18
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik factor internal maupun eksternal.Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012.) 2.1.2 Pengertian Perilaku Mencuci Tangan Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit yang menjadi program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Sekolah (Kemenkes RI, 2011).PHBS merupakan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.Sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku 2.pdf · tidakmendapatkan perawatan yang tepat maka diare dapat berakibat fatal terutama apabila diare tersebut terjadi

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Perilaku

    2.1.1 Definisi Perilaku

    Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

    hidup)yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau

    aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

    antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,

    menulis,membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).Perilaku adalah

    merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,yang merupakan hasil

    bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik factor internal maupun

    eksternal.Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap

    dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012.)

    2.1.2 Pengertian Perilaku Mencuci Tangan

    Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit yang

    menjadi program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Sekolah (Kemenkes

    RI, 2011).PHBS merupakan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru

    dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

    pembelajaran.Sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan

    kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.Cuci

    tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain itu mencuci

    tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit

  • 6

    permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah air

    yang mengalir (Potter, 2005) Menurut Garner dan Fayero (1986) dalam Potter dan

    Perry (2005), mencuci tangan paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan

    mikroorganisme transient paling banyak dari kulit, jika tangan tampak kotor,

    dibutuhkan waktu yang lebih lama.

    Menurut Depkes (2009), cuci tangan pakai sabun adalah salah satu

    tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air

    dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai

    kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya

    pencegahan penyakit.Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.Penggunaan

    sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari

    dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran

    di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau

    wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah

    menggunakan sabun.

    Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan kebiasaan yang bermanfaat

    untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab

    penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan

    beberapa peralatan berikut : sabun antiseptic, air bersih, dan handuk atau lap

    tangan bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20-

    30 detik (PHBS-UNPAD, 2010). Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006),

    terdapat 2 teknik mencuci tangan, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan

    mencuci tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol.

  • 7

    2.1.3 Waktu yang Tepat untuk CuciTangan

    Menurut Depkes (2011), waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah:

    1. Sebelum dan setelah makan

    2. Sebelum memegang makanan

    3. Sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata

    4. Setelah bermain/berolahraga

    5. Setelah BAK dan BAB

    6. Setelah buang ingus

    7. Setelah buang sampah

    8. Setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan peliharaan

    9. Sebelum mengobati luka

    2.1.4 Cara Cuci Tangan yangBenar

    Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air

    yang mengalir.Sedangkan menurut Depkes (2009), langkah-langkah teknik

    mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut.

    1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

    2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan.

    3. Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari.

    4. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya)

    dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan

    kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.

    5. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling

    mengunci.

    6. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar.

    Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.

  • 8

    7. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan

    ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.

    8. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan

    memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.

    9. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.

    10. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan kran,

    tutup kran dengan tissue.

    2.1.5 Hubungan Cuci Tangan denganKesehatan

    Menurut Depkes (2009) penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

    mencuci tangan dengan sabun adalah:

    1. Diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak

    balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan

    bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare

    hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air,

    namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran

    manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab

    diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat

    manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah

    menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan

    peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan

    tempat makannya yang kotor.

    2. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak

    balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran

  • 9

    pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen

    pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dengan

    menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic)

    yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit

    pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik

    menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan

    sesudah makan/ buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi.

    3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah

    membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan

    sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata

    seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.

    2.1.6 Hubungan Cuci Tangan dengan JenisKelamin

    Jenis kelamin dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang, antara laki-

    laki dan perempuan terdapat perbedaan kebiasaan mengenai pola hidup bersih

    (Cupuwatie, 2010). Penelitian yang dilakukan di tujuh kota di Korea Selatan

    dengan 2800 responden yang diobservasi, Jeong et al (2007) menemukan bahwa

    63,4% responden mencuci tangannya setelah menggunakan kamar mandi umum

    dan yang lebih sering mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi umum

    adalah yang berjenis kelamin perempuan. Penelitian lain oleh Johnson, et al

    (2003) mengemukakan bahwa tingginya angka cuci tangan pada wanita dibanding

    pria dipengaruhi oleh perilaku penglihatan. Pada penelitian yang dilakukan,

    Johnson, et al memasang tanda peringatan yang mengingatkan orang untuk

    mencuci tangan di kamar mandi umum, hasil observasi pada 175 responden (95

  • 10

    wanita dan 80 pria) didapatkan 61% wanita dan 37% pria mencuci tangan pada

    keadaan ada tandaperingatan.

    2.1.7 Hubungan Cuci Tangan dengan SumberInformasi

    Sumber informasi dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang, disebabkan

    karena sumber informasi tertentu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku

    seseorang untuk cuci tangan dengan benar (Cupuwatie, 2010). Salah satu sumber

    informasi yang dapat meningkatkan tingkat kepatuhan cuci tangan adalah orang

    tua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Catalina Lopez, et al kepada

    anak-anak dengan jumlah sampel 645 menunjukkan bahwa anak-anak mencuci

    tangan setelah mendapat informasi dari orang tua sebesar 88,5%, dari sekolah

    66,7%, dari media 56,8%. Selain itu, siswa yang mendapat informasi dari orang

    tua cenderung dua kali lebih benar dalam mencuci tangan dibandingkan dengan

    tidak mendapat informasi dari orang tua (Nutbeam,1998).

    2.1.8 Pertumbuhan dan Perkembangan anak

    Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah,

    ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupn individu, yang bisa diukur dengan

    ukuran berat (gram, pound, kilogram),ukuran panjang (cm, meter), umur tulang

    dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

    Perkembangan (development)adalah bertambahnya kemampuan (skill)

    dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

    dapat di ramalkan,, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut

    adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

  • 11

    sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat

    memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

    tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

    Memahami pertumbuhan dan perkembangan normal membantu perawat

    memperkirakan,mencegah dan mendeteksi penyimpangan dari bentuk yang

    diharapkan klien. Perkembangan adalah perubahan bentuk yang dimulai saat

    konsepsi dan terus berlanjut sepanjang satu masa masa kehidupan(Santrock,

    2007.) bentuk ini termasuk perubahan bioligis, kognitif, dan emosional yang

    terjadi selama masa kehidupan individu. Perkembangan bersifat dinamis dan

    melibatkan progesivitas dan penurunan. Sebagai contoh perkembangan kognitif,

    pada usia lanjut dapat dilihat dari sikap bijaksana dalam mengambil keputusan

    karena adanya factor pengalaman, tetapi mereka sulit bertindak seperti orang

    muda saat dibutuhkan kecepatan dalam memproses imformasi(Baltes dan

    Kunzmann 2004 ; Santrock, 2007.) pertumbuhan mencangkup perubahan fisik

    yang terjadi sejak periode prenatal sampai masa dewasa lanjut yang dapat berupa

    kemajuan atau kemunduran. Anak yang berusia muda prtumbuhannya lebih cepat

    dibanding anak yang lebih tua, dan pada waktu dewasa pertumbuhan tinggi badan

    berhenti. Memasuki usia lanjut akan terjadi penurunan tinggi badan yang diikuti

    penyusutan tulang dan otot.(Berger, 2005.)

    Individu memiliki bentuk pertumbuhan dan perkembangan tertentu.

    Kemajuan dalam setiap fase perkembangan akan mempengaruhi kesehatan

    individu, keberhasilan atau kegagalan dalam suatu fase akan mempengaruhi

    kemampuannya untuk menyelesaikan fase berikutnya. Jika individu mengalami

    perkembangan yang berulang, akan terjadi kecacatan sebaliknya, jika individu

  • 12

    mengalami keberhasilan yang berulang, akan meningkatkan kesehatan. Seorang

    anak yang belajar berjalan pada usia 20 bulan menunjukan keterlambatan

    perkembangan motorik kasar. Seorang anak yang usia 10 hulan yang sudah bisa

    berjalan, akan mampu meningkatkan pembelajarannya melalui eksplorasi

    lingkungan. Perawat perlu mengambil suatu perspektif masa hidup dari

    perkembangan manusia yang menempatkannya dalam perhitungan semua

    tingkatan kehidupan. Secara tradisional perkembangan difokuskan pada masa

    anak-anak tetapi secara keluruan perkembangan mencangkup juga perubahan

    yang terjadi pada usia dewasa(Elder danShanahan 2006). Perawat juga

    mempertimbangkan pengaruh budaya dan konteksnya saat mengkaji pertumbuhan

    dan perkembangan klien.

    Perkembangan adalah perubahan yang dialami individu menunju ke tingkat

    kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sistematis,

    progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf,

    2002). Kemudian menurut Depkes (2005) perkembangan adalah bertambahnya

    struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,

    gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.

    2.2 Konsep Diare

    2.2.1 Pengertian Diare

    Diare adalah suatu kondisi di mana buang air besar ( BAB) encer atau

    bahkan dapat berupa air saja (mencret) biasanya lebih dari 3 kali dalam sehari

    (Ayu Putri Ariani 2012 )

  • 13

    Diare atau pennyakit diare (Diarrheal Disease) berasal dari bahasa yunani

    yaitu diarroi yang artinya mengalir terus adalah keaadaan abnormal dari

    pengeluaran tinja (Ayu Putri Ariani 2012 )

    Diare adalah penyakit yang di tandai dengan meningkatnya frekuensi buang

    air besar (BAB) 3 kali sehari di sertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi

    lebih cair atau setengah padat) dengan atau tanpa lendir dengan darah

    Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar (BAB)

    dengan konsisten lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya

    lebih sering (biasanya tiga kali atau lebi) dalam satu hari (Ayu Putri Ariani).

    2.2.2 Insiden KejadianDiare

    Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai denganperubahan bentuk dan

    konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak

    lebih dari biasanya(umumnyatiga atau lebih dalam sehari).Penyakit ini dapat

    digolongkan penyakit ringan, tetapi jika terjadi secara mendadak dan

    tidakmendapatkan perawatan yang tepat maka diare dapat berakibat fatal terutama

    apabila diare tersebut terjadi pada anak-anak.Penyakit diare yang ditangani di

    Kota Surabaya pada tahun2015 sebanyak 65.447 kasus dari 60.960 perkiraan

    kasus yang ada Atau sebesar 107,36%. Semua kasus diare yang ditemukan telah

    mendapatkan penanganan sesuai standar

    Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan

    penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi kematian 3,5%. Sedangkan

    berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-

    3 setelah TB dan Pneumonia (Kemenkes RI, 2011). Prevalensi diare dalam

  • 14

    riskesdas tahun 2007 diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi

    di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 18,9% dan terendah di

    Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta sebesar 4,2%. Beberapa provinsi yang

    mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,

    Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan

    Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan

    Papua).

    Data dari laporan hasil riskesdas Provinsi Banten tahun 2007, menunjukkan

    prevalensi diare di Provinsi Banten pada kelompok umur 5– 14 tahun yang pernah

    didiagnosis diare oleh tenaga kesehaan dalam satu bulan terakhir sebesar 4,8%,

    sedangkan yang menyatakan pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut

    pernah menderita buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan kotoran

    lembek/cair sebesar 10,3%, serta yang menderita diare sudah minum oralit atau

    cairan gula garam sebesar33,8%.

    2.2.3 Etiologi Diare

    Menurut Setyowati dan Hurhaeni dalam (Ayu Putri Ariani 2012) faktor

    penyebab diare dibedakan atas:

    a. Faktor infeksi

    1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yangmerupakan penyebab

    utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:

    a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,dll

    b) Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus,dll

    c) Infestasi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur

  • 15

    2) Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar pencernaan, seperti

    Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis

    dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2

    tahun.

    b. Faktormalabsorbsi

    1. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida dan Monosakarida. Pada bayi dan

    anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa

    2. Malabsorbsi lemak.

    3. Malabsorbsi protein.

    c. Faktor makanan:

    1. Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

    d. Faktor psikologis:

    1. Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama

    pada anak yang lebih besar.Penyebab yang sering ditemukan di lapangan

    ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan

    (Depkes RI, 2011).

    2.2.4 Cara Penularan dan FaktorRisiko

    Menurtu Subagyo B dan Nurtjahjo BS (2010), cara penularan diare melalui

    cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau

    kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5F =

    faeces, flies, food, fluid, finger). Berdasarkan penelitian Budi (2006), faktor-faktor

    yang mempengaruhi kejadian diare pada anak adalah sebagai berikut:

  • 16

    1. Sumber Air

    Di dapatkan ada hubungan yang signifikan antara sumber air dengan kejadian

    diare. Penyakit seperti diare, disentri, dan paratipus dapat dipengaruhi oleh

    sumber air.Penggunaaan air minum dari sumber air yang tercemar, dapat

    menyebarkan banyak penyakit salah satunya diare.Dan jika pipa air minum dan

    persediaan air kita disambung kurang benar, berarti kita membuka diri sendiri

    terhadap banyak penyakit seperti diare, disentri, paratipus dan lain

    sebagainya.Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu

    dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi

    mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah.

    2. Jamban

    Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

    jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap

    penyakit diare.Jamban yang baik sebaiknya berjauhan dengan sumber air

    minum, paling sedikit 10 meter.

    a. KebiasaanJajan

    Kebiasaan jajan anak usia sekolah dasar sangat berpengaruh pada penyakit

    diare. Demikian pula dengan anak jalanan yang sebagian besar berusia usia

    sekolah dasar. Mereka lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Tidak

    banyak anak yang memperoleh kesempatan mempunyai uang saku yang

    banyak, karena itulah mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah,

    biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah pula

    kualitasnya. Hal ini berakibat digunakannya bahan-bahan makanan yang

    kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman.Itulah sebabnya anak-

    anak yang telah mulai suka jajan sering terkena penyakit diare.

  • 17

    b. Kebiasaan Cuci Tangan SebelumMakan

    Perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan

    kejadian diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat

    menghindarkan diri dari diare.Apabila kita selalu mencuci tangan, kondisi

    tangan kita selalu bersih, sehingga dalam melakukan aktivitas terutama

    makan tangan yang kita gunakan selalu bersih sehingga tidak ada kuman

    yang masuk ke dalam tubuh.

    2.2.5 Jenis dan KlasifikasiDiare

    Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism(makhluk hidup)yang

    bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas

    dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:

    berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

    sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

    Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,

    yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik factor

    internal maupun eksternal.Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu

    pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012).

    Menurut Depkes RI (2011), jenis diare ada dua, yaitu diare akut, diare

    persisten atau diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari

    14 hari, sementara diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung

    lebih dari 14 hari. Menurut Hidayat (2005), klasifikasi diare dapat dikelompokkan

    menjadi lima yaitu:

  • 18

    1. Diare Dehidrasi Berat : Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai

    berikut letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor

    kulit jelek.

    2. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan : Diare ini mempunyai tanda seperti

    gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulitjelek.

    3. Diare Tanpa Dehidrasi : Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda

    pada dehidrasi berat atauringan.

    4. Diare Persisten : Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari.

    5. Disentri : Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan

    saluran pencernaan

    2.2.6 PatofisiologiDiare

    Menurut Setyowati dan Hurhaeni dalam Hidayat (2006), proses terjadinya

    diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya:

    1. Faktor infeksi : Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)

    yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus

    dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.

    Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan

    gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan

    adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus

    sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan

    elektrolit akan meningkat.

    2. Faktor malabsorbsi : Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang

    mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan

  • 19

    elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga

    terjadilahdiare.

    3. Faktor makanan : Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap

    dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan

    penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian

    menyebabkandiare.

    4. Faktor psikologis : Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik

    usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat

    menyebabkandiare.

    2.2.7 Manifestasi KlinisDiare

    Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila

    terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic.Gejala

    gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah.Sedangkan manifestasi

    sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.Penderita dengan diare cair

    mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan

    bikarbonat.Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan

    kehilangan air juga meningkat bila ada panas.Hal ini dapat menyebabkan

    dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia.Dehidrasi merupakan keadaan

    yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps

    kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.Dehidrasi yang terjadi

    menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik

    (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa

    dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

  • 20

    2.2.8 KomplikasiDiare

    Menurut IDAI (2010), komplikasi dari diare dapat menyebabkan:

    1. Gangguanelektrolit

    a. Hipernatremia edema otak

    b. Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan shigellosis dan pada anak

    malnutrisi beratedema

    c. Hiperkalemia

    d. Hipokalemia kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan

    aritmia jantung

    2. Kegagalan upaya rehidrasi oral : misalnya pengeluaran tinja cair yang sering

    dengan volume yang banyak, muntah yang menetap, tidak dapat minum,

    kembung dan ileus paralitik serta malabsorbsiglukosa

    3. Kejang, biasanya pada anak yang mengalami dehidrasi

    2.2.9 PenatalaksanaanDiare

    Menurut Kemenkes RI (2011), berikut penatalaksanaan diare berdasarkan

    klasifikasinya.

    1. Dehidrasi tanpadehidrasi:

    a) Beri cairan lebih banyak daribiasanya

    b) Beri Oralit sampai diare berhenti dengan ketentuan: umur > 1 tahun diberi

    100-200 ml setiap kali berak. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan

    sedikit demisedikit.

  • 21

    2. Beri obat zinc

    Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat

    diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang.

    Dengan ketentuan: umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.

    3. Beri makanan untuk mencegah kuranggizi

    a) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu

    anaksehat

    b) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsimakan

    c) Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.

    d) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-

    4jam)

    e) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan

    selama 2minggu

    4. Antibiotic hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya: disentri, kolera, dll

    a. Dehidrasiringan/sedang:

    1) Jumlah oralit yang diberikan dalam tiga jam pertama adalah 75 ml/kg bb.

    Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:

    5. PencegahanDiare

    Pengobatan diare penting jika seseorang telah menderita diare. Akan

    tetapi bagi anak yang masih sehat akan lebih bermakna jika pencegahan diare

    dapat dilakukan. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.Menurut

    WHO (2009) dalam Ernawati (2012), mencuci tangan dengan sabun telah

    terbukti mengurangi kejadian penyakit diare kurang lebih 40%.Mencuci tangan

    disini lebih ditekankan pada saat sebelum makan maupun sesudah buang air

  • 22

    besar.Cuci tangan menjadi salah satu intervensi yang paling cost effective

    untuk mengurangi kejadian diare pada anak.Disamping mencuci tangan

    pencegahan diare dapat dilakukan dengan meningkatkan sanitasi dan

    peningkatan sarana air bersih.Sebab 88% penyakit diare yang ada di dunia

    disebabkan oleh air yang terkontaminasi tinja, sanitasi yang tidak memadai,

    maupun hygiene perorangan yangburuk.