kumpulan senyawa berwujud cair yang

diperoleh dari berbagai tanaman seperti kulit, akar, daun, batang, biji dan

bunga dengan cara penyulingan (Buchbauer & Baser, 2010). Minyak atsiri

biasa digunakan sebagai minyak gosok serta bahan dasar wangi-wangian.

Selain itu pada dunia industri, minyak atsiri biasa digunakan sebagai bahan

kosmetik, antiseptik, obat-obatan maupun flavoring agent dalam bahan

pangan dan minuman. Penggunaan minyak atsiri untuk produk kosmetik

khususnya parfum atau aromaterapi dapat dibedakan menjadi 5 menurut

Gunawan (2009) yaitu Body Spray / Splash (kandungan minyak atsiri 1-

3%), Eau de Cologne (4-6%), Eau de Toilette (7-10%), Eau de Parfum (10-

20%), dan Parfum Extrait (20-40%).

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas tanaman yang

memiliki nilai sangat tinggi. Peluang pasar minyak atsiri diperkirakan akan

tumbuh sebesar 8,0% dan mencapai kenaikan $3,90 miliar pada akhir tahun

2023 dimana 39,0% dari pertumbuhan akan didominasi dari wilayah Eropa.

Page 2: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

2

Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh konsumen yang lebih memilih gaya

hidup sehat dengan menggunakan bahan-bahan organik seperti diet

makanan sehat, berbagai jenis olahraga serta detoks yang menggunakan

bahan-bahan alami dan organik. Selain itu pasar minyak atsiri global juga

didongkrak oleh permintaan akan aromaterapi, industri makanan dan

minuman, produk perawatan pribadi yang lebih berpreferensi pada produk

alami, produk organik dan penciptaan wewangian baru yang alami.

Gambar 1. Global Essential Oil Market 2019 - 2023

(Sumber: Technavio, 2019)

Saat ini pengguna terbesar minyak atsiri dunia berasal dari

Amerika Serikat dan diperoleh dari berbagai negara lain seperti Indonesia,

Vietnam, Tiongkok, India dan lain sebagainya. Amerika Serikat merupakan

salah satu pasar terbesar essential oil dengan nilai mencapai $3,36 miliar.

Page 3: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

3

Amerika Serikat, India dan Perancis adalah negara tujuan utama ekspor

minyak atsiri Indonesia pada tahun 2017 dan 2018 seperti yang dapat dilihat

pada gambar 2.

Gambar 2. Nilai Ekspor Minyak Atsiri

(Sumber: Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2019)

Indonesia adalah negara penghasil minyak atsiri seperti minyak

cengkeh, minyak pala, sereh dan lain sebagainya. Ada beberapa pembagian

jenis minyak atsiri dimana menurut Mulyadi (2007), jenis-jenis minyak

atsiri di Indonesia dibagi dalam 3 bagian berdasarkan potensi pemakaiannya

yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis Minyak Atsiri Berdasarkan Potensi Pemakaian

< 100 ton/tahun 100 – 1.000 ton/tahun > 1.000 ton/tahun

Minyak Cendana

(sandalwood oil).

Minyak Kananga

(cananga oil).

Minyak Massoi

(massoia bark oil).

Minyak Pala (nutmeg

oil) dan minyak fuli

(mace oil).

Minyak Akar Wangi

(vetiver oil).

Minyak daun dan

gagang cengkeh

(clove leaf & clove

stem oil).

Minyak sereh wangi

(citronella oil).

Page 4: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

4

Minyak Daun Jeruk

Purut (kaffir lime leaf

oil).

Minyak Kayu Putih

(cajeput oil).

Minyak nilam

(patchouli oil).

Sedangkan menurut Rusli (2012) terdapat 4 kelompok produk

minyak atsiri yaitu major traditional atau the big five (clove, patchouli,

nutmeg, cajeput dan citronella), specific traditional oils (vetiver, cananga,

ginger, cubeb, cassia, kaffir lime leaf, gurjun dan lainnya), new and recently

developed products (black pepper, lajagoa dan lainnya) serta forestry based

products (massoia, sandalwood, agarwood, eaglewood, santalum dan

lainnya).

1.1.2. DAERAH PENGHASIL MINYAK ATSIRI DI INDONESIA

Hampir seluruh provinsi di Indonesia menghasilkan minyak

atsiri. Menurut Kementrian Pertanian (2019), daerah penghasil dan

produksi tanaman bahan baku minyak atsiri di Indonesia adalah seperti

yang terlampir pada pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Produksi Tanaman Bahan Baku per Provinsi

Provinsi

2017 2018* 2019**

Luas

(Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

(Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

(Ha)

Produksi

(Ton)

Maluku 76.884 26.729 76.890 26.934 76.958 27.019

Sulsel 72.246 18.528 72.649 17.849 72.669 18.097

Sultra 40.195 13.754 40.211 15.085 40.222 15.142

Aceh 51.562 11.810 51.652 11.822 51.705 11.922

Malut 70.094 11.091 70.496 12.787 70.547 13.029

Jatim 47.267 11.027 47.959 11.550 48.041 11.650

Page 5: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

5

Sulut 97.210 9.315 98.969 20.557 99.003 20.675

Jabar 43.028 7.716 44.234 8.233 44.264 8.316

Sulteng 91.220 5.759 91.839 7.807 91.941 7.809

Jateng 44.898 5.248 44.903 2.794 44.911 2.831

Papua Barat 16.444 5.048 16.918 5.725 16.944 5.874

Banten 12.803 4.876 12.910 3.198 12.917 3.199

Kepri 15.420 4.017 15.423 4.026 15.429 4.031

NTT 21.011 3.742 21.051 3.832 21.069 3.874

Sumbar 15.669 2.253 16.368 2.338 16.417 2.530

Lampung 9.756 1.673 9.766 1.650 9.772 1.736

Sumut 4.223 1.233 4.279 1.259 4.287 1.267

Sulbar 4.541 1.110 4.612 891 4.612 895

Gorontalo 13.118 944 13.070 949 13.077 962

Bali 16.774 722 16.999 908 16.900 913

DIY 3.139 480 3.143 496 3.147 498

Jambi 1.887 324 1.927 326 1.928 328

Kalbar 972 300 972 304 974 308

NTB 2.753 195 2.877 199 2.881 205

Kalsel 486 143 490 152 492 168

Bengkulu 1.980 79 2.009 103 2.018 124

Sumsel 821 57 820 57 832 58

Papua 323 47 325 - 326 -

Kaltim 217 8 218 6 221 6

Kaltara - - 105 - 105 -

Tabel 3. Produksi Tanaman Bahan Baku per Pulau

Pulau

2017 2018* 2019**

Luas

(Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

(Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

(Ha)

Produksi

(Ton)

Sulawesi 318.530 49.410 321.350 63.138 321.524 63.580

Maluku + Papua 163.745 42.915 164.629 45.446 164.775 45.922

Jawa 151.135 29.347 153.149 26.271 153.280 26.494

Sumatera 101.318 21.446 102.244 21.581 102.388 21.996

Nusa Tenggara + Bali 40.538 4.659 40.927 4.939 40.850 4.992

Kalimantan 1.675 451 1.785 462 1.687 482

*) Angka sementara; **) Angka estimasi

Page 6: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

6

Secara keseluruhan luas lahan pembudidayaan tanaman

penghasil minyak atsiri yang ada di Indonesia tidak mengalami peningkatan

yang signifikan dibandingkan dengan meningkatnya kebutuhan minyak

atsiri yang berasal dari Indonesia dan dunia. Hal ini mengakibatkan

ketidakmampuan produsen untuk memenuhi market demands.

1.1.3. PERMASALAHAN INDONESIA DALAM MEMENUHI DEMAND

MINYAK ATSIRI DUNIA

Menurut Hogervorst dan Kerver (2019) kelemahan minyak

atsiri Indonesia di pasar dunia adalah:

a) Quality Management dan Traceability

Pasar global sangat menekankan quality management dan

transparansi sepanjang rantai nilai untuk mempermudah buyer dalam

mengontrol persyaratan dan standar serta melakukan penelusuran asal

minyak atsiri mulai dari tangan pertama sampai dengan exporter. Jika

ada pemasok yang mampu menawarkan kemampuan untuk quality

management dan traceability ini maka akan dapat menjadi sebuah

competitive advantages. Untuk memenuhi quality management dan

traceability ini tentu saja membutuhkan dokumentasi yang rapi mulai

dari penanaman sampai dengan pengolahan. Quality management dan

traceability inilah yang belum dapat dipenuhi oleh produsen yang ada

di Indonesia.

Page 7: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

7

b) Sustainability

Baik untuk bahan baku yang dikumpulkan secara liar atau hasil

pembudidayaan oleh para petani, sustainability merupakan salah satu

issue besar dikalangan buyer seperti penggunaan pupuk kimia yang

merusak tanah dan lingkungan serta eksploitasi berlebihan atas hutan.

Sampai saat ini para produsen yang ada di Indonesia sebagian besar

belum mampu meyakinkan buyer akan sustainability dari bahan baku

yang mereka gunakan.

c) Organic

Pasar global menempatkan Indonesia sebagai sumber penting

untuk minyak atsiri jika dilihat dari quantity, quality, prices dan supply

consistency. Namun inkonsistensi kualitas yang terkontaminasi oleh

residu pestisida, ftalat dan besi masih menjadi masalah bagi buyers

karena kandungan senyawa ini dapat menyebabkan obesitas, masalah

neurologis dan kardiovaskular, alzheimer dan kanker payudara (WHO,

2018). Produsen kesulitan memastikan bahwa produk yang mereka

tawarkan menggunakan bahan baku yang dibudidayakan secara organik

sesuai dengan permintaan pasar.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Kesulitan memenuhi demand minyak atsiri oleh para eksportir

Indonesia disebabakan oleh rantai nilai minyak atsiri yang menurut Hogervorst

Page 8: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

8

dan Kerver (2019) memiliki 3 tahap yaitu production, processing dan exporting

seperti yang terlihat di bawah ini.

Wild Collectors

Input Suppliers

Farmers

Crop Collectors

Distillers

Essential Oil Collectors

Distilling Farmers

Agents of Exporters

Exporters

Importers ManufacturesFlavour and Fragrance Processors

International Markets

Production Level

Processing Level

Exporting Level

Gambar 3. Value Chain Essential Oil di Indonesia

(Sumber: Hogervorst dan Kerver, 2019)

a) Permasalahan Pada Tahap Produksi (Production)

Ketergantungan kepada petani yang kurang pengetahuan dan tidak

terorganisir

Bahan mentah minyak atsiri dikumpulkan oleh petani yang tidak

terorganisir sehingga menyebabkan biaya collection yang cukup tinggi

Page 9: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

9

karena petani tersebar di seluruh penjuru area. Selain itu apabila

dibudidayakan, lemahnya pengetahuan petani mengenai bibit yang unggul

serta pemakaian sarana produksi seperti pupuk dan pestisida menyebabkan

produktifitas yang rendah.

Kesulitan untuk traceability

Traceability yang ada saat ini hanya dapat ditelusuri sampai

dengan tingkat distillers. Tidak adanya dokumentasi mengenai sumber

bahan baku menyebabkan kesulitan melacak asal usul bahan karena

ditingkat petani sudah melakukan pencampuran. Tidak terbiasanya para

collector melakukan dokumentasi menyebabkan sulitnya menerbitkan

traceability document yang dibutuhkan oleh buyer. Dengan menawarkan

produk yang tidak dapat dilacak otomatis seller hanya bisa bersaing

melalui harga.

Tidak ada perbedaan harga untuk kualitas yang berbeda

Adanya praktek pemberian uang muka oleh essential oil

collector dengan distillers dan distilling farmers menyebabkan distillers

hanya berfokus pada kuantitas bukan kualitas dengan cara mencampur

minyak atsiri yang memiliki kualitas yang berbeda. Dengan praktek

seperti ini, petani dan distillers tidak termotivasi untuk meningkatkan

kualitas bahan baku dan proses penyulingan, sehingga kualitas minyak

atsiri berfluktuasi yang berdampak pada fluktuasi harga minyak atsiri.

Page 10: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

10

Konflik karena lemahnya komitmen

Perjanjian antara exporter dengan essential oil collector serta

distillers yang tidak dituangkan secara tertulis menyebabkan lemahnya

komitmen untuk memenuhi kontrak yang disetujui secara lisan. Eksportir

sulit untuk memprediksi volume yang akan didapat sehingga menyebabkan

fluktuasi harga minyak atsiri.

b) Permasalahan Pada Tahap Proses (Processing)

Pada tahap processing, lemahnya pengetahuan mengenai cara

distilasi dan teknologi baru menyebabkan kualitas dan kuantitas minyak

atsiri yang rendah. Selain itu, keterbatasan akses pasar menyebabkan

ketidaktahuan distillers dan distilling farmers kepada harapan kualitas dari

buyer dan ketergantungan terhadap essential oil collectors.

c) Permasalahan Pada Tahap Ekspor (Exporting)

Memahami dan mematuhi persyaratan untuk dokumentasi dan

registrasi

Banyak pendatang baru baik perusahaan dan UKM yang tidak

tahu mengenai dokumentasi dan registrasi untuk kebutuhan buyer yang

berujung ketidakpatuhan exporters akan hal ini.

Page 11: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

11

Rendahnya persepsi buyer untuk quality essential oil Indoneisa

Global buyer memiliki persepsi bahwa kualitas minyak atsiri

Indonesia rendah terutama dalam hal food safety dan quality management

system. Tergantungnya produksi kepada petani kecil menimbulkan

persepsi kualitas yang tidak konsisten sehingga global buyer sering

menolak produk dari Indonesia.

Kurangnya akses pasar

Kurangnya akses kepada pasar dalam hal informasi

menyebabkan para exporter kesulitan untuk menyediakan minyak atsiri

dengan kualitas dan spesifikasi yang sesuai untuk buyer. Akibatnya

hubungan yang terbangun hanya sesaat dan tidak berlangsung secara

berkelanjutan.

Unique Selling Proposition (USP)

Exporters Indonesia kebanyakan menawarkan portofolio yang

mirip sehingga menyebabkan kurangnya USP seperti fokus segmen,

sertifikasi, produk dan juga stories. Karena tidak adanya perbedaan USP

antar exporter menyebabkan eksportir sulit bersaing dengan para pemain

dunia lainnya.

Persaingan antar exporters

Para exporter kurang melakukan kerjasama dalam bidang non-

competitive issues dan hanya berfokus pada persaingan sisi supply

sehingga sulit untuk mengembangan visi bersama untuk bisnis minyak

Page 12: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

12

atsiri Indonesia. Beberapa exporter melakukan cara yang tidak sehat

dengan merusak persaingan untuk mendapatkan pasar.

1.3. POTENSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI SENTRA MINYAK

ATSIRI BARU

Mengacu pada RPJM Kalimantan Tengah 2016 – 2021 khususnya pada

arah kebijakan pengembangan kawasan strategis (PKS) dari sudut pertumbuhan

ekonomi, pemerintah Kalimantan Tengah menekankan adanya kawasan pertanian

yang berkelanjutan (sustainability) dengan cara mengembangkan komoditas baru

dan terorganisir. Pemerintah Kalimantan Tengah juga berfokus pada peningkatan

kualitas hidup masyarakat pedesaan dengan arah kebijakan pemberdayaan petani

dengan kegiatan pokok yaitu pengembangan tanaman pangan serta holtikultura

lainnya seperti tanaman penghasil minyak atsiri dan melakukan optimalisasi lahan

tidak produktif yang dimiliki. Pada RPJM ini juga menekankan untuk

mempercepat ijin usaha ekonomi menengah kebawah, pengadaan paket bibit

pertanian, peternakan, perkebunan tanaman hutan, pemberian bantuan kepada

koperasi, usaha kecil, mikro dan menengah serta pelatihan dan pendampingan bagi

pelaku usaha kecil dan menengah dalam rangka pengembangan ekonomi kreatif.

Keseluruhan tujuan ini guna pengurangan beban dan peningkatan pemberdayaan

masyarakat miskin.

Selain itu, pada tahun 2018, Kalimantan Tengah telah ditetapkan oleh

Menteri Pertanian sebagai salah satu provinsi untuk pengembangan tanaman

organik. Memang saat ini masih terbatas pada pengembangan padi organik dimana

Page 13: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

13

telah dikembangkan seluas 40 ribu ha sebagai pilot project yang tersebar di 11

kabupaten. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya akan ada

pengembangan tanaman organik untuk jenis tanaman lainnya. Dengan adanya

program pemerintah di Kalimantan Tengah untuk pembudidayaan tanaman

organik yang diselaraskan dengan RPJM provinsi Kalimantan Tengah mengenai

kawasan pertanian yang berkelanjutan maka harapan agar Kalimantan Tengah

menjadi sentra budidaya tanaman penghasil minyak atsiri dapat terwujud,

walaupun harus ada usaha tambahan dikarenakan luasnya lahan gambut di

Kalimantan Tengah.

Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang memiliki sebaran

kesatuan hidrologi gambut (KHG) yang paling luas jika dibandingkan dengan

keempat provinsi lainnya. Analisa mengenai sebaran lahan gambut menjadi

sangat penting dikarenakan tanaman penghasil minyak atsiri khususnya nilam dan

sereh wangi tidak cocok jika dibudidayakan pada lahan gambut karena tingkat

keasaman yang tinggi. Namun tanaman nilam dan sereh wangi sangat cocok jika

dibudidayakan pada lahan kering yang ada di Kalimantan Tengah.

Dengan adanya sarana infrastruktur penunjang seperti jalan baik darat

maupun sungai, maka provinsi Kalimantan Tengah memiliki peluang untuk

dikembangkan menjadi sentra budidaya tanaman atsiri, khususnya nilam dan sereh

wangi. Untuk kepentingan evaluasi lahan terhadap tanaman nilam dan sereh

wangi, terdapat beberapa kriteria kesesuaian lahan dan iklim untuk kedua tanaman

ini yang dapat dilihat pada tabel 4 menurut Muhrizal (2006).

Page 14: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

14

Tabel 4. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim untuk Tanaman Nilam dan

Sereh Wangi

Parameter

Tingkat Kesesuaian Lahan Kering

Kalimantan Tengah

Sangat

Sesuai

(SS)

Sesuai

(S)

Kurang

Sesuai

(KS)

Nilai Kategori

Lahan

Ketinggian (mdpl) 100-400

0-100;

400-700

>700

40-320 SS

Jenis tanah Andosol

Latosol

Regosol

Podsolik

Kambisol

Lainnya

Latosol

Podsolik

Regosol

SS;S

Drainase Baik Sangat

baik

Sedikit

agak

Baik

Baik;

Agak baik SS;S

Tekstur Lempung Liat

Berpasir Lainnya

Liat;

Lempung;

Berpasir

SS;S

Kedalaman air tanah >100 75-100 50-75 >100 SS

pH 5,5-7 5,0-5,5 4,5-5 4,6-5,3 KS;S

C-Organik (%) 2-3 3-5 <1 3-5 S

P2O5 (ppm) 16-25 4-6 >25 6-10 SS;S

K2O (me/100g) >1 0,5-0,8 0,2-0,4 1,2-3,4 SS

KTK (me/100g) >17 5-18 <5 12-19 SS;S

Iklim

Curah hujan tahunan

(mm)

2.300-

3000

1.750-

2.350;

3000-

3.500

>3.500;

1.200-

1.750

2.320-

3.200 SS

Hari hujan tahunan

(hari) 120-180 100-120 210-230 126-160 SS

Bulan basah pertahun 7-9 10-11 >11 7-8 SS

Kelembaban udara (%) 70-90 60-70 50-60;

>90 75-85 SS

Temperatur rata-rata

(%) 25-26

24-25;

26-28

23-24;

28-29 25,8 SS

Mengacu pada pedoman kesesuaian lahan yang disusun oleh Muhrizal

(2006) lahan kering yang ada di Kalimantan Tengah berpotensi untuk

Page 15: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

15

pengembangan tanaman penghasil minyak atsiri seperti nilam dan sereh wangi.

Namun dari data tersebut terdapat satu faktor yang memiliki nilai kurang sesuai

yaitu penurunan tingkat keasaman tanah lahan kering yang ada di Kalimantan

Tengah. Penurunan kemasaman tanah (pH) dapat dilakukan dengan pemberian

kapur, dimana kapur akan mempengaruhi keseimbangan unsur hara selain

mencegah timbulnya serangan nematoda. Selain pengaplikasian kapur, penurunan

kemasaman tanah juga dapat dengan menggunakan pupuk organik (Muhrizal,

2006). Penggunaan pupuk kandang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan

penggunaan kapur dalam mengendalikan tingkat kemasaman tanah seperti kotoran

sapi, kambing dan kerbau.

Berdasarkan data sebaran KHG per Kabupaten di Kalimantan Tengah,

daerah Kabupaten Barito Timur, Barito Utara, Barito Selatan dan Murung Raya

memiliki ratio dibawah 50% yang sangat memungkinkan untuk daerah

pembudidayaan tanaman penghasil minyak atsiri seperti nilam dan sereh wangi

serta keempat kabupaten ini sudah memiliki infrastruktur transportasi baik darat

maupun sungai yang saling terhubung sehingga cocok untuk dijadikan sebagai

daerah pengembangan minyak atsiri.

Tabel 5. Data KHG per Kabupaten di Kalimantan Tengah

No Kabupaten

Luas

Wilayah

(Km2)

Luas

KHG

(Ha)

Luas KHG

Kabupaten

terhadap

KHG

Provinsi

(%)

Perbandingan

Luas KHG

dengan Luas

Wilayah

Kabupaten

(%)

1 Barito Selatan 8.830 360.851 7.77 40,87

2 Barito Timur 3.834 55.946 1.20 14,59

Page 16: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

16

3 Barito Utara 8.300 0 0 0

4 Murung Raya 23.700 0 0 0

5 Gunung Mas 10.804 2.048 0.04 0,19

6 Kapuas 14.999 736.679 15.86 49,12

7 Katingan 17.500 1.285.766 27.68 73,47

8 Kota Palangka Raya 2.400 170.254 3.67 70,94

9 Kotawaringin Barat 10.759 375.518 8.09 34,90

10 Kotawaringin Timur 16.796 448.298 9.65 26,69

11 Lamandau 6.414 1.528 0.03 0,24

12 Pulang Pisau 8.997 519.232 11.18 57,71

13 Seruyan 16.404 523.689 11.28 31,94

14 Sukamara 3.827 164.508 3.54 42,99

Jumlah 153.564 4.644.317 100%

Saat ini Kalimantan merupakan pulau dengan urutan terakhir penghasil

bahan baku minyak atsiri di Indonesia. Hal ini mempermudah untuk membentuk

business model yang ideal untuk mengatasi produksi minyak atsiri berkualitas

menganut prinsip traceability, sustainability dan organic dan sekaligus

mengembangkan pemberdayaan petani di Kalimantan Tengah.

1.4. KONSEP BISNIS

Konsep bisnis yang ditawarkan adalah multi-side platform untuk

minyak atsiri di Kalimantan Tengah. Bisnis model ini akan mempertemukan

petani dengan eksportir yang berusaha untuk memenuhi permintaan buyer dalam

menyediakan minyak atsiri dalam hal quality, traceability, sustainability dan

organic. Bisnis model ini mengadopsi social enterprise yang mengangkat petani

sebagai mitra bisnis yang harus diberdayakan. Untuk memenuhi hal tersebut maka

harus ada entitas yang mengontrol serta memastikan operasional pada tahap

production dan processing dari rantai nilai minyak atsiri.

Page 17: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

17

1.5. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup SBMC minyak atsiri ini hanya meliputi tahap

production dan processing dari rantai nilai minyak atsiri nilam dan sereh wangi

dari Kalimantan Tengah, khususnya adalah DAS Barito yang meliputi 4 kabupaten

yaitu Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara dan Murung Raya. Dari segi

luasnya lahan kering keempat kabupaten ini sangat mungkin untuk dikelola serta

sarana infrastruktur yang sudah sangat memadai.

1.6. TUJUAN DAN MANFAAT

1.6.1. TUJUAN

Tujuan Umum:

Menyelesaikan penulisan tugas akhir / tesis dengan kriteria yang

terbaik sebagai pemenuhan syarat kelulusan program studi Magister

Manajemen Binus Business School.

Tujuan Khusus:

a. Menyediakan minyak atsiri yang memiliki kualitas tinggi yang konstan

serta memastikan ketersediaan bahan baku yang kontinu dan harga yang

stabil.

b. Membantu para petani yang ada di Kalimantan Tengah, khususnya yang

ada di daerah aliran sungai (DAS) Barito untuk memiliki sumber

pendapatan lainnya.

Page 18: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

18

c. Menciptakan bisnis model yang inovatif dengan memperhatikan aspek-

aspek peluang dalam mendapatkan keuntungan pada industri minyak

atsiri di Indonesia.

d. Menciptakan bisnis model yang siap untuk dijalankan dan dipasarkan.

e. Menganalisa kelayakan bisnis untuk mengetahui apakah bisnis minyak

atsiri ini layak untuk dijalankan sehingga dapat menghasilkan

keuntungan bagi pemilik serta memiliki daya saing.

f. Menginspirasi serta menumbuhkan semangat kewirausahaan pada calon

pebisnis lokal khususnya para petani yang ada di Kalimantan Tengah.

1.6.2. MANFAAT

a. Menghasilkan minyak atsiri sesuai dengan permintaan pasar yang

memenuhi aspek kualitas, kuantitas, kontinuitas dan harga.

b. Dapat menghasilkan bisnis model yang dapat meningkatkan taraf hidup

petani di Kalimantan Tengah dengan membuka sumber pendapatan

baru yaitu produksi minyak atsiri berkualitas tinggi.

c. Membantu pemerintah untuk mengatasi kemiskinan yang ada di

Kalimantan Tengah khususnya bagi para petani yang ada di daerah

aliran sungai (DAS) Barito.

d. Menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan bagi para investor

serta menambah lapangan pekerjaan.

Page 19: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

19

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

1.7.1. LATAR BELAKANG

Bab ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemikiran utama yang

mendasari penulisan tesis serta business model creation ini. Bab ini tersusun

atas market overview, identifikasi masalah, potensi Kalimantan Tengah

sebagai sentra minyak atsiri baru, konsep bisnis, ruang lingkup, tujuan dan

manfaat serta sistematika penulisan.

1.7.2. VALUE PROPOSITION

Bab ini bertujuan untuk melihat keadaan pasar secara

keseluruhan serta menganalisa value proposition yang penulis tawarkan.

Oleh karena itu bab ini terdiri dari analisa industri, ukuran dan pertumbuhan

pasar, perilaku pemain minyak atsiri, peluang dan tantangan industri

minyak atsiri, competitor analysis, customer analysis, customer segment,

value proposition serta konsep bisnis “Ilau”.

1.7.3. BUSINESS MODEL CANVAS

Bab ini bertujuan untuk menjelaskan secara lebih mendalam dan

terperinci tentang implementasi Social Business Model Canvas (SBMC)

pada bisnis minyak atsiri rancangan penulis. SBMC yang digunakan

mengacu pada Osterwalder (2010) yang terdiri atas sebelas blok kanvas

yang dijabarkan yaitu segmentasi pelanggan (customer segments), proposisi

nilai (value propositions), saluran (channels), hubungan pelanggan

Page 20: BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEWlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-ts-bmc... · 2020. 1. 11. · 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. MARKET OVERVIEW 1.1.1. PASAR MINYAK

20

(customer relationship), sumber pendapatan (revenue stream), sumber daya

(key resources), aktivitas kunci (key activities), mitra utama (key

partnership), struktur biaya (cost structure), biaya sosial & lingkungan

(social & environmental costs) serta keuntungan sosial & lingkungan

(social & environmental costs). Selain itu untuk mengukur dampak sosial

dan lingkungan maka penulis menggunakan key metric sebagai acuan

(Yeoman & Moskovitz, 2013).

1.7.4. BUSINESS PLAN

Bab ini bertujuan menjabarkan rencana yang akan dilakukan

dalam pembuatan bisnis yang meliputi profil dan konsep perusahaan

(company profile), SWOT-TOWS analysis, blue ocean analysis, marketing

strategy, operational strategy, human resources strategy, perencanaan

keuangan, nilai dampak investasi, project timeline, resiko dan rencana

mitigasi, perencanaan bisnis serta prototype.

1.7.5. PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penulisan tesis ini

yang melingkupi feasibility of the business model, pengembangan pasar dari

bisnis model kedepannya serta exit strategy.