Upload
dangduong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut Terry dalam Manullang (2012; 3) manajemen adalah
pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan
kegiatan orang lain.
Menurut Freeman & Gilbert (1995) dalam Wijayanto (2012; 1)
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Menurut Hasibuan (2006; 1) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Ada 4 fungsi utama dalam manajemen:
1) Perencanaan (Planning)
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain (pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan) tak akan dapat berjalan.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif,
dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja
secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
14
3) Pengarahan (Actuating/Directing)
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak
dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan
produktifitas yang tinggi.
4) Pengawasan (Controlling)
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan
yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat
berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai
perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia
Menurut Mathis & Jackson (2006; 3) MSDM adalah rancangan sistem-
sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat
manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Menurut Hasibuan (2006; 10) MSDM adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Menurut Rivai (2003; 1) dalam Subekhi & Jauhar (2012; 20) MSDM
merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani
berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan
tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau
perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit
yang biasanya mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia atau
dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource departement.
Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain sistem
perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan
karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan
yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan
15
dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya
manusianya.
Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan evaluasi pekerjaan.
Sedangkan dari sisi pekerja meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga
kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi,
kompensasi dan pemutusan hubungan kerja.
2.2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2006; 21), fungsi manajemen sumber daya manusia
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,
pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan dan pemberhentian.
1. Perencanaan
Perencanaan SDM (human recources planning) adalah perencanaan
tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan
dengan menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian
meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan
dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization
chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
organisasi yang baik akan membatu terwujudnya tujuan secara efektif.
3. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan,
agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dan efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan
16
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan
semua tugasnya dengan baik.
4. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan pengendalian semua karyawan
agar mentaati peraturan-peratuaran perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan
pekerjaan dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
5. Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,
orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu
terwujudnya tujuan.
6. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan.pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung
(direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan
sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip
kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi
kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta
berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan
internal dan eksternal konsistensi.
17
8. Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja
sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh
laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam MSDM,
karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka
tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan
yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk
mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.
11. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang
dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan
karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan
sebab-sebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang-undang No. 12
Tahun 1964.
2.2.3 Tujuan Manajemen SDM
Tujuan manajemen SDM menurut Simamora (2004; 10) dalam Hartatik
(2014; 20) adalah sebagai berikut:
18
a. Tujuan Sosial
Manajemen sumber daya manusia bertujuan agar organisasi atau
perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap kebutuhan
maupun tantangan masyarakat, serta meminimalkan dampak negatif dari
tuntutan itu terhadap organisasi.
b. Tujuan Organisasional
Tujuan manajemen sumber daya manusial adalah memiliki sasaran formal
organisasi yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.
c. Tujuan Fungsional
Merupakan tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen sumber
daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
d. Tujuan Individual
Manajemen sumber daya manusia berperan serta untuk mencapai tujuan
pribadi dari setiap anggota organisasi atau perusahaan yang hendak
mencapai melalui aktivitasnya dalam organisasi.
2.3 Kompensasi
2.3.1 Pengertian Kompensasi
Bagi perusahaan, kompensasi memiliki arti penting karena kompensasi
mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan
kesejahteraan karyawannya. Kompensasi yang tidak memadai dapat
menurunkan prestasi kerja, motivasi kerja, dan kepuasan kerja karyawan,
bahkan dapat menyebabkan karyawan yang potensial keluar dari perusahaan.
Kompensasi ditinjau dari sudut pandang perusahaan merupakan unsur
biaya yang dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan, proses
rekrutmen, dan tingkat perputaran karyawan. Sedangkan ditinjau dari sudut
pandang karyawan merupakan unsur pendapatan yang mempengaruhi gaya
hidup, status, harga diri, dan perasaan karyawan terhadap perusahaan untuk
tetap bersama perusahaan atau mencari pekerjaan lainnya. Selain itu juga
merupakan alat manajemen bagi perusahaan untuk meningkatkan motivasi
kerja, meningkatkan produktivitas, dan mempengaruhi kepuasan kerja.
19
Menurut Dessler (1997; 85) dalam Subekhi & Jauhar (2012; 175)
kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang
diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu.
Menurut Yani (2012; 139) kompensasi adalah bentuk pembayaran
(langsung atau tidak langsung) dalam bentuk manfaat dan insentif untuk
memotivasi karyawan agar produktivitas kerja semakin meningkat/tinggi.
Menurut Hasibuan (2006) kompensasi adalah semua pendapatan yang
berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalam atas jasa yang diberikan kepada perushaan.
Menurut Pangabean (2004; 75) dalam Hartatik (2014; 242) kompensasi
dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada
karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada
organisasi.
Menurut Wibowo (2007; 133) kompensasi merupakan kontra prestasi
terhadap penggunaan tenaga atau balas jasa yang telah diberikan oleh tenaga
kerja. Kompensasi merupakan jumlah paket yang ditawarkan organisasi
kepada pekerja sebagai imbalan atas penggunaan tenaga kerjanya.
Menurut Flippo dalam Priansa & Suwatno (2014; 220) “Compensation
as the adequate and equitable remuneration of personal for their contribution
to organization objectives”. Kompensasi merupakan pemberian imbalan jasa
yang layak dan adil kepada karyawan-karyawan karena mereka telah
memberi sumbangan kepada pencapaian organisasi.
Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kompensasi merupakan bentuk penghargaan atau balas jasa yang
diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya, baik dalam bentuk finansial
maupun non finansial, agar karyawan merasa dihargai dalam bekerja.
Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM
yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual
sebagai pertukaran dalam melaksanakan tugas organisasi.
2.3.2 Tujuan Kompensasi
Secara umum tujuan kompensasi adalah untuk membantu perusahaan
mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin terciptanya
keadilan internal dan eksternal. Keadilan eksternal menjamin bahwa
20
pekerjaan-pekerjaan akan dikompensasi secara adil dengan membandingkan
pekerjaan yang sama dipasar kerja.
Pemberian kompensasi ini pada dasarnya bertujuan untuk kepentingan
perusahaan, karyawan, pemerintah, dan juga masyarakat. Dengan adanya
kompensasi ini, maka sumber daya manusia akan dialokasikan secara efisien,
penggunaan sumber daya manusia akan lebih efisien dan efektif, dan juga
akan dapat mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Tujuan pemberian kompensasi menurut Salam (2008; 162) dalam
Hartatik (2014; 244) adalah sebagai berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi.
Karyawan menerima kompensasi berupa upah, gaji, atau bentuk lainnya
adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau
kebutuhan ekonominya. Dengan adanya kepastian menerima upah atau
gaji secara periodik, berarti adanya jaminan economic security bagi
dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
2) Meningkatkan produktivitas kerja.
Pemberian kompensasi yang makin baik akan mendorong karyawan
bekerja secara produktif.
3) Memajukan organisasi atau perusahaan.
Semakin berani suatu perusahaan atau organisasi memberikan
kompensasi yang tinggi, semakin menunjukkan suksesnya suatu
perusahaan. Sebab, pemberian kompensasi yang tinggi hanya mungkin
dilakukan apabila pendapatan perusahaan yang digunakan untuk itu
makin besar.
4) Menciptakan keseimbangan dan keadilan.
Ini berarti, pemberian kompensasi berhubungan dengan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh karyawan pada jabatan, sehingga tercipta
keseimbangan antara input (syarat-syarat) dan output.
21
Tujuan-tujuan kompensasi menurut Priansa & Suwatno (2012; 222) yaitu:
1) Ikatan Kerja Sama
Pemberian kompensasi akan menciptakan suatu ikatan kerja sama yang
formal antara pengusaha (perusahaan) dengan karyawan dalam kerangka
organisasi, dimana pengusaha dan karyawan saling membutuhkan. Setiap
karyawan pasti membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, karena itu ia harus mengerjakan pekerjaannya dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan keinginan pengusaha. Sedangkan pengusaha
membutuhkan tenaga dan keahlian karyawan untuk dimanfaatkan bagi
perusahaan, oleh karena itu pengusaha wajib memberikan kompensasi
yang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya dengan karyawan.
2) Kepuasan kerja
Karyawan bekerja dengan mengarahkan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan, waktu, serta tenaga, yang semuanya ditujukan bagi
pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, pengusaha harus
memberikan kompensasi yang sesuai dengan apa yang telah diberikan
oleh karyawan, tersebut, sehingga akan memberikan kepuasan bagi
karyawan.
3) Pengadaan efektif
Pengadaan karyawan akan efektif jika dibarengi dengan program
kompensasi yang menarik. Dengan program pemberian kompensasi yang
menarik, maka calon karyawan yang berkualifikasi baik dengan
kemampuan dan keterampilan tinggi akan muncul, sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan oleh perusahaan.
4) Motivasi
Kompensasi yang layak akan memberikan rangsangan serta memotivasi
karyawan untuk memberikan kinerja terbaik dan menghasilkan
produktivitas kerja yang optimal. Untuk meningkatkan motivasi bagi
karyawan, perusahaan biasanya memberikan insentif berupa uang atau
hadiah lainnya. Kompensasi yang layak akan memudahkan manajer
dalam mengarahkan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.
22
5) Menjamin Keadilan
Kompensasi yang baik akan menjamin terjadinya keadilan di antara
karyawan dalam organisasi. Pemberian kompensasi juga berkaitan dengan
keadilan internal maupun keadilan eksternal. Keadilan internal berkaitan
dengan pembayaran kompensasi dihubungkan dengan nilai-nilai relatif
dari suatu jabatan, tugas, dan prestasi kerja karyawan. Sementara keadilan
eksternal berkaitan dengan pembayaran bagi karyawan pada suatu tingkat
yang sama dengan pembayaran yang diterima oleh karyawan lainnya
yang bekerja di perusahaan lain. Dengan pemberian kompensasi yang
seperti itu juga akan lebih menjamin stabilitas karyawan.
6) Disiplin
Pemberian kompensasi yangmemadai akan mendorongtingkat
kedisiplinan karyawan dalam bekerja. Karyawan akan berperilaku sesuai
dengan yang diinginkan organisasi. Karyawan juga akan menyadari serta
menaatiperaturan-peraturan yang berlaku dalam perusahaan. Perilaku
disiplin karyawan ditampilkan sebagai bentuk wujud terima kasih
karyawan terhadap perusahaan atas kompensasi yang telah mereka terima.
7) Pengaruh serikat buruh
Keberadaan suatu perusahaan tidak bisa terlepas dari adanya pengaruh
serikat buruh atau serikat pekerja. Serikat iniakan mempengaruhi besar
kecilnya kompensasi yang diberikan perusahaan bagi karyawannya.
Apabila serikat buruhnya kuat, maka bisa dipastikan tingkat kompensasi
yang diberikan perusahaan bagi karyawan tinggi, begitupun sebaliknya.
Dengan program kompensasi yang baik dan memadai, perusahaan akan
terhindar dari pengaruh serikat buruh. Serikat buruh merupakan
organisasi tempat bernaungnya aspirasi dan kepenringan para karyawan.
Organisasi ini akan memperjuangkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
para anggotanya.
8) Pengaruh pemerintah
Pemerintah menjamin atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
masyarakat. Untuk itu, melalui kebijakan perundangan dan regulasi,
23
pemerintah mengeluarkan berbagai macam peraturan yang pada intinya
untuk melindungi pekerja, sekaligus mendorong investasi dari para
pengusaha agar mau menanamkan modalnya. Berkaitan dengan
kompensasi, pemerintah menetapkan besarnya batas upah minimal
(UMR) atau balas jasa minimum yang layak diberikan pengusaha
(perusahaan) bagi karyawannya. Keberadaan pemerintah sangat penting,
agar pengusaha tidak bertindak sewenang-wenang dalam menetapkan
besarnya balas jasa bagi karyawan. Jika program kompensasi suatu
organisasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku, maka
intervensi pemerintah dalam batas tertentu dapat dihindarkan. Bahkan
sebaliknya organisasi tersebut akan mempunyai nama baik karena telah
membantu pemerintah dalam membuka kesempatan dan menyejahterakan
masyarakat.
2.3.3 Sistem Kompensasi
Menurut Hartatik (2014; 254) beberapa sistem kompensasi yang biasa
digunakan adalah sistem prestasi, waktu, dan kontrak/borongan.
1. Sistem prestasi.
Dengan sistem ini, upah yang diberikan kepada pegawai disesuaikan
dengan sedikit banyaknya hasil yang dicapai oleh karyawan. Sistem ini
dapat diterapkan bila hasil pekerjaan tersebut dapat diukur secara
kuantitatif sehingga akan mampu mendorong karyawan untuk menjadi
produktif.
2. Sistem waktu.
Sistem ini adalah pemberian upah yang didasarkan pada lamanya
karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
3. Sistem kontrak/borongan.
Penetapan besarnya upah pada sistem ini ditentukan atas kuantitas,
kualitas dan lamanya penyelesaian suatu pekerjaan dengan kontrak suatu
pekerjaan. Dalam sistem ini juga diterapkan ketentuan mengenai
konsekuensi jika pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai dengan
perjanjian.
24
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Pemberian kompensasi oleh perusahaan kepada karyawannya,
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor ini merupakan
tantangan bagi setiap perusahaan untuk menentukan kebijakan pemberian
kompensasi bagi para karyawannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kompensasi menurut Priansa & Suwatno (2014; 225) antara lain sebagai
berikut:
1) Produktivitas
Setiap perusahaan pasti menginginkan kinerja keuntungan yang optimal.
Keuntungan ini dapat berupa keuntungan material maupun keuntungan
non material. Untuk itu, setiap perusahaan harus mampu meningkatkan
produktivitas kerja karyawannya, agar memberikan kontribusi yang
optimal bagi perusahaan. Perusahaan tidak mungkin membayar atau
memberikan kompensasi yang melebihi kontribusi atau produktivitas
kerja karyawan terhadap perusahaan.
2) Kemampuan untuk membayar
Pemberian kompensasi tergantung kepada kemampuan perusahaan dalam
membayar. Perusahaan tidak akan mungkin membayar atau memberikan
kompensasi karyawannya melebihi kemampuan perusahaan tersebut
dalam memberikan kompensasi. Sebab jika perusahaan memberikan
kompensasi di atas kemampuan perusahaan, maka perusahaan itu akan
terancam bangkrut.
3) Kesediaan untuk membayar
Kesediaan untuk membayar akan berpengaruh terhadap kebijakan
pemberian kompensasi bagi karyawan. Banyak perusahaan yang mampu
memberikan kompensasi yang tinggi, tetapi tidak semua perusahaan
bersedia memberikan kompensasi yang tinggi.
4) Suplai dan permintaan tenaga kerja
Banyak sedikitnya tenaga kerja di pasar kerja akan mempengaruhi system
pemberian kompensasi. Bagi karyawan yang tidak memiliki kemampuan
dan keterampilan di atas rata-rata tenaga kerja pada umumnya, akan
25
diberikan kompensasi lebih rendah daripada karyawan yang kemampuan
dan keterampilannya lebih tinggi.
5) Serikat Pekerja
Serikat pekerja, serikat karyawan, atau serikat buruh, akan mempengaruhi
kebijakan pemberian kompensasi. Serikat pekerja biasanya
memperjuangkan anggotanya untuk memperoleh kompensasi yang adil,
layak, serta wajar. Apabila ada perusahaan yang dianggap tidak
memberikan kompensasi yang sesuai, maka serikat pekerja akan
menuntuk perusahaan tersebut.
6) Undang-undang dan peraturan yang berlaku
Undang-undang dan peraturan mengenai ketenagakerjaan saat ini
mendapatkan sorotan tajam, karena kebijakan tersebut bersentuhan
langsung dengan karyawan sebagai salah satu bagian terpenting dalam
perusahaan, yang membutuhkan perlindungan. Undang-undang dan
peraturan jelas akan mempengaruhi sistem pemberian kompensasi bagi
perusahaan. Misalnya UU Tenaga Kerja dan Peraturan UMR.
2.3.5 Dimensi Kompensasi
Menurut Yani (2012; 142), kompensasi dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu:
1. Kompensasi dalam bentuk finansial
Kompensasi finansial dibagi menjadi dua bagian, yaitu kompensasi
finansial yang dibayarkan secara langsung seperti gaji, upah, komisi dan
bonus. Kompensasi finansial yang diberikan secara tidak langsung,
seperti tunjangan kesehatan, tunjangan pensiun, tunjangan hari raya,
tunjangan perumahan, tunjangan pendidikan dan lain sebagainya.
2. Kompensasi dalam bentuk non finansial
Kompensasi non finansial ada dua macam, yaitu yang berhubungan
dengan pekerjaan dan yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Kompensasi non finansial yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya
kebijakan perusahaan yang sehat, pekerjaan yang sesuai (menarik,
26
menantang), peluang untuk dipromosikan, mendapat jabatan sebagai
simbol status. Sedangkan kompensasi non finansial yang berhubungan
dengan lingkungan kerja, seperti ditempatkan dilingkungan kerja yang
kondusif, fasilitas kerja yang baik, libur mingguan, bulanan, dan liburan
bersama perusahaan.
2.3.6 Hubungan Kompensasi dengan Kepuasa Kerja
Hasibuan (2007; 120) dalam Badriyah (2015; 174) menjelaskan bahwa
kebutuhan yang dipuaskan dengan bekerja antara lain sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisik dan keamanan
Kebutuhan fisik and keamanan menyangkut kepuasan kebutuhan fisik
atau biologis, seperti makan, minum, tempat tinggal, dan semacamnya,
disamping kebutuhan rasa aman dalam menikmatinya.
2. Kebutuhan sosial
Karena manusia bergantung satu sama lain, terdapat berbagai kebutuhan
yang hanya bisa dipuaskan apabila masing-masing individu ditolong atau
diakui orang lain.
3. Kebutuhan egoistis
Kebutuhan egoistis berhubungan dengan keinginan orang untuk bebas,
untuk mengerjakan sesuatu sendiri, dan puas karena berhasil
menyelesaikannya.
Kepuasan-kepuasan di atas ada yang dinikmati di luar pekerjaan, di
sekitar pekerjaan, dan lewat pekerjaan. Kebutuhan fisik terpuaskan di luar
pekerjaan, kebutuhan sosial terpuaskan melalui hubungan pribadi di sekitar
pekerjaan, sedangkan hubungan egoistik terutama terpuaskan melalui
pekerjaan. Status adalah kebutuhan sosial, tetapi status yang diperoleh dari
jabatan penting, sama-sama dinikmati baik di luar maupun di dalam
pekerjaan. Pujian adalah kebutuhan sosial lainnya, tetapi pujian dari majikan
paling mudah dicapai dengan cara mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin.
Dengan mengetahui motif orang mau bekerja dan aneka ragam kebutuhan
27
yang ingin dicapai dari hasil kerja maka dapat diketahui tujuan pemberian
kompensasi.
2.4 Lingkungan Kerja
2.4.1 Pengertian Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayati (2011; 2) lingkungan kerja adalah keseluruhan
alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana
seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai
perseorangan maupun sebagai kelompok.
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk
diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksnakan
proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja
mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan
proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi
karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang
tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan
motivasi kerja karyawan. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau
sesuai apabila manusia dapat melaksnakan kegiatan secara optimal, sehat,
aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya
dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja
yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak
dan tidak mendukung diperolehnya rencangan sistem kerja yang efisien.
Kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai, apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman.
Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu
yang lebih jauh lagi, keadaan lingkungan kerja yang kurang dapat menuntut
tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya
rancangan sistem yang efisien.
Pada peningkatan prestasi kerja pegawai perlu diperhatikan lingkungan
kerja yang mendukung dan memadai sehingga pegawai merasa nyaman dan
dapat bekerja sungguh–sungguh. Kesuksesan perusahaan sangat tergantung
pada lingkungan kerja di dalam perusahaan karena para anggota yang
melakukan kegiatan operasional merasa betah dan menyukai lingkungan
28
tempat bekerja. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor pendukung
keselamatan dan kesehatan pegawai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
2.4.2 Dimensi Lingkungan Kerja
Sedarmayanti (2011) membagi lingkungan kerja ke dalam dua bagian yaitu:
1. Lingkungan fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik
secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu:
a) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan.
(seperti : pusat kerja, kursi, meja, dan sebagainya)
b) Lingkungan perantara atau lingkungan umum.
(seperti : rumah, kantor, pabrik, sekolah, kota, sistem jalan raya)
Lingkungan perantara, dapat juga disebut lingkungan kerja yang
mempengaruhi kondisi manusia (misalnya temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak
sedap, warna dan lain sebagainya).
Untuk dapat memperkecil penguruh lingkungan fisik terhadap
karyawan, maka langkah pertama harus mempelajari manusia, baik
mengenal fisik dan tingkah lakunya, kemudian digunakan sebagai dasar
memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
2. Lingkungan kerja non fisik
Selain lingkungan fisik terdapat juga faktor non fisik dalam lingkungan
kerja. Lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang
mempengaruhi seorang karyawan secara langsung dalam setiap hari kerja.
Menurut Sedarmayanti (2011), “Lingkungan kerja non fisik adalah semua
keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik
hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun
hubungan dengan bawahan”. Lingkungan non fisik ini juga merupakan
kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan. Faktor ini
diantaranya menurut Schult yang dikutip oleh Sedarmayanti.
29
1) Peraturan dan Prosedur kerja
Peraturan kerja adalah suatu peraturan yang dibuat secara
tertulis memuat ketentuan tentang syarat-syarat kerja serta tata tertib
dalam lingkungan perusahaan. Sedangkan prosedur kerja adalah
rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga
menunjukkan adanya satu urutan tahap demi tahap tentang
pelaksanaan kerja yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan
satu bidang tugas. Beberapa hal yang yang dapat ditinjau dari
peraturan dan prosedur kerja yang ada dalam perusahaan antara lain:
a) Pengupahan bagi karyawan, upah adalah bagian dari konpensasi,
pembayaran, dengan maksud untuk memberikan balas jasa kepada
karyawan, baik pelaksanaan pekerjaan maupun untuk memotivasi
karyawan agar mencapai tingkat prestasi yang diinginkan.
b) Jaminan sosial, merupakan program wajib yang memberikan hak
dan menentukan kewajiban masyarakat terutama pekerja dan
pengusaha terhadap perlindungan hilangnya penghasilan dan
hilangnya biaya peralatan medis.
2) Komunikasi
Komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting, karena
komunikasi merupakan suatu proses dengan orang-orang bermaksud
memberikan pengertian-pengertian melalui pengurangan beserta
secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan
organisasi yang berbeda dari bidang yang berbeda pula, sehingga
sering disebut rantai pertukaran informasi.
3) Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal merupakan bentuk hubungan dari suatu
pribadi ke pribadi yang lain dalam suatu organisasi yang dapat dilihat
dari tiga segi yaitu:
a) Hubungan dengan akal sehat, bagaimana hubungan pribadi antar
seorang karyawan dengan karyawan lain yang berada dalam
struktur organisasi yang lebih tinggi.
30
b) Hubungan dengan teman sejawat, bagaimana hubungan pribadi
dengan para karyawan yang berbeda pada tingkat struktur
organisasi yang sama yang mempunyai jabatan yang setingkat.
c) Hubungan dengan bawahan, bagaimana hubungan pribadi antara
karyawan dengan karyawan lain yang berada di struktur organisasi
yang lebih rendah terutama yang menjadi bawahan.
4) Kualitas Supervisi
Kualitas supervisi dari suatu perusahaan sangat penting karena
hal ini akan mendorong terciptanya tujuan yang diharapkan dengan
baik.
5) Kelompok Informal
Salah satu bagian penting dalam organisasi adalah
pengelompokan informal dan hubungan-hubungan pribadi yang lebih
berpengaruh dibanding hubungan-hubungan formal. Kelompok
informal terdiri atas struktur yang tidak jelas, fleksibel, sukar di
identifikasikan, keanggotaannya sulit ditentukan dan pada hubungan
para anggotanya tanpa tujuan yang khusus.
6) Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu
keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap orang, yang lelah tidak
sanggup melaksanakan kegiatan.
Berdasarkan dua definisi tersebut diuraikan indikator lingkungan kerja
adalah sebagai berikut:
1. Penerangan Cahaya Di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna
mendapat dan keselamatan dan kelancaran dalam bekerja. Oleh sebab itu
perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak
menyilaukan.
31
2. Temperatur Di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang
sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut
ada batasannya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan
dirinya dengan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi
panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
3. Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa
dinyatakan persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi
oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara kelembaban,
kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau
melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara
sangat panas dan kalambaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan
panas dari dalam tubuh secara besar-besaran, karna sistem penguapan.
Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karna makin
aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh
manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh
dan disekitarnya.
4. Sirkulasi Udara Di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang diperlukan oleh mahluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di
sekitar kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang
dan tercampur dengan gas dan bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar
tampat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan
manusia. Dengan cukup oksigen disekitar tempat kerja, keduanya akan
memberikan kesejukan dan kesegaran jasmani. Rasa sejuk dan segar
32
selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat
lelah setelah bekerja.
5. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh
telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi
tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran,
dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian,
kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan
membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan
agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga
produktivitas kerja meningkat. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas
suatu bunyi, yang bisa menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia.
6. Getaran Mekanis
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis,
yang sebagian getaran ini sampai ketubuh karyawan dan dapat
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada
umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidakteraturannya, baik
tidak teratur dalam intesitas maupun frekuensinya. Gangguan terbesar
terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekuensi alam ini
beresonasi dengan frekuensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran
mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal:
a. Konsentrasi dalam bekerja
b. Datangnya kelelahan
c. Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap
mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.
7. Bau-Bauan Ditempat Kerja
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran, karena dapat menggangu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan
yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman.
Pemakaian air condition yang tepat merupakan cara yang dapat
33
digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu di sekitar
tempat kerja.
8. Tata Warna Di Tempat Kerja
Memberikan pewarnaan yang lembut pada ruangan kerja akan
mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja para karyawannya. Dalam
lingkungan kerja harus diperhatikan tentang masalah warna sebab warna
mempengaruhi jiwa seseorang yang ada disekitarnya. Menata warna di
tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan
dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh
besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang
menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna
dapat merangsang perasaan manusia.
9. Dekorasi
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu
dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja, tetapi
berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan,
dan lainnya untuk bekerja.
10. Musik
Musik yang mengalun merdu menimbulkan suasana gembira, sehingga
dapat diharapkan mereka akan berkurang kelelahannya dan bertambah
semangat kerjanya. Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut
sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan
merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu
dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak
sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu
konsentrasi kerja.
11. Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan
aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh
34
karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu
upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan
tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).
12. Hubungan Atasan Dengan Bawahan
Adalah interaksi antara atasan dan bawahannya yang dapat menciptakan
lingkungan yang dapat memotivasi dan menahan karyawan agar tetap
dalam organisasi itu.
13. Hubungan Sesama Rekan Kerja
Mayo, pernah melakukan penelitian pada tahun 1920 – 1930 di
Hawthorne dan mendapatkan hasil bahwa dalam suatu perusahaan, para
karyawan cenderung membentuk kelompok informal yang dapat
memberikan kepuasan serta keefektifan kerja. Berdasarkan penelitian ini,
sebenarnya bisa dipahami bahwa dinamika kelompok yang berlaku dalam
suatu organisasi dapat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi para
karyawannya.
2.5 Kepuasan Kerja
2.5.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan (2006; 202) kepuasan kerja adalah sikap emosional
yang menyenangi dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh
moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam
pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
Robbins (2006; 26) dalam Hartatik (2014; 26) mengatakan bahwa
kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya. Pekerjaan menurut interaksi dengan rekan kerja, atasan,
peraturan dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja, dan
sebagainya. Seorang dengan tingkat kepuasan tinggi menunjukkan sikap
positif terhadap kerja itu. Sebaliknya, seseorang yang tidak puas dengan
pekerjaannya menunjukkan sikap negatif terhadap kerja itu.
Menurut Priansa (2014; 291) kepuasan kerja merupakan sekumpulan
perasaan terhadap pekerjaannya, apakah senang atau tidak senang sebagai
hasil interaksi pegawai dengan lingkungan pekerjaannya.
35
Menurut Handoko (2014) kepuasan kerja adalah suatu keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para
karyawan memandang pekerjaan mereka.
Menurut Davis & Newstrom (2005; 109) dalam Priansa & Suwatno
(2014; 263) “Job satisfaction is the favourableness or unfavourableness with
which employee view their work”. Kepuasan kerja adalah perasaan senang
atau tidak senang karyawan terhadap pekerjannya.
Menurut Mathis & Jackson (2006) mendefinisikan kepuasan kerja
sebagai keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja
seseorang. Ketidakpuasan akan muncul ketika harapan – harapan mereka
tidak terpenuhi.
Menurut Handoko (2001) dalam Badriyah (2015; 228) mengatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan
para karyawannya memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan sesorang terhadap pekerjaannya.
Sehingga dapat disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan kerja
adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan
hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya. Disamping itu,
perasaan seseorang terhadap pekerjaan merupakan refleksi dari sikapnya
terhadap pekerjaan.
2.5.2 Teori Kepuasan Kerja
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat
sebagian orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa
lainnya. Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang
terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja menurut
Hartatik (2014; 226) yaitu:
A. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung
selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasa.
Sehingga, apabila kepuasan diperoleh melebihi apa yang diinginkan maka
orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terjadi ketidaksesuaian yang
positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu
yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
36
B. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori ini mengungkapkan bahwa orang merasa puas atau tidak
tergantung pada ada atau tidaknya keadilan dalam situasi kerja. Menurut
teori ini, komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil
keadilan dan ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan
yang dianggap mendukung pekerjaannya seperti pendidikan, pengalaman,
kecakapan, jumlah tugas, dan peralatan atau perlengkapan yang
digunakan untuk melakukan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang
dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari
pekerjaannya, seperti upah gaji, keuntungan sampingan, simbol, status,
penghargaan, dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri.
Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil
orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil maka karyawan
tersebut akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang, tetapi
menguntungkan, bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak.
C. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)
Menurut teori ini, kepuasan dan ketidakpuasan kerja merupakan hal
yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan bukan
satu variable yang kontinu. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan
menjadi dua kelompok, yaitu satisfies (motivator) dan dissatisfies.
Satisfies adalah faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber
kepuasan kerja yang terdiri dari pekerjaan menarik, penuh tantangan, ada
kesempatan untuk berprestasi, serta ada kesempatan memperoleh
penghargaan dan promosi. Terpenuhinya faktor-faktor tersebut akan
menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor tersebut selalu
menimbulkan ketidakpuasan. Dissatisfies adalah faktor-faktor yang
menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari gaji/upah, pengawasan,
hubungan antarpersonal, kondisi kerja, dan status. Faktor ini diperlukan
untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan dasar karyawan. Jika
faktor ini tidak terpenuhi, karyawan tidak akan puas. Namun, jika
besarnya faktor ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
karyawan tidak akan kecewa meskipun belum terpuaskan.
37
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Mangkunegara (2013; 120) ada dua faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor yang sudah ada pada diri pegawai
dan faktor pekerjaannya.
a. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis
kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja,
kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.
b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat
(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan
promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.
2.5.3 Dimensi Kepuasan Kerja Ada banyak teori dari faktor yang bisa mempengaruhi kepuasan kerja.
Meski demikian, Luthans (2006) dalam Priansa (2014; 304) menjelaskan
dimensi kepuasan yaitu:
1. Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang memberikan kepuasan adalah pekerjaan yang menarik dan
menantang, pekerjaan yang tidak membosankan, serta pekerjaan yang
dapat memberikan status.
2. Upah/Gaji
Upah dan gaji merupakan hal yang signifikan, namun merupakan faktor
yang kompleks dan multidimensi dalam kepuasan kerja.
3. Promosi
Kesempatan dipromosikan nampaknya memiliki pengaruh yang beragam
terhadap kepuasan kerja, karena promosi bisa dalam bentuk yang
berbeda-beda dan bervariasi pula imbalannya.
4. Supervisi
Supervisi merupakan sumber kepuasan kerja lainnya yang cukup penting
pula.
38
5. Kelompok kerja
Pada dasarnya, kelompok kerja akan berpengaruh pada kepuasan kerja.
Rekan kerja yang ramah dan kooperatif merupakan sumber kepuasan
kerja bagin pegawai individu.
6. Kondisi kerja/Lingkungan kerja
Jika kondisi kerja bagus (lingkungan sekitar bersih dan menarik)
misalnya, maka pegawai akan lebih bersemangat mengerjakan pekerjaan
mereka, namun bila kondisi kerja rapuh (lingkungan sekitar panas dan
berisik) misalnya, pegawai akan lebih sulit menyelesaikan pekerjaan
mereka.
2.5.4 Korelasi Kepuasan Kerja
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat
positif atau negatif. Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah
sampai kuat. Menurut Kreitner & Kinicki (2001; 226) dalam Wibowo (2014;
416) Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi
dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan kerja.
Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut:
1) Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan
signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga
mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer
disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka
mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat
meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk
meningkatkan kepuasan kerja.
2) Pelibatan Kerja
Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan
dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan
dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong
memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk meningkatkan
keterlibatan kerja pekerja.
39
3) Organizational citizenship behavior
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
4) Organizational commitment
Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan
organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara
komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang signifikan
dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat
komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
5) Ketidakhadiran (Absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat.
Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6) Perputaran (Turnover)
Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana
perputaran dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga
diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan
mengurangi perputaran.
7) Perasaan stres
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan
negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi
dampak negatif stres.
8) Prestasi kerja/kinerja
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja.
Dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga
pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja
disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang
lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.
40
2.5.5 Pengaruh Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja berpengaruh terhadap beberapa hal menurut Hartatik
(2014; 233) diantaranya:
A. Terhadap Produktivitas
Orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan
meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja mungkin merupakan
akibat dari produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas yang tinggi
menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan
apa yang mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta
diasosiasikan dengan performa kerja yang unggul. Dengan kata lain
bahwa performansi kerja menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang
pekerja, karena perusahaan dapat mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari
tingkat keberhasilan yang diharapkan.
B. Ketidakhadiran (Absenteisme)
Ketidakhadiran bersifat lebih spontan dan kurang mencerminkan
ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja
dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu
motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Disisi lain, ada
pendapat yang menyatakan bahwa kepuasan dan
ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi negatif. Sebagai
contoh perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan bebas
tanpa sanksi atau denda, termasuk kepada pekerja yang sangat puas.
C. Keluarnya Pekerja (Turnover)
Keluar dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang besar,
maka besar kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuasan kerja.
Ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara
misalnya selain dengan meninggalkan pekerjaan, mengeluh,
membangkang, mencuri barang milik perusahaan/organisasi, menghindari
sebagian tanggung jawab pekerjaan mereka dan lainnya.
41
D. Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja
Menurut Robbins (2006) dalam Hartatik (2014; 235) ada empat cara
tenaga kerja mengungkapkan ketidakpuasan yaitu:
a) Keluar (Exit) yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari
pekerjaan lain.
b) Menyuarakan (Voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan
mendiskusikan masalah dengan atasan untuk memperbaiki kondisi.
c) Mengabaikan (Neglect) yaitu sikap dengan membiarkan keadaan
menjadi lebih buruk seperti sering absen atau semakin sering
membuat kesalahan.
d) Kesetiaan (Loyality) yaitu menunggu secara pasif sampai kondisi
menjadi lebih baik termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari
luar.
2.5.6 Meningkatkan Kepuasan Kerja
Menurut Riggio (2005) dalam Valmband (2008) dalam Hartatik (2014;
237), peningkatan kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Melakukan perubahan struktur kerja, misalnya dengan melakukan
perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu sebuah sistem perubahan
pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang
disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang harus dilakukan
adalah dengan pemekaran (job enlargement), atau perluasan satu
pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam tugas pekerjaan.
Praktik untuk para pekerja yang menerima tugastugas tambahan dan
bervariasi dalam usaha untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka
adalah lebih dari sekedar anggota dari organisasi.
2. Melakukan perubahan struktur pembayaran, perubahan sistem
pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-
based pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan
pengetahuan dan keterampilannya daripada posisinya di perusahaan.
Pembayaran kedua dilakukan berdasarkan jasanya (merit pay), sistem
pembayaran dimana pekerja digaji berdasarkan performancenya,
42
pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh
individu itu sendiri. Pembayaran yang ketiga adalah Gainsharing atau
pembayaran berdasarkan pada keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi
kepada seluruh anggota kelompok).
3. Pemberian jadwal kerja yang fleksibel, dengan memberikan kontrol pada
para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari mereka, yang sangat penting
untuk mereka yang bekerja di daerah padat, dimana pekerja tidak bisa
bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab
pada anak-anak. Compressed work week (pekerjaan mingguan yang
dipadatkan), dimana jumlah pekerjaan per harinya dikurangi sedang
jumlah jam pekerjaan per hari ditingkatkan. Para pekerja dapat
memadatkan pekerjaannya yang hanya dilakukan dari hari Senin hingga
Jum’at, sehingga mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan.
Cara yang kedua adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang
pekerja menjalankan sejumlah jam khusus per minggu (Flextime), tetapi
tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan mengakhiri pekerjaannya.
4. Mengadakan program yang mendukung, perusahaan mengadakan
program-program yang dirasakan dapat meningkatkan kepuasan kerja
para karyawan, seperti; health center, profit sharing, dan employee
sponsored child care, dan sebagainya.
2.6 Kinerja
2.6.1 Pengertian Kinerja
Menurut Mathis & Jackson (2006; 378) dalam Subekhi & Jauhar (2012;
193) kinerja adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.
Kinerja karyawan pada umumnya untuk kebanyakan pekerja meliputi
elemen-elemen yaitu kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu
dari hasil, kehadiran dan kemampuan bekerja sama.
Rivai & Sagala (2009) dalam Priansa (2014; 269) menyatakan bahwa
kinerja adalah perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam
organisasi.
43
Menurut Smith dalam Priansa & Suwatno (2014; 198) “performance is
output derives from processes, human otherwise”. Kinerja merupakan hasil
dari suatu proses yang dilakukan manusia.
Kinerja dapat pula diartikan sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan
kerja atau hasil unjuk kinerja. Kinerja merupakan hasil dari suatu proses yang
dilakukan manusia.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer
sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu
jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya
kinerja telah merosot sehingga perusahaan/instansi menghadapi krisis yang
serius. Kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan
mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
2.6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mathis & Jackson (2006; 113) kinerja karyawan adalah awal
dari keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan dan ada faktor-faktor
utama yang mempengaruhi kinerja karyawan antara lain:
1) Kemampuan yang dimiliki individu
Meliputi minat, bakat, dan faktor kepribadian dari individu tersebut.
Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dimiliki seseorang
karyawan berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan
interpersonal, dan kecakapan teknis.
2) Usaha yang dicurahkan
Meliputi motivasi, etika dalam bekerja, dan kehadiran. Usaha yang
dicurahkan dari karyawan bagi perusahaan adalah etika kerja, kehadiran,
dan budaya organisasinya. Tingkat usaha merupakan gambaran budaya
organisasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan baik. Karyawan mempunyai tingkat keterampilan untuk
mengerjakan pekerjaan, akan tetapi tidak akan bekerja dengan baik, jika
hanya sedikit upaya yang diberikan.
44
3) Dukungan organisasional
Meliputi dukungan dari perusahaan yang berupa penyediaan fasilitas
seperti pelatihan dan pengembangan, peralatan dan teknologi, standar
kerja, manajemen, serta rekan kerja dalam organisasi.
2.6.3 Dimensi Kinerja Karyawan
Kinerja pegawai pada dasarnya diukur sesuai dengan kepentingan
organisasi, sehingga indikator dalam pengukurannya disesuaikan dengan
kepentingan organisasi itu sendiri. Mondy, Noe & Premaux (1999) dalam
Priansa (2014; 271) menyatakan bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan
dengan menggunakan dimensi:
1. Kuantitas pekerjaan (Quantity of Work)
Kuantitas pekerjaan berhubungan dengan volume pekerjaan dan
produktivitas kerja yang dihasilkan oleh pegawai dalam kurun waktu
tertentu.
2. Kualitas pekerjaan (Quality of Work)
Kualitas pekerjaan berhubungan dengan pertimbangan ketelitian, presisi,
kerapian, dan kelengkapan di dalam menangani tugas-tugas yang ada
dalam organisasi.
3. Kemandirian (Dependability)
Kemandirian berkenaan dengan pertimbangan derajat kemampuan
pegawai untuk bekerja dan mengemban tugas secara mandiri dengan
meminimalisir bantuan orang lain. Kemandirian juga menggambarkan
kedalam komitmen yang dimiliki oleh pegawai.
4. Inisiatif (Initiative)
Inisiatif berkenaan dengan pertimbangan kemandirian, fleksibilitas,
berfikir, dan kesediaan untuk menerima tanggung jawab.
45
5. Adaptabilitas (Adaptability)
Adaptabilitas berkenaan dengan kemampuan untuk beradaptasi,
mempertimbangkan kemampuan untuk bereaksi terhadap mengubah
kebutuhan dan kondisi-kondisi.
6. Kerjasama (Cooperation)
Kerjasama berkaitan dengan pertimbangan kemampuan untuk
bekerjasama, dan dengan, orang lain. Apakah assignements, mencakup
lembur dengan sepenuh hati.
2.7 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan kerangka
pemikiran mengenai hubungan antara kompensasi, lingkungan kerja,
kepuasan kerja, dan kinerja karyawan adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian
Sumber: Peneliti
46
2.8 Hipotesis
Menurut Kerlinger (1973; 18) dalam Nazir (2014; 132) hipotesis adalah
pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih
variabel.
Trelease (1960; 44) dalam Nazir (2014; 132) memberikan definisi
hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat
diamati.
Menurut Kuncoro (2013; 59) hipotesis adalah suatu penjelasan
sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah
terjadi atau akan terjadi.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis penelitian ini
ditetapkan sebagai berikut:
Hipotesis 1
• Ho: Kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja.
• Ha: Kompensasi memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja.
Hipotesis 2
• Ho: Lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja.
• Ha: Lingkungan kerja memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja.
Hipotesis 3
• Ho: Kepuasan kerja tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan.
• Ha: Kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan.
Hipotesis 4
• Ho: Kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan
• Ha: Kompensasi memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan.
Hipotesis 5
• Ho: Lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
karyawan.
• Ha: Lingkungan kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan.
47
Hipotesis 6
• Ho: Kompensasi dan lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh secara
simultan terhadap kepuasan kerja dan tidak memberikan dampak terhadap
kinerja karyawan.
• Ha: Kompensasi dan lingkungan kerja memiliki pengaruh secara simultan
terhadap kepuasan kerja dan memberikan dampak terhadap kinerja
karyawan.