Upload
lythuan
View
227
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pengecoran
Pengecoran merupakan salah satu proses produksi dengan cara
menuangkan logam cair kedalam suatu cetakan sehingga membentuk suatu
produk. Pada perkembangannya, proses pengecoran dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis cetakan (mold), apakah permanent
atau expendable. Subklasifikasinya dibuat berdasarkan jenis dari polanya
(pattern), apakah permanent atau expendable. Lalu subklasifikasi tingkat duanya
dibuat berdasarkan tipe pengikat (bond) yang digunakan untuk membuat mold.
Tabel 2.1 memperlihatkan klasifikasi dari proses pengecoran tersebut.
Masing-masing jenis pengecoran yang terlihat pada Tabel 2.1 memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Proses pengecoran dengan cetakan permanen
(permanent mold) memiliki produktivitas dan ketelitian yang tinggi, tetapi hanya
mampu untuk mengecor produk dari material logam non-ferrous dan beratnya pun
tertentu (<50kg). Contoh dari pengecoran dengan permanent mold ini adalah:
• Pressure die casting dimana pengecoran dilakukan dengan cara
menginjeksikan logam cair dengan tekanan ke cetakan dari baja yang telah
dikeraskan (hardened steel) yang dilengkapi dengan sistem pendingin.
Apabila benda yang ingin dibuat memiliki rongga atau undercut maka
cetakan dilengkapi dengan inti (core) yang terbuat dari logam. Setelah
logam cair yang diinjeksikan ke cetakan membeku, setengah cetakan
digerakkan dan produk coran dikeluarkan dengan pin ejector. Proses ini
cocok untuk benda dari logam non-ferrous dengan ukuran kecil sampai
medium dan memiliki bentuk yang rumit dan ketebalan dinding tipis.
• Gravity die casting dimana logam cair dituang dengan pengaruh gaya
gravitasi ke cetakan yang terbuat dari besi cor berlapis keramik. Apabila
benda memiliki rongga di dalamnya, maka pada cetakan disisipkan inti
5
Tabel 2.1 Klasifikasi untuk Proses Pengecoran Berdasarkan Jenis Mold [1]
Expendable Mold Process
Permanent patterns Clay/water bonds (green sand molding) Silica sand Olivine sand Chromite sand Zircon sand Heat-cured resin binder processes Shell process (Croning process) Furan hot box Phenolic hot box Warm box (furfuryl/catalyst) Oven bake (core oil) Cold box resin binder processes Phenolic urethane Furan/SO2 Free radial cure (acrylic/epoxy) Phenolic ester No-bake resin binder processes Furan (acid catalyzed) Phenolic (acid catalyzed) Oil urethane Phenolic urethane Polyol urethane Silicate and phosphate bonds Sodium silicate/CO2 Shaw process (ceramic molding) Unicast process (ceramic molding) Alumina phospate Plaster bonds Gypsum bond No bond Magnetic molding Vacuum molding Expendable patterns Foamed patterns Lost foam casting Replicast process Wax pattern (investment casting) Ethyl silicate bonded block molds Ethyl silicate bonded ceramic shell molds Colloidal silica bond Plaster bond Counter-gravity low-pressure casting
Permanent Mold Process
Die casting High-pressure die casting Low-pressure die casting Gravity die casting (permanent mold) Centrifugal casting Vertical centrifugal casting Horizontal centrifugal casting Hybrid processes Squeeze casting Semisolid metal casting (rheocasting) Osprey process
6
yang dapat dibuat dari logam atau pasir. Setelah logam cair yang dituang
ke cetakan membeku dan mendingin, cetakan dipisahkan untuk mengambil
benda coran.
• Centrifugal casting merupakan proses pengecoran dimana logam cair
dituang ke dalam cetakan yang diputar sehingga gaya sentrifugal akan
mendorong logam cair ke cetakan.
• Squeeze casting merupakan proses pengecoran dimana logam semi-padat
ditekan ke cetakan sehingga mengisis rongga cetakan. Proses ini sangat
bermanfaat untuk benda yang terbuat dari material komposit.
Pengecoran dengan cetakan sekali pakai (expendable mold) dapat
digunakan untuk mengecor benda dari segala jenis material logam, baik besi
maupun bukan besi (non-ferrous), serta proses ini dapat mengecor produk dengan
berat yang lebih besar dibandingkan dengan berat yang mampu diterima oleh
proses pengecoran permanent mold. Namun, proses pengecoran dengan cetakan
sekali pakai selalu membutuhkan cetakan baru yang dirangkai dengan sistem
saluran dan penuangan untuk melakukan setiap proses pengecoran sehingga
membutuhkan banyak waktu. Cetakan sekali pakai itu dapat dibuat dengan
menggunakan pola permanen (permanent pattern) atau pola sekali pakai
(expendable pattern). Permanent pattern dapat dibuat dari kayu, logam, ataupun
plastik, dan contohnya adalah:
• Sand casting dimana proses pengecoran ini dilakukan dengan cara
mencampur pasir, bahan pengikat (binder), dan air, kemudian dipadatkan
mengelilingi pola dari kayu atau logam untuk menghasilkan cetakan.
Selanjutnya cetakan diambil dari pola dan dirangkai dengan inti (core) jika
diperlukan. Logam cair dituang ke dalam rongga cetakan, dan dibiarkan
membeku dan dingin yang diikuti dengan pengambilan hasil coran dengan
memecah cetakan. Jenis pengecoran ini cocok untuk benda yang terbuat
dari beragam logam baik besi (ferrous) maupun bukan besi (non-ferrous),
benda dengan segala ukuran maupun dengan geometri yang rumit.
• Vacuum casting merupakan proses pengecoran dimana logam cair ditarik
ke cetakan di bawah pengaruh tekanan vakum.
7
Expendable pattern dapat dibuat dari lilin (wax), expendable polystyrene
(EPS) maupun material polimer lain. Contoh dari proses pengecoran dengan
expendable pattern adalah:
• Investment casting dimana proses pengecoran ini dilakukan dengan cara
menginjeksikan lilin (wax) ke cetakan logam untuk membuat pola, yang
akan digabung dengan saluran (sprue) sehingga bentuknya seperti pohon.
Pola yang telah digabung dengan sprue dicelupkan ke bubur keramik
(ceramic slurry) dan dikeringkan, yang diikuti dengan pemanggangan
untuk melelehkan lilin. Cetakan dari keramik yang telah terbentuk ini
perlu dipanaskan dahulu sebelum logam cair dituang ke dalamnya. Setelah
logam cair membeku dan dingin, cetakan dipecah untuk mengambil
produk coran. Proses pengecoran ini cocok untuk benda yang terbuat dari
material logam apapun, benda berukuran kecil dengan bentuk yang rumit
maupun dengan dinding yang tipis.
• Lost foam casting merupakan proses pengecoran dimana pasir dipadatkan
mengelilingi pola sekali pakai dari polystyrene (expendable polystyrene
pattern) dan logam cair dituang sehingga akan menguapkan pola dan
mengisi rongga yang ditinggalkan pola.
2.2 Investment Casting
Investment casting merupakan salah satu jenis proses pengecoran yang
dapat menghasilkan produk coran dengan spesifikasi geometri yang hampir
mencapai final, sehingga investment casting ini lebih banyak dipilih dibandingkan
proses-proses pengecoran lainnya.
Pada proses investment casting ini, pola sekali pakai (expendable
pattern/disposable pattern), biasanya wax, dicelupkan ke dalam ceramic slurry
dan dibiarkan sampai mengeras untuk membuat cetakan coran sekali pakai
(expendable mold/disposable mold). Maksud dari sekali pakai ini adalah bahwa
pola tersebut dihancurkan ketika akan mengambil cetakan, dan cetakan tersebut
juga dihancurkan ketika akan mengambil produk coran. Keseluruhan proses
investment casting dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
8
1110
987
654
321
Gambar 2.1 Tahap-tahap dalam investment casting [2]
Urutan dari tahap investment casting tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proses dimulai dengan pembuatan pola. Material pola (wax) diinjeksikan
ke dalam cetakan.
2. Setelah mengeras, pola wax bisa dikeluarkan dari cetakan.
3. Bila produk yang dicor berukuran relatif kecil maka pola-pola tersebut
dapat dirangkai, sehingga dalam sekali pengecoran akan didapatkan
9
beberapa produk. Namun jika produknya besar, maka sekali pengecoran
biasanya hanya menghasilkan satu produk saja.
4. Selanjutnya pola tersebut dicelupkan ke dalam ceramic slurry.
5. Lalu pola tersebut di-stucco, yaitu diberi taburan partikel-partikel keramik
kasar, bisa dicelup, dispray, atau dimasukkan ke dalam fluidized bed.
6. Ditunggu sampai mengeras hingga terbentuklah mold keramik (ceramic
mold).
7. Setelah mengeras, ceramic mold tersebut dipanaskan untuk membuang
lilin di dalamnya.
8. Lalu ceramic mold tersebut dibakar untuk mengurangi kelembabannya.
9. Setelah itu ceramic mold tersebut diisi logam cair dan ditunggu sampai
logam mengeras.
10. Setelah itu, ceramic mold dipecahkan untuk mengambil produk coran di
dalamnya. Produk coran tersebut selanjutnya di-finishing (misalnya
digerinda) bila perlu.
11. Dan terakhir, produk-produk tersebut diinspeksi. Dapat dilihat hasil dari
pengecoran sangat menyerupai pola awalnya.
Tahap-tahap di atas secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian yaitu
pembuatan pola, pembuatan mold dan pengecoran logam. Tahap yang akan
diuraikan dalam kesempatan ini hanyalah bagian pembutan pola.
2.2.1 Pembuatan Pola (Wax Pattern)
2.2.1.1 Pembuatan Cetakan untuk Wax Pattern
Seperti telah disebutkan sebelumnya, wax pattern dibentuk dengan cara
menginjeksikan material wax ke dalam cetakan logam yang telah dibentuk
sebelumnya. Material logam yang dapat dipakai untuk membuat wax pattern ini
sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan sifat dari wax yang memiliki titik lebur
yang rendah, fluiditas yang baik, dan sifat abrasif yang rendah.
Contoh-contoh dari cetakan untuk wax pattern ini dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
10
Gambar 2.2 Contoh-contoh cetakan untuk wax pattern
Metode-metode yang dapat dipakai dalam pembuatan cetakan untuk wax
pattern ini adalah:
• Machined tooling
Metode ini membuat bentuk negatif (cavity) dari produk yang akan dibuat,
sehingga penggunaan CAD (computer aided design), mesin EDM (electric
discharge machining) dan mesin NC (numerical control) yang
terkomputerisasi, sudah tidak terelakkan lagi. Material dari cetakan ini
umumnya aluminium, dengan pertimbangan bahwa aluminium merupakan
bahan yang ekonomis untuk dimesin, memiliki konduktivitas termal yang
baik, dan beratnya cukup ringan.
• Tooling made against a positive model
Metode ini dimulai dengan cara membuat model positif, yaitu model
dengan bentuk final yang diinginkan dari proses investment casting ini,
akan tetapi model ini dimesin dengan ukuran yang lebih besar untuk
mempertimbangkan factor penyusutan (shrinkage). Lalu dari model positif
ini dibuat dies-nya.
2.2.1.2 Injeksi Wax Pattern
Material dasar yang digunakan untuk pembuatan pola (pattern) investment
casting adalah wax. Wax yang paling umum digunakan untuk pembuatan pola
adalah paraffin dan wax microcrystalline. Kedua jenis wax ini sering digunakan
secara kombinasi karena sifat-sifatnya yang saling melengkapi.
Wax biasanya diinjeksi pada cetakan pada temperatur dan tekanan yang
rendah dengan menggunakan peralatan yang sudah didesain untuk tujuan ini. Wax
ini dapat diinjeksikan dalam bentuk liquid, slushy, pastelike atau solid.
Temperatur kerja biasanya berkisar antara 43-770C (110-1700F) dan tekanan
kerjanya berkisar antara 275 kPa sampai dengan 10,3 MPa (40-1500 psi). Wax
11
cair diinjeksikan pada temperatur yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih
rendah, sedangkan wax padat diekstrusikan pada temperatur yang lebih rendah
dan tekanan yang lebih tinggi. Contoh proses penginjeksian wax ke dalam cetakan
dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Proses penginjeksian wax [3]
2.2.1.3 Pattern Assembly(Pattern Cluster)
Pola investment casting yang berukuran besar diproses secara individual,
tetapi untuk pola yang berukuran kecil sampai sedang, pola-pola tersebut
dirangkai menjadi ikatan (cluster) untuk alasan ekonomis dalam pemrosesannya.
Gambar 2.4 memperlihatkan contoh pembuatan pattern cluster dengan cara mengelas
wax pattern – wax pattern sehingga membentuk cluster.
Gambar 2.4 Pembuatan pattern cluster [3]
2.2.2 Keunggulan Investment Casting
Investment casting merupakan proses pengecoran yang masih dalam tahap
pengembangan. Target akhirnya bertujuan agar penggunaan investment casting ini
semakin mampu dan fleksibel dalam memproses produk-produk dan bisa
12
memberikan keefektifan biaya. Beberapa keunggulan utama dari investment
casting adalah:
• Kompleksitas: investment casting dapat membuat produk yang kompleks
dan rumit, termasuk kerumitan pada bagian rongga produk sekalipun.
• Kebebasan dalam pilihan paduan logam yang dicor: investment casting
dapat mengecor semua jenis paduan logam yang dapat dicor, termasuk
logam yang sulit untuk di-forging atau dilakukan proses pemesinan.
• Toleransi dimensi yang sempit: tidak adanya parting line dan tidak adanya
kegiatan pemesinan akan menghasilkan bentuk produk yang sangat
mendekati ukuran akhir.
• Reliability: penggunaan investment casting untuk membuat mesin-mesin
pesawat terbang yang sangat menuntut kesempurnaan telah membuktikan
investment casting mampu memproduksi produk dengan standar yang tinggi.
• Aplikasi yang sangat luas: investment casting bisa memproduksi produk
yang kompleks, produk yang menuntut proses manufaktur yang rumit, dan
bisa juga memproduksi produk-produk sederhana dengan harga yang
sangat murah, dan mampu membuat produk dari berat beberapa gram
sampai lebih dari 300 kg (660lb).
2.3 Proses NC Milling
Industri manufaktur adalah salah satu industri yang mampu meningkatkan
nilai tambah dari suatu barang dengan cara melakukan proses-proses manufaktur
pada material sehingga dihasilkan suatu barang yang dapat memenuhi fungsi-
fungsi sesuai yang diinginkan. Dalam hal proses pemotongan logam, yang paling
sering dilakukan adalah proses pemotongan dengan mesin perkakas yang juga
secara teknis disebut Proses Pemesinan [4].
Secara teknis, proses pemesinan mulai dilakukan orang sejak dikenal
mesin koter (Boring Machine) yang dibuat oleh Wilkinson pada tahun 1775 yang
digunakan untuk membuat mesin uap James Watt, hal itu menandai dimulainya
Revolusi Industri. Dalam perkembangannya, teknologi proses pemesinan
mencapai perkembangan yang sangat pesat setelah digunakannya pengendali
numerik (Numerical Control atau sering disebut NC) oleh J.T. Parsons pada tahun
13
1952 [5]. Pada mesin NC ini, bagian pemroses informasi dan sinyal dipisahkan
dengan bagian aktuator yang merupakan penggerak sebenarnya bagi mesin
perkakas. Mesin perkakas yang paling banyak dipakai untuk melakukan proses
produksi pada industri-industri besar saat ini adalah mesin milling (freis). Mesin
ini banyak dipakai karena mesin ini mampu melakukan beberapa fungsi mesin
perkakas lainnya, diantaranya drilling, boring, facing dan lainnya.
Milling adalah proses pembuangan material dengan cara melakukan
pemotongan benda kerja dengan menggunakan pahat yang mempunyai mata
potong jamak. Pemotongan dilakukan oleh gigi pahat yang berputar dan karena
jumlah mata potongnya yang banyak, maka proses ini termasuk metode
pemesinan yang cepat. Permukaan yang dimesin bisa datar, angular, berkurva
ataupun kombinasinya.
Proses milling dipengaruhi oleh beberapa parameter [4], yaitu:
• Kecepatan potong (cutting speed) : v (m/min)
• Kecepatan makan (feeding speed) : vf (mm/min)
• Kedalaman pemotongan (depth of cut) : a (mm)
• Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min)
• Kecepatan penghasilan geram : Z (cm3/min)
Dan hubungan antar parameter dinyatakan secara matematis seperti
berikut:
• Kecepatan potong (cutting speed) : 1000
ndv ⋅⋅=π (m/min)
• Gerak makan per gigi : nz
vf f
z ⋅= (mm/gigi)
• Waktu pemotongan : f
tc v
lt = (min)
• Kecepatan penghasilan geram : 1000
wavZ f ⋅⋅= (cm3/min)
dimana d = diameter pahat (mm)
n = putaran spindel (rpm)
z = jumlah gigi/mata potong pahat
lt = panjang total pemotongan (mm)
14
a = kedalaman potong (mm)
w = lebar pemotongan (mm)
Bentuk pahat milling secara lebih jelas diperlihatkan pada Gambar 2.5
berikut.
Gambar 2.5 Pahat-pahat untuk proses milling [6]
Mesin milling NC mempunyai banyak kesamaan dengan mesin milling
biasa (konvensional/manual), perbedaannya hanya terletak pada pengontrolnya,
dimana pada mesin milling konvensional segala pengontrolan gerakan mesin
dilakukan secara manual oleh operator, sedangkan pada mesin NC, pengontrolan
gerakan mesin diprogam lebih dahulu dengan bahasa pemrograman NC. Selain
itu, gerakan dapat disimulasikan terlebih dahulu sehingga dapat dicek apakah
gerakan-gerakan mesin telah sesuai dengan yang diinginkan.
Program NC adalah perintah-perintah yang dapat diterjemahkan mesin NC
untuk gerakan-gerakan pahat relatif terhadap benda kerja dalam ruang kerja mesin
NC. Pemrograman NC dilakukan dengan menyusun kode-kode program NC
mengikuti aturan yang sesuai dengan kemampuan mesin dan pengontrol NC.
Pemrograman NC dapat dilakukan dengan tiga cara [7] yaitu:
• Pemrograman manual (Manual Programming)
• Pemrograman dengan komputer pembantu.
• Pemrograman terintegrasi dalam sistem CAD/CAM.
Keluaran dari pemrograman NC adalah G-code. G-code adalah bahasa
pemrograman NC yang dapat dimengerti oleh mesin perkakas NC. Pemrograman
15
NC dengan G-code ini seringkali dikenal pula sebagai pemrograman dengan
bahasa manual.
2.3.1 Sintaks Bahasa Manual
Program dalam bahasa manual dibuat dengan menyusun karakter-karakter
ASCII (American Standard Code for Information Interchange) pada baris-baris
yang berkesinambungan. Baris-baris yang ada pada program ini disebut dnegan
blok (block), dipisahkan dengan baris lainnya dengan kode EOB (End of Block).
Kode EOB ini berupa karakter non cetak yang tak terlihat pada monitor [8].
Setiap baris/blok dapat berisi beberapa word, dimana word terdiri dari
karakter huruf yang disebut address dan karakter angka yang disebut numerik,
dimana address adalah kode perintah gerakan dan numerik merupakan koordinat
posisi tujuan. Sebuah contoh format program NC (G-code) adalah sebagai berikut:
: 112 Nomor Program
N1 G92 X100 Y200 Z100
N2 M06 T02 EOB (End of Block); tanda akhir baris
N3 G46 G46 Y135 D11 S50 M03
N4 G01 G45 Y-135 F380 M 03 N5 G00 G91 X60 Numerik
Nomor baris Address
Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, proses pembuatan program NC
dapat dilakukan secara langsung dari toolpath yang telah ditentukan. Proses ini
dilakukan dengan memanfaatkan komputer yang akan melakukan pembuatan
(generating) G-code berdasarkan toolpath yang ada dengan menggunakan
perangkat lunak yang dinamakan post processor. Post processor ini akan
melakukan generating G-code sesuai dengan aturan yang kita tentukan. Dengan
cara ini, tingkat kebenaran G-code lebih terjamin, selain itu dapat dilakukan
generating G-code untuk proses pemesinan yang rumit, misalnya milling 5 axis,
yang pada umumnya sulit dibuat secara manual oleh pemrogram NC.
Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan software Space-E/CAM
Version 4.2 untuk menghasilkan program NC.
16
2.3.2 Proses Pemesinan dengan CAD/CAM
Perkembangan teknologi yang pesat mendorong kemajuan proses
pemesinan yang sangat cepat, diawali dengan era pemakaian mesin NC, yang
dilanjutkan dengan era pemakaian teknologi komputer pada proses pemesinan
yang dikenal dengan CAM (Computer Aided Manufacturing). Pada proses
pemesinan dengan CAM, pembuatan bahasa program NC tidak lagi dilakukan
secara manual, dimana operator membuat satu persatu bagian program NC dengan
melihat gambar teknik, akan tetapi dihasilkan oleh komputer menggunakan post
processor yang sesuai dengan mesin yang akan dipakai [8].
Pada CAM, gambar desain produk dihasilkan oleh suatu perangkat lunak
CAD (Computer Aided Design). Gambar tersebut kemudian dipakai untuk
melakukan pembuatan rangkaian proses pemesinan yang hasilnya berupa gerakan
pahat sesuai dengan produk yang akan dihasilkan pada CAM. Pada CAM, selain
dilakukan pembuatan toolpath, semua parameter proses pemesinan diatur
sehingga program yang dihasilkan benar-benar tinggal dijalankan pada mesin NC
tanpa perlu melakukan pengaturan parameter proses lagi.
Secara garis besar, alur proses pemesinan diperlihatkan pada Gambar 2.6
berikut.
CAD Geometry
Feature Machining
Process Plan CL Data G&M
CodesFinished Product
Ekstraksi feature
Perencanaan Proses
Pemrograman NC
Post Processing
Mesin NCPengontrol
ManufacturingDesign
Solid Model G-Codes
Gambar 2.6 Alur sistem CAD/CAM [9]
Desainer membuat desain geometri part menggunakan CAD. Kemudian
gambar tersebut diproses pada bagian perencanaan proses yang bertugas
merencanakan proses-proses yang akan dilakukan untuk menghasilkan part sesuai
17
desain. Hasil perencanaan proses ini adalah langkah-langkah proses pemesinan
yang dilakukan untuk memesin benda kerja sehingga dihasilkan produk sesuai
dengan desain.
Langkah selanjutnya adalah pemrograman NC dimana pemrogram
menggunakan CAM untuk menghasilkan file lokasi pahat (CL Data – Cutter
Location Data) yang diperlukan untuk mendefinisikan lintasan pahat. Lokasi
pahat disini belum dapat diterjemahkan oleh mesin NC sebelum dilakukan post
processing. Dengan suatu perangkat lunak post processor, CL Data tersebut dapat
diubah menjadi G-code yang dapat dimengerti oleh mesin NC.
2.4 Reverse Engineering
Reverse Engineering (RE) adalah proses menduplikasi suatu produk,
komponen-komponennya, atau subassembly-nya yang telah ada sebelumnya tanpa
melanggar hak paten atau hak cipta yang telah ada. Agar tidak melanggar hak
paten tersebut, dalam kegiatan RE perlu dilakukan survei hak paten terlebih
dahulu, sehingga dapat diketahui bagian-bagian yang telah dipatenkan dan tidak
bisa ditiru. [10]. Ada banyak sekali alasan yang menyebabkan kita memerlukan
kegiatan RE ini, yaitu antara lain:
• Pabrikan asli pembuat produk yang akan di-RE sudah tidak memproduksi lagi.
• Dokumentasi desain asli hilang atau tidak pernah ada.
• Model komputer dari produk tidak cukup untuk mendukung modifikasi
atau metode produksi (manufaktur) yang ada sekarang.
• Beberapa fitur jelek dari produk perlu dihilangkan dari desain (contohnya
bagian produk yang aus berlebihan mungkin membutuhkan perbaikan).
• Menambah atau menguatkan beberapa fitur yang baik dari produk agar
produk dapat digunakan lebih lama.
• Menganalisis kelebihan dan kekurangan dari produk saingan.
• Memeriksa kemungkinan atau kesempatan baru untuk meningkatkan fitur-
fitur dan performansi suatu produk.
• Mendapatkan metode perbandingan yang kompetitif untuk mengetahui dan
mengerti tentang produk saingan demi mengembangkan produk yang lebih
baik.
18
Tahap-tahap kegiatan reverse engineering adalah sebagai berikut:
1. Mencari informasi teknik tentang komponen dan sistem yang akan di-RE.
2. Mencari pengetahuan tentang komponen dan sistem yang akan di-RE.
3. Melakukan modeling dan analisis teknik.
4. Membuat prototipe dari produk yang di-RE.
5. Melakukan tes dan evaluasi.
6. Melakukan pengembangan atau peningkatan produk.
2.5 Pemodelan dengan Pro/Engineer Wildfire 3.0
2.5.1 Pengenalan Pemodelan dengan Pro/Engineer Wildfire 3.0
Pro/Engineer merupakan salah satu program CAD/CAM yang sering
digunakan dalam dunia industri. Sebagai program CAD/CAM, Pro/Engineer dapat
digunakan untuk pemodelan 3 dimensi (3D) solid dalam komputer. Penggunaan
model 3D solid memberikan banyak keuntungan [11], diantaranya:
• Model 3D solid mempunyai volume dan permukaan.
• Model 3D solid dapat dengan mudah dianalisis bentuk fisiknya, seperti
volume, massa, luas permukaan, penampang, pusat massa, momen inersia
dan lain-lain.
• Model 3D solid memberikan visualisasi permukaan solid dengan sangat
baik, dengan tekstur dan pewarnaan, atau dengan representasi wire frame.
Pro/Engineer memiliki beberapa karakteristik pemodelan, yaitu berbasis
fitur (feature based), parametrik (parametric) dan asosiatif (associate).
2.5.2 Pemodelan Sketch
Beberapa fitur yang menyusun sebuah model part selalu diawali dengan
pendefinisian sketsa, yaitu membuat polycurve pada suatu bidang datar yang telah
ditentukan. Fasilitas yang disediakan oleh Pro/Engineer dalam sketcher base
adalah entity tool (geometri konstruksi), geometri editor (trim, copy, mirror),
constraint-tools dan dimension-tools. Lembar kerja pada modul sketch dapat
dilihat pada Gambar 2.7.
19
Gambar 2.7 Lembar kerja modul sketch
2.5.3 Pemodelan Part
Pemodelan part dalam Pro/Engineer adalah pemodelan yang berbasis fitur.
Fitur-fitur yang digunakan dalam pemodelan part dapat dikelompokkan menjadi
non-machined feature dan basic-machined feature. Yang termasuk dalam
kelompok non-machined feature diantaranya datum dan protrusion. Datum
merupakan tempat rujukan atribut-atribut yang melengkapi fitur. Beberapa jenis
datum yang biasa digunakan dalam pemodelan part diantaranya datum plane,
datum axis, datum curve, datum point dan sistem koordinat. Protrusion
merupakan fitur yang berfungsi untuk menambahkan material pada suatu model.
Teknik untuk melakukan protrusion ada beberapa cara, yaitu extrude, revolve,
sweep, dan blend. Extrude adalah protrusion yang dibuat dengan menarik section
searah normal bidang section, sepanjang depth yang ditentukan. Revolve adalah
teknik protrusion dengan cara menarik section berputar relatif terhadap axis
sejauh angle yang telah ditentukan sebelumnya. Sweep dilakukan dengan cara
menarik suatu section mengikuti lintasan (trajectory) yang telah ditentukan
sebelumnya. Blend dilakukan dengan cara menyambungkan beberapa bentuk
section yang memiliki jumlah titik sambung yang sama, masing-masing titik
dihubungkan sesuai nomor urut yang sama.
Fitur yang termasuk basic-machined feature adalah hole, round, chamfer,
shell dan draft. Hole merupakan proses pembuatan lubang pada model dengan
posisi menurut sistem koordinat tertentu. Round adalah proses penumpulan sisi-
20
sisi model yang tajam dengan radius penumpulan tertentu yang dapat diatur
besarnya. Chamfer adalah proses penumpulan sisi/sudut model yang tajam dengan
kemiringan penumpulan tertentu. Shell adalah proses pembuatan cangkang dari
suatu model pejal. Draft adalah kemiringan suatu permukaan terhadap suatu
permukaan terhadap suatu permukaan referensi sepanjang sumbu netral.
Gambar 2.8 berikut menunjukkan lembar kerja modul part.
Gambar 2.8 Lembar kerja modul part
2.6 Pembuatan Mold dengan Space-E/Modeler Version 4.2
Space-E/Modeler merupakan sebuah software yang dapat mendesain dan
memanufaktur mold dari logam. Pada Space-E/Modeler diutamakan fungsi
campuran dari pemodelan permukaan (surface modeling) menggunakan NURBS
(non uniform rational B spline) dan pemodelan solid yang mudah namun akurat,
seperti halnya fungsi pendefinisian bentuk yang berasal dari mold logam.
Space-E/Modeler Version 4.2 mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
• Numerical modeling, yaitu membuat dan mengedit model tiga dimensi
dalam bentuk wireframe, permukaan (surface) maupun solid.
• Membuat cross section, yaitu membuat dan mengedit model dua dimensi
dalam bentuk wireframe.
• Mengecek model yang sudah ada, baik itu pengecekan bentuk, gradien
atau kurvatur.
• Dapat membuat draft, yaitu membuat gambar proyeksi dari model tiga
dimensi dan meng-convert-nya menjadi file MD atau DXF.
21
• Membuat gambar teknik, dilengkapi dengan kemampuan untuk
menggambar garis dimensi, simbol, dan teks.
Gambar 2.9 menunjukkan lembar kerja dari Space-E Modeler Version 4.2.
Gambar 2.9 Lembar kerja Space-E/Modeler
Beberapa perintah yang berfungsi dalam pembuatan mold akan diberikan
pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Beberapa Perintah dalam Space-E/Modeler untuk Pembuatan Mold
Menu Fungsi
BaseLines Membuat garis basis untuk pemodelan.
Line Membuat garis.
Surface Membuat permukaan.
Solid Membuat solid dari sebuah cross section.
Fillet Membuat fillet atau untuk men-trim (memotong) permukaan
Healing Meng-heal data
Delete Sekumpulan perintah untuk menghapus item.
Modify Mengedit sebuah item seperti trimming (memotong).
Undo/Redo Kembali ke operasi sebelumnya/membatalkan perintah kembali.
Move/Copy Memindahkan dan mengcopy item.
Attribute Mengganti atribut dari item.
22
2.7 Perencanaan Proses Pemesinan dengan Space-E/CAM Version 4.2
Space-E/CAM Version 4.2 merupakan alat pintar yang dapat mengubah
pekerjaan sebelum pemesinan yang memakan tenaga dan waktu menjadi operasi
yang sederhana, otomatis, terstandar dan ekonomis. Proses pemesinan ini
dimaksudkan untuk kecepatan yang tinggi, tingkat kepresisian yang tinggi dan
produktivitas yang tinggi dengan dipersenjatai berbagai fungsi-fungsi di
dalamnya.
Fitur-fitur utama dari Space-E/CAM ini adalah:
• Registrasi proses pemotongan dan perhitungan path (lintasan path) dengan
setting yang sederhana.
• Dapat menyimpan proses pekerjaan, pahat, kondisi pemotongan dan
urutan pemotongan sebagai data standar pribadi.
• Dapat mengoperasikan sejumlah operasi yang terdiri dari beberapa proses
sesuai dengan urutan pemotongan.
• Mempunyai fungsi yang luas yang dapat mengakomodasi pemotongan
yang cepat, akurat dan produktif.
• Siap untuk mengotomatisasi dan menstandarkan data pemotongan.
Gambar 2.10 berikut memperlihatkan lembar kerja dari Space-E/CAM.
Gambar 2.10 Lembar kerja Space-E/CAM
23
Langkah-langkah dalam proses pembuatan NC data dapat dijelaskan
dengan Gambar 2.11. Gambar tersebut menunjukkan diagram alir dari pemodelan
pemesinan yang dilakukan pada Space-E/CAM.
Gambar 2.11 Diagram alir pemodelan pemesinan pada Space-E/CAM [12]
Langkah-langkah di atas akan diuraikan sebagai berikut:
• Start Space-E/CAM, create new job: buka software Space-E/CAM dan
buat lembar kerja baru.
• Set the model: menentukan model yang akan dimesin.
• Set the material: menentukan benda kerja untuk model yang akan dimesin.
• Set the machine information: menentukan informasi dari mesin yang akan
digunakan untuk pemotongan.
24
• Save the process groups: membuat kelompok proses, seperti proses
roughing, semi finishing dan finishing.
• Save the process: menentukan proses apa saja yang ada dalam kelompok
proses.
• Create the function file: pilih proses yang akan dilakukan, misal contour
roughing dan tentukan parameter-parameternya.
• Create the tool file: tentukan pahat yang akan digunakan pada sebuah
proses dan tentukan parameter-parameternya.
• Save the cutting area: menentukan area yang akan dikenakan proses
pemotongan. Cutting area bisa lebih dari satu dengan jumlah
maksimumnya adalah 26.
• Set the postprocessor: menentukan postprocessor yang akan digunakan.
Postprocessor adalah sebuah fungsi yang dapat mengubah data dari CAM
menjadi NC Data yang optimum yang sesuai dengan mesin NC yang akan
digunakan. Gambar 2.12 berikut adalah ilustrasi dari fungsi sebuah
postprocessor.
Gambar 2.12 Ilustrasi fungsi sebuah postprocessor [12]
• Calculate the path data: jalankan fungsi calculation pada setiap proses
untuk mendapatkan path data.
• NC Data: akan didapat data NC berupa G-Code sebagai output dari proses
ini.
25