Upload
muthiazalia
View
244
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SANGIANG ECO RESORT BAB V
BAB VPENDEKATAN KONSEP
A. VISI, MISI DAN TUJUANResort dan Wisata Bahari dengan pendekatan Arsitektur Ekologi adalah
upaya menciptakan wadah perpaduan antara fungsi penginapan, rekreasi, dan relaksasi yang dijadikan satu penataan kawasan wisata yang ekologis. Ekologi disini menjadi menjadi dasar perencanaan dan perancangan resort yang artinya perencanaan dan perancangan resort wisata ini perlu mempertimbangkan aspek interaksi antara lingkungan dengan bangunan dengan maksimal.
B. PEMAKAI DAN KEGIATAN1) Identifikasi Pelaku
Berdasarkan macam aktivitas yang dilakukan di hotel, pelaku pada bangunan hotel wisata alam dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Tamu yang menginap atau disebut tamu hotel atau wisatawan2. Tamu yang tidak menginap atau pengunjung3. Pengelola4. Pegawai
Tamu Hotel
Tamu yang menginap atau biasa disebut tamu hotel, atau yang menurut pengertiannyadisebut sebagai wisatawan, adalah orang yang datang ke hotel sebagai pengguna jasa penginapan danfasilitas-fasilitas yang disediakan. Menurut asalnya terdapat 3 jenis tamu hotel atau wisatawan, yaitu :
1. Tamu hotel lokal, adalah tamu hotel yang berasal dari Provinsi jawa barat, dapat berasaldari kabupaten lain, asalkan melakukan aktivitas menginap.2. Tamu hotel domestik, adalah tamu hotel yang merupakan warga negara Indonesia danberasal dari luar Provinsi jawa barat.3. Tamu hotel mancanegara. Adalah tamu hotel yang berasal dari luar negeri dan masuk keIndonesia.
Pengunjung
Menurut tujuan kedatangan dan fasilitas yang digunakan, pengunjung dapat dibedakansebagai berikut :
1. Pengunjung rekreasi(1) Pengunjung restoran dan bar
(2) Pengguna kolam renang dewasa(3) Pengguna kolam renang anak (4) Pengguna pijat dan refleksi(5) Pengguna billiard (6) Pengguna fitness centre(7) Pengguna Objek Wisata Alam ( Sawah Buatan, Arena Bermain dan Wisata Bercocok Tanam )2. Pengunjung keperluan khusus(1) Peserta acara/pertemuan/rapat(2) Pengunjuna drugstore(3) Pengguna money changer (4) Pengguna biro perjalanan(5) Pengunjung toko souvenir dan butik (6) Pengunjung ruang konektivitas
Pengelola
Pengelola adalah orang yang datang ke hotel untuk memastikan kegiatan usaha hotel berjalandengan lancar. Secara umum kegiatan pengelola adalah mengatur dan mengelola berjalannya hotel.Menurut jenis pekerjaan yang dikelola, pengelola dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Manajer Utama2. Asisten Manajer3. Sekretaris4. Manajer Keuangan5. Manajer Personalia6. Manajer Pemasaran7. Manajer Pengadaan Barang8. Manajer Operasional dan Teknik
Pegawai
Pegawai adalah orang yang datang ke hotel untuk bekerja dengan memberikan pelayanankepada tamu hotel dan pengunjung. Menurut jenis dan area pekerjaan yang dilakukan pegawai dapatdibedakan sebagai berikut :
1. PegawaI Front Office(1) Resepsionis dan Informasi(2) Petugas reservasi dan pembayaran(3) Pelayan lounge(4) Bellboy2. Pegawai Tata Graha(1) Cleaning service
(2) PetugaS laundry(3) Petugas linen(4) Tukang kebun(5) Tukang masak (6) Petugas Penerimaan Barang3. Pegawai Private Dining, Restoran dan Bar(1) Kepala koki restoran(2) Koki restoran(3) Koki private dining(4) Pramusaji(5) Kasir restoran(6) Barista(7) Cleaning service(8) Tukang cuci4. Pegawai Fasilitas Komersial(1) Petugas ruang serbaguna (2) Petugas money changer (3) Pegawai biro perjalanan(4) Penjaga toko souvenir dan butik (5) Operator ruang konektivitas (Internet, Fax dan Telepon)5. Pegawai Fasilitas Rekreasi dan Olahraga(1) Operator kolam renang(2) Operator fitness centre(3) Petugas reservasi pijat dan refleksi(4) Terapis pijat dan refleksi(5) Petugas pengawas fasilitas rekreasi wisata alam6. Pegawai Pengelola(1) Office boy dan Cleaning Service7. Pegawai Utilitas(1) Petugas Mekanikal Elektrikal(2) Petugas Genset8. Pegawai Keamanan(1) Satpam(2) Petugas Parkir(3) Petugas CCTV
2) Identifikasi Kegiatana) Identifikasi Kegiatan Utama Tamu Hotel
TAMU HOTEL
PENGELOLA
Pelaku Kegiatan Utama
Manajer Utama Mengatur berjalannya hotel secara keseluruhan
Asisten Manajer Membantu mengatur berjalannya hotel secara keseluruhan
Sekretaris Mengatur jadwal manajer, membuat laporan
Manajer Pemasaran Mengatur pemasaran dan promosi hotel kepada pihak calon
konsumen
Manajer Personalia Mengatur pekerjaan dan bekerjanya pegawai pada hotel
Pelaku Kegiatan Utama
Tamu Perorangan Menginap, menikmati fasilitas rekreasi, menikmati fasilitas
Tamu pasangan Menginap, menikmati fasilitas rekreasi, menikmati fasilitas
Tamu rombongan Menginap, menikmati fasilitas rekreasi, menikmati fasilitas
Tamu spesial Menginap, menikmati fasilitas rekreasi, menikmati fasilitas
b) Identifikasi Kegiatan Utama Pengunjung
PENGUNJUNG
Pelaku Kegiatan Utama
Pengunjung layanan utama Menikmati fasilitas
Pengunjung komersial Melakukan kegiatan konsumsi di fasilitas komersial
Pengunjung pertemuan Melakukan kegiatan pertemuan, rapat, meeting, acara yang
dihadiri oleh orang banyak pada fasilitas ruang serbaguna
Pengunjung rekreasi Menikmati fasilitas rekreasi ( kolam renang, biliar, fitness centre,
pijat dan refleksi, restoran, bar, lapangan )
c) Identifikasi Kegiatan Utama Pengelola
Pelaku
Kegiatan Utama
Manajer Operasional dan
Teknik
Mengatur berjalannya usaha hotel resor dalam tiap-tiap harinya
Manajer Pengadaan Barang
Mengatur pembelian barang dan barang-barang yang masuk keluar
PEGAWAI
Pegawai Front Office
Pelaku Kegiatan UtamaResepsionis dan Informasi Menerima tamu dan memberikan informasi
Reservasi dan Pembayaran Menerima pemesanan kamar, membuat tagihan dan menerima
pembayaran
Petugas lounge Melayani kebutuhan pengunjung lounge
Bellboy Mengantar tamu dan membawa barang bawaan
Pegawai Tata Graha
Cleaning service Menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan area publik hotel
House keeping /room
service
Menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan area hunian hotel
serta melayani kebutuhan tamu hotelPetugas laundry Mencuci, menyetrika dan menyiapkan dalam keadaan siap
pakai
pakaian tamu hotel
Petugas linen Mengelola sirkulasi dan penyediaan serta mengantarkan linen ke
kamar tamu hotelPetugas florist Menyediakan, merangkai, dan mengatur penataan bunga
di ruang-
ruang hotel
Pelaku Kegiatan Utama
Tukang kebun Memelihara tanaman di dalam maupun di luar
Tukang masak Membuat masakan untuk pesanan makanan ke kamar sebagai
bagian dari room service dan membuat masakan bagi para
pegawai lain
Petugas penerimaan barang Mengambil barang pesanan dengan kendaraan, mengangkut dan
meletakkan barang-barang yang datang untuk keperluan hotel
Pegawai Private Dining, Restoran dan Bar
Kepala Koki Mengatur masakan yang akan dimasak serta menentukan menu,
pembagian tugas dan penyajian
Koki Restoran Memasak makanan dan minuman bagi pengunjung restoran
Koki Private Dining Memasak makanan dan minuman bagi pengunjung private dining
Tukang cuci Mencuci peralatan makan dan minum
Pramusaji Mengantarkan makanan, membersihkan meja
Kasir Membuat tagihan dan menerima pembayaran
Barista Membuat minuman di bar
Cleaning service Menjaga kebersihan dan kerapihan area private dining, restoran
dan bar
Pegawai Fasilitas Komersial
Supervisor ruang serbaguna
Mengatur persiapan penggunaan ruang dan setting ruang
tergantung kebutuhan acara
Penjaga drugstore Menjaga drugstore
Petugas money changer Melayani penukaran uang
PELAK
Kegiatan Utama
Penjaga toko souvenir dan
butik
Menjaga dan melayani orang yang datang ke toko souvenir dan
butik
Petugas ruang konektivitas
Menjadi operator ruang konektivitas dan mengatur ketersediaan
konektivitas
Pegawai Fasilitas Rekreasi dan Olahraga
Operator kolam renang Menjaga keamanan kolam renang dan mengecek kesiapan dan
kelayakan kolam untuk digunakan
Operator fitness centre Menjaga kesiapan dan kelayakan perlatan fiteness centre serta siap
menjadi instruktur jika diminta
Petugas reservasi pijat dan
refleksi
Menerima dan mengatur pesanan pijat dan refleksi, serta mengatur
penjadwalan
Terapis pijat dan refleksi Memberikan pelayanan pijat dan refleksi
Petugas pengawas fasilitas
Menjaga dan mengawasi semua fasilitas rekreasi maupun fasilitas
d) Identifikasi Kegiatan Utama Pegawai
rekreasi outdoor pada hotel
Pegawai Fasilitas
Petugas medis Memberi pertolongan pertama, sementara dan jika memungkinkan
hingga sembuh kepada korban luka atau cedera
Instruktur pelatihan Memberi pelatihan keamanan dan cara untuk menikmati berbagai
fasilitas
Pelaku Kegiatan Utama
Penjaga counter Menjaga peralatan dan mengatur peminjaman peralatan
Tour guide fishing Menemani dan mengarahkan kegiatan fishing
Tour guide climbing Menemani dan mengarahkan kegiatan climbing
Tour guide tracking Menemani dan mengarahkan kegiatan tracking
Tour guide farming Menemani dan mengarahkan kegiatan farming
Pegawai Pengelola
Office boy dan cleaning
service
Melayani kebutuhan pengelola dan menjaga kebersihan serta
kerapihan kantor pengelola
Pegawai Utilitas
Petugas mekanikal
elektrikal
Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap peralatan mekanikal
elektrikalPetugas genset Melakukan perawatan dan perbaikan genset serta memastikan
adanya sumber energi
Petugas pompa air Melakukan perawatan terhadap pompa dan tandon serta
memastikan ketersediaan pasokan air bagi hotel
Pegawai Keamanan
Satpam Menjaga keamanan hotel
Petugas parkir Mengatur kendaraan parkir3. Analisis Pola Kegiatan Perilaku
4. Kebutuhan Ruang- Kebutuhan Ruang Area Hunian
Ruang Pelaku
Hunian single Room Tamu hotel perorangan
Hunian twin Room Tamu hotel pasangan
Hunian double room Tamu hotel pasangan
Hunian triple room Tamu hotel rombongan
Hunian double-double room Tamu hotel rombongan
Hunian suite room Tamu hotel khusus
Private dining room Tamu hotel
Ruang Pelaku
Pengunjung Siung-Adventure
Area Wisata Alam Pengunjung
Ruang tunggu Pengunjung
Area pelatihan ruang terbuka Pengunjung
Area pelatihan dalam ruang Pengunjung
Lavatory Pengunjung
Restoran Pengunjung dan pengunjung fasilitas lain
Pengunjung Restoran dan Bar
Restoran Pengunjung restoran
Bar Pengunjung bar
Lavatory Pengunjung bar dan restoran
Pengunjung Pijat dan Refleksi
Lavatory private dining room Tamu hotel
Kolam renang hunian Tamu hotel
Taman hunian Tamu hotel
- Kebutuhan Area Publik
Ruang Pelaku
Parkir pengunjung Tamu hotel, pengunjung
Ruang Enterance Tamu hotel, pengunjung
Lobi Tamu hotel, pengunjung
Lounge Tamu hotel, pengunjung
Taman depan Tamu hotel, pengunjung
Ruang terbuka transisi ke spot fasilitas
olahraga dan rekreasiTamu hotel, pengunjung
- Kebutuhan Ruang Area Pengunjung
Ruang Pelaku
Pengunjung Siung-Adventure
Area Wisata Alam Pengunjung
Ruang tunggu Pengunjung
Area pelatihan ruang terbuka Pengunjung
Area pelatihan dalam ruang Pengunjung
Lavatory Pengunjung
Restoran Pengunjung dan pengunjung fasilitas lain
Pengunjung Restoran dan Bar
Restoran Pengunjung restoran
Bar Pengunjung bar
Lavatory Pengunjung bar dan restoran
Pengunjung Pijat dan Refleksi
Dapur private dining Koki private dining
Ruang persediaan bahan makanan
private dining
private dining
Ruang peracikan minuman Barista
Ruang istirahat/pantri Koki restoran, koki private dining, barista, pramusaji
Lavatory Pegawai restoran
Gudang bahan makanan Koki
Gudang peralatan masak Koki
Ruang cuci alat makan Tukang cuci
Servis Ruang Serbaguna
Ruang peralatan Petugas ruang serbaguna
Ruang sound Petugas ruang serbaguna
Servis Komersial
Ruang penjaga drugstore Penjaga drugstore
Ruang petugas money changer Petugas money changer
Ruang petugas biro perjalanan Petugas biro perjalanan
Ruang istirahat penjaga toko
souvenir dan butik
Penjaga toko souvenir dan butik
Ruang operator konektivitas Petugas ruang konektivitas
Lavatory area komersial Pegawai area komersial
Servis
Ruang istirahat/pantri Instruktur dan tour guide
Ruang display dan alat Petugas
Dapur restoran Koki Restoran
Servis Pijat dan Refleksi
Resepsionis pijat dan refleksi Petugas reservasi pijat dan refleksi
Ruang istirahat Terapis
Ruang peralatan Terapis
Servis Kolam Renang
Pos registrasi kolam renang Operator kolam renang
Ruang peralatan kolam renang Petugas kolam r enang
Servis Fitnes
Ruang registrasi Operator fitnes
Ruang istirahat Operator fitnes
Ruang alat fitnes Operator fitnes
Area Utilitas
Ruang pompa Petugas utilitas
Ruang genset Petugas utilitas
Ruang trafo Petugas utilitas
Ruang PLN Petugas utilitas
5. Analisis Hubungan Ruang- Hubungan Ruang Makro
- Area Parkir dan Halaman Depan
- Area Laoby
- Area Komersial
- Area Hunian
- Pola Hubungan Untuk Tiap Tiap Kamar Hunian
- Area Relaksasi
- Area Utilitas
- Area Pengelola
- Area Kolam Renang
- Area Rekreasi dan Olah Raga
- Area Wisata Alam
- Area Restoran Dan Bar
-- Area
C. PENDEKATAN LOKASIAnalisa Kriteria Lokasi Yang Perlu Diperhatikan :1. Mempunyai akses pencapaian yang mudah 2. Site mempunyai kekayaan alam yang masih asli3. Site mampu mengakmodasi rekreasi untuk pengunjung
D. PENDEKATAN TAPAK1) Analisa Kriteria Lokasi Yang Perlu Diperhatikan :1. Mempunyai akses pencapaian yang mudah 2. Site mempunyai kekayaan alam yang masih asli3. Site mampu mengakmodasi rekreasi untuk pengunjung
Dari kriteria lokasi site resort wisata di atas, dipilih lokasi sebuah pulau yang terdapat di Provinsi Banten. Sangiang, ada juga yang menyebutnya Sanghyang adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Selat Sunda, yakni antara Jawa dan Sumatra. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. terletak di titik kordinat antara 105 49 30″ - 105 52 Bujur Timur 5 56 - 5 58 50″ Lintang′ ′ ′ ′ ′ ′ ′ ′ Selatan.a) Batas Wilayah
Blok Pemanfaatan TWA Sangiang seluas 294,5 ha ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 61/Kpts/DJ-V/1996 tanggal 24 Juni 1996, dengan rincian luas sebagal berikut:a. Bagian Utara seluas 133,25 meliputi Blok: Kedondong, Rawa Bandeng dan Legon Waru,b. Bagian Selatan seluas 161,25 ha meliputi Blok: Batu Mandi, Batu Raden dan Tembuyung,
b) KependudukanPenduduk di Pulau Sangiang hanya berjumlah 40 Keluarga.
c) Potensi Pariwisata
Gambar di atas merupakan potensi pariwisata yang terdapat pada Pulau Sangiang.
2) Analisa Pencapaian LokasiLokasi site di pulau sangiang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan air / kapal. Pertama untuk mencapai di Pulau Sangiang sendiri, kapal akan berjalan dari dermaga di Kecamatan Anyer menuju dermaga utama di Pulau Sangiang. Selanjutnya dari dermaga utama Pulau Sangiang naik kapal menuju dermaga kecil yang terdapat pada site.
1. Dari Dermaga Kecamatan Anyer menuju Dermaga utama Pulau Sangiang
2. Dari dermaga utama Pulau Sangiang menuju dermaga pada site
E. PENDEKATAN BENTUK DAN RUANGa. Bentuk ruang
Dasar pertimbangan:
Fleksibilitas dan efisiensi ruang
Identitas bangunan
Kemungkinan pengelompokkan kegiatan yang sejenis
Pencerminan kegiatan yang ditampung
Kondisi Tapak
Integritas dengan tapak
Alternatif bentuk bangunan dapat dilihat dalam label di bawah ini:
Bentuk Massa Sifat dan Karakter
Lingkaran Massa lingkaran mempunyai kekuatan visual yang kuat,
tidak dapat disederhanakan lagi. Mempunyai pandangan
ke segala arah (bebas). Karena tidak adanya sudut.
Massa lingkaran juga sangat menarik perhatian dan
sifatnya sangat sentral.
Segitiga Bentuk massa segitiga mempunyai bentuk ekspresif yang
kuat, stabil, serta dinamis dan tidak dapat
disederhanakan. Segitiga bila berdiri pada sisinya
bersifat sangat stabil. Sedangkan bila berdiri pada salah
satu sudutnya bersifat seimbang yang kritis, tidak stabil
dan cenderung jatuh.
Segiempat Massa segiempat, menunjukkan sesuatu yang murni dan
rasional. Merupakan bentuk yang statis, netral, dan tidak
mempunyai arah tertentu. Segiempat apabila berdiri
pada salah satu sisinya bersifat stabil sedamgkan bila
berdiri pada salah satu sudutnya bersifat dinamis.
Memberikan kesan wajar, fleksibel, mudah diatur dan
mempunyai optimasi ruang
Segi lima, segi enam,
dst
Seperti lingkaran bersifat sentral. Akan tetapi, karena
memiliki sisi jadi masih dapat berorientasi. Pandangan
juga lebih bebas daripada segiempat.
Alternatif bentuk gubahan massa dapat dijelaskan dengan tabel di bawah ini:
Alternatif Karakter Penerapan
Memusat Bersifat stabil, merupakan
komposisi berpusat yang terdiri
dari sejumlah ruang-ruang
sekunder yang dikelompokkan
mengelilingi sebuah pusat yang
besar dan dominan
Massa bangunan
disusun mengelilingi
suatu pusat massa
berikut orientasi
Linear Bersifat fleksibel dan cepat
tanggap terhadap bermacam-
macam kondisi tapak. Terdiri dari
ruang-ruang yang berulang dalam
hal ukuran dan fungsi dari tiap
ruang di sepanjang deretan
tersebut memiliki hubungan
dengan ruang luar.
Massa Bangunan
disusun berbaris,
mengikuti pola jalan
yang ada dengan
orientasi menuju jalan.
Radial Memadukan unsur-unsur pola
terpusat dan linear. Dengan
ruang-ruang pusat yang dominan
dari pola-pola linear yang
berkembang menjadi jari-jarinya.
Massa bangunan
menyebar dari suatu
titik pusat massa
sebagai sentral, dengan
orientasi berkembang
sesuai dengan
penyebaran.
Cluster Menggabungkan ruang-ruang
yang berlainan bentuk tapi
bersifat kegiatan yang sama dan
berhubungan satu sama lain
berdasarkan penempatan dan
ukuran visual seperti simetri
menurut sumbunya.
Massa bangunan
disusun berkelompok-
kelompok sesuai
dengan kegiatan yang
serupa.
Grid Terdiri dari bentuk-bentuk dan
ruang-ruang dimana posisi-
posisinya dalam ruang dan
hubungan antarruang diatur oleh
pola grid/papan catur tiga
dimensi atau bidang.
Massa bangunan
disusun dalam bentuk
modul-modul yang
diatur.
F. PENDEKATAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
Struktur Atas
(1) Umum.
Konstruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat dari konstruksi beton, konstruksi baja, konstruksi kayu atau konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus
(2) Persyaratan Teknis,
(a) Konstruksi beton
Perencanaan konstruksi beton harus memenuhi standar teknis yang berlaku, seperti :
1) SNI 03–2847-1992 atau edisi terbaru; Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
2) SNI 03–3430-1994 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan blok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung.
3) SNI 03-1734-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan beton dan struktur dinding bertulang untuk rumah dan gedung.
4) SNI 03–2834 -1992 atau edisi terbaru; Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.
5) SNI 03–3976-1995 atau edisi terbaru; Tata cara pengadukan dan pengecoran beton.
6) SNI 03–3449-1994 atau edisi terbaru; Tata cara rencana pembuatan campuran beton ringan dengan agregat ringan.
(b) Konstruksi Baja
Perencanaan konstruksi baja harus memenuhi standar yang berlaku seperti :
1) SNI 03-1729-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan bangunan baja untuk gedung.
2) Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan konstruksi baja .
3) Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja.
4) Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama PelaksanaanKonstruksi.
(c) Konstruksi Kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus memenuhi standar teknis yang berlaku, seperti:
1) Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk BangunanGedung.
2) Tata cara/pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan konstruksi kayu.
3) Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi Kayu
4) SNI 03 – 2407 – 1991 atau edisi terbaru; Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung.
(d) Konstruksi dengan Bahan dan Teknologi Khusus
1) Perencanaan konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus harus dilaksanakan oleh ahli struktur yang terkait dalam bidang bahan dan teknologi khusus tersebut.
2) Perencanaan konstruksi dengan memperhatikan standar teknis padanan untuk spesifikasi teknis, tata cara, dan metoda uji bahan dan teknologi khusus tersebut.
(e) Pedoman Spesifik Untuk Tiap Jenis Konstruksi
Selain pedoman yang spesifik untuk masing-masing jenis konstruksi, standar teknis lainnya yang terkait dalam perencanaan suatu bangunan yang harus dipenuhi, antara lain:
1) SNI 03-1735-2000 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan bangunan dan lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
2) SNI 03-1736-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan struktur bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
3) SNI 03-1963-1990 atau edisi terbaru; Tata cara dasar koordinasi modular untuk perancangan bangunan rumah dan gedung.
4) SNI 03–2395-1991 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dan perancangan bangunan radiologi di rumah sakit.
5) SNI 03–2394-1991 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dan perancangan bangunan kedokteran nuklir di rumah sakit.
6) SNI 03–2404-1991 atau edisi terbaru; Tata cara pencegahan rayap pada pembuatan bangunan rumah dan gedung.
7) SNI 03–2405-1991 atau edisi terbaru; Tata cara penanggulangan rayap pada bangunan rumah dan gedung dengan termitisida.
4.5.3 Struktur Bawah
(1) Umum.
Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa pondasi langsung atau pondasi dalam, disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi didirikannya rumah sakit.
(2) Persyaratan Teknis.
(a) Pondasi Langsung
1) Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukung tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami penurunan yang melampaui batas.
2) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.
3) Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana dan spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli yang memiiki sertifikasi sesuai.
4) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi beton bertulang.
(b) Pondasi Dalam
1) Dalam hal penggunaan tiang pancang beton bertulang harus mengacu pedoman teknis dan standar yang berlaku.
2) Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah tepi laut yang dapat mengakibatkan korosif harus memperhatikan pengamanan baja terhadap korosi memenuhi pedoman teknis dan standar yang berlaku.
3) Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan pondasi yang belum diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten dengan metode konstruksi yang belum dikenal, harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan instansi yang berwenang.
4) Dalam hal perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak, harus menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi terkait)
5) Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah dengan daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan tanah, sehingga penggunaan pondasi langsung dapat menyebabkan penurunan yang berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.
6) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.
7) Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam harus diverifikasi dengan percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi dalam direncanakan dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor keamanan yang lazim.
8) Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
9) Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah1% dari jumlah titik pondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik secara random, kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta disetujui oleh instansi yang bersangkutan.
(c) Keselamatan Struktur
1) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
2) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan rumah salikit, sehingga rumah sakit selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
3) Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit dilaksanakan secara berkala sesuai klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
(d) Keruntuhan Struktur
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak diharapkan, pemeriksaan keandalan bangunan harus dilakukan secara berkala sesuai dengan pedoman/petunjuk teknis yang berlaku.
(e) Persyaratan Bahan
1) Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua persyaratan keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan pengguna bangunan, serta sesuai pedoman teknis atau standar teknis yang berlaku.
2) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI, dapat digunakan standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang berwenang.
3) Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud. 4) Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem hubungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan.
1. Pendekatan UtilitasSistem proteksi petir.
(a) Bangunan instalasi rawat inap yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk, ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir, harus dilengkapi dengan instalasi proteksi petir.
(b) Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan instalasi rawat inap dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya.
(c) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, pemeliharaan instalasi sistem proteksi petir mengikuti SNI 03 – 7015 – 2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
4.1.3 Sistem proteksi Kebakaran.
(a) Bangunan instalasi rawat inap, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan sistem proteksi pasif dan proteksi aktif.
(b) Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/ atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan instalasi rawat inap..
(c) Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan instalasi rawat inap.
(d) Bilamana terjadi kebakaran di ruang rawat inap, peralatan yang terbakar harus segera disingkirkan dari sekitar sumber oksigen atau outlet pipa yang dimasukkan ke ruang rawat inap untuk mencegah terjadinya ledakan.
(e) Api harus dipadamkan di ruang rawat inap, jika dimungkinkan, dan pasien harus segera dipindahkan dari tempat berbahaya. Peralatan pemadam kebakaran harus dipasang diseluruh rumah sakit . Semua petugas harus tahu peraturan tentang cara-cara proteksi kebakaran. Mereka harus tahu persis tata letak kotak alarm kebakaran dan tahu menggunakan alat pemadam kebakaran. (f) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem proteksi pasif dan proteksi aktif mengikuti :
(1) SNI 03 – 3988 – 19950, atau edisi terakhir, Pengujian kemampuan pemadaman dan penilaian alat pemadam api ringan.
(2) SNI 03 – 1736 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung,
(3) SNI 03 – 1745 – 2000, atau edisi terakhir,Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
(4) SNI 03 – 3985 – 2000, atau edisi terakhir,Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
(5) SNI 03 – 3989 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
(6) atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
4.1.4 Sistem kelistrikan.
(a) Sumber daya listrik.
Sumber daya listrik pada bangunan instalasi bedah, termasuk katagori “sistem kelistrikan esensial 2” , di mana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik siaga untuk menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal.
(b) Jaringan.
(1) Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa digerakkan, harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang sepanjang track, untuk mencegah terjadinya retakan-retakan dan kerusakan-kerusakan pada kabel.
(2) Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik, menghindari bahaya- bahaya tersebut. (3) Sambungan listrik pada kotak hubung singkat harus diperoleh dari sirkit- sirkit yang terpisah. Ini menghindari akibat dari terputusnya arus karena bekerjanya pengaman lebur atau suatu sirkit yang gagal yang menyebabkan terputusnya semua arus listrik pada saat kritis.
(c) Terminal.
(1) Kotak Kontak (stop kontak)
a) Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu kutub pembumian terpisah yang mampu menjaga resistans yang rendah dengan kontak tusuk pasangannya.
b) Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak kontak listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di atas permukaan lantai, dan harus dari jenis tahan ledakan.
c) Jumlah kotak kontak untuk setiap tempat tidur di daerah pelayanan kritis, minimal 4 buah, sesuai SNI 03 – 7011 – 2004, Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan”
(2) Sakelar.
Sajekar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus memenuhi SNI
04 – 0225 – 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau pedoman dan standar teknis yang berlaku.
(d) Pembumian.
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem harus memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding system). Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak melalui pasien.
(e) Peringatan.
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan bahaya kebakaran.
Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas.
Bahaya ini dapat dicegah dengan :
(1) Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk instalasi rawat inap.
Peralatan harus mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk menghindari beban lebih.
(2) Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan sistem pembumian yang benar sebelum digunakan.
(3) Segera menghentikan pemakaian dan melaporkan apabila ada peralatan listrik yang tidak benar.
(f) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem kelistrikan pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti
(1) SNI 03 – 7011 – 2004, atau edisi terakhir, Keselamatan pada bangunan fasilitas keehatan.
(2) SNI 04 – 7018 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga.
(3) SNI 04 – 7019 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik darurat menggunakan energi tersimpan.
(4) atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku
4.1.5 Sistem gas medik dan vakum medik.
(a) Vakum, udara tekan medik, oksigen, dan nitrous oksida disalurkan dengan pemipaan ke ruang bedah. Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada langit-langit, atau digantung di langit-langit.
(b) Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang lain, sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel berbunyi, pasokan oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari panel-panel yang berada di koridor-koridor, Bel dapat dimatikan, tetapi lampu indikator yang memonitor gangguan/kerusakan yang terjadi tetap menyala sampai gangguan/kerusakan teratasi. (c) Selama terjadi gangguan, dokter anestesi dapat memindahkan sambungan gas medisnya yang semula secara sentral ke silinder-silinder gas cadangan pada mesin anestesi.
4.2 Persyaratan kesehatan bangunan.
4.2.1 Sistem ventilasi.
(a) Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/ buatan sesuai dengan fungsinya.
(b) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
(c) Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat.
(d) Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan instalasi bedah..
(e) Ventilasi di daerah pelayanan kritis pasien harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah pengumpulan gas-gas anestesi dalam ruangan.
(f) Sepuluh kali pertukaran udara per jam di instalasi rawat inap yang dianjurkan.
(g) Sistem ventilasi dalam instalasi rawat inap harus terpisah dari sistem ventilasi lain di rumah sakit.
(h) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan instalasi bedah mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung , atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku. 4.2.2 Sistem pencahayaan.
(a) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
(b) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
(c) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan instalasi rawat inap dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan instalasi rawat inap.
(d) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan instalasi rawat inap dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
(e) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan instalasi rawat inap dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
(f) Semua sistem pecahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca dan dicapai, oleh pengguna ruang.
(g) Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang dipasang di langit-langit.
(h) Kebanyakan pencahayaan ruangan menggunakan lampu fluorecent, tetapi dapat juga menggunakan lampu pijar. Lampu-lampu recessed tidak mengumpulkan debu.
(i) Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.
(j) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem pencahayaan pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti :(1) SNI 03 – 2396 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung,
(2) SNI 03 – 6575 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung,
(3) SNI 03 – 6574 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan darurat, tanda arah dan tanda peringatan,
(4) atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
4.2.3 Sistem Sanitasi.
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan instalasi rawat inap harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
(a) Sistem air bersih.
(1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya.
(2) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan instalasi rawat inap harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan, sistem air bersih pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing2000, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
(b) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.
(1) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
(2) Pertimbangan jenis air kotor kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan. (3) Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing 2000, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
(c) Sistem pembuangan kotoran dan sampah.
(1) Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
(2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada bangunan rehabilitasi medik, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
(3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengolahan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah pada bangunan instalasi bedah mengikuti pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
(d) Sistem penyaluran air hujan.
(1) Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
(2) Setiap bangunan instalasi bedah dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan. (3) Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diserapkan ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(4) Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
(5) Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4.3 Persyaratan kenyamanan.
4.3.1 Sistem pengkondisian udara.
(a) Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam bangunan instalasi bedah, pengelola bangunan instalasi rawat inap harus mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.
(b) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan :
(1) fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan bahan bangunan.
(2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan
(3) prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.
(c) Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan.
Kelembaban relatip yang tinggi harus dipertahankan; dan 60% yang dianjurkan. Untuk lokasi anestesi mudah terbakar tidak kurang dari 50% . .
(d) Uap air memberikan suatu medium yang relatip konduktif, yang menyebabkan muatan listrik statik bisa mengalir ke tanah secapat pembangkitannya. Loncatan bunga api dapat terjadi pada kelembaban relatip yang rendah.(e) Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 680F sampai 800F (200C sampai 260C). (f) Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur, unit pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro-organisme yang datang
melalui filter- filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu yang tertentu.
(g) Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur.
(h) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan kenyamanan kondisi udara pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung , atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
4.3.2 Kebisingan
(a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan instalasi rawat inap, pengelola bangunan instalasi rawat inap harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik yang berada pada bangunan instalasi rawat inap maupu di luar bangunan instalasi rawat inap
(b) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4.3.3 Getaran.
(a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan instalasi rawat inap, pengelola bangunan instalasi rawat inap harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber getar lainnya baik yang berada pada bangunan instalasi rawat inap maupun di luar bangunan instalasi rawat inap.
(b) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4.4 Persyaratan kemudahan.
4.4.1 Kemudahan hubungan horizontal.
(a) Setiap bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan kemudahan hubungan horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan instalasi rumah sakit tersebut.
(b) Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.
(c) Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.
(d) Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang dan jumlah pengguna.
(e) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pintu dan koridor mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4.4.2 Kemudahan hubungan vertikal.
(a) Setiap bangunan rumah sakit bertingkat harus menyediakan sarana hubungan vertikal antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan rumah sakit tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga berjalan/ eskalator, dan/atau lantai berjalan/travelator.
(b) Jumlah, ukuran dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan fungsi bangunan rumah sakit, luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang, serta keselamatan pengguna bangunan rumah sakit.
(c) Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lif, harus menyediakan lif kebakaran.
(d) Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumpang biasa atau lif barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran.
(e) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan lif, mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4.4.3 Sarana evakuasi.
(a) Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur evakuasi yang dapat dijamin kemudahan pengguna bangunan rumah sakit untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
(b) Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur evakuasi disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, jumlah dan kondisi pengguna bangunan rumah sakit, serta jarak pencapaian ke tempat yang aman.
(c) Sarana pintu eksit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda arah yang mudah dibaca dan jelas.
(d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan sarana evakuasi mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4.4.3 Aksesibilitas.
(a) Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk ke dan ke luar dari bangunan rumah sakit serta beraktivitas dalam bangunan rumah sakit secara mudah, aman nyaman dan mandiri.
(b) Fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud meliputi toilet, telepon umum, jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi penyandang cacat dan lanjut usia.
(c) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas dan ketinggian bangunan rumah sakit.
(d) Ketentuan tentang ukuran, konstruksi, jumlah fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlak