Upload
gina-yustina
View
337
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Teknologi Beton
Citation preview
BAB IITEKNOLOGI BETON
2.1. Pendahuluan
Beton umumnya didefinisikan sebagai batu buatan yang terdiri dari
campuran agregat (alam atau buatan),semen (umumnya PC), dan air; yang setelah
mengeras menjadi massa yang padat dan punya kekuatan serta tidak larut dalam
air.
Beton umumnya mempunyaid kuat tarik kecil tetapi sangat kuat menahan
tekan
Sesuai dengan berat jenis agregat ,berat isi beton dikelompokkan dalam:
Beton ringan density beton keras ≤ 1,8 kg/l agregat ringan
Beton normal ,, 1,8-2,8 kg/l agregat normal
Beton berat ,, ≥2,8 kg/l agregat berat
Kelas dan mutu beton sesuai PBI 71
Kelas Mutu s’bk
kg/cm2
s’bm(S=46)
kg/cm2
Tujuan Pengawasan
Mutu agregat
terhadap
Kuat tekan
I
II
III
Bo
B1
K 125
K 175
K 225
>K225
-
-
125
175
225
>225
-
-
200
250
300
> 300
Non
strukturil
Strukturil
Strukturil
Strukturil
Strukturil
Ringan
Sedang
Ketat
Ketat
Ketat
Ketat
Tanpa
Tanpa
Kontinyu
Kontinyu
Kontinyu
Kontinyu
Untuk pembuatan benda uji kuat tekan dan perhitungan diatur sbb:
1.Benda uji berbentuk kubus 15x15x15cm sebanyak 20 buah
2.Kuat tekan dihitung sebagai berikut:
Kuat tekan 1 buah benda uji : s’b = P/A, kg/cm2
Kuat tekan rata-rata s’bm = S s’b / n
Deviasi standar S = Ö S (s’b -s’bm)/n-1
Kuat tekan karakteristik s’bk = s’bm – kS, kg/cm2 dimana k untuk tingkat
kegagalan 5% = 1,64
Kelas dan mutu beton sesuai SNI
PBI 89 yang diatur dalam SK SNI dan SNI tata cara pembuatan dan
perhitungan beton normal tidak mengatur kelas dan mutu beton seperti
diatas,tetapi mensyaratkan bahwa untuk pembuatan beton mutu ³ 20 MPa
harus dilakukan dalam perbandingan berat dan diawasi secara kontinyu
Untuk pembuatan benda uji kuat tekan dan perhitungan diatur sbb :
1.Kuat tekan dihitung sebagai berikut:
f’cr = f’c + k x S ,Mpa
f’cr = kuat tekan rata-rata yang ditargetkan
f’c = kuat tekan yang disyaratkan
k = konstanta untuk tingkat kegagalan/cacat 5% = 1,64
S = sama dengan PBI 71
2.Benda uji berbentuk silinder Ø15 cm ,tinggi 30 cm,sebanyak 30 buah.Jika
kurang dari yang disyaratkan maka dikalikan dengan pengali deviasi standar,sbb:
Tabel 2.1. Faktor Pengali deviasi standar, SNI T 15 - 1991
Jumlah benda uji Faktor pengali deviasi standar
Kurang dari 15
15
20
25
30
Rumus khusus **
1,16
1,08
1,03
1,00
**Rumus khusus f’cr = f’c + 12 Mpa
2.2 Bahan Baku
Pada umumnya bahan baku beton adalah :
Bahan Perekat
Dapat berupa bahan perekat hidrolis maupun non hidrolis
Agregat
Berupa agregat halus, agregat kasar, jika perlu dapat ditambahkan filler.
Agregat dapat berasal dari alam maupun buatan.
Air
Bahan tambah
Bahan tambah dipakai untuk meningkatkan kinerja beton, jika diperlukan.
Untuk menghasilkan beton, semua bahan baku dengan jumlah yang sudah
dihitung sesuai kebutuhan, diaduk baik manual maupun memakai mesin .
Lamanya pengadukan, kecepatan putaran mesin, posisi dan bentuk bilah
pengaduk, mutu bahan, pemakaian bahan tambah, menentukan kekohesifan beton
segar dan mempengaruhi mutu beton secara keseluruhan. Setelah diaduk beton
dicetak sesuai bentuk yang dinginkan, kemudian dirawat sampai beton mencapai
seluruh kekuatannya pada umur 28 hari atau lebih tergantung bahan bakunya.
2.3 Sifat Umum Beton
Beberapa sifat beton yang menguntungkan dapat dikemukakan sebagai berikut
:
Dapat dicetak menurut bentuk yang dikehendaki
Dapat dicor di tempat sehingga memudahkan pekerjaan
Mempunyai sifat lebih tahan api
Lebih awet dan tahan lama
Lebih ekonomis
Sebaliknya kerugian menggunakan konstruksi beton adalah :
Untuk pembuatan beton yang dilaksanakan di lapangan memerlukan
kontrol/pengawasan yang ketat.
Keseragaman beton sukar dipertahankan jika kondisi dilapangan berubah-
ubah.
Dalam penggunaannya beton dibatasi oleh suatu harga yang diinginkan
dalam perencanaan.
Jika proses pengerjaan dan perawatan tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan, mutu beton dapat menurun secara signifikan.
2.4. Beton Segar
Yang dimaksud dengan beton segar adalah beton yang berada pada kondisi
setelah selesai diaduk dan belum mengeras (plastis, sebelum semen mengikat)
2.4.1 Sifat Beton segar
Tiga sifat utama beton segar :
1.kekentalan yaitu ukuran untuk menunjukkan kecairan beton
2.Kemudahan mengalir Údalam acuan/cetakan
3.Kemudahan dipadatkan yaitu mudah /sukarnya mengeluarkan
udara yang tersekap.
Sifat pengerjaan beton
Sifat pengerjaan beton tergantung antara lain:
Karakteristik bahan
Perbandingan campuran
Cara pengangkutan dan pemadatan
Ukuran, bentuk,kekasaran permukaan acuan/cetakan
Jumlah dan jarak tulangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat pengerjaan beton :
1. Bahan-bahan campuran :
a.Jenis semen
b.Kebersihan air
c.Penggunaan admixture
d.Agregat: ukuran maksimum, bentuk dan kondisi permukaan, gradasi,
susunan
campuran (perbandingan kasar & halus), kebersihan agregat, kadar
air
dan daya serap air.
e.Susunan campuran masing-masing bahan
f. Pengadukan rata/tidak
2. Kondisi lingkungan sekeliling :
a.Suhu
b.Kelembaban
c.Kecepatan angin
Dinyatakan sebagai kecepatan penguapan air
3. Waktu pengadukan,
4. Stabilitas bahan dalam adukan :
Segregasi : beton kasar, sangat encer, bleeding : beton kurus,butir
semen
kasar. Jika terjadi ketidak kohesifan campuran diatasi dengan
perbaikan
susunan campuran antara lain dengan memperbaiki kadar air, kadar
pasir,
max.besar butir, jumlah butiran halus/filler Ketidak kohesifan beton
umumnya disebabkan oleh: kekurangan semen, kekurangan pasir,
kekurangan air, kekurangan susunan besar butir agregat tidak baik,
A/C
dan C/W, kebersihan agregat, cara pengadukan, penggunaan
admixture,
susunan besar butir agregat tidak baik.
Perbandingan agregat-semen yang mempengaruhi sifat pengerjaan beton,
secara pendekatan dinyatakan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.2. Pengaruh ukuran max agregat dari gradasi sama terhadap perbandingan
agregat-semen dengan fas 0,55 (Mc.Intosh 1964).
Ukuran Max Sifat Pengerjaan
Agregat mm
Sukar Sedang Mudah
kerikil
bentuktdk
teratur
Batu
pecah
kerikil
bentuk tdk
teratur
Batu
pecah
kerikil
bentuk
tdkteratur
Batu
pecah
9,5
19,0
37,5
5,3
6,7
7,6
4,8
5,5
6,4
4,7
5,4
6,5
4,2
4,7
5,5
4,4
4,9
5,9
3,7
4,4
5,2
2.4.2 Pengujian Beton Segar
Sifat yang ditentukan / diuji:
1.Konsistensi
Workability dinyatakan sebagai kemudahan dikerjakan.
Cohesiveness (kekompakan / plastisitas) dinyatakan sebagai tidak terjadi
bleeding dan segregasi.
Konsistensi diuji dengan cara sbb:
a. Alat slump berupa kerucut Abram
Pengujian slump ini tidak cocok untuk beton yang sangat kering atau sangat
encer. Nilai slump dinyatakan dalam mm,cm,inci.
BS : 4 lapis a’ 25 tusukan tiap lapis
ASTM : 3 lapis a’ 25 tusukan tiap lapis
Batas nilai slump (menurut PBI 71)
Tabel 2.3: Nilai nilai slump untuk pekerjaan beton
Uraian Slump (cm)
Max Min
Dinding,pelat pondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang,kaison,&
konstruksi dibawah tanah
9,0 2,5
Pelat,balok,kolom,dinding 15,0 7,5
Perkerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan massal 7,5 2,5
b. VB (von bährner) konsistometer
Terutama untuk beton yang kental. Konsistensi dinyatakan dalam detik.Alat
ini jarang digunakan di lapangan, karena membutuhkan sumber listrik.
c.Meja Alir (flowtable)
Terutama untuk beton yang encer (flowing concrete)
1. ASTM
Benda uji dicetak dengan ukuran f atas 15cm f bawah 20 cm dan tinggi 20
cm diketuk 25X dalam waktu 15 detik
D – d
F = X 100 %
d
F = D – d cm /mm
2. DIN
Benda uji yang dicetak dengan ukuran f atas 13 cm f bawah 20 cm dan
tinggi 20 cm diketuk 15X dalam waktu 45 detik
F = D – d cm a. Kelly ball, hampir sama dengan slump test. Nilai slump ditentukan dari
berapa dalam bola dengan tinggi 15,2 cm ( 6 inci) tenggelam di dalam beton
b. K slump tester.
2.Berat isi /Bulk density
Gunanya:
a. Untuk menghitung hasil beton (yield) yang diperoleh dalam
pelaksanaan dibandingkan dengan rencana.
Total bahan mix design
Yield = ____________________ X100% ≥ 90 %
Berat isi beton pelaks
.
b Mengkoreksi susunan campuran jika B.I. pelaksanaan berbeda jauh
dengan B.I. disain / rencana
Cara pengujian :
Berat didefinisikan sebagai berat isi bersih beton segar dibagi dengan
volume silinder.
3. Kadar udara
Gunanya untuk mengetahui banyaknya udara yang terperangkap dalam
beton segar. Sebaiknya udara dibatasi 2% karena udara dapat menurunkan
kekuatan beton. Kadar udara diuji antara lain dengan airmeter
4.Waktu ikat awal
Penting diketahui untuk menentukan lamanya pengerjaan beton mulai dari
pencampuran sampai penyelesaian akhir/finishing. Diuji antara lain dengan alat
penetrometer dimana waktu ikat awal tercapai apabila beton segar tersebut dapat
menahan beban 500 psi.
2.4.3.Pengerjaan Beton Segar
1.Perencanaan kebutuhan bahan
Di bahas pada bab berikutnya.
2. Pencampuran
a.Perbandingan berat. Beton yang di bahas pada bab ini adalah yang bermutu ≥ 20
MPa
atau ≥ 225 kg/cm 2 yang susunan campurannya direncanakan dalam
perbandingan
berat.
b.Perbandingan volume, dilakukan jika tidak terdapat timbangan di lapangan:
Konversi dari perbandingan berat,dengan cara bulking,contoh :
1 m³ beton
Berat Volume
Air 200 kg 200 lt
Semen 320 kg 320 = 256 lt
1,25
Pasir 650 kg 650 = 500 lt
1,3
Agregat kasar 1250 kg 1250 = 833 lt
1,5
Susunan campuran nominal (nominal mix)
Contoh : semen : pasir : agregat kasar
1 bg : 2 bg : 3 bg = 50 kg : 100 kg : 150 kg
3.Pengadukan
Dengan cara :
Manual
Karena tergantung dari tenaga orang & alat yang dipakai , memerlukan
waktu
yang lama dengan resiko pencampuran kurang rata.Agar campuran rata
sebaiknya sekali aduk maksimum 50 liter dengan waktu pengadukan
sekitara 10
– 15 menit.
Mesin pengaduk :
a. Drum
Wadahnya berbentuk semacam drum dengan sudu/bilah (blade).mesin
pengaduk berputar bersama-sama sudu/bilahnya.kemiringan drum dapat
diatur
agar pengadukan homogen.Pengisian dan pengeluaran dari arah
samping.Ada
juga yang drumnya berputar pada arah horizontal kapasitas 250 lt, 500 lt ,
1m³.
b. Kincir
Wadahnya dilengkapi dengan kincir baik berbentuk spiral maupun sudu,
yang
bergerak kincirnya,sedang wadahnya diam.biasanya untuk pembuatan bata
beton.
c. Pan mixer
Terdiri dari pan / semacam drum yang duduk.Wadahnya berputar,
bladenya
diam atau sebaliknya. Dapat digunakan untuk beton yang kental sekali.
Kekenyalan dan rata atau tidaknya pengadukan dapat langsung terlihat.
Umumnya untuk beton pracetak.
Kecepatan Putaran
Tergantung kapasitasnya,jenis drum 14-20 rpm. Untuk kincir 20- 30 rpm.
Untuk pan lambat 12-20 rpm, sedangkan yang cepat 20–60 rpm tergantung
konsistensi rencana adukan. Ada yang kecepatan putarannya dapat diatur
tergantung dari konsistensinya.
Lama Pengadukan
Tergantung dari :
a. Jumlah beton yang diaduk
b. Besar butir max agregat
c. Kekentalan adukan
d. Kapasitas dan efektifitas mesin pengaduk
Untuk beton yang terlalu kental,waktu pengadukan ± 2x beton yang
normal konsistensinya. Secara umum waktu pengadukan berkisar 5 – 15 menit.
Untuk 400 lt beton (kapasitas mixer) ± 1 menit sedangkan kapasitas 4500 lt ± 3
menit. Jumlah beton yang diaduk umumnya ½ kapasitas mesin pengaduk.
Jika pengadukan terlalu lama,dapat mengakibatkan :
a. Adukan semakin kental karena terjadi penguapan
b. Sebagian agregat kasar menjadi aus dan pecah
c. Sebagian butir pasir yang lunak dapat hancur sehingga beton makin kental dan
penyusutannya besar.
4. Pengangkutan
Selama pengangkutan ke tempat pengecoran, kekentalan dan kehohesifan,
beton harus terjaga.Di perjalanan beton dapat bertambah kental karena :
a. Hidrasi semen
b. Penguapan oleh suhu dan agregat
Minimal kekentalan beton ketika dicorkan harus kurang lebih sama
dengan rencana.Untuk beton yang diaduk pada Batching plant sebaiknya disertai
dengan keterangan nama dan alamat Batching plant, tanggal pembuatan, jumlah
beton per-m3, jumlah semen per-m3 beton, maksimum besar butir agregat dan
susunan besar butir, kekentalan beton, jenis beton dan data pengujian tekan dicatat
dengan lengkap.
Pengangkutan dapat dilakukan secara :
Sederhana :
Ember / dolag diangkut orang
Kereta dorong
Talang
Mekanis:
Truck (dumptruck)
Conveyer belt
Crane dengan skip : pengecoran dam, basement, dalam air
Trimi : pengecoran pondasi, pengecoran dalam air
Pompa
5. Pengecoran
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Persiapan pengecoran
Antara lain meliputi :
Pembersihan cetakan dan bagian-bagian yang akan dicor dari sampah,
tanah, minyak.
Kecermatan dimensi cetakan dari bagian-bagian konstruksi yang akan
dicor.
Ukuran, bentuk, dan pemasangan tulangan.
Kerapatan cetakan.
Letak, kekuatan perancah / penyangga.
b. Konsistensi beton
Konsistensi beton yang akan dibuat, sesuai / tidak dengan kondisi
lapangan meliputi :
Suhu
Jarak dari tempat pembuatan beton ke tempat pengecoran
Dimensi bagian konstruksi yang akan dicor
c. Kekohesifan beton :
Pada waktu pengecoran, baik dari pengangkutan sampai pengisian
cetakan, harus selalu kompak, tidak terjadi segregasi dan bleeding.
d. Waktu pengikatan
Apabila jarak angkut jauh dan waktu tempuh lama, pengecoran dilakukan
sebelum waktu ikat awal tercapai.
e. Sambungan dingin (cold joint)
Jika pengerjaan beton adalah menyambung antara beton yang sudah kuat
dengan beton baru / fresh concrete, sambungan harus diusahakan berada pada
posisi netral dalam konstruksi. Untuk pelat dan balok kira-kira di tengah bentang
dimana D 0 atau jika terdapat pertemuan dengan balok lain pada jarak 2x lebar
balok dari titik pertemuan tersebut.
Untuk beton yang kedap air: reservoar, atap, konstruksi di laut, usahakan
tidak terdapat sambungan. Sudut sambungan 450.
Cara pengecoran
1. Sederhana :
Ditumpahkan
Dialirkan dengan corong, talang, pipa
2. Dengan bantuan alat :
a. Skip : Untuk beton berukuran besar ( 1 – 3 M3) yang ditumpahkan
sekaligus. Untuk beton yang berhubungan / dalam air.
b. Trimi : Untuk konstruksi di bawah air / yang akan terganggu oleh air.
Beton dimasukkan dalam pipa yang -nya bertingkat kemudian
ditekankan masuk ke tempat beton dicorkan
c. Pompa: Memerlukan kecermatan pelaksanaan dalam hal :
Mix design beton
Jenis peralatan dan pompa disesuaikan dengan jarak, permukaan dan
daya pemompaan yang diperlukan. Peralatan yang dipakai pada
prinsipnya terdiri dari: bak penampung, mesin pemompa, pipa
penyaluran, pipa-pipa penyaluran yang dapat dibengkokkan,
dibelokkan, dan diarahkan ke tempat pengecoran. Pengecoran dengan
pompa dapat dilakukan untuk berbagai macam konstruksi.
d. Spraying / disemprotkan
Untuk penggunaan khusus, misalnya :
Untuk konstruksi yang tidak memerlukan cetakan pada 2 bidang beton,
misalnya : terowongan, kanal (ukuran besar) dsb.
Untuk mengisikan beton ke dalam rongga-rongga pada suatu
konstruksi yang tidak dapat dikerjakan dengan cara biasa.
Untuk perbaikan bidang-bidang tertentu yang tidak dapat dicapai
dengan cara biasa.
e. Slip Forming
Cara pengecoran untuk konstruksi yang mempunyai dimensi sama
sepanjang /
setinggi tertentu, umpama : silo, menara, cerobong.
Cetakan / acuannya adalah untuk sebagian konstruksi tersebut
dilaksanakan
tahap demi tahap sesuai dengan waktu pengikatan beton. Umpamanya
waktu
pengikatan beton 3 jam, maka setelah 3 jam cetakan ini digerakkan ke
atas
sampai beton dicorkan.
Pelaksanaan Pengecoran
1. Pondasi :
Telapak
Sumuran : ditumpahkan dengan mencegah segregasi. Jatuhnya beton tegak
lurus. Jika miring jangan sampai kena dinding.
Plat
Pengecoran dengan cara ditumpahkan tetapi dijaga jangan sampai beton
mengalir horisontal.Jiksa menggunakan talang,sediakan penampung.Beton
jangan dibiarkan bertimbunan baru dipindahkan,untuk mencegah
segregasi.
2. Kolom
Beton boleh dijatuhkan setinggi < 1,5 m.Beton dimasukkan pada lubang
pada bidang sisi cetakan.Jatuhnya beton harus tegak dan lurus dan tidak
menyentuh dinding cetakan.Pengecoran dilakukan secara bertahap.
Pemadatan untuk kolom dilakukan :
Dari dalam dengan penggetar tusuk (pin vibrator)
Dari luar dengan menempelkan penggetar pada dinding cetakan.
Gabungan dari kedua hal tersebut,tergantung dimensi kolom.
3. Balok
Untuk pertemuan balok dengan kolompada tulangan rapat perlu
diperhatikan besar butir max.agregat.Beton jangan dibiarkan mengalir
horisontal,untuk mencegah segregasi.
4. Dinding
Tinggi jatuh beton jangan >1,5 m.Jika dinding cukup tinggi harus dibagi
menjadi beberapa tahap sepanjang dinding.Kalau perlu memakai
corong.Hindarkan sambungan pada tempat yamg berbahaya dan antara beton yang
sudah keras dengan yang masih segar.Karena itu kecepatan pengecoran harus
disesuaikan dengan dimensi dinding.Untuk dinding yang harus kedap air tidak
boleh ada cold joint.
5. Lantai atau Atap.
Karena permukaannya terbuka, beton harus dibuat sekental mungkin
dengan gradasi agregat yang baik.Dapat dicorkan dengan kereta dorong atau
ditumpahkan dengan ember / dolak. Beton tidak boleh mengalir horizontal atau
digeser sebagian-sebagian. Sedapat mungkin tidak ada cold joint. Pemadatan
dengan pin / vibrator. Segera sesudah pemadatan permukaan beton harus dijaga
dari kontak langsung dengan matahari.
6. Pemadatan (vibrating)
Dilakukan secara :
a. Ditusuk :
Untuk beton relatif encer (slump ³ 100 mm) dan kekuatan rendah.
Dengan cara ini beton tidak dapat menjadi plastis pada waktu pencetakan.
b. Digetar :
Beton menjadi lebih plastis sehingga dapat bergerak mengisi cetakan
dengan banyak serta padat.
Lama penggetaran tergantung dari :
Slump(workability). Makin kental makin lama.
Frekuensi penggetar (rpm). Makin tinggi frekuensi makin pendek
waktu.
Amplitudo alat penggetar. Amplitudo makin besar waktu penggetaran
semakinsebentar.
Jenis-jenis alat penggetar :
a. Pin vibrator internal vibrator
Dimasukkan ke dalam beton sedalam tidak lebih dari panjang jarum.
Kemiringan
jarum tidak boleh lebih dari 300. Alat penggetar dengan fekuensi tertentu
mempunyai jarak penggetaran tertentu sekitar 20 – 30 cm.
b. Penggetar batang (single/double beam) surface vibrator
Untuk lantai, atap, jalan dengan panjang batang 4, 6, 9, 12 meter. Dilengkapi
roda
dan rel sehingga dapat digerakkan horizontal. Jika terjadi bleeding dilakukan
penggetaran ulang/revibrating. Untuk lantai/jalan menggunakan trowel =
ruskam
yang sekaligus juga sebagai penggetar.
c. Penggetar luar (tempel) eksternal vibrator
d. Meja penggetar (vibrating table)
e. Spinning/dipintal
f. Digetar dan dikempa.
Tidak digunakan untuk beton konstruksi di tempat. Untuk beton pracetak
misalnya
untuk pipa, plat, panel, ubin, bata, beton, balok atau konstruksi khusus. Juga
untuk
beton mutu tinggi pracetak.
7. Perawatan (curing)
Pengertian:
“Curing” adalah usaha untuk memberi kesempatan pada beton
mengembangkan kekuatan hingga tingkat kematangan tertentu tanpa terjadi cacat.
Curing dibedakan menjadi dua:
1.Curing normal :
Suhu udara sama dengan suhu ruangan/air sehingga kematangan
ditentukan oleh lamanya waktu perawatan. Selama proses pematangan beton
harus cukup diberi air/ kelembaban agar tidak terjadi pelepasan air dari beton.
Cara perawatan normal :
Memberikan kelembaban cukup di permukaan beton (< 65 % RH)
a. Penyiraman ruangan sekitar beton
Memberikan embun
Membasahi permukaan beton secara periodik
b. Perendaman (water curing)
Menggenangi permukaan beton untuk waktu tertentu : lantai, plat, atap,
jembatan, jalan.
Menutup beton dengan pasir basah / kain / bahan menyerap air yang
basah.
c. Menggunakan curing membrance
Dari lembaran plastik, atau terpal
d. Bahan kimia yang ditaburkan pada permukaan beton.
2. Curing Dipercepat
Mempercepat hidrasi semen karena suhu rendah. Cara perawatan antara lain :
Memberikan uap air pada beton. Suhu + 800C disemburkan secara
bertahap
selama waktu tertentu.
Menghembuskan udara panas.
Menutup permukaan beton dengan lembaran isolasi panas beton
menjadi panas karena panas hidrasi tidak keluar dari beton.
Mempercepat pengerasan mis : 1 hari curing normal = 7 hari curing
dipercepat.
Menutup dengan lembaran isolasi
Dengan aliran listrik untuk beton pracetak
Dengan uap :
o Tekanan rendah : suhu < 800C dalam ruangan curing.
o Tekanan tinggi : suhu 2000C, 8 – 16 atm.
Merendam dalam air panas, 40 – 500C dengan waktu 4 – 16 jam
2.5 Beton Keras (Hardened Concrete)
2.5.1 Pendahuluan
Sifat beton keras dinyatakan dalam : a.Kekuatan.
b.Keawetan.
Sifat ini diperhitungkan setelah beton berumur 28 hari dimana dianggap
proses pengembangan kekuatan telah ,mencapai 100 %.
Walaupun demikian,proses pengerasan beton setelah selesai dicetak
sampai umur 28 hari harus dirawat secara serius terutama untuk beton mutu
tinggi,karena kekuatan dan keawetan beton tergantung dari proses pematangan
(maturity) tersebut.
2.5.2 Kekuatan Beton.
Kekuatan beton dinyatakan dengan sifat mekanisnya yaitu kemampuan
beton untuk memikul beban yang bekerja padanya,baik sendiri sendiri maupun
bersamaan.
Kekuatan antara lain dinyatakan dalam:
a.Kekuatan Tekan
1. Destruktif : di laboratorium dengan benda uji kubus atau silinder
di lapangan dengan coredrill, lalu diuji destruktif di lab.
2. non destruktif : di lapangan dengan Schmidt hammer test dan Pundit
Mutu beton umumnya dinilai dari kuat tekannya. Beton merupakan bahan
yang getas,karena itu kemampuan untuk memikul beban tekan jauh lebih besar
dibandingkan dengan beban yang lain.
Pada PBI 1971 kuat tekan beton dinyatakan dengan kuat tekan
karakteristik yaitu kekuatan tekan dari sejumlah benda uji yang menyebar dengan
penyimpangan/ deviasi tertentu menurut lengkung Gaus. Kuat tekan karakteristik
dinyatakan sebagai s’bk = s’bm – kS.
Pada PBI 89 yang diatur dalam SK SNI kuat tekan dinyatakan sebagai
kuat tekan yang disyaratkan, dinyatakan sebagai f’c. Hasil perhitungan dinyatakan
sebagai kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dinyatakan sebagai f’cr = f’c + kS
Kuat tekan dipengaruhi oleh :
1. karakteristik bahan
2. susunan campuran
3. suhu pengerasan
4. pengerjaan beton segar
5. perawatan
Pengujian di Laboratorium dilakukan dengan benda uji berbentuk :
Kubus :
10X10X10 cm
15X15X15 cm (standar)
20X20X20 cm
Silinder:
10 cm tinggi 20 cm
15 cm tinggi 30 cm (standar).
Pengujian dilakukan pada umur-umur tertentu sesuai dengan pengujian
PC.Jika tidak dapat diuji pada umur-umur tersebut,PBI 71 dan SNI T-15_91
memberikan tabel konversi perkiraan perbandingan kekuatan tekan beton.
Tabel 2.4. Perkiraan Kuat tekan beton pada berbagai umur menurut PBI 71
UmurBeton(Hr) 3 7 14 21 28 90 365
PC biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,0 1,2 1,35
PC dg kekuatan
awal tinggi
0,55 0,75 0,90 0,95 1,0 1,15 1,20
Kuat tekan dihitung sebagai berikut:
Kuat tekan 1 buah benda uji : s’b = P/A, kg/cm2
Kuat tekan rata-rata s’bm = S s’b / n
Deviasi standar S = Ö S (s’b -s’bm)/n-1
Kuat tekan karakteristik s’bk = s’bm – kS, kg/cm2 dimana k untuk tingkat
kegagalan 5% = 1,64
Tabel 2.5. Perkiraan Kuat tekan beton pada berbagai umur menurut SNI T 15 - 91
Umurbeton(Hr) 3 7 14 21 28 90 365
PC type I 0,46 0,70 0,88 0,96 1,0 - -
Kuat tekan dihitung sebagai berikut:
f’cr = f’c + k x S ,Mpa
f’cr = kuat tekan rata-rata yang ditargetkan
f’c = kuat tekan yang disyaratkan
k = konstanta untuk tingkat kegagalan/cacat 5% = 1,64
S = sama dengan PBI 71
b.Kuat tarik
Kuat tarik beton walaupun kecil harus diketahui terutama dalam
perencanaan jalan beton, landasan pesawat udara, atau pada permukaan yang
luas..Komponen-komponen beton disyaratkan dapat menahan tegangan-tegangan
tarik akibat perubahan-perubahan suhu dan cuaca.
Menentukan kuat tarik langsung adalah sukar karena itu diuji tidak
langsung ataupun dengan mengetahui kuat lentur. Kuat tarik tak langsung
(splittering cylinder test diuji dengan cara membelah silinder beton tersebut.
Dimana : P = beban maksimum
l = panjang benda uji
d = diameter silinder
Kuat tarik langsung berkisar 0,45 Ökuat tekan
c.Modulus elastisitas
Modulus elastisitas beton perlu diketahui dalam hubungannya dengan perhitungan
pemakaian tulangan. Diuji dengan menggunakan alat compressometer
menggunakan benda uji silinder 15cm tinggi 30 cm.
E = S2 – S1 kg/cm2
2 - 1
Dimana : S2 = tegangan ketika berada pada daerah elastis = 40% tegangan
maksimum S1 = tegangan ketika 1 terjadi
2 =regangan ketika berada pada daerah elastis = 40% regangan
maksimum
1 = regangan tetap = 0,00005
d.Kuat lentur statis
f’ct = 2P n/mm2
ld
Merupakan kuat tarik tak langsung. Momen lentur merupakan pengalihan
dari tegangan tekan pada bagian atas serta tegangan tarik pada bagian
bawah.Balok hancur akibat tegangan tarik dan lentur (modulus of rupture)
dihitung menurut :
f’lt = P x L kg/cm2
bd2
Dimana : P = beban maksimum
L = jarak antara kedua perletakan
b = lebar balok
d = tinggi balok
Kuat lentur kira-kira 0,7 √kuat tekan
2.5.3 Keawetan Beton
Keawetan dinyatakan dengan ketahanan terhadap kemunduran mutu
akibat pengaruh intern dan ekstern.
Pengaruh intern:
1.Karakteristik bahan
Makin baik dan makin tinggi karateristik dan mutu bahan, makin awet
beton
tersebut.
2.Reaksi alkali agregat
Agregat yang reaktif akan bereaksi dengan alkali pada semen yang
mengakibatkan agregat mengembang sehingga beton menjadi retak dan
terurai
3.Perubahan volume
Reaksi kimia semen dan air → beton mengering
Perbedaan suhu → basah kering berganti-ganti
Tertahannya perubahan volume oleh gaya luar dan dalam → retak-retak
4. Daya serap dan permeabilitas
Permeabilitas : daya tembus : kemudahan air mengalir melalui beton
Daya serap : kemampuan beton untuk menghisap air kedalam pori-
porinya. Dipengaruhi oleh :
a. Faktor air semen yang besar
b. Adanya udara yang tersekap pada beton setelah aelesai dipadatkan
c. Kehalusan butiran semen
d. Komposisi kimia semen
e. Segregasi pada saat pengecoran
Pengaruh ekstern:
1. Pengaruh lingkungan
Pembekuan dan pencairan : mengakibatkan perubahan volume, timbul
retak-retak halus
Perbedaan kelembaban : akibatnya akan menyusut dan memuai berganti-
ganti
Pengaruh cuaca terutama untuk beton yang di luar, akibat hujan dan angin
akan menyebabkan beton terkikis
2. Pengaruh kimia : umumnya menyerang semen
Serangan alkali :
Ca(OH)2 larut dalam air yang mengandung CO2. Karena terjadi
pengapuran ini dapat timbul retak-retak dan penyusutan sehingga
keawetan dapat berkurang. Hal ini dapat terjadi, antara lain karena:
a. Pada bangunan yang berhubungan dengan air, terdapat bagian yang retak.
b. Daerah kropos karena terjadi segregasi.
c. Siar-siar pelaksanaan yang jelek
d. Banyak pori
e. Menyerap air hujan/tanah yang mengandung CO2
Serangan sulfat:
Sulfat bereaksi dengan Ca(OH)2 dan C3A membentuk Calsium Sulfat dan
Calsium Sulfoaluminat. Jenis magnesium sulfat yang paling serius
mengakibatkan pengembangan volume dan rusaknya beton. CaCl
mengurangi ketahanan beton terhadap sulfat.
3. Pengausan : terjadi akibat :
Aliran air yang cepat sehingga terjadi lubang-lubang (erosi kavitasi)
Adanya bahan-bahan pengaus dalam air
Tiupan angin kencang
Gesekan dan benturan lalu lintas
Cara pencegahan antara lain:
Aliran hidrolis setenang mungkin. Di tempat-tempat kritis harus diperkuat
dengan bahan-bahan tahan terhadap erosi kavitasi
Mutu beton dipertinggi
Menggunakan agregat keras
2.6 Pemakaian Beton
Konstruksi beton dapat digunakan hampir di seluruh bidang pekerjaan konstruksi baik diatas tanah, di dalam tanah, di
dalam air baik air tawar maupun air laut. Tidak jarang dalam pemakainannya dikombinasikan dengan bahan lain
seperti baja atau polimer.
2.7 Rancangan Campuran Beton Normal
Untuk menghitung banyaknya bahan pembentuk beton dalam setiap meter
kubik, dapat dihitung dalam berbagai cara. Di Indonesia, perhitungan
rancangan campuran yang dibakukan dalam SK-SNI T 15 – 1990 – 03 diambil
dari Departmen of Environmental ( DoE ) British Standard, dengan berbagai
penyesuaian terhadap kondisi di Indonesia
Metode rancangan campuran lain yang banyak dipakai adalah yang berasal
dari American Concrete Institute dan Portland Cement Asosiation.
2.8 Langkah-langkah Perancangan dengan metoda SK SNI T 15 – 1990
– 03
Sebelumnya ada tiga faktor yang harus dperhatikan dalam merancang
campuran cara ini, yaitu :
1. Harga- harga yang didapatkan dari tabel dan grafik dimaksudkan untuk I
meter kubik beton.
2. Agregat dianggap berada pada kondisi jenuh permukaan kering ( ssd )
sehingga harus dilakukan koreksi terhadap kadar air agregat yang
sebenarnya.
3. Suhu dasar adalah 20 0 C sehingga harus dilakukan koreksi terhadap kadar
air pada suhu sebenarnya karena adanya penguapan saat proses pengerjaan
beton.
Langkah-langkah dalam melakukan hitungan rancangan campuran beton,
adalah sebagai berikut :
1. Tuliskan besarnya kuat tekan yang disyaratkan, sebagai contoh 30 N/mm2
pada umur 28 hari, pada butir 1.
2. Tentukan besarnya deviasi standar, diketahui atau diperkirakan, tulis di
butir 2, misalnya diambil 5 N/mm2
3. Hitung nilai tambah margin, yaitu K x S = 1,64 x 5N/ mm2 = 8,2 N/ mm2
4. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan = butir 1 + butir 3 = 30 + 8,2 = 38,2
N/ mm2
5. Jenis PC yang dipakai tipe I.
6. Bentuk agregat kasar: batu pecah
Bentuk agregat halus: pasir alami
7. Untuk mencari FAS bebas, tentukan dulu benda uji yang akan dipakai
dalam trial mix, contoh diambil benda uji silinder.Lihat tabel 2.
Menurut tabel.2: Beton dengan agregat kasar batu pecah, FAS 0,5, semen
Portland tipe 1, benda uji silinder, mempunyai kuat tekan 37 N/mm2.
Setelah itu lihat Grafik 1. Tarik garis mendatar (horizontal) dari angka 370
kg/cm2 hingga memotong tegak lurus garis FAS 0,5. Lihat apakah terdapat
kurva kekuatan agregat pada perpotongan tersebut. Jika tidak, buat kurva
baru pada perpotongan tersebut sebagai garis kerja kekuatan agregat 37
N/mm2.
Tarik garis hosontal dari kuat tekan rata-rata 38,2 N/mm2 memotong kurva
agregat yang baru. Tarik garis vertikal kebawah dari titik perpotongan
tersebut untuk mendapatkan besarnya FAS. Dari contoh di dapatkan FAS
0,49.
8. Jika ditentukan, tulis besarnya FAS maksimum.
9. Tulis besar nilai slump. Sebagai contoh ditetapkan 30 – 60 mm.
10. Tulis ukuran agregat maksimum. Sebagai contoh ditetapkan 20 mm.
11. Kadar air bebas , lihat tabel 6. Nilai slump 30 –60 mm, ukuran besar butir
maksimum agregat 20 mm, jenis agregat kasar batu pecah, agregat halus
pasir alam, kadar air tidak dapat diambil langsung dari tabel, tetapi
dihitung dari rumus : 1/3 agregat kasar + 2/3 agregat halus. Dari contoh,
kadar air bebas = 1/3 x 210 kg + 2/3 x 180 kg = 190 kg.
Karena tidak ditetapkan secara pasti, koreksi air terhadap suhu dapat
ditambahkan pada kadar air ini., atau terakhir setelah semua perhitungan
selesai. Jika ditambahkan pada tahap ini maka kadar air = 190 kg + 10 kg
= 200 kg/m3
12. Kadar semen dihitung dari no.11 dibagi no 7 = 200 : 0,49 = 408 kg/m3
13. Kadar semen maksimum diisi jika ditetapkan
14. Kadar semen minimum diisi jika ditetapkan
15. Faktor air semen yang disesuaikan diisi jika no.13 dan 14 ditetapkan.
16. Susunan besar butir agregat halus: dari laboratorium didapat zona II.
17. Persen agregat halus dilihat dari grafik 10 untuk besar butir maksimum
agregat 20 mm, kolom slump 30 – 60 mm, FAS 0,49, susunan butit zona
II, didapatkan 34% - 40 %, diambil rata-rata 37%.
18. Berat jenis relatif agregat ( kering permukaan ) dihitung = 34% x 2,62 +
66% x 2,64 = 2,63.
19. Berat isi beton dilihat dari grafik 13 diambil rata-rata 2365 kg/m3
20. Kadar agregat gabungan = 19 – ( 12 + 11 ) = 1757 kg/m3
21. Kadar agregat halus no.17 x no.20 = 37% x 1757 = 650 kg/m3
22. Kadar agregat kasar = 1757 – 650 = 1107 kg/m3
Campuran beton rencana untuk 1 m3 beton :
Semen = 408 kg
Air = 200 kg
Agregat halus = 650 kg
Agregat kasar = 1107 kg
Berat isi beton segar rencana = 2365 kg/m3
Koreksi air agregat :
1.Agregat halus : penyerapan air 2,1 %. Kadar air 1,9 %
Koreksi : ( 2,1% - 1,9% ) x 650 kg = 1,3 kg
2.Agregat kasar : penyerapan air 1,1 %. Kadar air 1,3 %
Koreksi : | 1,1% - 1,3% | x 1107 kg = 2,2 kg
Campuran beton pelaksanaan untuk 1 m3 beton :
Semen = 418 kg ≈ 418 kg
Air = 200 + 1,3 – 2,2 = 199,1 kg ≈ 199 kg
Agregat halus = 650 – 1,3 = 648,7 kg ≈ 649 kg
Agregat kasar = 1107 + 2,2 = 1109,2 kg ≈ 1109 kg
Berat isi beton segar pelaksanaan = 2365 kg/m3
2.9. Tabel Dan Grafik Rancangan Campuran
Beton umumnya didefinisikan sebagai batu buatan yang terdiri dari campuran
agregat (alam atau buatan),semen (umumnya PC), dan air; yang setelah
mengeras menjadi massa yang padat dan punya kekuatan serta tidak larut dalam
air. Pembahasan beton dibagi menjadi beton segar, perawatan, beton keras,
keawetan, serta rancangan campuran beton. Pada beton segar dibahas sifat dan
pengujian yang dilakukan meliputi konsistensi dan workability, berat isi, kadar
udara dan waktu ikat awal. Selanjutnya pengerjaan beton segar meliputi
pencampuran, pengadukan, pengangkutan, pengecoran dan pemadatan. Beberapa
hal harus diperhatikan agar pembuatan beton berhasil sesuai rencana. Perawatan
dibedakan menjadi perawatan normal dan dipercepat. Pembahasan beton keras
meliputi kuat tekan destruktif dan non destruktif serta perhitungan kuat tekan
beton hasil uji di laboratorium, kuat tarik belah, modulus elastisitas, dan kuat
lentur. Keawetan beton ditinjau dari pengaruh internal seperti mutu bahan, reaksi
kimia agregat dan semen, proses pengerjaan dan perawatan beton, serta pengaruh
eksternal meliputi pengaruh lingkungan seperti
pembekuan dan pencairan yang mengakibatkan perubahan volume dan timbul
retak-retak halus, perbedaan kelembaban yang mengakibatkan susut dan muai
berganti-ganti, pengaruh cuaca terutama untuk beton yang di luar, akibat hujan
dan angin akan menyebabkan beton terkikis, lingkungan yang mengandung
kimia agresif serta pengausan. Rancangan campuran beton normal mengikuti
metode SK-SNI yang diambil dari metode DoE BS bertujuan mengetahui
kebutuhan bahan pembuat beton untuk setiap meter kubik beton normal.
2.11 Soal-soal
1. Pada pembuatan campuran uji coba di laboratorium, pengujian apa yang
mutlak perlu dilakukan untuk beton segar dan beton keras (masing-masing 2).
Jelaskan alasannya.
2. Sebelum pengecoran dimulai, hal-hal apa yang harus diperhatikan agar sesuai
dengan rencana (5).
3. Untuk pengecoran di lapangan, apa yang harus diperhatikan pada pengecoran
balok, kolom dan plat (masing-masing 2).
4. Jika struktur beton yang sudah terpasang tidak sesuai dengan rencana, jelaskan
langkah-langkah apa yang harus ditempuh ( 2 ).
5. Hal apa yang paling penting diperhatikan pada proses pengerjaan beton agar
beton mempunyai keawetan maksimum ( 3 ).
6. Akan dibangun pusat perbelanjaan di kota Jogja. Mutu beton rata-rata 40
MPa. Untuk merancang campuran beton data yang ada sebagai berikut:
Agregat kasar batu pecah; BJ ssd 2,61; besar butir maksimum 10 mm;
penyerapan air 1,1%; kandungan air 0,9%. Agregat halus berasal dari letusan
gunung Merapi; BJ ssd 2,58; penyerapan air 2,1%; kandungan air 2,1%;
masuk Zone III BS; jumlahnya 38% = 674 kg. Faktor air semen 0,48 dengan
air yang sudah dikoreksi terhadap suhu 190 kg. Hitung kebutuhan bahan
pelaksanaan untuk 1 m3 beton.
OooooooOooooo0