Upload
hathien
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
Bab 2
Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang “Analisis Perhitungan Kinerja Local
Area Network menggunakan Router” membahas mengenai
analisis kinerja Local Area Network (LAN) menggunakan Router
yang memanfaatkan sistem antrian M/M/1, dimana jumlah frame
yang ditransmisikan bervariasi untuk menghitung parameter
kinerja jaringan yaitu delay, throughput dan loss probability.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa delay, throughput dan
loss probability akan semakin besar seiring dengan pertambahan
jumlah frame dan laju kedatangan rata-rata frame. Hal ini
disebabkan karena semakin banyak frame yang masuk ke dalam
antrian, akan menambah waktu tunda dan waktu transmisi paket
di dalam system. Tetapi, pada penelitian tersebut tidak fokus
untuk membahas penyebab-penyebab banyaknya jumlah frame
yang masuk ke dalam antrian. (Hutahean, 2011).
8
Pada penelitian yang berjudul “Analisis Protokol Routing
pada Jaringan Komputer Universitas Sumatera Utara dengan
Router Simulator” membahas mengenai static route dan protokol
dinamik routing digunakan oleh Router untuk mempelajari
network remote dan membangun tabel routing-nya. Hasil analisis
tersebut menunjukkan kelebihan utama menggunakan protokol
routing dinamik adalah bahwa Router akan menukarkan
informasi routing kapanpun terjadi perubahan topologi.
Pertukaran informasi memungkinkan Router untuk mempelajari
secara otomatis tentang network baru dan juga untuk menemukan
jalur alternative ketika terjadi kegagalan/kerusakan link ke
network tersebut. Penelitian tersebut menyarankan, jika Router
digunakan pada jaringan komputer USU dan dikonfigurasi
dinamik routing, maka dapat membuat kinerja jaringan komputer
USU semakin baik serta dapat membantu/meringankan kerja
administrator dalam memaintain jaringan komputer USU.
(Adriansyah, 2008).
Pada penelitian yang berjudul “Perancangan Bandwidth
Adaptif dengan memanfaatkan Incoming Internet Control
Message Protocol (ICMP) Packet Request” membahas mengenai
jaringan internet pada salah satu lembaga pendidikan yaitu
STMIK PROVISI, belum menerapkan pembagian bandwidth
internet secara merata di setiap bagian yang memiliki traffic data
tinggi. Sehingga, pemanfaatan internet tidak dilakukan secara
optimal, akibatnya kinerja setiap dosen dan mahasiswa di setiap
9
bagian tidak dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Alasan
tersebut menjadi ide dasar dalam penelitian tersebut yaitu
membangun sebuah aplikasi yang dapat melakukan monitoring
traffic data pada jaringan, mengatur pembagian bandwidth yang
digunakan oleh komputer dalam jaringan secara otomatis dan
merata di setiap komputer, dapat melakukan pemetaan jaringan
pada komputer dalam jaringan, dapat menghasilkan output
informasi dari traffic keluar masuknya data sehingga kinerja
dosen dan mahasiswa yang memanfaatkan internet bisa lebih
optimal. Yang pada akhirnya, penelitian tersebut merancang
sebuah sistem yang mampu mengirimkan ICMP packet ke semua
client yang aktif kemudian mencatat IP address client-client
tersebut dan mengatur alokasi bandwidth secara merata ke semua
client. (Efendi, 2012).
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah
dilakukan tentang analisis perhitungan kinerja Local Area
Network menggunakan Router, analisis protokol routing, serta
penelitian untuk merancang bandwidth adaptif, dimana pada
penelitian-penelitian terdahulu bertujuan untuk meningkatkan
kualitas jaringan, maka dilakukan suatu penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis kualitas jaringan komputer Setda Provinsi
Jawa Tengah, untuk mengetahui penyebab-penyebab dari
permasalahan kurang baiknya kualitas jaringan komputer Setda,
melalui proses pengujian Ping, Traceroute, serta pengecekan
bandwidth pada Router Mikrotik LAN Setda.
10
2.2 Internet Control Message Protocol (ICMP)
Internet Control Message Protocol (ICMP) merupakan
protocol yang bertugas mengirimkan pesan-pesan kesalahan dan
kondisi lain yang memerlukan perhatian khusus. Pesan / paket
ICMP dikirim jika terjadi masalah pada layer IP dan layer
diatasnya (TCP/UDP). (Rozi, 2008).
2.2.1 Karakteristik ICMP
Berikut merupakan beberapa karakteristik dari ICMP, yaitu:
1. ICMP merupakan bagian internal dari IP dan
diimplementasikan disetiap module IP.
2. ICMP digunakan untuk menyediakan feedback tentang
beberapa error pada sebuah proses datagram.
3. Tidak mendukung kehandalan pengiriman paket IP.
Datagram/paket bisa tidak terkirim dan tidak ada report
pemberitahuan tentang kehilangan datagram. Jika
diperlukan adanya kehandalan maka harus
diimplementasikan pada layer transport ( pada arsitektur
TCP/IP).
4. Tidak ada respon ICMP yang dikirimkan untuk
menghindari adanya perulangan tak terbatas, kecuali
respon dari query message (ICMP type 0, 8-10, 13-18).
5. ICMP error message tidak pernah dikirimkan sebagai
respon sebuah datagram untuk tujuan broadcast atau
multicast.
11
Ada dua tipe pesan yang dapat dihasilkan oleh ICMP
yaitu ICMP Error Message dan ICMP Query Message. ICMP
Error Message sesuai namanya dihasilkan jika terjadi kesalahan
pada jaringan. Sedangkan ICMP Query Message adalah jenis
pesan yang dihasilkan oleh protocol ICMP jika pengirim paket
menginginkan informasi tertentu yang berkaitan dengan kondisi
jaringan. (Rozi, 2008).
2.2.2 Jenis-jenis ICMP Error Messages:
Berikut merupakan jenis-jenis dari ICMP Error Message, yaitu:
1. Destination Unreachable, pesan ini dihasilkan oleh
Router jika pengiriman paket mengalami kegagalan akibat
masalah putusnya jalur, baik secara fisik maupun secara
logic.
2. Time Exceeded, paket ICMP jenis ini dikirimkan jika isi
field Time to Live (TTL) dalam paket IP sudah habis dan
paket belum juga sampai ke tujuannya. Karena setiap kali
sebuah paket IP melewati satu Router, maka nilai TTL
dalam paket tersebut dikurangi satu. TTL ini diterapkan
untuk mencegah timbulnya paket IP yang terus menerus
berputar di network karena suatu kesalahan tertentu,
sehingga menghabiskan sumber daya jaringan yang ada.
3. Parameter Problem, paket ini dikirimkan jika terdapat
kesalahan paameter pada header paket IP.
4. Source Quench, paket ICMP ini dikirimkan jika Router
atau tujuan mengalami congestion atau kemacetan dalam
12
jaringan akibat penumpukan paket data. Sebagai respons
pada paket ini, pihak pengirim paket harus memperlambat
pengiriman paketnya.
5. Redirect, paket ini dikirimkan jika Router merasa host
mengirimkan paket IP melalui Router yang salah. Paket
ini seharusnya dikirimkan melalui Router lain.
2.2.3 Jenis-jenis ICMP Query Messages
Berikut merupakan jenis-jenis dari ICMP Query Message, yaitu:
1. Echo and Echo Reply, bertujuan untuk memeriksa apakah
system tujuan dalam keadaan aktif. Program ping
merupakan program pengiriman paket ini. Responder
harus mengembalikan data yang sama dengan data yang
dikirimkan.
2. Timestamp and Timestamp Reply, menghasilkan informasi
waktu yang diperlukan system tujuan untuk memproses
suatu paket.
3. Address Mask, untuk mengetahui berapa netmask yang
harus digunakan oleh suatu host dalam suatu network.
Sebagai paket pengatur kelancaran jaringan, maka paket
ICMP tidak diperbolehkan membebani network. Karenanya paket
ICMP tidak boleh dikirim saat terjadi problem yang disebabkan
oleh kegagalan pengiriman paket ICMP serta kegagalan
pengiriman paket broadcast atau multicast. (Rozi, 2008).
13
2.2.4 Round Trip Time (RTT)
Dalam telekomunikasi, Round Trip Time Delay (RTD)
atau Round Trip Time (RTT) adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan sinyal untuk dikirim, ditambah panjang waktu yang
dibutuhkan sinyal untuk diterima. Oleh karena itu, waktu tunda
(Delay) terdiri dari waktu propagasi antara dua titik sinyal. Jika
dikaitkan dalam konteks jaringan komputer, sinyal umumnya
merupakan paket data, dan RTT juga dikenal sebagai waktu Ping.
Pengguna Internet dapat menentukan RTT dengan menggunakan
perintah Ping.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Round-trip_delay_time).
Pada pengiriman data melalui sebuah jaringan akan
terdapat Latency yang mengacu kepada Delay. Biasanya Latency
diukur sebagai RTT dan RTT diukur pada layer aplikasi berupa
respon Ping Internet. RTT pada HSDPA dapat dipengaruhi oleh
beberapa komponen diantaranya MS Delay, UL & DL TBF
establishment Delay, over-the-air Delay, core network Delay
serta Delay antara jaringan HSDPA dengan jaringan eksternal.
(Arif, 2010).
2.3 Routing Protocol (Protokol Routing)
2.3.1 Routing
Routing adalah usaha untuk forwarding datagram dari
satu antarmuka ke antarmuka yang lainnya lingkup pertukaran
informasi di dalam tabel routing-nya. Protokol routing adalah
program untuk pertukaran informasi yang digunakan untuk
14
membuat tabel routing. Konfigurasi routing adalah suatu hal
yang spesifik dalam suatu jaringan, dalam arti dimungkinkan
suatu jaringan memerlukan protokol jaringan untuk membuat
tabel routing tapi dimungkinkan juga tidak diperlukan protokol
routing. (Sugeng, 2010).
Berikut merupakan tiga perintah melakukan konfigurasi routing
yaitu:
1. Routing Minimal
Routing minimal dibentuk untuk kebutuhan jaringan yang
khusus dan terisolasi dari jaringan TCP/IP lain diluarnya. Untuk
kebutuhan pembentukan tabel routing dibentuk melalui perintah
ifconfig dalam melakukan konfigurasi antarmuka jaringan
komputer. Karena tidak memiliki atau tidak diperlukan akses ke
jaringan TCP/IP lain maka di sini tidak diperlukan proses
subnetting jaringan.
2. Routing Statis
Entri-entri dalam forwarding tabel router diisi dan
dihapus secara manual oleh administrator jaringan melalui
perintah route. Routing statis adalah pengaturan routing paling
sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer.
Menggunakan routing statis murni dalam sebuah jaringan berarti
mengisi setiap entri dalam forwarding table di setiap router yang
berada di jaringan tersebut. Penggunaan routing statis dalam
15
sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah, hanya
beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding tabel di setiap
router. Tetapi, akan sangat merepotkan jika dalam skala jaringan
yang besar karena harus mengisi secara manual entri dalam
forwarding tabel dengan jumlah router yang banyak.
3. Routing Dinamis
Perubahan entri-entri forwarding table router dilakukan
melalui protokol routing. Routing dinamis adalah cara yang
digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri
forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur
router-router sehingga dapat berkomukasi satu dengan yang lain
dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah
isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan
cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir
dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.
Hal pertama yang pelu diketahui oleh router adalah
berapa banyak jumlah port yang dimilikinya dan apa tipe-tipenya.
Informasi ini biasanya diketahui secara otomatis oleh sistem
operasi router, dan tidak membutuhkan konfigurasi. Informasi
berikutnya yang harus diketahui oleh router adalah alamat host
dan alamat IP dari masing-masing port. Konfigurasi alamat-
alamat ini hampir selalu dilakukan secara manual (alamat IP dan
subnet mask). (Adriansyah, 2008).
16
Skema antarmuka router terlihat dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Antarmuka Router (Adriansyah, 2008).
Gambar 2.1 Antarmuka Router (Adriansyah, 2008)
Pada Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah router yang
memiliki satu antarmuka ethernet, satu antarmuka token ring, dan
satu antarmuka ISDN (Integrated Services Digital Network).
Untuk mengidentifikasi antarmuka-antarmuka ini, tipe antarmuka
biasanya disingkat menjadi satu atau dua huruf, kemudian diikuti
angka yang mengindikasikan urutan antarmuka diantara
antarmuka-antarmuka yang bertipe sama. Karena pada sebagian
besar router nomor urutan port dimulai dari 0, ketiga ID
antarmuka adalah e0, to0, dan bri0. Antarmuka ethernet0 (e0)
diberi alamat IP 10.1.1.1/24 dan antarmuka token ring0 (to0)
diberi alamat IP 10.1.2.5/24. Seluruh informasi ini secara kolektif
disebut sebagai Network Layer Reachability Information (NLRI).
17
2.3.2 Tabel Routing
Setelah router mengetahui informasi seperti yang terlihat
pada Gambar 2.1, router akan menggabungkan informasi tersebut
untuk membentuk entri-entri sebuah tabel. Tabel ini berada di
dalam memori router dan biasanya disebut sebagai tabel routing.
Tabel routing dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Routing (Adriansyah, 2008)
Pada Tabel 2.1 menjelaskan table routing memiliki dua
field yaitu : alamat jaringan dan hop berikutnya, yang dapat
berupa ID sebuah antarmuka, semisal e0 dan bri0, atau alamat IP
sebuah simpul tetangga. Setiap entri di dalam tabel disebut
sebagai sebuah rute. Oleh karena itu, router pada Gambar 2.1
akan memiliki kedua rute. Tabel routing ini berfungsi
menampung semua NLRI yang diketahui oleh router, sehingga
router hanya perlu merujuk ke satu tempat saja untuk
menentukan ke mana sebuah paket harus dikirimkan. Di dalam
sebuah jaringan yang berukuran besar, tabel ini dapat menjadi
cukup panjang.
18
2.3.3 Proses Routing
Hal berikutnya yang harus diketahui router adalah
bagaimana mengidentifikasikan alamat tujuan paket-paket. Untuk
mengetahui ke alamat mana paket-paket ditujukan, router harus
membaca header IP setiap paket yang melewatinya, header IP
memuat sebuah field alamat tujuan dan berbagai field lainnya.
Nilai yang tertera pada field alamat tujuan adalah alamat IP dari
terminal yang menjadi tujuan paket.
Setelah router membaca field alamat IP tujuan di dalam
paket, router akan membandingkannya dengan semua nilai
alamat yang ada di dalam tabel routing-nya. Ketika router
menemukan alamat IP di mana perangkat tujuan berada, router
akan meneruskan paket tersebut ke antarmuka yang sesuai.
Sebagai contoh, perhatikan kembali Gambar 2.1. Apabila
router menerima sebuah paket dari antarmuka e0, dengan alamat
tujuan 10.1.2.0, router akan mencari sebuah rute yang menuju ke
alamat tersebut di dalam tabel routing-nya. Ketika rute ke
jaringan 10.1.2.0 berhasil ditemukan, router akan meneruskan
paket itu ke antarmuka to0. (Adriansyah, 2008).
2.3.4 Routing Protocol
Routing protocol pada dasarnya adalah metode-metode
yang digunakan oleh router untuk saling mengkomunikasikan
informasi NLRI. Dengan demikian, sebuah router dapat
menginformasikan rute-rute yang diketahuinya kepada router-
router lain yang terhubung. (Adriansyah, 2008).
19
Tujuan-tujuan penggunaan routing protocol adalah:
1. Menyederhanakan proses manajemen jaringan karena
alamat-alamat yang dicapai dapat segera diketahui secara
otomatis.
2. Menemukan rute-rute bebas loop di dalam jaringan.
3. Menetapkan rute terbaik diantara beberapa pilihan yang
tersedia.
4. Memastikan bahwa semua router yang ada didalam jaringan
menyetujui rute-rute terbaik yang telah ditetapkan.
Terdapat banyak routing protocol yang digunakan dewasa
ini, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Sebagian diantaranya adalah standar terbuka (open standard)
yang dikelola oleh badan-badan standar internasional, seperti
IETF dan ISO, dan sebagian lainnya adalah standar proprieter
(proprietary standard) yang kepemilikannya dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan swasta. Akan tetapi, semua protokol ini
menyediakan suatu mekanisme bagi router untuk berkomunikasi
satu sama lain, sehingga NLRI dapat terkumpul secara lengkap,
selanjutnya diolah dan digunakan untuk menentukan rute-rute
terbaik di dalam jaringan serta mengatasi berbagai potensi
looping.
Untuk dapat memilih rute yang terbaik, protokol-protokol
routing menyandarkan keputusannya pada perhitungan metrik.
Metrik adalah sebuah nilai numerik yang merepresentasikan
20
tingkat prioritas atau preferensi sebuah rute, terhadap rute-rute
lainnya yang menuju ke satu tujuan yang sama. Metrik dapat
dihitung berdasarkan berbagai faktor yang berbeda, yaitu : hop,
Bandwidth, delay, reliability, dan load. Kondisi dimana semua
router di dalam jaringan dapat mencapai kesepakatan bulat dalam
menentukan rute terbaik, berarti dapat dikatakan jaringan dalam
keadaan konvergen.
Protokol routing dapat dikelompokkan berdasarkan
perilaku routing-nya. Terdapat dua algoritma routing yang utama,
yaitu distance vector, dan link-state. Keduanya menggunakan
algoritma-algoritma yang berbeda, memanfaatkan informasi rute
yang berbeda, menggunakan metode komunikasi antar router
yang sama sekali berbeda, dan menerapkan perhitungan metrik
yang berbeda juga. (Adriansyah, 2008).
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing routing
protocol yaitu:
1. Routing Information Protocol (RIP)
RIP merupakan sebuah protokol routing dinamis yang
digunakan dalam jaringan LAN dan WAN. Protokol ini telah
dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP versi 2.
Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun
begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-
teknik yang lebih maju. Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058,
dengan karakteristik sebagai berikut:
21
1. Routing protocol distance vector.
2. Metric berdasarkan jumlah lompatan (hop count) untuk
pemilihan jalur.
3. Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang.
4. Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30
detik.
2. Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah
routing protocol yang dikembangkan di pertengahan tahun 1980-
an oleh Cisco Systems. Tujuan utama dalam menciptakan IGRP
adalah untuk memberikan routing protocol yang kuat dalam suatu
Autonomous System (AS). Diantaranya adalah menggunakan
Interior Gateway Routing Protocols. Karakteristik IGRP yaitu:
1. Protokol routing distance vector.
2. Menggunakan composite metric yang terdiri atas
bandwidth, load, delay dan reliability.
3. Update routing dilakukan secara broadcast setiap 90
detik.
3. Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
EIGRP menggunakan protokol routing enhanced distance
vector, dengan karakteristik sebagai berikut:
22
1. Menggunakan protokol routing enhanced distance
vector.
2. Menggunakan cost load balancing yang tidak sama.
3. Menggunakan algoritma kombinasi antara distance
vector dan link-state.
4. Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL)
untuk menghitung jalur terpendek.
5. Update routing dilakukan secara multicast
menggunakan alamat 224.0.0.10 yang diakibatkan oleh
perubahan topologi jaringan.
4. Open Shortest Path First (OSPF)
OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan
karakteristik sebagai berikut :
1. Protokol routing link-state.
2. Merupakan open standard protokol routing yang
dijelaskan di RFC 2328.
3. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost
terendah.
4. Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi
perubahan topologi jaringan.
5. Border Gateway Protocol (BGP)
Border Gateway Protocol (BGP) merupakan routing
protocol eksterior, dengan karakteristik sebagai berikut :
23
1. Menggunakan routing protocol distance vector.
2. Digunakan antara ISP dengan ISP dan client-client.
3. Digunakan untuk merutekan trafik internet antar
autonomous system.
2.3.5 Algoritma Distance Vector
Algoritma routing Distance Vector secara periodik
mengirimkan tabel routing dari router ke Router dimana Router-
Router tersebut saling berhubungan. Tabel routing yang diterima
akan di-update oleh Router yang menerimanya. Algoritma
Distance Vector juga disebut dengan algoritma Bellman-Ford.
Setiap Router menerima tabel routing dari Router tetangga yang
terhubung langsung dengannya. (Adriansyah, 2008).
Skema konsep kerja dari algoritma Distance Vector terlihat dalam
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Konsep Algoritma Distance Vector (Adriansyah, 2008)
24
Pada Gambar 2.2 memperlihatkan konsep Algoritma
Distance Vector. Terlihat Router B menerima informasi dari
Router A. Router B menambahkan nomor Distance Vector,
seperti jumlah hop. Router B melewatkan tabel routing baru ini
ke Router-Router tetangganya yang lain, yaitu Router C. Proses
ini akan terus berlangsung untuk semua Router. Algoritma ini
mengakumulasi jarak jaringan (berdasarkan hop) sehingga dapat
digunakan untuk memperbaiki database informasi mengenai
topologi jaringan.
2.3.6 Algoritma Link-State
Algoritma Link-State juga dikenal dengan Algoritma
Dijkstra atau Algoritma Shortest Path First (SPF). Algoritma
Dijkstra adalah Algoritma yang digunakan untuk menghitung
jarak terpendek dari suatu simpul ke simpul yang lain pada
kelompok protokol Link-State, misalnya OSPF. Algoritma SPF
mengkalkulasi jaringan yang dapat dicapai. Router membangun
topologi logika ini sebagai pohon (tree), dengan Router itu
sendiri sebagai root-nya. (Adriansyah, 2008).
Algoritma Distance Vector memiliki informasi yang tidak
spesifik tentang jarak antar jaringan dan tidak mengetahui jarak
Router. Sedangkan Algortima Link-State memperbaiki
pengetahuan dari jarak Router dan bagaimana mereka saling
terkoneksi. Skema konsep kerja dari Algoritma Link-State terlihat
dalam Gambar 2.3.
25
Gambar 2.3 Konsep Algoritma Link-State (Adriansyah, 2008)
Pada Gambar 2.3 memperlihatkan konsep Algoritma
Link-State. Terlihat Router yang berada dalam internetwork
(jaringan) melakukan pertukaran LSA, tentang informasi yang
mereka miliki. Masing-masing Router membangun database
topologi yang berisi informasi LSA yang diberikan kepadanya.
2.3.7 Traceroute
Tool penting lain yang berguna untuk memetakan
konfigurasi jaringan suatu target adalah dengan menggunakan
sebuah command sederhana yang dikenal dengan Traceroute.
Kegunaannya adalah untuk mengirimkan secara serempak sebuah
urutan paket dengan menambahkan nilai TTL (Time to Live).
Ketika sebuah router lanjutan menerima sebuah paket terusan,
maka akan mengurangi nilai TTL sebelum meneruskan nya ke
router berikutnya. Pada saat itu jika nilai TTL pada sebuah paket
26
mencapai nilai nol sebuah pesan “time exceeded” akan dikirim
balik ke host asal.
Dengan mengirimkan paket dengan nilai TTL 1 akan
memperbolehkan router pertama didalam jalur paket untuk
mengembalikan pesan “time exceeded” yang akan
memperbolehkan/mengizinkan attacker untuk mengetahui IP
Address router pertama. Kemudian paket berikutnya dikirimkan
dengan menambahkan nilai 1 pada TTL, sehingga attacker akan
mengetahui setiap loncatan antara host asal dengan target host.
Dengan menggunakan teknik ini, attacker tidak hanya
mengetahui jejak jalur sebuah paket saat menuju target tetapi juga
memberikan informasi topologi target network. Informasi ini
sangat penting untuk attacker di dalam melakukan perencanaan
penyerangan ke sebuah network. (Rozi, 2008).
Berikut merupakan contoh pemakaian command Traceroute
dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Contoh Pemakaian Command Traceroute (Rozi, 2008)
27
Pada Gambar 2.4 memperlihatkan contoh pemakaian
Command Traceroute. Terlihat proses Traceroute dalam
mengirimkan paket dari client untuk menuju ke
www.google.co.id, dimana paket yang dikirim harus melewati 1
IP gateway yaitu (192.168.50.101), kemudian akan melompati 6
IP jaringan yang berbeda yaitu (202.93.40.5, 202.93.41.26,
202.93.41.113, 72.14.196.77, 64.233.175.207, 66.249.94.6)
sebelum akhirnya paket tersebut dapat tiba pada
www.google.com.
2.4 Quality of Service (QoS)
Quality of Service (QoS) merupakan metode pengukuran
tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk
mendefinisikan karakteristik dan sifat dari satu servis. QoS
digunakan untuk mengukur sekumpulan atribut kinerja yang telah
dispesifikasikan dan diasosiasikan dengan suatu servis.
QoS didesain untuk membantu end user menjadi lebih
produktif dengan memastikan bahwa user mendapatkan kinerja
yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan. QoS
mengacu pada kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan
yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu melalui teknologi
yang berbeda-beda. QoS menawarkan kemampuan untuk
mendefinisikan atribut-atribut layanan jaringan yang disediakan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. (Wicaksono & Riadi,
2011).
28
Berikut merupakan komponen-komponen dari QoS.
1. Delay
Delay, merupakan total waktu yang dilalui suatu paket
dari pengirim ke penerima melalui sebuah jaringan. Delay
pengiriman ke penerima pada dasarnya tersusun atas hardware
latency, delay akses, dan delay transmisi.
2. Jitter
Jitter, merupakan variasi delay antar paket yang terjadi
pada jaringan berbasis IP. Besarnya nilai jitter akan sangat
dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan
antar-paket (congestion) yang ada dalam jaringan tersebut.
Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan
semakin besar pula peluang terjadinya congestion, dengan
demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Semakin besar nilai
jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun.
Kategori pengukuran Jitter dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kategori Jitter (Wicaksono & Riadi, 2011)
29
Pada Tabel 2.2 memperlihatkan kategori kinerja jaringan
berbasis IP dalam jitter versi Telecommunications and Internet
Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON)
mengelompokkan menjadi empat kategori penurunan kinerja
jaringan berdasarkan nilai jitter.
3. Bandwidth
Bandwidth, merupakan kapasitas atau daya tampung kabel
ethernet agar dapat dilewati trafik paket data dalam jumlah
tertentu. Bandwidth juga biasa berarti jumlah konsumsi paket
data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per second
(bps).
4. Latency
Latency, apabila mengirimkan data sebesar 3Mbyte pada
saat jaringan sepi waktunya 5 menit tetapi pada saat ramai sampai
15 menit, hal ini disebut latency. Latency pada saat jaringan sibuk
berkisar 50-70 msec.
5. Losses
Losses, jumlah paket yang hilang saat pengiriman paket
data ke tujuan, kualitas terbaik pada jaringan LAN/WAN jika
jumlah losses paling kecil.
6. Ping
Packet Internet Gropher (Ping) merupakan salah satu
program yang digunakan untuk menguji komunikasi antar
30
komputer dalam sebuah jaringan melalui protokol TCP/IP. Ping
akan mengirimkan Internet Control Message Protocol (ICMP)
Echo Request messages pada IP Address komputer yang dituju
dan meminta respons dari komputer tersebut. Kategori
pengukuran Ping dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kategori Ping (Wicaksono & Riadi, 2011)
Pada Tabel 2.3 memperlihatkan kategori pengukuran Ping
berdasarkan total delay (ms) dan packet loss (%). Kualitas Ping
dengan keterangan “Hasil memuaskan” terjadi ketika total delay
< 50 ms diikuti packet loss 0 %, dan kualitas Ping dengan
keterangan “Jelek” terjadi ketika total delay > 500 ms diikuti
packet loss 20 %.
2.4.1 Queue
Router Mikrotik memiliki fitur Queue yang dapat
melakukan pengaturan (manajemen) alokasi bandwidth bagi
setiap komputer user. Dengan menerapkan manajemen
31
bandwidth, maka sudah melakukan usaha perbaikan terhadap
kualitas layanan di jaringan (Quality of Service). Quality of
Service (QoS) akan memberikan jaminan alokasi bandwidth
minimum pada setiap komputer user di dalam jaringan, sehingga
setiap komputer user tidak perlu khawatir akan tidak kebagian
bandwidth. (Jasakom, 2013).
Dalam menjalankan Queue, Router Mikrotik memiliki dua cara,
yaitu:
1. Queue Simple
Queue simple merupakan cara termudah untuk melakukan
pengaturan bandwidth, diterapkan pada jaringan skala kecil
sampai menengah untuk mengatur pemakaian bandwidth upload
dan download pada setiap user.
2. Queue Tree
Queue tree merupakan cara yang lebih rumit dari Queue
simple, karena harus menggunakan fitur Mangle pada Firewall
jika akan menerapkan Queue tree. Queue tree dapat melakukan
pembatasan bandwidth berdasarkan group bahkan secara hirarki.
Dalam penerapan Queue, terdapat dua rate atau alokasi
bandwidth yang akan didapat oleh setiap user, yaitu:
1. Committed Information Rate (CIR)
Committed Information Rate (CIR) merupakan alokasi
bandwidth terendah yang bisa didapatkan oleh sebuah komputer
user jika traffic jaringan sangat sibuk. Seburuk apapun keadaan
32
dari jaringan tersebut, komputer user tidak akan mendapatkan
alokasi bandwidth di bawah dari CIR.
2. Maximum Information Rate (MIR)
Maximum Information Rate (MIR) merupakan alokasi
bandwidth yang bisa didapatkan komputer user. MIR biasanya
akan didapatkan seorang user jika ada alokasi bandwidth yang
tidak digunakan lagi oleh user lain.
2.4.2 Penggunaan Waktu
Dalam penerapan Queue, bisa juga untuk menambahkan
opsi waktu dalam melakukan pembatasan pemakaian bandwidth.
Misalnya pembatasan bandwidth hanya dilakukan di hari-hari
tertentu maupun di jam-jam tertentu saja. (Jasakom, 2013).
2.4.3 Priority
Priority atau prioritas merupakan pembagian alokasi
bandwidth lebih besar yang didapatkan oleh satu user dibanding
user lain, selama tidak mengganggu nilai CIR dari user-user lain.
Opsi priority hanya bisa digunakan jika baris konfigurasi bersifat
hirarki (memiliki parent). (Jasakom, 2013).
Router Mikrotik memberikan skala prioritas dengan nilai
1 sampai 8, dengan nilai 1 sebagai prioritas tertinggi, menyusul 2
dan seterusnya dengan nilai 8 sebagai prioritas terendah.
2.4.4 Per Connection Queue (PCQ)
Router Mikrotik menyediakan fitur Per Connection Queue
(PCQ) untuk melakukan massive bandwidth management atau
33
pengaturan bandwidth secara besar-besaran. Dengan
menggunakan fitur PCQ, walaupun jumlah komputer user ada
ratusan, maka hanya diperlukan satu atau dua konfigurasi Queue.
Metode PCQ dapat diterapkan pada Simple Queue, maupun
Queue Tree. (Jasakom, 2013).
PCQ bekerja dengan membuat sub-stream berdasarkan
parameter pcq-classifier yang dapat berupa IP Address pengirim
(src-address), IP Address tujuan (dst-address), port pengirim
(src-port) maupun port tujuan (dst-port). Misalnya dalam suatu
jaringan terdapat 2 komputer user yang sedang melakukan
download, maka PCQ akan membuat 2 sub-stream. Jika ternyata
tiba-tiba ada 50 komputer user melakukan download, maka PCQ
juga akan membuat 50 sub-stream, demikian sterusnya.
PCQ akan membagi rata bandwidth untuk setiap sub-
stream, sehingga teknik ini cocok untuk jaringan yang memiliki
jumlah komputer banyak dengan pembatasan bandwidth yang
seragam. Jadi, PCQ tidak akan memberikan alokasi bandwidth
256 kbps untuk suatu sub-stream dan memberikan 512 kbps
untuk sub-stream lainnya.
Jadi, jika seandainya bandwidth yang tersedia adalah 1
Mbps, dan ternyata ada 2 sub-stream, maka masing-masing akan
mendapatkan 512 kbps. Jika ada 4 sub-stream, maka masing-
masing akan mendapatkan 256 kbps, jika ada 8 sub-stream, maka
masing-masing akan mendapatkan 128 kbps. Jika ada 10 sub-
stream, maka masing-masing akan mendapatkan 102 kbps.
34
2.4.5 Mangle
Mangle merupakan salah satu fitur pada firewall Router
Mikrotik yang digunakan untuk memberi tanda (mark) pada paket
data. Kadang pekerjaan memberi tanda ini disebut marking, dan
pekerjaan ini wajib dikuasai dengan benar oleh user, selain
tentunya routing maupun bridging. Tujuan memberikan tanda ini
dimaksudkan agar paket tersebut lebih mudah dikenali lagi, yang
pada akhirnya akan mempermudah user dalam menerapkan filter,
masquerade, routing, maupun pada saat akan melakukan
manajemen bandwidth. (Jasakom, 2013).
Untuk dapat menggunakan fitur Mangle dengan tepat,
user harus mengetahui arah dan tujuan paket data, jenis-jenis
protocol, penggunaan source/destination port, maupun
connection state dari suatu paket data. Fitur Mangle memiliki 3
jenis marking yang dapat digunakan yaitu:
1. Connection Mark
Connection Mark merupakan jenis marking yang
digunakan untuk menandai adanya suatu koneksi. Connection
Mark dapat digunakan untuk memberikan tanda (marking) pada
paket pertama, baik paket pertama yang merupakan request dari
client, maupun paket pertama yang merupakan response dari
server.
2. Packet Mark
Jika pada Connection Mark digunakan untuk memberikan
tanda (marking) pada paket pertama, maka fungsi dari Packet
35
Mark adalah melakukan marking pada paket-paket lanjutan
setelah paket pertama yang keluar dan masuk dari sebuah
komputer client. Karena dalam komunikasi TCP/IP, data yang
dikirimkan akan dipecah-pecah sehingga akan membentuk stream
data.
3. Route Mark
Route Mark adalah jenis marking yang diberikan kepada
paket data untuk keperluan routing. Hasil dari Route Mark ini
dapat dimanfaatkan pada saat akan melakukan konfigurasi default
gateway maupun routing statik. Route Mark juga dibutuhkan
pada saat akan membuat suatu kebijakan atau manajemen routing
(policy route).
2.5 Enkapsulasi (Encapsulation)
Enkapsulasi atau encapsulation adalah sebuah proses
menambahkan header dan trailer atau melakukan pemaketan
pada sebuah data. Dengan enkapsulasi, data akan memiliki
identitas sehingga dapat sampai ke tujuan. Enkapsulasi terjadi
ketika sebuah protokol yang berada pada lapisan yang lebih
rendah menerima data dari protokol yang berada pada lapisan
yang lebih tinggi dan meletakkan data ke format data yang
dipahami oleh protokol tersebut. Dalam OSI Reference Model,
proses enkapsulasi yang terjadi pada lapisan terendah umumnya
disebut sebagai "framing”.
Lapisan data-link dalam OSI Reference Model merupakan
lapisan yang bertanggung jawab dalam melakukan enkapsulasi
36
atau framing data sebelum dapat ditransmisikan di atas media
jaringan (kabel, radio, atau cahaya). Dalam teknologi jaringan
Local Area Network (LAN), hal ini dilakukan oleh Carrier Sense
Multiple Access with Collision Detection (CSMA/CD) untuk
jaringan Ethernet, token-passing untuk jaringan Token Ring, dan
lain-lain.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Enkapsulasi_(komputer))
Berikut merupakan Model Open System Interconnection (OSI)
Layer dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Model Open System Interconnection (OSI) Layer (Mukhammad,
2010)
Pada Gambar 2.5 memperlihatkan Model Open System
Interconnection (OSI) Layer. Terdapat 7 Model OSI Layer dapat
dijelaskan sebagai berikut.
37
1. Layer 7 Application: Layer dimana user berinteraksi
dengan network, berfungsi sebagai interface yang
memungkinkan aplikasi-aplikasi saling berkomunikasi
melalui network.
2. Layer 6 Presentation: mendefinisikan bagaimana format
data ditampilkan, sehingga data yang dikirimkan dapat
dikenali oleh komputer penerima.
3. Layer 5 Session: mendefinisikan bagaimana menjalin,
mengontrol, dan mengakhiri komunikasi antara 2 host
(komputer). Layer Session berfungsi menjaga agar
session-session yang terjalin antar 2 host tetap terpisah.
4. Layer 4 Transport: menjalin komunikasi end-to-end logik
antar 2 sistem. Transport Layer akan memecah data yang
telah dikelompokan menjadi bagian-bagian yang disebut
dengan segment, kemudian akan menyatukan kembali
(reassemble) pada sisi penerima. Transport Layer
berfungsi memastikan data sampai pada tujuan dengan
urutan yang benar (sequencing) dan terhindar dari error
(error recovery).
5. Layer 3 Network: menyediakan pengalamatan logik (IP
Address), dan berfungsi menemukan alur terbaik ke suatu
tujuan (routing). Fitur yang dimiliki Network Layer
adalah Packet Filtering dan Packet Forwarding. Device
yang bekerja pada Network Layer adalah Switch Layer 3,
Router, dan MLS.
38
6. Layer 2 Data Link: menyediakan pengalamatan fisik
(MAC Address). Data Link Layer akan mendeteksi error
(error detection) dengan Frame Check Sequence (FCS)
dan tidak melakukan error recovery. Data Link Layer
mengontrol agar penerima tidak kebanjiran data yang
diterima. Device yang digunakan pada Layer ini adalah
Switch Layer 2 dan Bridge.
7. Layer 1 Physical Layer: mengatur bagaimana data
diletakkan dalam media komunikasi (kabel dan sinyal).
Physical Layer melakukan konversi bit-bit frame Data
Link menjadi sinyal-sinyal elektronik (encode) kemudian
mengirimkan sinyal tersebut ke media fisik. Physical
Layer akan menentukan kecepatan pengiriman data
melalui media fisik yang digunakan pada Layer ini yaitu
kabel UTP, Fiber, dan sinyal Wireless.
Fungsi dari enkapsulasi paket dengan header adalah agar
paket dapat di-routing-kan oleh router. Namun dengan
penambahan header, tentunya paket akan bertambah besar sesuai
dengan panjang header. Pertambahan panjang paket ini akan
berakibat pada bertambahnya waktu delay pengiriman paket.
(Sugeng, 2010).
Berikut merupakan enkapsulasi data dapat dilihat pada Gambar
2.6.
39
Gambar 2.6 Enkapsulasi Data (Mukhammad, 2010)
Pada Gambar 2.6 memperlihatkan enkapsulasi data.
Terlihat proses pengiriman data dari PC pengirim menuju ke
Switch, dimana data tersebut akan mengalami proses enkapsulasi
melalui Model OSI Layer dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Data yang dikirimkan oleh PC akan menuruni 7 model
OSI Layer, dari Application Layer sampai Physical Layer.
2. Setiap Layer akan membungkus data dengan sebuah
header, dimana proses ini disebut dengan enkapsulasi
data.
3. Data yang telah dibungkus ke dalam header, akan berisi
informasi-informasi yang spesifik pada setiap Layer.
40
4. Layer 6 sampai Layer 2 akan menambahkan header yang
berisi informasi yang diperlukan oleh Layer yang setara
pada sisi penerima.
5. Selain header, Data Link Layer juga akan menambahkan
trailer.
2.6 Virtual Local Area Network (VLAN)
VLAN merupakan suatu metode untuk membagi satu
koneksi fisik pada sebuah LAN menjadi beberapa koneksi logika.
Pada LAN yang konvensional, tiap-tiap workstation terhubung
dengan sebuah hub atau repeater. Jika ada dua workstation yang
mengirimkan data pada waktu yang bersamaan, akan terjadi
tubrukan (collision) dan data yang ditransmisikan akan hilang.
Untuk mencegah terjadinya collision, maka pada jaringan
digunakan perangkat Switch. (Prama, 2008).
Berikut merupakan koneksi pada LAN secara fisik dapat dilihat
pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Koneksi Fisik LAN (Prama, 2008)
41
Pada Gambar 2.7 memperlihatkan koneksi fisik dari LAN.
Terlihat workstation dan hub berada dalam sebuah segmen LAN.
Dimana, segmen LAN juga disebut collision domain karena
collision terjadi di dalam sebuah segmen. Daerah dimana terjadi
broadcast disebut dengan broadcast domain.
VLAN dapat membagi sebuah segmen LAN menjadi
beberapa broadcast domain. Karena VLAN membagi segmen
LAN menggunakan koneksi logikal, tiap workstation tidak harus
diletakkan pada lokasi yang sama dan dapat ditempatkan secara
terpisah. Berikut merupakan koneksi pada VLAN secara fisik
dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Koneksi Fisik VLAN (Prama, 2008)
Pada Gambar 2.8 memperlihatkan koneksi fisik dari
VLAN. Terlihat lantai yang berbeda pada suatu gedung. Karena
broadcast di dalam suatu VLAN tidak dapat diteruskan ke wadah
VLAN lainnya, komunikasi antara VLAN tersebut harus melalui
router yang mampu meneruskan paket data dari satu VLAN ke
VLAN lainnya.
42
2.6.1 Prinsip Kerja VLAN
Ketika switch menerima data dari sebuah workstation,
switch dapat mengetahui identitas VLAN yang mengirim data
tersebut, atau disebut juga dengan VLAN ID. VLAN ID dapat
diketahui berdasarkan dari port pengirim, alamat dari Media
Access Control (MAC Address) pengirim, dan alamat jaringan.
(Prama, 2008).
2.6.2 Jenis-jenis Koneksi VLAN
Perangkat-perangkat yang terhubung pada VLAN dapat
dihubungkan dengan beberapa cara. Perangkat-perangkat ini
terdiri dari perangkat yang dipakai untuk VLAN, atau disebut
juga VLAN-aware dan perangkat yang tidak digunakan untuk
VLAN, atau disebut VLAN-unaware. Adapun jenis koneksi pada
VLAN adalah koneksi trunk (trunk link) dan koneksi akses
(access link). (Prama, 2008).
1. Trunk Link
Sebuah trunk link dapat membawa trafik dari beberapa
VLAN sekaligus melalui satu koneksi. Untuk membawa trafik
beberapa VLAN melalui sebuah koneksi, misalnya antara dua
switch, maka dibutuhkan koneksi trunk. Contoh koneksi VLAN
mode trunk link dapat dilihat pada Gambar 2.9.
43
Gambar 2.9 Koneksi VLAN mode Trunk Link (Prama, 2008)
Pada Gambar 2.9 memperlihatkan contoh koneksi VLAN
mode trunk link. Terlihat trunk link menghubungkan perangkat
VLAN-aware dan workstation. Dimana, tiap frame pada trunk
link harus memiliki header khusus agar dapat dikenali.
2. Access Link
Access link adalah sebuah koneksi atau interface pada
switch menuju peralatan jaringan seperti personal komputer, file
server, router yang biasanya memiliki LAN card (ethernet NIC)
sehingga dapat berkomunikasi melalui jaringan. Komunikasi
yang terjadi pada jaringan tersebut menggunakan standar ethernet
frame yakni Ethernet II atau IEEE 802.3. Contoh koneksi VLAN
mode access link dapat dilihat pada Gambar 2.10.
44
Gambar 2.10 Koneksi VLAN mode Access Link (Prama, 2008)
Pada Gambar 2.10 memperlihatkan contoh koneksi
VLAN mode access link. Terlihat access link menghubungkan
perangkat yang VLAN-unaware ke port bridge/switch yang
VLAN-aware.