19
68 BAB 5 HAS IL D AN PEMB AHAS AN DES AIN 5.1 Alur Cerita Alur cerita yang penulis angkat untuk serial komik “Wisanggeni” ini, diambil langsung dari kisah wayang Jawa yang berjudul “Lahirnya Bambang Wisanggeni”. Kisah ini kemudian penulis kembangkan kembali dengan menggunakan alur cerita yang sedikit berbeda dengan aslinya. Cerita dimulai di mana Tokoh Wisanggeni telah menjadi remaja dan akan pergi menempuh perjalanan untuk bertemu dengan kedua orang tua kandungnya, serta mencari tahu peristiwa yang telah menimpa dirinya ketika ia masih bayi. Selain mengubah alur cerita, penulis juga menyelipkan tambahan cerita dan beberapa karakter orisinil yang murni penulis buat untuk mendukung jalannya cerita. Hal ini dilakukan agar perkembangan jalan cerita menjadi lebih menyenangkan dan ringan, sehingga mudah diterima oleh Target Audience. 5.2 Logo / Name Style Font yang digunakan pada logo Wisanggeni ini adalah font ‘Ardagh’ yang kemudian penulis modifikasi bentuk dan proporsinya agar memberikan kesan nuansa etnik namun tetap terlihat kokoh. Bentuk sulur pada huruf “W” penulis ambil dari bentuk topi yang digunakan oleh Wisanggeni, agar sesuai dengan icon tokoh utama dalam komik. Untuk warna pada logo disesuaikan dengan cover. Logo diberi warna yang kontras dari tone warna pada cover agar logo tampak lebih menonjol daripada elemen yang lain.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Alur Ceritalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2010-2-00179-ds bab 5.pdfpenulis modifikasi bentuk dan proporsinya agar memberikan kesan

Embed Size (px)

Citation preview

68

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

5.1 Alur Cerita

Alur cerita yang penulis angkat untuk serial komik “Wisanggeni” ini, diambil

langsung dari kisah wayang Jawa yang berjudul “Lahirnya Bambang Wisanggeni”.

Kisah ini kemudian penulis kembangkan kembali dengan menggunakan alur cerita yang

sedikit berbeda dengan aslinya. Cerita dimulai di mana Tokoh Wisanggeni telah menjadi

remaja dan akan pergi menempuh perjalanan untuk bertemu dengan kedua orang tua

kandungnya, serta mencari tahu peristiwa yang telah menimpa dirinya ketika ia masih

bayi. Selain mengubah alur cerita, penulis juga menyelipkan tambahan cerita dan

beberapa karakter orisinil yang murni penulis buat untuk mendukung jalannya cerita.

Hal ini dilakukan agar perkembangan jalan cerita menjadi lebih menyenangkan dan

ringan, sehingga mudah diterima oleh Target Audience.

5.2 Logo / Name Style

Font yang digunakan pada logo Wisanggeni ini adalah font ‘Ardagh’ yang kemudian

penulis modifikasi bentuk dan proporsinya agar memberikan kesan nuansa etnik namun

tetap terlihat kokoh. Bentuk sulur pada huruf “W” penulis ambil dari bentuk topi yang

digunakan oleh Wisanggeni, agar sesuai dengan icon tokoh utama dalam komik. Untuk

warna pada logo disesuaikan dengan cover. Logo diberi warna yang kontras dari tone

warna pada cover agar logo tampak lebih menonjol daripada elemen yang lain.

69

Gambar 5.1 Logo hitam putih

Gambar 5.2 Logo warna

5.3 Karakter

Penggambaran karakter para tokoh dalam serial komik Wisanggeni ini penulis

sesuaikan dengan Target Audience. Karakter utama, yaitu Wisanggeni, wataknya telah

penulis modifikasi agar sesuai dengan pemikiran era remaja pada zaman sekarang,

sehingga dapat memberikan kesan modern dan tidak kaku. Usianya pun penulis ubah

menjadi remaja, agar dapat lebih mudah diterima oleh Target Audience.

Penulis juga menambahkan beberapa karakter orisinil untuk mendukung jalannya

cerita dan juga sebagai penambah suasana dalam komik agar menjadi lebih ceria dan

ringan. Berikut adalah sketsa karakter-karakternya.

70

Gambar 5.3 Sketsa desain karakter Awal 1

Gambar 5.4 Sketsa desain karakter Awal 2

71

5.4 Format Komik

Gambar 5.5 Format komik

Penulis akan menggunakan Format komik dengan ukuran 18cm x 25cm dengan Area

fokus 17cm x 24cm. Bleed yang akan penulis gunakan adalah 19cm x 26cm dimana

terpaut jarak 0,5cm dari ukuran komik. Penulis memilih ukuran ini agar bidang komik

terlihat lebih luas, sehingga pembaca lebih leluasa membacanya, dan tidak terlihat

terlalu penuh karena komik yang akan dibuat menggunakan warna yang full color.

Terdapat jarak kurang lebih 0,5cm antara area fokus dengan ukuran komik. Hal ini untuk

menghindari terpotongnya teks pada saat dilakukannya penjilidan pada komik.

72

5.5 Cover

Cover depan pada seri 1 menampilkan beberapa tokoh yang ada di dalam cerita,

namun tetap difokuskan kepada karakter utama, yaitu Wisanggeni. Sedangkan karakter-

karakter lainnya pada Background digunakan untuk memberikan sedikit gambaran cerita

dari dalam komik tersebut. Untuk cover belakang, penulis mengambil gambar dari suatu

adegan di dalam komik disesuaikan dengan sinopsis yang penulis kutip dari suatu dialog

yang diambil dari adegan yang sama.

Logo penerbit, barcode, dan rating usia penulis letakan di cover belakang,

disesuaikan dengan sistem layout dari penerbit. Sedangkan untuk nama pengarang dan

nama penerbit, penulis letakan di halaman depan. Font yang penulis gunakan untuk ‘Art

& Story by’ dan ‘nama pengarang’, adalah font ‘Kingthings Petrock’ dengan ukuran

18pt dan 30pt.

Gambar 5.6 Cover Seri 1 spread depan dan belakang

73

Untuk cover dalam, penulis masih menggunakan gambar yang sama dengan cover

depan, namun tidak berwarna dan hanya outline-nya saja. Hal ini agar cover komik tetap

terlihat konsisten dan tidak berubah-ubah.

Gambar 5.7 Cover dalam seri 1

74

Gambar 5.8 Cover seri 2

Pada cover seri 2, penulis menampilkan karakter yang disesuaikan dengan kelanjutan

cerita dari seri 1, dimana karakter utama, yaitu Wisanggeni akan bertemu dengan

seorang raja yang bernama Sri Kresna. Karena itulah cover seri 2 ini difokuskan pada

karakter raja Sri Kresna, karena karakter tersebut memegang peranan penting di dalam

cerita pada seri ini. Dan untuk susunan layout pada cover seri 2, penulis sesuaikan

dengan layout pada seri 1 agar tetap terlihat sintaktik.

75

Gambar 5.9 Cover seri 3

Pada cover seri 3, penulis menampilkan karakter yang disesuaikan dengan kelanjutan

cerita dari seri 2, dimana karakter utama, yaitu Wisanggeni sudah bertemu dengan

ayahnya, Arjuna, dan bersama dengan ayahnya, Wisanggeni akan pergi menolong

ibunya, Dresanala. Untuk susunan layout pada cover seri 3, penulis sesuaikan dengan

layout pada seri-seri sebelumnya agar tetap terlihat sintaktik.

76

5.6 Sistem Grid/Panel

Komik Wisanggeni ini menggunakan tipe panel alternatif, dimana ada beberapa

gambar yang keluar dari dalam panel atau bahkan ada juga gambar yang tidak

menggunakan panel sama sekali. Hal ini dilakukan agar panel pada gambar tidak

terkesan terlalu kaku sehingga terasa lebih hidup dan dinamis. Selain itu, untuk

mempermudah cara membacanya, penulis menggunakan sistem membaca yang sama

dengan cara membaca buku di Indonesia, yaitu urut dari arah kiri ke kanan.

Penulis juga memberi jarak tepi kurang lebih sebesar 1cm antara kertas dengan tepi

panel agar kerapian panel tetap terjaga. Sehingga dengan begitu, tepi panel tidak akan

ikut terpotong pada saat akan dilakukannya penjilidan.

Gambar 5.10 panel halaman 7 Gambar 5.11 komik halaman 13

77

5.7 Thumbnail

Sebelum sketsa komik dibuat, penulis membuat thumbnail terlebih dahulu. Hal ini

dilakukan untuk membantu penulis dalam mengatur tata letak panel, karakter, dan dialog

secara garis besar, sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat sebelumnya. Dengan

menggunakan thumbnail, penulis dapat dengan mudah memutuskan angle mana yang

perlu diubah dari suatu adegan, atau posisi balon kata mana yang perlu dipindahkan, dan

sebagainya. Maka dari itulah, thumbnail sangatlah penting bagi penulis, karena dapat

dijadikan sebagai patokan dalam penyusunan sketsa komik yang sebenarnya. Thumbnail

memang penulis buat secara kasar, agar dapat mempermudah penulis dalam pembuatan

sketsa lebih lanjut.

Gambar 5.12 Thumbnailhalaman 7 Gambar 5.13 Thumbnailhalaman 13

78

5.8 Proses Pembuatan Komik

Setelah selesei menyusun thumbnail, penulis melanjutkan komik dengan cara

membuat sketsa kasar langsung di dalam komputer. Apabila sketsa kasar telah selesai

dibuat, penulis kemudian menimpa ulang sketsa tersebut dengan outline yang lebih rapi.

Kemudian diberi warna secara digital, dengan urutan kerja background terlebih dahulu,

dan barulah terakhir pewarnaan karakter.

Gambar 5.14 Sketsa kasar Gambar 5.15 Penintaan

Gambar 5.16 Pewarnaan

79

5.9 Layout

Berikut adalah beberapa hasil layout dari panel yang telah penulis susun, lengkap

dengan dialog dan balon katanya.

Gambar 5.17 Layout halaman 7 Gambar 5.18 Layout halaman 13

Gambar 5.19 Layout halaman 3 Gambar 5.20 Layout halaman 10

80

5.10 Efek Suara

Efek suara yang penulis gunakan dalam komik ada beberapa tipe, sesuai dengan

kondisi atau situasi yang sedang dialami oleh karakter. Bentuknya pun penulis

kembangkan mengikuti penekanan dari suara yang dihasilkan.

Gambar 5.21 Efek suara 1 Gambar 5.22 Efek suara 2

Gambar 5.23 Efek suara 3

81

5.11 Balon Kata

Gambar 5.24 Balon percakapan A Gambar 5.25 Balon percakapan B

Gambar 5.26 Balon percakapan C Gambar 5.27 Balon pikiran

Terdapat beberapa tipe balon kata yang penulis gunakan di dalam komik. Untuk

karakter balon kata percakapan, bentuknya berbeda-beda tergantung dari situasi dan

kondisi yang sedang dialami karakter. Pada Gambar 5.10 balon kata tersebut digunakan

untuk percapakapan biasa tanpa ada penekanan emosi dalam dialognya. Pada Gambar

5.11 adalah balon kata percakapan yang penulis kategorikan sebagai balon kata ‘bisikan

dari masa lalu’ yang hanya ada dipikiran karakter utama. Jadi dialog tersebut bukanlah

dialog yang dapat di dengar secara langsung oleh karakter lainnya. Pada Gambar 5.12

balon katanya berbentuk kotak. Hal ini untuk memberikan variatif pada tipe balon kata

82

agar tidak terkesan terlalu statis. Selain itu, penulis juga menggunakan balon kata tipe ini

untuk dialog bagi makluk-makluk tertentu yang bukan manusia, seperti dialog pada

kakek Wisanggeni yang seorang naga, dan para buto, manusia raksasa. Untuk Gambar

5.13 Balon kata tersebut penulis gunakan untuk dialog yang ada didalam pikiran

karakter.

5.12 Poster Launching

Poster Launching ini berukuran 50cm x 70cm, menampilkan sinopsis cerita beserta

gambar dari cover serial komiknya. Berfungsi untuk mempromosikan komik

Wisanggeni kepada Target Aundience.

Gambar 5.28 Poster Launching

83

5.13 Kemasan Komik Paket

Penulis juga mendesain bentuk kemasan komik yang dijual secara paketan, agar

memberikan kesan lebih ekslusif pada saat penjualannya. Selain itu, dengan membeli

komik dalam bentuk paketan ini, Target Audience akan mendapatkan bonus yang berupa

poster lipat berukuran 36cm x 50cm beserta Bookmark / Pembatas buku yang memang

diselipkan di setiap komik seri-nya.

Gambar 5.29 Tampak Belakang Gambar 5.30 Tampak Depan

84

5.14 Poster Lipat

Poster lipat ini merupakan bonus yang terdapat di dalam kemasan komik paketan

dengan ukuran 36cm x 50cm.Gambar pada poster disesuaikan dengan cover pada seri 1.

Gambar 5.31 Poster Lipat

85

5.15 Bookmark / Pembatas Buku

Bonus lain dari komik Wisanggeni adalah Bookmark yang berukuran 6cm x 16cm.

Bookmark ini diselipkan ke dalam masing-masing komik sesuai dengan illustrasi pada

cover serial komiknya.

Gambar 5.32 Bookmark/ Pembatas Buku

86

5.16 Halaman Info Wayang

Di halaman terakhir pada komik diselipkan sedikit mengenai info wayang. Hal ini

berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan Target Audience terhadap budaya wayang

Jawa. Sehingga dengan membaca komik Wisanggeni ini, mereka tidak hanya terhibur

dengan cerita saja, namun mereka juga mendapatkan sedikit wawasan mengenai budaya

wayang Jawa.

Gambar 5.33 Halaman Info Wayang