54
BAB HI TEORI DASAR 1. STATIKA BENDA TEGAR Suatu benda tegar dikatakan berada dalam keseimbangan bila resultan semua gaya dan momen yang bekerja padanya adalah sama dengan nol maka benda tersebut akan tetap diam. Untuk memecahkan soal yang menyangkut keseimbangan, pertama-tama kita harus menggambarkan suatu diagram benda bebas dari benda tersebut yang menunjukkan semua gaya dan momen yang bekerja padanya. 2. DIAGRAM MOMEN LENTUR DAN GESER Momen lentur dan gaya geser yang telah dengan jelas ditentukan baik besar maupun arahnya, kita dapat dengan mudah mencatat nilainya pada tiap titik dari suatu balok yang menempatkan nilai ini bertentangan dengan jarak x yang diukur dari salah satu ujung balok. Grafik yang didapat dengan cara ini berturut-turut, diagram gaya geser dan diagram momen lentur. Sebagai suatu contoh suatu balok AB dengan bentang L yang ditumpu dengan sederhana ditujukan pada suatu beban

BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

BAB HI

TEORI DASAR

1. STATIKA BENDA TEGAR

Suatu benda tegar dikatakan berada dalam keseimbangan bila resultan

semua gaya dan momen yang bekerja padanya adalah sama dengan nol maka benda

tersebut akan tetap diam.

Untuk memecahkan soal yang menyangkut keseimbangan, pertama-tama

kita harus menggambarkan suatu diagram benda bebas dari benda tersebut yang

menunjukkan semua gaya dan momen yang bekerja padanya.

2. DIAGRAM MOMEN LENTUR DAN GESER

Momen lentur dan gaya geser yang telah dengan jelas ditentukan baik besar

maupun arahnya, kita dapat dengan mudah mencatat nilainya pada tiap titik dari

suatu balok yang menempatkan nilai ini bertentangan dengan jarak x yang diukur

dari salah satu ujung balok. Grafik yang didapat dengan cara ini berturut-turut,

diagram gaya geser dan diagram momen lentur. Sebagai suatu contoh suatu balok

AB dengan bentang L yang ditumpu dengan sederhana ditujukan pada suatu beban

Page 2: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

17

terpusat P, diterapkan pada titik tengah D. Pertama-tama kita tentukan reaksi pada

penumpu dari diagram benda bebas dari keseluruhan balok, kita temukan bahwa

besaraya tiap reaksi sesuai dengan P/2. Kemudian kita gambar diagram gaya geser

dan diagram momen lentur sehingga dapat diketahui gaya geser maksimum dan

momen lentur maksimum yang nantinya akan berguna untuk

perhitungan-perhitungan selanj utny a.

3. INERSIA

Dengan melakukan perhitungan inersia yang terdapat rumus inersia pada

lampiran 1, yang selanjutnya digunakan untuk mencari besaraya torsi.Dan untuk

mendapatkan besaraya torsi yang terjadi digunakan rumus :

T = I . a (3.1)

di mana

T = torsi (kg.mm)

I = inersia (kg.mm2)

a = percepatan sudut (rad/dt2)

dan besaraya a dapat dicari dengan rumus :

to = a . t (3.2)

di mana

(o = kecepatan sudut (rad/dt)

t =waktu(dt)

sehingga dengan demikian torsi yang terjadi dapat diketahui.

Page 3: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

18

4. RODA GIGI LURUS

Roda gigi lurus (Spur Gear) merupakan roda gigi yang paling dasar yang

pemakaiannya sebagai alat transmisi menduduki tempat terpenting disegala bidang

untuk mentransmisikan daya dan putaran. Roda gigi dengan diameter yang lebih

kecil disebut pinion sedang diameter yang lebih besar disebut gear dan mempunyai

gerakan putar yang terjadi dengan posisi poros sejajar.

Pada perhitungan roda gigi digunakan metode AGMA yang merupakan

modifikasi dari metode persamaan Lewis. Metode ini juga mempertimbangkan

faktor keamanan yang digunakan secara empiris dalam perhitungan desain.

4.1. Istilah Roda Gigi Lurus

Dalam perencanaan roda gigi, terdapat istilah-istilah untuk menentukan

bentuk dan dimensi roda gigi.

Diametral pitch P, menentukan ukuran gigi dari roda gigi, didefinisikan

sebagai jumlah gigi roda gigi N, (buah) dibagi dengan diameter lingkaran jarak bagi

d (in)

P = ^ - (3.3)

Jarak sumbu poros C (in), menyatakan jarak antara pusat roda gigi

berpasangan, didefinisikan dengan setengan jumlah diameter lingkaran jarak bagi d

(in).

Page 4: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

19

Rasio kecepatan i merupakan perbandingan kecepatan sudut roda gigi

pengerak n, (rpm) dengan kecepatan sudut roda gigi yang digerakkan n, (rpm).

Sudut tekan <j>, pada umumnya standar dari sudut tekan roda gigi 20° atau

25°. Tebal gigi b, pada umumnya antara 9/P sampai 13/P.

4.2. Analisa Gaya pada Roda Gigi

Gaya-gaya yang terjadi pada roda gigi lurus berupa gaya tangensial dan

radial seperti pada gambar 3.2.

Berdasarkan persamaan

T n Ft . (d/2)[12.Vp/(7I.d)] Hp =

63000 63000

F t . V p

di mana

Hp = daya (Hp)

F, = gaya tangensial (lb)

V = kecepatan linear jarak bagi (fpm)

Page 5: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

20

S t r e e t ts** Crmn

Bt«.No.lU

Gambar 3.1. Gaya pada Roda Gigi Lurus

Dalam mendesain, gaya tangensial diasumsikan konstan antara pasangan

roda gigi yang bergerak. Torsi yang bekerja menghasilkan gaya tangensial dengan

persamaan

T = F,f

Gaya normal F„ = F, / cos fy

Gaya radial Fr = FB. sin 4> • F,. tg 4>

(3.7)

(3.8)

(3.9)

Page 6: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

21

4.3. Kemampuan Daya Berdasarkan Kekuatan menurut AGMA

Daya yang diijinkan dihitung pada pinion dan gear kemudian daya terkecil

digunakan untuk perhitungan selanjutnya. Sehingga perhitungan kekuatan gigi dari

roda gigi adalah penting karena mempengaruhi kelelahan roda gigi tersebut.

Kemampuan daya berdasarkan kekuatan untuk pinion menurut AGMA adalah

hn = np . dp . S a t . b . J . K v . KL P 126000 . P . Km . Ks . K0 . KR . KT

V '

sedangkan untuk gear adalah

n g . d g . S a t . b . J . K y . K i , P 126000. P . K m . K s . K 0 . K R . K T ^ ;

di mana

np =putaranpadap/wo/7(rpm)

ng = putaran pada gear (rpm)

S,, = tegangan bending material yang diijinkan (psi)

b = tebal gigi (in)

J = faktor geometri

K^, = faktor dinamik

K, = faktor umur ekonomi

P = diametral pitch

K,,, • faktor distribusi beban

KB = faktor ukuran

K„ = faktor kelebihan beban

KR = faktor keamanan

K,. = faktor temperatur

Page 7: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

22

Untuk memudahkan pengertian dan penggunaannya akan dijelaskan lebih

lanjut mengenai faktor koreksi yang digunakan.

Tegangan bending material yang diijinkan untuk roda gigi standar ada

bermacam-macam karena dipengaruhi kualitas material, perlakuan panas dan

komposisi material. Pada tabel 3.1 ditunjukkan nilai dari tegangan bending

material menurut AGMA.

Faktor geometri, dipengaruhi bentuk gigi, posisi beban yang terjadi pada

roda gigi, konsentrasi tegangan dan distribusi beban antara satu atau lebih

pasangan gigi. Faktor geometri dapat dilihat pada tabel 3.2. Faktor dinamik,

tergantung pada jenis roda gigi. Besarnya dapat diperoleh dengan rumusan seperti

pada tabel 3.3.

Faktor umur ekonomi, mempengaruhi tegangan material yang diijinkan.

Faktor ini tergantung dari jumlah putaran yang terjadi selama penggunaan dan

dapat dilihat pada tabel 3.4. Faktor distribusi beban, timbul karena material yang

tidak uniform. Pada roda gigi lurus biasanya dianggap satu kesatuan (tabel 3.5).

Faktor beban lebih, faktor ini diperhitungkan karena pada umumnya gaya

tangensial merupakan nilai rata-rata beban yang ditransmisikan, sedang beban

maksimum sesungguhnya dapat lebih besar. Harganya dapat dilihat pada tabel 3.6.

Faktor keamanan, terkadang dikatakan sebagai faktor kepercayaan untuk

menanggung resiko kerusakan yang mungkin terjadi dan untuk memperpanjang

umur penggunaan (tabel 3.7).

Page 8: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

23

Steel

«

C«C Iron ACM A Crtde 20 ACM A Gr.de M ACM A Code *Q

Nodukr Iran ASTM Cnde M M O - I I ASTM Code 40-55-06

ASTM Cndc 100-700 J ASTM Cndc UO-«O-0:

l l M K A C M A l c ( i O T - i r 3 T I « l

Aluminum Bronte ASTM B - U I - J : Allor •C-H.T.

Hnl

TflUtftW*!

Hormtlkcd Quenched ind tempered Quenched and tempered Qu«ndi«d *nd temptied

C u t cjrburlitd Cite orburited

Induct Ian of Dune Herdeiwd. I i irdnra P i t t m A of \ Footnote 1 / H t rdna i t i t l t m 1 Of FceMnotc 1 J

N i l f t d t d A I S I 4 l * 0

'

Annealed

Hormellted Quenched lyid tempered

U.Hri.1 K~<~r-w Mi«.Tc«uk

StnnfUi

I4QBHN 110 BHN W 0 BUN 4S0BI IN

s s * . •0 A ,

J4A '

J4 A", i t Herdened furftci

3} A, c o e ' 300 BHN core

175 DHN MO BHN

40X00 pel

•0.000 H

S..V*

Spw.Hilial.M4 H m - i t o M

10-35.000 25-35.000 36-47.000 44-59.000

55-45.000 6O-J0.000

45-55.000*

JJjOOO

57-4IJOO0*

ill

15/500 M.000

26jCOO JO.OOO

1.700

23.600

lent

lljOOO 14.000 HjOOO 25.000

2 7 4 0 0 J0.0OO

15.500

20.000

2.700 4.600 7.000

4.000 H A W } .

I4JD00 UJOO

JjOOO

12X00

Footnote(I I • tome* w talk I or mi CM

'»*««»—-r r — « " » « > « • « • • • i » - J krai«.kM« n h i W.».-.«» m .

tabel 3.1 Kekuatan Gigi dari S/wr, Helical, Herringbone, dan Beve/Gear

Page 9: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

24

Number nf Teeth for H-hich J Is Doired

IS 16 17 IX 19 20 22

24 30 ««) 60 Ml

125 275

Teeth h

12

0.25 0.25 0.29 • 0.30 0.3 T 0.31 0.32 0.33 0.35 0.38 0.40 0.42 0.43 0.44

I Milling Gear

17

0.25 0.25 0.29 0.31 0.32 0.32 0.33 0.34

'0.37 0.39 0.42 0.43 0.45 0.46

25

0.25 0.25 0.2") 0.32 0.32 0.32 0.34 0.35 0.3X 0.40 0.43 0.45 0.46 0.4X

35

0.25 0.25 0.29 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.39 0.41 0.44 0.46 0.47 (J.49

SO

0.25 0.25 0.29 0.32 0.33 0.34 0.36 0.37 0.39 0.42 0.45 0.46 0.4.H 0.50

S5

0.25 0.25 0.29 0.32 0.34 0.35 0.36 0.37 0.40 0.43 0.46 0.48 0.49 0.51

Rack

0.25 0.25 0.29 0.32 0.36 0.37 0.38 0.39 0.42 0.45 0.48 0.50 0.52 0.54

fW .Mhor types of gears, refer to charts in A<iMA 225.01.

tabel 3.2 Faktor Geometri J, untuk Roda Gigi Lurus dengan <j> = 20°

Gear Application

Commercial spur (cars

Commercial helical gears

Large-planed spiral bevel gears' High-precision helical gears Shaved or ground spur gears

Formula

50

50 + 71

78 +

r in

1.

/F 78

+ {v

tabel 3.3 Faktor Dinamik, Cv dan K .

*

Number of Cycles

1.000 10.000 100.000 1 million 40 million 100 million

Spur and Helical Gears

250 (o 450 Bhn

3.0 to 4.0* 2.0 to 2.6* 1.6 to 1.8* I.I to 1.4* 1.0 1.0 to 0.9

Cxse carburized'

2.7 1 0 1.5 I.I 1.0 1.0 to 0.9

Bore •cars

Case carburited'

•i.6 3.1 2.1 1.4 1.0 1.0

"U>e the higher values for higher hardncuex.

tabel 3.4 Faktor Umur Ekonomi, KL

Page 10: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

25

Spur and Helical Gears • (Good Qualify Commercial. Accurately Mounted)

Face width, in. Spur

0 i o 2 6 9 16 and over

IJ 1.4 1.5 I.X

Hclicai

1.2 1.3 • 1.4 1.7'

Bevel Gears (Good Industrial Quality)

Both members One member Neither member straddle-mounted straddle-mounted straddle-mounted

1.00 to 1.10 1.10 to 1.25 1.25 to 1.40

tabel 3.5 Faktor Distribusi Beban, Km dan Cm

Power Source

Uniform Light Shock Medium Shock

Load on 1

Uniform

1.00 1.25

. 1.50

Driven Machine

Moderate shock

1.25 1.50 1.75.

Heavy shock

1.75 100 125 .

tabel 3.6 Faktor Beban Lebih, Ko dan Co

Requirements of Application - K„

Hifch reliability 1.50 la 3.00 Fewer than I failure in 100 1.00 to 1.25 Fewer than I failure in 3 0.70 to 0.R0

tabel 3.7 Faktor Keamanan, KR

Faktor temperatur, berpengaruh selama proses operasi. Untuk roda gigi

yang beroperasi pada temperatur kurang dari 250°F dikatakan uniform sehingga

dapat diambil K,. = 1, sedang persamaan untuk KT adalah

.. 460+ TF K T = - 6 2 0 - <312>

di mana TF adalah temperatur puncak pelumas saat operasi (°F)

Page 11: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

26

4.4. Kemampuan Daya Beidasarkan Tegangan Permukaan yang Diijinkan

menurut AGMA

Keausan dapat disebabkan oleh daya tahan/tegangan permukaan roda gigi

mempengaruhi kelelahan permukaan. Persamaan di bawah ini untuk menentukan

daya yang diijinkan dengan pertimbangan beban, ukuran gigi dan tegangan

terdistribusi.

. np . b . Cv . I /"Sac. dp . CL . CH^J 2

P 126000 . C s . Cm . C f . Col Cp . CT . CR J ( }

di mana

np = putaran pada pinion (rpm)

S,c = jumlah tegangan kontak yang diijinkan (psi)

b = tebal gigi (in)

dp = diamter jarak bagi pinion (in)

I = faktor geometri

Cv = faktor dinamik

Q = faktor umur ekonomi

Cp = faktor perbandingan kekerasan

Cm = faktor distribusi beban

Cf = faktor kondisi permukaan

Cs = faktor ukuran

C„ = faktor kelebihan beban

Cp = faktor elastik

C^ = faktor keamanan

Page 12: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

27

Cj. = faktor temperatur

Untuk memudahkan pengertian dan penggunaannya akan dijelaskan lebih

lanjut mengenai faktor koreksi yang digunakan.

Faktor material pinion dan gear, jenis perlakuan pada material dan tegangan

sisa adalah meaipakan fungsi dari jumlah tegangan kontak yang diijinkan . Harga

dari jumlah tegangan kontak yang diijinkan dapat dilihat dari tabel 3.8 yang

direkomendasikan oleh AGMA.

tbwwl

i

SWil

MM

ThlOwth hardoiuj

140 l k « : ->0 lk i i K » l k « 1<4 I k n « O S » «

UK,

«*.

FUnx or Mwction

J0«,

* T

1 <S-4JJOOO

I O i - l l i . 0 0 0 I:O-IJSJOOO l-U-140.000 !

I :O-I«XJ.OOO

I«O- :OOJ00O

XO-tZiJOCO

iia-tooxxo

I tUn«« H U N K

CJ«I #nw

AOMA fritK S3 ACMA # . ! < M ACMA fra«< *0

S o l u w mat

A«w«l«d

Oil «i**«ai «™l ! < » ( «

Sra««

Tin »«o«« .ACMA :cc lo­irs TW.I

AlwmiMm fcfOfU* ASTM • I 4 I - S I . AI IOT K-M.T . I

ITS aha M0Si>«

U S l h «

: i 0 Kkn

:SJ I k n

Tcfwlc Slrtxfth f t i l f t iMI

JOJOOO

•0.000

r *-

S0-"0j000 * J - - 1 J O O O

TI-tSOOQ

• 0 - 1 0 0 * of t h « J „

« « t « . « k Sh< um< k4r4Mt<

*~

yasxa

•Sjooo

l « « t «C«»-

tabel 3.8 Jumlah Tegangan Kontak yang Diijinkan, S,c

Faktor geometri merupakan suatu fungsi yang dipengaruhi beberapa faktor:

sudut tekan, rasio roda gigi. Untuk mendapatkan harga faktor geometri dapat

dilihat pada tabel 3.9.

Page 13: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

28

Ratio

• 1 i

3 4 5 6 7 1 9

to

Number o( Teeth on

16

0.075 0.089 0.096 0.102 0.104 0.106 0.10$ 0.109 0.110 0.110

24

0.077 0.099 0.108 0.114 0.118 0.121 0.124 0.125 0.123 0.126

Pinion

30

0.080 0.102 0.112 0.120 0.124 0.128 0.130 0.130 0.132 0.132

SO or more

0.080 0.108 0.120 0.128 0.134 0.13S 0.142 0.143 0.144 0.145

For 141 •d'circe full-depth teeth, approximate values can be obtained by multiplying the above values by O.S. For JO-dcjrce stub teeth, approximate values can be obtained by multiplying the above values by 0.95. Geometry factors for bevel, spiral bevcL and helical (caring can be found by rcferrini to the curves in AGMA 215.01.

tabel 3.9 Faktor Geometri I, untuk Roda Gigi Lurus dengan <j> = 20°

Faktor dinamik merupakan suatu fiingsi yang penting dari hubungan gigi

dalam pasangan. Faktor ini tergantung pada kecepatan linier pitch, kecepatan

sudut, inersia dan kekakuan massa yang berputar. Harga dari faktor dinamik dapat

dihitung berdasarkan rumusan pada tabel 3.3.

Faktor umur ekonomi untuk menentukan umur dari roda gigi yang akan

digunakan. Faktor ini tergantung pada jumlah putaran yang terjadi selama

penggunaan dan dapat dilihat pada tabel 3.10.

Cycles

10' s xci over 10* 10'

•I0«

Ck 1.0 1.15.

uo I J

tabel 3.10 Faktor Umur Ekonomi, CL

Faktor perbandingan kekerasan tergantung dari kekerasan material pada

pinion dan gear roda gigi. Faktor ini dapat dilihat pada gambar 3.2.

Page 14: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

29

i u

1.1:

1.10

1.08

1.06

1.04

l.0«

BfincK m p: j f

U c CM • I ,( K i\ ICM dun 1.2 AT - l-T

4 g 12 16

gambar 3.2 Faktor Perbandingan Kekerasan, CH

Faktor ukuran dipengaruhi oleh ukuran gigi roda gigi, daerah kontak gigi,

kekerasan dan perlakuan panas. Biasanya diambil seragam yaitu I.

Faktor distribusi beban, timbul akibat beban yang tidak terdistribusi secara

merata. Menurut AGMA, hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan pemotongan,

kesalahan pada sumbu putar dengan toleransi lubang, kesejajaran poros. Harga CTO

untuk roda gigi lurus dapat dilihat pada tabel 3.S.

Faktor kondisi permukaan merupakan faktor yang mempertimbangkan

pengeijaan akhir permukaan roda gigi. Biasanya diambil seragam untuk permukaan

dengan pengeijaan akhir yang bagus, sedang untuk pengeijaan akhir yang kasar

atau kemungkinan timbul tegangan sisa yang besar, harga Cf dapat mencapai 1.25

dan bila keduanya terjadi dapat mencapai 1,5.

Page 15: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

1111

30

Faktor kelebihan beban, akibat beban lebih selama operasi. Faktor

digunakan untuk menyesuaikan kelebihan beban saat pertama dijalankan dan atau

selama operasi. Harga Cn diambil sama dengan K„ dan dapat dilihat pada tabel 3.6.

Faktor elastisitas (koefisien elastik) ditentukan dengan elastisitas dari

material pinion dan gear. Koefisien ini dapat dilihat pada tabel 3.11.

Pinion Material and Modulus of Elasticity

Steel, 30 X 10* Cast iron, 19 X 10* Aluminum bronze, 17.5 X 10* Tin bronze, 16 X 10*

Cear Material and Modulus of Elasticity

Steel Cast iron. Aluminum bronze. 30 X 10* 19 X 10* 17.5 X 10*

2300 2000 1950 2000 1800 . 1800 1950 1800 1750 1900 1750 .1700

Tin bronze, 16 X 10*

1900 1750 1700 1650

AW; These values are foe nonlocaliied contact. Hither values are needed for bevel (ears.

tabel 3.11 Koefisien Elastik, C_ p

Faktor temperatur, berpengaruh selama proses operasi. Untuk roda gigi

yang beroperasi pada temperatur kurang dari 250T dikatakan uniform sehingga

dapat diambil C,. = 1, sedang persamaan untuk CT adalah

„ 460 + TF

CT = - g ^ (3.14)

di mana TF adalah temperatur puncak pelumas saat operasi (°F)

Faktor keamanan digunakan supaya dalam mendesain mempunyai

keamanan tinggi saat penggunaan. (Tabel 3.12).

Requirements of Application ' C„

Hi&h reliability 1.25 or higher Fewer than I failure in 100 1.00

tabel 3.12 Faktor Keamanan, CR

Page 16: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

31

4.5. Interferensi

Merupakan gangguan kontak yang terjadi pada roda gigi saat pasangan

roda gigi berputar dan dapat memperpendek umur roda gigi. Interferensi akan

terjadi bila jari-jari lingkaran adendum kenyataan melebihi jari-jari lingkaran

adendum hitungan. Untuk menghitung digunakan persamaan :

ra - Jr2 . cos2(|) + C2 . sin2<j>

r^Jrl+C2 . sin2<J> (3.15)

di mana

r, = jari-jari lingkaran adendum (in)

rh = jari-jari lingkaran dasar (in)

C = jarak sumbu poros (in)

<)> = sudut tekan (°)

5. RODA GIGI CACING (Worm Gear)

Roda gigi ini terdiri dari batang roda gigi cacing yang sangat mi rip dengan

ulir dan gear yang merupakan roda gigi miring (helical gear). Roda gigi cacing

mempunyai beberapa jenis ulir, yaitu jenis ulir tunggal, ganda, triple, dan

seterusnya. Dimana poros dari batang roda gigi cacing dan gear membentuk 90°

satu sama lain.

Keuntungan roda gigi ini adalah tidak terjadi kejutan pada waktu beroperasi

tidak terjadi seperti jenis lainnya, serta mempunyai angka perbandingan kecepatan

yang besar, Dalam kenyataannya pada pasangan roda gigi terjadi gerakan sliding.

Page 17: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

32

5.1. Istilah Roda Gigi Cacing

Jarak bagi aksial dari batang roda gigi cacing pna adaJah jarak antara titik

yang berhubungan dengan gigi. Lead 1 adalah jarak aksial batang roda gigi cacing

salama satu putaran dari batang roda gigi cacing atau jumlah ulir (gigi) dari batang

roda gigi cacing Nhv dikalikan dengan jarak bagi aksial batang roda gigi cacing.

l = N h v p M (3.16)

Untuk poros batang roda gigi cacing dan gear yang saling membentuk

sudut 90° akan mempunyai sudut helix worm v|/w yang sama dengan sudut lead

worm Xw. Sudut lead merupakan sudut antara tangensial jarak bagi helix dan

bidang putaran.

Jarak sumbu poros C merupakan jarak antara pusat diameter pitch roda

gigi yang berpasangan.

C = ^ L ± £ i (3.17) 2

Menurut rekomendasi AGMA diberikan persamaan untuk mengecek

besarnya diameter pitch worm dw.

r0,875 dw = — — (3.18)

* 2,2 v

Perbandingan / rasio kecepatan i dinyatakan dengan

i = ^ = N t w ( 3 1 9 )

®w Ntg

di mana

Nte = jumlah gigi pada gear (buah)

Page 18: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

33

N^ - jumlah gigi pada worm (buah)

©e • kecepatan sudut gear (rad/dt2)

©w = kecepatan sudut worm (rad/dt2)

5.2. Kekuatan Roda Gigi Cacing

Gigi dari batang roda gigi cacing selalu lebih kuat dari gigi gear. Persamaan

Lewis yang digunakan untuk menentukan kekuatan roda gigi cacing :

F b = S p ^ b = S . b . y . P n (3.20)

y merupakan bentuk faktor Lewis yang dapat dilihat pada tabel 3.13.

•„.*(.

M 1/2

20

25

20

r

0.2 M

0.292

0.470 •

0.550

/

.0.100

0.125

0.150

0.175

tabel 3.13 Sudut Tekan Normal

5.3. Beban Dinamik

Beban dinamik yang terjadi dapat dihitung dengan persamaan :

_ 1200 + VpgT, Fd = — . l o o ^ 1 <3-21>

di mana

Vre = kecepatan Iinier pitch gear (fpm)

F, = gaya tangensial gear (lb)

Page 19: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

:M

5.4. Beban Keausan

Persamaan yang digunakan untuk menentukan beban keausan yang

diijinkan Fw adalah

Fw = dg .b.K' (3.22)

di mana

dg • diameter pitch gear (in)

b = lebar gigi (in)

K* • konstanta yang tergantung dari material dan geometri gear. Harga dari

konstanta K' dapat dilihat dari tabel 3.14.

Ju.l.JOOBHN Brent* '10

SU«I.2S0BHN Bronx. . 60

5t«t. 500 BHH Chilled bronn 115

$l«l. 500 BHN C*H iron 50

tabel 3.14 Konstanta Keausan, K' untuk Roda Gigi Cacing dengan <|> 20°

5.5. Efisiensi Roda Gigi Cacing

Pada suatu penggunaan pasangan roda gigi cacing terdapat suatu efisiensi.

Efisiensi ini penting untuk mempertimbangkan kerja beban gigi. Gaya-gaya yang

bekerja pada roda gigi dapat dilihat pada gambar 3.3. Gaya normal FD tegak lurus

pada permukaan gigi, dapat dibagi menjadi 3 komponen :

Gaya tangensial yang merupakan tangensial pada batang roda gigi cacing dan aksial

pada gear

F, = F..oos«. (3.23)

Page 20: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

Fthurst beban thurst aksial pada cacing dari tangensial pada gear

F, = F„ cos 4>a. cos \ .

Gaya radial

F ^ F ^ s i n ^

flQtrm 11 "-X0 Bc*ria( lo*4i <(u« co worn (<•"'"(- {Courtesy New Departure— KjwM Bc«ri«r< Otntion. G<TVCV»I Mtxon Corporation] «,

gambar 3.3 Gaya Roda Gigi Cacing

35

(3.24)

(3.25)

Page 21: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

36

Efisiensi dari roda gigi didefinisikan sebagai daya keluaran dibagi daya input.

Gaya gesek antara batang roda gigi cacing dan gear adalah f.Fa, sedang f.FrcosA,w

di sepanjang sumbu batang roda gigi cacing dan f.Fn.sinXw sepanjang sumbu gear.

Power input dan output dihitung dengan

Power input = (Fn . cos <j)n . sin Xw + f. Fn . cos Xw) . Vpw

(3.26)

Power output = (Fn . cos <J)n . cos Xw - f. F„ . sin Xw) . Vpg

(3.27)

sehingga efisiensi dapat dihitung dengan

„ _ power0 _ Fn(cos<))n. cos Xw - f. sin A.w)Vpg

powerj F n ( c o s ^ n. sin Xw, + g. cos A.w)Vpw

COS(})n-f.tgX,vv

COS<j)n +f.CtgXw

(3.28)

Harga koefisien gesek f merupakan fungsi kecepatan sliding Vs

Vpw i COS X,\v

(3.29)

f = M l l untuk 3 < Vs < 70 ft/min (3.30a) V?'2

f=-%Sr untuk 70 < V < 3000 ft/min (3.30b) , r0,36 Vs

5.6. Kapasitas Panas dari Pasangan Roda Gigi Cacing

Pada kenyataan, kebanyakan roda gigi cacing mempunyai batas

kemampuan daya disipasi dari cacing. Padas dipindahkan melalui radiasi dan

konveksi. Persamaan perpindahan panas H

Page 22: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

H = C A .At

37

(3.31)

dimana

H = energi yang didisipasi (Ib.ft/min)

Ca = koefisien kombinasi perpindahan panas (Ib.ft/min in2 °F)(gambar 3.4)

Ac = luas permukaan yang berhibungan dengan udara lingkungan (in2)

At = perbedaat temperatur antara oli dengan udara lingkungan (°F)

gambar 3.4. Koefisien Perpindahan Panas Fungsi luas permukaan

Luas permukaan pendinginan yang berhubungan dengan udara dapat

dihitung dengan persamaan berdasarkan AGMA

AC = 43,2.C'7 (3.32)

di mana

Ae = daerah permukaan pendinginan (in2)

C =jaraksumbuporos(in)

Page 23: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

38

Panas yang hams didisipasi dari cacing dapat ditentukan dengan

pertimbangan gesekan dan kehilangan daya.

efF=hp0/hPi

hPo - hPi - hpIost

erF.hPi = hp,.-hpIost

«P.oS, = hp i-erF.hp i = hp i . ( l - eff)

Maka energi yang harus didisipasi adalah

Hd - hPi . (1 - eff). 33000 (3.33)

Energi yang harus didisipasi Hd harus sama atau lebih kecil dari kapasitas

energi panas yang didisipasi H.

6. POROS

Peran utama poros yaitu meneruskan tenaga bersama-sama dengan

putaran. Pada umumnya poros transmisi mendapat beban puntir (torsi) murni atau

puntir dan lentur. Dalam merencanakan poros, perlu memperhatikan kekuatan dan

kekakuan poros, korosi serta material poros , sehingga poros merupakan salah satu

elemen terpenting dari setiap mesin. Untuk material poros dapat dilihat pada tabel

3.15a dan 3.15b.

Page 24: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

39

Standar dan raacara

Baja khrotn nikel (JIS C 4102)

Baja khrom aikel molibdea (JIS 0 4103) •

Baja khrom (JIS G 4104)

Baja khrom molibdea (JIS G 4105)

Lara bom g

SNC 2 SNC 3 SNC21 SNC22

SNCM 1 SNCM 2 SNCM 7 SNCM 8 SNCM22 SNCM23 SNCM25

SCr 3 SCr 4 SCr 5 SCr21 SCr22

SCM 2 SCM 3 SCM 4 SCM 5 SCM21 SCM22 SCM23

Pcrlakuan panu

Pengeraiaa kulit

Peagerasaa kuiit

0

Pengeruaa kulit *

Pengeruaa kulit • «

Kekuatan tank (kg/mm1) •

85 95

' 80 100

85 95

100 105 90

100 120

90 . 95

100 80 85

85 95

100 105 85 95

100

tabel 3.15a Baja Paduan untuk Poros

Standar dan macaw

Baja karbon kons­truksi mesia

(JIS G 4501)

Batang baja yang difinis dinpn

Laxnbang

S30C S35C S40C S45C S50C S55C

S35C-D S45C-D S55C-D

Perlakuaa panu

Penormalan *

m

*

-

Kckuataa tank (kg/mm1)

48 52 55

. 58 62 66

53 60 72

Keteraogaa

\

ditarik din pa, digerinda, di-bubut, atau ga-bungaa antara hal-bal tersebut

tabel 3.15b Baja Karbon untuk Konstruksi Umum dan Batang Baja yang Difinis

Dingin untuk Poros

Page 25: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

40

6.1. Poros dengan Beban Puntir dan Lentur

Poros pada umumnya meneruskan daya melalui rangkaian dengan sabuk,

roda gigi dan rantai. Dengan demikian poros mendapat beban puntir dan lentur,

sehingga pada permukaan poros terjadi tegangan geser r (kg/mm2) karena momen

puntir T (kg. mm) dan tegangan bending a (kg/mm2) karena momen bending.

Untuk bahan yang liat seperti pada poros, dapat dipakai teori tegangan

geser maksimum xmm (kg/mm2)

*m~ = f +2 • ^ P 34)

Pada poros pejal berpenampang bulat, a = 32 . M / {% . d/) dan

r = 16 . T / (7t.ds3), sehingga r^. = ^ M 2 + T 2

ds

Beban yang bekerja pada poros pada umumnya adalah beban berfluktuasi.

Jika poros tersebut menggunakan roda gigi untuk meneruskan daya besar maka

kejutan akan terjadi pada saat mulai atau sedang berputar.

Dengan mengingat macam beban, sifat beban, maka ASME menganjurkan

untuk memasukkan pengaruh kelelahan karena beban berfluktuasi. Di sini faktor

koreksi K, untuk momen puntir dapat dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan

secara halus, 1,0 + 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan dan 1,5 + 3,0

jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar. Faktor koreksi K,„

untuk momen lentur. Pada poros yang berputar dengan pembebanan momen lentur

yang tetap, K^,« 1,5. Untuk beban dengan tumbukan ringan Km terletak antara 1,5

dan 2,0 dan untuk beban dengan tumbukan berat besarnya antara 2 dan 3. Maka

persamaan di atas dapat ditulis dengan

Page 26: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

X -im* 3

ds

41

5,1 V(Km.M)2+(Kt.T)2 (3.35)

Besarnya Tmax yang dihasilkan harus lebih kecil dari tegangan geser yang

diijinkan dari material rs (kg/mm2). Tegangan geser yang diijinkan untuk pemakaian

umum pada poros dapat diperoleh dengan berbagai cara. Tegangannya dihitung

berdasarkan batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik

ah (kg/mm2). Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik sesuai

dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar 5,6

untuk baja tempa (SF) dengan kekuatan yang dijamin dan 6 untuk baja karbon

(SC) dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf,.

Selanjutnya bila poros diberi alur pasak atau dibuat bertahap maka

pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga

perlu diperhatikan. Untuk itu diambil faktor Sf2 sebesar 1,3 sampai 3,0. Maka besar

rK dapat dihitung dengan

r - _ ^ > — ( 3 . 3 6 ) s Sf3 . Sf2

sehingga untuk menghitung diameter poros dK (mm) dapat digunakan persamaan

TrV(Km .M)2+(K t.T)2 d s > 1/3

(3.37)

Diameter poros harus dipilih dan disesuaikan dengan diameter dalam dari

bantalan yang ada. Dari bantalan yang dipilih dapat ditentukan jari-jari filet yang

diperlukan pada perubahan dimensi poros.

Page 27: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

42

Besarnya deformasi yang disebabkan oleh momen puntir pada poros harus

juga dibatasi. Untuk poros yang dipasang pada mesin umum daiam kondisi kerja

normal, besarnya defleksi puntiran dibatasi sampai 0,25 atau 0,3 derajat. Untuk

poros yang panjang harga tersebut berkurang sampai 112 harga di atas.

Jika diameter poros ds (mm), panjang poros 1 (mm), momen puntir T

(kg.mm), dan modulus geser G (kg/mm2), maka defleksi puntiran 9 (°) sebesar:

9 = 584. -^-- i - (3.38) G . d f

Dengan harga modulus geser untuk baja G = 8,3.103 kg/mm2. Perhitungan

9 menurut ramus di atas dilakukan untuk memeriksa apakah harga yang diperoleh

masih di bawah batas harga yang diperbolehkan untuk pemakaian yang

bersangkutan.

Selain itu kekakuan poros terhadap lenturan juga perlu diperiksa. Bila suatu

poros baja ditumpu oleh bantalan yang tipis atau bantalan yang mapan sendiri,

maka lenturan poros y (mm) dapat ditentukan dengan ramus berikut F 1 1

y = 3,23.10"* . ' * ' 2 (3.39) ds . 1

di mana jarak antara bantalan penumpu 1 (mm), beban F (kg), jarak dari bantalan

yang bersangkutan ke titik pembebanan 1, dan 1, (mm). Lenturan yang terjadi

dibatasi sampai 0,3 - 0,35 mm atau kurang untuk setiap 1 meter jarak bantalan.

Beban F yang dimaksud adalah gaya-gaya luar seperti gaya dari roda gigi,

tegangan dari sabuk dan berat puli beserta sabuk. Jika beberapa dari gaya-gaya

tersebut bekerja di antara bantalan atau di luarnya, maka perhitungan haras

Page 28: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

43

didasarkan pada gaya resultannya. Gaya resultan yang dipilih diambil yang

terbesar.

Bila suatu poros panjang ditumpu secara kaku dengan bantalan atau dengan

cara lain, maka lenturannya dapat dinyatakan dengan

F \^ 1 y = 3,23.10-4.—-i^-2- (3.40)

d« . I3

Dengan demikian akan didapatkan poros dengan dimensi dan kekuatan yang aman

terhadap terjadinya defleksi puntiran dan lenturan.

7. BANTALAN (Bearing)

Bantalan merupakan elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga

putaran atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan

jangka waktu pemakaian yang lebih lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk

memungkinkan poros beserta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.

Arah beban yang bekerja menentukan jenis bantalan yang akan digunakan.

Bantalan radial digunakan bila arah beban yang ditumpu oleh bantalan tegak lurus

sumbu poros, sedang bantalan aksial, bila arah beban bantalan sejajar sumbu poros.

Bantalan gelinding khusus (gabungan) dapat menumpu beban yang arahnya sejajar

dan tegak lurus sumbu poros.

Bantalan yang akan digunakan ada 2 macam yaitu ball bearing untuk beban

radial dan tapered bearing untuk beban aksial. Pembahasannya meliputi cara

pemilihan dan perhitungan faktor umur.

Page 29: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

44

7.1. Beban Bearing

Besar beban pada bearing disebut beban ekivalen, ada dua jenis yaitu beban

ekivalen dinamik dan beban ekivalen statik. Beban ekivalen dinamik didefinisikan

sebagai beban yang menentukan umur ekonomi bearing atau kemampuan bearing

mendapat beban meksimum selama 106 putaran. Persamaan umum beban ekivalen

dinamik dinyatakan dengan

P = Ff , b i l a F , / F r < e (3.41)

P = X . F , + Y . F , , b i l a F , / F r > e (3.42)

di mana

P = beban ekivalen dinamik bantalan (N)

Fr = beban radial aktual bantalan (N)

F, = beban aksial aktual bantalan (N)

X = faktor beban radial

Y = faktor beban aksial

e = faktor berbandingan

Untuk jenis ball bearing dan taper bearing, harga-harga untuk X, Y dan e

dapat dilihat dari lampiran 3 dan harga X untuk taper bearing diambil 0,4.

Beban ekivalen statis didefinisikan sebagai beban yang menimbulkan

deformasi permanen pada bagian di mana elemen gelinding membuat kontak

dengan cincin. Deformasi cincin dapat mencapai 0,0001 kali diameter ball atau

roll. Persamaan untuk beban ekivalen statis P0 dapat dinyatakan secara umum

dengan

P0 = X 0 .F r + Y 0 .F , (3.43)

Page 30: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

45

Bila P0 < Fr maka untuk perhitungan diambil P0 = Fr untuk bantalan radial,

sedang untuk bantalan aksial P0 = Fa bila P0 < Ft. Untuk ball bearing, harga X0 =

0,6 dan Y0 = 0,5. Untuk taper roller bearing, harga X0 • 0,5 dan harga Y0 dapat

dilihat pada lampiran 3.

Kapasitas beban statis C0 tergantung dari material bantalan, jumlah alur

elemen gelinding dalam sebuah bantalan, jumlah elemen gelinding tiap alur, sudut

kontak bearing dan diameter ball atau roller. Kapasitas bantalan C dipengaruhi

faktor-faktor yang sama dengan C0. Harga-harga C dan C0 dapat dilihat pada

lampiran 3 untuk single row deep grove ball bearing dan single row taper roller

bearing.

7.2. Umur Bearing

Merupakan jumlah putaran (atau jumlah jam bila operasinya pada kecepatan

konstan) sebelum adanya tanda-tanda kelelahan pada material ring atau pada

elemen gelinding (ball atau roll).

Pada umumnya bearing dihitung pada percobaan dengan kegagalan yang

terjadi sebanyak 10%. Persamaan untuk umur bearing Lm

Lio = ( £ ) P (3.44)

di mana

L]0 = kemampuan umur bearing (jutaan putaran)

C = kemampuan beban dinamik (N)

P = beban ekivalen dinamik (N)

Page 31: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

46

p = eksponen dari persamaan umur bearing

- 3 untuk ball bearing

- 10/3 untuk roller bearing

8. PASAK

Pasak adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan gaya atau

momen torsi dari poros ke suatu elemen mesin lainnya (puli, roda gigi, kopling)

atau sebaliknya.

8.1. Perencanaan Pasak

Pasak dapat dibedakan menurut letaknya pada poros. Pasak pada umumnya

berpenampang segi empat dimana dalam arah memanjang dapat berbentuk

prismatik maupun berbentuk tirus. Pasak pada umumnya terbagi atas

bermacam-macam jenis yaitu pasak pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak

singgung yang umumnya berpenampang segi empat. Macam-macam pasak dapat

dilihat pada gambar 3.5.

Page 32: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

47

PiMk linjfucj

At P i i i i r t u

t Puak tcmbcrcttf

gambar 3.5 Macam-macam Pasak

8.2. Dimensi Pasak karena Kerusakan Geser

Dimensi pasak ditentukan oleh diameter poros ds (mm). Bahan pasak dipilih

lebih lemah daripada bahan poros. Untuk dimensi pasak dapat dilihat pada tabel

3.16, sedangkan mengenai gaya yang terjadi pada pasak dapat dilihat pada gambar

3.6.

Bila momen rencana dari poros T (kg.mm) dan diameter poros dt (mm)

maka gaya tangensial F, (kg) pada permukaan poros adalah

F t = d f e <3-45> Besar tegangan geser r, (kg/mm2) yang terjadi

di mana A merupakan luas bidang geser yang dirumuskan dengan

A = W.l (3.47)

Page 33: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

48

S u f i O M -

MM

\

IS

• \

u u 2 4

u 1 * 7

i U it

t

l i «J H* «i • l * •J

~ 4

X 1 1 1

-J

J. u J. IS

i *

i I 4

' 1 4

1 4

1 I 4

J. 1 *

u

IV* H *

• n i l * On—.. •Mho*

S u f i .

0 4 M

0.44.1

0,1 IJ

asu

0.IV44

0.J0I

0.711

0.74*

0.15*

0.1:2

0»5»

1.041

I .H:

IJ77

1401

» » f l O S — €1«

si if I2.

«i • H •J (12 , 7 ' I |U

2

>fi -1

- 1 *

*4

,4. •u

* W i k

TMc». m*m*t

£ "

m l •« Opf >••« £ 4 r « l * t K . f i .

I

u: i

I .:M

IJ>I:

Ml*

1.47*

1442

um I 4 H

MM

1.7 I I

1.712

1 4 4 }

I . W

1.172

l.tjl

# 1 «

* i»

4 4 •• .2 • 4 ,1

•J2 * l»

J

4 4 " 4 '£ 4 'J

1

WW* ••4

7»«*.

*>7. •V"

2 1

2 1 2 i i 2 t 2 4

2 4

i 2 4

4

7 f 7 i

I I 1

i

• H I M

Of funw

S u f t .

J

2.021

2.014

2.14« .

24J5

2.402

2.450

2.514

2477

2.704

2.1 J1

2.1(0

2.744

J.O07

2.140

2 4 * 1

S u f i

O t a -• M l

^

X 4

<J <£ A 4 4i2

. 1 *

I

4 >£ A 4 'H «

• W l k

- 4

««7-IT"

,1 '4

,1 "4

,1 4

,i *4

•1 *4

,1 *4

A , i

.(

O f f — <

S u f i .

2404

2472

2.427

2.*<»0

2411

2.444-

4.042

4 4 2 2

< U M

4 4 1 0

4.740

4 .M2

4.700

J . W I

SASS.

mulct. «tm. *«••<«• . « I 1 U - I H I .

«« « ^ ^ | - M 1^ «_ ta . ta< -n^ .Wl t ta . IV . »wfw !},}•» t f ta .h»ta^r . .«WI |4 ta . fc««-»< . ^ t a t m t a t a ,

tabel 3.16 Dimensi Pasak

gambar 3.7 Gaya pada Pasak

Page 34: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

49

Tegangan geser yang terjadi harus lebih kecil atau sama dengan tegangan

geser rsi yang diijinkan material. Tegangan geser yang diijinkan dapat diperoleh

dengan

< , - * 2 j * (3.48)

di mana

S^ = tegangan luluh (kg/mm2)

N = angka keamanan

8.3. Dimeiisi Pasak Akibat Kerusakan karena Tekanan (Kompresi)

Kerusakan permukaan samping pasak karena tekanan juga perlu

diperhatikan. Besar tegangan kompresi ac (kg/mm2) yang terjadi:

* - £ (3.51)

di mana A, merupakan luas permukaan samping yang dirumuskan dengan

A, = 0,5. H I (3.50)

Tegangan kompresi yang terjadi harus lebih kecil atau sama dengan

tegangan kompresi yang diijinkan material. Tegangan kompresi yang diijinkan aci

(kg/mm2) dapat diperoleh dengan

0 * - * * (3.51)

di mana

S y p = tegangan tekan (kg/mm2)

Page 35: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

so

9. KOPLING

Kopling mempunyai fungsi untuk menyambung poros dengan poros,

penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Kopling

ada 2 macam yaitu tetap dan kopling tidak tetap.

Kopling ada beberapa macam yaitu : kopling kaku, kopling fleksibel dan

kopling universal. Kopling kaku ada tiga macam yaitu kopling bus, kopling flens

kaku dan kopling flens tempa. Bentuknya dapat dilihat pada gambar 3.7.

gambar 3.8 Macam Kopling Kaku

9.1. Dimensi Kopling Flens Kaku

Dalam perencanaan ini, dipilih kopling flens kaku sebagai penyambung

poros. Kopling ini terdiri dari naf dengan flens yang terbuat dari besi cor atau baja

cor dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan baut

pada flensnya.

Page 36: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

51

Dengan mengetahui besar daya yang akan ditransmisikan P (kW) dan

putaran n (rpm) maka dapat ditentukan daya rencana Pd dengan memasukkan

faktor koreksi daya fc. Faktor fc dapat dilihat pada tabel 3.17.

Pd = P.fc (3.52)

Daya yang akan ditransmisikan

Daya rata-rata yang diperlukan Daya maksimum yang diperlukan Daya normal •

/ .

t.2-2.0 0.8-1.2 t.O-t.5

tabel 3.17 Faktor Koreksi Daya

Momen rencana T (kg. mm) yang dihasilkan oleh motor dapat dihitung dengan

T = 9 ,74 .10 5 ^ (3.53)

Untuk memperoleh harga tegangan tank bahan poros ab (kg/mm2) dapat

diambil dari tabel 3.15. Dengan memperhatikan faktor Sf, dan Sf2 seperti pada

uraian poros maka didapat tegangan geser yang diijinkan rsi. Kemudian dengan

menentukan faktor K, dan K^ masing-masing untuk torsi dan lentur, maka diameter

poros ds (mm) dapat dihitung.

Berdasarkan ukuran kopling flens standar, maka diameter poros yang

dihasilkan disesuaikan dengan diameter lubang naf, penyesuaian yang dilakukan ini

supaya dalam pembuatannya lebih mudah dan cepat. Untuk data-data yang lain

dapat dilihat pada lampiran 5.

Page 37: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

52

9.2. Kekuatan Baut

Bahan baut yang umum digunakan dapat dilihat pada lampiran 5. Baut-baut

digunakan untuk mengikat flens. Distribusi tegangan geser pada baut tetap tidak

seragam.

Dalam perhitungan hanya 50% dari jumlah baut n yang menerima beban

secara merata. Jumlah baut efektif yang menerima beban n0 adalah

n0 = s . n (3.54)

di mana s nilai efektif baut.

Besarnya tegangan geser pada baut dapat dihitung dengan

*>= J T ~ (355) K . db . n0 . B

dan tegangan geser pada baut yang diijinkan

di mana

tb - tegangan geser pada baut (kg/mm2)

rbi = tegangan geser ijin pada baut (kg/mm2)

T = torsi rencana (kg. mm)

db • diameter baut (mm)

n0 = jumlah baut efektif (buah)

B » diameter posisi baut pada flens (mm)

Sfb = faktor koreksi bahan baut = 6

1^ = faktor koreksi konsentrasi bahan, besarnya 1,5 - 3,0

Page 38: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

53

Bila terjadi tumbukan maka rb dikalikan dengan K,,. Tegangan geser pada

baut harus lebih kecil atau sama dengan tegangan geser ijin dari baut agar baut

yang digunakan tidak mengalami kerusakan.

9.3. Kekuatan Flens

Bahan flens dapat dilihat pada lampiran 5. Bahan yang digunakan harus

memperhatikan lingkungan penggunaan. Untuk pemakaian umum biasanya

menggunakan besi cor dan jika dikehendaki bahan yang lebih kuat dipakai baja

cor.

(3.57)

dan

Besar tegangan geser flens adalah

2 . T n . C2 . F

tegangan geser ijin flens adalah

r = °b 4Fi or- TS

(3.58)

di mana

rF = tegangan geser flens (kg/mm2)

rFj = tegangan geser ijin flens (kg/mm2)

C = diameter naf (mm)

F = tebal flens (mm)

Sfp = faktor koreksi bahan

KF = faktor koreksi karena bagian yang keropok peka terhadap tumbukan,

besarnya 2 atau 3.

Page 39: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

54

Bila terjadi tumbukan, besar tv harus dikalikan dengan KF, kemudian dibandingkan

dengan tegangan ijinnya.

10. PNEUMATIK

Aplikasi penggunaan pneumatik saat ini memegang peranan penting dalam

bidang otomasi. Silinder pneumatik digerakkan dengan udara bertekanan dari

kompresor. Udara bertekanan dapat mencapai kecepatan kerja yang tinggi namun

hanya efisien sampai kebutuhan gaya tertentu. Tekanan kerja normal antara 6-7 bar

(600-700 kPa).

Pneumatik dapat digunakan untuk media kendali atau kerja, karena

mencakup seluruh total sistem mulai dari sinyal input (sensor) melalui bagian

kontrol (prosesor) ke peralatan keluaran (aktuator).

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu kebutuhan kerja atau

keluaran, metode kontrol yang diinginkan, sumber daya dan pengetahuan teknik

yang memadai, serta keterpaduan antara sistem yang ada dengan yang dipilih.

10.1. Aktuator

Aktuator merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu

perencanaan sistem rangkaian pneumatik. Aktuator linier atau silinder yaitu alat

untuk mengubah tenaga udara bertekanan yang dihasilkan kompresor menjadi

pekerjaan efektif (gaya atau gerakan). Gaya ini tergantung dari diameter silinder

Page 40: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

55

dan tekanan udara, gerakannya dapat berupa gerak lurus dan berputar seperti

terlihat pada gambar 3.9.

Gaya silinder dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

F = p . 2 ^ L i O _ R (3.59)

di mana

F = gaya efektif piston (N)

p = tekanan kerja (bar)

d = diameter piston (cm)

R = gaya gesek (N)

Gaya gesek tergantung pada banyak faktor antara lin pelumasan, tekanan

kerja, dan sebagainya. Selain itu gaya silinder juga dapat dilihat dari tabel 3.18,

yang menyatakan tekanan kerja, diameter piston dan gaya dari silinder.

Silinder kerja tunggal m& Silinder kerja ganda

Silinder kerja ganda dengan batang piston sisi ganda

» / • • • • • .

Silinder kerja ganda dengan bantalan udara tetap .

. dalam satu arah

Silinder kerja ganda dengan bantalan udara tunggal tak mampu diatur

Silinder kerja ganda dengan dengan bantalan udara" sisi ganda, tak mampu diatur

*n 3?.-:

£ . ..vl.."».W»

( =Z!ra

\-:^f''*T7tt*±&M • /

v 1 i^Ji-ȣ

<0.-vtvyiijW:*

- - • y - V M sCi •'. ' .1 ( ] • E2Z5

gambar 3.9. Aktuator linier

Page 41: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

56

Pressure force table for Pneumatic cylinders Oooatmg prmur i S»f 1 2 3 4 5 6 7 « 9 10 11 12 13 14 u

Piiton-di*. Piston xxce mm

»j 4.5 9.0 13.6 18.1 22.6 27.1 31.7 W j 4Q.7 45.2 49.8 54 J SB.3 63.3 fiTs

101 7.1 14.1 21.2 28J 35J 42.4 49.5 56J 63.6 70.7 77.8 84.8 91.9 99.0 106

12| 10.2 20.4 30.S 40.7 S0.9 61.0 71J 81.4 91.6 101 112 122 132 143 153

'61 16.1 36.2 54.3 72.4 905 109 127 145 163 161 199 217 235 253 271

201 26 J S6JS 84J 113 141 170 196 226 254 283 311 339 3i8 396 424

25

32

40

SO

63

60

100

125

160

200

250

320

442

72.4

113-

177

281

452

707

, 1100

1810

2830

4420

7240

88.4

145

226

353

561

SOS

1410

2210

3620

S650

8840

14500

133

217

339

- 530

842

1360

2120

3310

9430

•480

13300

21700

177

290

452

707

1120

1810

2830

4420

7240

11300

17700

29000

221

362

S6S

884

1400

2260

3530

5520

9050

14100

22100

36200

2cS

434

679

1060

1660

2710

4240

6630

10900

17000

26500

43400

309

507

792

1240

1960

3170

4950

7730

12700

19600

30900

S0700

353

579

90S

1410

2240

3620

5650

8840

14500

22600

35300

57900

396

651

1020

1590

2520

4070

•360

- «940

16300

25400

39000

65100

44J

714

1130

1770

2810

4520

7070

11000

18100

28300

44200

72400

466

796

1240

1940

3090

4960

7780

12100

19900

31100

48600

79600

530

869

1360

2120

3370

5430

8480

' 13300

21700

33900

53000

86900

574

941

1470

2300

3650

5*t*0

• 190

14400

23500

36600

57400

•4100

619

1010

1580

2470

3930

6330

9900

15500

25300

39600

61900

101000

.563

1090

1TO0

2150

4Z10

6790

10400

1*500

27100

42.100

66330

1091)00

tabel 3.18 Gaya - Tekanan dari Silinder Pneumatik

10.2. Katup

Katup mempunyai fungsi utama mengubah, membangkitkan atau

membatalkan sinyal untuk tujuan penyensoran, pemrosesan dan pengontrolan.

Macamnya yaitu katup kontrol arah, katup satu arah, katup kontrol aliran, katup

kontrol tekanan atau katup kombinasi.

Katup kontrol sinyal untuk mengontrol sinyal udara yang lewat dengan cara

membangkitkan, mengubah atau mengalihkan sinyal. Katup kontrol sinyal ini

biasanya dinyatakan dengan simbol-simbol seperti dapat dilihat pada gambar 3.10.

Page 42: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

57

r Jumlah saluran

Jumlah posisi

Katup kontrol arah 2/2

Katup kontrol arah 3/2 normal tertutup •

T7 2(A)

l(P)

2(A)

X J «(P)' ' XR)

Katup kontrol arah 3/2 normal lerbuka X

1(P)

2<A)

X*)

Katup kontrol arah 4/2 « * ) | 12(0)

«(«•)' 'XR)

Katup'kontrol arah 5/2 "(A). .2 (B)

diiir: *»'£«»

Katup kontrol arah 5/3 Posisi tengah tertutup

<<A)| , 2(0)

I 7 ir s o u ; - xs)

gambar 3.10 Katup Kontrol Arah

Ukuran dari katup harus disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga dalam

pemakaiannya dapat efisien. Pemilihan ukurannya dapat didekati seperti pada tabel

3.19 yang merupakan data yang diperoleh secara empiris. Dari tabel ini pemilihan

Page 43: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

58

hanya didasarkan pada ukuran diameter silinder piston. Selain itu untuk

mendapatkan hasil yang lebih spesifik dan ekonomis dapat dilihat dari grafik pada

lampiran 6 dari grafik ini dapat pula diketahui kecepatan silinder pistonnya.

Cylinder with pu-Ion dta. mm

uplo2S > 2 5 - M > 50-100 > 100-200 > 200-320

Valve con­nection tlz«

MS* 0 '/• o •/« G 'It Q -Va/Q 1

Nominal f Ize mm approx.

2.5 3.5 r.o

120 18.0

Standard nominal (low rata l/mln approx.

. 105 up lo 160 uplo 1140 up lo 3000 up to 6000

* or valval wtih nib-bate and bar bad tilling lor 3 mm and 4 mm lubing

tabel 3.19 Ukuran Katup secara Umum

10.3. Kebutuhan Udara

Kebutuhan udara digunakan untuk menjalankan silinder dan dapat dihitung

berdasarkan diameter silinder piston atau diameter batang piston, langkah serta

tekanan kerjanya dengan menggunakan rumusan:

Q = | . d 2 . h . p . l 0 - 6 (3.60)

di mana

Q = volume udara setiap cm langkah (1)

d = diamter piston atau diameter batang piston (mm)

h = langkah (konstan pada 10 mm)

p = tekanan kerja (bar)

Namun kebutuhan udara dapat juga diperoleh melalui grafik dari gambar 3.11.

Page 44: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

59

Operating pressure oar

gambar 3.11 Konsumsi Udara

10.4. Dimensi dari Silinder

Bentuk dan dimensi dari silinder pneumatik disesuaikan dengan kebutuhan,

ruang dan biaya. Yang dimaksud dengan kebutuhan yaitu desain, material dan

kamampuan dari silinder tersebut, sedangkan ruang mempengaruhi bentuk dari

silindernya apakah harus berbentuk pendek, tinggi, kotak atau silinder. Pada

lampiran 6 dapat dilihat beberapa contoh dari silinder pneumatik.

11. TEGANGAN

Elemen mesin dalam penggunaannya ataupun pada saat merencanakan

desainnya, tentunya memperhatikan beban-beban yang bekerja padanya. Dari gaya

yang bekerja akan dihitung tegangan yang timbul pada bahan, sehingga dalam

Page 45: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

60

merencanakan ukuran dan pemilihan bahan untuk elemen mesin dapat ditentukan

yang sesuai dan aman dalam pemakaian.

Tegangan-tegangan yang timbul dalam perhitungan / perencanaan elemen

mesin terdiri dari : tegangan tarik dan tekan, tegangan bending / tekuk, teganan

geser termasuk juga tegangan puntir dan tegangan kombinasi.

11.1. Tegangan Tarik dan Tekan

Pada tegangan tarik atau tekan ini besarnya hanya tergantung dari gaya dan

bentuk penampangnya sehingga dapat dituliskan:

Ox = | (3.61)

di mana

ox = tegangan tarik untuk x = t (kg/mm2)

tegangan tekan untuk x = c (kg/mm2)

P = gaya tarik atau gaya tekan (kg)

A • luas penampang (mm2)

11.2. Tegangan Bending

Pada tegangan bending besarnya dipengaruhi oleh bentuk penampang,

tegangan bending mengakibatkan terjadinya lenturan. Tegangan bending

didapatkan dengan

Mb Mb . c

^wTT" (362)

di mana

Page 46: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

61

ab = tegangan bending (kg/mm2)

M,, = momen bending (kg.mm)

Wb = tahanan momen bending (mm3)

c • sumbu netral (mm)

1 = inersia (mm4)

11.3. Tegangan Geser

Timbulnya tegangan geser karena adanya gaya lintang yang umumnya

timbul bersama momen lentur. Besar tegangan geser akibat gaya lintang didapatkan

dengan

di mana

ft = tegangan geser (kg/mm2)

P = gaya lintang (kg)

A = luas penampang (mm2)

11.4. Tegangan Kombinasi

Pada suatu benda kerja bila terdapat beberapa macam tegangan yang

berbeda, maka perlu dicari tegangan kombinasinya. Besar tegangan kombinasi

didapatkan dengan

Ov=J(o2h+3.x2) (3.64)

Page 47: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

62

di mana av = tegangan kombinasi (kg/mm2)

Semua tegangan-tegangan yang didapat harus dibandingkan dengan

tegangan ijin material dan tegangan yang terjadi hams lebih kecil. Untuk tegangan

tarik dan tegangan tekan serta tegangan bending, tegangan ijinnya adalah

C, = SW/N (3.65)

dimana

at = tegangan ijin material (kg/mm2)

N • angka keamanan

Sedangkan untuk tegangan geser, besar tegangan ijinnya adalah sama dengan

persamaan 3.48.

12. SAMBUNGAN LAS

Pengelasan banyak digunakan pada penyambungan peralatan-peralatan di

mesin. Keuntungannya dibandingkan cara penyambungan yang lain, sambungan las

lebih cepat dalam pengerjaannya, memungkinkan untuk penyambungan tanpa

penumpukan plat, penyambungan dapat dilakukan meski letaknya sulit.

Proses pengelasan bermacam-macam begitu juga dengan tipe sambungan

las, yaitu sambungan tumpul, tumpang, bentuk T, bentuk sudut dan Iain-lain.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.11. Kekuatan sambungan las

ditentukan oleh jenis elektroda yang digunakan dan kekuatannya akan lebih rendah

dibandingkan dengan kekuatan material mula-mula.

Page 48: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

63

Untuk menentukan dimensi kaki las perlu diperhatikan sifat gaya yang

bekerja. Gaya pada sambungan las umumnya dapat benipa gaya tank, gaya tekan,

gaya geser, gaya yang dapat menimbulkan momen dan gaya eksentrik.

Analisa/perhitungan tegangan yang terjadi pada kaki las akibat gaya-gaya yang

bekerja.

r^-i (a) Sambungan lumpul

L (b) Sambungan T

A

V 1

(c) Sambungan titang

^3 (d) Sambungan iu«ut M ****** <"*«W< ¥ (g) Sambungan lumping

(f I Sambungan siii

gambar 3.11 Jenis-jenis Sambungan Dasar

12.1. Tegangan Tarik dan Tegangan Tekan

Terjadi bila beban yang bekerja seperti tampak pada gambar 3.12. Dalam

hal ini persamaan yang digunakan adalah

(3.66)

Page 49: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

64

dimana

ox = tegangan tank untuk x = t (kg/mm2)

= tegangan tekan untuk x = c (kg/mm2)

P = gaya tarik atau gaya tekan (kg)

F = 1. t = 1. 0,707 . a

dimana

1 = panjang efektif hasil las (mm)

t = tebal plat terkecil (mm)

a = tinggi kaki las minimum (mm)

JZ^-Jr-G U

*

gambar 3.12 Beban Tarik dan Tekan

Tegangan yang terjadi harus lebih kecil atau sama dengan tegangan yang

diijinkan material las, dengan persamaan yang sama pada persamaan 3.65, di mana

Oj tegangan ijin material las (kg/mm2), Sw tegangan yield material las (kg/mm2).

12.2. Tegangan Geser

Tegangan geser terjadi bila gaya yang bekerja seperti pada gambar 3.13.

Dalam hal ini persamaan yang digunakan adalah

TS = | (3.67)

Page 50: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

65

di mana

TS = tegangan geser (kg/mm2)

P = gaya geser (kg)

F = 1. 0,707 . a

dimana

1 = total panjang las-lasan (mm)

a = tinggi kaki las (mm)

,€3\ i-^s.

N i ^hjy P Hi l I T * nil i ih

i — »>1 t

H l""" OMKlBi

luuuummuuiiiuu

gambar 3.13 Beban Geser

Tegangan yang terjadi karena beban atau gaya luar lainnya harus lebih kecil

atau sama dengan tegangan yang diijinkan material las, persamaan yang digunakan

sama seperti persamaan 3.48 dengan T,; tegangan geser ijin material las (kg/mm2),

S tegangan yield material las (kg/mm2).

Page 51: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

66

12.3. Tegangan Akibat Momen

Dengan adanya momen yang bekerja seperti pada gambar 3.14, maka besar

tegangan didapatkan dengan persamaan

o"b Wb (3.68)

di mana

ob = tegangan bending (kg/mm2)

Iv^ - momen bending (kg.mm)

Wb • tahanan momen (mm3) (besar tahanan momen tergantung pada

bentuk penampang, lihat lampiran 1)

/A • e/\ /

%"

Jm<*m gambar 3.14 Beban yang Menimbulkan Momen

Tegangan yang terjadi karena momen yang ditimbulkan dari luar harus lebih

kecil atau sama dengan tegangan yang diijinkan material las, persamaan yang

digunakan sama seperti persamaan 3.65 dengan a{ tegangan bending ijin material

las (kg/mm2), S^ tegangan yield material las (kg/mm2).

13. SAMBUNGAN BAUT dan MUR

Pada perencanaan suatu elemen mesin penggunaan mur dan baut sebagai

elemen penyambung berperan cukup penting. Sambungan ini merupakan

sambungan tidak tetap. Berbicara mengenai baut dan mur berarti berbicara

Page 52: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

67

mengenai ulir. Baut dan mur dapat berfungsi sebagai penyambung, penekan,

penggerak, dan sebagainya. Karena fungsi-fungsi ini, maka pada ulir akan

mengalami tegangan-tegangan akibat beban yang bekerja padanya.

Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus

diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan

bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain. Adapun gaya-gaya yang bekerja pada baut

dapat berupa : gaya statis aksial murni, gaya aksial bersama dengan gaya puntir,

gaya geser, dan gaya tumbukan. Pada perencanaan ini untuk analisa tegangan pada

baut kali ini hanya dibahas untuk tegangan tarik dan tegangan geser.

13.1. Tegangan Tarik

Tegangan tarik terjadi bila baut mendapat pembebanan aksial murni. Untuk

perhitungan dapat digunakan persamaan 3.61, dimana ax tegangan tarik (kg/mm2),

P gaya tarik (kg), A = 7t. d,,2 / 4, db = diameter inti baut (mm).

Tegangan yang terjadi karena beban atau gaya dari luar harus lebih kecil

atau sama dengan tegangan yang diijinkan material baut, persamaan yang

digunakan sama dengan persamaan 3.65 dimana at tegangan ijin material baut

(kg/mm2), S>T tegangan yield material baut (kg/mm2), N angka keamanan yang

berlaku untuk baut.

Harga angka keamanan dari baut tergantung pada cara pengerjaan

(finishing), yaitu : untuk kehalusan tinggi N = 6 - 8, untuk kehalusan biasa N = 8 -

10.

Page 53: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

68

13.2. Tegangan Geser

Terjadinya tegangan geser diakibatkan oleh adanya gaya yang sejajar

dengan penampang melintang baut. Pada persamaan yang ada pada umumnya

dianggap gaya bekerja tepat pada benda kerja dalam hal ini baut. Tetapi pada

penggunaan nyata sering beban bekerja secara eksentris, sehingga perhitungan

untuk analisa tegangan geser ada 2 tahap yang akan dibahas berikut ini.

13.2.1. Gaya Geser Langsung

Gaya geser langsung merupakan reaksi langsung dari gaya luar yang

bekerja. Besar dari gaya geser langsung didapatkan dengan

F j = | (3.69)

di mana

F, = gaya geser yang diterima tiap baut (kg)

F = gaya luar (kg)

n = jumlah baut (buah)

13.2.2. Gaya Geser karena Momen

Gaya geser karena momen merupakan akibat gaya luar yang bekerja

eksentris terhadap baut-baut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.15.

Besar gaya karena momen didapatkan dengan :

n . F , . r = F . l (3.70)

Page 54: BAB HI TEORI DASAR - dewey.petra.ac.id

69

di mana

F2 = gaya geser akibat momen (kg)

r = jarak tiap baut terhadap titik berat susunan (mm)

I = jarak titik pusat susunan dengan gaya luar (mm)

1 "*

T <

i

b

i

i

gambar 3.15 BebanEksentris yang Mengakibatkan Momen

Dari langkah-langkah di atas kemudian dicari gaya resultan terbesar FR

yang bekerja pada tiap baut untuk digunakan perhitungan selanjutnya, sehingga

tegangan geseraya dapat dihitung dengan persamaan 3.63, dimana rt tegangan

geser (kg/mm^, P = FR gaya resultan terbesar (kg).

Tegangan yang tetjadi dari perhitungan di atas haras lebih kecil atau sama

dengan tegangan yang diijinkan material baut, persamaan yang digunakan adalah

sama dengan persamaan 3.48 dimana rti tegangan geser ijin material baut (kg/mm2),

S tegangan yield material baut (kg/mm2).