36
11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arrest Rumah sakit memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kondisi seran gan jantung sampai terjadi cardiac arrest baik terjadi di rumah sakit (IHCA) atau terjadi di luar rumah sakit (OHCA). Keberhasilan dalam penanganan pasien yang mengalami cardiac arrest untuk kelangsungan hidup pasien sangat bervariasi antara IHCA dan OHCA, hal ini didasarkan pada berbagai faktor, termasuk didalamnya adalah etiologi IHCA dan OHCA, populasi pasien yang terkena dan komordibitas, jarak antara pasien dengan tempat pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan staf rumah sakit yang terlatih dan profesional. Tujuan mendasar dari proses penanganan cardiac arrest adalah pasien mengalami kembalinya sirkulasi spontan (ROSC), mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang memicu terjadinya kembali, memperbaiki pasca cardiac arrest dan pemulihan neurologis membaik, serta penanganan kegagalan organ multisistem. Penanganan pasca resusitasi yang terkoordinasi, memiliki kualitas yang tinggi serta komprehensif, serta status neurologis yang membaik dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien (Graham, et al, 2015; Knafelj, et al, 2007 & Sunde, et al, 2007). 2.1.1 Definisi Cardiac Arrest Cardiac Arrest atau henti jantung adalah penghentian aktifitas pompa jantung efektif yang mengakibatkan penghentian sirkulasi. Terdapat hanya dua tipe henti jantung, yaitu cardiac standstill (asistol) dan fibrilasi ventrikel plus format lain dari kontraksi ventrikel tak efektif, seperti flutter ventrikel, dan yang jarang terjadi takikardia ventrikel ( Muttaqin, 2012).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Cardiac Arrest

Rumah sakit memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami kondisi seran gan jantung sampai

terjadi cardiac arrest baik terjadi di rumah sakit (IHCA) atau terjadi di luar rumah

sakit (OHCA). Keberhasilan dalam penanganan pasien yang mengalami cardiac

arrest untuk kelangsungan hidup pasien sangat bervariasi antara IHCA dan

OHCA, hal ini didasarkan pada berbagai faktor, termasuk didalamnya adalah

etiologi IHCA dan OHCA, populasi pasien yang terkena dan komordibitas, jarak

antara pasien dengan tempat pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan staf

rumah sakit yang terlatih dan profesional. Tujuan mendasar dari proses

penanganan cardiac arrest adalah pasien mengalami kembalinya sirkulasi

spontan (ROSC), mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang memicu

terjadinya kembali, memperbaiki pasca cardiac arrest dan pemulihan neurologis

membaik, serta penanganan kegagalan organ multisistem. Penanganan pasca

resusitasi yang terkoordinasi, memiliki kualitas yang tinggi serta komprehensif,

serta status neurologis yang membaik dapat meningkatkan kelangsungan hidup

pasien (Graham, et al, 2015; Knafelj, et al, 2007 & Sunde, et al, 2007).

2.1.1 Definisi Cardiac Arrest

Cardiac Arrest atau henti jantung adalah penghentian aktifitas pompa

jantung efektif yang mengakibatkan penghentian sirkulasi. Terdapat hanya

dua tipe henti jantung, yaitu cardiac standstill (asistol) dan fibrilasi

ventrikel plus format lain dari kontraksi ventrikel tak efektif, seperti flutter

ventrikel, dan yang jarang terjadi takikardia ventrikel ( Muttaqin, 2012).

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

12

Herman (2010) mengatakan cardiac arrest merupakan abnormalitas

system konduksi – ritmitas yang sangat berbahaya karena semua impuls

ritmik berhenti total, tidak ada lagi irama spontan yang muncul dijantung.

AHA (2015) cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-

tiba dan mendadak, dapat terjadi pada seseorang yang sudah terdiagnosa

penyait jantung ataupun tidak. Kejadian cardiac arrest tidak dapat

diprediksikan, terjadi dengan cepat begitu gejala dan tanda muncul.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cardiac arrest

merupakan hilangnya fungsi jantung yang mendadak dimana kejadiannya

tidak dapat diprediksi dan terjadi begitu cepat ketika tanda dan gejala

muncul. Peran rumah sakit sangat penting dalam menyediakan pelayanan

kesehatan berupa sarana dan prasarana yang memadai sehingga

kelangsungan hidup pasien dengan cardiac arrest menjadi lebih baik.

2.1.2 Etiologi Cardiac Arrest

Cardiac arrest dapat terjadi ketika adanya disfungsi dari sistem listrik

jantung, sehingga menyebabkan terjadinya aritmia. Aritmia yang paling

umum terjadi pada cardiac arrest adalah ventrikel fibrilasi. Cardiac arrest

dapat diubah apabila jika CPR (Cardiopulmonary resucitation) dilakukan

dan defibrilasi digunakan untuk mengejutkan jnatung dan mengembalikan

irama jantung yang normal dalam beberapa menit. Cardiac arrest dapat

disebabkan oleh semua hampir gangguan pada jantung yang dikenal.

Penyebab yang paling umum adalah : Jaringan parut yang terjadi karena

serangan jantung sebelumnya atau penyebab lain. Jantung yang terdapat

bekas luka atau membesar karena sebab apapun rentan untuk terjadi

arirmia ventrikel yang mengancam. Enam bulan pertama setelah serangan

jantung adalah resiko periode yang sangat tinggi untuk menderita cardiac

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

13

arrest pada pasien dengan penyakit jantung aterosklerotik. Penebalan otot

jantung (cardiomyopathy) dari setiap penyebab (tekanan darah tinggi atau

penyakit katup jantung) apalagi ditambah dengan gagal jantung. Obat

jantung, dalam kondisi tertentu beberapa obat jantung dapat menyebabkan

aritmia yang selanjutnya dapat menyebabkan cardiac arrest. Kelainan

listrik tertentu seperti sindrom wolffparkinson- white dan sindrom QT

panjang dapat menyebabkan serangan jantung mendadak pada anak-anak

dan orang muda. Penggunaan narkoba, pada orang tanpa penyakit jantung

organik, penggunaan narkoba merupakan penyebab penting dari serangan

jantung mendadak. Sedangkan penelitian lain menyatakan penyebab

cardiac arrest dapat terjadi oleh banyak kondisi yang mendasarinya yang

meliputi infark miokard, overdosis obat, trauma, dan ganguan impuls yang

meliputi ventrikel fibrilasi.

2.1.3 Klasifikasi Cardiac Arrest

Menurut American Heart Association (2010) mengungkapkan cardiac

arrets dapat disebabkan oleh empat irama yaitu ventrikel fibrilasi (VF),

ventrikel takikardi (VT), pulseless electric activity (PEA), dan asystole.

2.1.3.1 Ventrikel Fibrilasi dan Ventrikel Takikardi

Ventrikel fibrilasi dibagi menjadi dua jenis klinis yaitu VF primer

dan sekunder. VF primer terjadi karena tidak adanya disfungsi

ventrikel kiri akut dan syok kardiogenik dan ditemukan pada

sekitar 5% pasien dengan infark miokard akut (IMA). Mayoritas

episode VF primer terjadi dalam 4 jam pertama dari IMA, dan

80% terlihat dalam awal 12 jam imfark. VF sekunder dapat terjadi

karena komplikasi dari gagal jantung akut, syok kardiogenik, atau

keduanya, dan terjadi pada sampai dengan 7% dari pasien IMA

(Brady, et al, 2012, Sudono, et al 2010, Boswick, 2013). Ventrikel

takikardi biasanya berasal dari fokus khusus dalam miokardium

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

14

ventrikel atau di jalur konduksi infranodal. VT dapat dibedakan

menjadi monoformik dan poliformik. VT menyumbang sebagian

kecil irama yang terlihat pada serangan jantung dan memiliki

prognosis yang paling menguntungkan. Hal ini relatif jarang

terjadi hasil kejadian dari awal penampilan dengan degenerasi

yang cepat. Jika terapi tidak dimulai dalam peristiwa henti

jantung, ritme ini cepat dekompensasi menjadi irama yang lebih

ganas seperti VF atau asistol (Brady, et al, 2012, Sudono, 2010,

Boswick, 2013).).

a. Gambaran klinis ventrikel fibrilasi

Hasil diagnosis ventrikel fibrilasi dalam EKG atau

electrokardiograpi pada pasien tanpa nadi dan apnea dengan

adanya amplitudo rendah dan aktivitas listrik yang kacau.

Tingkat defleksi biasanya antara 200 dan 500 depolarisasi

permenit. Morfologi, VF dibagi menjadi kasar dan halus. VF

yang kasar cenderung terjadi lebih awal setelah serangan

jantung, ditandai dengan amplitudo tinggi atau kasar, bentuk

gelombang, dan memiliki prognosis yang lebih baik dari pada

VF halus (Brady, et al, 2012, Sudono, et al 2010, Boswick,

2013).

Gambar 2.1 Ventrikel Fibrilasi

b. Gambaran Klinis Ventrikel Takikardi

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

15

Ventrikel takikardi ditandai dengan durasi kompleks QRS

lebih besar dari 0,12 detik dan tingkat ventrikel lebih besar

dari 100 atau 120 denyut / menit. Monoformik ventrikel

takikardi di identifikasi ketika masing-masing gelombang

berturut-turut memiliki morfologi tunggal. Kecepatannya

biasanya antara 140 dan 180 denyut / menit dan sangat

teratur. Sedangkan polimormik ventrikel takikardi ditandai

dengan kompleks QRS sering berubah. Kompleks QRS

cenderung lebih besar dari 0,12. Kecepatannya biasanya lebih

cepat dari MVT, dengan kisaran 150-300 denyut / menit

(Brady, et al, 2012, Sudono, et al 2010, Boswick, 2013).

g

a

Gambar 2.2 Ventrikel Takikardi

c. Patofisiologi VF dan VT

Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi merupakan disritmia

yang paling sering muncul sebagai akibat dari keruskan

miokard (yaitu IMA, miokarditis, kardiomiopati), toksisitas

obatatau kelainan elektrolit. Patofisiologi tersebut biasanya

mencakup fenomena menarik atau penggerak otomatis.

Sebuah jalur dalam miokardium ventrikel adalah sumber yang

paling umum. Itu merupakan sifat dari jalur reentry yang

melibatkan dua jalur konduksi dengan karakteristik yang

berbeda, jalur reentry yang menyediakan substrat untuk VT

dan VF umumnya terjadi di zona iskemia akut atau kronis

jaringan parut. Dysrhytmia ini biasanya dimulai oleh denyut

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

16

ektopik, meskipun sejumlah faktor lainnya dapat menjadi

penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan

elektrolit dan dysautonomia. Automaticity dipicu dari

sekelompok sel yang didapat dari hasil berbagai anomali

jantung, termasuk penyakit jantung kongenital, penyakit

jantung bawaan, gangguan elektrolit, dan toksisitas obat

(Brady, et al, 2012, Sudono, et al 2010, Boswick, 2013).

2.1.3.2 PEA (Pulseless Electrical Activity)

Pulseless Electrical Activity merupakan indikasi dari kejadian

medis yang sangat serius yang mendasari, seperti hipovolemia

mendalam, infark miokard masif, emboli paru luas,

tachydysrhytmia elektrolit yang signifikan. Ritme dalam situasi

ini biasanya mencakup takikardi, terutama takikardia sinus atau

fibrilasi atrium dengan respon ventrikel yang cepat. Suatu

pendekatan terapi mengarah disertai dengan resusitasi agresif

akan memberikan penderita dengan pseudo-dengan pseudo-PEA

dengan kesempatan terbaik untuk bertahan hidup (Brady, et al,

2012)

a. Gambaran Klinis PEA

Pulseless Electrical Activity (PEA) memiliki kombinasi unik

dari tidak ada aktivitas jantung mekanik (keadaan tanpa nadi)

dengan aktivitas persisten jantung listrik yaitu irama jantung.

Kejadian PEA biasanya dimulai dengan gangguan perfusi dan

berkembang menjadi pseudo-PEA dengan kontraksi jantung

lanjutan. Tidak adanya nadi yang bisa dilihat diikuti dengan

hilangnya aktivitas mekanik jantung akan menghasilkan

perkembangan PEA sebenarnya (Brady, et al, 2012).

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

17

G

Gambar 2.3 PEA (Pulseless Electrical Activity)

b. Patofisiologi PEA

PEA dapat dibedakan menjadi pseudo-PEA dan true-PEA.

Pseudo-PEA terjadi ketika terdapat aktivitas kelistrikan jantung

(irama jantung) tetapi nadi tidak ada dan kontraksi miokard

yang ditunjukkan oleh ekokardiografi atau modalitas

pencitraan lainnya. Pada trus-PEA aktivitas listrik jantung

dalam bentuk irama ini dicatat, tetapi benar-benar tidak ada

kontraksi mekanis jantung yang terjadi, sehingga penting untuk

membedakan dua sub tipe PEA. (Brady, et al, 2012).

2.1.3.3 Asistol

Asistol adalah tidak adanya aktivitas kelistrikan jantung dan

biaasanya hasil dari kegagalan pembentukan impuls di primer

(node senoatrial) dan standar (atrioventrikular node dan

miokardium ventrikel) lokasi alat pacu jantung. Asistol juga bisa

disebabkan oleh kegagalan penyebaran impuls ke miokardium

ventrikel dari jaringan atrium (Brady, et al, 2012).

a. Gambaran Klinis Asistol

Pada asistol gambaran dari elektrokardiogram menunjukkan

garis datar atau garis hampir rata. Mengombak minimal

gelombang yang dihasilkan dari elektrokardiografi pergeseran

awal dapat dilihat. Beberapa penyebab harus dihindari dalam

manifestasi asistolik, termasuk memantau kerusakan,

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

18

pemutusan lead elektrokardiografi, dan VF halus dengan

amplitudo minimal dalam menjelang pencitraan. Kesalahan

potensial terakhir dapat dideteksi dengan mengkonfirmasi

asostol dengan setidaknya dua lead yang berorientasi dalam

mode tegak lurus (Brady, et al, 2012).

Gambar 2.4 Asistol

b. Patofisiologi Asistol

Pasien dengan asistol umumnya telah mengalami serangan

jantung berkepanjangan, mungkin awalnya menunjukkan

gambaran salah satudari VT, VF atau PEA dan akhirnya

berdegenerasi menjadi penghentian aktivitas listrik jantung.

Asistol dapat terjadi karena akibat dari infak miokard yang

besar (Brady, et al, 2012).

2.1.4 Hambatan yang Terjadi Saat Melakukan Asuhan Keperawatan

Cardiac Arrest

Perawat ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang

mengalami cardiac arrest yang terjadi di rumah sakit sering mengalami

beberapa hambatan sehingga mempengaruhi hasil yang diharapkan,

walaupun AHA 2015 telah memberikan guidline terkait alur penanganan

pasien cardiac arrest di rumah sakit sering ditemukan ketidak sesuaian

dengan guidline yang sudah ada. Menurut Morano C (2017)

mengungkapkan bahwa dalam proses asuhan keperawatan ketika seorang

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

19

perawat mengetahui adanya kejadian cardiac arrest pada pasien sering

ditemukannya kendala-kendala yang muncul. Morano menjabarkan

bahwa kesiapsiagaan dan keyakinan staf saat menghadapi kondisi

cardiac arrest dan sikap segera menolong untuk melakukan tindakan

memiliki dampak yang besar untuk mencapai outcome yang diinginkan.

Kemudian adanya fasilitas yang memadai terkait dengan adanya sistem

code blue yang berfungsi dengan baik merupakan salah satu indikator

keberhasilan dalam menolong pasien cardiac arrest. Morano

menjelaskan tentang adanya peningkatan keterampilan perawat terkait

dengan proses pertolongan pada pasien cardiac arrest yang dilakukan

secara berkala dapat mengoptimalkan hasil kualitas perawatan yang

diberikan. Sejalan dengan penelitian Maisyaroh et al (2015) tentang

penelitian studi fenomenologi interpretative terkait kebutuhan dan

hambatan saat melakukan resusitasi, dari penelitian ini diperoleh hasil 5

tema hambatan yang ada diantaranya tantangan personal yang memiliki

arti proses resusitasi tidak dapat berjalan dengan baik karena adanya

hambatan dari penolong itu sendiri yang dikarenakan adanya beban kerja

teralalu tinggi, kompetensi yang dimiliki perawat sangat minim serta

insufisiensi peningkatan kemampuan. Hambatan yang muncul

selanjutnya adalah keterbatasan fasilitas (sarana dan prasarana).

Terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai untuk memberikan

pertolongan pada pasien cardiac arrest sangat dibutuhkan serta

kemampuan perawat dalam mengaplikasikan alat tersebut juga

mendukung outcome pada pasien. Kompetensi perawat terkait dengan

adanya peningkatan kompetensi yang merupakan suatu cara untuk

menaikkan jenjang keahlian dalam melaksanakan resusitasi dengan cara

pelatihan resusitaasi dan adanya penyegaran secara berkala. Berdasarkan

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hambatan yang muncul ketika

perawat menangani pasien cardiac arrest adalah kesiapsiagaan dan

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

20

keyakinan staf, adanya fassilitas terkait dengan code blue (sistem

komunikasi gawat darurat), keterampilan dan kompetensi perawat, sarana

dan prasarana yang memadai dan personal diri dari perawat.

2.2 Konsep Kegawatdaruratan

2.2.1 Definisi Gawat darurat

Menurut Permenkes RI Nomor 19 tahun 2016 pasal 1 yang memaparkan

gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan

tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan

kecacatan. Sejalan dengan American Heart Association (2015)

memaparkan kondisi gawat darurat atau emergency merupakan kondisi

yang terjadi secara mendadak dan sangat mengancam jiwa sehingga

harus segera diberikan pertolongan secara cepat, tepat dan benar.

Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan

medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih

lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah suatu keadaan yang

terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang

memerlukan penanganan/pertolongan segera dalam arti pertolongan

secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan

semacam itu meka korban akan mati atau cacat/ kehilangan anggota

tubuhnya seumur hidup. (Saanin, 2016).

Keadaan darurat adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-

waktu/ kapan saja terjadi dimana saja dan dapat menyangkut siapa saja

sebagai akibat dari suatu kecelakaan, suatu proses medik atau perjalanan

suatu penyakit (Saanin, 2016). Pelayanan gawat darurat tidak hanya

memberikkan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di

alami pasien tetapi juga memberikan asuhan keperawatan untuk

mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Keperawatan gawat darurat

adalah pelayanan professional keperawatan yang diberikan pada pasien

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

21

dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan

sering digunakan untuk masalah yang tidak urgent , sehingga filosofi

tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu

apapun yang dialami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan

sebagai kedaruratan (Hati, 2011 dalam Saanin, 2016).

2.2.2 Pengertian Waktu Tanggap (Response Time)

Waktu tanggap pelayanan merupakan gabungan dari waktu tanggap saat

pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai mendapat tanggapan atau

respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu pelayanan

yaitu waktu yang di perlukan pasien sampai selesai. Waktu tanggap

dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang

diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada. (Haryatun

dan Sudarwanto, 2008).

Waktu Tanggap (respon time) adalah kecepatan dalam penanganan

pasien, dilakukan saat pasien datang sampai dilakukan penanganan

(Suhartati et al, 2011).

Respon time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien, dihitung

sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan (Suhartati et al 2011).

Waktu tanggap bagi pasien yaitu < 5 menit. Penanganan gawat darurat

ada filosofinya yaitu Time Saving its live saving. Artinya seluruh

tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-

benar efektif dan efisein. Hal ini mengingatkan pada kondisi tersebut

pasien dapat kehilangan nyawa hanya dalam satu menit saja. Berhenti

nafas selama 2-3 menit pada manusia dapat menyebabkan kematian

yang fatal (Sutawijaya, 2009).

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

22

Menteri kesehatan pada tahun 2009 telah menetapkan salah satu prinsip

umumnya tentang penanganan pasien gawat darurat yang harus

ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah sampai di IGD

(Kepmenkes, 2009).

2.2.3 Kode-kode Emergency di Rumah Sakit

2.2.3.1 Code Red

Adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran

di lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus

mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk kasus

kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah

sakit, yang masing-masing memiliki peran spesifik yang harus

dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana rumah

sakit. Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di

area kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien ke titik-

titik evakuasi, dan sebagainya.

2.2.3.2 Code Blue (Biru)

Adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga

pasien, pengunjung, dan karyawan yang mengalami henti

jantung dan membutuhkan tindakan resusitasi segera.

Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim

medis reaksi cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat

tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin menuju

ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung

dan paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat (tim code blue)

ini merupakan gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih

khusus untuk penanganan pasien henti jantung. Karena setiap

shift memiliki anggota tim yang berbeda-beda, dan bertugas

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

23

pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada lantai yang berbeda

atau bangsal/ruang rawatan yang berbeda); diperlukan

pengumuman yang dapat memanggil mereka dengan cepat.

2.2.3.3 Code Pink (Merah muda)

Adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/

anak atau kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah

sakit.Secara universal, pengumuman ini seharusnya diikuti

dengan lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah sakit

secara serentak.Bahkan menghubungi bandar udara, terminal,

stasiun dan pelabuhan terdekat untuk kewaspadaan terhadap

bayi korban penculikan.

2.2.3.4 Code Black (Hitam)

Adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang

yang membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak

bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang atau

melukai diri sendiri), ancaman bom atau ditemukan benda

yang dicurigai bom di lingkungan rumah sakit dan ancaman

lain. Dalam hal adanya ancaman terhadap seseorang (orang

bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam akan

melukai seseorang atau melukai diri sendiri)

2.2.3.5 Code Brown (Coklat)

Adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi

pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik

yang telah ditentukan. Pada intinya, menginisiasi tim evakuasi

untuk melaksanakan tugasnya.

2.2.3.6 Code Orange (Oranye)

Adalah kode yang mengumumkan adanya insiden yang terjadi

di luar rumah sakit (emergency eksternal) misalnya

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

24

kecelakaan massal lalulintas darat, laut, dan udara; ledakan,

banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dan lain-lain.

2.2.3.7 Code Yellow (Kuning)

Adalah kode yang mengumumkan adanya situasi krisis

internal (emergency internal) rumah sakit yang meliputi:

kebocoran atau dugaan kebocoran gas termasuk gas elpiji,

kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan atau bahan

berbahaya, kegagalan sistem vital seperti kegagalan back-up

daya listrik, boks pembagi daya listrik, seseorang

terjebak/terjerat, banjir, insiden radiasi, dan lain-lain.

2.3 Konsep Code Blue

2.3.1 Definisi code blue

Code blue adalah kode panggilan yang menandakan adanya kondisi

kegawatdaruratan pasien (Henti Nafas dan Henti Jantung). Kode ini

sudah digunakan sejak tahun 2010 dalam guideline AHA, dan diperkuat

dengan guideline AHA 2015.

Code Blue adalah kode warna sistem manajemen darurat rumah sakit yang

menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami serangan

jantung (Cardiac Arrest) atau mengalami situasi gagal nafas akut

(Respiratory Arrest). Dan situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan

nyawa pasien dan membutuhkan intervensi medis darurat agar terciptanya

stabilisasi situasi darurat medis yang terjadi dalam wilayah rumah sakit

(Ghamdi, Essawy, & Qahtani, 2014).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

25

Sistem Code Blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua keadaan darurat

di rumah sakit telah disediakan penanganan dengan resusitasi dan stabilisasi

dengan respon waktu yang segera. Sistem respon ini terbagi dalam 2 tahap.

Yaitu tanggapan awal (responden pertama) harus selalu dari petugas rumah

sakit yang berada di sekitarnya. Dimana petugas rumah sakit dilatih dengan

keterampilan Basic Life Support (BLS), dan tanggapan kedua (responder

kedua) dari tim khusus dan terlatih dari departemen diidentifikasi oleh pihak

berwenang rumah sakit. Ditunjang dengan peralatan Basic Life Support

(BLS) ditempatkan pada lokasi strategis rumah sakit untuk memungkinkan

respon cepat (Eroglu, Onur, Urgan, Denizbasi, & Akoglu, 2014).

Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus

segera diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi

cardiaerespiratory arrest di dalam area rumah sakit. code blue response

team atau tim code blue adalah suatu tim yang dibentuk oleh rumah sakit

yang bertugas merespon kondisi code blue didalam area rumah sakit. Tim

ini terdiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih. Henti jantung

merupakan salah satu penyebab panggilan code blue di rumah sakit.

Henti jantung di rumah sakit biasanya didahului oleh tanda-tanda yang

dapat diamati, yang sering muncul 6 sampai dengan 8 jam sebelum henti

jantung terjadi. (Duncan & McMullan, 2012).

Proses Code Blue menekankan pada rantai kelangsungan hidup (the chain of

survival) diantaranya yang pertama adalah mendeteksi segera kondisi korban

dan meminta pertolongan (early access), rantai kedua adalah resusitasi

jantung paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation), rantai

ketiga adalah defibrilasi segera (early defibrillation), rantai keempat adalah

tindakan bantuan hidup lanjut segera (early advanced cardiovascular life

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

26

support) dan rantai kelima adalah perawatan paska henti jantung (post

cardiac-arrest care) (Leon, Ricardo, Stephen, & Mary, 2011).

2.3.2 Tujuan Code Blue

Berdasarkan manajemen kegawatdaruratan di rumah sakit Sultanah Aminah

Johor Bahru menyatakan bahwa, tujuan dari code blue adalah (Saed &

Mohd, 2017) :

2.3.2.1 Untuk menyediakan penanganan resusitasi dan stabilisasi korban

gawat darurat yang mengalami permasalahan cardio-respiratory

dan kejadian gawat darurat lainnya dalam lingkungan rumah sakit.

2.3.2.2 Untuk membentuk tim terlatih yang dapat digunakan untuk

penanganan cepat dari rumah sakit.

2.3.2.3 Untuk memulai pelatihan keterampilan Basic Life Support (BLS) dan

penggunaan Automated defibrillator eksternal (AED) untuk semua

staf rumah sakit yang berbasis klinis atau non klinis.

2.3.2.4 Untuk memulai penempatan peralatan Basic Life Support (BLS) di

berbagai lokasi strategis di dalam lingkungan rumah sakit untuk

memfasilitasi respon cepat untuk keadaan gawat darurat

2.3.2.5 Untuk mesmbuat rumah sakit aman dan siap tanggap untuk keadaan

gawat darurat

2.3.3 Organisasi Code Blue

Code Blue Team (CBT) adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis

yang ditunjuk sebagai "Code-team", yang secara cepat ke pasien untuk

melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart,

kursi roda/tandu, alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi,

suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin,

lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien (Saed & Mohd, 2017).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

27

Code Blue Team merupakan tim yang selalu tersedia sepanjang waktu

dan cepat tanggap dalam menanggapi keadaan gawat darurat. Dimana

Code Blue Team primer merupakan tim yang berisikan anggota tim yang

telah menguasai pelatihan Basic Life Support (BLS). Code Blue Team

terdiri dari 3 sampai 4 anggota antara lain (RS Islam Jemursari, 2015):

2.3.3.1 Koordinator tim Dijabat oleh dokter ICU/NICU yang bertugas

mengkoordinir segenap anggota tim. dengan Kualifikasi:

a. Memiliki SIP yang masih berlaku.

b. Memiliki ATLS atau ACLS.

c. Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan

medis

2.3.3.2 Penanggung Jawab Medis yang dijabat oleh dokter jaga/ dokter

ruangan yang bertugas untuk mengidentifikasi awal /triage

pasien, memimpin penanggulangan pasien saat terjadi

kegawatdaruratan, memimpin tim saat pelaksanaan RJP dan

menentukan sikap selanjutnya.

2.3.3.3 Perawat pelaksana dimana tugasnya antara lain bersama dokter

pemanggungjawab medis melakukan triage pada pasien dan

membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien

gawat darurat.

2.3.3.4 Tim resusitasi didalamnya terdapat perawat terlatih dan dokter

ruangan /dokter jaga dimana tugasnya memberikan bantuan

hidup dasar kepada pasien gawat darurat, melakukan resusitasi

jantung paru kepada pasien gawat darurat

2.3.3.5 Setiap anggota Code Blue Team akan memiliki tanggung jawab

yang ditunjuk seperti pemimpin tim, manajer airway, kompresi

dada, IV line, persiapan obat dan defibrilasi. Setiap anggota

tim yang ditunjuk harus membawa hand phone

2.3.3.6 Koordinator Tim

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

28

a. Perawat Pelaksana :

1. Perawat IGD

2. Perawat IRI

3. Penata Anestesi

b. Tim Resusitasi :

1. Perawat Terlatih

2. Penanggung Jawab Medis

3. Doker Jaga IGD

2.3.4 Komponen tim resusitasi dalam code blue system

Secara prinsip terdapat 3 komponen petugas yang berperan utama pada

resusitasi dengan kegawatdaruratan dirumah sakit terdiri dari:

2.3.3.1 Petugas non medis terlatih,

Petugas non medis dengan keterampilan bantuan hidup dasar

dan aktivasi system code blue.

2.3.3.2 Tim medis primer

Petugas medis dengan kemampuan bantuan hidup dasar dan

lanjut serta merupakan personel/tim medis yang pertama kali

menjumpai melakukan resusitasi pada korban kritis/henti napas

atau henti jantung. Tim code blue primer yang terdiri dari :

a. Perawat yang telah bersertifikasi PPGD/BTCLS dengan atau

tanpa dokter

b. Satu tim code blue primer beranggota 3 orang dengan peran

sebagai berikut:

c. Pemimpin dan pengatur jalan nafas dan pemberi nafas

(ventilator)

d. Petugas pijat jantung luar (kompresor)

e. Petugas sirkulator.

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

29

Setiap hari Koordinator membagi jadwal tugas tim code

blue primer dan menuliskan di papan code blue.

2.3.3.3 Tim Medis Sekunder

Petugas medis dengan komponen dokter dan perawat dengan

kemampuan dalam assessment pasien kritis dan bantuan lanjut

termasuk advance airway-breathing management dan didukung

dengan peralatan yang lebih lengkap, obat-obatan emergency

termasuk penggunaan defibrillator.

Satu tim code blue sekunder beranggotakan : 1 dokter dan 2

perawat atau 3 perawat dengan peran sebagai berikut

a. Satu dokter/perawat sebagai ventilator sekaligus pemimpin

b. Satu perawat tugas sebagai defibrilator dan kompresor

c. Satu perawat tugas sebagai sirkulator, obat, akses vena

d. Peran bisa bergantian, setiap hari koordinator membagi

jadwal tugas tim code blue sekunder dan menuliskan pada

papan code blue sekunder di ruang Rawat Inap.

(Pedoman early warning system dan code blue, 2017)

2.3.5 Algoritma Code Blue

Algoritma Code Blue merupakan urutan atau langkah-langkah dalam

menanggapi kejadia Code Blue yang terjadi adapun Algoritma Code Blue

antara lain (Saed & Mohd, 2017) :

2.3.5.1 Ditemukan pasien Cardiac/Respiratory arrest

2.3.5.2 Staff rumah sakit memanggil pertolongan dan mengaktifasi alarm

atau menghubungi nomor telepon Code Blue Team

2.3.5.3 Penolong pertama terlebih dahulu melakukan BLS/CPR bila

memiliki skill yang mumpuni sampai Code Blue Team datang. Jika

tidak mampu melakukan BLS/CPR tunggu pertolongan datang dan

amankan pasien

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

30

2.3.5.4 Setelah aktifasi Code Blue, petugas yang bertugas di sekitar tempat

kejadian bergegas menuju lokasi dengan membawa alat resusitasi

2.3.5.5 Setelah Code Blue Team datang, Code Blue Team akan mengambil

/alih resusitasi dan RJP dilanjutkan dan mendokumentasikan

semua kegiatan yang dilakukan

2.3.5.6 Pindahkan pasien secepat mungkin setelah pasien stabil untuk

mendapatkan perawatan lebih lanjut, jika resusitasi berhasil atau

korban meninggal di tempat, pasien tetap harus dipindahkan untuk

mendapat perawatan lebih lanjut atau konfirmasi kematian.

2.3.6 Komponen fasilitas sarana dan prasarana

Sarana dan prasaranan dapat didifinisikan sebagai segala sesuatu yang

merupakan penunjang utama terselenggaranya sutu proses dan segala

sesuatu yang sapat dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai

maksud dan tujuan suatu tindakan dalam penanganan cardiac arrest

(ENA, 2018).

Keberhasilan dalam penanganan cardiac arrest tergantung dari SDM,

sarana, dan prasarana untuk menunjang aktivitas preventif, promotif,

kuratif, dan rehabilitatif pada tatanan pelayanan kesehatan primer

(Depkes, 2009). Outcome dari penatalaksanaan cardiac arrest akan

sangat dipengaruhi oleh pengenalan awal dari tanda-tanda henti jantung

serta penanganan resusitasi yang dapat diberikan oleh petugas tenaga

kesehatan seperti perawat atau bidan. Petugas kesehatan harus dibekali

dengan kemampuan pelayanan gawat darurat dasar untuk menunjang

sistem pelayanan kesehatan yang optimal (Kleinman et al., 2015).

Sarana dan prasaran adalah bagian dari suatu alat penunjang yang

mendukung suatu tindakan yang mempunyai perana yang sangat besar

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

31

sehingga apabila alat sarana dan prasarana yang tidak memadai akan

mendapatkan hasil yang tidak baik. Sarana dan prasarana wajib ada

disetiap tindakan sehingga dapat memperlancar kegiatan yang dilakukan.

(Koster et al., 2010)

Semua peralatan di dalam melaksanakan tindakan code blue harus

lengkap dan tersedia kapanpun bila diperlukan sehingga tindakan dapat

berjalan lancar. Sarana dan prasarana suatu sistem tidak akan berubah

apabila tidak mendapat perbaharuan atau dilengkapi sesuai dengan

regulasi pengadaannya dan yang akan berubah fungsi dan kwalitasnya

(Neumar et al., 2010).

Fenomena lain yang ditemukan dalam penatalaksanaan cardiac arrest

adalah petugas kesehatan sering merasa kesulitan dalam mengenali tanda

tanda dari cardiac arrest. Pada umumnya, perawat jaga di ruang rawat

inap sering menyalahartikan agonal gasping sebagai napas normal dalam

40 persen kejadian cardiac arrest hal ini dapat mengakibatkan

keterlambatan dalam menginisiasi resusitasi (Price et al., 2012).

Situasi akan dirasakan perawat dan dokter dapat mempengaruhi proses

pengambilan keputusan, meningkatkan stress kerja serta menyebabkan

tim kesehatan mengalami kelelahan fisik dan emosi. Perawat atau bidan

yang memberikan pelayanan gawat darurat di rumah sakit sangat

membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang mendukung dalam proses

pelayanan sehingga kompetensinya dapat diakui. Kapasitas dari sebuah

fasilitas pelayanan kesehatan akan ditentukan dari faktor sumber daya

manusia seperti jumlah dan komposisi tenaga kesehatan, serta jenis

pelatihan yang pernah diikuti maupun faktor sarana prasarana mencakup

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

32

bangunan fisik, obat-obatan, alat kesehatan, serta perlengkapan khusus

sesuai kebutuhan (Kleinman et al., 2015).

2.3.7 Tipe dan Pola code blue System

2.3.5.1 Sentralisasi

Tim code blue siap dan stanby di satu tempat, bekerja jika terjadi

code blue.

2.3.5.2 Gedung terpisah

Satu dokter (dan perawat) jaga Stanby di satu tempat secara

bergantian, bekerja saat terjadi code blue. Tim code blue lain ada

di setiap gedung.

2.3.5.3 Satu atap

Tim code blue terdiri dari dokter dan perawat yang sedang

berjaga (shift) dalam menangani code blue. Jadwal tugas

dbergantian. Tugas – sesuai dengan keahlian masing-masing

anggota.

2.3.8 Tata Laksana Sistem Code Blue

Menurut Seed dan Amin (2011) Sebuah respon code blue untuk seluruh

daerah Rumah Sakit tidak dapat ditangani oleh Unit Gawat Darurat

(UGD) sendiri karena kesulitan jarak dan lokasi yang tidak terjangkau

padahal idealnya waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan

code blue team adalah 5 menit. Sehingga diharapkan setiap region rumah

sakit mempunyai tim yang dapat melakukan BLS awal sambil menunggu

kedatangan tim code blue rumah sakit untuk meningkatkan harapan hidup

pasien. Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5

anggota yang terlatih dalam BLS. Peralatan resusitasi darurat yang

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

33

mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di lokasi strategis di seluruh

kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi

terjadi kondisi darurat medis atau di mana tim rumah sakit telah dilatih

dalam keterampilan BLS. Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus

ditempatkan di setiap area kerja satu departemen sehingga tim dapat

dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan resusitasi. Jika

tersedia peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon

dari code blue tim akan lebih baik dan harapan hidup pasien meningkat.

Hal ini sama pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama

tenaga non-dokter dan non-medis, dilatih BLS sehingga mereka juga

dapat memberikan resusitasi awal kehidupan (CPR) di lokasi kejadian

sambil menunggu respon primer atau code blue tiba, dengan demikian

juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban

darurat medis. Pelatihan tim rumah sakit dalam keterampilan BLS dan

penggunaan AED juga dapat dilakukan oleh ETD.

2.3.6.1 Fase code blue

a. Alert System

Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang

digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan

darurat medis dalam lingkup rumah sakit kepada anggota tim

code blue. Sistem telepon yang ada akan digunakan.

Jika terjadi keadaan darurat medis, personil rumah sakit di

mana saja dalam lingkup rumah sakit tersebut dapat

mengktifkan respon dari code blue lewat telepon untuk

bantuan dan pengaktifan.

1) Local Alert

Tergantung pada mekanisme yang dibuat oleh Zone

Coordinator, contoh:

a) Pengumuman melalui sistem PA

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

34

b) Menampilkan nama-nama tim code blue primer lokasi

strategis di zona mereka

c) Setelah kasus code blue terjadi, Tim Primer harus

meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas code

blue dan bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BLS.

2) Hospital Alert

Nomor telepon code blue. Pusat Panggilan

Kegawatdaruatan Medis:

a) Prioritas 1: Untuk mengaktifkan team code blue

sekunder dari ETD 2.

b) Prioritas 2: Untuk memeriksa (sebagai jaring

pengaman kedua) pengaktifan team code blue primer.

Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di

sekitar tempat terjadinya kegawatdaruatan medis akan

menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota tim

akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas ke

lokasi darurat medis. Tim ETD code blue juga akan

menanggapi situasi code blue. Jika semua tim tidak yakin

apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah

cakupan mereka, mereka tetap harus merespon alarm 'code

blue' . Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan

antara menerima pesan 'code blue' (code blue aktivasi) dan

kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai

10 menit. Standar layanan akan diberi batas waktu dan dikaji

kinerja dan pemeriksaan jaminan kualitas untuk menentukan

‘perangkap’ dalam sistem peringatan dan menjaga efisiensi

dan penyebaran cepat dari tim code blue.

b. Intervensi Segera di Tempat Kejadian

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

35

Tim di tempat kejadian darurat medis (pasien tidak sadar atau

dalam cardiac dan respiratory arrest) telah terjadi memiliki

tanggung jawab untuk meminta bantuan lebih lanjut, memulai

resusitasi menggunakan pedoman Basic Life Support (BLS)

dan keterampilan ALS dan peralatan jika cukup terlatih dan

lengkap:

1) Nomor tim code blue Rumah Sakit/ nomor MECC

ditempatkan di bangsal, departemen, divisi, unit, kantor,

lobi lift, koridor, kantin, taman, tempat parkir, dll trotoar

dan lokasi lain di dalam halaman rumah sakit.

2) Personil rumah sakit yang menemukan korban harus

mengaktifkan pemberitahuan lokal untuk tim code blue

primer atau seseorang menginstruksikkan mereka untuk

melakukannya, mereka juga harus meminta bantuan lebih

lanjut dari tim terdekat jika tersedia.

3) Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah sakit

harus dilakukan dengan menghubungi nomor code blue

rumah sakit.

4) Pihak yang bertanggung jawab atau bertanggung jawab

atas daerah tertentu (misalnya dari ruangan lain) juga

harus diberitahu untuk datang ke lokasi segera.

5) Sementara menunggu kedatangan tim utama menanggapi

code blue jika tersedia tim yang terlatih untuk BLS,

mereka harus memulai BLS (posisi airway, bantuan

pernapasan, kompresi dada dan lain-lain.

6) Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang ditempat

kejadian harus menunggu bantuan yang berpengalaman

dan menjaga lokasi dari kerumunan orang.

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

36

7) Jika monitor jantung, defibrillator manual atau

defibrillator eksternal otomatis (AED) tersedia, peralatan

ini harus melekat kepada pasien untuk menentukan

kebutuhan defibrilasi, fase ini dilakukan oleh tim yang

berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life

Support (ACLS).

8) Setiap departemen, divisi, atau unit bangsal harus

berusaha untuk memastikan bahwa tim mereka dilatih

dalam setidaknya keterampilan BLS dan mereka

dilengkapi dengan resusitasi kit atau troli, setidaknya

peralatan resusitasi dasar dan ditempatkan di lokasi

strategis. Tim dari masing-masing ruangan akan

bertanggung jawab untuk pemeliharaan resusitasi kit

mereka.

9) Jika korban berhasil disadarkan/dihidupkan kembali

sambil menunggu kedatangan tim respon code blue tim

dilokasi harus menempatkan pasien dalam posisi

pemulihan dan monitor tanda-tanda vital.

10) Semua kasus code blue harus mengirim ke ETD untuk

evaluasi lebih lanjut dan manajemen terlepas hasilnya.

c. Kedatangan team code blue

1) Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code

blue mereka harus menghentikan tugas mereka saat ini,

mengambil resusitasi kit (tas peralatan) mereka dan

bergegas ke lokasi darurat medis dengan berjalan kaki.

2) Mereka harus mengerahkan diri mereka sendiri dengan

cepat dan lancar dan menggunakan rute terpendek yang

tersedia.

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

37

3) Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari code blue

call/ aktivasi kedatangan tim code blue di tempat kejadian

akan disimpan .Akan ada saat ketika ETD / Kedatangan

Sekunder tim code blue adalah penundaan karena

berbagai alasan, sehingga kebutuhan untuk tim code blue

untuk tidak hanya terdiri dari tim ETD tetapi juga tim dari

departemen yang lebih strategis atau dekat. Selanjutnya,

sangat penting bahwa setiap tenaga medis di lokasi

kejadian mulai langkah BLS.

4) Jika korban masih dalam cardiac atau respirator arrest

ketika tim respon code blue tiba di lokasi, tim akan

mengambil alih tugas resusitasi; tim di lokasi kejadian

harus tinggal di sekitar untuk memberikan bantuan

tambahan jika diperlukan.

5) Setiap kasus code blue akan kirim ke ETD terlepas kondisi

pasien baik untuk mempertahankan kembalinya sirkulasi

spontan (ROSC) atau tidak. Dalam disposisi, ETD pasien

akan diputuskan setelah integrasi pasca perawatan

serangan jantung.

d. Perawatan Definitif

1) Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik

klinis atau non-klinis dan baik melibatkan rawat inap atau

rawat jalan (umum) akan dihadiri oleh para tim tanggap

code blue pasien ini akan diangkut ke ETD untuk

resusitasi lanjut dan perawatan definitif dimana tempat-

tempat ini biasanya tidak memiliki infrastruktur yang

memadai dan peralatan untuk perawatan lanjutan.

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

38

2) Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP),

korban masih perlu ditransfer ke ETD untuk dokumentasi

lebih lanjut atau konfirmasi kematian.

3) Setiap kasus code blue akan menerima perawatan definitif

setelah perawatan pasca integrasi serangan jantung dan

diskusi dalam ETD

e. Peralatan dan pelatihan

1) Semua tingkat tim rumah sakit harus cukup terlatih

setidaknya dalam BLS dan penggunaan AED.

2) AED dan resusitasi kit dasar harus ditempatkan di

berbagai daerah di dalam halaman rumah sakit dan mudah

diakses bagi tenaga medis dan tim code blue untuk

digunakan.

3) Lokal /code blue primer (zona risiko rendah) tim

peralatan:

a) Sarung tangan

b) Pocket mask

c) Guedel / jalan napas orofaringeal

d) Tas / kotak pertama bantuan

4) Dasar peralatan yang dibutuhkan oleh code blue team

zona risiko tinggi dan ETD / sekunder tim tanggap :

a) Kesedian tempat ruang intensive

b) Trolley emergency

c) Personal Kit (defribilator, stetoskop, tensi meter,senter)

d) Emergency medical kit (Airway dan breathing

management support, laringoscope set lengkap, suction,

ambubag, BVM, ETT, OPA, NPA, oksigen)

e) Set intubasi

f) Obat-obatan emergency

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

39

g) Pacemaker

h) EKG

i) Circulation support (set infus, nedle intra oseus,

venocath)

j) Minor surgery set lengkap

5) Lanjutan pelatihan BLS dapat diperoleh melalui komite

CPR Ketika muncul code blue tim dokter dan paramedis

yang ditunjuk sebagai "code-team", bergegas ke pasien

untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini

menggunakan crash-cart, kursi roda / tandu, yang berisi

alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi,

suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi

(adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk

menstabilkan pasien. Tim akan mempraktekkan

keterampilan BLS dan Advanced Cardiac Life Support

(ACLS) untuk resusitasi pasien. Peralatan resusitasi

diletakkan di area yang sering membutuhkan bantuan

resusitasi sehingga bila code blue muncul tim yang

ditunjuk sebagai code blue. Tim akan segera dapat

mengakses peralatan tersebut. Jika code blue disebut di

suatu daerah tanpa crash-cart , tim yang ditunjuk code

blue akan membawa crash-cart atau kit resusitasi.

2.3.6.2 Komunikasi

Tersedia Medical Emergency Call Centre (MECC) yaitu

panggilan khusus yang mengaktifkan tim code blue Respon

Primer.

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

40

2.3.6.3 Koordinasi dengan ruangan lain panggilan akan diperoleh dari

ruangan lain yang tidak memiliki tim tanggap darurat. Jika tidak

ada rencana tanggap darurat di tempat, ETD akan mendapatkan

panggilan mengenai kebutuhan mereka untuk perawatan medis

darurat dan berkoordinasi dengan mereka tentang bagaimana

untuk mendirikan tanggap darurat medis menggunakan system

code blue.

2.3.9 Manajemen paska resusitasi

Tentukan Level of care pasien (LOC), transport ke area yang sesuai

2.3.7.1 Pasien dengan LOC (0) yaitu pasien dengan kondisi stabil

dilakukan perawatan di bangsal umum.

2.3.7.2 Pasien dengan LOC (1) yaitu pasien dengan potensial penurunan

kondisi tetapi masih cukup stabil dilakukan perawatan di bangsal

umum dengan pengawasan khusus dari tim spesialis.

2.3.7.3 Pasien dengan LOC (2) pasien yang memerlukan observasi ketat

dan intervensi termasuk support untuk single organ dilakukan

perawatan di ICU/ICCU/PICU

2.3.7.4 Pasien dengan LOC (3) yaitu pasien dengan support pernapasan

lanjut atau support pernapasan dasar dengan sekurang-kurangnya

support 2 organ sistem lainnya dilakukan perawatan di bangsal

perawatan intensif.

2.3.7.5 Pasien dengan problem stadium terminal/DNR (do not

resuscitate) dilakukan perawatan lanjutan sesuai SOP pasien

paliatif

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

41

2.3.10 Alur Aktivasi Code Blue

Gambar 2.5 Alur aktivasi code blue

Petugas Primer/ Awam

terlatih Menemukan

Pasien dengan Kriteria

CODE BLUE

Aktivasi CODE BLUE

Gedung..Lantai..Ruang..

Operator Melakukan

Paging CODE BLUE

Pasien ROSC/ Sadar Kembali

Tim Sekunder datang

melakukan ACLS

Lapor ke Operator Kode Biru…

zona? Selesai

Apakah Korban

adalah Pasien

yang dirawat

YA

TIDAK MASUK UGD

MASUK ICCU

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

42

2.4 Standar Prosedur Operasional (SPO)

2.4.1 Pengertian Standar Prosedur Operasional (SPO)

Setiap perusahaan bagaimanapun bentuk dan apapun jenisnya,

membutuhkan sebuah panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi

setiap elemen atau unit perusahaan. Standar Prosedur Operasional (SPO)

adalah sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan

menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan

pekerjaan dari awal sampai akhir.

Menurut Sailendra (2015) menyatakan “Standard Operating Procedure

(SOP) merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan

operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar.

Menurut Hartatik (2014) Standard Operating Procedure (SOP) adalah

satu set instruksi tertulis yang digunakan untuk kegiatan rutin atau

aktivitas yang berulang kali dilakukan oleh sebuah organisasi.

2.4.2 Jenis-Jenis Standar Prosedur Operasional (SPO)

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

43

2.4.3 Tujuan dan Manfaat Standar Prosedur Operasional (SPO)

Pada dasarnya, tujuan utama dari penyusunan SPO adalah untuk

mempermudah setiap proses kerja dan meminimalisir adanya kesalahan

di dalam proses pengerjaannya. SPO dibuat untuk menjadikan setiap

pekerjaan bisa bekerja dengan efektif dan efisien. Sedangkan manfaatnya

SPO bisa mempengaruhi bertahan atau tidaknya sebuah perusahaan.

Menurut Sailendra (2015:170), berikut tujuan dan manfaat adanya SPO

bagi perusahaan.

2.4.3.1 Tujuan :

a. Menjaga konsistensi kerja setiap petugas, pegawai, tim dan

semua unit kerja.

b. Memperjelas alur tugas, wewenang serta tanggung jawab

setiap unit kerja.

c. Memudahkan proses pemberian tugas serta tanggung jawab

kepada pegawai yang menjalankannya.

d. Memudahkan proses pengontrolan setiap proses kerja.

e. Memudahkan proses pemahaman staf secara sistematis dan

general.

f. Memudahkan dan mengetahui terjadinya kegagalan,

ketidakefisiensian proses kerja, serta kemungkinan-

kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kewenangan

pegawai.

g. Menghindari kesalahan-kesalahan proses kerja.

h. Menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.

i. Melindungi organisasi atau unit kerja dari berbagai bentuk

kesalahan administrasi.

j. Memberikan keterangan tentang dokumen-dokumen yang

dibutuhkan

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

44

k. dalam suatu proses kerja, dan Menghemat waktu dalam

program training, karena Standar Prosedur Operasional

(SPO) tersusun secara sistematis.

2.4.3.2 Manfaat :

a. Menjaga konsistensi dalam menjalankan suatu prosedur

kerja.

b. Menjadi salah satu alat training dan juga alat ukur kinerja

karyawan.

c. Mengetahui peran dan posisi masing-masing di internal

perusahaan.

d. Meminimalisir kesalahan dalam melakukan pekerjaan.

e. Sarana mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat

suatu perubahan sistem.

f. Membantu dalam melakukan evaluasi terhadap setiap proses

operasional perusahaan.

g. Memberikan efisiensi waktu, karena semua proses kerja

sudah terstruktur dalam sebuah dokumen tertulis.

h. Sarana untuk mengomunikasikan pelaksanaan suatu

pekerjaan.

i. Sebagai suatu acuan dalam melakukan penilaian terhadap

proses layanan.

j. Memudahkan tahapan pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat

k. sebagai konsumen dilihat dari sisi kesederhanaan pelayanan.

l. Pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada

intervensi manajemen.

m. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin

dilakukan pegawai dalam melaksanakan tugas.

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

45

n. Menjadi alat komunikasi antara pelaksana dan pengawas

dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten

o. Para karyawan akan lebih percaya diri dalam bekerja dan

tahu apa yang harus dikerjakan.

p. Karyawan akan memberikan pelayanan dengan sungguh-

sungguh, terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai

ketentuan yang berlaku.

q. Dapat digunakan sebagai daftar yang digunakan secara

berkala oleh pengawas ketika diadakan audit.

r. Mengurangi beban kerja dan dapat meningkatkan

comparability, credibility dan defensibility.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

penerapan SPO dalam setiap unit kerja di perusahaan memiliki

peran strategis yang sangat unggul. Ini karena akan

menyebabkan peningkatan efisiensi pada setiap proses kerja

dalam setiap unit kerja perusahaan

2.4.4 Aktifasi Tim Kode Biru (Code Blue)

2.4.4.1 Pengertian

Adalah cara mengaktifkan tim code blue untuk memberikan

pertolongan pasien dengan code blue.

Code Blue System merupakan strategi pencegahan kejadian

henti jantung, aktivasi sistem emergency dan resusitasi

kegawatan dan kejadian henti jantung di rumah sakit, yang

melibatkan seluruh komponen sumber daya manusia (medis dan

non medis), sarana (peralatan dan obat-obatan), sistem (SOP)

serta mekanisme kontrol dan evaluasi.

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Cardiac Arresteprints.umbjm.ac.id/992/4/4. BAB 2.pdf · 2019. 9. 20. · penyebab utama, termasuk iskemia koroner akut, gangguan elektrolit dan dysautonomia

46

2.4.4.2 Tujuan

a. Tercapainya pelayanan yang cepat dan tepat

b. Menurunkan angka kematian

c. Mengenali kegawatan dan mencegah kejadian henti jantung

di rumah sakit

d. Menjamin resusitasi yang optimal pada pasien dengan

kegawatan

e. Menjamin tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut

dilakukan secara cepat dan efektif pada korban henti jantung

f. Perawatan paska henti jantung yang optimal.