24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seperti kita ketahui bahwa angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi masih sangat tinggi di negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat.Rencana startegi DEPKES tahun 2005 -2009 telah ditetapkan target penurunan angka kematian bayidari 35 menjadi 26/1000 kelahiran hidup dan angka kematianibudari 307 mnenjadi 226/100 kelahiran hidup pada tahun 2009. Pemerintah telah bertekat untuk menurunkan AKI pada tahun 2010 menjadi 125/100000 kelahiran hidup.Untuk mencapai target tersebut diperlukan suatu strategi yang handal peran serta seluruh lapisan masyarakat. Pada konfrensi tingkat tinggi perserikatan bangsa-bangsa padatahun 2000 disepakati bahw aterdapat 8 tujuan pembanguna nmilenum (MDGS) pada tahun 2015.Dua diantara tujuan sasaran dan indicator yang terkait dengan kesehatan ibu bayi dan anak yaitu: 1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar 2/3 dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiranhidup. 2. Mengurangi angka kematian ibusebesar 3/4 dari AKI pada tahun 1990 dari 307 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup. Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi namun tetap dapat dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan dan system yang efekif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini.

BAB I -BAB VI PONEK

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Seperti kita ketahui bahwa angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi masih sangat tinggi di negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat.Rencana startegi DEPKES tahun 2005 -2009 telah ditetapkan target penurunan angka kematian bayidari 35 menjadi 26/1000 kelahiran hidup dan angka kematianibudari 307 mnenjadi 226/100 kelahiran hidup pada tahun 2009. Pemerintah telah bertekat untuk menurunkan AKI pada tahun 2010 menjadi 125/100000 kelahiran hidup.Untuk mencapai target tersebut diperlukan suatu strategi yang handal peran serta seluruh lapisan masyarakat. Pada konfrensi tingkat tinggi perserikatan bangsa-bangsa padatahun 2000 disepakati bahw aterdapat 8 tujuan pembanguna nmilenum (MDGS) pada tahun 2015.Dua diantara tujuan sasaran dan indicator yang terkait dengan kesehatan ibu bayi dan anak yaitu:

1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar 2/3 dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiranhidup.

2. Mengurangi angka kematian ibusebesar 3/4 dari AKI pada tahun 1990 dari 307 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup. Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi namun tetap dapat dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan dan system yang efekif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (30%), eklamsi (25%), infeksi (12%), dan abortus (5%). Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah BBLR (25%), asfiksia (27%), daninfeksi (20%). Pelayanan obstertri dan neonatal regional merupakan upaya penyedian pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk PONEK di rumah sakit.

Standar operasional kebidanan adalah bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan dalam kegiatan teknis pelayanan kebidanan diperlukan prosedur yang terstandar agar pelayanan yang diberikan dapat terukur dan tepat guna sehingga penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapakan dapat dihindari seminimal mungkin.Tentunya juga didukung oleh tenaga kebidanan yang terampil dan profesional.

Pelayanan kebidanan berkualitas diruang Obgyn merupakan salah tujuan yang ingin dicapai sehingga pelayanan prima yang menjadi Misi di RS.StellaMarisserta menjadi rumah sakit terbaik di Sulawesi Selatan dapat diraih pula.BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. DATA DASAR RS. STELLA MARIS TAHUN 2011

1. Nama Rumah Sakit: RS. Stella Maris

2. Pemilik

: Tarekat Soc. JMJ Indonesia

3. Penyelenggara

: Yayasan Ratna Miriam

4. Direktur

: dr. Thomas Soharto, MMR

5. Status Kepemilikan: Swasta Katolik

6. Kategori

: Rumah Sakit Umum

7. Type/Kelas

: B / Utama

8. NomorKode R.S: 7 3 7 1 0 6 3

9. Tanggal Didirikan: 8 Desember 1938

10. Diresmikan

: 22 September 1939

11. Kegiatan dimulai: 7 Januari 1940

12. Surat Ijin Penyelenggaraan:

a. Nomor: H.K.07.06/III/4034/08

b. Tanggal: 7 Nopember 2008 7 Nopember 2013

c. Oleh: Dirjen YanMedik Departemen Kesehatan RI

d. Status: Ijin Tetap-Perpanjangan (5 tahun)

13. Surat Ijin Pemakaian Radiasi (X-Ray):

a. Toshiba (Mobile)

: 02088.1.204.00000.190711

b. Hitachi (Fluoroskopi): 005024.1.204.00000.190711

c. Siemens Polymobil Plus: 020.889.1.204.00000.190711

d. Dari

: Badan Pengawas Tenaga Nuklir

e. Masa Berlaku

: 2 (dua) tahun

14. Sertifikat Akreditasi:

a. Yang baru

: Sementara dalam proses

b. Yang lama

1) Nomor

: YM.00.03.3.5.8728

2) Tanggal: 10 September 1998

3) Status

: Akreditasi Penuh

4) Dari

: Depertemen Kesehatan RI

5) Masa berlaku: 3 (tiga) tahun

15. Alamat: Jl. Somba Opu No. 273, Kelurahan Losari, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan, Kode Pos 90001

16. Telepon

: (0411) 854-341, 871-391, 873-346

17. Faximile

: (0411) 859-545

18. Email

: [email protected]. Luas tanah

: 1,99537 ha

20. Luas Bangunan: 14.658 m221. Sumber Air Bersih:

a. Air PAM, kapasitas 5 liter/detik

b. Air tanah (dangkal)

22. Sumber Tenaga Listrik:

a. PLN, kapasitas 3 x 335 KVA

b. Generator, kapasitas 3 x 125 KVA

23. Kapasitas TT Rumah Sakit

B. HISTORICAL RS. STELLA MARIS

Terbentuknya RS. Stella Maris bermula dari nilai Kasih yang tulus dan membuahkan cita-cita luhur yang membuat keprihatinan dan kepedulian akan penderitaan orang-orang kecil yang kurang mampu. Oleh karena itu, sekelompok Suster JMJ Komunitas Rajwali mewujudkan kasih dan cita-cita tersebut ke dalam suatu rencana untuk membangun sebuah Rumah Sakit Katolik yang berpedoman pada nilai-nilai Injil.

Dalam perkembangannya, Rumah Sakit Stella Maris Makassar memiliki 6 masa lintasan dalam sejarah Rumah Sakit Stella Maris. Adapun 6 masa yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Masa Pembangunan (1938-1939)

Masa ini lebih merupakan masa awal berdirinya RSSM yang diawali dengan pembelian sebidang tanah oleh suster JMJ (Jesus-Maria-Josef) di jalan Strandsweg (Penghibur), jalan Datuk Museng, dan Arensweg (Lamadukelleng). Tanah ini dibeli dari De Heer de Munnik. Selanjutnya dilakukan pembangunan Rumah Sakit, dan akhirnya pada 22 September 1939, Rumah Sakit ini diresmikan yang ditandai dengan peresmian Gedung R.K.Z (Room Katoliek Ziekenhuis) atau Rumah Sakit Katolik Stella Maris, dengan kapasitas 40 tempat tidur, masing-masing 20 untuk penderita kurang mampu dan 20 untuk penderita yang mampu.2. Masa Pertumbuhan (1939-1942)

Pada masa ini, Rumah Sakit Stella Maris dikelola secara sangat sederhana dengan fasilitas yang masih minim. Bahkan pada masa ini, belum ada Direktur Rumah Sakit. Untuk pelayanan, Rumah Sakit masih perlu mendatangkan dr. Smit dan perawatnya dari Rumah Sakit Tentara. Pada masa ini, masyarakat mulai mengenal Rumah Sakit ini sebagai R.K.Z (Room Katoliek Ziekenhuis) atau Rumah Sakit Katolik Stella Maris.

3. Masa Pendudukan (1942-1945)

Pada masa ini, Rumah Sakit Stella Maris dikuasai oleh Tentara Jepang, sehingga namanya diganti menjadi Makassar Minseibo Bioing (Rumah Sakit Daerah Makassar). Meskipun demikian, fungsinya masih tetap untuk melayani masyarakat, bahkan berfungsi juga sebagai temapt pendidikan perawat. Selain itu, pada masa ini Rumah Sakit Stella Maris telah dilengkapi dengan bagian-bagian seperti: Bedah Umum, Gynekologi, Interna, dan THT. Namun demikian, masa inilah merupakan satu-satunya masa yang menegangkan, karena para perawat dan pegawai Rumah Sakit tidak dapat bekerja dengan tenang dan aman karena berada di bawah kekejaman perang yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawa. Selama masa pendudukan yang menegangkan ini, Rumah Sakit berada di bawah kepemimpinan dr. Azzuma yang berkebangsaan Jepang.

4. Masa Peralihan (1945-1947)

Pada masa ini, manajemen Rumah Sakit Stella Maris beralih dari Jepang ke tentara sekutu di bawah kendali Pemerintah Hindia Belanda, dengan pimpinan dr. HAPC Oomen. Rumah sakit ini sempat harus menampung para mantan tawanan Jepang (interneren) dari bangsa, lapisan dan usia. Mereka umumnya diserang penyakit beri-beri, disentri dan lain-lain. Beberapa diantaranya tidak sanggup berjalan dan terpaksa merangkak seperti anak kecil. Namun demikian, untuk tetap memberikan pelayanan yang baik, perlengkapan Rumah Sakit ditata kembali dan dilengkapi, antara lain: tempat tidur, meubelair, alat tenun, verband, instrument, obat-obatan dan lain-lain.5. Masa Perjuangan Untuk Pengembalian (1947-1948)

Masa perjuangan pengembalian yang dimaksud adalah pengembalian Rumah Sakit Stella Maris dari Pemerintah c.q. Departemen Kesehatan NIT kepada para suster JMJ. Perjuangan pengembabalia Rumah Sakit Stella Maris kepada para suster JMJ. Pada masa ini, Rumah Sakit Stella Maris masih dipimpin oleh dr. HAPC.Oomen.

6. Masa Pembenahan dan Pengembangan (1948-Kini)

Pada masa ini, untuk mempertahankan eksistensi Rumah Sakit Stella Maris, pengadaan tenaga-tenaga pun dilakukan antara lain dengan cara pemberian bea siswa, dan mendirikan sekolah keperawatan yang dikelola oleh Rumah Sakit sendiri. Selain itu, untuk memperlancar pelayanan kepada pasien, yayasan mendirikan asrama pegawai dalam kompleks Rumah Sakit, sehingga perawat selalu siap setiap saat bila dibutuhkan. Kapasitas Rumah Sakit berangsur-angsur ditingkatkan. Demikian halnya dengan pengadaan berbagai fasilitas medic yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran. Tradisi dokter jaga Rumah Sakit mulai dirintis sejak tahun 1965. Pada masa ini , dr. J. L. Makaleuw menjadi direktur rumah sakit Stella Maris terlama, yakni sejak tahun 1948 -1987, kemudian dilanjutkan oleh dr. Piet Nara (1987-2003), dr. Victor Trigno (2003-2008) dan dr. Thomas Soharto, MMR (2008-sekarang).

Dalam pemberian pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Stella Maris Makassar tetap memperhatikan fungsi sosialnya dengan ikut berperan serta dalam program Pemerintah, yaitu Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), meskipun sekarang ini Rumah Sakit Stella Maris memiliki orientasi profit, mengingat statusnya sebagai salah satu Rumah Sakit Swasta di Makassar.

BAB III

VISI, MISI, FALSAFAH, TUJUAN

VISI, MISI, DAN TUJUAN1. VISI

Pada Tahun 2015 tercapainya Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) yaitu:

Mengurangi Angka Kematian Bayi dan Balita sebesar dua pertiga dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup

Mengurangi Angka Kematian Ibu sebesar tiga per empat dari AKI pada tahun 1990 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup

2. MISI

Menyelenggarakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal yang bermutu melalui standarisasi Rumah Sakit PONEK 24 jam dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia

3. TUJUAN

1. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen dalam pelayanan PONEK

2. Terbentuknya Tim PONEK Rumah Sakit

3. Tercapainya Kemampuan teknis Tim PONEK sesuai standar

4. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola dan penanggung jawab program pada tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat dalam manajemen program PONEK.

BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAYANAN PONEK

BAB VI

URAIAN JABATANPONEK merupakan program menurunkan angka kematian ibu dan bayi (maternal neonatal) dan meningkatkan pelayanan Ibu dan Bayi yang mempunyai masalah komplikasi persalinan dan kelahiran kurang bulan sangat diperlukan, sehingga diperoleh dukungan faktor keterampilan tenaga kesehatan khususnya PONEK serta pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang berkualitas di Rumah Sakit.Oleh karena itu, kelancaran proses pelayanan kesehatan PONEK 24 jam yidak lepas dari peran para penanggung jawab didalam mengatur proses kelancaran tugas yang bertujuan untuk:

1. Mendapatkan perumusan tugas pokok dan fungsi dari setiap unit kerja, sehingga tidak terjadi duplikasi, tumpang tindih, kekaburan wewenang wewenang dan pertanggungjawaban serta menghindari terjadinya pemborosan waktu dan tenaga.

2. Supervisi dan pengawasan dapat berjalan dengan semestinya dan mudah dilaksanankan

3. Hubungan kerja sama antara unit kerja yang satu dengan yang lain, baik secara structural maupun ditingkatkan pelaksana menjadi jelas/tidak kabur.

4. Terjadi hubungan kerja sama yang baik antara satu unit kerja yang satu dengan yang lain dengan memperhatikan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.

Dengan memperhatikan seluruh manfaat seperti yang telah diuraikan diatas, maka uraian tugas setiap penanggung-jawab dan pelaksana didalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut :Nama JabatanKETUA TIM PONEK

PengertianPelayanan Emergency Maternal dan Neonatal

PersyaratanA. Pendidikan: SpOG

Tanggung jawabSecara struktural bertanggung jawab kepada TIM PONEK terhadap: Kebenaran dan ketepatan rencana kerja Ketua Tim. Kebenaran dan ketepatan laporan kegawatdaruratan Kebenaran dan ketepatan kebutuhan anggaran PONEK

WewenangDalam melaksanakan tugasnya Kepala Ketua Tim mempunyai wewenang sebagai berikut: Meminta informasi dan pengarahan kepada kepada anggota Memberi pengarahan dan bimbingan dalam pemberian pelayanan kegawatdaruratan Memberi pengarahan terhadap pelatihan. Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan, dan menilai mutu anggota tim. Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang Ketua Tim

Uraian TugasA. Melaksanakan fungsi perencanaan dengan cara: Merencanakan dan menyusun serta menetapkan sistematika pelayanan kegawatdauratan Merencanakan dan menyusun serta menetapkan sistematika pengembanganpelatihan anggota tim PONEK. Merencanakan dan menyusun serta menetapkan sistematika Anggaran PONEK. B. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan dengan cara: Menyusun rencana strategi jangka panjang dan jangka pendek wadir keperawatan. Menyusun program kerja PONEK Melaksanakan rapat koordinasi anggota tom PONEK.C. Melaksanakan fungsi pengawasan dan evaluasi Mengevaluasi mutu pelayanan kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA

Keterangan :

Pasien Pelayanan Eemergency Maternal dan Neonatal masuk melalui UGD, setelah dokter Ugd memeriksa keadaan umum pasien maka keluarga pasien di anjurkan untuk memBuat status rawat inap lalu setelah itu perawat UGD akan mengantar pasien ke ruangan yg terkait seperti Kamar Bersalin, Kamar Operasi, dan ICU - ICCU

BAB VIII

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

NOJenis TenagaTugasJumlah

1Dokter Spesialis Obstetri dan GinekologyPenanggung jawab pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal1

2Dokter Spesialis AnakPelayanan kesehatan neonatal1

3Dokter AnastesiPelayanan Anastesi1

4Bidan KoordinatotKoordinator asuhan pelayanan kesehatan1

5Bidan PelaksanaPelayanan asuhan kebidanan2

6Petugas LaboratoriumPelayanan pemeriksaan penunjang1

BAB IX

KEGIATAN ORIENTASI

Dalam menjalankan aktivitas usahanya, organisasi atau perusahaan harus mampu bersifat dinamis. Hal ini mengandung pengertian bahwa perusahaan harus senantiasa mampu beradaptasi dengan segala keadaan yang terjadi, dan atau mungkin terjadi dalam lingkungan usahanya. Demikian pula halnya dengan Rumah Sakit, dimana dalam menjalankan aktivitas usahanya Rumah Sakit senantiasa dapat bersifat dinamis terhadap perubahan pola penyakit di lingkungan masyarakat, perilaku konsumen dalam memperoleh pelayanan kesehatan, kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan, dan perkembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi, baik dalam pelayanan medis maupun yang bersifat penunjang dalam aktivitas pelayanan di Rumah Sakit.

Dengan demikian, Rumah Sakit memerlukan adanya pengembangan kapabilitas untuk Sumber Daya Manusia yang dimilikinya untuk menghadapi segala perubahan yang dapat terjadi, khususnya terkait dalam pelayanan kesehatan. Pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui program Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan dari setiap unit pelayanan, terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

Dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia di Ruang Perawatan Rumah Sakit Stella Maris dipandang perlu untuk memberikan orientasi/ pengenalan berbagai macam hal kepada pegawai baru yang akan bekerja di Ruang Perawatan. Bimbingan orientasi dilakukan dalam jangka waktu tertentu secara kontinu.

Kegiatan orientasi pegawai yang baru betugas di ruang perawatan Rumah Sakit Stella Maris agar dalam menjalankan tugasnya selalu sesuai dengan prosedur yang berlaku meliputi :

WAKTUMATERIINSTRUKTUR

Minggu I dan II Ucapan Selamat Datang di Ruang Perawatan

perkenalan dengan TIM PONEK tujuan PELAYANAN PONEK Struktur organisasi PELAYANAN PONEK Tujuan, Visi dan Misi TIM PONEKKetua Tim PONEK

BAB X

RAPAT

A. Pengertian

Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki kepentingan an dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu masalah tertentu.

B. Tujuan

i. Umum :

Dapat membantu terselenggaranya pelayanan PONEK

ii. Khusus :

a. Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan pemberian pelayanan PONEK

b. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan pelayanan PONEK

C. Kegiatan Rapat

I. Pertemuan Harian:

a. Membentuk Tim PONEK

b. Membuat Program pelayanan kegawatdaruratan.

c. Membuat buku Panduan

d. Membuat SPO PONEK

E. Membuat Anggaran PONEK

BAB XI

PELAPORANA. Pengertian

Pelaporan merupakan sistim atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala bentuk kegiatan yang ada terkait dengan pemberian pelayanan kegawatdaruratan

B. Jenis Laporan

Laporan dibuat oleh kepala ruang. Adapun jenis laporan yang dikerjakan terdiri dari

1. Laporan Bulanan/Tahunan

a. Laporan pelayanan kegawatdaruratan:

1. Mal Posisi

2. Abortus

3. Pre-Eklamsia/Eklamsi

4. BBLR

5. KET

6. Asfiksia

BUKU

PEDOMAN PERORGANISASIANBAGIAN MELLENIUM DEVELOPMENT GOLS

Disusun Oleh :

MDGS

RUMAH SAKIT STELLA MARIS

MAKASSAR

2015Staf Medis Pelaksanaan PONEK

Ketua Tim PONEK

Sekretaris Tim PONEK

Pelayanan

Maternal

Pelayanan

Neonatal

Pelayanan Rawat Gabung

Penyuluhan PONEK

PONEK

UGD

KAMAR BERSALIN

KAMAR OPERASI

ICU - ICCU

LABORATORIUM