16
Pencegahan Infeksi Buku Acuan Implan2 untuk Program Keluarga Berencana 51 LIMA PENCEGAHAN INFEKSI 1 LATAR BELAKANG Meskipun prosedur pemasangan-pencabutan Implan-2 memerlukan insisi kecil pada kulit lengan atas tapi teknik aseptik untuk pencegahan infeksi di tempat pemasangan, tetap harus dilakukan. Infeksi terkait dengan kualitas pelayanan dan salah satu alasan untuk mencabut implan sebelum berakhirnya masa kerja kontrasepsi. Infeksi, dapat menyebabkan ekspulsi spontan kapsul. Salah satu tujuan upaya pencegahan infeksi ialah mencegah transmisi penyakit berbahaya (HIV/AIDS atau virus Hepatitis B) dari sumber infeksi (carrier) kepada klien atau petugas kesehatan dan staf klinik 2 . Pemakaian bahan/alat sekali pakai untuk mengurangi risiko infeksi, sering kali tak banyak memberikan manfaat. Selain mahal, limbah instrumen sekali pakai, harus dikelola secara khusus agar aman bagi petugas, staf klinik, klien dan lingkungan. Instrumen sekali pakai, tidak selalu tersedia dan lengkap, terutama di negara-negara dengan sumberdaya terbatas. Peralatan pakai ulang, harus didekontaminasi, cuci-bilas dan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi dengan oktoklaf (uap panas bertekanan tinggi) atau pemanasan kering. Apabila tidak tersedia sterilisator maka perebusan atau pengukusan merupakan satu-satunya pilihan yang dapat diterima (lihat Lampiran C tentang pemrosesan alat-alat operasi dan bahan lainnya). Bab ini menguraikan prinsip dan penerapan praktis pencegahan infeksi yang efektif dan mampu laksana bagi pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas. DEFINISI Mikroorganisme adalah agen penyebab terjadinya infeksi, termasuk didalamnya bakteri, virus, jamur dan parasit. Dalam sistem pencegahan infeksi, bakteri terbagi dalam tiga kategori, yaitu: vegetatif (stafilokokus), mikobakteria (tuberkulosis) dan berendospora (tetanus) yang paling sulit dibunuh. Pencegahan infeksi sering mengandalkan pada penggunaan penghalang (barrier) diantara penjamu (host) dan mikroorganisme. Barier Protektif dapat diwujudkan secara fisik, mekanik atau kimia untuk mencegah penyebaran infeksi dari klien ke klien, petugas ke klien dan klien ke petugas kesehatan. Istilah aseptik, antiseptik, dekontaminasi, cuci-bilas, disinfeksi dan sterilisasi masih sering disalah-artikan. Dalam buku ini, istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut: 1 Dikutip dari Tietjen LG et al 1995. Infection Prevention for Family Planning Service Programs. 2 nd ed. JHPIEGO Corporation: Baltimore, Maryland. 2 Dalam buku ini, setiap menyebutkan Hepatitis B (HBV) selalu dikaitkan juga dengan Hepatitis C (HCV) dan Delta Hepatitis (HDV) oleh karena penularan dan cara pencegahan infeksinya sama.

BAB 5 Pencegahan Infeksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Implan KB

Citation preview

Page 1: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

 

Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana                                                                                5‐1  

 

LIMA

PENCEGAHAN INFEKSI1

LATAR BELAKANG

Meskipun prosedur pemasangan-pencabutan Implan-2 memerlukan insisi kecil pada kulit lengan atas tapi teknik aseptik untuk pencegahan infeksi di tempat pemasangan, tetap harus dilakukan. Infeksi terkait dengan kualitas pelayanan dan salah satu alasan untuk mencabut implan sebelum berakhirnya masa kerja kontrasepsi. Infeksi, dapat menyebabkan ekspulsi spontan kapsul. Salah satu tujuan upaya pencegahan infeksi ialah mencegah transmisi penyakit berbahaya (HIV/AIDS atau virus Hepatitis B) dari sumber infeksi (carrier) kepada klien atau petugas kesehatan dan staf klinik2. Pemakaian bahan/alat sekali pakai untuk mengurangi risiko infeksi, sering kali tak banyak memberikan manfaat. Selain mahal, limbah instrumen sekali pakai, harus dikelola secara khusus agar aman bagi petugas, staf klinik, klien dan lingkungan. Instrumen sekali pakai, tidak selalu tersedia dan lengkap, terutama di negara-negara dengan sumberdaya terbatas.

Peralatan pakai ulang, harus didekontaminasi, cuci-bilas dan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi dengan oktoklaf (uap panas bertekanan tinggi) atau pemanasan kering. Apabila tidak tersedia sterilisator maka perebusan atau pengukusan merupakan satu-satunya pilihan yang dapat diterima (lihat Lampiran C tentang pemrosesan alat-alat operasi dan bahan lainnya). Bab ini menguraikan prinsip dan penerapan praktis pencegahan infeksi yang efektif dan mampu laksana bagi pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas.

DEFINISI

Mikroorganisme adalah agen penyebab terjadinya infeksi, termasuk didalamnya bakteri, virus, jamur dan parasit. Dalam sistem pencegahan infeksi, bakteri terbagi dalam tiga kategori, yaitu: vegetatif (stafilokokus), mikobakteria (tuberkulosis) dan berendospora (tetanus) yang paling sulit dibunuh.

Pencegahan infeksi sering mengandalkan pada penggunaan penghalang (barrier) diantara penjamu (host) dan mikroorganisme. Barier Protektif dapat diwujudkan secara fisik, mekanik atau kimia untuk mencegah penyebaran infeksi dari klien ke klien, petugas ke klien dan klien ke petugas kesehatan.

Istilah aseptik, antiseptik, dekontaminasi, cuci-bilas, disinfeksi dan sterilisasi masih sering disalah-artikan. Dalam buku ini, istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut:

                                                            1 Dikutip dari Tietjen LG et al 1995. Infection Prevention for Family Planning Service Programs. 2nd ed. JHPIEGO Corporation: Baltimore, Maryland. 2 Dalam buku ini, setiap menyebutkan Hepatitis B (HBV) selalu dikaitkan juga dengan Hepatitis C (HCV) dan Delta Hepatitis (HDV) oleh karena penularan dan cara pencegahan infeksinya sama. 

Page 2: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

5‐2                                                                                    Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana  

 

• Aseptik adalah istilah dalam pelayanan kesehatan untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan akan menimbulkan infeksi. Tujuan utama aseptik adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme pada permukaan benda hidup (kulit, jaringan) maupun benda mati (instrumen) hingga mencapai tingkat yang aman.

• Antiseptik adalah upaya untuk membunuh atau menghambat mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya dengan menggunakan bahan-bahan kimia (antiseptik).

• Dekontaminasi adalah prosedur pengamanan peralatan bekas pakai atau bagian yang terpapar oleh agen penyebab infeksi sebelum prosedur cuci-bilas agar benda-benda tersebut dapat diproses/ditangani dengan aman oleh petugas pengelola. Peralatan dimaksud termasuk meja ginekologi atau meja operasi, peralatan operasi, sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh selama atau setelah operasi. Benda-benda tersebut diatas, termasuk lantai, dinding, meja, langit-langit, atau lampu sorot.

• Cuci-Bilas adalah proses fisik untuk menghilangkan darah, cairan tubuh atau benda asing lainnya (debu atau kotoran) dari permukaan kulit atau dari peralatan.

• Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah proses untuk menghilangkan sebagian besar (kecuali bakteri dengan endospora) tetapi tidak semua mikroorganisme penyebab penyakit dari peralatan.

• Sterilisasi adalah proses eradikasi mikroorganisme (bakteri-termasuk degan endospora, virus, jamur dan parasit) dengan cara merebus, mengukus atau uap panas bertekanan, panas kering atau secara kimiawi pada peralatan.

PROSES MENGHILANGKAN DAN MEMBUNUH MIKROORGANISME

Seperti bagan pada Gambar 5-1, dekontaminasi adalah langkah pertama dalam penanganan peralatan operasi, sarung tangan dan bahan lain yang kotor (terkontaminasi). Sebagai contoh, merendam peralatan bekas pakai dalam klorin 0,5% selama 10 menit akan segera membunuh virus hepatitis B dan HIV/AIDS, sehingga peralatan aman untuk dikelola oleh petugas (American Association of Operating Room Nurses 1990). Permukaan meja periksa, meja operasi, bangku di laboratorium dan peralatan lain yang mungkin terkena darah atau cairan tubuh juga harus didekontaminasi dengan larutan Klorin 0,5% atau Fenol 1-2%. Setelah dekontaminasi, proses peralatan dilanjutkan dengan cuci-bilas dan kemudian sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) sebagai proses terakhir (Tietjen & McIntosh 1989). Tabel 5-1, menunjukkan kondisi sebelumnya dan proses akhir (sterilisasi/DTT) peralatan (Spaulding et al 1968).

Page 3: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

 

Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana                                                                                5‐3  

 

Tabel 5-1. Proses Akhir (DTT/Sterilisasi) Peralatan Operasi, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya

Jaringan Proses Terakhir Contoh

Mukosa membran yang utuh atau kulit yang robek.

Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endosporaa. DTT harus didahului dengan dekontaminasi dan pencucian.

Sonde uterus dan spekulum vagina

Jaringan dibawah kulit yang dalam keadaan normal steril.

Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi harus didahului dengan dekontaminasi dan pencucianb.

Alat operasi seperti jarum dan tabung suntik, skalpel, sarung tangan dan trokar untuk pemasangan/pencabutan implan.

aBakteri endospora adalah jenis bakteri yang sulit dibunuh karena mempunyai selaput yang tebal. Jenis bakteri endospora antara lain, bakteri penyebab tetanus (Clostridia tetani) dan gangren (Clostridia sp.) Bakteri endospora hanya bisa dibunuh dengan proses sterilisasi. bBila tidak ada sterilisator, DTT hanya satu-satunya metoda yang dapat dipilih (lihat Gambar 5-1). Dikutip dari: Spaulding et al 1968.

Sterilisasi dan Disinfeksi Tingkat Tinggi

Banyak penulis menganjurkan proses akhir peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk metode kontrasepsi operatif (tubektomi-vasektomi, AKDR, Implan-2) adalah sterilisasi. Sterilisasi yang dilakukan dengan benar, merupakan metode yang paling baik dan efektif pemrosesan peralatan. Bila sterilisator tidak ada atau tidak sesuai dengan jenis peralatan yang akan diproses (misalnya, laparoskopi) maka DTT/sterilisasi kimiawi merupakan proses terpilih (Gambar 5-1).

Ingat: Untuk membuat proses sterilisasi atau DTT menjadi efektif, maka dekontaminasi dan pencucian harus dilakukan lebih dulu.

Page 4: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

5‐4                                                                                    Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana  

 

Gambar 5-1. Pemrosesan Alat-alat, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya

*Peralatan terbungkus dan steril dapat disimpan sampai 1 minggu. Peralatan tidak terbungkus harus disimpan dalam kontainer steril atau DTT yang tertutup rapat atau harus segera dipakai.

Sumber: WHO 1990

Page 5: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

 

Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana                                                                                5‐5  

 

BARIER PROTEKTIF

Menempatkan barier (penghalang) fisik, mekanik atau kimia diantara mikroorganisme dengan manusia, baik klien maupun petugas kesehatan merupakan tindakan efektif untuk mencegah penyebaran penyakit (memutus siklus penyebaran penyakit).

Barier protektif dalam tindakan pencegahan infeksi meliputi:

• Cuci tangan • Mengenakan sarung tangan (sepasang), baik untuk operasi maupun waktu

menangani bahan terkontaminasi atau alat bekas pakai • Memakai kain penutup selama operasi • Mengenakan alat pelindung diri (misalnya: kacamata, masker atau apron) bila ada

risiko bersentuhan dengan darah/cairan tubuh (membersihkan alat dan bahan lainnya)

• Dekontaminasi, cuci-bilas, proses DTT/sterilisasi peralatan operasi, sarung tangan dan bahan lainnya.

CUCI TANGAN DAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN

Cuci tangan dan menggunakan sarung tangan saat memasang-mencabut implan-2 atau saat menangani bahan-bahan terkontaminasi merupakan hal penting untuk mencegah transmisi penyakit dan menjaga keamanan lingkungan terhadap penyakit (Garner dan Favero 1986). Untuk menghemat biaya dan menjaga keamanan klien/petugas, sebaiknya diketahui kondisi apa dan kapan sarung tangan steril/DTT diperlukan atau tidak.

Cuci tangan dapat dikatakan sebagai satu-satunya prosedur sederhana tetapi sangat penting dalam upaya pencegahan infeksi. Mencuci tangan secara seksama dengan sabun, kemudian membilasnya dengan air bersih dapat menghilangkan sekitar 80% mikroorganisme. Sebaiknya selalu disediakan sabun dan air bersih (dari keran atau ember) untuk mencuci tangan

Untuk sebagian besar kegiatan, cukup mencuci tangan dengan sabun biasa atau antiseptik selama 15 sampai 30 detik dan dilanjutkan dengan membilas tangan dengan air yang mengalir.

Cuci tangan dilakukan sebelum:

• Memeriksa (bersentuhan langsung) klien, dan • Memakai sarung tangan steril/DTT untuk pemasangan-pencabutan Implan-2.

Cuci tangan dilakukan sesudah:

• Setiap keadaan dimana kemungkinan tangan terkontaminasi, misalnya: • Membersihkan alat-alat atau bahan lainnya yang habis dipakai • Menyentuh membrane mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya

• Melepas sarung tangan

Page 6: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

5‐6                                                                                    Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana  

 

Ingat: Cuci tangan setiap setelah melepas sarung tangan, karena mungkin ada lubang/ robekan yang tidak terlihat pada sarung tangan (Bagg, Jenkins dan Barker 1990; Martin et al 1988).

Mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dalam air yang diam, oleh karena itu:

• Bila menggunakan sabun biasa, sediakan sabun ukuran kecil dan taruh di tempat sabun berlubang sehingga tetap kering

• Hindari memasukkan tangan berulang-ulang ke dalam air baskom, meskipun telah diberi antiseptik seperti Dettol® atau Savlon® karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang dalam larutan tersebut

• Bila tidak ada air mengalir, pilih salah satu cara berikut: • Gunakan ember dan gayung atau ember berkran yang dapat ditutup saat

menggosok tangan dan dibuka saat membilas • Gunakan alkohol

Catatan: Larutan alcohol yang tidak membuat perih dapat dibuat dengan menambahkan gliserin atau propilen glikol atau Sorbitol® kedalam alcohol (2 ml dalam 100 ml 60-90% cairan alcohol) (Garner dan Favero 1986). Gunakan 3-5 ml untuk setiap pemakaian dan gosokkan larutan tersebut pada tangan selama kira-kira 2 menit, ulangi sampai jumlah keseluruhan untuk setiap pemakaian antara 6 sampai 10 ml (Larson et al 1990; Roter, Koller dan Wewalka 1980).

• Keringkan tangan menggunakan handuk bersih/hembusan udara hangat dan

pisahkan handuk yang sudah dipakai. Sebaiknya setiap petugas memiliki handuk kecil pribadi atau saputangan

• Bila tempat pembuangan air tidak tersedia, kumpulkan air bekas pakai di dalam baskom, kemudian buang ke jamban.

Menggunakan Sarung Tangan

Sarung tangan harus dipakai oleh semua petugas sebelum menyentuh darah atau cairan tubuh dari klien. Setiap kali memeriksa klien, petugas harus selalu mengganti sarung tangan untuk mencegah kontaminasi silang. Sebaiknya memakai sarung tangan sekali pakai, meskipun sarung tangan dapat dipakai ulang setelah diproses hingga ke tahap akhir (sterilisasi/DTT). Sarung tangan dibuat dari karet alam atau bahan sintetik seperti vynil.

Jenis Sarung Tangan

Petugas Pelaksana: Gunakan sarung tangan steril untuk pemasangan atau pencabutan Implan-2. Jika tidak tersedia autoklaf, lakukan proses DTT dengan cara perebusan atau pengukusan.

Page 7: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

 

Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana                                                                                5‐7  

 

Ingat: Perebusan atau pengukusan tidak dapat membunuh semua bakteri, terutama yang memiliki endospora.

Petugas pembersihan: Gunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal dan bersih pada saat membersihkan peralatan, perlengkapan lain, linen, maupun permukaan yang terkontaminasi dan waktu membuang sampah medik.

Jangan menggunakan sarung tangan yang telah rapuh, tipis, berlubang atau robek.

Banyak staf klinik yang belum mengetahui cara melakukan DTT dengan cara perebusan atau penguapan sarung tangan pakai ulang dan cara mengeringkan atau menyimpannya di tempat yang aman. Cara tersebut dapat dilihat pada Lampiran D.

ANTISEPTIK

Infeksi pascatindakan bedah minor (pemasangan-pencabutan Implan-2) mungkin disebabkan oleh mikroflora dari kulit klien atau dari tangan petugas kesehatan (Larson et al 1990). Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan setiap tindakan dan membersihkan kulit klien dengan larutan antiseptik sangat membantu untuk mencegah infeksi pada tempat operasi.

Pemilihan cairan antiseptik

Antiseptik tidak mempunyai daya bunuh mikroorganisme seperti disinfektan oleh sebab itu, cairan antiseptik tidak bisa digunakan untuk DTT peralatan/sarung tangan pakai ulang.

Bahan kimia yang memenuhi syarat sebagai antiseptik kulit yang aman, antara lain: • Alkohol (60-90% etil, isopropyl atau “metal spiritus”) • Klorheksidin glukonat 4% (misalnya Hibiclens®, Hibiscub®, Hibitane®) • Klorheksidin glukonat dan setrimid (misalnya Savlon®) • Yodium (1 sampai 3%); larutan mengandung air atau alcohol (yodium tingtur) • Iodofor, dalam berbagai konsentrasi (misalnya Betadin®) • Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksilenol), misalnya Dettol®.

PEMROSESAN ALAT-ALAT, SARUNG TANGAN DAN BAHAN LAIN

Untuk menciptakan lingkungan bebas infeksi di tempat kerja, yang terpenting adalah semua petugas, mulai dari petugas pelayanan hingga petugas pembersihan dan perawatan peralatan, harus mengetahui dengan jelas alasan dari setiap langkah tindakan pencegahan infeksi.

Tindakan pencegahan infeksi pada pemasangan dan pencabutan implan Norplant untuk mengurangi penyebaran penyakit dari alat-alat, sarung tangan dan bahan lain yang terkontaminasi meliputi:

• Pembuangan limbah/sampah dan dekontaminasi • Pencucian dan pembilasan, dan • Sterilisasi atau • Disinfektan Tingkat Tinggi (DTT)

Page 8: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

5‐8                                                                                    Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana  

 

Tabel 5-2. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lain

PEMBUANGAN LIMBAH/SAMPAH DAN DEKONTAMINASI

LANGKAH 1. Setelah pemasangan-pencabutan implan (masih memakai sarung tangan), buang bahan bekas pakai (kasa, kapas dan bahan lainnya) ke dalam kontainer yang tidak bocor dan mempunyai penutup atau ke dalam kantung plastik.

LANGKAH 2. Rendam semua peralatan logam ke dalam ember plastik berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit sebelum cuci-bilas. Sebelum merendam jarum dan tabung suntik, terlebih dulu isi dengan larutan klorin (mencegah penularan HBV dan HIV/AIDS ke petugas).

LANGKAH 3. Bila menggunakan jarum dan tabung suntik sekali pakai, setelah dekontaminasi, masukkan ke dalam kontainer yang tidak bocor. Bila hanya tabung suntik/tabung dan jarum suntik, keluarkan cairan dalam tabung kemudian lepaskan jarumnya, masukkan ke kontainer lain (tidak bocor) untuk dibuang.

LANGKAH 4. Seluruh permukaan (seperti meja periksa, meja peralatan) yang terkontaminasi oleh darah, harus didekontaminasi dengan cara mengusapkan larutan klorin 0,5%.

LANGKAH 5. Masukkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepas secara terbalik dan rendam dalam ember berisi klorin 0,5% selam 10 menit. Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, buang ke dalam kantong plastik.

PENCUCIAN DAN PEMBILASAN

LANGKAH 6. Setelah dekontaminasi, cuci peralatan menggunakan air dan deterjen, sikat bagian bergigi dan sekrup kemudan bilas dengan air bersih untuk menghilangkan deterjen (beberapa deterjen dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas larutan disinfektan). Keringkan peralatan tersebut sebelum diproses lebih lanjut. Doek operasi harus dicuci dengan sabun/deterjen dan air, kemudian dikeringkan di udara atau dengan mesin.

LANGKAH 7. Tabung dan jarum suntik bekas pakai, dibilas (3 x) dengan klorin 0,5% kemudian masukkan cairan klorin 0,5% sebelum dimasukkan ke safety box atau dibuang.

Page 9: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

 

Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana                                                                                5‐9  

 

Tabel 5-2. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lain (lanjutan)

STERILISASI

Alat-alat, sarung tangan, tabung suntik (dan jarum bila akan dipakai ulang) dan kain penutup operasi harus disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Bila diperlukan, alat-alat logam dan tabung suntik dapat disterilisasi dengan pemanasan kering.

Pemanasan uap: 121°C (250°F) pada tekanan 106 kPa (15 lb/in2 ) selama 20 menit untuk alat/bahan yang tidak dibungkus dan 30 menit untuk alat/bahan yang dibungkus. Alat/bahan baru boleh diambil setelah kering.

Pemanasan kering: 170°C (340°F) selama 60 menit (jumlah seluruh waktu dari - mulai meletakkan alat/bahan di oven, memanaskan sampai 170°C selama 1 jam dan kemudian mendinginkan – adalah sekitar 2 sampai 2,5 jam) atau 160°C (320°F) selama 2 jam (jumlah seluruh waktu 3 sampai 3,5 jam). Catatan: Sterilisasi dengan pemanasan kering (170°C selama 60 menit) hanya boleh untuk alat/bahan terbuat dari logam dan kaca.

Penyimpanan: Alat/bahan yang tidak dibungkus harus segera dipakai atau disimpan dalam kontainer kering yang steril (hanya 1 minggu). Alat/bahan yang dibungkus kain dapat disimpan sampai 1 minggu bila pembungkus tetap kering dan masih utuh dan bila dalam kantong plastik dapat disimpan sampai 1 bulan.

DTT (DISINFEKSI TINGKAT TINGGI)

Disinfeksi tingkat tinggi dengan cara perebusan, pengukusan atau perendaman dalam larutan kimiawi dilakukan bila tidak ada autoklaf. Alat logam, tabung suntik (dan jarum bila akan dipakai ulang) dan sarung tangan yang akan dipakai lagi harus dikukus atau direbus selama 20 menit dan biarkan kering.

Pilihan lain, alat/bahan dapat direndam selama 20 menit dalam larutan glutaraldehid atau formaldehid 8% atau larutan klorin 0,1% yang dibuat dengan air DTT, segera dibilas dengan air DTT dan dibiarkan kering di area/ruangan yang bersih. Pakai segera atau simpan hingga 1 minggu dalam tempat tertutup yang bersih, kering dan sudah didisinfeksi tingkat tinggi.

Page 10: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

5‐10                                                                                   Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana  

 

Tabel 5-3. Langkah-langkah Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya

Proses Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam pemrosesan alat, mengurangi risiko hepatitis B dan AIDS

Pencucian menghilangkan semua darah, cairan tubuh dan kotoran

Sterilisasi menghancurkan semua mikroorganisme, termasuk endospora

Disinfeksi Tingkat Tinggi menghancurkan semua virus, bakteri, parasit, jamur dan endospora

Peralatan / Perlengkapan Dekontaminasi Pencucian Sterilisasia Disinfeksi Tingkat Tinggi

Permukaan meja operasi atau daerah dengan permukaan yang luas

Usap dengan larutan klorin 0,5%

Cuci dengan air sabun atau air dan deterjen bila masih ada zat organik yang tersisa setelah dekontaminasi

Tidak perlu Tidak perlu

Kain penutup operasi Tidak perlu (petugas pencucian harus menggunakan gaun pelindung, sarung tangan dan kacamata peindung pada waktu menangani linen yang kotor

Cuci dengan air sabun atau air dan deterjen. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan mesin pengering

Oktoklaf pada 121°C (250°F) dan 106 kPa (15 lb/in2) selama 30 menit

Tidak praktis

Sarung tangan Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, sebelum dilakukan pencucian, cuci dan bilas secepatnyab

Cuci dengan air sabun atau air dan deterjen. Bilas dengan air bersih dan periksa kemungkinan adanya lubang. Bila akan disterilisasi, keringkan bagian dalam dan luar ( di udara atau dengan handuk kering) dan bungkus (lihat Lampiran D)

Dianjurkan: Oktoklaf pada 121°C (250°F) dan 106 kPa (15 lb/in2) selama 20 menit Jangan digunakan selama 24 – 48 jam

Dapat diterima: Kukus selama 20 menit dan biarkan kering di tempatnya sampai kering untuk 4-6 jam (lihat Lampiran D) Rebus dalam air selama 20 menit (Setelah dingin, sarung tangan harus dipakai dalam keadaan basah. Sulit disimpan tanpa kontaminasi.

Page 11: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

 

Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana                                                                                5‐11  

 

Tabel 5-3. Langkah-langkah Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya (lanjutan)

Peralatan/Perlengkapan Dekontaminasi Pencucian Sterilisasia Disinfeksi Tingkat Tinggi

Peralatan operasi, termasuk trokar

Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, sebelum dilakukan pencucian. Cuci dan bilas secepatnyab

Gunakan sikat, cuci dengan air sabun atau air dan deterjen, hilangkan semua partikel. Bilas dengan air bersih. Bila akan disterilisasi, keringkan di udara atau dengan handuk kering

Dianjurkan: Pemanasan kering (oven) selama 1 jam setelah mencapai 170°C (340°F) atau Oktoklaf pada 121°C (250°F) dan 106 kPa (15 lb/in2) selama 20 menit bila tidak dibungkus dan 30 menit bila dibungkus

Dapat diterima: Rebus selama 20 menit dan keringkan di udara sebelum dipakai atau disimpan Rendam selama 20 menit dalam larutan kimiawi DTT. Bilas dengan air mendidih dan keringkan di udara sebelum dipakai atau disimpan

Jarum dan tabung suntik

Isi lubang jarum dan tabung suntik dengan larutan klorin 0,5%. Bilas dengan jarum dan tabung suntik dengan air bersih (hisap dan keluarkan sebanyak tiga kali) kemudian rendam selama 10 menit sebelum dicuci

Lepaskan jarum dari tabung suntiknya, kemudian cuci dengan air sabun atau air dan deterjen. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan handuk kering untuk tabung suntik

Dianjurkan: Pemanasan kering (oven) selama 2 jam setelah mencapai 160°C (320°F) (hanya untuk tabung suntik terbuat dari kaca)c, atau Autoktoklaf pada 121°C (250°F) dan 106 kPa (15 lb/in2) selama 20 menit bila tidak dibungkus dan 30 menit bila dibungkus

Dapat diterima: Rebus atau kukus seperti pada sarung tangan (Larutan kimiawi DTT tidak dianjurkan karena mungkin masih tersisa residu, walaupun telah dibilas berulang-ulang dengan air mendidih. Residu ini dapat mengganggu daya kerja obat waktu disuntikkan)

Page 12: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

5‐12                                                                                   Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana  

 

Tabel 5-3. Langkah-langkah Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya (lanjutan)

Peralatan/Perlengkapan Dekontaminasi Pencucian Sterilisasia Disinfeksi Tingkat Tinggi

Tempat penyimpanan alat (kontainer)

Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, sebelum dilakukan pencucian. Cuci dan bilas secepatnyab

Cuci dengan air sabun atau air dan deterjen. Bilas dengan air bersih. keringkan di udara atau dengan handuk kering

Dianjurkan: Pemanasan kering (oven) selama 1 jam setelah mencapai 170°C (340°F) atau Oktoklaf pada 121°C (250°F) dan 106 kPa (15 lb/in2) selama 20 menit bila tidak dibungkus dan 30 menit bila dibungkus. Sterilisasi ulang setiap minggu bila kosong atau terkontaminasi

Rebus kontainer dan tutupnya (lihat Lampiran C). Bila tempat terlalu besar: Isi kontainer dengan larutan klorin 0,5% kemudian rendam selama 20 menit. Bilas dengan air yang telah direbus sampai mendidih selama 20 menit dan keringkan di udara sebelum digunakan. Disinfeksi ulang setiap minggu bila kosong atau terkontaminasi.

Kapsul Norplant (tidak pernah dipakai ulang)

Tidak perlu Tidak perlu Berada dalam kemasan steril. Buang bila kemasannya rusak

Tidak dapat diterima

a Bila tidak dibungkus, gunakan secepatnya; bila dibungkus boleh disimpan sampai 1 minggu sebelum dipakai.

b Hindari kontak yang terlalu lama (>20 menit) dengan larutan klorin untuk mengurangi terjadinya perubahan warna dan karat pada alat, serta kerusakan pada karet atau kain.

c Alat yang tajam dan jarum tidak boleh disterilisasi pada temperatur diatas 160°C untuk mencegah alat menjadi tumpul.

Page 13: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

 

Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana                                                                                5‐13  

 

Setelah selesai memasang-mencabut Implan-2 dan masih menggunakan sarung tangan, buang semua bahan-bahan yang terkontaminasi (kasa, kapas) pada kontainer yang tidak bocor dan mempunyai penutup atau pada kantung plastik (bahan tersebut jangan sampai menyentuh bagian luar dari kontainer). Setelah itu alat-alat operasi, alat suntik dan sarung tangan pakai ulang yang telah tersentuh darah atau cairan tubuh harus didekontaminasi dengan merendam selama 10 menit dalam larutan disinfektan (larutan klorin 0,5%) segera setelah digunakan. (Permukaan seperti meja periksa, tempat meletakkan alat-alat dan lampu yang mungkin sudah terdekontaminasi sebelum digunakan kembali). Selanjutnya alat-alat, jarum, tabung suntik dan sarung tangan pakai ulang setelah didekontaminasi harus dicuci dengan air dan deterjen, kemudian dibilas seluruhnya sebelum pemrosesan selanjutnya. Akhirnya, alat-alat, sarung tangan dan kain operasi harus disterilkan. Bila sterilisasi tidak dapat dilakukan, DTT merupakan satu-satunya pilihan yang dapat diterima (untuk langkah yang lebih rinci mengenai pemrosesan alat dan bahan lain, dapat dilihat pada Lampiran C).

Petunjuk yang lebih rinci tentang cara dekontaminasi dan pencucian alat-alat, jarum, tabung suntik (bila akan dipakai lagi) dan bahan lainnya, dapat dilihat pada Lampiran E.

KLINIK PELAYANAN KONTRASEPSI IMPLAN-2

Setiap ruang rawat jalan atau ruang operasi kecil dapat digunakan untuk tempat pemasangan atau pencabutan Implan-2. Jika mungkin, ruangan di klinik atau di rumah sakit tersebut berada di lokasi yang tenang dan nyaman.

Ruangan tersebut harus:

• Mempunyai cukup cahaya atau penerangan, • Mempunyai lantai ubin, sehingga mudah dibersihkan, • Bebas debu dan serangga, • Mempunyai ventilasi yang baik (Bila jendela dibuka untuk ventilasi, harus mempunyai

tirai kawat nyamuk yang rapat). Pada ruangan tersebut juga harus tersedia fasilitas untuk cuci tangan yang memadai, termasuk penyediaan air bersih (jernih, tidak keruh atau tidak ada endapan), kontainer yang mempunyai tutup atau kantung plastik untuk pembuangan sampah yang terkontaminasi.

PERSIAPAN KLIEN

Meskipun kulit tidak dapat disterilisasi, pencucian dan pemberian antiseptik di tempat operasi dapat mengurangi jumlah mikroorganisme pada kulit klien. Kedua hal tersebut penting dalam mengurangi risiko infeksi setelah pemasangan atau pencabutan kapsul Implan-2.

Page 14: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

5‐14                                                                                   Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana  

 

Ingat: Bila pencucian dan pemberian antiseptik dilakukan dengan benar, maka angka kejadian infeksi setelah pemasangan dan pencabutan implan akan rendah – kurang dari 1%; oleh karena itu, tidak dianjurkan memberikan antibiotika profilaksis.

PAKAIAN BEDAH UNTUK PETUGAS DAN KLIEN

Pemasangan dan pencabutan Implan-2 merupakan tindakan bedah minor (insisi yang sangat kecil dan hanya menembus jaringan superfisial), oleh karena itu:

• Klien dapat tetap menggunakan pakaiannya sendiri, asal bersih. • Petugas tidak perlu menggunakan topi, masker dan baju operasi.

PETUNJUK PENCEGAHAN INFEKSI: PEMASANGAN DAN PENCABUTAN

Untuk mengurangi risiko infeksi pada klien setelah pemasangan atau pencabutan, petugas klinik harus berusaha menjaga lingkungannya bebas kuman. Usaha yang dilakukan adalah sebagai berikut:

• Minta klien mencuci seluruh lengan dan tangannya dengan air dan sabun kemudian bilas hingga bersih. Langkah ini sangat penting terutama bila hygiene klien kurang baik,

• Cuci tangan dengan air dan sabun, • Pakai sarung tangan steril atau DTT (Satu pasang sarung tangan hanya untuk satu klien

agar tidak terjadi kontamninasi silang). • Siapkan tempat pemasangan-pencabutan dengan kasa/kapas antiseptik yang dipegang

dengan klem steril/DTT (Bila dipegang dengan tangan, hati-hati agar tak terkontaminasi dengan lengan klien yang tidak diusap antiseptik).

• Setelah selesai memasang-mencabut kedua kapsul dan sebelum melepas sarung tangan, dekontaminasi peralatan bekas pakai dengan larutan klorin 0,5%. Sebelum membuang atau memasukkan alat suntik kedalam larutan klorin, isi alat suntik tersebut dengan larutan klorin. (Setelah selesai memasang, keluarkan pendorong dari trokar. Pendorong akan sulit dikeluarkan dari trokar bila darah sudah mengering). Rendam peralatan selama 10 menit, kemudian bilas dengan air bersih untuk mencegah terjadinya karat pada peralatan logam.

• Doek operasi harus dicuci sebelum dipakai ulang. Setelah selesai dipakai, taruh dalam kontainer tertutup yang kering dan bawa ke tempat pencucian.

• Sementara masih memakai sarung tangan, buang bahan-bahan habis pakai (kasa, kapas) yang terkontaminasi ke dalam tempat tertutup yang tidak bocor atau kantung plastik.

• Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, rendam sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan tersebut ke dalam larutan klorin, kemudian lepaskan dengan membalik sarung tangan tersebut dan buang kedalam tempat sampah atau kantung plastik.

Page 15: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

 

Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana                                                                                5‐15  

 

• Bila menggunakan sarung tangan pakai ulang, masukkan kedua tangan ke dalam larutan klorin untuk dekontaminasi bagian luar sarung tangan dan kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.

• Cuci tangan dengan sabun dan air.

MENJAGA LINGKUNGAN AMAN

Menjaga lingkungan aman, bebas infeksi merupakan suatu proses berkesinambungan yang dilakukan berulang kali mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan dan memerlukan sistem pengawasan melekat. Dengan mengikuti aturan dan memenuhi standar pengelolaan secara benar maka infeksi setelah pemasangan-pencabutan Implan-2 dan transmisi penyakit seperti Hepatitis B dan AIDS, dapat dihindari. Bagaimanapun, praktik pencegahan infeksi yang diuraikan pada bab ini, harus dijalankan dengan sungguh-sungguh sebelum, selama dan sesudah setiap tindakan. Kelalaian di setiap langkah manapun dari praktik pencegahan infeksi akan mengakibatkan malapetaka bagi klien dan petugas dan keamanan prosedur pelayanan.

KEPUSTAKAAN

American Association of Operating Room Nurses (AORN). 1990. Clinical Issues. AORN Journal 52(3): 613-615.

Bagg J, S Jenkins and GR Barker. 1990. A Laboratory Assessment of the Antimicrobial Effectiveness of Gloves Washing and Re-use in Dental Practice. Journal of Hospital Infection 15(1): 73-82.

Gardner JS and M. Favero. 1986. CDC Guidelines for Handwashing and Hospital Environment Control, 1985. Infection Control 7(4): 231-243.

Larsson et al. 1990. Alcohol for Surgical Scrubbing?. Infection Control and Hospital Epidemiology 11(3): 139-143.

Marvin MV et al. 1988. A Physical and Microbiological Evaluation of the Re-use of Non-steril Gloves. British Dental Journal 165(9): 321-324.

Perkins JJ. 1983. Principles and Methods of Sterilization in Health Sciences, 2nd ed. 388-402. Charles C Thomas: Springfield, Illinois.

Rotter M, W Koller and G Wewalka. 1980. Povidone-iodine and Clorhexidine Gluconate-containg Detergent for Disinfection of Hands. Journal of Hospital Infection 1(2): 149-158.

Page 16: BAB 5 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi 

5‐16                                                                                   Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana  

 

Spaulding EH et al. 1968. Chemical Disinfection of Medical and Surgical Materials. Disinfection, Sterilization and Preservation, 1st ed. Lawrence CA et al (eds), Lea & Febiger, Philadelphia, Pennsylvania.

Tietjen LG et al. 1995. Infection Prevention for Family Planning Programs, 2nd ed. JHPIEGO Corporation: Baltimore, Maryland.

Tietjen LG, McIntosh N. 1989. Infection Control in Family Planning Facilities. Outlook 7(2): 2-8.

World Health Organization (WHO). 1990. Norplant Contraceptive Subdermal Implants: Managerial and Technical Guidelines. WHO: Geneva.