38
38 Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, Klasis Kupang Timur serta Faktor-faktor Penyebabnya 3.1 Pendahuluan Oesao merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur. Meskipun Oesao bukan sebagai sebuah kota besar dan hanya sebagai sebuah Kelurahan, tetapi kehidupan masyarakat Oesao hampir mirip dengan gaya kehidupan masyarakat kota saat ini karena dipengaruhi oleh perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi bukan saja mempengaruhi gaya hidup masyarakat di kota tetapi masyarakat pinggiran kota seperti Oesao pun terkena dampak dari perubahan sosial tersebut yang sedang melanda kehidupan masyarakat saat ini dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Oesao turut mempengaruhi kehidupan berkelurga, di mana terdapat pasangan-pasangan yang telah terbentuk dalam sebuah keluarga tetapi tidak terikat dalam suatu pernikahan. Bab ini akan membahas tujuh topik utama yang diangkat oleh penulis yaitu latar belakang kehidupan Jemaat Imanuel Oesao, realitas dan sikap jemaat terhadap keluarga tanpa ikatan pernikahan, bagaimaana respon gereja mengenai kehidupan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao. Serta melihat apa faktor-faktor penyebab terbentuknya kehidupan keluarga tanpa ikatan pernikahan, baik dari faktor masuknya budaya asing, faktor adat istiadat, faktor ekonomi dan faktor keluarga. Keempat faktor tersebut yang mempengaruhi sehingga kehidupan keluarga tanpa ikatan pernikahan cenderung semakin meningkat.

Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

38

Bab 3

Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao,

Klasis Kupang Timur serta Faktor-faktor Penyebabnya

3.1 Pendahuluan

Oesao merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Kupang Timur, Nusa Tenggara

Timur. Meskipun Oesao bukan sebagai sebuah kota besar dan hanya sebagai sebuah

Kelurahan, tetapi kehidupan masyarakat Oesao hampir mirip dengan gaya kehidupan

masyarakat kota saat ini karena dipengaruhi oleh perubahan sosial. Perubahan sosial yang

terjadi bukan saja mempengaruhi gaya hidup masyarakat di kota tetapi masyarakat pinggiran

kota seperti Oesao pun terkena dampak dari perubahan sosial tersebut yang sedang melanda

kehidupan masyarakat saat ini dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan sosial

yang terjadi dalam masyarakat Oesao turut mempengaruhi kehidupan berkelurga, di mana

terdapat pasangan-pasangan yang telah terbentuk dalam sebuah keluarga tetapi tidak terikat

dalam suatu pernikahan.

Bab ini akan membahas tujuh topik utama yang diangkat oleh penulis yaitu latar

belakang kehidupan Jemaat Imanuel Oesao, realitas dan sikap jemaat terhadap keluarga tanpa

ikatan pernikahan, bagaimaana respon gereja mengenai kehidupan berkeluarga tanpa ikatan

pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao. Serta melihat apa faktor-faktor penyebab

terbentuknya kehidupan keluarga tanpa ikatan pernikahan, baik dari faktor masuknya budaya

asing, faktor adat istiadat, faktor ekonomi dan faktor keluarga. Keempat faktor tersebut yang

mempengaruhi sehingga kehidupan keluarga tanpa ikatan pernikahan cenderung semakin

meningkat.

Page 2: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

39

3.2 Latar Belakang

3.2.1 Letak Geografis dan Iklim

Jemaat GMIT Imanuel Oesao merupakan salah satu Jemaat dalam Klasis Kupang

Timur. Jemaat ini termasuk dalam Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten

Kupang. Secara geografis adapun batas-batas wilayah Imanuel Oesao yaitu sebelah Barat

berbatasan dengan Jemaat GMIT Getsemani Babau, sebelah Timur berbatasan dengan Jemaat

GMIT Elim Naibonat, sebelah Utara berbatasan dengan Jemaat GMIT Kasih Karunia Oesao

dan sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat GMIT Laharoi Nunkurus.

Keadaan iklim yang terdapat di sini sama dengan iklim di daerah lain di Nusa Tenggara

Timur yaitu beriklim tropis, di mana musim panas berkisar antara bulan Maret sampai bulan

Oktober. Sedangkan, musim hujan berkisar antara bulan November sampai bulan Februari.

Keadaan iklim seperti ini disebabkan oleh karena keadaan Oesao yang berdataran rendah.

3.2.2 Sejarah Singkat Jemaat GMIT Imanuel Oesao

Sejarah gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-

perubahan yang dialami gereja selama di dunia ini yaitu kisah tentang pergumulan antara injil

dengan bentuk-benuk yang kita pakai untuk mengungkapkan injil tersebut. Masuknya

kekristenan di Indonesia sangat berkaitan erat dengan sejarah berdirinya jemaat GMIT

Imanuel Oesao. Babau sebagai pusat pemerintahan menjadi salah satu tempat bersemi dan

berkembangnya kekristenan melalui wadah gereja. Dahulu ketika jemaat mengambil

keputusan untuk mendirikan gereja sendiri dengan alasan jarak yang sangat jauh dari Oesao

ke Babau, jemaat di Oesao tersebut melakukan kebaktian di sebuah gedung sekolah yang

permanen (Sekolah Rakyat). Melalui wadah gedung sekolah itu, para pelayan dapat

Page 3: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

40

melakukan kegiatan peribadatan dan pemberitaan injil kepada jemaat. Data sejarah yang

diperoleh bahwa pada tahun 1944 gereja yang baru itu telah dilayani oleh Pdt. Sahertian dan

Pdt. Habba. Pada tahun 1947 secara institusional Jemaat GMIT Imanuel Oesao diresmikan.

Ada pun pergumulan dan tantangan yang terjadi di dalam jemaat yang baru berdiri itu,

dan akhirnya pada tahun 1960 terjadi perpecahan dalam tubuh gereja Oesao. Perpecahan itu

menghasilkan 3 jemaat kecil diantaranya: Jemaat Imanuel Kampung Baru, Jemaat Imanuel

Oesao A, Jemaat Imanuel Efata Kayu Putih.Masa ini adalah masa tersulit bagi jemaat karena

harus memilih untuk di manakah mereka harus melakukan kebaktian setiap minggunya. Masa

tersulit ini berlangsung selama ± 5 tahun yaitu dari tahun 1960-1965. Masa tersulit yang

dialami oleh jemaat ini mendapat sambutan baik dari para tokoh-tokoh jemaat. Musyawarah

yang berlangsung ± 1 tahun itu menghasilkan suatu keputusan yang membuat jemaat merasa

lega yaitu mempersatukan kembali gereja yang telah terpecah itu.Setelah gereja dipersatukan

kembali, timbul permasalahan baru yaitu dimanakah akan ditempatkan gedung peribadatan

dari jemaat yang baru dipersatukan ini, apakah di Kampung Baru, Dilhao A ataukah di Kayu

Putih. Dalam kebingungan yang dialami oleh para tokoh-tokoh jemaat dan jemaat, maka

hadirlah seorang bapak yaitu Habel Ndaomanu yang dengan sukarela menyumbangkan

tanahnya seluas 4 are untuk dapat dibangunnya gedung gereja itu.

Adapun nama-nama Pendeta yang melayani di Jemaat Imanuel Oesao yaitu: Pdt.

Sahertian (1944-1947), Pdt. Habba (1947-1948), Pdt. Sodack (1948-1949), Pdt. E.D Liman

(1949-1954), Pdt. Rissi (1954-1955), Pdt. E.D Liman (1955-1958), Pdt. S.P Eluama (1958-

1960), Pdt. C. Nenohai (1960-1969), Pdt. Z.E Magang (1969-1980), Pdt. M.D. Beeh (1980-

1982), Pdt. D.D Kadja (1982-2001), Pdt. Ricky Ratu Edo (2001-2005), Pdt. Nahum Amalo

(2005-2006), Pdt. Welis Hawuhaba-Taedini, S.Th (2006-2011), Pdt. Yorita Kim-Tlonaen,

Page 4: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

41

S.Th (2009-2013), Pdt. Velidia Tanau-Lioe, M.Si (2011-2015), Pdt. Adriana Oematan-

Siahaya, S.Th (2013-2017), Pdt Holy S.Th (2015 sampai sekarang). Jadi sampai saat ini

Jemaat Imanuel Oesao telah dipimpin oleh 18 pendeta.1

3.2.3 Jumlah Jemaat Imanuel Oesao

Jumlah anggota Jemaat Imanuel Oesao ± 3.868 jiwa. Jemaat ini dilayani oleh 2 orang

Pendeta, 129 Majelis Jemaat yang terdiri dari 73 Penatua, 34 Diaken dan 22 Pengajar.

Pembagian menurut wilayah-wilayah dapat dilihat pada tabel berikut:2

TABEL 1

Rincian Jumlah Jemaat

No Rayon Jumlah

KK

Anggota

Jemaat

Status Jemaat

Babtis Sidi Nikah Belum

Menikah

(KTIP) L P Jlh

1. Kayu Putih 243 305 367 672 612 543 234 9

2. Dilha’o A 294 403 449 852 776 366 275 19

3. Dilha’o B 223 295 323 618 558 296 197 15

4. Jembatan Dalam 1 143 210 343 553 505 296 131 12

5. Jembatan Dalam 2 87 129 286 415 343 156 46 18

6. Kampung Baru 91 203 254 457 441 230 87 4

7. Pukdale 67 163 138 301 289 110 64 3

Jumlah 1148 1708 2160 3868 3524 1997 1034 80

Dalam kehidupan berjemaatnya, tentu jemaat Imanuel Oesao juga memiliki masalah-

masalah yang sampai saat ini masih terus digumuli oleh gereja. Sebagai contoh permasalahn

yang sedang digumuli oleh gereja adalah masalah keluarga tanpa ikatan pernikahan yang

merupakan pokok masalah yang akan dibahas dalam bab ini. Berdasarkan data statistik

Jemaat Imanuel Oesao di atas terdapat juga jumlah pasangan yang belum menikah tetapi telah

1 Dokumen Jemaat GMIT Imanuel Oesao, tahun 2015.

2 Statistik Jemaat Imanuel Oesao, tahun 2015

Page 5: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

42

membentuk sebuah keluarga yaitu berjumlah 80 pasangan. Dari jumlah pasangan yang telah

membentuk keluarga tanpa ikatan pernikahan ini menampilkan bagaimana permasalahan yang

sedang digumuli gereja dalam menghadapi jemaatnya yang telah berlaku menyimpang dari

ajaran gereja dan telah mengabaikan nilai, moral dan norma yang berlaku dalam masyarakat

tersebut.

Hal ini disebabkan karena banyak jemaat yang telah mengikuti perkembangan zaman

dan mengalami perubahan sosial, akibatnya banyak diantaranya telah menganggap bahwa

kehidupan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan kudus menjadi sesuatu yang biasa. Selain itu

ada juga jemaat lebih mengutamakan urusan adat (belis) dari pada urusan gereja (nikah

gereja) sehingga akibatnya banyak pasangan belum meresmikan hubungan mereka di gereja

karena masalah adat.3

3.2.4 Keadaan Ekonomi dan Mata Pencaharian Jemaat Imanuel Oesao

Manusia sebagai makhluk hidup adalah makhluk yang berkembang dan makhluk yang

aktif. Adapun motivasi seseorang untuk bekerja adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidup dan keluarga karena pada dasarnya manusia cenderung untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Kebutuhan ini terdiri dari kebutuhan pokok (basic human needs) seperti makanan,

pakaian, sandang dan papan dan kebutuhan sekunder seperti pendidikan tinggi, kendaraan,

alat hiburan dan lain-lain.4

Sama halnya dengan masyarakat lain pada umumnya yang membutuhkan pekerjaan

untuk dapat memenuhi kebutuhannya, begitu pula masyarakat Oesao yang juga mempunyai

3Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Samuel Ndaomanu, tokoh masyarakat, Jumat, 25 November

2016. 4Hans Mulyanto, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok (Jakarta: Rajawali Press, 1995), 2.

Page 6: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

43

mata pencaharian untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Terdapat beberapa mata

pencaharian dari jemaat tersebut yaitu dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

TABEL 2

Mata Pencaharian Jemaat Imanuel Oesao

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase

1. Petani 832 30,4%

2. Pelajar/Mahasiswa 635 23,2%

3. Pedagang 307 11,2%

4. PNS 279 10,2%

5. Wiraswasta 256 9,3%

6. Ojek 189 6,9%

7. Ibu Rumah Tangga 146 5,3%

8. Polri/TNI 97 3,5%

Jumlah 2741 100%

Sumber: data statistik jemaat Imanuel Oesao tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sebagian besar Jemaat Imanuel

Oesao bermata pencaharian sebagai petani dengan persentase angka 30,4%. Hal ini

disebabkan oleh karena letak geografis dari daerah Oesao sendiri yang adalah dataran rendah

yang mengakibatkan hampir sebagian besar dari pada jemaat bermata pencaharian sebagai

petani. Selain bermata pencaharian sebagai petani, ada juga yang bekerja sebagai PNS,

Polri/TNI, wiraswasta, ojek, pedagang, pelajar/mahasiswa, dan ibu rumah tangga.

Melihat akan kondisi pekerjaan yang dimiliki masyarakat Oesao masih terbilang kurang

mapan keadaan ekonomi dalam kehidupannya karena sebagian besar hanya bermata

pencaharian sebagai petani. Dimana penghasilan dari pekerjaan sebagai petani yang tidak

tentu, apalagi jika keadaan iklim yang tidak begitu bagus serta jika tanaman terkena hama

maka dapat mempengaruhi tanaman yang ada, sehingga mengakibatkan banyak petani yang

gagal panen. Hal ini turut mempengaruhi penghasilan dari para petani tersebut.

Page 7: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

44

Berdasarkan hasil penelitian penulis pada masyarakat Oesao, penulis melihat bahwa ada

sebagian muda-mudi yang tidak mau berusaha untuk mencoba mencari pekerjaan lain untuk

memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Banyak diantaranya yang lebih dahulu putus asa

sebelum berusaha mencari pekerjaan. Alasannya karena menurut mereka sangat sulit mencari

pekerjaan di era modern ini jika tidak memiliki ijazah sarjana. Kenyataannya bahwa sebagian

dari mereka yang bermata pencaharian sebagai petani tidak menamatkan sekolah mereka

hingga kejenjang yang lebih tinggi. Kebanyakan dari mereka hanya menamatkan pendidikan

hingga Sekolah Dasar, SMP dan SMA tetapi adapula diantara mereka yang tidak bersekolah.

Ini yang mengakibatkan sulit bagi mereka untuk mencari pekerjaan lain sehingga dapat

memperbaiki keadaan ekonomi mereka. Hal tersebut dapat diketahui ketika penulis

mewawancarai beberapa anak dari para petani. Bahkan ada sebagaian muda mudi yang

mengatakan bahwa mereka akan meneruskan pekerjaan orang tua mereka sebagai petani.

Tetapi dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini ada juga sebagian muda-mudi

yang menyadari bahwa untuk dapat memperbaiki keadaan ekonomi keluarga, mereka

mencoba untuk melakukan pekerjaan lain.

3.2.5 Pendidikan

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat atau kebudayaan.

Bagaimana sederhananya peradaban suatu masyarakat di dalamnya terjadi atau berlangsung

suatu proses pendidikan. Pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia. pendidikan pada

hakekatnya merupakan upaya manusia melestarikan hidupnya.5 Seseorang yang telah

mengecap pendidikan diharapkan kepribadian, kemampuan dan keterampilan semakin baik

5 John Vaizey, Pendidikan di Dunia Modern (Jakarta: Gunung Agung,1989), 64.

Page 8: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

45

sehingga ia dapat bergaul dan beradaptasi di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Hal ini

akan mempermudah seseorang tersebut dalam memenuhi hidupnya.6

Pendidikan merupakan satu faktor penting dari aspek sosial dan ekonomi yang memiliki

pengaruh dalam masyarakat. Tingkat pendidikan seseorang akan membawa dampak bagi

kesempatan bekerja dan mendapat penghidupan yang lebih baik. Kondisi sosial ekonomi

masyarakat yang semakin baik ditinjukkan melalui keberhasilan tingkat pendidikan

masyarakatnya. Hal ini karena pendidikan dianggap sebgai bentuk investasi bagi generasi

masyarakat selanjutnya.

Melihat akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat, maka dalam hal ini penulis juga

akan menampilkan tingkat pendidikan dalam jemaat Imanuel Oesao. Di mana tingkat

pendidikan tersebut sangat bervariasi, mulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

Perguruan Tinggi. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

TABEL 3

Tingkat Pendidikan Jemaat Imanuel Oesao

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

Belum Sekolah 352 9,1 %

Tamatan TK 287 7,4%

Tamatan SD 1222 31,6%

Tamatan SMP 796 20,6 %

Tamatan SMA 707 18,3%

Perguruan Tinggi 504 13,0%

Jumlah 3868 100%

Sumber: data statistik tahun 2015

6 Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Press, 1993), 327.

Page 9: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

46

Berdasarkan tabel di atas jelaslah bahwa Jemaat Imanuel Oesao masih memiliki tingkat

pendidikan yang rendah karena presentase tertinggi ada pada tingkat Sekolah Dasar yaitu

31,6 %, karena banyak diantaranya menamatkan pendidikannya hanya sebatas jenjang

Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan karena ada sebagian jemaat yang beranggapan bahwa

pendidikan itu tidak begitu penting karena bagi sebagian mereka lebih suka untuk bekerja dan

menghasilkan uang untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan harus

bersekolah yang sudah tentu akan membutuhkan dana.7 Hal tersebut ternyata berdampak pula

pada mata pencaharian masyarakat Oesao yang jika dilihat dalam tabel 1 tentang mata

pencaharian Jemaat Imanuel Oesao, terlihat bahwa mata pencaharian sebagai petani berada

pada tingkat persentase paling tinggi yaitu 30,4 %. Karena pendidikan dari masyarakat Oesao

yang masih terbilang sangat rendah, maka tidak dapat dipungkiri bahwa sangat sulit bagi

masyarakat tersebut untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik dengan penghasilan yang

lebih baik pula.

Melihat akan hal ini, penulis dapat memberikan analisa bahwa keputusan yang diambil

jemaat tersebut agar tidak melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi karena

terkendala dengan ekonomi. Pekerjaan jemaat yang hanya sebagai petani dengan penghasilan

yang tidak tentu ini mempengaruhi masyarakat untuk lebih mengutamakan mencukupi

kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum untuk bertahan hidup dibandingkan harus

memikirkan pendidikan.

Namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, tingkat kesadaran

orang tua semakin meningkat sehingga para orang tuapun dapat menyekolahkan anak mereka.

7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yater Bonlai, anggota Jemaat GMIT Imanuel Oesao, Sabtu, 11

November 2016.

Page 10: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

47

Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel di atas, di mana jemaat yang berpendidikan Sarjanapun

sudah cukup banyak dengan jumlah presentase 13,0 %, sedangkan pendidikan SMA 18,3%

dan SMP 20,6 %. Ini membuktikan bahwa orang tua mulai menyadari akan pentingnya

pendidikan.

Ada sebagian penduduk yang mengalami putus sekolah karena berbagai faktor

penyebab dan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi yaitu masalah dihamili dan

menghamili, sebagian dari 80 pasangan yang telah berkeluarga tanpa ikatan pernikahan

mengalami masalah hamil dan menghamili. Dari 22 narasumber yang telah berkeluarga tanpa

ikatan pernikahan ini yang diwawancarai oleh penulis terdapat 9 pasangan yang mengalami

masalah hamil dan menghamili sehingga para pasangan tersebut tidak dapat melanjutkan

pendidikan mereka dan terpaksa harus putus sekolah. Masalah hamil dan menghamili juga

merupakan salah satu faktor terbesar mengapa sehingga ada sebagian masyarakat ini tidak

dapat melanjutkan pendidikan mereka. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada beberapa

narasumber terkait masalah tersebut, bahwa alasannya karena mereka malu akan keadaan

mereka dan terkadang dari masalah ini yang akhirnya menyebabkan banyak terbentuknya

keluarga tanpa ikatan pernikahan di jemaat Imanuel Oesao.

3.2.6 Sosio Budaya

Manusia selalu mempunyai kebudayaan dan tidak ada manusia yang tidak berbudaya,

oleh karena itu dikatakan bahwa kebudayaan memang tidak bisa dipisahkan dengan manusia.

Terdapat beberapa suku yang ada dalam masyarakat Oesao yaitu Suku Rote, Suku Timor,

Suku Sabu, Suku Sumba, Suku Flores, dan Suku Alor tetapi meskipun demikian sebagian

besar warga Oesao adalah Suku Rote, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat Oesao

Page 11: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

48

adalah masyarakat yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan adat-istiadat dari Suku

Rote. Masyarakat Oesao merupakan masayarakat yang sangat menghargai adat-istiadat dan

masih terikat dengan tradisi. Sehingga dalam proses pernikahan dan sebelum sebuah

pernikahan diberkati di gereja maka terlebih dahulu harus dilaksanakan nikah adat. Hal ini

merupakan tradisi yang telah menempel pada kehidupan masyarakat Oesao, yang dalam

bahasa Rotenya nikah adat di sebut Sao Ha’dak.8 Selain itu, adapun kebiasaan-kebiasaan

masyarakat Oesao yang menonjol dalam budaya yaitu belis dalam sebuah pernikahan.

Belis merupakan salah satu bagian dari rangkaian adat dan upacara nikah. Hal ini terjadi

karena kehidupan masyarakat sangat melekat pada tradisi dan adat-istiadat yang mereka

percayai sebagai suatu sistem yang mengontrol kehidupan mereka. Nikah adat (Sao Ha’dak)

bagi masyarakat Oesao dihayati sebagai norma hidup dan warisan nenek moyang (Ina Bo’i)

dan karena itu tidak boleh di kesampingkan. Oleh sebab itu, pernikahan merupakan tahapan

hidup yang masih berkaitan dengan adat istiadat dalam hal ini menyangkut soal belis atau mas

kawin.9

Bagi masyarakat Oesao belis adalah sejumlah harta yang diberikan oleh keluarga pria

kepada keluarga wanita dan kaum kerabat wanita. Belis atau mas kawin adalah sebagai tanda

terima kasih dari pihak keluarga laki-laki kepada keluarga dari pihak perempuan yang telah

merelakan anaknya pindah ke tempat pria. Selain itu sebagai pembuka hubungan keluarga

baru untuk seterusnya dan memberi nilai kepada seorang wanita, juga mempunyai nilai

penting dalam rangkaian ikatan secara lahir batin bagi suami istri. Bentuk belis yang berupa

hewan ternak dan beberapa benda adalah sebagai pengganti air susu ibu. Belis juga

8 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yafet Matatula, tokoh masyarakat, Sabtu, 12 November 2016.

9 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Pitter Kapitan, tokoh masyarakat, Sabtu, 12 November 2016.

Page 12: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

49

mempunyai fungsi sebagai alat pengesahan perkawinan, memiliki fungsi ekonomi, fungsi

sosial, fungsi moral dan lambang status perempuan yang bermakna sebagai pengakuan

terhadap martabat seorang wanita yang dihargai dan dihormati dengan pemberian belis.10

Hasil analisa penulis terkait dengan permasalahan di atas bahwa belis bagi masyarakat

Oesao merupakan sejumlah barang-barang berharga yang diberikan oleh pihak laki-laki

kepada pihak perempuan ketika proses nikah adat. Di mana belis memperlihatkan tinggi

rendahnya nilai penghargaan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Karena itu, dalam

tradisi nikah adat Rote masalah pernikahan masih sangat berpengaruh dan bahkan belis atau

mas kawin menjadi persyaratan yang ikut menentukan legitimasi nikah adat tersebut. Hal ini

berarti kewajiban membayar belis dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan menentukan

status nikah adat dari kedua pasangan yang hendak bersatu dalam sebuah pernikahan. Selain

itu, tinggi rendahnya jumlah belis ikut menentukan status sosial dari keluarga tersebut.

Artinya bahwa, semakin tinggi status keluarga dari pihak perempuan maka jumlah belis yang

diberikan oleh pihak laki-laki harus berjumlah tinggi.

3.2.7 Hubungan Adat, Pemerintah, dan Gereja Dalam Melegitimasi Sebuah Pernikahan

1. Adat Istiadat

Suatu kebudayaan dibentuk oleh sekumpulan individu yang mempunyai latar belakang

dan ciri khas sendiri sesuai dengan lingkungan tempat individu tersebut bertempat tinggal.

Oleh karena itu, masyarakat dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan,

kerena kebudayaan lahir dari rasa, cipta dan karsa manusia. Kebudayaan yang ada di tengah-

tengah masyarakat, yang pembiasannya dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat disebut

10

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yonas Manafe, tokoh masyarakat, Minggu, 13 November

2016.

Page 13: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

50

dengan adat istiadat. Adat istiadat yang diturunkan dari pendahulunya serta diwariskan ke

generasi berikutnya secara melembaga disebut tradisi.11

Tradisi suatu masyarakat merupakan bagian dari kebudayaan yang dapat memperkaya

kebudayaan nasional. Karena itu maka nilai-nilai budaya suku bangsa pada kebudayaan

daerahnya harus dipelihara dan dikembangkan. Salah satu unsur budaya yang masuk

sekaligus berpengaruh dalam kehidupan masyarakat adalah sistem pernikahan sebagai bagian

dari system kemasyarakatan yang hidup pada perilaku masyarakat. Pernikahan sebagai salah

satu unsur kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat membuat pernikahan

menjadi salah satu ritual yang cukup penting bagi masyarakat.

Kehidupan masyarakat dalam jemaat Imanuel Oesaopun masih melekat pada tradisi dan

adat-istiadat karena itu pernikahan adalah salah satu tahapan hidup yang masih sangat

berkaitan dengan adat. Pemuka adat berperan sebagai penentu tahap-tahap yang akan dilewati

dalam proses pernikahan adat. Selain pemuka adat, peran penting dalam pernikahan secara

adat juga dipegang oleh to’o huk (saudara laki-laki dari ibu mempelai perempuan). To’o huk

juga mengambil bagian dalam penentuan besar kecilnya belis atau mas kawin.

Sebelum kedua pasangan ini meresmikan hubungan mereka di gereja, terlebih dahulu

harus menyelesaikan urusan adat, setelah itu barulah hubungan mereka dapat diresmikan di

gereja. Dalam urusan pernikahan adat dilakukan dua kali pertemuan keluarga yaitu pertemuan

yang pertama hanya diberlakukan bagi keluarga inti (kumpul kenik), dalam pertemuan

tersebut akan dibahas tentang segala kebutuhan mempelai perempuan yang akan dibawa ke

rumah mempelai laki-laki sebagai antaran. Sedangkan dalam pertemuan keluarga yang kedua

11

Esten, Mursal, Kajian Transformasi Budaya (Bandung: Angkasa, 1999), 21.

Page 14: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

51

diberlakukan secara umum, baik itu keluarga ataupun bukan keluarga, dan juga keluarga laki-

laki harus turut hadir dalam pertemuan yang kedua ini, karena dalam pertemuan yang kedua

ini akan membahas tentang jumlah belis yang akan diberikan pihak laki-laki kepada pihak

perempuan.12

Setelah melakukan pertemuan dengan keluarga perempuan maka keluarga dari pihak

laki-laki melakukan pertemuan juga dengan keluarganya untuk membahas soal jumlah belis

yang akan diberikan kepada pihak perempuan, dalam pertemuan ini pun dimaksudkan agar

keluarga dapat memberikan sejumlah uang (isi dompet) kepada pihak laki-laki. Hal ini di

maksudkan untuk membantu pihak laki-laki dalam membayar belis kepada pihak perempuan.

Setelah semua urusan telah selesai maka dilanjutkan dengan acara peminangan (acara masok

minta/ natane inak) dan juga membawa belis yang telah disepakati oleh kedua pihak untuk

diserahkan kepada pihak perempuan sebagai tanda pengikat dari mempelai laki-laki kepada

mempelai perempuan. Acara peminangan merupakan puncak dari segala urusan adat.

Prosesi nikah adat Suku Rote di Jemaat GMIT Imanuel Oesao yang harus dilakukan,

dapat dilihat dalam beberapa tahapan sebagai berikut: yang pertama, prosesi meminang

(natane inak) dalam prosesi ini, utusan dari keluarga calon mempelai laki-laki yakni 2 orang

to’o huk dan 2 orang te’o mana natanek datang kerumah calon mempelai perempuan dengan

membawa hewan yaitu berupa kambing atau babi dan sekarung beras untuk dimasak. Hal ini

merupakan simbol kekerabatan dan kekeluargaan yang harus terus dibina. Tujuan dari

pertemuan ini ialah meminta persetujuan dari pihak atau keluarga calon mempelai perempuan

12

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Martinus Manafe, tokoh masyarakat, Senin, 21 November

2016

Page 15: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

52

untuk memperbolehkan sang calon mempelai laki-laki menikah dengan sang calon mempelai

perempuan.

Kedua, prosesi meminta belis (tao hutak) dalam pernikahan adat suku rote, belis

merupakan hal utama yang harus dipenuhi sebelum upacara pernikahan dilaksanakan. Ketika

tiba saat tao hutak, keluarga calon mempelai laki-laki dalam hal ini to’o huk (saudara laki-laki

dari ibu calon mempelai perempuan), sebagai perwakilan orang tua, te’o dan mam to’o serta

para ketua adat datang kerumah mempelai laki-laki dengan tujuan untuk membicarakan

seberapa besar belis yang akan diminta oleh keluarga calon mempelai perempuan kepada

keluarga dari calon mempelai laki-laki. Pada umumnya belis yang diminta kepada keluarga

dari calon mempelai laki-laki adalah berupa uang berjumlah Rp 50.000.000,00 hingga Rp

100.000.000,00. Setelah adanya kesepakatan tentang jumlah belis yang harus dibayar oleh

keluarga calon mempelai laki-laki, keluarga dari calon mempelai perempuan mengucapkan

terima kasih dengan cara makan siri bersama dan dilanjutkan dengan paku mei (minum tuak).

Setelah acara paku mei, kedua belah pihak menyepakati tanggal lamaran dan tanggal

pernikahan.

Ketiga, prosesi lamaran, pada tahap ini pihak calon mempelai laki-laki datang ke rumah

calon mempelai perempuan dengan membawa antaran berupa lampu. Disini lampu

diibaratkan sebagai penerang dalam rumah tangga yang akan selalu bersinar dan menerangi

setiap sudut kehidupan dari rumah tangga yang akan dibangun oleh kedua pasangan tersebut.

Dulang pertama berisi satu rangkai pinang dalam ukuran yang besar. Hal ini merupakan

kebiasaan yang sudah turun-temurun dilaksanakan. Pinang yang dibawa akan dibagikan

kepada seluruh undangan yang hadir pada saat acara lamaran telah selesai. Dulang kedua

berisi Alkitab dan amplop yang berisi uang. Alkitab disini diartikan sebagai suatu pedoman

Page 16: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

53

dalam menjalankan rumah tangga yang akan dibangun. Sedangkan amplop yang dimaksud

terdiri dari amplop untuk to’o huk, untuk orang tua sebagai ungkapan trima kasih/pengganti

air susu ibu dan amplop untuk pemerintah dan gereja sebagai tempat melaksanakan

pemberkatan pernikahan. Dulang ketiga berisi pakaian untuk orang tua dan saudara dari sang

calon mempelai perempuan. Tujuan dari antaran ini adalah sebagai ungkapan terima kasih

karena telah memenuhi kebutuhan calon mempelai perempuan selama belum menikah.

Dulang keempat berisi pakaian untuk calon mempelai perempuan yakni pakaian gereja,

gaun pesta, sepatu dan pakaian dalam. Dulang kelima berisi peralatan untuk riasan wajah

mempelai perempuan dan peralatan mandi. Dulang keenam berisi pakaian pengantin yang

akan digunakan oleh sang mempelai perempuan pada saat pemberkatan dan resepsi

pernikahan. Setelah semua barang antaran diserahkan kepada pihak calon mempelai

perempuan, diadakan acara nasihat yang dilakukan oleh to’o huk, para tetua adat dan

perwakilan orang tua.

Keempat, prosesi pernikahan (sasaok) pada prosesi ini, kedua calon mempelai diantar

oleh keluarga ke gereja untuk mengikuti prosesi pemberkatan pernikahan yang dilakukan oleh

Pendeta dari gereja setempat. Setelah selesai pemberkatan, dilanjutkan dengan resepsi yang

diadakan dirumahnya mempelai perempuan. Acara resepsi pada umumnya biasa ditanggung

oleh keluarga dari pihak laki-laki.

Kelima, prosesi pengantaran mempelai wanita kerumah mempelai pria (dode inak).

Setelah acara resepsi, pada keesokkan harinya kedua mempelai yang telah menjadi sepasang

suami-isteri tersebut diantar kerumah mempelai laki-laki dan diantar oleh keluarga dari

mempelai perempuan bersama dengan ayah/ibu dari mempelai perempuan. Ketika tiba

Page 17: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

54

dirumah mempelai laki-laki, mempelai perempuan disambut oleh petugas yang biasa disebut

dengan mansali oe. Setelah acara penyambutan, maka dilanjutkan dengan makan siri bersama

dan siri yang dimakan oleh para tamu dan tetua adat harus diantar sendiri oleh mempelai

perempuan dan mansali oe. Setelah acara makan siri bersama selesai, dilanjutkan dengan

nasihat yang akan dilakukan oleh to’o huk dan tetua adat dari pihak mempelai laki-laki.13

2. Negara (Pemerintah)

Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 itu dimuat antara lain ketentuan-ketentuan

pelaksanaan mengenai: pencatatan perkawinan yaitu yang pertama, pencatatan perkawinan

dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut agama Islam oleh pegawai

pencatatan sebagai dimaksud dalam UU No. 32 tahun 1954 tentang pencatatan nikah, talak

dan rujuk. Kedua, pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya

menurut agama dan kepercayaannya itu selain agama Islam, dilakukan oleh Pegawai

Pencatatan Perkawinan pada kantor Catatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan mengenai pencatatan perkawinan. Tatacara perkawinan diatur dalam

pasal 3-9 PP No. 9 tahun 1975 yang mencakup antara lain: (1) pemberitahuan, (2) penelitian,

(3) pengumuman dan (4) saat pencatatan, yakni menurut pasal 10 dan pasal 11.14

Walaupun UU perkawinan ini mempunyai makna positif (Bersifat nasional, aspek

agama mendapat perhatian, sistem monogami/ persyaratan poligami cukup ketat), namun ada

hal pokok yang menjadi problematik gereja yaitu tentang keabsahan perkawinan; di mana

letak keabsahan perkawinan pada negara atau gereja. Terhadap masalah pokok ini, sidang

MPL PGI 1989 telah merumuskan kesatuan pandangan sebagai berikut: Perkawinan adalah

13

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sarah Patty, tokoh masyarakat, Senin, 21 November 2016. 14

Wenata Sairin dan J.M Pattiasina, Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan dalam Perspektif Kristen

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 45-47.

Page 18: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

55

sah apabila dilakukan terlebih dahulu di hadapan pejabat Kantor Catatan Sipil, kemudian

diteguhkan atau diberkati oleh gereja. Pemerintah Catatan Sipil menafsirkan secara ketat

bunyi pasal 2 ayat 1 UU perkawinan bahwa yang dimaksud dengan keabsahan perkawinan

menurut hukum masing-masing agamanya adalah pemberkatan nikah (untuk agama Kristen).

Artinya bahwa Kantor Catatan Sipil baru akan mencatat pernikahan warga gereja sesudah

mereka diberkati.

Dalam rangkah pemenuhan undang-undang perkawinan dan serentak juga pemenuhan

ketentuan Tata Gereja maka urutan perkawinan adalah sebagai berikut pertama, pernikahan

gereja (istilah ini masih bersifat sementara). Di mana dalam acara ini hadir pendeta, majelis,

kedua calon mempelai dan keluarga mereka. Di sinilah dilakukan pengecekan administratif

(kelengkapan surat dan lain-lain), percakapan penggembalaan pernikahan, kebaktian singkat

(dengan liturgi yang baku) namun tidak ada berkat dengan penumpangan tangan. Jika secara

administratif para calon mempelai itu sudah memenuhi syarat dan telah dilakukan percakapan

atau penggembalaan pernikahan, maka hal itu dapat dianggap telah memenuhi ketentuan pasal

2 ayat (I) UU perkawinan. Sesudah melewati acara ini maka kedua calon mempelai itu

menerima “surat pernikahan” (dalam formulir baku). Kedua, surat pernikahan itu diberikan

kepada petugas Pencatatan Sipil yang akan mencatat perkawinan itu, sehingga secara yuridis-

formal perkawinan itu memiliki keabsahan. Ketiga, sesudah pencatatan itu, sebagai tanda

syukur dan kulminasi seluruh proses perkawinan, maka dilakukan kebaktian pemberkatan

nikah untuk meneguhkan dan memberkati perkawinan itu sebagai sesuatu yang telah ada dan

yang telah disahkan oleh pemerintah.15

15

Sairin dan Pattiasina, Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan dalam Perspektif Kristen, 51.

Page 19: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

56

3. Gereja

Setelah kedua lembaga, dalam hal ini lembaga adat dan pemerintah mengesahkan

sebuah penikahan barulah gereja memberkati pernikahan tersebut. Tahapan ini sesuai dengan

aturan gereja khususnya dalam ketetapan Sinode Gereja Masehi Injili di Timor, Ketetapan

Sinode GMIT XXVIII-GMIT No 12 tahun 1995. Dalam hubungan kerja sama dalam

perkawinan adat, maka pemerintah dan gereja hadir sebagai saksi. Dalam kenyataannya,

tahapan adat, pemerintah dan gereja seringkali tidak berjalan semestinya.

Bagi warga gereja di Indonesia sikap gereja-gereja sebenarnya telah jelas, persoalannya

adalah sejauh mana gereja dan umat Kristen Indonesia konsisten dan konsekuen dengan sikap

yang diambilnya itu, suatu sikap yang dilatarbelakangi oleh pandangan teologis yang dalam

dan tajam. Sejauh mana pula PGI bersama gereja-gereja mampu mengkomunikasikan dan

meyakinkan pandangan teologisnya itu kepada pemerintah dan masyarakat luas.

Di sisi lain, hubungan kerja sama dari ketiga instansi sekarang ini, kurang begitu dekat

dan baik khususnya dalam menghadapi masalah pernikahan. Sebelum mempelai

menunjukkan bukti yang sah bahwa mereka sudah “nikah gereja”, maka Catatan Sipil tidak

mau mencatatnya. Dengan demikian keputusan Sidang MPL PGI 1989 yang menyatakan

bahwa perkawinan Kristen dicatat dulu baru diberkati, tidak bisa dijalankan. Dan gereja

seringkali enggan untuk melakukan negosiasi tentang hal itu kepada pemerintah, kecuali jika

Petugas Pencatatan Sipil itu adalah warga gereja, maka urutan dicatat dulu baru diberkati, itu

bisa terlaksana. Sesuai fungsinya, ketiga lembaga baik adat, pemerintah dan gereja memiliki

kerjasama yang saling mendukung untuk mengarahkan pasangan-pasangan yang telah

berkeluarga tanpa ikatan pernikahan agar setelah pasangan-pasangan ini disahkan secara adat

Page 20: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

57

dan pemerintah, maka kedua pasangan ini juga harus diarahkan untuk diberkati di gereja.

Untuk mengetahui tentang bagaimana kehidupan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan serta

melihat akan faktor-faktor penyebabnya, maka akan dibahas sebagai berikut.

3.3 Realita dan Sikap Jemaat Terhadap Kehidupan Keluarga tanpa Ikatan Pernikahan

Sebagian besar dari umat manusia sepanjang sejarah hidup dalam lembaga pernikahan,

karena itu masalah pernikahan menyangkut kepentingan semua orang. Moral pernikahan juga

layak menjadi salah satu sasaran perhatian kita, apalagi karena akhir-akhir ini tampaknya juga

ada pergeseran pandangan dan praktik hidup suami-istri di banyak tempat. Ada sebagian

masyarakat yang telah hidup sebagai keluarga tetapi tanpa ikatan pernikahan. Karena hal

tersebut melanggar nilai dan norma-norma yang berlaku di Indonesia maka para pasangan-

pasangan ini tidak mendapatkan ruang dalam kehidupan bermasyarakat karena kehidupan

tersebut dipandang sebagai sesuatu hal yang tabu.

Hidup bersama tanpa menikah adalah sesuatu hal yang dianggap kurang baik dan harus

dihindari. Moralitas agama memburukkannya dengan menganggapnya sebagai dosa. Karena

itu lebih baiknya meresmikan hubungan itu dalam sebuah pernikahan kudus. Tetapi yang

terjadi dalam kehidupan berjemaat dalam pembentukan sebuah keluarga masih terdapat

keluarga-keluarga yang telah terbentuk tetapi belum terikat dalam suatu pernikahan, baik

secara adat, gereja dan juga secara Negara. Oleh karena itu kehidupan keluarga-keluarga

tersebut tidak diakui dalam masyarakat. Dalam hal ini penulis mencoba membandingkan

jumlah pasangan-pasangan yang telah hidup bersama tanpa ikatan pernikahan dari tahun 2013

sampai pada tahun 2015, ini dilakukan penulis untuk melihat apakah kehidupan keluarga

Page 21: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

58

tanpa ikatan pernikahan ini cenderung berkurang setiap tahunnya atau sebaliknya cenderung

meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 4

Jumlah pasangan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan dari Tahun 2013

sampai 2015

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Rayon Belum

menikah

Rayon Belum

menikah

Rayon Belum

menikah

Kayu Putih 6 Kayu Putih 6 Kayu Putih 9

Dilha’o A 12 Dilha’o A 9 Dilha’o A 19

Dilha’o B 3 Dilha’o B 12 Dilha’o B 15

Jembatan

Dalam 1

14 Jembatan

Dalam 1

4 Jembatan

Dalam 1

12

Jembatan

Dalam 2

10 Jembatan

Dalam 2

16 Jembatan

Dalam 2

18

Kampung Baru 1 Kampung

Baru

3 Kampung

Baru

4

Pukdale - Pukdale 3 Pukdale 3

Jumlah 46 Jumlah 53 Jumlah 80

Jumlah total 80 Pasangan Sumber: Data statistik Jemaat Imanuel Oesao tahun 2015

Berdasarkan data statistik Jemaat GMIT Imanuel Oesao dari tahun 2013 hingga tahun

2015 terlihat sangat jelas bahwa setiap tahunnya kehidupan keluarga tanpa ikatan pernikahan

cenderung bertambah. Awalnya di tahun 2013 sebanyak 46 pasangan hingga menjadi 53

pasangan di tahun 2014, dan terus menerus meningkat menjadi 80 pasangan di tahun 2015.

Dari hal ini menampilkan bahwa ada peningkatan jumlah keluarga tanpa ikatan pernikahan

selamat tiga tahun berturut-turut. Kenyataannya, jumlah pasangan keluarga tanpa ikatan

pernikahan ini kebanyakan berasal dari kalangan muda-mudi. Walaupun demikian pasangan-

Page 22: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

59

pasangan ini tidak melakukan pernikahan kudus di gereja.16

Kenyataan ini menampilkan tidak

sedikitnya jumlah keluarga tanpa ikatan pernikahan dalam rumah tangga keluarga kristen.

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan pokok yang diberikan kepada responden, maka

timbullah berbagai sikap terhadap keberadaan keluarga tanpa ikatan pernikahan di Jemaat

GMIT Imanuel Oesao, yaitu yang pertama sikap menolak di mana ada beberapa Jemaat

Imanuel Oesao tidak menerima suatu hubungan keluarga tanpa ikatan pernikahan. Ini

disebabkan karena menurut mereka kehidupan bersama diluar nikah merupakan pelanggaran

baik itu secara agama dan juga dari segi moral. Menurut mereka orang yang telah membentuk

keluarga tanpa ikatan pernikahan adalah orang-orang berdosa, karena bagi mereka telah

melanggar hukum taurat yang ada dalam Alkitab.17

Walapun mereka menolak akan kehidupan

keluarga tanpa ikatan pernikahan tetapi mereka tidak dapat melakukan sesuatu untuk dapat

mencegah kehidupan bersama itu, tetapi ada juga cara yang dilakukan sebagian orang untuk

menunjukkan ketidaksetujuan mereka, yaitu jika dilingkungan rumah mereka terdapat

pasangan-pasangan tersebut maka tindakan yang dilakukan yaitu dengan cara mengucilkan

mereka. Hal ini dilakukan karena ketakutan mereka bahwa anak-anak mereka dapat mengikuti

cara kehidupan tersebut sehingga dengan menghindari para pasangan keluarga tanpa ikatan

pernikahan merupakan cara yang tepat menurut mereka agar anak-anak mereka kelaknya

tidak terpengaruh.

Kedua sikap menerima, ada beberapa alasan dari beberapa jemaat tersebut sehingga

memutuskan untuk menerima kehidupan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan, sekalipun

mereka tahu benar bahwa yang dilakukan oleh para pasangan-pasangan ini adalah sebuah

16

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Enggelina Kiuk-Fangidae, majelis jemaat Imanuel Oesao, Kamis,

15 Desember 2016. 17

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Frengki Tameno, jemaat Imanuel Oesao, Kamis, 24

November 2016.

Page 23: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

60

kesalahan. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada beberapa masyarakat Oesao dalam

meresponi kehidupan keluarga tanpa ikatan pernikahan, adanya alasan tersendiri bagi mereka

sehingga dapat menerima kehidupan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan. Ada sebagian yang

merasa prihatin dengan keadaan mereka, karena sering ditolak oleh beberapa masyarakat

sekitar.18

Sehingga mereka memutuskan untuk menerima para pasangan ini tanpa harus

memperdulikan status hubungan para pasangan ini. Selain itu ada juga alasan masyarakat lain

menerima mereka karena berhubungan dengan adat yaitu belis. Di mana karena para pasangan

ini belum bisa untuk membayar belis sehingga mereka harus berusaha mengumpulkan uang

secara bersama untuk dapat membayar belis kepada pihak perempuan.19

Jadi dapat

disimpulkan bahwa yang utama bagi masyarakat yang menerima keberadaan para pasangan

ini dengan alasan belis bukan karena keprihatinan melainkan karena urusan adat,

pengutamaan pada pelunasan belis. Karena pihak laki-laki tidak mampu untuk membayar

belis kepada pihak perempuan sehingga pernikahan tidak bisa di laksanakan. Bagi sebagian

jemaat menganggap bahwa belis harus diutamakan, setelah belis telah dilunasi atau dibayar

barulah bisa meresmikan hubungan pasangan tersebut di gereja.

Ketiga adalah sikap tidak peduli, selain sikap menolak dan juga sikap menerima

ternyata dari hasil wawancara juga terdapat sikap tidak peduli terhadap masalah kehidupan

berkeluarga tanpa ikatan pernikahan. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut tidak suka

mencampuri urusan orang lain karena bagi mereka apa yang dilakukan pasangan-pasangan

tersebut bukan merupakan tanggung-jawab dari mereka melainkan tanggung-jawab dari

18

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ita Saduk dan ibu Rin Suki, Jemaat Imanuel Oesao, kamis, 24

November 2016. 19

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Bendelina Humau, jemaat Imanuel Oesao, Jumat, 25 November

2016.

Page 24: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

61

pasangan-pasangan itu sendiri.20

Karena itu tidak ada alasan bagi mereka untuk menerima

atau menolak kehidupan para pasangan keluarga tanpa ikatan pernikahan tersebut.

Menurut Ketua Majelis Jemaat Imanuel Oesao, memang tiap tahun ada pasangan-

pasangan yang memberi diri untuk melakukan nikah gereja, tetapi di tahun berikut dan bisa

saja dalam tahun yang sama hadir lagi pasangan-pasangan suami istri yang sudah tinggal

serumah membentuk sebuah keluarga tetapi belum terikat dalam pernikahan. Dengan

demikian, jumlah keluarga tanpa ikatan pernikahan ini lebih cenderung bertambah bukan

sebaliknya cenderung berkurang.21

Ketika para pasangan ini hendak melakukan pernikahan maka mereka hurus melewati

beberapa tahap yang telah ditentukan dari masing-masing pihak yaitu dari pihak keluarga

menyangkut adat-istiadat, pemerintah dan gereja. Setelah mereka menyelesaikan segala

urusan di atas, barulah kedua pasangan ini resmi menjadi suami istri,22

tetapi dalam

penyelesaian proses pernikahan ini, terdapat beberapa faktor yang menghambat, sehingga

para pasangan ini belum bisa meresmikan hubungan mereka sebagai suami-istri yang sah dan

mendapat pengakuan dari masyarakat dan gereja. Berdasarkan hal ini maka selanjutnya akan

dibahas faktor-faktor penyebab terhambatnya sebuah proses pernikahan.

3.4 Faktor Budaya Asing

Masuknya budaya asing ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis

globalisasi yang meracuni Indonesia. Masuknya budaya asing ke Indonesia telah juga

dirasakan oleh masyarakat Oesao saat ini. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan

20

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yostan Ballo, jemaat Imanuel Oesao, Jumat, 25 November

2016. 21

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Adriana Siahaya Oematan, ketua majelis Jemaat GMIT Imanuel

Oesao, Rabu, 14 Desember 2016. 22

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Martinus Manafe, tokoh masyarakat, Jumaat, 16 Desember

2016.

Page 25: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

62

menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan

dampak yang sangat luas pada system kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh

budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya yaitu suatu keadaan di

mana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar

sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Ada

penyerapan unsur budaya luar secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang

mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antar wujud yang di tampilkan dan

nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.

Teknologi komunikasi dan informasi juga sangat mendorong perubahan melalui

keterbukaan informasi dan wawasan, masuknya informasi budaya asing yang tidak sesuai

dengan tradisi ketimuran, telah menciptakan wawasan baru sekaligus membentuk budaya baru

dalam pergaulan remaja pranikah. Teknologi yang berkembang pada era globalisasi ini

mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial. Di zaman yang serba

canggih ini, banyak cara mengakses budaya asing serta mudahnya budaya asing masuk ke

Indonesia tanpa filterisasi. Masuknya budaya asing mempunyai pengaruh yang sangat kuat

serta memiliki dampak postitif atau sebaliknya memiliki dampak negatif.

Pada akhirnya membuat sebagian masyarakat Oesao rawan tergoda hal-hal negatif dan

berpengaruh kuat terhadap terjadinya pergeseran nilai budaya pacaran yang semakin bebas

dengan praktik aktifitas seksual yang melanggar norma sosial, nilai budaya lokal yang dapat

membahayakan dirinya. Masyarakat ini terbuka dengan inovasi-inovasi yang hadir dalam

kehidupannya, namun mereka belum dapat menyeleksi budaya yang sesuai dengan norma-

norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Pengaruhnya budaya asing dalam

kehidupan masyarakat Oesao menampilkan bagaimana kehidupan masyarakat saat ini yang

Page 26: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

63

menganggap norma-norma yang berlaku di Indonesia tidak penting. Banyak generasi muda

zaman sekarang melakukan penyimpangan-penyimpangan tanpa menghiraukan norma yang

berlaku di negeri ini, mereka seakan tak takut akan adanya sanksi. Kebebasan dalam tradisi

berpacaran, diantaranya menyebabkan terjadinya paraktik aktifitas seksual pranikah, bahkan

peristiwa hamil pranikah semakin banyak terjadi. Akibatnya adalah menurunnya nilai

pernikahan dalam masyarakat Oesao. Sehingga dari hal tersebut menciptakan kehidupan baru

dalam sebuah keluarga tanpa ikatan pernikahan.

Seakan dikuasai oleh budaya asing membuat masyarakat Oesao ada yang telah memilih

untuk membangun sebuah keluarga tanpa ikatan pernikahan. Banyak diantaranya yang telah

tinggal serumah dan membentuk keluarga tanpa ikatan pernikahan. Banyak masyarakat Oesao

yang meniru gaya hidup dari bangsa asing saat ini atau kehidupan masyarakat Oesao saat ini

lebih berkiblat kebarat-baratan. Masuknya budaya asing dalam kehidupan masyarakat Oesao

membuat mereka mengabaikan budaya mereka sendiri. Bagi masyarakat Oesao yang telah

membentuk kehidupan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan menganggap hal ini sebagai

bagian dari kehidupan modern.23

Pasangan-pasangan ini berpendapat bahwa kehidupan bersama ini sebagai sebuah

percobaan, dimana jika dalam proses hidup bersama ini mereka mendapatkan adanya

kecocokan maka hubungan mereka akan dilanjutkan pada pernikahan, tetapi jika dalam

prosesnya mereka mendapatkan ketidakcocokkan dalam kehidupan bersama ini, maka mereka

akan mengakhiri kehidupan bersama ini sekalipun dalam kehidupan bersama mereka sudah

memiliki anak dari hasil hubungan tersebut.24

Selain itu ada juga yang memutuskan untuk

23

Berdasarkan hasil wawancara via telphon dengan Ibu Adriana Oematan-Siahaya, Ketua Majelis Jemaat

GMIT Imanuel Oesao, Minggu, 26 Februari 2017. 24

Berdasarkan hasil wawancara via telphon dengan Serly Manafe, Jemaat Imanuel Oesao, 27 Februari 2017.

Page 27: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

64

memilih tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan karena dipengaruhi oleh keadaan

keluarganya yang berantakan karena perceraian orangtuanya. Hal ini menyebabkan sang anak

lebih memilih untuk tinggal bersama dengan pasangannya tanpa adanya ikatan pernikahan.

Menurutnya pernikahan tidak menjamin suatu rumah tangga itu dapat terus bertahan tanpa

adanya perceraian.25

Hembusan pengaruh budaya asing dianggap sebagai ciri khas kemajuan dalam ekspresi

kebudayaan kekinian, padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi

masyarakat itu sendiri. Keadaan ini terus mengikis budaya dan kearifan lokal yang menjadi

warisan terjadi kebudayaan masyarakat nusantara. Dari sinilah juga nilai tradisional secara

perlahan mengalami kepunahan karena tidak mampu bersaing dengan budaya modern dalam

bentuk pergaulan masyarakat. Dalam era globalisasi ini, jati diri masyarakat Oesao perlu

dibina lagi, hal ini diperlukan agar masyarakat Oesao tidak terbawa arus oleh pengaruh

budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan bahkan tidak cocok dengan kebudayaan yang

berlaku dalam masyarakat Oesao saat ini.

3.5 Faktor Adat-istiadat

Faktor adat-istiadat juga mempengaruhi sehingga banyak pasangan yang belum nikah.

Hal ini disebabkan karena besarnya belis dalam urusan adat yang menjadi kendala sehingga

menjadi hambatan dalam proses pernikahan. Karena kehidupan Jemaat Imanuel Oesao adalah

jemaat yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan adat istiadat dan budaya sehingga

dengan sendirinya berbagai macam cara dalam mengatur kehidupan mereka masih

dipengaruhi oleh tradisi. Adat istiadat ini telah melekat dalam kehidupan jemaat sehingga

25

Berdasarkan hasil wawancara via telphon dengan Yulsi Dillak, Jemaat Imanuel Oesao, 27 Februari 2017.

Page 28: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

65

dalam urusan pernikahan pun adat-istiadat tidak boleh dilupakan, sebab adat merupakan

kebiasaan hidup yang mengatur seluruh segi kehidupan manusia.

Dari hasil wawancara penulis pada beberapa pasangan yang telah berkeluarga tanpa

ikatan pernikahan, mereka mengatakan bahwa belis yang terlalu mahal yang mengakibatkan

sehingga mereka tidak dapat melangsungkan hubungan mereka dalam pernikahan. Sebab bagi

masyarakat Oesao dalam melangsungkan pernikahan, sebelumnya dari pihak laki-laki harus

memberikan belis kepada pihak dari keluarga perempuan. Belis tersebut berupa sejumlah

uang atau beberapa barang yang bernilai harganya karena ini sebagai prasyarat. Apabila

perempuan telah dihamili terlebih dahulu maka keluarga laki-laki wajib membayar denda

kepada keluarga perempuan di luar dari jumlah belis yang akan diberikan. Besarnya belis

tersebut yang akhirnya mengakibatkan banyak pasangan-pasangan yang tidak jadi menikah.26

Adat-istiadat yang awalnya mereka percayai sebagai system yang seharusnya

mengontrol kehidupan mereka, tetapi kenyataannya sekarang justru adat istiadat menjadi

penghambat bagi mereka dan seakan merusak niat baik mereka yang ingin menikah agar

dapat diakui masyarakat sekitar. Tetapi karena adat istiadat justru membuat mereka diabaikan,

tidak dianggap dan bahkan dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena hal ini

sehingga mereka mengambil keputusan untuk tinggal bersama tanpa harus memperdulikan

nilai-nilai serta norma-norma yang terkandung dan terpelihara dalam masyarakat Oesao. Bagi

sebagaian mereka mengaggap bahwa budaya yang terkandung dalam masyarakat Oesao telah

ketinggalan zaman sehingga harus diganti dengan yang baru berdasarkan perkembangan

zaman sekarang ini. Karena itu, bagi sebagian pasangan ini merasa pernikahan tidak penting,

26

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Frans Kapitan, jemaat Imanuel Oesao, Sabtu, 17 Desember

2016.

Page 29: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

66

yang penting bagi para pasangan ini adalah dapat bersatu dan hidup bahagia. Bahkan ada

pasangan yang mengatakan bahwa sekalipun mereka tidak menikah tetapi kehidupan mereka

jauh lebih bahagia dibandingkan kehidupan dari pasangan-pasangan yang telah meresmikan

hubungan mereka pada pernikahan.27

Sebab itu mereka menuntut agar kebudayaan yang

berlaku saat ini dapat diganti dengan kebudayaan yang baru yang sesuai dengan

perkembangan zaman yang semakin modern ini.

Ada pun masalah lain yang menghambat sebuah pernikahan dan berdampak pada anak-

anak dari pasangan-pasangan tanpa ikatan pernikahan ini yaitu anak-anaknya telah siap untuk

menikah tetapi terhambat pernikahannya karena orang tuanya belum menikah. Ada pasangan

yang telah siap untuk menikah dimana segala urusan adatpun telah diselesaikan dalam hal ini

belis dan selanjutnya masuk pada pemberkatan di gereja, tetapi tidak dapat dijalankan karena

orang tua dari salah satu pasangan tersebut belum menikah. Sehingga para pasangan ini harus

menunggu agar orang tua dari mereka dapat memberi diri untuk dapat meresmikan hubungan

mereka dalam pernikahan.28

Hasil analisa dari penulis terkait persoalan diatas di mana hal tersebut dilakukan gereja

dengan maksud agar para orang tua inipun juga segera mungkin memberi diri mereka untuk

dapat dikukuhkan dalam sebuah pernikahan. Tetapi kenyataan yang terjadi justru orang tua

yang bersangkutan tidak memberi diri untuk diberkati dalam sebuah pernikahan. Sehingga

pada akhirnya banyak anak muda memilih untuk tinggal bersama calon istri atau suaminya

dalam membentuk keluarga tanpa ikatan pernikahan. Inilah penyebab mengapa jumlah

pasangan yang belum menikah cenderung selalu meningkat. Ada juga aturan yang berlaku

27

Berdasarkan hasil wawancara dengan Henny Mihalleo, jemaat Imanuel Oesao, Sabtu, 17 Desember 2016. 28

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Yoka Manu dan Meddy Manu, jemaat Imanuel Oesao, Sabtu, 17

Desember 2016.

Page 30: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

67

dalam adat-istiadat masyarakat Oesao yaitu apabila laki-laki tidak mampu untuk membayar

belis kepada pihak perempuan maka laki-laki tersebut harus tinggal dirumah perempuan.

Peraturan seperti ini pula ikut meningkatkan keberadaan keluarga tanpa ikatan pernikahan.

Mengapa demikian, karena tinggalnya laki-laki di rumah perempuan bukan berarti status

hubungan mereka sah menjadi suami istri. Hubungan mereka tetap tidak akan pernah

diresmikan kecuali telah membayar belis.

3.6 Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga mempengaruhi sehingga pasangan-pasangan ini belum

meresmikan hubungan mereka pada sebuah pernikahan. Kebiasaan dari masyarakat Oesao

bahwa setelah melangsungkan pemberkatan pernikahan di gereja maka dilanjutkan dengan

resepsi pernikahan (pesta yang mewah) sebagai tanda ucapan syukur dari keluarga. Karena

pesta yang mewah juga turut menentukan kedudukan atau status sebuah keluarga apalagi

keluarga yang bersangkutan adalah keluarga yang terpandang. Mereka ingin supaya dapat

menampilkan bahwa keluarganya dapat menyelenggarakan pesta pernikahan anaknya yang

terbaik. Melangsungkan pesta pernikahan ini tidak terlepas dari biaya, dan biaya yang

dibutuhkan pun cukup besar. Berdasarkan adat-istiadat yang berlaku di Oesao di mana jika

sebuah pesta akan dilaksanakan maka itu merupakan tanggung-jawab dari pihak laki-laki

untuk mengadakan pesta tersebut.

Dari hasil wawancara, penulis mendapatkan ada beberapa pasangan yang pernikahan

mereka tidak dapat dilaksnakan, selain karena masalah belis atau mas kawin, ada juga

keluarga dari pasangan-pasangan ini yang menuntut agar pesta pernikahan diselengarakan

dengan mewah serta meriah. Hal ini merupakan tuntutan dari keluarga perempuan tanpa

Page 31: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

68

memperdulikan ekonomi dari pihak laki-laki. Hal tersebut dialami oleh beberapa pasangan

yang diwawancarai oleh penulis. Dalam wawancara tersebut, pasangan ini mengakui bahwa

alasan mereka belum menikah karena tuntutan dari keluarga perempuan yang menuntut agar

dapat memberikan pesta yang mewah, ini dikarenakan keluarga dari pasangannya merupakan

keluarga yang terpandang di tempat itu, selain belis yang begitu besar jumlahnya pihak

perempuan juga menuntut pesta yang mewah kepada pihak laki-laki. Tetapi karena

permintaan dari pihak keluarga perempuan tidak dapat dipenuhi oleh pihak keluarga laki-laki,

maka pernikahan tersebut tidak dapat dilaksanakan. Tetapi karena keinginan mereka untuk

tetap hidup bersama, akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal bersama dan membentuk

sebuah keluarga tanpa ikatan pernikahan.29

Dari permasalahan ini penulis dapat menyimpulkan bahwa, terkadang keluarga dari

perempuan menuntut keluarga laki-laki untuk mengadakan pesta yang mewah tanpa melihat

kondisi keuangan dari keluarga laki-laki. Walaupun keluarga laki-laki telah membayar belis

dengan jumlah yang besar tetapi itu diluar dari pesta pernikahan, sehingga keluarga laki-laki

harus menyiapkan sejumlah uang yang besar untuk pesta tersebut. Akibat dari tuntutan

keluarga perempuan untuk mengadakan pesta yang besar yang mengakibatkan banyaknya

pasangan yang tidak jadi menikah karena ketidak-mampuan dari keluarga laki-laki untuk

mengadakan pesta yang mewah. Demi mempertahankan status sosial terkadang menjadikan

anak-anak sebagai korban. Hanya ingin menampilkan pesta yang mewah ada sebagian

orangtua dari kelurga perempuan memilih untuk menunda pernikahan anaknya, agar keluarga

laki-laki dapat mengumpulkan uang sebanyak mungkin agar dapat menampilkan pesta yang

megah dan meriah.

29

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Aleksander Seubelan dan ibu Marta Kapitan, jemaat Imanuel

Oesao, Kamis, 15 Desember 2016.

Page 32: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

69

Akibat dari gagalnya menikah maka pasangan-pasangan ini memilih untuk tinggal

serumah dengan berbagai alasan, salah satunya sambil mengumpulkan uang untuk dapat

mengadakan pesta yang mewah karena pernikahan itu merupakan peristiwa penting yang

dilakukan satu kali seumur hidupnya. Untuk itu mereka akan mengumpulkan biaya bersama

demi acara pernikahan yang terbaik.

3.7 Faktor Keluarga

Sebuah pernikahan Kristen dimulai dengan persetujuan antara dua keluarga bersama,

karena inilah maka faktor keluarga pun turut mempengaruhi sehingga ada pasangan-pasangan

yang belum bisa melangsungkan pernikahan walaupun telah tinggal serumah. Ada beberapa

alasan dari keluarga sehingga tidak menyetujui pasangan-pasangan tersebut untuk

melangsungkan pernikahan. Ketidak-setujuan ini muncul bukan saja dari keluarga perempuan

tetapi juga dari keluarga laki-laki.

Ada beberapa alasan dari keluarga perempuan yang tidak setuju anak perempuannya

menikah dengan laki-laki pilihannya. Hal ini disebabkan karena anak perempuannya masih

bersekolah walaupun ia telah hamil. Alasan yang lain bahwa karena calon suami dari anak

perempuan mereka, dianggap tidak memiliki pekerjaan yang layak, misalnya hanya sebagai

ojek, sopir, kondektur, dan sebagainya, atau karena pendidikan anak mereka lebih tinggi

daripada calon suami anak perempuan mereka.30

Ini membuat pihak keluarga perempuan bersikeras untuk tidak menikahkan anak

perempuan mereka dengan laki-laki yang berpendidikan lebih rendah atau karena memiliki

pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan keluarga perempuan. Selain itu, alasan yang lain

30

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Polce Regi, jemaat Imanuel Oesao, Minggu, 18 Desember

2016.

Page 33: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

70

ialah karena laki-laki berasal dari keluarga yang tidak mampu dan tidak sanggup membayar

belis, sehingga keluarga perempuan prihatin kalau seandainya mereka mengutamakan nikah

gereja terlebih dahulu, bisa jadi setelah itu keluarga laki-laki tidak mau lagi membayar belis

kepada keluarga perempuan.31

Sedangkan alasan yang datang dari keluarga laki-laki yang juga tidak menyetujui anak

laki-lakinya menikah dengan perempuan pilihannya yaitu karena pasangan muda ini masih

bersekolah.32

Berdasarkan hal inilah maka pasangan-pasangan tersebut tidak jadi menikah. Ini

menyebabkan pasangan-pasangan ini mengambil keputusan untuk memilih meninggalkan

rumah dan tinggal bersama pasangannya, karena bagi pasangan-pasangan iniyang terpenting

yaitu mereka dapat bersatu dengan orang yang dicintai.

Alasan lain mengapa makin meningkatnya jumlah pasangan ini di Jemaat Imanuel

Oesao, bahwa ada beberapa pasangan yang calon istri atau suaminya merupakan pendatang

dari gereja atau daerah lain yang menetap di Oesao karena memiliki masalah dengan keluarga

di daerah asalnya, seperti pihak keluarga tidak menyetujui anaknya menikah dengan

perempuan atau laki-laki pilihannya. Kemudian laki-laki atau perempuan tersebut memilih

menetap di Oesao karena pasangannya berdomisili di Oesao dan terdaftar sebagai jemaat

Imanuel Oesao. Pada akhirnya pasangan ini tinggal bersama sebagai suami-istri walaupun

belum menikah.33

31

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yunus Kapitan, jemaat Imanuel Oesao, Minggu, 18 Desember

2016. 32

Berdasarkan hasil wawancara dengan Irma Tameno, jemaat Imanuel Oesao, Jumaat, 16 Desember 2016. 33

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erna Mbatu, majelis jemaat Imanuel Oesao, Minggu, 18

Desember 2016.

Page 34: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

71

3.8 Respon Gereja terhadap Kehidupan Kerkeluarga tanpa Ikatan Pernikahan

Meskipun pernikahan tidak disebut sebagai sakramen dalam tradisi Gereja Protestan,

namun gambaran-gambaran yang dapat dibaca dalam Alkitab yaitu dalam Perjanjian Lama

dan Perjanjian Baru memberikan keterangan terhadap pentingnya pernikahan Kristen. Secara

khusus, Perjanjian Baru menggunakan istilah perkawinan sebagai lambang antara hubungan

Allah dengan gereja-Nya. Suatu perkawinan dinyatakan sah oleh Tuhan jika telah

dimeteraikan dengan berkat nikah kudus. Pemberkatan nikah kudus itu tidak dilakukan secara

tersembunyi, melainkan secara terbuka dan disaksikan oleh jemaat Tuhan. Lebih lanjut, sah

dan sakralnya sebuah perkawinan sangat bergantung pada peran gereja dalam proses untuk

memasuki sebuah perkawinan. Ini berarti bahwa gereja juga mempunyai peran dan andil yang

besar dalam pernikahan/ perkawinan Kristen.34

Pernikahan itu bermakna suci, mendasar dan merupakan anugerah dari Allah kepada

manusia. Dalam konteks GMIT telah ditetapkan bahwa pernikahan itu merupakan anugerah

Allah yang patut dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua orang yang menikah. Bagi gereja

tanpa adanya pemberkatan nikah kudus sesungguhnya perkawinan Kristen tidak pernah ada,

sekalipun mungkin suatu kehidupan bersama telah dibangun dan generasi baru pun telah

dilahirkan.35

Hal ini menggambarkan bagaimana sikap gereja yang sesungguhnya menolak

akan adanya kehidupan keluarga tanpa ikatan pernikahan.Gereja menganggap bahwa para

pasangan yang terlibat dalam kehidupan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan ini adalah

orang-orang berdosa yang harus diselamatkan. Diselamatkan dalam pemahaman gereja yaitu

34

Berdasarkan hasil wawancara via telphon dengan Ibu Adriana Oematan-Siahaya, Ketua Majelis Jemaat

GMIT Imanuel Oesao, Selasa 28 Februari 2017. 35

Berdasarkan hasil wawancara via telphon dengan Ibu Enggelina Kiuk-Fangidae, majelis Jemaat Imanuel

Oesao, Kamis, 2 Maret 2017.

Page 35: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

72

membimbing para pasangan ini agar dapat memberikan diri mereka untuk diberkati di gereja

sehingga hubungan mereka ini dapat diakui dan diterima oleh masyarakat setempat.

Bagi gereja seharusnya kehidupan persekutuan pasangan-pasangan ini dilandaskan pada

pemahaman bahwa pernikahan itu adalah anugerah Allah. Pernikahan harus dimengerti

melalui kesadaran sesungguhnya terhadap kebenaran yang terkandung dalam pernikahan.

Gereja menganggap pernikahan sebagai suatu karunia atau pemberian dari Allah, oleh karena

itu sebuah pernikahan harus dijunjung tinggi oleh anggota-anggota gereja.

Menurut tuturan Ketua Majelis Jemaat Imanuel Oesao bahwa gereja sebagai gembala

bagi jemaat bertugas menjaga kekudusan hidup umat Allah dengan memberlakukan disiplin

gereja bagi jemaat yang tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan kudus. Disiplin itu

dijalankan dengan cara yakni para pasangan-pasangan ini tidak diperbolehkan mengikuti

sakramen seperti sakramen perjamuan kudus dan sakramen baptisan kudus.36

Dalam proses pelayanannya, pihak gereja telah berupaya melakukan perkunjungan

kepada keluarga dari pasangan-pasangan tanpa ikatan pernikahan ini, namun kunjungan-

kunjungan belum dilakukan secara berkala atau memiliki jadwal perkunjungan yang tetap

sehingga semua pasangan dapat dilayani. Ada beberapa pasangan berkeluarga tanpa ikatan

pernikahan yang setelah mendapat bimbingan, mereka telah berjanji untuk meresmikan

hubungan mereka dalam sebuah pemberkatan nikah di gereja, tetapi kenyataannya janji

tersebut tidak ditepati dengan berbagai alasan. Alasan-alasan itu membuat pihak gereja

36

Berdasarkan hasil wawancara via telphon dengan Ibu Adriana Oematan-Siahaya, Ketua Majelis Jemaat

GMIT Imanuel Oesao, Selasa, 28 Februari 2017.

Page 36: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

73

menjadi malas karena hanya janji yang diberikan untuk segera menikah namun janji itu tidak

dapat ditepati oleh pasangan-pasangan ini.37

Menurut penulis, salah satu titik singgungnya terletak pada bagaimana gereja

mengimplementasikan fungsi-fungsi pelayanan dalam menghadapi masalah tersebut. Peran

dari pada gereja dengan suara kenabiannya dianggap perlu agar tidak berhenti membimbing

dan mengajarkan jemaatnya untuk hidup murni. Kemurnian memampukan jemaat untuk

menghormati martabat seksualitas manusiawi dan menghormati kekudusan cinta kasih dalam

sebuah pernikahan. Dalam kemurnian, orang berjuang untuk menguasai perasaan dan hasrat,

menghargai kesucian cinta kasih suami-istri, dan berani bertanggung-jawab atas

perbuatannya.

Dalam kenyataan yang demikian, gereja seharusnya bertanggung-jawab tidak hanya

mengatur, meneguhkan serta memberkati pernikahan saja dan menganggap pernikahan di

gereja hanya sebagai sebuah ritus, tetapi juga bertanggung-jawab dalam memelihara,

melengkapi dan membina kelangsungan pernikahan. Karena itu, pemberkatan pernikahan

melalui gereja dimaksudkan agar pernikahan yang dibentuk selalu diberkati dan memperoleh

kebahagiaan.

37

Berdasarkan hasil wawancara via telphon dengan ibu Erna Mbatu, majelis jemaat Imanuel Oesao, 28

Februari 2017.

Page 37: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

74

3.9 Penutup

Salah satu ciri pernikahan adalah memiliki komitmen secara total. Pernikahan Kristiani

bukanlah suatu hubungan tanpa ikatan pernikahan, melainkan hubungan seorang laki-laki dan

perempuan yang diikat oleh perjanjian seumur hidup dan komitmen secara total yang meliputi

seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, aspek kekudusan harus dijaga dalam sebuah

hubungan pernikahan.Kenyataan yang ada dalam keluarga-keluarga Kristen menunjukkan

bahwa keluarga-keluarga Kristen banyak yang terbentuk sebelum diberkati dalam suatu

pernikahan kudus.

Meningkatnya kasus adanya keluarga tanpa ikatan pernikahan dari tahun ke tahun di

Jemaat GMIT Imanuel Oesao menampilkan bahwa kekudusan hidup sebagai umat Allah tidak

terpelihara dengan baik. Selain itu, penyebab adanya kehidupan keluarga tanpa ikatan

pernikahan karena masyarakat dipengaruhi oleh perubahan sosial yang negatif akibat arus

globalisasi. Sehingga tanpa berpikir panjang masyarakat mulai tergoda akan kehidupan

modern dan mengikuti arus perubahan tersebut. Selain itu, dipengaruhi oleh perubahan sosial

negatif yang akhirnya membuat masyarakat tidak mengenal jati diri, kurang sosialisasi,

perilaku konsumerisme yang tinggi, keresahan sosial, kurangnya peran keluarga dan pengajar

serta acuh tak acuh terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap

masyarakat. Perubahan sosial terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang

selalu ingin mengadakan perubahan dalam hidup. Hal-hal di atas tersebut turut mempengaruhi

kehidupan pernikahan, sehingga ada sebagian masyarakat Oesaomenerapkan gaya

hidupberkeluarga tanpa ikatan pernikahan dan kehidupan tersebut dianggap sebagai gaya

Page 38: Bab 3 Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan ...€¦ · Realita Kehidupan Keluarga Tanpa Ikatan Pernikahan di Jemaat GMIT Imanuel Oesao, ... 3.2.1 Letak Geografis dan

75

hidup modern berdasarkan perubahan sosial. Para pasangan yang telah terpengaruhi ini tidak

menyadari bahwa kehidupan berkeluarga tanpa ikatan pernikahan tersebut mempengaruhi

moralitas mereka.

Melihat kenyataan tersebut, ini menjadi persoalan penting bagi gereja sebagai gembala

bagi jemaat yang terdiri dari keluarga-keluarga kristen. Bagaimanakah gereja dalam hal ini

para pelayan melihat dan menyatakan kepedulian terhadap kasus keluarga tanpa ikatan

pernikahan. Peran dari gereja tidak hanya melaksanakan disiplin gereja bagi pasangan-

pasangan yang belum diberkati dalam pernikahan kudus, tetapi terlebih dari itu, kehadiran

gereja sangat dibutuhkan dalam hal ini agar kekudusan dari keluarga-keluarga Kristen tetap

terjaga sesuai kehendak Tuhan.