26
Mutia Ulfah 40613802 3 BAB I PENDAHULUAN Fungsi utama uterus adalah sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya janin. Namun, uterus juga memiliki fungsi lain diantaranya pada siklus menstruasi uterus berperan dengan peremajaan endometrium, berkontraksi terutama pada proses persalinan dan setelah persalinan 1 . Uterus juga berfungsi dalam fisiologi pemeliharaan kehamilan, penerimaan graft janin, dan memulai proses kelahiran serta pemeliharaan persalinan. Gangguan, aktivasi, atau perangsangan endometrium uterus pada masa kehamilan dapat menyebabkan abortus atau kelahiran lebih awal 2 . Fungsi-fungsi tersebut merupakan fungsi esensial untuk proses reproduksi pada wanita tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan proses fisiologis wanita. Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan 1 Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 20 Oktober – 27 Desember 2014 1

BAB I (Autosaved)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rgre

Citation preview

Mutia Ulfah406138023

BAB IPENDAHULUANFungsi utama uterus adalah sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya janin. Namun, uterus juga memiliki fungsi lain diantaranya pada siklus menstruasi uterus berperan dengan peremajaan endometrium, berkontraksi terutama pada proses persalinan dan setelah persalinan1. Uterus juga berfungsi dalam fisiologi pemeliharaan kehamilan, penerimaan graft janin, dan memulai proses kelahiran serta pemeliharaan persalinan. Gangguan, aktivasi, atau perangsangan endometrium uterus pada masa kehamilan dapat menyebabkan abortus atau kelahiran lebih awal 2. Fungsi-fungsi tersebut merupakan fungsi esensial untuk proses reproduksi pada wanita tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan proses fisiologis wanita.Pada saat wanita hamil, hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan, terutama pada organ kandungan dan juga organ lain. Uterus akan mengalami pertumbuhan yang fenomenal pada trimester pertama berlanjut sebagai respon terhadap stimulus kadar estrogen dan progesteron yang tinggi 3. Ukuran uterus akan membesar akibat hipertopi dan hiperplasia otot polos, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopis agar uterus mampu mengakomodasi pertumbuhan janin. Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan adalah 30 x 25 x 20 cm.Selain bertambah besar, uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk, dan posisi. Pada masa kehamilan, berat uterus akan naik secara luar biasa, dari sekitar 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir masa kehamilan 1. Perubahan bentuk uterus yang terjadi pada minggu ke-7 kehamilan adalah menjadi sebesar telur ayam negeri; pada minggu ke-10 uterus menjadi sebesar buah jeruk; pada minggu ke-12 uterus mencapai ukuran grapefruit 3. Hingga kehamilan minggu ke-40 terjadi perubahan yang sangat besar pada uterus baik dari segi panjang, lebar, kedalaman, berat, dan volume.Setelah proses persalinan, uterus akan kembali ke bentuk semula seperti saat sebelum hamil. Proses ini disebut dengan proses involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos3.

BAB IIINVOLUSI UTERUSDEFINISIInvolusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yangmenyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasipada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanyadianggap sebagai perubahan puerperium 4. Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-ototpolos uterus 5.Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/ endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan lokasi uterus yang ditandai dengan warna dan jumlah lokia 4.MEKANISME NORMAL KONTRAKSI UTERUSMekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara yaitu :(1) Kontraksi oleh ion kalsium Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein pengaturan yang lain yang disebut kalmodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan ion kalsium berkaitan dengan kalmodulin. Kombinasi kalmodulin + ion kalsium bergabung dan sekaligus mengaktifkan miosin kinase yaitu enzim yang melakukan fosforilasi sebagai respon terhadap miosin kinase. Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-pelepasan kepala miosin dengan filamen aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala miosin memiliki kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan filamen aktin dan bekerja melalui seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga mengghasilkan kontraksi otot uterus.(2) Kontraksi yang disebabkan oleh hormon Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin, norepinefrin, angiotensin, endhothelin, vasoperin, oksitonin, serotonin, dan histamine. Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi berulang yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi kontraksi pada otot uterus 6 . Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling mempengaruhi antara satu dan yang lain, sehingga memberikan akibat besar terhadap jaringan otot-otot uterus. Dengan demikian proses involusi terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula. Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual. Artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit7 .PROSES INVOLUSI UTERUSPada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawabuntuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uteruspada masa prenatal tergantung pada hiperplasia, yaitu peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisis. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : Autolisis. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan ototyang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semuladan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yangberlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibroelastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.Atrofi jaringan. Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasimenjadi endometrium yang baru.Efek Oksitosin ( Kontraksi ). Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitoksin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskular segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitoksin karena isapan bayi pada payudara 3 8.Tinggi fundus diukur serta dicatat setiap hari dan fundus dipalpasi dua kali sehari untuk memastikan bahwa uterus mengalami kotraksi dengan kuat serta terletak ditengah. Ibu harus mengosongkan kandung kemihnya sebelum pemeriksaan fundus dilakukan. kandung kemih yang penuh akan mendorong uterus ke atas dan menghalangi kontraksi uterus yang kuat. Tinggi fundus berkurang sebanyak kurang lebih satu centimeter per hari sampai fundus uteri tidak teraba lagi lewat abdomen yang biasanya pada hari ke-11 atau ke-12 9.Perubahan letak dan ukuran uterus pada periode postpartum dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tinggi Fundus dan Berat Uterus menurut Masa InvolusiInvolusi Uterus Tinggi fundus UteriBerat Uterus

Bayi LahirSetinggi Pusat1000 gram

Uri Lahir2 Jari di bawah pusat750 gram

1 mingguPertengahan Pusat Simfisis500 gram

2 mingguTidak Teraba di atas simfisis350 gram

6 mingguBertambah kecil50 gram

8 mingguSebesar Normal 30 gram

Gambar 1. 1

Gambar 2.

Gambar 3.Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa kehamilan. Pada periode postpartum, terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan terjadinya autolisis atau perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.Perubahan lain yang terjadi pada uterus adalah perubahan kontraksi. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Selama satu sampai dua jam pertama postpartum, intensitas kontraksi uterus berkurang dan menjadi tidak teratur 3. Tonus otot yang berkontraksi dan berelaksasi secara periodik dapat menimbulkan rasa nyeri setelah melahirkan. Rasa nyeri tersebut akan semakin meningkat dengan kegiatan menyusui dan pemberian oksitosin tambahan karena keduanya merangsang kontraksi uterus 3.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVOLUSI UTERUSProses serta lamanya involusi uterus pada ibu postpartum tidak sama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses involusi uterus, diantaranya:Senam nifas merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang menjalani masa nifas. Tujuan senam adalah mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selamamasa nifas, memperkuat otot perut, otot dasar panggul, dan memmemperlancar sirkulasi pembuluh darah , membantu memperlancarterjadinya proses involusi uteri.Mobilisasi dini ibu post partum merupakan suatu gerakan yang dilakukan bertujuan untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring , miring-miring, duduk sampai berdiri sendiri setelah beberapa jam melahirkan.Tujuan memperlancar pengeluaran lokia ( sisa darah nifas ), mempercepatinvolusi, melancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ perkemihan, memperlancar peredaran sirkulasi darah .Menyusui dini. Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya proses involusi uteri karena dengan memberikan Air Susu Ibukepada bayi segera setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus.Gizi. Merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yangdikonsumsi, secara normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ - organ, serta menghasilkan energi 10.Pengosongan kandung kemih. Setelah proses persalinan, kandung kemih harus tetap kosong untuk mencegah uterus berubah posisi dan atoni uteri 4. Kandung kemih yang kosong membantu uterus tetap berkontraksi dengan baik sehingga proses involusi uterus menjadi cepat.Psikologis. Terjadi pada pasien post partum atau baby blues merupakan perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal , kadar estrogen, progesteron, prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu post partum memberikan efek supresi pada aktifitas enzim monoaminoksidase yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan baik noradrenalin maupun serotonin yang memberikan efek padasuasana hati dan kejadian depresi pada ibu post partum .Faktor usia. Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas akan berkurang..Faktor paritas. Ukuran uterus primipara dan multipara juga mempengaruhi proses berlangsungnya involusi uterus 11 5.PEMERIKSAAN UTERUSPemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi.Penentuan lokasi uterus dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah abdomen atau bergeser kesalah satu sisi.Penentuan ukuran Tinggi Fundus Uterus (TFU) dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah atau dengan menggunakan meteran kertas atau pelvimeter. Untuk meningkatkan ketepatan pengukuran, pengukuran sebaiknya dilakukan oleh orang yang sama 3.Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri adalah apakan kandung kemih dalam keadaan kosong atau tidak dan bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam keadaan kontraksi atau rileks. Penelitian juga menunjukkan bahwa posisi wanita saat dilakukan pengukuran tinggi fundus juga berpengaruh terhadap hasil pengukuran 3. Ada dua cara pengukuran tinggi fundus uteri yang biasa dilakukan. Kedua cara ini dibedakan berdasarkan penempatan meteran. Cara tersebut adalah 3: a) Meteran dapat diletakkan di bagian tengah abdomen wanita dan pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis pubis sampai ke batas atas fundus. Meteran pengukur ini menyentuh kulit sepanjang uterus. b) Salah satu ujung meteran diletakkan di batas atas simfisis pubis dengan satu tangan; tangan lain diletakkan di batas atas fundus. Meteran diletakkan di antara jari telunjuk dan jari tengah dan pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari mengapit meteran. Penentuan konsistensi uterus. Ada dua ciri konsistensi uterus yaitu uteruskeras teraba sekeras batu dan uterus lunak dapat dilekukkan , terasa mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masase pada uterus 4. Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut subinvolusi.Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terhambat , bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya : Tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus uterus teraba lunak dan kontraksinya buruk sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar lokia rubra banyak, persisten, dan berbau busuk 8.

BAB IIIRESUMESesaat setelah melahirkan plasenta atau Kala III berakhir, uterus telah mengalami proses pengecilan uterus atau involusi uterus. Proses ini berguna untuk mengembalikan uterus ke ukuran semula sebelum terjadinya kehamilan. Proses involusi uterus ini dipengaruhi oleh Autolisis., Atrofi jaringan dan Efek Oksitosin ( Kontraksi ). Fakto faktor eksternal yang mempengaruhi involusi uterus adalah Senam nifas , Mobilisasi dini , Menyusui dini, Gizi, Pengosongan kandung kemih, Psikologis, Faktor usia dan Faktor paritas. Untuk mengetahui apakah involusi uterus terjadi dengan baik, dilakukan beberapa pemeriksaan uterus yaitu Penentuan lokasi uterus , Penentuan ukuran Tinggi Fundus Uterus (TFU) dan Penentuan konsistensi uterus. Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri adalah apakan kandung kemih dalam keadaan kosong atau tidak dan bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam keadaan kontraksi atau rileks. Penelitian juga menunjukkan bahwa posisi wanita saat dilakukan pengukuran tinggi fundus juga berpengaruh terhadap hasil pengukuran Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terhambat , bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya : Tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus, uterus teraba lunak dankontraksinya buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten, perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar, lokia rubra banyak, persisten, dan berbau busuk..

DAFTAR PUSTAKA1. Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.2. Cunningham. (1995). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.3. Bobak, 2004.Keperawatan Maternitas.Jakarta, EGC4. Varney, Helen. 2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.Jakarta, EGC, 20075. Ambarwati, Eny Retna & Diah Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia Offset.6. Guyton & Hall. (1994). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. 7. Christian, Gary D., (1996), Analytical Chemistry, edisi ke - , John Wiley & Sons Inc., New York.8. Wiknjosastro, Hanita. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP9. Farrer, Hellen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta: EGC.10. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan9Rumah Sakit Umum Daerah CibinongFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 20 Oktober 27 Desember 2014 9