44
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak, dan hibah. Pada umumnya, di berbagai negara, penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan yang paling penting dan dominan untuk menyelenggarakan tugas-tugas negara dan pembangunan. Namun demikian, penerimaan negara bukan pajak juga merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat penting. Hugh Dalton mengungkapkan ”..., on the other hand, as an important source of public income, the price charged by a public authority for specific servicesand commodities supplied by it, including the prices charged for use of public property.” 48 2.1.1 Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak Sejalan dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang, terdapat banyak bentuk penerimaan negara di luar penerimaan perpajakan. Penerimaan perpajakan meliputi penerimaan yang berasal dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Masuk, Cukai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Meterai, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan lainnya yang diatur dengan peraturan perundang undangan di bidang perpajakan. Selain itu, penerimaan negara yang berasal dari minyak dan gas bumi, yang di dalamnya terkandung unsur pajak dan royalti, diperlakukan sebagai penerimaan perpajakan, mengingat unsur pajak lebih dominan. Dengan demikian pengertian, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencakup segala penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan tersebut. 49 Dalam Pasal 1 butir 1 UU Nomor 20 Tahun 1997, definisi Penerimaan 48 Hugh Dalton, Principles of Public Finance, (London: Routledge & Keagen Paul Ltd., 1971), hal. 17. 49 Indonesia, Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, op.cit., Penjelasan Umum. Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak

Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

pajak, penerimaan negara bukan pajak, dan hibah. Pada umumnya, di berbagai

negara, penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan yang paling penting dan

dominan untuk menyelenggarakan tugas-tugas negara dan pembangunan. Namun

demikian, penerimaan negara bukan pajak juga merupakan salah satu sumber

pendapatan negara yang sangat penting. Hugh Dalton mengungkapkan ”..., on the

other hand, as an important source of public income, the price charged by a public

authority for specific servicesand commodities supplied by it, including the prices

charged for use of public property.”48

2.1.1 Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang,

terdapat banyak bentuk penerimaan negara di luar penerimaan perpajakan.

Penerimaan perpajakan meliputi penerimaan yang berasal dari Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Masuk,

Cukai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Meterai, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan, dan penerimaan lainnya yang diatur dengan peraturan perundang

undangan di bidang perpajakan. Selain itu, penerimaan negara yang berasal dari

minyak dan gas bumi, yang di dalamnya terkandung unsur pajak dan royalti,

diperlakukan sebagai penerimaan perpajakan, mengingat unsur pajak lebih

dominan. Dengan demikian pengertian, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

mencakup segala penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan

tersebut.49 Dalam Pasal 1 butir 1 UU Nomor 20 Tahun 1997, definisi Penerimaan

48 Hugh Dalton, Principles of Public Finance, (London: Routledge & Keagen Paul Ltd., 1971), hal. 17.

49 Indonesia, Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, op.cit., Penjelasan Umum.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang tidak

berasal dari penerimaan perpajakan.

2.1.2 Peranan dan Tujuan Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu sumber

pendapatan negara. Dalam upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana

termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945, Pemerintah menyelenggarakan

kegiatan pemerintahan dan pembangunan nasional. Oleh karena itu, peranan PNBP

dalam pembiayaan kegiatan dimaksud penting dalam peningkatan kemandirian

bangsa dalam pembiayaan Negara dan pembangunan. 50

Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan dan

kesederhanaan, maka arah dan tujuan perumusan Undang-undang Penerimaan

Negara Bukan Pajak adalah: 51

a. menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara dan pembiayaan

pembangunan melalui optimalisasi sumber-sumber Penerimaan Negara Bukan

Pajak dan ketertiban administrasi pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

serta penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara;

b. lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat berpartisipasi

dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya

dari kegiatan-kegiatan yang menghasilkan Penerimaan Negara Bukan Pajak;

c. menunjang kebijaksanaan Pemerintah dalam rangka meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta

investasi di seluruh wilayah Indonesia;

d. menunjang upaya terciptanya aparat Pemerintah yang kuat, bersih dan

berwibawa, penyederhanaan prosedur dan pemenuhan kewajiban, peningkatan

tertib administrasi keuangan dan anggaran Negara, serta peningkatan

pengawasan.

2.1.3 Pengaturan Penerimaan Negara Bukan Pajak

50 Ibid.

51 Ibid.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

2.1.3.1 Dasar Hukum

Dasar hukum pengelolaan penerimaan negara bukan pajak di Indonesia

adalah sebagai berikut. Dasar hukum mengenai jenis dan tarif penerimaan negara

bukan pajak jumlahnya sangat banyak karena perkembangannya sangat dinamis dan

pengaturannya didelegasikan kepada peraturan pemerintah. Oleh karena itu, khusus

mengenai jenis dan tarif penerimaan negara bukan pajak, akan dicantumkan

beberapa peraturan pemerintah saja.

a. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23A

Pasal 23A UUD 1945 setelah Perubahan Keempat berbunyi: “Pajak dan

pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan

undang-undang.” Pasal ini menggantikan Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang

berbunyi: “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

negara berdasarkan undang-undang.” Penjelasan Pasal 23 ayat (2) Undang-

undang Dasar 1945, antara lain, menegaskan bahwa segala tindakan yang

menempatkan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lainnya, harus

ditetapkan dengan undang-undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat. Oleh karena itu, penerimaan Negara di luar penerimaan perpajakan,

yang menempatkan beban kepada rakyat, juga harus didasarkan pada Undang-

undang.52

b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan

Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3687);

c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran

Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3694) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran

Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3760);

52 Ibid.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 136, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3871);

e. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 18,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5100);

f. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Agama

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 149, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4455);

g. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 11, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4361);

h. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kantor Kementerian

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4304);

i. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2001 tentang Tarif atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Standarisasi

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 96,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4121).

2.1.3.2 Jenis-jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang,

terdapat banyak bentuk penerimaan negara di luar penerimaan perpajakan. Undang-

undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Pasal 2

ayat (1) mengelompokkan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai berikut:

a. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;

b. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;

c. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan;

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

d. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;

e. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan

denda administrasi;

f. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;

g. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

Pengaturan selanjutnya, kecuali jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

ditetapkan dengan undang-undang, jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

tercakup dalam kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah. Demikian juga dengan jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang belum tercakup dalam kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak

tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.53

Sebagai pelaksanaan ketentuan mengenai penetapan jenis dan penyetoran

Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997

tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak untuk pertama kalinya diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran

Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara.54 Penetapan PP Nomor 22 Tahun

1997 merupakan langkah penertiban, sesuai dengan tujuan Undang-undang Nomor

20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, sehingga jenis dan

besarnya pungutan yang menjadi sumber penerimaan tersebut tidak malahan

menambah beban bagi masyarakat dan pembangunan itu sendiri. 55

Dalam PP Nomor 22 Tahun 1997, jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

dibedakan menjadi dua, yaitu jenis-jenis PNBP yang berlaku umum dan jenis-jenis

PNBP yang berlaku khusus pada suatu kementerian negara/lembaga (bersifat

fungsional). Jenis-jenis PNBP yang berlaku umum pada semua kementerian

negara/lembaga meliputi:56

a. Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran

pembangunan).

53 Ibid., Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3).

54 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara, PP Nomor 22 Tahun 1997, Konsiderans.

55 Ibid., Penjelasan Umum.

56 Ibid., Lampiran I.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

b. Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara.

c. Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara.

d. Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro).

e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan tuntutan

perbendaharaan).

f. Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah.

g. Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.

Adapun jenis-jenis PNBP yang bersifat fungsional hanya terdapat pada

kementerian negara/lembaga tertentu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,

sehingga jenis-jenis PNBP antara kementerian negara/lembaga yang satu dengan

yang lain berbeda-beda. Seiring dengan semakin beragamnya jenis pelayanan yang

dibutuhkan oleh masyarakat maupun dalam rangka mengoptimalkan Penerimaan

Negara Bukan Pajak guna menunjang pembangunan nasional, jenis-jenis

penerimaan negara bukan pajak juga semakin bertambah. Misalnya, pelayanan

pertanahan yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional telah beberapa kali

mengalami perubahan.

Dalam Lampiran IIB angka (10) PP Nomor 22 Tahun 1997, jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional

adalah sebagai berikut:57

a. Penerimaan dari pengukuran dan pemetaan.

b. Penerimaan dari pemeriksaan tanah.

c. Penerimaan dari konsolidasi tanah secara swadaya.

d. Penerimaan dari redistribusi tanah secara swadaya.

e. Penerimaan dari izin lokasi.

Pada tahun 2002 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2002, sehingga Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada

Badan Pertanahan Nasional adalah penerimaan dari kegiatan:58

a. Pelayanan Pendaftaran Tanah, meliputi:59

57 Ibid., Lampiran IIB angka (10). Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997, namun jenis-jenis PNBP yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional tidak mengalami perubahan.

58 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional, op.cit., Pasal 2.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

1) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah, terdiri dari:

a) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Secara Sporadik,

b) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Secara Sistematik,

c) Pelayanan Pengembalian Batas, dan

d) Pelayanan Pembuatan Peta Situasi Lengkap (Topografi).

2) Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali.

3) Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah.

b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah, terdiri dari:60

1) Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A, terdiri dari:

a) Pelayanan Pemeriksaan Tanah di Perkotaan,

b) Pelayanan Pemeriksaan Tanah di Perdesaan, dan

c) Pelayanan Pemeriksaan Tanah Secara Massal.

2) Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B, terdiri dari:

a) Pelayanan Pemeriksaan Tanah Secara Sporadis,

b) Pelayanan Pemeriksaan Tanah Secara Massal, dan

c) Pelayanan Survey Pemetaan Penatagunaan Tanah.

3) Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah, terdiri dari:

a) Pelayanan Pemeriksaan Tanah di Perkotaan,

b) Pelayanan Pemeriksaan Tanah di Perdesaan, dan

c) Pelayanan Pemeriksaan Tanah Secara Massal.

4) Pelayanan Pemeriksaan Tanah dalam Bentuk Laporan Konstatasi, meliputi:

a) Pelayanan Pemeriksaan Tanah dalam Bentuk Laporan Konstatasi untuk

Perpanjangan atau Pembaharuan Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai,

dan

b) Pelayanan Pemeriksaan Tanah dalam Bentuk Laporan Konstatasi untuk

Perpanjangan atau Pembaharuan Hak Guna Usaha.

c. Pelayanan Informasi Pertanahan.

d. Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya.

e. Pelayanan Redistribusi Tanah Secara Swadaya.

59 Ibid., Pasal 3 dan 4.

60 Ibid., Pasal 6--10.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

f. Penyelenggaraan Pendidikan Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan

Kadastral.61

g. Pelayanan Penetapan Hak atas Tanah, terdiri dari: 62

1) Uang Pemasukan63 Dalam Rangka Pemberian Hak Milik

2) Uang Pemasukan Dalam Rangka Pemberian Hak Guna Usaha;

3) Uang Pemasukan Dalam Rangka Pemberian Hak Guna Bangunan;

4) Uang Pemasukan Dalam Rangka Pemberian Hak Pakai;

5) Uang Pemasukan Dalam Rangka Pemberian Hak Pengelolaan.

Pada tahun 2010, Pemerintah kembali mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional. Dengan berlakunya Peraturan

Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010, Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

berlaku pada Badan Pertanahan Nasional adalah penerimaan dari kegiatan:64

a. Pelayanan Survei, Pengukuran, dan Pemetaan, terdiri dari: 65

1) Pelayanan Survei, Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah, dan

Pemetaan;

2) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dalam rangka

Penetapan Batas, yaitu adalah seluruh jenis kegiatan pengukuran dan

pemetaan di lingkungan Badan Pertanahan Nasional dalam rangka

penerbitan sertifikat hak atas tanah atau kegiatan pertanahan lainnya,

meliputi:

61 Kadasrtal adalah yang bersifat/berhubungan dengan kadaster. Kadaster diartikan sebagai

badan/dinas yang berurusan dengan hal penetapan dan/atau pendataan tanah milik atau tanah dan bangunan, serta menentukan letak dan luasnya, terutama guna menentukan besarnya jumlah pajak yang harus ditanggung oleh pemiliknya. Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, cetakan ketiga, (Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2008), hal. 404.

62 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional, op.cit., Pasal 15.

63 Uang Pemasukan adalah uang yang harus dibayar kepada Negara oleh setiap penerima hak atas tanah Negara sesuai ketentuan yang berlaku sebagai pengakuan (recognitie) atas hak menguasai Negara. Ibid., Pasal 1 butir 11.

64 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional, PP Nomor 13 Tahun 2010, Pasal 1.

65 Ibid., Pasal 2.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

a) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah;

b) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah Secara

Massal; 66

c) Pelayanan Pengembalian Batas; dan

d) Pelayanan Legalisasi Gambar Ukur Surveyor Berlisensi. 67

3) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Ruang Atas Tanah, Ruang

Bawah Tanah, atau Ruang Perairan, yaitu seluruh jenis kegiatan pengukuran

dalam rangka penetapan batas ruang atas tanah, atau ruang bawah tanah

untuk penerbitan sertifikatnya atau kegiatan pertanahan lainnya.

Pengukuran dan Pemetaan ini dilaksanakan secara 3 (tiga) dimensi, dengan

perhitungan panjang, lebar, dan tinggi berupa ruang dengan menggunakan

metode, teknologi, waktu, penyimpanan data, dan penyajian yang lebih

khusus.

b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah, meliputi: 68

1) Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A.

Yang dimaksud dengan “Panitia A” adalah panitia yang bertugas

melaksanakan pemeriksaan, penelitian, dan pengkajian data fisik dan data

yuridis di lapangan dan di kantor dalam rangka penyelesaian permohonan

pemberian Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas tanah Negara,

Hak Pengelolaan, dan permohonan pengakuan hak atas tanah.

2) Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B.

Yang dimaksud dengan “Panitia B” adalah Panitia yang bertugas

melaksanakan pemeriksaan, penelitian, dan pengkajian data fisik dan data

yuridis di lapangan maupun di kantor dalam rangka penyelesaian

permohonan pemberian, perpanjangan, dan pembaruan Hak Guna Usaha.

3) Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah.

66 Yang dimaksud dengan “Secara Massal” adalah permohonan yang diajukan paling sedikit

10 (sepuluh) bidang dalam 1 (satu) kelurahan, desa, atau nama lainnya. Ibid., Penjelasan Pasal 2 huruf b angka 2.

67 Yang dimaksud dengan “Legalisasi Gambar Ukur Surveyor Berlisensi” adalah legalisasi gambar ukur hasil pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah yang dilakukan oleh surveyor berlisensi. Ibid., Penjelasan Pasal 2 huruf b angka 4.

68 Ibid., Pasal 6.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Yang dimaksud dengan “Tim Peneliti Tanah” adalah tim yang bertugas

melaksanakan pemeriksaan, penelitian dan pengkajian data fisik dan data

yuridis di lapangan dan di kantor dalam rangka penyelesaian permohonan

pemberian hak atas tanah instansi pemerintah dan pemerintah daerah.

4) Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Petugas Konstatasi.

Yang dimaksud dengan “Petugas Konstatasi” adalah petugas (Kepala

Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk) yang melaksanakan

pemeriksaan data fisik dan data yuridis di lapangan dan di kantor dalam

rangka pemberian Hak Atas Tanah yang berasal dari tanah yang sudah

pernah terdaftar dan perpanjangan serta pembaruan Hak Atas Tanah kecuali

Hak Guna Usaha.

c. Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya.

Yang dimaksud dengan “Konsolidasi Tanah” adalah kebijakan pertanahan

mengenai penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah (P4T) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta

usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan dalam rangka

meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumberdaya alam dengan

melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Pelayanan ini meliputi: 69

1) Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Pertanian;

2) Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Nonpertanian.

d. Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan.

Yang dimaksud dengan “Pertimbangan Teknis Pertanahan” adalah ketentuan

dan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah sebagai dasar dalam penerbitan

izin lokasi, penetapan lokasi, dan izin perubahan penggunaan tanah. Pelayanan

ini, meliputi: 70

1) Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Lokasi,

2) Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penetapan

Lokasi, dan

69 Ibid., Pasal 11.

70 Ibid., Pasal 13.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

3) Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Perubahan

Penggunaan Tanah.

e. Pelayanan Pendaftaran Tanah, meliputi:71

1) Pelayanan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali, yaitu kegiatan

pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap objek pendaftaran tanah yang

belum didaftar.

2) Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah, yaitu kegiatan

pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam

peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan

sertifikat dengan perubahan yang terjadi kemudian.

f. Pelayanan Informasi Pertanahan.

g. Pelayanan Lisensi.

h. Pelayanan Pendidikan.

i. Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda-benda Tetap Milik

Perseorangan Warga Negara Belanda (P3MB)/Peraturan Presidium Kabinet

Dwikora Nomor 5/Prk/1965.72

j. Pelayanan di Bidang Pertanahan yang Berasal dari Kerja Sama dengan Pihak

Lain.

2.1.3.3 Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak

Dalam kamus Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, kata “tarif” diartikan

sebagai “bayaran” yang contoh penerapannya antara lain: bea, beban, biaya, daftar

71 Ibid., Pasal 15.

72 Yang dimaksud dengan “Tanah Objek Penguasaan Benda-benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda (P3MB)” adalah semua tanah milik perorangan Warga Negara Belanda, yang tidak terkena Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda, yang pemiliknya telah meninggalkan wilayah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 3 Prp Tahun 1960. Adapun yang dimaksud dengan “Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965” adalah semua tanah kepunyaan Badan-badan Hukum Belanda yang Direksi/pengurusnya sudah meninggalkan Indonesia dan menurut kenyataannya tidak lagi menyelenggarakan ketatalaksanaan dan usahanya dinyatakan jatuh kepada Negara dan dikuasai Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Republik Indonesia Nomor 5/Prk/Tahun 1965. Ibid., Penjelasan Pasal 18.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

ongkos, pajak, porto, pungutan, dan tol.73 Achmad Tjahyono dan Muhammad Fahri

Husein dalam mendefinisikan tarif pajak menyatakan “Tarif pajak merupakan

angka atau persentase yang digunakan untuk menghitung jumlah pajak atau pajak

terutang.”74 Dari rumusan tersebut dapat diambil pengertian bahwa tarif adalah

angka atau persentase yang digunakan untuk menghitung jumlah tagihan.

Adapun jenis-jenis tarif antara lain sebagai berikut.

a. Tarif Tetap

Tarif tetap adalah suatu tarif yang berupa suatu jumlah (nominal) tertentu yang

sifatnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh besarnya objek maupun subjek yang

dikenai tagihan. Adanya tarif ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa

keadilan akan ada apabila terhadap semua pihak diberikan secara sama. Jadi,

semua pihak dikenakan dalam jumlah yang sama.75

b. Tarif Proporsional (Sebanding/Sepadan)

Tarif proporsional adalah tarif yang berupa sebuah persentase tunggal yang

dikenakan terhadap semua objek tagihan berapapun nilainya.76 Jumlah tagihan

akan berubah secara proporsional/sebanding dengan dasar pengenaan tagihan.77

Adanya tarif proporsional dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa tidaklah adil

apabila semua orang dikenakan tagihan dalam jumlah yang sama karena antara

orang yang satu dengan yang lain mempunyai keadaan dan kemampuan yang

berbeda. Oleh karena itu, harus dikenakan beban yang sebanding dengan

kemampuan masing-masing.78

c. Tarif Progresif

73 Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Mizan, 2009), hal. 585.

74 Achmad Tjahyono dan Muhammad Fahri Husein, Perpajakan: Pembahasan Berdasarkan Undang-undang dan Aturan Pajak Terbaru, Edisi Keempat, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), hal. 21.

75 Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), hal. 83 dan 84.

76 Ibid., hal. 84.

77 Erly Suardy, Hukum Pajak, Edisi Keempat, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal. 68.

78 Y. Sri Pudyatmoko, op.cit., hal. 84.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Tarif progresif adalah tarif dengan persentase semakin naik (meningkat) apabila

jumlah yang menjadi dasar pengenaan tagihan meningkat.79 Jadi, tarif ini terdiri

dari beberapa persentase. Dengan adanya tarif seperti itu, semakin tinggi objek

tagihan akan semakin besar tagihan yang dikenakan. Tarif ini, menurut

Rochmat Soemitro, sebetulnya didasarkan pada pada teori ekonomi hukum

Gossen yang mengatakan bahwa lebih banyak kita memiliki barang maka

manfaat marginal satuan berikutnya lebih kecil. Oleh karena itu lebih mudah

dikenakan pajak/pungutan.80

d. Tarif Degresif

Tarif degresif adalah adalah tarif dengan persentase semakin turun apabila

jumlah yang menjadi dasar pengenaan tagihan meningkat.81 Jadi, tarif ini terdiri

dari beberapa persentase yang semakin kecil bila objek tagihannya semakin

besar. Tarif ini tidak diterapkan di dalam praktik karena mengandung

ketidakadilan. Bila tarif ini diterapkan, maka yang memiliki obyek tagihan

(kemampuan) lebih rendah akan dikenai beban yang lebih berat. Sementara

mereka yang memiliki obyek tagihan lebih besar mendapat beban yang lebih

ringan.

Besarnya tagihan pada umumnya ditentukan oleh dua komponen utama,

yakni jumlah yang menjadi dasar pengenaan tagihan (base) dan tarif yang

dikenakan terhadapnya (rate).82 Salah satu syarat pungutan kepada rakyat adalah

keadilan, baik keadilan dalam prinsip maupun dalam pelaksanaan. Dengan adanya

keadilan, pemerintah dapat menciptakan keseimbangan sosial yang sangat penting

79 Achmad Tjahyono dan Muhammad Fahri Husein, op.cit. hal. 22.

80 Rochmat Soemitro dalam bukunya “Asas dan Dasar Perpajakan I” memberikan contoh sederhana dari teori Gossen sebagai berikut. Bila sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak memiliki sebuah rumah tinggal, maka rumah itulah yang akan ditempati oleh keluarga tersebut sehingga rumah itu dimanfaatkan secara efektif. Bila kemudian keluarga itu dapat membeli sebuah rumah lagi, maka pemanfaatan rumah itu tidak seperti ketika keluarga itu hanya memiliki sebuah rumah. Ada kemungkinan sebagian dari rumah itu tidak termanfaatkan secara efektif. Oleh karena itu, atas hal seperti ini lebih mudah dikenakan pajak/pungutan. Y. Sri Pudyatmoko, op.cit., hal. 86.

81 Achmad Tjahyono dan Muhammad Fahri Husein, op.cit. hal. 23.

82 Y. Sri Pudyatmoko, op.cit., hal. 82.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penentuan tarif pungutan

merupakan salah satu cara untuk mencapai keadilan.83

Berkenaan dengan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak,

pengaturannya ditetapkan dalam Undang-undang atau Peraturan Pemerintah yang

menetapkan jenis penerimaan negara bukan pajak yang bersangkutan. Dalam

penetapan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak, Undang-undang Nomor

20 Tahun 1997 menggariskan agar memperhatikan dampak pengenaan terhadap

masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan Pemerintah

sehubungan dengan jenis penerimaan negara bukan pajak yang bersangkutan, dan

aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat. 84

Tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan

Pertanahan Nasional mengalami perubahan seiring dengan adanya perubahan jenis-

jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan

Nasional, serta dalam rangka mengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak

guna menunjang pembangunan nasional.

Sejak tanggal 27 Agustus 2002, tarif layanan mengacu pada Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional (Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2002 terlampir). Peraturan Pemerintah ini berlaku sampai dengan

diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan

Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan

Pertanahan Nasional pada tanggal 22 Januari 2010.

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan

Nasional mempunyai tarif dalam satuan rupiah dan persentase.85 Adapun tarif atas

jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional

sesuai dengan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 adalah sebagai

berikut.

83 Erly Suardy, op.cit., hal. 67.

84 Indonesia, Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, op.cit., Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2).

85 Ibid., Pasal 25.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

2.1.3.3.1 Tarif Pelayanan Survei, Pengukuran, dan Pemetaan

2.1.3.3.1.1 Tarif Pelayanan Survei, Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah,

dan Pemetaan

Tarif Pelayanan Survei, Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah,

dan Pemetaan adalah sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.1

Tarif Pelayanan Survei, Pengukuran Batas Kawasan

atau Batas Wilayah, dan Pemetaan

No. Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Satuan Tarif

1 Pelayanan Survei

a. Pelayanan Survei Nilai Bidang Tanah Pemukiman atau Pertanian

per bidang Rp 450.000,00

b. Pelayanan Survei Nilai Bidang Tanah Usaha

per bidang Rp 600.000,00

2 Pelayanan Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah

per tugu Rp 3.500.000,00

3 Pelayanan Pemetaan

a. Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Zona Nilai Ekonomi Kawasan Skala 1:10.000

per hektar Rp 25.000,00

b. Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Zona Nilai Ekonomi Kawasan Skala 1:25.000

per hektar Rp 5.000,00

c. Pemetaan Tematik Bidang Skala 1:2.500

per bidang Rp 75.000,00

d. Pemetaan Tematik Bidang Tanah untuk Pemecahan Sertifikat Skala 1 : 1.000

per bidang Rp 75.000,00

e. Pemetaan Tematik Kawasan Skala 1:10.000

Per hektar Rp 40.000,00

f. Pemetaan Tematik Kawasan Skala 1 : 25.000

Per hektar Rp 20.000,00

4 Pelayanan Pembuatan Peta Dasar

a. Pembuatan Peta Foto Skala 1:1.000 (minimal 1.000 hektar)

Per hektar Rp 200.000,00

b. Penambahan Pembuatan Peta Foto Skala 1:1.000 seluas 500 Hektar dan kelipatannya

Per hektar Rp 150.000,00

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

c. Pembuatan Peta Citra Skala 1:2.500 (minimal 10.000 hektar)

Per hektar Rp 50.000,00

d. Pembuatan Peta Garis Skala 1:1.000 (minimal 100 hektar)

Per hektar Rp 120.000,00

e. Pembuatan Peta Garis Skala 1 : 2.500 (minimal 100 hektar)

Per hektar Rp 100.000,00

Sumber: Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.

2.1.3.3.1.2 Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah dalam

rangka Penetapan Batas.

a. Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah dihitung

berdasarkan rumus:

1) Luas tanah sampai dengan 10 hektar L

Tu = ( ------ x HSBKu ) + Rp100.000,00 500

2) Luas tanah lebih dari 10 hektar sampai dengan 1.000 hektar

L Tu = ( -------- x HSBKu ) + Rp14.000.000,00

4.000

3) Luas tanah lebih dari 1.000 hektar

L Tu = ( --------- x HSBKu ) + Rp134.000.000,00

10.000

Keterangan:

Hektar = 10.000 m2.

Tu = Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dalam

rangka Penetapan Batas.

L = Luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).

HSBKu = Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan pengukuran yang berlaku

untuk tahun berkenaan, untuk komponen belanja bahan dan honor

yang terkait dengan keluaran (output) kegiatan.

b. Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah Secara Massal

adalah sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari tarif pelayanan Pengukuran

dan Pemetaan Batas Bidang Tanah.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

c. Tarif Pelayanan Pengembalian Batas adalah sebesar 150% (seratus lima puluh

persen) dari tarif pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah.

d. Tarif Pelayanan Legalisasi Gambar Ukur Surveyor Berlisensi adalah sebesar

30% (tiga puluh persen) dari tarif pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas

Bidang Tanah.

2.1.3.3.1.3 Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Ruang Atas Tanah,

Ruang Bawah Tanah, atau Ruang Perairan.

Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Ruang Atas Tanah, Ruang

Bawah Tanah, atau Ruang Perairan adalah sebesar 300% (tiga ratus persen) dari

tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah.

2.1.3.3.2 Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah

a. Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A.

1) Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A dihitung berdasarkan

rumus: L

Tpa = (------ x HSBKpa) + Rp350.000,00 500

2) Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A untuk pemeriksaan

tanah secara massal dihitung berdasarkan rumus: L

Tpam = 1/5 x (------ x HSBKpa) + Rp350.000,00 500

Keterangan:

Tpa = Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A.

Tpam = Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A untuk

Pemeriksaan Tanah secara massal.

L = Luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).

HSBKpa = Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan Pemeriksaan Tanah oleh

Panitia A untuk tahun berkenaan, untuk komponen belanja

bahan dan honor yang terkait dengan keluaran (output) kegiatan

sidang panitia pemeriksaan tanah, penerbitan Keputusan hak,

dan penerbitan sertifikat.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

b. Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B.

Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B dihitung berdasarkan rumus: L

Tpb = (------------- x HSBKpb ) + Rp 5.000.000,00 100.000

Keterangan:

Tpb = Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B.

L = Luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).

HSBKpb = Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan pemeriksaan tanah oleh

Panitia B untuk tahun berkenaan, untuk komponen belanja

bahan dan honor yang terkait dengan keluaran (output) kegiatan

sidang panitia pemeriksaan tanah, penerbitan Keputusan Hak

dan penerbitan sertifikat.

c. Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah.

1) Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah dihitung

berdasarkan rumus:

L Tpp = (------ x HSBKpp) + Rp350.000,00

500

Keterangan:

Tpp = Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti

Tanah.

L = Luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi

(m2).

HSBKpp = Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan Pemeriksaan Tanah

oleh Tim Peneliti Tanah untuk tahun berkenaan, untuk

komponen belanja bahan dan honor yang terkait dengan

keluaran (output) kegiatan sidang panitia pemeriksaan tanah,

penerbitan Keputusan hak, dan penerbitan sertifikat.

2) Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah untuk

pemeriksaan tanah secara massal, dihitung berdasarkan rumus:

L Tpm = 1/5 x (------ x HSBKpm)+ Rp350.000,00

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

500

Keterangan:

Tpm = Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti

Tanah untuk Pemeriksaan Tanah secara massal.

L = Luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi

(m2).

HSBKpm = Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan pemeriksaan Tanah

oleh Tim Peneliti Tanah untuk Pemeriksaan Tanah secara

massal untuk tahun berkenaan, untuk komponen belanja

bahan dan honor yang terkait dengan keluaran (output)

kegiatan sidang panitia pemeriksaan tanah, penerbitan

Keputusan hak dan penerbitan sertifikat.

d. Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Petugas Konstatasi.

Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Petugas Konstatasi adalah sebesar

50% (lima puluh persen) dari Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia

A.

2.1.3.3.3 Tarif Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya

a. Tarif Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Pertanian.

Tarif Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Pertanian dihitung

berdasarkan rumus:

L + 500 Tkts = ------------- + (3Tu x ¾) + Tph

0,020 (2) Tarif Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Nonpertanian, dihitung

berdasarkan rumus:

L + 500 Tkts = ------------ + (3Tu x ¾ ) + Tph

0,004

Keterangan:

Tkts = Tarif Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

L = Luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).

Tu = Tarif Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah yang digunakan

untuk:

- pengukuran dan pemetaan keliling;

- pengukuran Topografi;

- pengukuran dan pemetaan Rincikan;

- pemindahan desain ke lapang.

Tph = Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali dan

Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah, yakni sebagaimana

ditunjukkan dalam Tabel 2.2.

HSBKu = Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan pengukuran yang berlaku

untuk tahun berkenaan, untuk komponen belanja bahan dan honor

yang terkait dengan keluaran (output) kegiatan.

2.1.3.3.4 Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan

a. Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Lokasi,

dihitung berdasarkan rumus:

L Tptil = (------------ x HSBKpb) + Rp5.000.000,00

100.000

Keterangan:

Tptil = Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka

Izin Lokasi.

L = Luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).

HSBKpb = Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan pemeriksaan Tanah oleh

Panitia B untuk tahun berkenaan, untuk komponen belanja

bahan dan honor yang terkait dengan keluaran (output) kegiatan

sidang panitia pemeriksaan tanah, penerbitan Keputusan hak,

dan penerbitan sertifikat.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

b. Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penetapan

Lokasi adalah sebesar 50% (lima puluh persen) dari Tarif Pelayanan

Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Lokasi.

c. Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Perubahan

Penggunaan Tanah dihitung berdasarkan rumus:

L Tptip = (------ x HSBKpa) + Rp350.000,00

500

Keterangan:

Tptip = Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka

Izin Perubahan Penggunaan Tanah.

L = Luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).

HSBKpa = Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan pemeriksaan Tanah oleh

Panitia A untuk tahun berkenaan, untuk komponen belanja

bahan dan honor yang terkait dengan keluaran (output) kegiatan

sidang panitia pemeriksaan tanah, penerbitan Keputusan hak,

dan penerbitan sertifikat.

2.1.3.3.5 Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah

2.1.3.3.5.1 Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali

Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali berupa Pelayanan

Pendaftaran:

a. Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, atau Hak Pakai Berjangka Waktu; dan

b. Keputusan Pembaruan Hak Atas Tanah untuk Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan, atau Hak Pakai Berjangka Waktu;

dihitung berdasarkan rumus:

T = (2‰ x Nilai Tanah86) + Rp100.000,00

86 Yang dimaksud dengan “nilai tanah” adalah nilai pasar (market value) yang ditetapkan

oleh Badan Pertanahan Nasional dalam peta zona nilai tanah yang disahkan oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk tahun berkenaan dan untuk wilayah yang belum tersedia peta zona nilai tanah digunakan Nilai Jual Objek Pajak atas tanah pada tahun berkenaan. Ibid., Penjelasan Pasal 16.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

2.1.3.3.5.2 Tarif Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

Tarif Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah berupa Pelayanan

Pendaftaran Pemindahan Peralihan Hak Atas Tanah untuk Perorangan dan Badan

Hukum dihitung berdasarkan rumus:

T = (1‰ x Nilai Tanah) + Rp50.000,00

Selain rumus tarif tersebut, tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah juga

ditunjukkan sebagaimana dalam Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2

Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah

No. Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Satuan Tarif

1 Pelayanan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali

a. Pelayanan Pendaftaran Penegasan Konversi atau Pengakuan Hak

per bidang Rp 50.000,00

b. Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah untuk:

1) Perorangan

2) Badan Hukum

per bidang

per bidang

Rp

Rp

50.000,00

100.000,00

c. Pelayanan Pendaftaran Keputusan perpanjangan Hak Atas Tanah untuk Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan

per bidang Rp 50.000,00

d. Pelayanan Pendaftaran Keputusan pembaruan Hak Atas Tanah untuk Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan

per bidang Rp 50.000,00

e. Pelayanan Pendaftaran Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun 1) Bersubsidi (berdasarkan

penetapan Kementerian Negara Perumahan Rakyat)

2) Non Subsidi

per unit

per unit

Rp

Rp

50.000,00

100.000,00

f. Pelayanan Pendaftaran Hak Guna Ruang Atas Tanah, Ruang Bawah Tanah, dan Ruang Perairan

per bidang Rp 50.000,00

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

g. Pendaftaran Perubahan Hak:

1) Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai menjadi Hak Milik

2) Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan

3) Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai

4) Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai

per bidang

per bidang

per bidang

per bidang

Rp

Rp

Rp

Rp

50.000,00

50.000,00

50.000,00

50.000,00

2 Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

a. Pelayanan pendaftaran pemindahan/ peralihan Hak Atas Tanah untuk Instansi Pemerintah dan badan hukum keagamaan dan sosial yang penggunaan tanahnya untuk peribadatan, Panti Asuhan dan Panti Jompo

per bidang Rp 50.000,00

b. Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah

per orang Rp 50.000,00

c. Pemindahan Pejabat Pembuat Akta Tanah

per orang Rp 50.000,00

d. Pelayanan Pendaftaran Pemberian Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas Hak Milik

per bidang Rp 50.000,00

e. Pelayanan Pendaftaran Hak Tanggungan [Pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)] dengan Nilai Hak Tanggungan:

1) sampai dengan Rp250.000.000,00

2) di atas Rp250 juta sampai dengan Rp1 Milyar

3) di atas Rp1 Milyar sampai dengan Rp10 Milyar

4) di atas Rp10 Milyar sampai dengan Rp1 Trilyun

5) di atas Rp1 Trilyun

per bidang

per bidang

per bidang per bidang per bidang

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

50.000,00

200.000,00

2.500.000,00

25.000.000,00

50.000.000,00

f. Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Tanggungan (Cessie, Subrogasi, Merger)

per bidang Rp 50.000,00

g. Pelayanan Pendaftaran Hapusnya Hak atas Tanah dan Hak Milik Satuan

per bidang Rp 50.000,00

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Rumah Susun karena Pelepasan Hak

h. Pelayanan Pendaftaran Pembagian Hak Bersama (tanpa ada pemecahan/ pemisahan maupun memerlukan pemecahan/ pemisahan)

per bidang Rp 50.000,00

i. Pelayanan Pendaftaran Perubahan Data Berdasarkan Putusan Pengadilan atau Penetapan Pengadilan

per bidang Rp 50.000,00

j. Pelayanan Pendaftaran Pemisahan, Pemecahan, dan Penggabungan

per bidang Rp 50.000,00

k. Pelayanan Pendaftaran Hapusnya Hak Tanggungan/Roya (termasuk roya parsial yang memerlukan pemisahan atau tidak)

per bidang Rp 50.000,00

l. Pelayanan Pendaftaran Perubahan Nama

per bidang Rp 50.000,00

m. Pelayanan Penggantian Blanko Sertifikat (karena hilang/rusak atau penggantian blanko sertifikat model lama ke model baru)

per bidang Rp 50.000,00

n. Pelayanan Pencatatan Pemblokiran per bidang Rp 50.000,00

o. Pelayanan Pencatatan Lain sesuai ketentuan yang berlaku.

per bidang Rp 50.000,00

Sumber: Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.

Jenis dan tarif atas Pelayanan Pendaftaran Tanah sebagaimana ditunjukkan

dalam Tabel 2.2 tidak termasuk jenis Pelayanan Pendaftaran Tanah pada uraian

2.1.3.3.5.1 dan 2.1.3.3.5.2.87

2.1.3.3.6 Tarif Pelayanan Informasi Pertanahan

Tarif Pelayanan Informasi Pertanahan adalah sebagaimana ditunjukkan

dalam Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3

Tarif Pelayanan Informasi Pertanahan

No. Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Satuan Tarif

87 Ibid., Pasal 17 ayat (2).

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

1 Pelayanan Informasi Titik Koordinat per titik Rp 50.000,00

2 Pelayanan Data Global Navigation Satellite System (GNSS)/Continuously Operating Reference Stations (CORS)

a. Paket data harian per pengguna / hari

Rp 50.000,00

b. Paket data bulanan per pengguna / bulan

Rp 1.2500.000,00

c. Paket data tahunan per pengguna / tahun

Rp 13.750.000,00

3 Pelayanan Peta Pertanahan dalam format multimedia dan format raster lainnya

a. Peta sampai dengan Skala 1:5.000 minimal 25 hektar)

Per hektar / tema

Rp 4.000,00

b. Peta dari Skala 1:10.000 sampai dengan 1:50.000 (minimal 4.000 hektar)

Per hektar / tema

Rp 100,00

4 Pelayanan Informasi Nilai Tanah atau Kawasan

a. Nilai Tanah atau Nilai Aset Properti per bidang Rp 50.000,00

b. Zonasi Nilai Tanah (minimum 50 hektar)

per hektar Rp 1.000,00

c. Nilai Ekonomi Kawasan (minimum 50 hektar)

per hektar Rp 1.000,00

d. Nilai Aset Kawasan (minimum 50 hektar)

per hektar Rp 1.000,00

5 Pelayanan Peta Analisis Penatagunaan Tanah (Analisis Penggunaan Tanah, Ketersediaan Tanah, dan peta-peta lainnya)

a. Hitam putih

1) Format A4

2) Format A3

3) Format A2

4) Format A1

5) Format A0

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

25.000,00

40.000,00

55.000,00

75.000,00

100.000,00

b. Hitam Berwarna

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

1) Format A4

2) Format A3

3) Format A2

4) Format A1

5) Format A0

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

75.000,00

90.000,00

110.000,00

135.000,00

175.000,00

c. Digital dalam format multimedia

1) Skala sama dengan atau lebih besar dari 1 : 10.000

2) Skala lebih kecil dari 1 : 10.000 sampai dengan 1 : 50.000

3) Skala lebih kecil dari 1 : 50.000 sampai dengan 1 : 100.000

4) Skala lebih kecil dari 1 : 100.000

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

per lembar / wilayah

Rp

Rp

Rp

Rp

350.000,00

300.000,00

275.000,00

250.000,00

6 Pelayanan Informasi Data Tekstual/ Grafikal

a. Pengecekan Sertifikat per sertifikat Rp 50.000,00

b. Penerbitan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)

per SKPT Rp 50.000,00

c. Informasi Tekstual/Grafikal untuk Surveyor Berlisensi

per bidang Rp 50.000,00

Sumber: Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.

2.1.3.3.7 Tarif Pelayanan Lisensi

Tarif Pelayanan Lisensi adalah sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.4

berikut.

Tabel 2.4

Tarif Pelayanan Lisensi

No. Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Satuan Tarif

1 Penilai Tanah per orang / usaha jasa penilaian

Rp 250.000,00

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

2 Surveyor Berlisensi per orang / usaha jasa perorangan

Rp 250.000,00

3 Ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah per orang Rp 250.000,00Sumber: Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.

2.1.3.3.8 Tarif Pelayanan Pendidikan

Tarif Pelayanan Pendidikan adalah sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel

2.5 berikut.

Tabel 2.5

Tarif Pelayanan Pendidikan

No. Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Satuan Tarif

1 Program Pendidikan Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral untuk mahasiswa tahun akademik 2009/2010

Penyelenggaraan Pendidikan:

1) Biaya Kuliah

a) Kuliah/Teori

b) Praktik

2) Biaya Penunjang Pendidikan

3) Biaya Ujian

4) Biaya Wisuda

5) Biaya Pengelolaan

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

20.000,00

30.000,00

50.000,00

8.500,00

250.000,00

12.500,00

2 Program Pendidikan Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral

a.

b.

Pendaftaran Calon Mahasiswa

Penyelenggaraan Pendidikan:

1) Kuliah

b) Teori

c) Praktik

d) Teori dan Praktik

per orang

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

Rp

Rp

Rp

Rp

150.000,00

30.000,00

40.000,00

70.000,00

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

c.

d.

2) Ujian

Wisuda

Penunjang Kegiatan Pendidikan

per satuan kredit semester

per orang

per orang / paket

Rp

Rp

Rp

25.000,00

300.000,00

7.000.000,00

3 Program Pendidikan Diploma IV / Strata-1 Pertanahan

a.

b.

c.

d.

Pendaftaran Calon Mahasiswa

Penyelenggaraan Pendidikan:

1) Kuliah

a) Teori

b) Praktik

c) Teori dan Praktik

2) Ujian

Wisuda

Penunjang Kegiatan Pendidikan

per orang

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per orang

per orang / tahun

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

150.000,00

40.000,00

60.000,00

100.000,00

60.000,00

500.000,00

6.000.000,00

4 Pendidikan Ketrampilan Pertanahan untuk Masyarakat (Non Institusional)

a.

b.

c.

d.

Pendaftaran Calon Mahasiswa

Penyelenggaraan Pendidikan:

1) Kuliah

a) Teori

b) Teori dan Praktik

2) Ujian

Pelantikan

Penunjang Kegiatan Pendidikan

per orang

per jam pelajaran

per jam pelajaran

per jam pelajaran

per orang

per orang / paket

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

150.000,00

30.000,00

50.000,00

8.500,00

250.000,00

7.00.000,00

5 Program Pendidikan Khusus Pejabat Pembuat Akta Tanah

a.

b.

c.

Pendaftaran Calon Mahasiswa

Penyelenggaraan Pendidikan:

1) Kuliah

a) Teori

b) Teori dan Praktik

2) Ujian

Wisuda

per orang

per satuan kredit kwartal

per satuan kredit kwartal

per satuan kredit kwartal

per orang

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

150.000,00

60.000,00

90.000,00

50.000,00

500.000,00

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

d. Penunjang Kegiatan Pendidikan per orang / paket Rp 2.000.000,00

6 Program Pendidikan Spesialis-1 Pertanahan

a.

b.

c.

d.

Pendaftaran Calon Mahasiswa

Penyelenggaraan Pendidikan:

1) Kuliah

a) Teori

b) Teori dan Praktik

2) Ujian

Wisuda

Penunjang Kegiatan Pendidikan

per orang

per satuan kredit triwulan

per satuan kredit triwulan

per satuan kredit triwulan

per orang

per orang / paket

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

150.000,00

60.000,00

90.000,00

75.000,00

500.000,00

5.000.000,00

7 Program Pendidikan Magister (Strata-2) Pertanahan

a.

b.

c.

d.

Pendaftaran Calon Mahasiswa

Penyelenggaraan Pendidikan:

1) Kuliah

a) Teori

b) Praktik

c) Teori dan Praktik

2) Ujian

Wisuda

Penunjang Kegiatan Pendidikan

per orang

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per satuan kredit semester

per orang

per orang / paket

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

150.000,00

60.000,00

90.000,00

150.000,00

75.000,00

500.000,00

10.000.000,00

Sumber: Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.

2.1.3.3.9 Tarif Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda-benda

Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda

(P3MB)/Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965

Tarif PNBP dari jenis kegiatan pelayanan ini adalah sebesar 25% (dua puluh

lima persen) dari nilai tanah.

2.1.3.3.10 Tarif Pelayanan di Bidang Pertanahan yang berasal dari Kerjasama

dengan Pihak Lain

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Tarif Pelayanan di Bidang Pertanahan yang berasal dari Kerjasama dengan

Pihak Lain adalah sebesar nilai nominal yang tercantum dalam dokumen kerjasama.

2.1.3.3.11 Biaya Transportasi, Akomodasi, dan Konsumsi

Dalam memberikan layanan untuk beberapa jenis pelayanan, petugas Badan

Pertanahan Nasional harus mendatangi tempat-tempat tertentu dan membutuhkan

waktu dalam satu hari atau lebih sehingga memerlukan biaya transportasi,

akomodasi, dan konsumsi. Rumus-rumus pengenaan tarif atas berbagai jenis

pelayanan sebagaimana diuraikan sebelumnya belum termasuk biaya transportasi,

akomodasi, dan konsumsi.

Dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis

dan Tarif atas Jenis Penerimaan Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan

Nasional dinyatakan sebagai berikut.

Pasal 20 (1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 huruf a sampai dengan huruf d, huruf h, dan huruf i tidak termasuk biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi.

(2) Biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada Wajib Bayar. 88

Berdasarkan ketentuan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

2010 tersebut, selain pengenaan tarif layanan sesuai dengan rumus sebagaimana

diuraikan di muka, pada jenis pelayanan berikut wajib bayar dikenai biaya

transportasi, akomodasi, dan konsumsi, yakni:

a. Pelayanan Survei, Pengukuran, dan Pemetaan,

b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah,

c. Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya,

d. Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan,

88 Ibid., Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2). Ketentuan semacam ini juga terdapat pada PP Nomor

46 Tahun 2002 yang berlaku sebelumnya, yaitu pada Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2). Disamping besaran tarif dihitung sesuai dengan rumus, pada kegiatan pelayanan pendaftaran tanah, pemeriksaan tanah, konsolidasi tanah secara swadaya, dan redistribusi tanah secara swadaya, pemohon/wajib bayar dikenai biaya transportasi yang besarnya ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

e. Pelayanan Pendidikan, dan

f. Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda-benda Tetap Milik

Perseorangan Warga Negara Belanda (P3MB)/Peraturan Presidium Kabinet

Dwikora Nomor 5/Prk/1965

2.1.3.3.12 Ketentuan Khusus Pengenaan Tarif

Dalam mengenakan tarif atas layanan yang diberikan, atas dasar beberapa

pertimbangan tertentu pada penerima layanan, terdapat ketentuan khusus pengenaan

tarif layanan berupa keringanan tarif. Keringanan tarif berupa persentase tertentu

kurang dari 100% atas tarif yang berlaku pada umumnya hingga tarif Rp 0,- (Nol

Rupiah). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010, ketentuan

khusus pengenaan tarif adalah sebagai berikut.

a. Tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif atas jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak berupa Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A dan

Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Petugas Konstatasi dikenakan terhadap

pihak sebagai berikut:89

1) masyarakat tidak mampu;90

2) badan hukum yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial yang

penggunaan tanahnya untuk peribadatan, panti asuhan, dan panti jompo;

3) veteran, pegawai negeri sipil, prajurit Tentara Nasional Indonesia, anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4) suami/istri veteran, suami/istri pegawai negeri sipil, suami/istri prajurit

Tentara Nasional Indonesia, suami/istri anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

5) pensiunan pegawai negeri sipil, purnawirawan Tentara Nasional Indonesia,

purnawirawan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

89 Ibid., Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2).

90 Yang dimaksud dengan “masyarakat tidak mampu” adalah perorangan yang besar penghasilannya per bulan dibawah Upah Minimum yang berlaku pada masing-masing Kabupaten/Kota yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Ketua RT/RW setempat dan diketahui oleh Lurah, Kepala Desa, atau nama lainnya. Ibid., Penjelasan Pasal 21 ayat (2) huruf a.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

6) janda/duda veteran, janda/duda pegawai negeri sipil, janda/duda prajurit

Tentara Nasional Indonesia, janda/duda anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

7) janda/duda pensiunan pegawai negeri sipil, janda/duda purnawirawan

Tentara Nasional Indonesia, janda/duda purnawirawan Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

b. Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah berupa Pelayanan Pendaftaran Tanah Wakaf

ditetapkan sebesar Rp0,00 (nol rupiah). 91

c. Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah dari Pelayanan Pemeliharaan Data

Pendaftaran Tanah berupa Pelayanan Pendaftaran Penggantian Nazhir92

ditetapkan sebesar Rp0,00 (nol rupiah).93

d. Tarif sebesar Rp0,00 (nol rupiah) dari Pelayanan Pendaftaran Tanah berupa

Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali diberikan kepada pihak

sebagai berikut:94

1) masyarakat tidak mampu;

2) instansi Pemerintah;

3) badan hukum yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial yang

penggunaan tanahnya untuk peribadatan, panti asuhan, dan panti jompo.

e. Tarif sebesar 10% (sepuluh persen) dari tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah

berupa Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali dikenakan terhadap

pihak sebagai berikut:95

1) veteran;

2) suami/istri veteran, suami/istri Pegawai Negeri Sipil, suami/istri prajurit

Tentara Nasional Indonesia, suami/istri anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

91Ibid., Pasal 22 ayat (1).

92 Yang dimaksud dengan “nazhir” adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Ibid., Penjelasan Pasal 22 ayat (2).

93 Ibid., Pasal 22 ayat (2).

94 Ibid., Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2).

95 Ibid., Pasal 23 ayat (3) dan ayat (4).

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

3) pensiunan Pegawai Negeri Sipil, purnawirawan Tentara Nasional Indonesia,

purnawirawan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4) janda/duda veteran, janda/duda Pegawai Negeri Sipil, janda/duda prajurit

Tentara Nasional Indonesia, janda/duda anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

5) janda/duda pensiunan Pegawai Negeri Sipil, janda/duda purnawirawan

Tentara Nasional Indonesia, janda/duda purnawirawan Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

f. Tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah

berupa Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali dikenakan terhadap

pihak sebagai berikut:96

1) Pegawai Negeri Sipil;

2) Prajurit Tentara Nasional Indonesia; dan

3) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

g. Terhadap instansi Pemerintah dapat dikenakan tarif sebesar Rp0,00 (nol rupiah)

untuk tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dari: 97

1) Pelayanan Pendaftaran Tanah berupa Pelayanan Pemeliharaan Data

Pendaftaran Tanah;

2) Pelayanan Informasi Pertanahan; dan

3) Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda-benda Tetap Milik

Perseorangan Warga Negara Belanda (P3MB)/Peraturan Presidium Kabinet

Dwikora Nomor 5/Prk/1965.

2.2 Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam Mekanisme APBN

Penerimaan negara bukan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan

negara yang dituangkan dalam APBN, sehingga pengelolaannya harus sesuai

dengan mekanisme APBN. Pasal 3 ayat (5) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara menyatakan “Semua penerimaan yang menjadi hak dan

96 Ibid., Pasal 23 ayat (5) dan ayat (6).

97 Ibid., Pasal 24.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam tahun anggaran yang

bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.”98 Dalam Pasal 5 UU Nomor 20

Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dinyatakan bahwa seluruh

Penerimaan Negara Bukan Pajak dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

Demikian juga dengan penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari

kegiatan tertentu yang dapat digunakan oleh kementerian negara/lembaga yang

memungutnya/mengelolanya. Peraturan Pemerintah tentang Penggunaan

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, PP

Nomor 73 Tahun 1999, Pasal 3 menyatakan “Seluruh Penerimaan Negara Bukan

Pajak dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.” 99

Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 3 ayat (5) UU Nomor 17 Tahun 2003

di atas, yang harus dimasukkan dalam APBN bukan hanya semua penerimaan yang

menjadi hak negara, melainkan juga pengeluaran yang menjadi kewajiban negara

dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Berkenaan dengan pengelolaan PNBP

pada Badan Pertanahan Nasional, dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006

tentang Badan Pertanahan Nasional Pasal 52 dinyatakan “Segala biaya yang

diperlukan untuk pelaksanaan tugas Badan Pertanahan Nasional, dibebankan

kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.”100

Agar penerimaan negara bukan pajak dapat dikelola dengan mekanisme

APBN, maka hal-hal berkenaan dengan penerimaan negara bukan pajak tersebut

harus mengikuti pola yang ada dalam siklus APBN yang meliputi: perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.

2.2.1 Perencanaan/Penyusunan Anggaran dalam Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

98 Indonesia, Undang-undang Tentang Keuangan Negara, op.cit., Pasal 3 ayat (5).

99 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, PP Nomor 73 Tahun 1999, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor: 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3871), Pasal 3.

100 Indonesia, Peraturan Presiden tentang Badan Pertanahan Nasional, Perpres Nomor 10 Tahun 2006, Pasal 52.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) disusun sesuai dengan

kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam

menghimpun pendapatan negara. Penyusunan Rancangan APBN berpedoman

kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan

bernegara.101

Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga

selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran

kementerian negara/lembaga tahun berikutnya. Rencana kerja dan anggaran

kementerian negara/lembaga disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai

disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran

yang sedang disusun. Rencana kerja dan anggaran tersebut disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan

rancangan APBN. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan

kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang

tentang APBN tahun berikutnya. 102 Rancangan Undang-undang tentang APBN

selanjutnya diajukan oleh Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Setelah APBN ditetapkan, Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen

pelaksanaan anggaran untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya

berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden.103

Dalam pelaksanaannya, proses penyusunan rancangan undang-undang

tentang APBN sampai dengan pengajuannya ke DPR dapat diilustrasikan dengan

gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1

RKA-KL dalam Penyusunan RAPBN104

101 Indonesia, Undang-undang tentang Keuangan Negara, op.cit. Pasal 12 ayat (1) dan ayat

(2).

102 Ibid., Pasal 14.

103 Indonesia, Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara, op.cit., Pasal 14 ayat (2).

104 Direktorat Jenderal Anggaran, “Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL Tahun Anggaran 2011,” http://www.anggaran.go.id/, diunduh 8 Nopember 2010.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Penyusunan RUU APBN diawali dengan penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) oleh seluruh satuan kerja yang

berada di lingkungan masing-masing kementerian negara/lembaga untuk

selanjutnya dikonsolidasikan menjadi dokumen RKA-KL. Dokumen RKA-KL

disusun sesuai dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis

belanja.

Dokumen RKA-KL yang telah ditandatangani oleh menteri/pimpinan

lembaga selanjutnya diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dilakukan

pembahasan antara Komisi terkait di DPR dengan kementerian negara/lembaga.

Apabila terdapat hal-hal yang tidak disetujui oleh DPR, terhadap RKA-KL

dilakukan penyesuaian untuk selanjutnya diajukan kembali kepada DPR. Hasil

pembahasan RKA-KL antara DPR dengan BPN diserahkan kepada Meneteri

Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran. Seluruh RKA-KL yang telah dibahas

dengan DPR selanjutnya dijadikan acuan oleh Menteri Keuangan untuk menyusun

Rancangan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU

APBN) dan Nota Keuangan untuk diajukan/disampaikan kepada DPR. Proses

penyusunan RKA-KL oleh satuan kerja menjadi RUU APBN dikenal sebagai

bottom up system. RUU APBN yang diajukan oleh Presiden kepada DPR dibahas

bersama antara Pemerintah dengan DPR untuk mendapatkan persetujuan DPR.

RKA-KL yang telah ditanda-

tangani

KOMISI Terkait (DPR) dengan

K/L

KEMKEU c.q. DJA

• Kesesuaian dengan Pagu Sementara, Prakiraan Maju, dan Standar Biaya;

• Kesesuaian dengan TOR, RAB dan Dokumen Terkait;

• Relevansi pencantuman target kinerja dan komponen input;

RAPBN, RUU APBN, Nota Keuangan, dan Himpunan RKA-KL

DPR

dibahas

ditelaah

Sebagai dasar

pembahasan

disampaikan

Dalam hal RKA-KL hasil pembahasan belum

diterima, RAPBN, RUU APBN, Nota Keuangan dan Himpunan RKA-KL disusun berdasarkan RKA-KL yang

disampaikan oleh Kementerian

Negara/Lembaga.

Hasil 1

2

3

4

5

6

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Dalam hal pembahasan RAPBN antara Pemerintah dengan DPR tidak

mengakibatkan perubahan RKA-KL, maka RKA-KL yang telah disepakati DPR

menjadi dasar penyusunan Satuan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Satuan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dijabarkan lebih lanjut untuk setiap satuan

kerja menjadi Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK).

Dalam hal terjadi perubahan RKA-KL berdasarkan hasil kesepakatan dalam

pembahasan RAPBN antara Pemerintah dengan DPR, Menteri/Pimpinan Lembaga

melakukan penyesuaian RKA-KL. Penyesuaian RKA-KL disampaikan kepada

DPR untuk mendapat persetujuan. Penyesuaian RKA-KL yang telah disetujui DPR

menjadi dasar penyesuaian Satuan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan

penyusunan SAPSK.

RKA-KL yang telah disetujui oleh DPR menjadi dasar penyusunan

Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP).

Ilustrasi RKA-KL setelah pagu definitif seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.2

RKA-KL setelah Pagu Definitif105

105 Ibid.

Penyesuaian RKA-K/L

RKA-K/L tidak berubah dan

disetujui

Satuan Anggaran K/L SAPSK

Perpres RABPP

RKA-K/L berubah Satuan

Anggaran K/L

SAPSK

DPR

1

3

3 1 2

4

2

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 38: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

(RABP) menjadi dasar bagi penyusunan dan pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA). DIPA inilah yang menjadi dasar pelaksanaan anggaran oleh tiap-

tiap satuan kerja.

2.2.2 Pelaksanaan Anggaran

Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah untuk

melakukan penerimaan dan pengeluaran negara.106 Setiap kementerian

negara/lembaga yang mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan

perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

Penerimaan kementerian negara/lembaga tersebut harus disetor seluruhnya ke Kas

Negara pada waktunya dan tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai

pengeluaran. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan

kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah

disahkan.107

2.2.2.1 Penerimaan dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak

Pelunasan kewajiban pembayaran PNBP oleh wajib bayar dapat dilakukan

oleh wajib bayar secara langsung melalui Bank/Pos yang terhubung dengan Modul

Penerimaan Negara (MPN)108 atau melalui bendahara penerimaan. Dalam hal

pembayaran PNBP melalui bendahara penerimaan, maka seluruh Penerimaan

Negara Bukan Pajak wajib setor langsung secepatnya ke Kas Negara.

Pasal 4 UU Nomor 20 Tahun 1997 secara tegas menyatakan “Seluruh

Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor langsung secepatnya ke Kas

106 Indonesia, Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara, op.cit., Pasal 3 ayat (1).

107 Indonesia, Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara, op.cit., Pasal 17 dan Pasal 16 ayat (1).

108 Modul Penerimaan Negara (MPN) adalah modul penerimaan yang memuat serangkaian prosedur mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara dan merupakan bagian dari Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Penatausahaan Penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara, op.cit., Pasal 1 butir 1.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 39: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Negara.” Dalam peraturan-peraturan pelaksanaan UU Nomor 20 Tahun 1997,

ketentuan ini juga dirumuskan secara tegas. Pasal 2 PP No. 22 Tahun 1997 tentang

Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak menyatakan “Seluruh jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 wajib disetor langsung ke Kas Negara.” 109 Ketentuan ini mewajibkan

Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen untuk menyetor seluruh

penerimaan negara bukan pajak yang dikelolanya ke Kas Negara. 110

Kewajiban menyetor seluruh penerimaan negara bukan pajak ke rekening

Kas Negara termasuk penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari kegiatan

tertentu yang dapat digunakan oleh kementerian negara/lembaga yang

memungutnya/mengelolanya. Dalam Peraturan Pemerintah tentang Penggunaan

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, PP

Nomor 73 Tahun 1999, Pasal 2 menyatakan “Seluruh Penerimaan Negara Bukan

Pajak wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.”111 Demikian juga dengan

Badan Pertanahan Nasional yang dapat menggunakan kembali Penerimaan PNBP

yang dikelolanya, PP Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan

Nasional, Pasal 26 menyatakan “Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

berlaku pada Badan Pertanahan Nasional wajib disetor langsung secepatnya ke Kas

Negara.” 112

Penyetoran PNBP ke rekening Kas Negara ini mempunyai arti yang sangat

penting bagi negara maupun wajib bayar. Selain untuk ketertiban penatausahaan

PNBP dalam rangka pengelolaan keuangan negara, penyetoran PNBP ke Kas

Negara berkaitan dengan pengakuan pelunasan kewajiban pembayaran PNBP.

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-78/PB/2006

109 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak, op.cit., Pasal 2.

110 Ibid., Penjelasan Pasal 2.

111 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, op.cit., Pasal 2.

112 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional, op.cit., Pasal 26. Ketentuan ini sama dengan ketentuan pada PP Nomor 46 Tahun 2002 yang berlaku sebelumnya, yaitu pada Pasal 24.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 40: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

tentang Penatausahaan Penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara,

diatur sebagai berikut:

Pasal 3

(1) Setiap transaksi penerimaan negara harus mendapat NTPN. (2) Penerimaan negara yang disetor oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib

Setor/Bendahara Penerimaan diakui pada saat masuk ke Rekening Kas Negara dan mendapatkan NTPN.

(3) NTPN dan NTB yang terdapat pada dokumen sumber merupakan pengesahan atas penerimaan negara melalui Bank.

(4) NTPN dan NTP yang terdapat pada dokumen sumber merupakan pengesahan atas penerimaan negara melalui Pos.

(5) NTPN dan NPP merupakan pengesahan atas penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM.

2.2.2.2 Pencairan Dana APBN

Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh

Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara. Untuk kelancaran

pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga kepada Pengguna Anggaran/Kuasa

Pengguna Anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara

Pengeluaran. Dengan uang persediaan yang dikelolanya, Bendahara Pengeluaran

dapat melakukan pembayaran atas pelaksanaan kegiatan instansi pemerintah.113

Selain itu, pembayaran atas pelaksanaan kegiatan instansi pemerintah juga dapat

dilakukan sebagai pembayaran langsung kepada yang berhak.114 Pembayaran

langsung ini dilakukan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) yang

merupakan surat perintah kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara

Umum Negara untuk membayar secara langsung kepada pihak ketiga, tanpa melalui

Bendahara Pengeluaran, atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja

lainnya.115

113 Indonesia, Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara, op.cit., Pasal 19 ayat (1)

dan Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3).

114 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, op.cit., Pasal 11 ayat (1).

115 Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, op.cit., Pasal 1 butir 9.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 41: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Mekanisme pencairan dana PNBP dapat diuraikan secara ringkas sebagai

berikut.

a) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk

menyampaikan Surat Perintah Membayar (SPM)116 beserta kelengkapannya

kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

b) KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)117 atas dasar SPM

yang diajukan, bilamana SPM yang diajukan memenuhi syarat yang ditentukan.

Sebelum menerbitkan SP2D, KPPN melakukan pengujian SPM yang mencakup

pengujian yang bersifat substansif dan formal. 118 SP2D diterbitkan dalam

rangkap tiga, lembar pertama (asli) SP2D disampaikan kepada Bank

Operasional.

c) Atas dasar SP2D yang diterimanya, Bank Operasional melakukan

pembayaran/pemindahbukuan kepada pihak yang tercantum dalam SP2D,

apakah Bendahara Pengeluaran atau langsung kepada pihak ketiga.

2.2.2.3 Penggunaan Dana APBN

Sebagian dana dari beberapa jenis penerimaan negara bukan pajak dapat

digunakan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis penerimaan negara

116 Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna

Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan. Ibid., Pasal 1 butir 12.

117 Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. Ibid., Pasal 1 butir 13.

118 Pengujian substantif dilakukan untuk: (a) menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM, (b) menguji ketersediaan dana pada kegiatan/sub kegiatan/MAK dalam DIPA yang ditunjuk dalam SPM tersebut, (c) menguji dokumen sebagai dasar penagihan (Ringkasan Kontrak/SPK, Surat Keputusan, Daftar Nominatif Perjalanan Dinas), (d) menguji surat pernyataan tanggung jawab (SPTB) dari kepala kantor/satker atau pejabat lain yang ditunjuk mengenai tanggung jawab terhadap kebenaran pelaksanaan pembayaran, dan (e) menguji faktur pajak beserta SSP-nya. Pengujian formal dilakukan untuk: (a) mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPM dengan spesimen tandatangan, (b) memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf, serta (c) memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan. Ibid., Pasal 11 dan Pasal 12.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 42: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

bukan pajak tersebut oleh instansi yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan

kegiatan tertentu meliputi kegiatan:119

a. penelitian dan pengembangan teknologi;

b. pelayanan kesehatan;

c. pendidikan dan pelatihan;

d. penegakan hukum;

e. pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu;

f. pelestarian sumber daya alam.

Sebagian dana Penerimaan Negara Bukan Pajak tersebut dapat digunakan

untuk menyelenggarakan kegiatan tertentu pada Instansi bersangkutan dalam

rangka pembiayaan operasional dana pemeliharaan dan/atau investasi, termasuk

peningkatan kualitas sumber daya manusia. 120

Penggunaan sebagian dana dari suatu jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

tersebut harus tetap memenuhi ketentuan sebagai berikut: 121

a. Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor langsung secepatnya ke

Kas Negara.

b. Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak dikelola dalam sistem Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

Adapun bagian dana penerimaan negara bukan pajak yang dapat digunakan

ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 122 Bagian dana penerimaan negara bukan pajak

yang dapat digunakan tersebut disediakan dalam suatu dokumen anggaran tahunan

yang berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisasi. 123

119 Indonesia, Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, op.cit., Pasal 8

ayat (1) dan ayat (2) jo. Peraturan Pemerintah tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, op.cit., Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3).

120 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, op.cit., Pasal 8 ayat (1).

121 Indonesia, Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, op.cit., Pasal 8 ayat (2) jo. Peraturan Pemerintah tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, op.cit., Pasal 4 ayat (3).

122 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu, op.cit., Pasal 4 ayat (2).

123 Ibid., Pasal 8 ayat (2).

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 43: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

Pada akhir tahun anggaran, uang persediaan pada Bendahara Pengeluaran

tidak selalu habis digunakan untuk membiayai kegiatan pada tahun anggaran yang

bersangkutan sehingga terdapat saldo lebih. Dalam hal ini, saldo lebih dari sebagian

dana penerimaan negara bukan pajak, pada akhir tahun anggaran wajib disetor

seluruhnya ke Kas Negara. 124

Demikian juga dengan pembiayaan yang telah disediakan dalam suatu

dokumen anggaran. Pembiayaan yang telah disediakan dalam suatu dokumen

anggaran, namun belum dilaksanakan atau belum diselesaikan dalam tahun

anggaran yang bersangkutan dapat dicantumkan pada dokumen anggaran tahun

berikutnya melalui revisi anggaran.125

2.2.3 Pertanggungjawaban Anggaran

Dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, Menteri

Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

untuk disampaikan kepada Presiden. Dalam menyusun Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat tersebut menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna

Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang

meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan

dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian

negara/lembaga masing-masing.126

Pengelolaan dana PNBP merupakan bagian dari pelaksaanaan dana APBN

yang harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban dana PNBP dituangkan

dalam laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran

yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas,

dan Catatan atas Laporan Keuangan.127

124 Ibid., Pasal 9 ayat (1).

125 Ibid., Pasal 9 ayat (2).

126 Indonesia, Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara, op.cit., Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2).

127 Indonesia, Undang-undang tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara, Op.cit., Pasal 1 butir 9.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.

Page 44: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum … BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan

1) Laporan Realisasi APBN, yaitu laporan yang menggambarkan antara APBN

dengan realisasinya, mencakup unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

2) Neraca, yaitu laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah

pusat/daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

3) Laporan Arus Kas, yaitu laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber,

penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama periode akuntansi, serta saldo

kas dan setara kas pada akhir periode akuntansi.

4) Catatan atas Laporan Keuangan, yaitu laporan yang menyajikan informasi

tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang

memadai, antara lain mengenai dasar penyusunan laporan keuangan (cash basic

atau acrual basic), kebijakan akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi

tambahan yang diperlukan.

Pengaturan dan..., Rifai Yusup, FH UI, 2011.