45
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Nugroho, 2011). WHO (World Health Organization), menganjurkan agar tidak memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan, karena dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, meningkatkan resiko alergi, resiko serangan asma, resiko kegemukan (obesitas), resiko kanker pada anak, penyakit menahun, penyakit telinga tengah, meningkatkan kurang gizi, meningkatkan risiko kematian, dan menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif. Pemberian susu formula juga dapat mengurangi keyakinan ibu akan kemampuannya untuk menyusui sendiri (Graham, 2010). 1

BAB I (KTI)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I (KTI)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua

belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Nugroho,

2011).

WHO (World Health Organization), menganjurkan agar tidak

memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan, karena dapat

menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran

pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, meningkatkan

resiko alergi, resiko serangan asma, resiko kegemukan (obesitas), resiko

kanker pada anak, penyakit menahun, penyakit telinga tengah,

meningkatkan kurang gizi, meningkatkan risiko kematian, dan

menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif. Pemberian susu formula

juga dapat mengurangi keyakinan ibu akan kemampuannya untuk

menyusui sendiri (Graham, 2010).

Menurut AAP (American Academy of Pediatrics), pemberian

suplemen seperti air, glukosa, susu formula ataupun cairan lain

seharusnya tidak diberikan pada bayi baru lahir kecuali ada indikasi

medis dari dokter. Karena pemberian cairan di luar ASI dapat memicu

kontaminasi atau alergen. Jika Ibu merasa bayinya haus, segera susui.

1

Page 2: BAB I (KTI)

Semakin sering Ibu menyusui, semakin banyak ASI yang diproduksi yang

berarti semakin banyak air susu bagi bayinya (Auditya, 2011).

Menurut Dwi Sunar (2009), secara normal produksi ASI yang efektif

selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi

sekitar 700-800 ml ASI setiap 24 jam. Volume ASI yang dapat dikonsumsi

bayi dalam satu kali menyusui selama sehari penuh sangat bervariasi.

Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang

dapat diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat

kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan,

hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Ratih, 2011).

Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 menunjukkan

pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Bayi yang

menyusu eksklusif sampai 6 bulan hanya 15,3 %. Artinya, masih ada 84,7

% ibu yang masih memberikan susu formula pada bayi sebelum usia 6

bulan atau bahkan semenjak lahir.

Dalam Riskesdas 2010 juga dikumpulkan data tentang pola

pemberian ASI pada anak 0-23 bulan yang meliputi : proses mulai

menyusui, pemberian kolostrum, pemberian makanan prelakteal,

menyusui eksklusif, dan pemberian MP-ASI. Di Sumatera Utara

Persentase Anak Usia 0-23 Bulan yang Pernah Disusui 88,9 % dan Masih

Disusui 74,9 %. Persentase proses mulai menyusui kurang dari satu jam

(< 1 jam) setelah bayi lahir adalah 29,3%, tertinggi di Nusa Tenggara

Timur 56,2% terendah di Maluku 13,0%. Sebagian besar proses mulai

2

Page 3: BAB I (KTI)

menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah lahir tetapi masih

ada 11,1% proses mulai menyusui dilakukan setelah 48 jam.

Menurut Riskesdes 2010, makanan prelakteal adalah makanan

atau minuman yang diberikan kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.

Makanan prelakteal biasanya diberikan kepada bayi dengan proses mulai

menyusui >1 jam setelah lahir dengan alasan ASI belum keluar atau

alasan tradisi. Pemberian makanan prelakteal dapat diberikan oleh

penolong persalinan atau oleh orang tua dan keluarga bayi. Persentase

pemberian makanan prelakteal kepada bayi baru lahir di Sumatera Utara

adalah (53,7%), tertinggi di Gorontalo (74,3%) dan terendah di Papua

(22,6%).

Semakin tinggi usia bayi pemberian ASI ekslusif semakin rendah.

Sebanyak 38,9 % bayi usia 0 bulan mendapatkan ASi ekslusif. Begitu

halnya dengan pola menyusui predominan, semakin menurun

presentasenya seiring dengan meningkatnya usia bayi. Sebaliknya pada

bayi dengan pola menyusui parsial semakin tinggi usia bayi maka semakin

tinggi pula pola menyusui parsial. Bahkan pada kelompok bayi usia 0

bulan, 55,1 % di antaranya telah diberi makanan selain ASI.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di klinik Lista

terdapat 34 orang ibu menyusui, hanya 14 orang (41,18%) yang menyusui

bayinya sedangkan 20 orang (58,82%) ibu menyusui secara parsial yaitu

memberikan ASI dan susu formula yang akan diberikan pada bayinya

yang berumur 0-6 bulan.

3

Page 4: BAB I (KTI)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Menyusui

dalam memproduksi ASI di Klinik Lista Kecamatan. Hamparan Perak

Tahun 2012”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-Faktor

apa sajakah yang mempengaruhi ibu menyusui dalam meningkatkan

produksi ASI di Klinik Lista Kecamatan. Hamparan Perak Tahun 2012 ? ”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Menyusui

dalam meningkatkan produksi ASI di Klinik Lista Kecamatan. Hamparan

Perak Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu menyusui dalam

meningkatkan produksi ASI berdasarkan tingkat pengetahuan

di Klinik Lista Tahun 2012

1.3.2.2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu menyusui dalam

meningkatkan produksi ASI berdasarkan pendidikan ibu di

Klinik Lista Tahun 2012

4

Page 5: BAB I (KTI)

1.3.2.3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu menyusui dalam

meningkatkan produksi ASI berdasarkan umur di Klinik Lista

Tahun 2012

1.3.2.4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu menyusui dalam

meningkatkan ASI berdasarkan sumber informasi di Klinik

Lista Tahun 2012

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam

menerapkan ilmu yang di dapat selama mengikuti perkuliahan

khususnya metodologi penelitian.

1.4.2. Bagi Bidan

Penelitian ini akan menjadi informasi dan masukan bagi bidan di

klinik tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Menyusui

dalam meningkatkan produksi ASI untuk dapat diambil tindakan

selanjutnya.

1.4.3. Bagi Instansi Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi

untuk penelitian berikutnya dan sebagai bahan bacaan di

perpustakaan.

5

Page 6: BAB I (KTI)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2007).

2.1.2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

6

Page 7: BAB I (KTI)

memahami objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, meyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya)

dan mampu menggunakan hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyususn formasi baru dari formasi-formasi yang

ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

7

Page 8: BAB I (KTI)

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita krtahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di

atas (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu :

1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini, antara lain

meliputi :

1. Cara coba salah (trial and eror)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan

atau otoritas, baik tradisi, otoritas pimpinan agama, maupun ahli

ilmu pengetahuan.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa lalu.

4. Melalui cara fikir

8

Page 9: BAB I (KTI)

Yaitu manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam

memperoleh pengetahuan.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4. Pengukuran Pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan adalah dengan cara

mengajukan pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui

pertanyaan-pertanyaan yang tertulis atau angket yang menanyakan

tentang materi yang ingin diukur dari subjek atau responden. Ke

dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur yang

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas

(Notoatmodjo, 2007).

2.2. Ibu Menyusui

2.2.1. Defenisi Ibu Menyusui

Kata “ibu” adalah sebuah gelar kehormatan yang diberikan

seorang anak kepada wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

Kata “ibu” merupakan kata yang paling disukai oleh sang anak, dan

selalu dicari-cari ketika si pemilik gelar tidak ada disisi mereka.

Bahkan bisa saja kata “ibu” ini mengusir segala bentuk

9

Page 10: BAB I (KTI)

kepengecutan maupun kegundahan yang menyelimuti diri sang

buah hati (Ilham, 2010).

2.2.2. Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui

Gizi pada Ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan

produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang

bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan

meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan

yang memuaskan. Adapun kebutuhan Zat gizi ibu menyusui adalah

sebagai berikut :

1. Kebutuhan Kalori

Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi

baik adalah 70 kalori/ 100 ml, dan kira-kira 85 kalori diperlukan

oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan.

2. Protein

Ibu memerlukan tambahan 20 gram protein dari kebutuhan normal

ketika menyusui.

3. Cairan

Ibu menyusui dianjurkan minum 2 – 3 liter per hari, dalam bentuk

air putih, susu, dan jus buah.

4. Vitamin dan Mineral

Kebutuhan vitamin pada ibu menyusui 350 RE dan 400 mg untuk

kebutuhan mineral (Nugroho, 2011).

10

Page 11: BAB I (KTI)

2.2.3. Teknik Menyusui Yang Benar

Menurut Soetjiningsih, langkah-langkah menyusui yang

benar adalah sebagai berikut :

1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan

pada puting dan di sekitar areola payudara.

2. Posisi Menyusui. Ada berbagai macam posisi menyusui yang biasa

dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi

khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca

operasi Caesar, bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan kaki

di atas.

3. Bayi diletakkan menghadap perut dan payudara ibu.

4. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau areola

payudaranya saja.

5. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks)

dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu dan menyentuh

sisi mulut bayi.

6. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan

ke payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke

mulut bayi.

7. Usahakan sebagian areola payudara dapat masuk ke mulut bayi

sehingga puting susu berada di langit-langit dan lidah bayi akan

11

Page 12: BAB I (KTI)

menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di

bawah areola payudara.

8. Setelah bayi mulai menghisap payudara, tidak perlu dipegang atau

disanggah lagi.

9. Melepas isapan bayi setelah menyusui pada satu payudara sampai

terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya.

Cara melepas isapan bayi :

a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.

b. Dagu bayi ditekan ke bawah.

c. Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara,

biarkan kering dengan sendirinya.

10 Menyendawakan bayi

Cara menyendawakan bayi :

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu,

kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya

ditepuk perlahan (H. Arini, 2009).

2.3. Pengertian Produksi ASI

Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi menyusu

dini atau lebih dikenal dengan IMD. IMD sangat penting tidak hanya

untuk bayi, namun juga bagi si ibu. Dengan demikian, sekitar 22%

12

Page 13: BAB I (KTI)

angka kematian bayi stelah lahir pada 1 bulan pertama dapat

ditekan. Bayi disusui selama 1 jam atau lebih di dada ibunya

segera setelah lahir. Hal tersebut juga penting dalam menjaga

produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar

hormone prolaktin, yaitu hormone yang merangsang kelenjar susu

untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi

susu 2 kali lipat (Yuliarti, 2010).

2.3.1. Pembentukan ASI

Pembentukan air susu dipengaruhi hormon prolaktin dan

kontrol laktasi serta penekanan fungsi laktasi. Dalam pembentukan

dan pengeluaran air susu dipengaruhi 2 refleks yaitu :

a. Refleks Prolaktin

Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang

berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesterone

sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang

merangsang putting susu dan kalang payudara, akan merangsang

ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor

mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui

medulla spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan

pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan

sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu

13

Page 14: BAB I (KTI)

sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan

merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini

merangsang sel-sel alveoli untuk membuat air susu.

b. Refleks let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang

dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan

oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini diangkut menuju uterus

yang dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga terjadi involusi

dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan

memengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras

air susu yang telah terbuat dari alveoli dan masuk ke sistem

duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus

masuk ke mulut bayi (Nugroho, 2011).

2.3.2. Proses Pembentukan Laktogen

Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan

berikut :

a. Laktogenesis I

Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobules-

alveolus. Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini,

payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental

14

Page 15: BAB I (KTI)

kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah

produksi ASI. Pengeluaran kolostrum pada saat hamil atau sebelum

bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan

merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI.

b. Laktogenesis II

Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan

menurunnya kadar hormon progesterone, estrogen dan HPL. Akan

tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan

produksi ASI besar-besaran.

Level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI

lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level

prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormone lainnya,

seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini,

namun peran hormone tersebut belum diketahui. Penanda

biokimiawai mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai

sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru

merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah

melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak

langsung keluar setelah melahirkan.

15

Page 16: BAB I (KTI)

c. Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI

selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.

Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.

Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan

memproduksi ASI banyak.

Apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga

akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi

ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi

menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan

(Nugroho, 2011).

2.3.3. Kandungan ASI

ASI mengandung nutrien-nutrien khusus dan zatiperlukan

protektif yang diperlukan untuk otak bayi agar tumbuh optimal,

antara lain :

a. Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam

ASI antara 3,5% - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi,

tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih

dulu dipecahkan menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim

lipase yang terdapat dalam ASI.

b. Karbohidrat

16

Page 17: BAB I (KTI)

Karbohidrat utama dalam ASI adalah lactose, yang kadarnya paling

tinggi disbanding susu mamalia lain (7%). Lactose mudah dipecah

menjadi glucose dan galaktose dengan bantuan enzim lactase

yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sjak lahir.

c. Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI

sebesar 0,9% - 60% di ataranya adalah whey yang lebih mudah

dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi). Selain mudah

dicerna, dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak

terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin.

d. Garam dan mineral

ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu

sapi. ASI dan susu sapi mengandung zat besi dalam kadar yang

tidak terlalu tinggi, tetapi zat besi dalam ASI mudah diserap.

e. Vitamin

ASI cukup untuk mengandung vitamin yang diperlukan bayi.

Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses

pembentukan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah cukup dan

mudah diserap. Dalam ASI juga terdapat vitamin D dan E terutama

kolostrum.

f. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif

rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan.

17

Page 18: BAB I (KTI)

g. Lactobacillus Bifidus

Lactobacillus Bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam

laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran

pencernaan bersifat asam sehingga dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E-Coli yang sering

menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur.

h. Laktoferin

Laktoferin adalah protein yang berkaitan dengan zat besi.

Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi di

antara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi maka

laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman

tertentu, yaitu stafilokokus dan E-Coli yang juga memerlukan zat

besi untuk pertumbuhannya.

i. Lisozim

Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri.

Konsentrasinya dalam ASI sebesar 29 – 39 mg/100 ml, lisozim

merupakan konsentrasi terbesar dalam cairan ekstraselular.

Lisozim stabil di dalam cairan dengan pH rendah seperti cairan

lambung sehingga masih banyak dijumpai dalam tinja bayi.

j. Antibodi

ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin, yaitu

secretory IgA (SigA), IgE, IgM, dan IgG. Antibodi dalam ASI dapat

bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap

18

Page 19: BAB I (KTI)

asam dan enzim preteolitik saluran pencernaan dan membuat

lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan

entero virus masuk ke dalam mukosa usus (H, Arini. 2009).

2.3.4. Komposisi ASI

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi

oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual

material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar

payudara sebelum dan setelah masa puerpurium. Kolostrum

merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna

kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam,

vitamin A, nitrogen, sel darah putih, rendah lemak, laktosa dan

antibodi yang tinggi daripada ASI matur.

Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin (IgG,

IgA, dan IgM), yang digunakan sebagai antibodi untuk mencegah

dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Volume kolostrum

antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga pencahar ideal untuk

membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru

lahir.

19

Page 20: BAB I (KTI)

2. Air Susu Masa Peralihan

Air susu masa peralihan merupakan ASI peralihan dari

kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. ASI yang keluar setelah

kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai

hari ke-10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak

dan berubah warna serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan

protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

3. Air Susu Matur

Air Susu Matur adalah ASI yang disekresi pada hari ke -10

dan seterusnya, komposisi relatif konstan. Air susu yang mengalir

pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk

lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan

tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.

Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk

kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih

cepat kenyang. BAyi membutuhkan keduanya, baik foremilk dan

hindmilk (Nugroho, 2011).

2.3.5. Manfaat ASI

Manfaat ASI antara lain :

a. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan.

20

Page 21: BAB I (KTI)

b. Bayi mendapatkan zat-zat imun, serta perlindungan dan

kehangatan melalui kontak dari kulit ke kulit dengan ibunya.

c. Meningkatkan sensitivitas ibu akan kebutuhan bayinya.

d. Mengurangi pendarahan, serta konsevasi zat besi, protein, dan

zat lainnya, mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat

yang terbuang.

e. Penghematan karena tidak perlu membeli susu.

f. ASI ekslusif dapat menurunkan angka kejadian alergi,

terganggunya pernafasan, diare, dan obesitas pada anak

(Yuliarti, 2010).

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

2.4.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengertian terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan Ibu dapat diketahui dan dinilai dari jawaban terhadap

pertanyaan yang dilakukan dalam kuesioner. Sehingga dapat

dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai (>75%-100%).

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai (>60%-75%).

21

Page 22: BAB I (KTI)

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai (<60%).

2.4.2. Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 dalam Sudrajat (2010) Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti

dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau

perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada

diri individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

a. Pendidikan dasar : SD, SMP, sederajat

b. Pendidikan menengah : SMU, SMK, sederajat

c. Pendidikan tinggi : Diploma, Perguruan Tinggi

2.4.3. Umur

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik.

22

Page 23: BAB I (KTI)

Pada usia muda, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan

demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu usia

muda akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

pengetahuan. Sulit mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.

Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan

bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain

seperti kosa kata dan pengetahuan umum (Pro-Health, 2009).

Umur atau lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak

dilahirkan sampai ulang tahun yang terakhir. Secara umum mereka

tergolong dewasa dini (young adulthood) ialah mereka yang berusia 18

sampai 40 tahun. Umur ibu mempengaruhi bagaimana mengambil

keputusan dalam pemeliharaan kesehatannya (Notoatmodjo, 2007).

2.4.4. Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

dapat  mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. 

23

Page 24: BAB I (KTI)

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media

massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal  memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut (Pro-Health, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2007) informasi dapat diperoleh dari

berbagai sumber yaitu :

1. Media Massa

Media massa merupakan salah satu perantara yang digunakan

oleh sumber untuk mengirim pesan kepada penerima pesan.

2. Petugas Kesehatan

Informasi tentang kesehatan dapat diperoleh dari petugas

kesehatan pada saat ibu datang ke pelayanan kesehatan.

3. Teman dan keluarga

Informasi juga biasa di dapat dari teman atau keluarga.

24

Page 25: BAB I (KTI)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ibu Menyusui Dalam Meningkatkan Produksi ASI di Klinik

Lista Tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel penelitian yaitu variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen yaitu pengetahuan, pendidikan, umur,

dan sumber informasi, sedangkan variabel dependen yaitu produksi ASI.

25

Pengetahuan

Produksi ASI

Faktor Karakteristik :

- Pengetahuan

- Pendididkan

- Umur

- Sumber Informasi

Page 26: BAB I (KTI)

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Variabel Dependen

3.2.1.1. Produksi ASI

Produksi ASI adalah kemampuan payudara ibu dalam

memproduksi ASI yang dipengaruhi oleh hisapan mulut bayi dengan

kategori :

a. Memproduksi ASI

b. Tidak dapat memproduksi ASI

Skala ukur : Nominal

Alat ukur : Kuesioner

3.2.2. Variabel Independen

3.2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan ibu menjawab dengan benar

tentang pertanyaan yang berkaitan dengan produksi ASI yang diajukan.

Sehingga dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai

berikut :

a. Baik, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 16-20

pertanyaan dari 20 soal yang diberikan (>75%-100%).

b. Cukup, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 12-15

pertanyaan dari 20 soal yang diberikan (>60%-75%).

c. Kurang, apabila responden dapat menjawab benar < 12 pertanyaan

dari 20 soal yang diberikan (<60%).

26

Page 27: BAB I (KTI)

Skala Ukur : Ordinal

Alat Ukur : Kuesioner

3.2.2.2. Pendidikan

Pendidikan adalah pendidikan ibu terakhir secara formal yang

diperoleh ibu atau pendidikan tertinggi yang pernah diselesaikan ibu

sesuai dengan jawaban responden pada kuesioner, dengan kategori :

a. Pendidikan dasar : SD, SMP, sederajat

b. Pendidikan menengah : SMU, SMK, sederajat

c. Pendidikan Tinggi : Diploma, Perguruan tinggi

Skala Ukur : Ordinal

Alat ukur : Kuesioner

3.2.2.3. Umur

Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak

dilahirkan sampai penelitian dilakukan, dengan kategori :

a. <20 tahun

b. 20-35 tahun

c. >35 tahun

Skala Ukur : Ordinal

Alat ukur : Kuesioner

27

Page 28: BAB I (KTI)

3.2.2.4. Sumber Informasi

Sumber Informasi adalah suatu data yang di dapat ibu tentang

ASI atau produksi ASI dengan kategori :

a. Petugas Kesehatan : Perawat, bidan, dokter

b. Media massa : Cetak dan elektronik

c. Lingkungan : Tetangga, keluarga, teman

Skala Ukur : Nominal

Alat Ukur : Kuesioner

3.3. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu

dengan produksi ASI.

2. Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan ibu dengan

produksi ASI.

3. Ada pengaruh yang signifikan antara umur ibu dengan produksi

ASI.

4. Ada pengaruh yang signifikan antara sumber informasi dengan

produksi ASI.

3.4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan

data primer yaitu pembagian kuesioner kepada responden untuk

28

Page 29: BAB I (KTI)

mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam

memproduksi ASI di Klinik Lista Tahun 2012.

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Lista dengan pertimbangan

yaitu :

1. Klinik ini merupakan lahan praktek mahasiswa dan merupakan

tempat dimana peneliti pernah praktek.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ibu Menyusui Dalam Memproduksi ASI di Klinik

Lista ini.

3.5.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari pengajuan judul pada

bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.

3.6. Populasi dan Sampel

3.6.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui di klinik

Lista Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2012 sebanyak 34 orang.

29

Page 30: BAB I (KTI)

3.6.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan total sampling yaitu seluruh ibu menyusui

yang ada di Klinik Lista Kecamatan Hamparan Perak seluruhnya

dijadikan sampel.

3.7. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.7.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner secara langsung

oleh ibu menyusui.

3.7.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian

kuesioner oleh responden. Responden dikumpulkan di Klinik Lista.

Sebelumnya responden diberikan penjelasan tentang cara

pengisian kuesioner pada responden dan menanyakan bila ada

hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden. Setelah itu kuesioner

dikumpul lalu dilakukan pengolahan data.

30

Page 31: BAB I (KTI)

3.8. Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Memeriksa kelengkapan data-data yang telah terkumpul.

Berdasarkan hasil pengecekan seluruh kuesioner telah dijawab

responden dengan lengkap sehingga tidak dilakukan data ulang.

b. Coding

Merubah data yang sudah di edit ke dalam bentuk angka, dimana

nama responden diubah menjadi kode responden sehingga lebih

mudah dan sederhana.

c. Scoring

Skor dilakukan pada setiap jawaban responden, selanjutnya

dihitung nilai yang diperoleh responden keseluruhannya, kemudian

dikelompokkan dengan aspek pengukuran.

d. Tabulating

Untuk mempermudah dalam pengolahan data serta pengambilan

kesimpulan, maka seluruh data ditabulasikan ke dalam tabel

distribusi frekuensi.

31

Page 32: BAB I (KTI)

3.8.2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Analisis data univariat

Analisis data univariat ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi atau besarnya populasi atau variabel

independen dan variabel dependen sehingga dapat diketahui

variasi dari masing-masing variabel.

b. Analisis data bivariat

Analisis data bivariat ini digunakan untuk melihat pengaruh

pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan informasi dengan

produksi ASI dengan menggunakan uji statistic chi-square.

Adapun rumus chi-square yang digunakan adalah sebagai berikut :

x2=∑❑(0−E )2

E

Keterangan :

x² = Chi square

0 = Nilai hasil observasi

E = Nilai yang diharapkan

32