Upload
doanphuc
View
214
Download
0
Embed Size (px)
63
BAB 3
METODE PENELITIA N
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian mengenai jenis penelitian, metode penelitian, unit analisis, time
horizon berdasarkan tujuan penelitian secara ringkas dijelaskan pada Tabel 3.1. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif yang bersifat asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan
untuk mendefinisikan berbagai kriteria serta mendefinisikan nilai-nilai variabel-variabel yang
diteliti dan penelitian asosiatif lebih mengenai analisis hubungan dimana variabel independen
(variabel bebas) memengaruhi variabel dependen (variabel bergantung). Unit analisis pada
penelitian ini adalah indiv idu, yaitu para konsumen produk Citra yang telah merasakan
perawatan di Rumah Cantik Citra. Horizon waktu untuk penelitian ini adalah cross-sectional,
di mana data dari masing-masing responden hanya sekali dikumpulkan dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tujuan
Penelitian
Desain Penelitian
Jenis
Penelitian
Metode
Penelitian
Unit Analisis Time Horizon
T-1 Asosiatif Survei Indiv idu Cross Sectional
T-2 Asosiatif Survei Indiv idu Cross Sectional
T-3 Asosiatif Survei Indiv idu Cross Sectional
T-4 Asosiatif Survei Indiv idu Cross Sectional
T-5 Asosiatif Survei Indiv idu Cross Sectional
Sumber: Peneliti (2010)
64
Keterangan:
T-1 Untuk mengetahui apakah experiential marketing berpengaruh secara langsung
terhadap brand trust dari produk Citra.
T-2 Untuk mengetahui apakah celebrity endorsement berpengaruh secara langsung
terhadap brand trust dari produk Citra.
T-3 Untuk mengetahui apakah brand trust berpengaruh secara langsung terhadap brand
loyalty dari produk Citra.
T-4 Untuk mengetahui apakah experiential marketing berpengaruh terhadap brand loyalty
dari produk Citra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan dimediasi oleh
adanya brand trust.
T-5 Untuk mengetahui apakah celebrity endorsement berpengaruh terhadap brand loyalty
dari produk Citra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan dimediasi oleh
adanya brand trust.
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Terdapat empat variabel yang diteliti di dalam penelitian ini, yaitu experiential
marketing, celebrity endorsement, brand trust, dan brand loyalty. Operasionalisasi dari
variabel-variabel yang diteliti dijelaskan pada Tabel 3.2 berikut ini.
65
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Definisi Indikator Instrumen
Pengukuran Skala
Experiential
Marketing
Sense Distimulasikan
melalui indera,
dengan
menawarkan
kegembiraan,
rangsangan, dan
kepuasan akan
keindahan.
• Penglihatan
(sight)
• Pendengaran
(sound)
• Penciuman
(smell)
• Perasa (taste)
• Peraba (touch)
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
Feel Berfokus pada
perasaan batin
dan emosi
pelanggan,
dengan
menargetkan
untuk
menciptakan
pengalaman
emosional
• Perasaan batin
(inner feeling)
• Emosi (emotion)
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
Think Berfokus pada
kecerdasan,
dengan
menargetkan
untuk
menciptakan
pemikiran kognitif
dan
menyelesaikan
masalah-masalah
untuk konsumen-
konsumen dengan
• Pemikiran
konvergen
(convergent
thinking)
• Pemikiran
divergen
(divergent
thinking)
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
66
Variabel Dimensi Definisi Indikator Instrumen
Pengukuran Skala
Experiential
Marketing
menggunakan
cara-cara yang
kreatif.
Act Ditujukan untuk
menciptakan
pengalaman
jasmaniah yang
unik dan berfokus
untuk
memengaruhi
pengalaman fisik,
gaya hidup, dan
interaksi.
• Pengalaman
fisik
• Gaya hidup
• Interaksi
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
Relate Melibatkan sense,
feel, think, dan
act marketing.
• Menghubung-
kan orang-
orang dengan
sistem sosial
yang lebih luas
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
Celebrity
Endorsement
Credibility Sejauh mana
penerima melihat
seorang sumber
memilik i
pengetahuan,
ketrampilan atau
pengalaman yang
relevan dan
mempercayai
bahwa sumber
memberikan
informasi yang
• Expertise
• Trustworthiness
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
(Lanjutan Tabel 3.2)
67
Variabel Dimensi Definisi Indikator Instrumen
Pengukuran Skala
Celebrity
Endorsement
tidak memihak
dan objektif
Attractiveness Ketika konsumen
mempersepsikan
celebrity endorser
sebagai sesuatu
yang menarik,
konsumen
kemudian
mengidentifikasi
endorser tersebut
dan memilik i
kecenderungan
untuk
mengadopsi
sikap, perilaku,
kepentingan, atau
preferensi
tertentu dari si
endorser
• Similarity
• Familiarity
• Likeability
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
Brand Trust Brand
reliability
Didasarkan pada
sejauh mana
konsumen
percaya bahwa
suatu merek
mengerjakan nilai
yang
dijanjikannya
• Kemampuan
untuk menepati
janji
• Keinginan untuk
menepati janji
• Kemampuan
memuaskan
kebutuhan
konsumen
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
(Lanjutan Tabel 3.2)
68
Variabel Dimensi Definisi Indikator Instrumen
Pengukuran Skala
Brand Trust • Keinginan
memuaskan
kebutuhan
konsumen
Brand
intentions
Didasarkan pada
sejauh mana
konsumen
percaya bahwa
suatu merek akan
mempertahankan
minat konsumen
di atas keinginan
dari merek itu
sendiri ketika
masalah-masalah
tidak diinginkan
yang berkaitan
dengan konsumsi
produk timbul.
• Altruism
• Honesty
• Dependability
• Fairness
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
Brand
Loyalty
Behavior Konsumen tidak
hanya lebih
memilih tetapi
juga membeli
suatu merek
secara berulang-
ulang, di mana
konsumen
membeli ulang
suatu merek
karena mereka
puas dengan
merek tersebut
• Perilaku
pembelian
ulang, karena
konsumen puas
dengan merek
tersebut
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
(Lanjutan Tabel 3.2)
69
Variabel Dimensi Definisi Indikator Instrumen
Pengukuran Skala
Brand
Loyalty
bukan karena
faktor
kenyamanan,
hambatan waktu,
kebiasaan, tidak
menyukai merek
lainnya, atau
beragam perilaku
tersembunyi
lainnya,
melainkan karena
pembelian jangka
panjang dan
keterlibatan
dalam suatu
merek.
Attitude Komitmen
psikologis
terhadap suatu
merek
• Word of mouth
• Kerelaan untuk
membayar pada
harga premium
Kuesioner
dengan Skala
Likert
Ordinal
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Berdasarkan pada tujuan-tujuan penelitian yang telah dijabarkan pada sub 3.1, maka
untuk tercapainya tujuan-tujuan tersebut diperlukan data yang dapat mendukung penelitian,
di mana data, jenis, dan sumber data untuk penelitian ini dijelaskan pada Tabel 3.3 berikut
ini.
(Lanjutan Tabel 3.2)
Sumber: Peneliti (2010)
70
Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data Jenis Data Sumber Data Tujuan Penelitian
T-1 T-2 T-3 T-4 T-5
Dasar pengukuran variabel-
variabel di dalam penelitian
ini
Kualitatif Data sekunder
dari studi
pustaka
√ √ √ √ √
Penilaian atas implementasi
experiential marketing di
Rumah Cantik Citra
Kualitatif Data primer dari
kuesioner √ - - √ -
Penilaian atas implementasi
celebrity endorsement
dengan menggunakan
Maudy Koesnaedi sebagai
celebrity endorser produk
Citra
Kualitatif Data primer dari
kuesioner
- √ - - √
Penilaian terhadap brand
trust produk Citra
Kualitatif Data primer dari
kuesioner √ √ √ √ √
Penilaian terhadap brand
loyalty produk Citra
Kualitatif Data primer dari
kuesioner - - √ √ √
Sumber: Peneliti (2010)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data guna digunakan di dalam penelitian ini menggunakan beberapa
teknik, yaitu sebagai berikut.
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan oleh peneliti guna memperoleh informasi berkaitan dengan
variabel-variabel yang dibahas di dalam penelitian ini, di mana studi pustaka diperoleh
melalui beragam sumber, yaitu buku, artikel, dan jurnal.
71
b. Wawancara
Menurut Sekaran (2006, p67), wawancara bisa terstruktur atau tidak terstruktur, dan
dilakukan secara tatap muka, melalui telepon, atau online. Dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan secara tidak terstruktur dan melalui tatap muka dengan penanggung jawab Rumah
Cantik Citra berkaitan dengan pelaksanaan experiential marketing melalui kegiatan Rumah
Cantik Citra tersebut.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang
akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas (Sekaran,
2006, p82). Di dalam penelitian ini, guna mengukur pendapat responden tentang indikator-
indikator dari variabel experiential marketing, celebrity endorsement, brand trust, dan brand
loyalty, indikator-indikator tersebut dituangkan ke dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang
memungkinkan responden untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pernyataan-
pernyataan tersebut, di mana pilihan jawaban diberikan dalam bentuk skala likert. Menurut
Riduwan dan Kuncoro (2008, p20), pada skala likert, setiap jawaban dihubungkan dengan
bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata. Pada
penelitian ini, pernyataan yang digunakan oleh peneliti adalah pernyataan positif dengan
penilaian seperti yang dinyatakan pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Penilaian Pernyataan Positif
Keterangan Singkatan Nilai
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Netral N 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber: Riduwan dan Kuncoro (2008, p20)
72
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Populasi di dalam penelitian ini adalah orang yang minimal telah dua kali merasakan
perawatan di Rumah Cantik Citra yang berlokasi di Jl. Lapangan Ros Raya No. 30, Tebet,
Jakarta Selatan, serta mengenal Maudy Koesnaedi selaku celebrity endorser produk Citra.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan simple
random sampling. Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang
yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel dan simple
random sampling merupakan cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi
tersebut (Riduwan dan Kuncoro, 2008, p41). Ukuran sampel yang digunakan di dalam
penelitian ini ditentukan dengan berdasarkan pada beberapa pertimbangan teknik penentuan
ukuran sampel di dalam structural equation modeling yang dijelaskan berikut ini.
Riduwan dan Kuncoro (2008, p56) di dalam bukunya mengutip beberapa pendapat
ahli, yaitu menurut Kelloway dan Marsh et. al., ukuran sampel untuk model persamaan
struktural (SEM) paling sedik it adalah 200 pengamatan. Selain itu, Joreskog dan Sorbom
menyatakan bahwa hubungan antara banyaknya variabel dan ukuran sampel minimal dalam
model persamaan struktural dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Ukuran Sampel Minimal dan Jumlah Variabel
Jumlah Variabel Ukuran Sampel Minimal
3 200
5 200
10 200
15 360
20 630
25 975
30 1395
Sumber: Riduwan dan Kuncoro (2008, p56)
73
Pada penelitian ini, terdapat 4 buah variabel, yaitu experiential marketing, celebrity
endorsement, brand trust, dan brand loyalty. Dengan berdasarkan pada Tabel 3.5, maka
jumlah sampel yang disarankan untuk penelitian ini adalah sejumlah 200 sampel.
Selain itu, karena nantinya di dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan
structural equation modeling dengan metode estimasi Maximum Likelihood apabila data
memenuhi asumsi multivariate normality dan akan mengkoreksi ketidaknormalan dengan
menggunakan Robust Maximum Likelihood, maka peneliti juga akan menentukan ukuran
sampel berdasarkan metode estimasi tersebut. Menurut Hair et al. ukuran sampel yang
disarankan untuk penggunaan estimasi Maximum Likelihood adalah sebesar 100-200 (Ghozali
dan Fuad, 2008, p36).
Berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan di atas, maka ukuran sampel yang
dibutuhkan untuk penelitian ini, yaitu sejumlah 200 responden.
3.6 Teknik Pengolahan Sampel
Peneliti melakukan pilot test kepada 30 sampel guna menguji validitas dan reliabilitas
dari kuesioner penelitian. Kemudian, peneliti melanjutkan untuk membagikan kuesioner
kepada 200 sampel penelitian dan kemudian mengolah data tersebut dengan menggunakan
metode structural equation modeling.
3.7 Metode Analisis
Pada Tabel 3.6 disajikan metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan-
tujuan di dalam penelitian ini.
74
Tabel 3.6 Metode Analisis
Tujuan Penelitian Metode Analisis
T-1 Structural Equation Modeling
T-2 Structural Equation Modeling
T-3 Structural Equation Modeling
T-4 Structural Equation Modeling
T-5 Structural Equation Modeling
Sumber: Peneliti (2010)
Alasan peneliti menggunakan metode Structural Equation Model (SEM) adalah
variabel penelitian di dalam penelitian ini, yaitu experiential marketing, celebrity
endorsement, brand trust, dan brand loyalty, seluruh variabel tersebut merupakan variabel
laten yang memerlukan variabel teramati (indikator) untuk mengukurnya. Hal ini sesuai
dengan apa yang dinyatakan oleh Sitinjak dan Sugiarto, di mana Sitinjak dan Sugiarto (2006,
p44) menjelaskan bahwa jika semua variabel dalam suatu model merupakan variabel
teramati, hubungan pengaruh memengaruhi dari variabel-variabel tersebut dapat dianalisis
dengan analisis regresi ataupun path analysis (dengan catatan skala pengukuran dari
variabel-variabel tersebut memenuhi syarat analisis regresi maupun path). Namun jika
variabel-variabel dalam model tersebut tidak semuanya terukur, analisis hubungan dapat
dilakukan dengan SEM.
Alasan peneliti untuk menggunakan metode SEM ini juga didukung oleh pendapat
dari Wijanto (2008, pp6-7), yaitu regresi biasa menspesifikasikan hubungan kausal antara
varabel-variabel teramati (observed variables), sedangkan pada SEM, hubungan kausal
terjadi di antara variabel-variabel tidak teramati (unobserved variables) atau variabel-variabel
laten. Di dalam bukunya, Wijanto juga mengutip pendapat Gujarati bahwa penggunaan
variabel-variabel laten pada regresi berganda menimbulkan kesalahan-kesalahan pengukuran
75
(measurement errors) yang berpengaruh pada estimasi parameter dari sudut biased-
unbiased dan besar kecilnya variance.
Sama halnya dengan Gujarati, Sitinjak dan Sugiarto (2006, p2) juga menyatakan
bahwa permasalahan mendasar kedua yang terkait dengan hubungan kausal di antara
variabel-variabel adalah bagaimana menyimpulkan hubungan kausal antar variabel yang
kompleks dan seringkali tidak teramati secara langsung, melainkan melalui indikator-
indikatornya. Sejauh ini variabel-variabel indikator inilah yang diproses untuk menjelaskan
hubungan antara variabel latent yang satu dengan variabel latent lainnya dan itupun
seringkali tidak secara eksplisit dinyatakan dalam suatu persamaan. Kebutuhan akan suatu
alat statistik yang secara simultan melibatkan variabel laten dan variabel indikatornya
dijawab oleh Structural Equation Model (SEM).
Hair et al. (Wijanto, 2008, p7) juga mendukung pendapat di atas dengan
menunjukkan perbedaan antara teknik SEM dengan teknik regresi dan multivariat lainnya,
melalui 2 karakteristik SEM berikut ini.
a. Yang pertama adalah estimasi terhadap multiple interrelated dependence relationships
yang istilah sederhananya adalah susunan beberapa persamaan regresi berganda yang
terpisahkan tetapi saling berkaitan. Susunan persamaan ini dispesifikasikan dalam bentuk
model struktural dan diestimasi oleh SEM secara simultan. Perbedaan yang paling
kelihatan adalah antara SEM dengan susunan persamaan regresi berganda ialah pada
SEM sebuah variabel bebas (independent variable) pada satu persamaan bisa menjadi
variabel terikat (dependent variable) pada persamaan lain.
b. Yang kedua adalah kemampuan untuk menunjukkan konsep-konsep tidak teramati
(unobserved concepts) serta hubungan-hubungan yang ada di dalamnya, dan
perhitungan terhadap kesalahan-kesalahan pengukuran dalam proses estimasi. SEM
menyajikan konsep tidak teramati melalui penggunaan variabel-variabel laten.
76
Berkaitan dengan variabel laten yang telah dibahas sebelumnya, Sitinjak dan
Sugiarto (2006, pp1-2) menyatakan bahwa untuk mengukur sesuatu yang bersifat latent
dapat dilakukan pengamatan terhadap indikator-indikatornya. Permasalahannya adalah
apakah indikator-indikatornya benar-benar mencerminkan konsep yang diukur.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa terdapat variabel laten (latent variable)
dan ada yang teramati atau indikator. Ghozali dan Fuad (2008, p5) mendefinisikan variabel
laten sebagai variabel yang tidak bisa diukur secara langsung dan memerlukan beberapa
indikator sebagai proksi, sedangkan variabel manifest (variabel observed atau indicator)
adalah indikator-indikator yang dapat diukur.
Sejauh mana indikator-indikator yang digunakan mampu mencerminkan variabel
latent, terkait dengan masalah kualitas pengukuran, yaitu reliabilitas dan validitas. Variabel
latent dibedakan menjadi variabel latent eksogen dan variabel latent endogen. Variabel latent
eksogen selalu muncul sebagai variabel bebas (independent latent variable) pada semua
persamaan yang ada pada Structural Equation Modeling (SEM). Notasi variabel latent
eksogen dengan huruf Yunani adalah ksi. Variabel latent endogen merupakan variabel terikat
(dependent latent variable) pada paling sedik it satu persamaan dalam model, meskipun di
semua persamaan sisanya, variabel tersebut adalah variabel bebas. Dalam bahasa
sederhananya dikatakan jika suatu variabel latent pernah menjadi variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lain berarti variabel latent tersebut merupakan variabel latent endogen. Notasi
variabel laten endogen dengan huruf Yunani adalah eta (Sitinjak dan Sugiarto, 2006, pp9-
45).
3.7.1 Structural Equation Modeling (SEM)
SEM merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis variabel latent,
variabel indikator, dan kesalahan pengukuran secara langsung. Dengan SEM kita mampu
menganalisis hubungan antara variabel latent dengan indikatornya, hubungan antara variabel
77
latent yang satu dengan variabel latent yang lain, juga mengetahui besarnya kesalahan
pengukuran. Di samping hubungan kausal searah, SEM juga memungkinkan kita
menganalisis hubungan dua arah yang seringkali muncul dalam ilmu sosial dan perilaku
(Sitinjak dan Sugiarto, 2006, pp2-3).
Berikut ini peneliti akan membahas mengenai model-model di dalam SEM, prosedur
SEM, dan LISREL sebagai alat yang membantu pengolahan data di dalam penelitian ini.
3.7.1.1Model-Model dalam SEM
Dalam SEM dikenal 3 jenis model, yaitu model struktural (structural model), model
pengukuran (measurement model), dan model hybrid (full SEM model) yang merupakan
gabungan model struktural dan model pengukuran. Berikut akan dibahas lebih lanjut
mengenai model struktural, model pengukuran, dan model hybrid tersebut. (Sitinjak dan
Sugiarto, 2006, pp45-77)
a. Model Struktural
Model struktural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel
latent. Pada umumnya, variabel latent bebas yang dimasukkan dalam model tidak dapat
secara sempurna menjelaskan variabel latent terikatnya, sehingga dalam model struktural
biasanya ditambahkan komponen kesalahan struktural, yang diberi label dalam huruf Yunani
zeta ζ .
b. Model Pengukuran
Model pengukuran menggambarkan hubungan variabel latent dengan variabel-
variabel teramati atau variabel indikator. Pada umumnya setiap variabel latent memilik i
beberapa variabel teramati. Dalam merancang measurement model perlu diperhatikan
bahwa dimensi yang diharapkan untuk sebuah faktor adalah paling sedik it tiga variabel
observasi. Variabel teramati dari variabel latent eksogen dilambangkan dengan X, sedangkan
78
variabel teramati dari variabel latent endogen dilambangkan dengan Y. Muatan-muatan
faktor (factor loadings) yang menghubungkan variabel latent dan variabel teramati diberi
notasi λ (lambda). Pada sisi X adalah λX(lambda X) dan di sisi Y adalah λY
(lambda Y).
Pada umumnya, variabel-variabel teramati dari suatu variabel latent tidak dapat
merefleksikan variabel latentnya secara sempurna, dengan demikian penambahan kesalahan
pengukuran dalam model sangat diperlukan agar model pengukuran menjadi lengkap. Notasi
matematik bagi kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan variabel teramati X adalah δ
(delta), sedangkan yang berkaitan dengan variabel teramati Y adalah ε (epsilon). Semakin
kecil nilai kesalahan pengukuran semakin baik.
c. Model Hybrid (Full SEM Model)
Model hybrid merupakan gabungan model struktural dan model pengukuran. Dalam
model hybrid, selain digambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel latent,
juga digambarkan hubungan variabel latent dengan variabel-variabel teramati yang terkait.
3.7.1.2Prosedur SEM
Sitinjak dan Sugiarto (2006, p64), Wijanto (2008, p34) yang mengutip pernyataan
dari Bollen dan Long, serta Yamin dan Kurniawan (2009, p14), menyatakan bahwa
penerapan SEM mengikuti prosedur umum berikut, yaitu spesifikasi model (model
specification), identifikasi (identification), estimasi (estimation), uji kecocokan (testing fit),
dan respesifikasi (re-specification).
a. Spesifikasi Model
Spesifikasi model dilakukan terhadap permasalahan yang diteliti. Sangat disarankan
agar penetapan model tidak dilakukan secara asal tetapi didasarkan pada rujukan yang
relevan. Model yang dibentuk akan kuat bila sudah ada teori yang mendasarinya. Meski
demikian, untuk paradigma baru, teori bagi topik terkait mungkin belum ada sehingga
79
temuan-temuan terbaru yang relevan bisa dijadikan sebagai dasar rujukan yang bermakna
(Sitinjak dan Sugiarto, 2006, p64). Hal serupa juga dinyatakan oleh Yamin dan Kurniawan
(2009, p14), yaitu apabila belum ada pijakan teori sebelumnya (atau referensi), maka
pendekatan pengalaman atau pijakan nilai logis dapat dipertimbangkan.
Spesifikasi model secara garis besar dijalankan dengan menspesifikasi model
pengukuran serta menspesifikasi model struktural. Spesifikasi model pengukuran meliputi
aktiv itas mendefinisikan variabel-variabel latent, mendefinisikan variabel-variabel teramati,
dan mendefinisikan hubungan antara variabel latent dengan variabel-variabel teramati.
Spesifikasi model struktural dilakukan dengan mendefinisikan hubungan kausal di antara
variabel-variabel latent. Tahapan selanjutnya (optional) adalah menetapkan gambaran path
diagram model hybrid yang merupakan kombinasi model pengukuran dan struktural (Sitinjak
dan Sugiarto, 2006, p64).
Tidak jauh berbeda dengan Sitinjak dan Sugiarto, Yamin dan Kurniawan (2009, p14)
menyatakan terdapat 5 tahap dalam spesifikasi model, yaitu sebagai berikut.
1) Peneliti mengungkapkan konsep permasalahan penelitian. Permasalahan penelitian
merupakan sebuah pernyataan atau dugaan hipotesis terhadap suatu masalah.
2) Mendefinisikan variabel-variabel yang akan terlibat dalam penelitian dan
mengkategorikannya sebagai variabel eksogen dan endogen.
3) Menentukan metode pengukuran untuk variabel tersebut, apakah bisa diukur secara
langsung (measurable variable) atau membutuhkan variabel manifest (manifest variable
atau indikator-indikator untuk mengukur konstrak laten).
4) Mendefinisikan hubungan kausal struktural antar variabel (antar variabel eksogen dan
endogen), apakah hubungan recursive atau hubungan struktural nonrecursive.
5) Langkah opsional, yaitu membuat diagram jalur hubungan antarkonstrak laten dan
antarkonstrak laten beserta indikator-indikatornya.
80
b. Identifikasi
Tahapan identifikasi dimaksudkan untuk menjaga agar model yang dispesifikasikan
bukan merupakan model yang under-identified atau unidentified. Terdapat tiga kemungkinan
identifikasi dalam persamaan simultan, yaitu under-identified, just-identified atau over-
identified. Under-identified model adalah model di mana jumlah parameter yang diestimasi
lebih besar dari jumlah data yang diketahui. Pada kondisi under-identified, model yang
dispesifikasikan tidak memilik i penyelesaian yang unik. Just-identified model adalah model di
mana jumlah parameter yang diestimasi sama dengan data yang diketahui. Pada kondisi
just-identified, model yang dispesifikasikan hanya memilik i satu penyelesaian. Over-identified
model adalah model di mana jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah data
yang diketahui (Sitinjak dan Sugiarto, 2006, pp64-65). Ghozali dan Fuad (2008, p45) serta
Wijanto (2008, p39) menyatakan bahwa data tersebut merupakan variance dan covariance
dari variabel-variabel teramati.
Untuk variabel teramati dalam sebuah model yang berjumlah n, maka jumlah data
yang diketahui adalah (n x (n + 1))/2 (Wijanto, 2008, p40). Sedangkan jumlah parameter
yang diestimasi terdapat pada hasil parameter specifications yang dapat dengan mudah
diperoleh dari output LISREL dengan memasukkan perintah “Lisrel output”, di mana menurut
Ghozali dan Fuad (2008, p299), jika k ita meminta output LISREL, maka kita akan
memperoleh informasi mengenai spesifikasi parameter model yang kita bangun.
c. Estimasi
Menurut Ghozali dan Fuad (2008, p35) serta Wijanto (2008, p44), metode estimasi
yang paling popular digunakan pada penelitian SEM adalah Maximum Likelihood. Sedangkan,
Sitinjak dan Sugiarto (2006, p67) menyatakan bahwa di antara berbagai metode yang
81
tersedia, metode estimasi yang paling banyak digunakan adalah Maximum Likelihood dan
Weighted Least Squares.
Ghozali dan Fuad (2008, pp36-39) menjelaskan bahwa metode Weighted Least
Square (WLS) merupakan suatu metode yang tidak terpengaruh oleh dilanggarnya
multivariate normality. Akan tetapi, penggunaan Weighted Least Squares tersebut memilik i
beberapa keterbatasan yang sangat sulit untuk dipenuhi, yaitu menurut Diamantopaulus dan
Siguaw, WLS memerlukan ukuran sampel yang nyaris unreasonable untuk penelitian, yaitu
minimal 1000. Bahkan beberapa penelitian menganjurkan penggunaan sampel sebesar 5000
agar metode WLS ini dapat menghasilkan estimasi yang baik. Menurut Ghozali dan Fuad,
tentu saja untuk memenuhi asumsi di atas sangat sulit dan tidak sesuai untuk digunakan
pada beberapa konteks penelitian. Menurut Breckler yang dikutip oleh Ghozali dan Fuad
bahwa beberapa penelitian berbasis skala L ikert pada 15 tahun terakhir menunjukkan bahwa
penelitian tersebut menggunakan estimasi Maximum Likelihood dan bukannya WLS. Lebih
lanjut, Ghozali dan Fuad menyatakan bahwa dengan memperhatikan beberapa pertimbangan
yang dijelaskan di dalam buku Ghozali dan Fuad, maka apapun pendekatan yang digunakan
adalah dapat diterima, asal segala asumsi dapat terpenuhi. Untuk itu, dengan berdasarkan
pada ketersediaan informasi mengenai asumsi-asumsi yang harus dipenuhi pada metode
yang akan digunakan dan kemungkinan dipenuhi atau tidaknya asumsi ter sebut, peneliti
mempertimbangkan untuk menggunakan metode Maximum Likelihood atau Robust Maximum
Likelihood dengan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah jika data kontinu dan
mengikuti distribusi normal multivariat, maka metode yang dianjurkan adalah Maximum
Likelihood. Namun, jika data kontinu dan tidak mengikuti distribusi normal multivariat dan
ukuran sampel tidak besar, maka Metode Robust Maximum Likelihood dianjurkan.
82
d. Uji Kecocokan
Tahapan ini ditujukan untuk mengevaluasi derajat kecocokan atau Goodness Of Fit
(GOF) antara data dan model. Menurut Hair et al. evaluasi terhadap GOF model dilakukan
melalui beberapa tingkatan, yaitu kecocokan keseluruhan model (overall model fit),
kecocokan model pengukuran (measurement model fit), dan kecocokan model struktural
(structural model fit).
• Kecocokan Keseluruhan Model
Penilaian derajat kecocokan suatu SEM secara menyeluruh tidak dapat dijalankan
secara langsung sebagaimana pada teknik multivariat yang lain (Sitinjak dan Sugiarto, 2006,
p67). SEM tidak mempunyai uji statistik terbaik yang dapat menjelaskan kekuatan prediksi
model (Sitinjak dan Sugiarto, 2006, p67; Wijanto, 2008, p49). Untuk itu telah dikembangkan
beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling mendukung
(Sitinjak dan Sugiarto, 2006, p67). Hal serupa juga diungkapkan oleh Wijanto (2008, p49),
yaitu “Sebagai gantinya, para peneliti telah mengembangkan beberapa ukuran GOF atau
Goodness Of Fit Indeces (GOFI) yang dapat digunakan secara bersama-sama atau
kombinasi. Pada Tabel 3.7 disajikan rangkuman mengenai kriteria yang dapat digunakan
untuk uji kecocokan keseluruhan model.
Tabel 3.7 Rangkuman Kriteria Uji Kecocokan
Ukuran
Derajat
Kecocokan
Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima Pada
Suatu Model
Untuk
Perbandingan
Antarmodel
Statistic Chi-
square ⎟⎠⎞⎜
⎝⎛ χ 2
P > 0.05 model fit Nilai χ 2
semakin
kecil semakin baik
83
Ukuran
Derajat
Kecocokan
Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima Pada
Suatu Model
Untuk
Perbandingan
Antarmodel
Non-Centrality
Parameter
(NCP)
- Semakin kecil
semakin baik
Scaled NCP
(SNCP)
- Semakin kecil
semakin baik
Goodness of Fit
Index (GFI)
GFI = 1 perfect fit
0,90 < GFI < 1 good fit
0.80 < GFI < 0.90 marginal fit
0 poor fit
Nilai lebih tinggi
adalah lebih baik
Root Mean
Square
Residual (RMR)
Standardized RMR < 0.05 good fit -
Root Mean
Square Error of
Approximation
(RMSEA)
RMSEA < 0.05 close fit
0.05 < RMSEA < 0.08 good fit
0.08 < RMSEA < 0.10 marginal fit
RMSEA > 0.10 poor fit
-
Expected Cross
Validation
Index (ECVI)
ECVI < ECVI for Saturated Model model fit
ECVI < ECVI for Independence Model model fit
Semakin kecil
semakin baik
Adjusted
Goodness of Fit
Index (AGFI)
AGFI = 1 perfect fit
0,90 < AGFI < 1 good fit
0.80 < AGFI < 0.90 marginal fit
(nilai AGFI berkisar antara 0 sampai 1)
Nilai lebih tinggi
adalah lebih baik
Tucker-Lewis
Index atau
Non-Normed Fit
Index (TLI atau
NNFI)
TLI > 0.90 good fit.
0.80 < TLI < 0.90 marginal fit
(nilai TLI/NNFI berkisar antara 0 sampai 1)
Nilai lebih tinggi
adalah lebih baik
(Lanjutan Tabel 3.7)
84
Ukuran
Derajat
Kecocokan
Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima Pada
Suatu Model
Untuk
Perbandingan
Antarmodel
Normed Fit
Index (NFI)
NFI > 0.90 good fit
0.80 < NFI < 0.90 marginal fit
(nilai NFI berkisar antara 0 sampai 1)
Nilai lebih tinggi
adalah lebih baik
Relative Fit
Index (RFI)
RFI > 0.90 good fit
0.80 < RFI < 0.90 marginal fit
(nilai RFI berkisar antara 0 sampai 1)
Nilai lebih tinggi
adalah lebih baik
Incremental Fit
Index (IFI)
IFI > 0.90 good fit
0.80 < IFI < 0.90 marginal fit
(nilai IFI berkisar antara 0 sampai 1)
Nilai lebih tinggi
adalah lebih baik
Comparative Fit
Index (CFI)
CFI > 0.90 good fit
0.80 < CFI < 0.90 marginal fit
(nilai CFI berkisar antara 0 sampai 1)
Nilai lebih tinggi
adalah lebih baik
Parsimonious
Normed Fit
Index (PNFI)
- Nilai PNFI tinggi
adalah lebih baik
Parsimonious
Goodness of Fit
(PGFI)
- Nilai PGFI yang
lebih tinggi adalah
lebih baik
(Nilai PGFI
berkisar antara 0
dengan 1)
Normed Chi-
Square
1.0 < (X2/df) < 5.0 model fit -
Akaike
Information
Criterion (AIC)
AIC < Saturated AIC model fit
AIC < Independence AIC model fit
Nilai AIC positif
lebih kecil adalah
lebih baik
(Lanjutan Tabel 3.7)
85
Ukuran
Derajat
Kecocokan
Tingkat Kecocokan Yang Bisa Diterima Pada
Suatu Model
Untuk
Perbandingan
Antarmodel
Consistent
Akaike
Information
Criterion (CAIC)
CAIC < Saturated CAIC model fit
CAIC < Independence CAIC model fit
Nilai positif yang
lebih kecil adalah
lebih baik
Critical N (CN) CN > 200 model fit -
Sumber: Peneliti dikutip dari Ghozali dan Fuad (2008) dan Wijanto (2008)
• Kecocokan Model Pengukuran
Sitinjak dan Sugiarto (2006, pp69-70) menjelaskan bahwa validitas berhubungan
dengan apakah suatu variabel mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam
penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi atau arti
sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur yang digunakan dalam suatu penelitian mengukur apa yang ingin
diukur. Bollen mengusulkan definisi alternatif dari validitas sebuah variabel teramati adalah
muatan faktor (factor loadings) dari variabel tersebut terhadap variabel latennya. Rigdon dan
Ferguson, Doll, Xia, Torkzadeh menyatakan bahwa suatu variabel dikatakan mempunyai
validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel lainnya, jika:
Nilai t muatan faktornya (factor loadings) lebih besar dari nilai kritis (>1,96 atau untuk
praktisnya >=2).
Menurut Rigdon dan Ferguson, muatan faktor standarnya (standardized factor loadings)
lebih besar atau sama dengan 0.70.
Igrabia, et al. yang menggunakan guidelines dari Hair et al. tentang relative importance
and significant of the factor loading of each items: loadings > 0.50 adalah sangat
signifikan.
(Lanjutan Tabel 3.7)
86
Menurut Hair et al., pengukuran reliabilitas untuk SEM dapat dilakukan dengan
menggunakan Composite / Construct Realiability Measure (Ukuran Reliabilitas Komposit /
Konstruk) maupun Variance Extracted Measure (Ukuran Ekstrak Varian) (Sitinjak dan
Sugiarto, 2006, p71). Untuk Construct Reliability dan Variance Extracted, LISREL tidak secara
otomatis mengeluarkan nilai-nilai ini (Yamin dan Kurniawan, 2009, p37). Reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian
untuk memperoleh informasi yang diinginkan dapat dipercaya (terandal) sebagai alat
pengumpul data serta mampu mengungkap informasi yang sebenarnya di lapangan.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bilamana dicobakan secara berulang-ulang
kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama dengan asumsi tidak
terdapat perubahan psikologis pada responden (Sitinjak dan Sugiarto, 2006, p71).
Rumus untuk menghitung Construct Reliability dan Variance Extracted disajikan
berikut ini.
Construct Reliability ( )
( ) ∑+∑
∑=
eloadingstdloadingstd
j..
2
2
Variance Extracted
∑+∑
∑=
eloadingstdloadingstd
j..
2
2
Fornel dan Larker menyatakan bahwa, pada rumus Construct Reliability tersebut
std.loading (standardized loading) dapat diperoleh secara langsung dari keluaran program
LISREL, dan ej adalah measurement error untuk setiap indikator atau variabel teramati
(Wijanto, 2008, p66). Reliabilitas construct dikatakan baik, jika nilai construct reliability (CR)-
nya > 0.70 dan nilai variance extracted (VE)-nya > 0.50 (Sitinjak dan Sugiarto, 2006, p71;
Wijanto, 2008, p66).
87
• Kecocokan Model Struktural
Model struktural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel-
variabel laten. Evaluasi atau analisis terhadap model struktural mencakup pemeriksaan
terhadap signifikansi koefisien-koefisien yang diestimasi, di mana metode SEM tidak hanya
menyediakan nilai koefisien-koefisien yang diestimasi, tetapi juga nilai t-hitung untuk setiap
koefisien. Sebagai ukuran menyeluruh terhadap persamaan struktural, overall coefficient of
determination (R2) dihitung seperti pada regresi berganda. Meskipun tidak ada uji signifikansi
statistik yang dapat dilakukan, paling tidak memberikan gambaran ukuran kecocokan relatif
dari setiap persamaan struktural (Wijanto, 2008, pp12-67).
e. Respesifikasi
Menurut Wijanto (2008, pp67-68), pelaksanaan respesifikasi sangat tergantung
kepada strategi pemodelan yang akan digunakan, di mana terdapat 3 strategi pemodelan
yang dapat dipilih dalam SEM, yaitu sebagai berikut.
• Strategi pemodelan konfirmatori atau confirmatory modeling strategy oleh Hair et al. atau
strictly confirmatory (SC) oleh Joreskog dan Sorbom. Pada strategi pemodelan ini
diformulasikan atau dispesifikasikan satu model tunggal, kemudian dilakukan
pengumpulan data empiris untuk diuji signifikansinya. Pengujian ini akan menghasilkan
suatu penerimaan atau penolakan terhadap model tersebut. Strategi ini tidak memerlukan
respesifikasi.
• Strategi kompetisi model atau competing models strategy oleh Hair et al. atau
alternative/competing models (AM) oleh Joreskog dan Sorbom. Pada strategi pemodelan
ini beberapa model alternatif dispesifikasikan dan berdasarkan pada analisis terhadap satu
kelompok data empiris dipilih salah satu model yang paling sesuai. Pada strategi ini
respesifikasi hanya diperlukan jika model-model alternatif dikembangkan dari beberapa
model yang ada.
88
• Strategi pengembangan model atau model development strategy oleh Hair et al. atau
model generating (MG) oleh Joreskog dan Sorbom. Pada strategi pemodelan ini suatu
model awal dispesifikasikan dan data empiris dikumpulkan. Jika model awal tersebut tidak
cocok dengan data empiris yang ada, maka model dimodifikasi dan diuji kembali dengan
data yang sama. Beberapa model dapat diuji dalam proses ini dengan tujuan untuk
mencari satu model yang selain cocok dengan data secara baik, tetapi juga mempunyai
sifat bahwa setiap parameternya dapat diartikan dengan baik. Respesifikasi terhadap
model dapat dilakukan berdasarkan pada theory-driven atau data-driven, meskipun
demikian oleh Hair et al. respesifikasi berdasarkan theory-driven lebih dianjurkan.
Strategi pemodelan konfirmatory (SC) jarang ditemui, karena umumnya peneliti tidak
cukup puas dengan hanya menolak suatu model tanpa mengusulkan model alternatif.
Strategi kompetisi model (AM) digunakan oleh beberapa peneliti, namun demikian strategi ini
juga termasuk tidak banyak digunakan. Saat ini yang paling banyak digunakan dalam
penelitian adalah strategi pengembangan model (MG). Untuk itu, pada penelitian ini peneliti
akan menggunakan strategi pengembangan model.
3.7.2 Linear Structural Relationship (LISREL)
Pengolahan data dalam SEM dilakukan dengan menggunakan prosedur iteratif yang
sangat memakan waktu dan ketelitian jika dilakukan secara manual. Perkembangan teknologi
komputer sangat membantu pengolahan data dengan SEM dan menjadikan SEM semakin
banyak digunakan oleh para peneliti maupun pebisnis. LISREL merupakan salah satu
program komputer yang dapat mempermudah analisis untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh alat analisis yang konvensional. LISREL
diperkenalkan oleh Karl Joreskog pada tahun 1970 dan sejauh ini telah dikembangkan serta
89
digunakan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan sosial (Sitinjak dan Sugiarto, 2006, p3),
di mana pada penelitian ini, peneliti mengunakan LISREL 8.70.
Pada dasarnya pengolahan SEM dengan LISREL dapat dilakukan dengan empat cara,
yaitu menggunakan PRELIS Project, SIMPLIS Project, LISREL Project ataupun PATH
DIAGRAM (Sitinjak dan Sugiarto, 2006, p4).
Ghozali dan Fuad (2008, p4) menyatakan bahwa LISREL adalah satu-satunya
program SEM yang tercanggih dan yang dapat mengestimasi berbagai masalah SEM yang
bahkan nyaris tidak mungkin dapat dilakukan oleh program lain, seperti AMOS, EQS dan lain
sebagainya. Di samping itu, LISREL merupakan program yan paling informatif dalam
menyajikan hasil-hasil statistik. Sehingga modifikasi model dan penyebab tidak fit atau
buruknya suatu model dapat dengan mudah diketahui.
3.8 Rancangan Uji Hipotesis
Setelah hipotesis ditetapkan, yaitu di dalam penelitian ini adalah tujuh buah hipotesis
seperti yang telah dijelaskan pada bab 2, maka langkah-langkah berikutnya untuk menguji
hipotesis-hipotesis tersebut adalah menetapkan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang diambil pada pengujian hipotesis didasarkan pada dasar
pengambilan keputusan berikut ini, di mana dasar pengambilan keputusan tersebut
membandingkan antara t-value dan t-tabel. Nilai t-tabel adalah sebesar 1.96 yang diperoleh
dari tabel nilai t dengan level signifikansi 5% dan jumlah sampel 200, sedangkan nilai t-value
diperoleh dari output pengolahan data dengan menggunakan LISREL 8.70.
• Jika t-value terletak di antara -1.96 dan 1.96 atau dengan kata lain, -1.96 < t-value <
1.96, maka Ho diterima.
• Jika t-value tidak terletak di antara -1.96 dan 1.96 atau dengan kata lain, t-value < -1.96
atau t-value > 1.96, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
90
Selain menguji perbandingan antara nilai t-value dan t-tabel, peneliti juga akan
menilai arah hubungan antara variabel-variabel laten dengan memperhatikan tanda yang
terletak di depan t-value ataupun koefisien (nilai) estimasi, baik positif ataupun negatif.
Sebagai tambahan, peneliti juga akan menilai koefisien determinasi (R2), di mana
menurut Ghozali dan Fuad (2008, p336), koefisien determinasi (R2) pada persamaan
struktural mengindikasikan jumlah varians pada variabel laten endogen yang dapat
dijelaskan secara simultan oleh variabel-variabel laten independen. Semakin tinggi nilai R2,
maka semakin besar variabel-variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel
endogen, sehingga semakin baik persamaan struktural.
3.9 Rancangan Implikasi Hasil Penelitian
Jika nantinya data telah selesai diolah, maka implikasi hasil penelitian yang mungkin
bagi penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
Jika implementasi experiential marketing terbukti memilik i pengaruh langsung yang
signifikan terhadap brand trust dan juga memilik i pengaruh yang signifikan terhadap brand
loyalty, baik langsung maupun tidak langsung yang dimediasi oleh adanya brand trust, maka
keputusan pihak manajemen produk Citra untuk mengimplementasikan program Rumah
Cantik Citra merupakan suatu keputusan yang tepat. Namun, jika di antara ketiga jenis
pengaruh tersebut, ternyata implementasi experiential marketing tidak berpengaruh
signifikan pada seluruh jenis pengaruh yang mungkin terjadi, maka keberlanjutan program
Rumah Cantik Citra tersebut masih bisa dipertimbangkan untuk terus diimplementasikan,
asalkan setidaknya implementasi experiential marketing berpengaruh pada salah satu aspek
yang telah disebutkan sebelumnya. Hal yang juga penting menjadi sorotan adalah apabila
ternyata implementasi experiential marketing sama sekali tidak berpengaruh signifikan, baik
terhadap brand trust maupun brand loyalty. Pada kondisi seperti itu, jika pihak manajemen
produk Citra masih ingin terus mengimplementasikan program Rumah Cantik Citra, maka
91
pihak manajemen tersebut perlu mengadakan penelitian lebih lanjut guna mencari tahu
penyebab mengapa experiential marketing yang diimplementasikan di Rumah Cantik Citra
tidak berpengaruh signifikan pada variabel-variabel yang memainkan peran penting bagi
keberhasilan suatu produk, yaitu di dalam penelitian ini adalah brand trust dan brand loyalty.
Tindakan yang sama dengan apa yang dilakukan terhadap experiential marketing
juga perlu dilakukan bagi implementasi celebrity endorsement, di mana di dalam penelitian
ini adalah dengan penggunaan Maudy Koesnaedy sebagai celebrity endorser-nya. Yaitu jika
implementasi celebrity endorsement terbukti memilik i pengaruh langsung yang signifikan
terhadap brand trust dan juga memilik i pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty, baik
langsung maupun tidak langsung yang dimediasi oleh adanya brand trust, maka keputusan
pihak manajemen produk Citra untuk menggunakan Maudy Koesnaedi sebagai celebrity
endorser merupakan suatu keputusan yang tepat. Namun, jika di antara ketiga jenis
pengaruh tersebut, ternyata implementasi celebrity endorsement tidak berpengaruh
signifikan pada seluruh jenis pengaruh yang mungkin terjadi, maka keberlanjutan
penggunaan Maudy Koesnaedi sebagai celebrity endorser masih dapat dipertimbangkan
untuk terus diimplementasikan, asalkan setidaknya implementasi celebrity endorsement
tersebut berpengaruh signifikan pada salah satu aspek yang telah disebutkan sebelumnya.
Hal yang juga penting menjadi sorotan adalah apabila ternyata implementasi celebrity
endorsement sama sekali tidak berpengaruh signifikan, baik terhadap brand trust maupun
brand loyalty. Pada kondisi seperti itu, jika pihak manajemen produk Citra masih ingin terus
mengimplementasikan celebrity endorsement dengan menggunakan Maudy Koesnaedi
sebagai celebrity endorser-nya, maka pihak manajemen tersebut perlu mengadakan
penelitian lebih lanjut guna mencari tahu penyebab mengapa celebrity endorser tersebut
tidak berpengaruh signifikan, baik terhadap brand trust maupun brand loyalty.
92
Dari hasil keputusan yang terbentuk, penelitian ini juga dapat memberikan referensi
bagi perusahaan jika perusahaan ingin lebih memfokuskan kegiatan pemasarannya pada
salah satu di antara implementasi experiential marketing atau celebrity endorsement.