45
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien (2001, p8) merupakan kumpulan dari komponen – komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan menerima input dan menghasilkan output melalui proses transformasi yang terorganisir. Sistem menurut Mathiassen et al (2000, p9) mengatakan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang mengimplementasi persyaratan modelling, functions, dan interfaces. Dari pengertian – pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem secara umum adalah sekumpulan komponen yang saling terintegrasi yang mengimplementasi persyaratan modelling, functions dan interfaces untuk mencapai suatu tujuan melalui transformasi. Informasi menurut Mcleod (2001, p15) adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti. Laudon dan Laudon (2003, p7) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diubah menjadi suatu bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi manusia. Berdasarkan definisi–definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang mengalami pemrosesan sehingga menjadi lebih berguna bagi pihak yang membutuhkan. Sistem Informasi menurut Laudon dan Laudon (2003, p7) adalah komponen – komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, kontrol, analisis, dan visualisasi dalam suatu organisasi. Sistem informasi dapat berupa kombinasi sumber daya – sumber daya yang terorganisir dari

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori – teori Dasar/Umum

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi

Sistem menurut O’Brien (2001, p8) merupakan kumpulan dari komponen –

komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan

menerima input dan menghasilkan output melalui proses transformasi yang terorganisir.

Sistem menurut Mathiassen et al (2000, p9) mengatakan bahwa sistem adalah

sekumpulan komponen yang mengimplementasi persyaratan modelling, functions, dan

interfaces. Dari pengertian – pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian

sistem secara umum adalah sekumpulan komponen yang saling terintegrasi yang

mengimplementasi persyaratan modelling, functions dan interfaces untuk mencapai

suatu tujuan melalui transformasi.

Informasi menurut Mcleod (2001, p15) adalah data yang telah diproses atau data

yang memiliki arti. Laudon dan Laudon (2003, p7) mengatakan bahwa informasi adalah

data yang telah diubah menjadi suatu bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi

manusia. Berdasarkan definisi–definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi

merupakan data yang mengalami pemrosesan sehingga menjadi lebih berguna bagi

pihak yang membutuhkan.

Sistem Informasi menurut Laudon dan Laudon (2003, p7) adalah komponen –

komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan,

memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan

keputusan, koordinasi, kontrol, analisis, dan visualisasi dalam suatu organisasi. Sistem

informasi dapat berupa kombinasi sumber daya – sumber daya yang terorganisir dari

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

7

manusia, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi, dan data yang

mengumpulkan, mengubah, dan mendistribusikan informasi pada suatu organisasi

(O’Brien, 2001, p7). Jadi Sistem Informasi adalah sekumpulan komponen yang saling

berinteraksi guna mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan

informasi dalam suatu organisasi.

2.1.2 Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Menurut Laudon dan Laudon (2003, p43) Sistem Informasi Manajemen adalah

Sistem Informasi pada tingkat fungsi manajemen dengan menyediakan laporan-laporan

untuk manajer atau dengan akses langsung ke dalam kegiatan terakhir dan data-data

sebelumnya. Sistem Informasi Manajemen menyediakan informasi dalam bentuk

laporan dan menyajikannya bagi manajer dan para profesional bisnis (O’Brien, 2001,

p29). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem

Informasi Manajemen adalah Sistem Informasi yang menyajikan informasi berupa

laporan untuk mendukung pihak manajemen.

2.1.3 Pengertian Analisis Sistem

Analisis sistem menurut McLeod (2001, p190) adalah penelitian atas sistem yang

telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbarui. Analisis lebih

menekankan pada penyelidikan atas suatu masalah daripada bagaimana sebuah solusi

didefinisikan (Larman, 1998, p6). Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat

disimpulkan bahkan analisis sistem secara umum adalah penelitian atas sistem yang

telah ada dengan lebih menekankan pada masalahnya untuk mendapatkan informasi

yang diperlukan guna merancang sistem yang baru.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

8

2.1.4 Pengertian Perancangan Sistem

Rancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem

baru (McLeod, 2001, p192). Dalam bukunya, Whitten et al (2001, p13) mengatakan

bahwa perancangan sistem merupakan spesifikasi atau konstruksi dari solusi teknikal

berbasis komputer bagi persyaratan bisnis yang diidentifikasikan dalam analisis sistem.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah penentuan

spesifikasi yang diperlukan oleh sistem baru sebagai solusi teknikal dari permasalahan

yang diidentifikasikan dalam analisis sistem.

2.1.5 Object-Oriented

Dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1970-an, perusahaan-perusahaan

menekankan proses saat mengembangkan Sistem Informasi dan menggunakan alat-alat

pembuatan model proses seperti bagan arus (flowchart) dan diagram arus data (Data

Flow Diagram). Selama tahun 1970-an dan 1980-an, penekanan bergeser ke data,

dengan menggunakan diagram hubungan entitas (Entitas Reationship Diagram – ERD)

dan kamus data. Selama tahun 1990-an, kecenderungan berubah ke mengkombinasikan

proses dan data menjadi object (McLeod, 2001, p330).

Keuntungan Object-Oriented menurut Mathiassen et al (2000, p5-6) adalah :

1. Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir semua

fenomena yang ada di dunia dengan menggunakan bahasa alami.

- Noun menjadi object atau class

- Verb menjadi behavior

- Adjective menjadi attributes

2. Menyediakan informasi yang jelas mengenai context dari sistem

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

9

3. Mengurangi biaya maintenance atau development

2.1.6 Object-Oriented Analysis and Design (OOA&D)

Object-Oriented Analysis and Design (OOA&D) berusaha untuk menggabungkan

data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal yang diebut objects. OOA&D

memperkenalkan object diagrams yang mengdokumentasikan sistem dipandang dari

segi objects dan interaksinya (Whitten et al, 2001, p97). Menurut Larman (1998, p6)

intisari dari OOA&D adalah penekanan pada pertimbangan Problem Domain dan solusi

logis dari persepsi objects (sesuatu, konsep, entitas).

Menurut Mathiassen et al (2000, pp14-15) terdapat 4 aktivitas utama dalam

OOA&D, yaitu Problem Domain Analysis, Application Domain Analysis, Architectural

Design, dan Component Design.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

10

Component Design- Model Component

- Function Component- Connecting Component

Problem DomainAnalysis- Classes

- Structure- Behavior

ApplicationAnalysis- Usage

- Functions- Interface

Architectural Design- Criteria

- Components- Processes

SystemDefinition

Model

Requirements foruse

Spesifications ofcomponents

Spesification ofarchitecture

Gambar 2.1 Aktivitas utama dalam OOA&D(Mathiassen et al, 2000, p15 & p332)

2.1.7 System Choice

Sebuah proyek pengembangan berawal dari berbagai macam ide yang berbeda

tentang sistem yang diinginkan. System Choice didasarkan pada tiga subaktivitas.

Subaktivitas yang pertama dipusatkan pada tantangan-tantangan, kita mencoba

mendapatkan kedua gambaran umum dari situasi dan berbagai cara orang-orang

menginterpretasikannya. Subaktivitas yang kedua adalah menciptakan dan mengevaluasi

ide-ide untuk perancangan sistem. Metode kita menawarkan berbagai urutan teknik-

teknik untuk mendukung kreativitas dan memperkenalkan cara baru dalam berpikir.

Dalam aktivitas yang ketiga, kita memformulasikan dan memilih system definition,

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

11

membicarakan dan mengevaluasi alternatif system definitions dalam hubungannya pada

situasi yang kita hadapi (Mathiassen et al, 2000, p25).

2.1.8 System Definition

System definition merupakan deskripsi singkat dari sebuah sistem komputerisasi

yang dinyatakan dalam bahasa alami (Mathiassen et al, 2000, p24). Sebuah system

definition menyatakan bagi pengembangan sistem dan penggunaannya. Yang juga

menggambarkan sistem dalam hubungannya, informasi apa yang harus dikandungnya,

fungsi mana yang harus disediakan, dimana akan digunakan dan kondisi pengembangan

apa yang akan diterapkan.

System definitions dapat membantu untuk menampung pandangan umum dari

pilihan yang berbeda-beda, dan bisa digunakan untuk perbandingan alternatif. System

definition yang akhirnya dipilih harus menyediakan landasan-landasan yang baik untuk

kelangsungan analisa dan aktivitas perancangan.

2.1.9 Problem Domain Analisys

Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi-informasi yang harus ada

pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem. Problem Domain

merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur, dipantau, dan dikontrol oleh sistem

(Mathiassen et al, 2000, p6). Sumber dari aktivitas ini adalah system definition, yaitu

deskripsi singkat dan jelas dari sistem terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa

alami (Mathiassen et al, 2000, p24).

Terdapat tiga subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system definition,

yaitu usaha untuk mendapatkan pandangan menyeluruh dari situasi, membuat dan

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

12

mengevaluasi ide-ide untuk pendesainan sistem, dan diakhiri dengan memformulasi dan

mengevaluasi system difinition sesuai dengan situasi yang ada (Mathiassen et al, 2000,

p25).

Rich Picture dapat memperjelas pandangan user mengenai situasi, permasalahan,

dan mendapatkan pandangan keseluruhan situasi dengan cepat, Rich Picture adalah

gambar informal yang mempresentasikan pemahaman ilustrator mengenai situasi

(Mathiassen et al, 2000, p26).

Menurut Cosgrave, Rich Picture menggambarkan orang-orang yang terlibat,

tujuan, keinginan dan ketakutan mereka (biasanya dalam balon-balon pikiran). Rich

Picture juga menggambarkan detil lingkungan dengan lebih banyak dibanding

kebanyakan diagram (aktivitvas manusia, seperti proses-proses, melewati batas

organisasional), serta menggambarkan bagaimana elemen-elemen sejalan atau

bertentangan. Rich Picture adalah kartun – rich picture bisa lucu, sedih, politikal dan

lebih baik lagi jika semuanya menjadi satu. Berikut ini merupakan karakteristik dari rich

picture :

1. Harus diungkapkan sendiri dan mudah dimengerti

2. Tidak ada cara yang benar dalam menggambarkan rich picture karena

merupakan proses yang subjektif

3. Tidak terstruktur

4. Bagian-bagiannya meliputi fakta, benda, orang, aktor eksternal, hubungan,

pertentangan, kebingunan.

5. Perlu mengidentifikasi tugas utama bagi sistem

Mathiassen (2000, pp39-40) menulis bahwa di dalam system definition terdapat

enam elemen kriteria FACTOR, yaitu :

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

13

1. Functionality : fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas Application

Domain

2. Application Domain : bagian dari organisasi yang mengatur, memonitor atau

mengontrol suatu Problem Domain.

3. Conditions : kondisi dimana suatu sistem dikembangkan dan digunakan

4. Technology : teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan

teknologi saat sistem dijalankan

5. Objects : object-object utama di dalam Problem Domain

6. Responsibility : tanggung jawab seluruh sistem dalam hubungannya dengan

konteks.

Mathiassen (2000, pp46-47) di dalam bukunya menulis bahwa terdapat tiga

subaktivitas dalam Problem Domain Analysis, yaitu :

Classes Behavior

Structure

System Definition

Model

Gambar 2.2 Aktivitas dalam Problem Domain Analysis(Mathiassen et al, 2000, p46)

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

14

1. Classes

Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari system definition

untuk menghasilkan event table. Class adalah deskripsi dari kumpulan object yang

mempunyai structure, behavioural pattern, dan attributes yang sama. Object adalah

suatu entitas yang memiliki identity, state, dan behaviour (Mathiassen et al, 2000, p4).

Pada tahap analisis, biasanya sebuah class cukup dideskripsikan dengan namanya saja,

tetapi dapat juga ditambahkan detail attributes dan operation. Event adalah kejadian

bersifat instan yang melibatkan satu atau lebih object (Mathiassen et al, 2000, p51).

+operation()-attribute

Class

Class Object : Class

Class with attributes andoperation

Gambar 2.3 Notasi dasar dari class( Mathiassen et al, pp337 - 339)

Menurut Mathiassen et al (2000, pp53-55) untuk menjalankan aktivitas classes

dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat/calon yang mungkin untuk classes

dan events dalam model Problem Domain. Setelah itu, evaluasi dan pilih secara kritis

classes dan events yang benar-benar relevan dengan konteks sistem.

2. Structure

Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara class dan

object. Sumber dari tahap ini adalah event table yang dihasilkan dari tahap sebelumnya,

sedangkan hasil akhirnya adalah membuat Class Diagram, yaitu diagram yang

menyediakan gambaran ikhtisar Problem Domain yang bertalian secara logis dengan

menggambarkan seluruh hubungan struktural antara classes dan objects di dalam model

(Mathiassen et al, 2000, pp69-70).

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

15

Vehicle

Truck

Wheel

Owner

1

*

* 1

Gambar 2.4 Class Diagram

Menurut Mathiassen et al (2000, pp72-77) terdapat dua tipe structure dalam

Object-Oriented, yaitu :

1. Class Structure, mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class.

Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan pada deskripsinya.

Class structure dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Generalization Structure, merupakan hubungan antara dua atau lebih subclass

dengan satu atau lebih superclass (Mathiassen et al, 2000, p72). Sebuah class

yang umum (superclass) mendeskripsikan properti umum kepada group dari

spesial class (subclass). Atau dengan kata lain, terjadi penurunan attributes dan

behaviour dari superclass, tetapi subclass juga diperkenankan untuk memiliki

attributes dan behaviour tambahan. Secara ilmu bahasa, generalization structure

diekspresikan dengan formula “is a”.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

16

Passenger Car

Taxi Private Car

Gambar 2.5 Generalization Structure

(Mathiassen et al, 2000, p73)

b. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang berhubungan (Mathiassen et al,

2000, p74). Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang melingkupi

class-class yang saling berhubungan di dalamnya. Class-class dalam satu cluster

biasanya memiliki hubungan berupa generalization atau aggreagation.

Sedangkan hubungan class dengan cluster yang berbeda biasanya berupa

association structure.

<<cluster>>

Generalization

Gambar 2.5 Notasi Class Structure(Mathiassen et al, 2000, p337)

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

17

<<Clusters>>Cars

Car

Engine PassengerCar

Cylinder Taxi

<<Clusters>>People

Owner

Clerk

Gambar 2.6 Cluster Stucture (Mathiassen et al, 2000, p75)

2. Object Structure, mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar object.

Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan pada

deskripsinya. Biasanya terdapat multipicity yang menspesifikasikan jumlah dari

object yang berelasi. Multiplicity dapat berupa string of numbers dan penyebaran

interval dengan koma, seperti “0,3,7,9..13,19..*”; “*” disebut many; dan 0..*”. Ada 2

macam object structure yaitu :

a. Aggregation Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object.

Sebuah superior object (whole) memiliki beberapa object (parts) (Mathiassen et

al, 2000, p76). Secara ilmu bahasa, aggregation structure diekspresikan dengan

formulasi “has a”, “a-part-of’, atau “is-owned-by”. Terdapat 3 tipe aggregation

structure (Mathiassen et al, 2000, p79) yaitu :

• Whole-part, dimana whole merupakan jumlah dari parts, sehingga jika salah

satu parts dihilangkan maka secara tidak langsung telah mengubah whole.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

18

• Container-content, dimana whole adalah kontainer (tempat tampung) dari

parts-nya, sehingga bila terdapat penambahan atau pengurangan terhadap

isinya (parts), tidak akan mengubah pengertian dari whole-nya.

• Union-member, dimana whole merupakan union/gabungan yang terorganisir

dari anggotanya (parts), sehingga jika terdapat penambahan atau

pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-nya. Terdapat batasan

jumlah anggota terendah, karena tidak mungkin sebuah union tanpa anggota.

b. Association Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object,

tetapi berbeda dengan aggregation (Mathiassen et al, 2000, p76). Hubungan

antar class-class pada aggregation mempunyai pertalian yang kuat sedangkan

pada association tidak kuat. Secara ilmu bahasa, association structure

diekspresikan dengan formulasi “knows” atau “associated-with”.

-a..b*

-c..d

*

-a..b*

-c..d

*

Ket : a - d adalah multipicity

Gambar 2.7 Notasi Object Structure(Mathiassen et al, 2000, p337)

Car Person0..* 1..*

Gambar 2.8 Association Structure (Mathiassen et al, 2000, p77)

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

19

3. Behavior, tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan problem

domain yang dinamis dengan memperluas definisi class yang terdapat dalam Class

Diagram, yaitu dengan menambahkan behavioural patterns dan attributes untuk

setiap class. Sumber dari tahap ini adalah event table dan class diagram yang telah

dihasilkan dari tahap-tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya adalah behavioral

patterns yang diekspresikan secara grafis dalam Statechart Diagram (Mathiassen et

al, 2000, p89-p90).

Dalam class activity, behavior dipandang sebagai kumpulan events yang tidak

berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan dalam behavior activity, behavior

secara lebih tepat dideskripsikan dengan menambahkan waktu terjadinya events.

Object behavior diidentifikasikan dengan event trace, yaitu serangkaian events

yang berurutan yang meliputi suatu object. Events trace antara satu object mungkin

berbeda dengan object lain meskipun kedua object tersebut berada dalam class yang

sama. Hal ini disebabkan karena sifat event trace yang unik untuk object tertentu.

Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh object dalam sebuah class

disebut behavioral pattern (Mathiassen et al, 2000, p90).

Dalam memodelkan Problem Domain, dilakukan pengidentifikasian requirements

untuk data-data yang akan disimpan oleh sistem. Untuk menspesifikasikan data tersebut

digunakan attributes, yaitu deskripsi properti dari class atau events (Mathiassen et al,

2000, p92).

Menurut Mathiassen et al (2000, p93) behavioral pattern memiliki struktur kontrol

sebagai berikut :

- Sequence adalah suatu set events yang akan terjadi satu per satu (secara berurutan).

Notasinya : “+”.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

20

- Selection adalah satu event yang terjadi dari suatu set events. Notasinya : “|”

- Iteration adalah satu event yang terjadi berulang-ulang kali. Notasinya : “*”.

Jika menghadapi situasi behavior patterns yang kompleks, akan sulit sekali untuk

mengekspresikannya dalam notasi-notasi umum sehingga untuk pengekspresiannya

lebih cenderung menggunakan Statechart Diagram.

Gambar 2.8 Notasi dasar Statechart Diagram(Mathiassen et al, 2000, p341)

Initial State Final State

State

event(attributes)[condition] Transition with event andcondition

Gambar 2.9 Struktur Kontrol Statechart Diagram(Mathiassen et al, 2000, p95)

State 1

State 1

State n

State

.

.

.

. . .

TransitionSequence Selection

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

21

2.1.10 Application Domain Analysis

Tahap ini mendefinisikan requirements dari suatu sistem. Application Domain

merupakan bagian yang mengatur, memantau, atau mengontrol Problem Domain

(Mathiassen et al, 2000, p6). Atau dengan kata lain, berhubungan dengan aktivitas yang

dikerjakan/dijalankan oleh sistem. Prinsip dari Application Domain analysis adalah

bekerja sama dengan user untuk menentukan usage, function dan interface. Sumber dari

aktivitas ini adalah system definition dan model dari tahap sebelumnya.

Usage Interfaces

Funtions

System Definition andModel

Requirements

Gambar 2.10 Aktivitas dalam Application Domain Analysis(Mathiassen et al, 2000, p117)

Menurut Mathissen et al (2000, p117) terdapat tiga subaktivitas dalam Application

Domain Analysis, yaitu :

1. Usage

Hasil akhir dari aktivitas ini adalah membuat deskripsi dari actors dan use cases,

dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan actor table atau use case

Diagram. Actor merupakan abstaksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan

sistem (Mathiassen et al, 2000, p119). Sedangkan use case adalah pola interaksi antara

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

22

sistem dengan actors dalam application domain (Mathiassen et al, 2000, p120).

Hubungan antara actor dan use case adalah association.

System

Actor

UseCase

Actor..

* * * *

Gambar 2.11 Use Case Model(Schmuller,1999, p76)

Menurut Armour dan Miller (2001, p7) untuk mendokumentasikan actors dapat

menggunakan actor specifications yang berisi informasi mengenai actor name (nama

actor), abstract (menjelaskan peranan actor sebagai abstract actor atau bukan), dan

description (menjabarkan peranan actor dalam sistem). Abstract actor menggambarkan

behavior yang sama antara dua actor atau lebih.

Actor Spesifications Template

Actor name : <nama> Abstract : <Yes/No>

Description : <deskripsi dari peran aktor>

Tabel 2.1 Actor Specification(Armour and Miller, 2001, p16)

Adanya use case description dapat mempermudah pemahaman mengenai interaksi

antra actors dan sistem serta tanggung jawab dan behavior sistem dalam responsnya

terhadap interaksi tersebut (Armour dan Miller, 2001, p90) use case description berisi

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

23

informasi mengenai nama use case, use case ID, actor yang terlibat dan description

(menjelaskan garis besar dari use case tersebut). Deskripsi use case harus dapat

memungkinkan para developer untuk mengidentifikasi kebutuhan elemen function dan

interface.

Actor

UseCase1

Usecase : Nama usecaseusercaseID : ID usecaseActor(s) : nama actor yang berinteraksi dengan sistemDescription : deskripsi cara actor dan sistem berinteraksi serta tanggungjawab sistem

Tabel 2.2 Initial Use Case Template(Armour dan Miller, 2001, p90)

Representasi use case dapat menggunakan base use case description yang

mengidentifikasi behavior yang spesifik dan interaksi yang terjadi antara actor dan

sistem di dalam batasan urutan kejadian (flow of events) dari use case (Armour dan

Miller, 2001, p107).

Use Case Name: <nama dari use case> Unique Use Case <identitas unik untuk use case> ID: Primary Actor(s): <nama dari primary actor atau actors yang berinteraksi dengan sistem> Secondary Actor(s): <nama dari secondary actor atau actors yang berinteraksi dengan sistem>

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

24

Brief Description: <deskripsi dari Use case> Preconditions: <state sistem ketika use case dipicu> Flow of Events <aktivitas-aktivitas dan interaksi-interaksi yang dilakukan ketika use case dilakukan> Postcondition: <state ketika use case meninggalkan sistem> Priority: <prioritas pengembangan use case yang relatif> Alternative flows <alternatif mayor atau pengecualian yang mungkin terjadi di and exceptions: dalam flow of events> Nonbehavioral <kebutuhan seperti pertunjukan, keamanan, dll> requirements: Assumptions: <asumsi-asumsi yang dibutuhkan> Issues: <isu-isu yang menonjol> Source: <rapat, wawancara, dokumen, dll yang merupakan asal dari use case>

Tabel 2.3 Base Use Case Description Template (Armour dan Miller, 2001, p110)

2. Function

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan dari

suatu sistem sehingga menghasilkan suatu function list beserta spesifikasi untuk

function yang kompleks. Function memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan oleh

sistem untuk membantu actor. Dengan kata lain, function merupakan fasilitas untuk

membuat sebuah model berguna bagi actor (Mathiassen et al, 2000, p138).

Menurut Mathiassen et al (2000, p138) terdapat empat tipe utama dari function,

dimana masing-masing tipe mengekspresikan hubungan antara model dan konteks

sistem. Keempat tipe tersebut antara lain update function, signal function, read function,

dan compute function.

Sumber untuk mengidentifikasi function berasal dari deskripsi Problem Domain,

yang diekspresikan oleh class dan events, dan juga dari deskripsi application Domain,

yang diekspresikan oleh use case. Tipe function yang berasal dari classes biasanya

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

25

adalah read dan update function. Sedangkan dari events adalah update function. Use

cases memungkinkan untuk semua tipe function (Mathiassen et al, 2000, p139-p144).

Pemahaman mengenai functions yang kompleks akan lebih jelas dengan adanya

detail spesifikasi baik dalam format mathematical expresison, algorithm in structured

language, maupun functional partitioning in the function list (Mathiassen et al, 2000,

p145).

3. Interface

Tujuan dari aktivitas ini adalah menentukan antar muka (interface) dari sistem yang

sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan

function tersedia bagi actor (Mathiassen et al, 2000, p151). Adanya interface

memungkinkan actor untuk berinteraksi dengan sistem. Sumber aktivitas berasal dari

Class Diagram, Use cases, dan Function List.

Menurut Mathiassen et al (2000, p152) terdapat dua macam interface :

1. User Interface, menghubungkan human actor (manusia) dengan sistem. Dalam

merancang user interface dibutuhkan feedback dari user. Terdapat empat Usre

Interface Pattern, yaitu : menu selection (diekspresikan sebagai daftar pilihan

pada user interface), form filling (pola klasik untuk entri data), command

language (dibutuhkan daya ingat user untuk mengoperasikan sistem), dan direct

manipulation (memungkinkan manipulasi langsung dengan representasi objects)

(Mathiassen et al, 2000, p154-p155).

2. System Interface, menghubungkan system actor (sistem lain) dengan sistem yang

sedang di-develop. Sistem lain bisa berupa : external device (misal: sensor,

switch, dll) dan sistem komputer yang kompleks sehingga dibutuhkan suatu

protokol komunikasi. Biasanya interface ini tidak dipakai untuk sistem

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

26

administratif tetapi lebih sering untuk monitoring and controlling system

(Mathiassen et al, 2000, p163-p164).

Untuk menentukan elemen dari user interface dapat mengunakan object dan class

pada model serta functions. Elemen tersebut harus direpresentasikan dalam bentuk yang

mudah dipahami oleh user, seperti icon, fields, tables, diagrams, windows, button.

Sedangkan untuk kasus yang kompleks, dapat mengunakan Sequence Diagram untuk

merelasikan interaksi antara elemen interface dengan use case-nya. Sequence Diagram

mendeskripsikan langkah-langkah interaksi individual dan menghubungkannya dengan

window yang relevan. Diagram ini juga menggambarkan functions yang akan diaktivasi

selama interaksi terjadi (Mathiassen et al, 2000, pp156-158).

Deskripsi dari user interface dapat mengunakan Navigation Diagram, dimana

menyediakan gambaran keseluruhan dari elemen user interface dan transisi di antaranya.

Diagram ini terdiri dari gambar yang diperkecil di setiap window, panah yang

menunjukkan bagaimana mengunakan button dan seleksi lain yang akan mengaktivasi

function atau membuka window lain (Mathiassen et al, 2000, p159).

Untuk menggambarkan elemen-elemen user interface dalam prototype atau

menspesifikasikannya lebih detail dapat menggunakan Window Diagram. Diagram ini

mendeskripsikan tampilan dari single window yang mencakup bentuk detail dari elemen-

elemen window (Mathiassen et al, 2000, pp159-161 & p344).

2.1.11 Architectural Design

Pada tahap ini, akan dilakukan penstrukturan sistem berdasarkan bagian-

bagiannya dan pemenuhan beberapa criteria desain. Tahap ini juga merupakan suatu

framework bagi aktivitas pengembangan selanjutnya. Aktivitas architectural design

bertujuan untuk menstrukturkan suatu sistem yang terkomputerisasi. Hasil yang

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

27

diperoleh berupa struktur dari komponen – komponen dan proses – proses sistem. Tahap

Architectural Design memiliki tiga subaktivitas yaitu (Mathiassen et al, 2000, p173). :

CriteriaComponent

Architecture

ProcessArchitecture

AnalysisDocument

ArchitecturalSpesification

Gambar 2.13 Aktivitas dalam Architectural Design(Mathiassen et al, 2000, p176)

1. Criteria

Criteria adalah suatu prioritas dari arsitektur (Mathiassen et al, 2000, p176). Tujuan

aktivitas criteria adalah untuk menentukan prioritas desain. Hasil yang diperoleh dari

tahap ini adalah kumpulan criteria untuk desain yang telah diprioritaskan.

CRITERIA PENGUKURAN DARI

Usable Kemampuan adaptasi sistem tehadap konteks organisasi, hubungan kerja dan teknikal Secure Suatu pencegahan melawan akses yang tidak terotorisasi terhadap fasilitas-fasilitas yang ada Efficient Penggunaan yang ekonomis terhadap fasilitas technical platform Correct Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan Reliable Pemenuhan terhadap eksekusi function yang benar-benar tepat Maintainable Besarnya usaha untuk melokasikan dan memperbaiki kecacatan sistem

Testable Besarnya usaha untuk memastikan bahwa sistem menampilkan

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

28

fungsi-fungsi yang telah ditentukan Flexible Besarnya usaha untuk memodifikasi sistem Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengertian yang masuk akal terhadap sistem Reusable Potensi penggunaan bagian-bagian sistem dalam sistem lain yang terhubung Portable Besarnya usaha untuk memindahkan sistem ke technical platform Interoperable Besarnya usaha untuk menggabungkan suatu sistem ke sistem lain

Tabel 2.4 Criteria klasik untuk mengukur kualitas software (Mathiassen et al, 2000, p178)

2. Components

Component Architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen -

komponen yang saling terhubung. Component adalah kumpulan dari bagian - bagian

program yang membentuk sistem dan memiliki tanggung jawab yang telah

terdefinisikan dengan jelas (Mathiassen et al, 2000, p190).

Menurut Mathiassen et al (2000, pp193 – 198), terdapat beberapa pola umum yang

dapat digunakan untuk mendesain suatu component architectrure yaitu :

The Layered Architecture Pattern

Arsitektur ini terdiri dari beberapa components yang didesain sebagai layers. Desain

dari setiap component menggambarkan tanggung jawabnya masing-masing serta

interface bagian atas maupun bagian bawah. Interface bagian atas akan menggambarkan

operasi yang tersedia untuk layer dibawahnya.

The Generic Architecture Pattern

Model Component merupakan dari sistem object yang diletakkan pada layer yang

paling bawah, kemudian diikuti dengan layer sistem function, dan yang paling atas

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

29

merupakan component interface. Layer interface dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu user interface dan system interface.

Gambar 2.14 The Generic Architecture Pattern

(Mathiasen et al, 2000, p196)

The Client Server Architecture Pattern

Komponen dari arsitektur sebuah server dan beberapa clients. Server memiliki

kumpulan operasi yang tersedia bagi client. Server bertanggung jawab untuk

menyediakan hal – hal yang umum bagi client-nya, seperti database atau sumber daya

lain yang bisa digunakan bersama. Server menyediakan operasinya bagi client melalui

suatu jaringan. Client bertanggung jawab untuk menyediakan interface lokal bagi para

user (Mathiassen et al, 2000, p197).

«component» Interface

«component» Technical platform

«component» Function

«component» Model

«component» User Interface

«component» System Interface

«component» UIS

«component» DBS

«component» NS

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

30

Gambar 2.15 The Client – Server Architecture Pattern

(Mathiassen et al, 2000, p197)

3. Process

Tahap ini menentukan bagaimana suatu proses sistem didistribusi dan

dikoordinasikan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendefinisikan struktur fisikal dari

suatu sistem. Hasil yang akan diperoleh berupa sebuah deployment digram. Processor

adalah suatu bagian peralatan yang dapat mengeksekusi sebuah program(Mathiassen et

al, 2000, pp211 – 212).

Deployment Diagram, menggambarkan unit - unit teknologi (khususnya perangkat

keras seperti processor dan penyimpanan besar, beserta hubungan komunikasi fisiknya)

dimana sistem akan diimplementasi. Deployment Diagram juga dapat memodelkan

bagaimana perangkat keras akn didistribusikan di antara unit –unit teknologi terpilih,

dengan cara menambahkan komponen perangkat lunak dan hubungannya, ke dalam

deployment diagram yang menggambarkan teknologi fisikal asli (Jones, 2000, p202).

«component» Client1

«component»Client2

«component»Clientn

«component»Server

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

31

<<Processor>>Node 1

Component1

Component2

<<Device>>Node 2

Depedency

Gambar 2.16 Deployment Diagram

(Schmuller, 1999, p383)

2.1.12 Component Design

Tujuannya adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan di dalam

kerangka arsitektur. Yang menjadi titik awal dari tahap ini adalah architectural

specification dan system requirement yang akan menghasilkan connected component

specification. Menurut Mathiassen et al (2000, p232), terdapat dua subaktivitas dalam

component design, yaitu :

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

32

Gambar 2.17 Subaktivitas dalam Component Design

(Mathiassen et al, 2000, p232)

2.1.12.1 Design of Components

Merupakan tahapan untuk merancang komponen sistem, yaitu :

2.1.12.1.1 Model Component

Model Component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasi model

problem domain (Mathiassen et al, 2000, p236). Tujuan dari model component

design adalah untuk menggambarkan model dari problem domain. Model tersebut

merupakan hasil dari kegiatan ini yang digambarkan oleh class diagram yang telah

direvisi dari hasil kegiatan analisis.

Revisi class diagram dapat dilakukan dengan memperhatikan private events dan

common events. Private events adalah event yang melibatkan hanya satu object

domain (Mathiassen et al, 2000, p239).

Design of components

Design of Components Connections

Architecture Specification

Component Specification

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

33

Representasikan event-event ini sebagai state attribute

Event-event yang pada class yang dijabarkan oleh statechart diagram. hanya terjadi pada Setiap kali ada kejadian yang melibatkan salah satu Urutan/sequence event tersebut, maka sistem akan menugaskan dan selection yang baru kepada state attribute Integrasikan attribute dari event yang terlibat ke dalam class Representasikan event-event ini sebagai suatu class

baru, dan hubungkan class tersebut dengan class yang

Event-event yang dijabarkan pada statechart diagram dengan terjadi berulang- menggunakan struktur aggregation. Untuk setiap ulang (iteration) iterasi, sistem akan menghasilkan suatu object baru

Integrasikan attribute event ke dalam class yang baru

Tabel 2.5 Guidelines atau panduan dalam merepresentasikan private events

(Mathiassen et al, 2000, p241)

Jika suatu event adalah common /umum sehingga mempengaruhi beberapa

object, maka event tersebut perlu dihubungkan dengan salah satu object dan dibuat

hubungan struktural dengan object lain agar tetap dapat mengaksesnya.

Jika event yang terlibat dalam statechart diagram dalam cara yang berbeda, representasikan event tersebut dalam hubungan Common ke class yang menawarkan representasi paling simple. Event Jika event yang terlibat dalam statechart diagram dalam cara yang sama, pertimbangkan alternatif representasi yang mungkin dapat digunakan

Tabel 2.6 Guidelines untuk merepresentasikan common events (Mathiassen et al, 2000, p241)

Untuk menyederhanakan class diagram yang telah direvisi dari hasil tahapan

sebelumnya, dilakukan restrukturisasi class baik melalui generalization, association,

maupun embedded iteration.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

34

2.1.12.1.2 Function Component

Function component adalah bagian sistem yang mengimplementasikan

kebutuhan fungsional (Mathiassen et al, 2000, p252). Tujuannya adalah agar user

interface dan komponen – komponen sistem lainnya dapat mengakses model.

Sedangkan tujuan dari function component design adalah menentukan implementasi

functions. Hasil dari kegiatan ini adalah class diagram dengan operations dan

spesifikasi dari operations yang komlpleks.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendesain functions sebagai

operations, yaitu mengidentifikasi tipe utama dari functions tersebut. Ada empat tipe

functions (Mathiassen et al, 2000, pp255-260), yaitu : Update, Read, Compute, dan

Signal.

Patterns (pola) dapat membantu memilih functional design yang mana dapat

digunakan dari beberapa pilihan yang dapat membantu merealisasikan functions

sebagai sekumpulan operations. Empat pola menurut Mathiassen et al (2000, pp260-

264) adalah :

a. Model Class Plecement.

Pola ini menempatkan operation dalam model component class dan berguna

ketika sebuah operation mengakses hanya sebuah single object atau struktur

aggregation yang sederhana. Pola ini juga dapat digunakan ketika beberapa object

terlibat namun hanya jika tanggung jawab operation tersebut dapat dengan jelas

ditempatkan pada salah satu dari model class.

b. Function Class Placement

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

35

Pola ini digunakan ketika tanggung jawab operation tidak dapat dengan jelas

ditempatkan dalam model class. Sebaliknya satu atau lebih functional-component

class dapat digambarkan dengan menempatkan operation yang merealisasikan

function.

c. Strategy

Pola ini digunakan untuk mendefinisikan sekumpulan operations yang umum

terenkapsulasi dan dapat dipertukarkan.

d. Active Function.

Active signal function dapat direalisasikan sebagai operation yang secara

permanen aktif dan berkala memberikan sinyal kepada interface. Active function

ditempatkan sebagai active object dan performance-nya tergantung dari state pada

model component.

Apabila terdapat operation yang kompleks harus dideskripsikan dengan lebih

detail lagi sehingga di dalam desain tidak ada ketidakpastian yang penting. Menurut

Mathiassen et al (2000, pp265-266) ada 3 (tiga) cara untuk melakukannya, yaitu

operation specification, sequence diagram, dan statechart diagram.

2.1.12.2 Connecting Components

Tujuan dari aktivitas ini adalah menghubungkan komponen-komponen sistem

yang akan menghasilkan class diagram dari komponen-komponen tersebut. Jadi pada

aktivitas ini, hubungan antara komponen-komponen dirancang untuk mendapatkan

desain yang fleksibel dan comperehensible. Untuk itu dibutuhkan evaluasi dari coupling

dan cohesion.

Coupling adalah ukuran tentang seberapa dekat dua classes atau components

dihubungkan (Mathiassen et al, 2000, p272). Cohesion adalah ukuran tentang seberapa

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

36

baik sebuah class atau component terikat bersama (Mathiassen et al,2000, p273).

Prinsipnya adalah: “highly cohesive classes and loosely coupled components”.

Hasil dari aktivitas connecting components ini adalah class diagram yang dimana

dependencies-nya berubah menjadi connections. Tiga bentuk connections menurut

Mathiassen et al (2000, p275, p281) adalah:

• Class aggregation, yaitu mengagregasikan class-class dari component lain. Koneksi

ini berguna ketika class definition sudah ada di dalam component lain. Umumnya

coupling-nya rendah, namun sulit mencapai cohesive.

Contoh :

<<component>>Function

<<component>>Model

AccountManagement

Account

1

1..*

Gambar 2.18 Koneksi oleh class agregation

(Mathiassen et al, 2000, p275)

• Class specialization, yaitu menspesialisasikan public class dari component lain.

Contoh :

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

37

<<component>>User Interface

<<component>>UI Library

PersonW SessionW

Window

Gambar 2.19 Koneksi oleh class specialization

(Mathiassen et al, 2000, p276)

• Operation call, yaitu memanggil public operations di dalam object-object dari

component lain. Umumnya coupling-nya rendah dan cohesion-nya tinggi.

Contoh :

<<component>>Model

<<component>>System Interface

Engine

throttle positionthrottle setting

position

Throttle

read<<call>>

Gambar 2.20 Koneksi dalam memanggil sebuah operasi

(Mathiassen et al, 2000, p277)

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

38

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Definisi Pembelian

Definisi pembelian menurut Mulyadi (1997, p301) adalah pengadaan barang yang

diperlukan perusahaan.

Pembelian merupakan salah satu fungsi yang penting dalam berhasilnya operasi

suatu perusahaan yang di bebani tanggung jawab untuk mendapatkan kuantitas dan

kualitas bahan – bahan yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan harga yang sesuai

dengan harga yang berlaku (Assauri, 1993, p205).

Secara umum pembelian dapat didefinisikan sebagai usaha pengadaan barang atau

jasa dengan tujuan untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas bahan – bahan yang

tersedia pada waktu dibutuhkan dengan harga yang sesuai, untuk kepentingan proses

produksi maupun untuk dijual kembali.

Jenis transaksi pembelian dapat digolongkan menjadi 2 (dua) menurut Mulyadi

(1997, p301), yaitu :

1. Pembelian Lokal

Pembelian lokal merupakan pembelian dari pemasok dalam negeri

2. Pembelian Impor

Pembelian Impor merupakan pembelian dari pemasok luar negeri

2.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Fungsi Pembelian

Menurut Hammer dan Usry yang diterjemahkan oleh Sirait, A (1996), tugas dan

fungsi pembelian adalah sebagai berikut :

1. Menerima surat permintaan pembelian untuk bahan, perlengkapan dan peralatan.

2. Mencari informasi tentang sumber- sumber pasokan, harga, pengiriman dan jadwal

penyerahan.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

39

3. Menyiapkan dan mengirimkan surat order pembelian.

4. Menyusun laporan yang memadai dan sistematik antara departemen pembelian,

penerimaan dan akuntansi.

Mulyadi (1997, p302) menyebutkan bahwa tanggung jawab dan fungsi pembelian

adalah untuk memperoleh informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok yang

dipilih dalam pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok

yang dipilih.

2.2.3 Fungsi yang terkait dalam Sistem Pembelian

Menurut Mulyadi (1997, p302) fungsi yang terkait dalam sistem pembelian adalah

sebagai berikut :

1. Fungsi Gudang, yang bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian

sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang

yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.

2. Fungsi Pembelian, bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai harga

barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan berang, dan

mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.

3. Fungsi Penerimaan, bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap

jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna menentukan

dapat atau tidaknya barang tersebut diterima perusahaan.

4. Fungsi Akuntansi, ini berkaitan dengan transaksi pembelian adalah fungsi pencatatan

hutang yang bertanggung jawab untuk mencatat transaksi pembelian ke register

bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber bukti kas

keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber bukti kas keluar yang

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

40

berfungsi sebagai catatan hutang atau menyelenggarakan kartu hutang sebagai buku

pembantu hutang.

2.2.4 Prosedur Pembelian yang Lazim

Mengacu pada pendapat Mulyadi (1997, p322-p324), prosedur pembelian yang

lazim diterapkan oleh perusahaan diuraikan sebagai berikut :

1. Jika persediaan sudah mencapai titik pemesanan kembali (reorder point), maka

Bagian Gudang membuat Surat Permintaan Pembelian 2 (dua) rangkap yang

didistribusikan kepada :

a. Rangkap ke-1 didistribusikan kepada Bagian Pembelian

b. Rangkap ke-2 di simpan oleh Bagian Gudang sebagai arsip

2. Berdasar Surat Permintaan Pembelian dari Bagian Gudang, Bagian Pembelian

membuat Surat Permintaan Penawaran Harga yang ditujukan kepada berbagai

pemasok, untuk memeperoleh informasi mengenai harga barang dan berbagai syarat

pembelian yang lain.

3. Bagian Pembelian menerima Surat Penawaran Harga dari berbagai pemasok, Bagian

Pembelian menyeleksi pemasok berdasarkan penawaran harga yang paling

menguntungkan.

4. Bagian Pembelian membuat Surat Order Pembelian (SOP) 5 (lima) rangkap yang

akan didistribusikan kepada :

a. Rangkap ke-1 diberikan kepada pemasok yang dipilih, sebagai order pembelian

resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan.

b. Rangkap ke-2 didistribusikan kepada Bagian Gudang sebagai bukti bahwa

barang yang dimintanya telah dipesan.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

41

c. Rangkap ke-3 didistribusikan kepada Bagian Penerimaan sebagai otorisasi untuk

menerima barang yang jenis, spesifikasi, mutu, kuantitas dan pemasoknya seperti

yang tercantum dalam dokumen tersebut.

d. Rangkap ke- 4 didistribusikan kepada Bagian Akuntasi sebagai salah satu

dokumen dasar yang akan digunakan untuk mencatat transaksi pembelian

tersebut ke dalam catatan akuntansi yang terkait.

e. Rangkap ke-5 disimpan oleh Bagian Pembelian menurut nama pemasok, sebagai

dasar untuk mencari informasi mengenai pemasok, apabila diperlukan

dikemudian hari.

5. Pemasok mengirimkan barang kepada perusahaan dan diterima oleh Bagian

Penerimaan. Bagian Penerimaan melakukan pemeriksaan terhadap jenis, spesifikasi,

mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok dan mencocokkannya

dengan yang tercantum dalam Surat Order Pembelian guna menentukan dapat atau

tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan, maka Bagian Penerimaan

membuat Laporan Penerimaan Barang (LPB) 4 (empat) rangkap, yang akan

didistribusikan kepada :

a. Rangkap ke-1 didistribusikan kepada Bagian Pembelian

b. Rangkap ke-2 didistribusikan kepada Bagian Gudang beserta barang.

c. Rangkap ke-3 didistribusikan kepada Bagian Akuntansi

d. Rangkap ke-4 disimpan oleh Bagian Penerimaan sebagai arsip.

Jika barang tidak sesuai dengan keinginan perusahaan, maka barang tersebut akan

dikembalikan kepada supplier.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

42

6. Bagian Gudang melakukan penyimpanan barang dan mencocokkan SOP dengan

LPB, lalu mencatat kuantitas barang yang diterima kedalam Kartu Gudang,

kemudian mengarsipkan kedua dokumen tersebut.

7. Bagian Pembelian menerima faktur dari pemasok dan memeriksa faktur tersebut,

kemudian mengirimkan faktut kepada Bagian Akuntansi.

8. Bagian Akuntansi mencocokkan faktur dengan SOP dan LPB. Jika telah sesuai,

Bagian Akuntansi mencatat transaksi pembelian tersebut kedalam Jurnal Pembelian

dan Kartu Utang, serta mencatat harga pokok persediaan barang yang dibeli ke

dalam kartu persediaan. Faktur dari pemasok diarsipkan sementara menurut tanggal

jatuh tempo pembayaran, untuk digunakan kembali dan diproses dalam transaksi

pembayaran faktur pada saat jatuh tempo, sedangkan SOP dan LPB diarsipkan

menurut nomor atau tanggal dokumen tersebut dibuat.

Dari prosedur pembelian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat praktik yang

sehat antara lain meliputi sebagai berikut :

a. Bagian gudang mengajukan Surat Permintaan Pembelian hanya jika tingkat

persediaan di gudang telah mencapai titik pemesanan kembali.

b. Bagian pembelian melakukan pembelian hanya berdasarkan SPP.

c. Pemasok dipilih berdasarkan perbandingan penawaran harga bersaing dari berbagai

pemasok, tidak berdasarkan hubungan istimewa dan pribadi diantara Bagian

Pembelian dengan pemasok. Dengan cara ini, kemungkian pengadaan barang yang

lebih tinggi dari harga yang normal dapat dihindari.

d. Barang hanya diterima dan diperiksa oleh Bagian Penerimaan, jika bagian itu telah

menerima tembusan SOP dari Bagian Pembelian.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

43

e. Bagian Penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari pemasok

dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan membandingkannya

dengan tembusan Surat Order Pembelian.

f. Pembayaran faktur dilakukan sesuai dengan syarat pembayaran guna mencegah

hilangnya kesempatan untuk memperoleh potongan tunai. Jika perusahaan

memperoleh potongan tunai dari pemasok karena melunasi kewajibannya dalam

jangka waktu potongan( cash discount period ) berarti dapat menghemat kekayaan

perusahaan.

2.2.5 Pengertian Persediaan

Persediaan dalam suatu perusahaan adalah faktor pendukung penting dalam

menjalankan operasi perusahaan. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang

persediaan :

• Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan bahan-bahan

dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang -

barang jadi/produksi yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen

atau langganan setiap waktu (Assouri 1993, p219).

• Persediaan menunjukkan barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal

perusahaan (Handoko, 1994,p333-334). Pada umumnya persediaan barang dagangan

diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang apabila

perusahaan tersebut diperoleh dalam keadaan siap untuk dijual kembali. Sedangkan

persediaan barang produksi termasuk barang dari hasil produksi perusahaan itu yang

belum didistribusikan ke konsumen.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

44

Dari definisi persediaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah

aset yang sangat penting karena persediaan merupakan barang yang tersedia untuk dijual

(barang dagangan/barang jadi), barang yang masih dalam proses produksi untuk

diselesaikan dan dijual(barang dalam proses pengolahan) dan barang yang akan

dipergunakan untuk produksi barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan

pembantu) dalam kegiatan usaha normal perusahaan.

2.4.6. Perencanaan Persediaan

Persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik

yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memprodusir barang-barang serta

selanjutnya menyampaikannya pada langganan atau konsumen (Assouri, 1993, p177).

Persediaan dikatakan sangat penting bagi perusahaan karena persediaan berguna untuk :

a. Menghilangkan resiko datangnya keterlambatan barang

b. Menghilangkan resiko dari produk yang dipesan tidak bagus atau rusak

c. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara minimum sehingga dapat

dipergunakan bila barang tersebut tidak ada dalam pasaran

d. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus

produksi

e. Mencapai penggunaan mesin yang optimal

f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan

langganan pada setiap waktu dapat terpenuhi atau memberi jaminan tetap

tersedianya barang tersebut

g. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau

penjualannya

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

45

2.4.7. Pengendalian Internal Atas Persediaan

Pengendalian Internal Atas Persediaan merupakan hal yang sangat penting karena

persediaan adalah bagian yang amat penting dari suatu perusahaan dagang. Menurut

Render dan Heizer (2001, p318) elemen yang harus ada untuk mendukung pengendalian

internal yang baik atas persediaan adalah :

1. Pemilihan karyawan,pelatihan, dan disiplin yang baik. Hal-hal ini tidak pernah

mudah dilakukan, tetapi sangat penting dalam bisnis makanan, perdagangan besar,

dan operasi bisnis eceran di mana karyawannya mempunyai akses kepada barang-

barang yang langsung dikonsumsi.

2. Pengendalian yang ketat atas barang yang datang. Melalui sistem kode batang (bar

code)

3. Pengendalian yang efektif atas semua barang yang ke luar dari fasilitas.

2.4.8. Metode Pencatatan Persediaan

Ada dua sistem yang dikenal dalam menentukan jumlah persediaan pada akhir

suatu periode menurut Mulyadi (1997, p558), yaitu dengan :

1. Metode Mutasi Persediaan

Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu

persediaan

2. Metode Persediaan Fisik

Dalam Metode Persediaan Fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja

yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak

dicatat dalam kartu persediaan

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

46

2.4.9. Metode Penilaian Persediaan

Dalam menilai persediaan metode yang digunakan (Soemarso, 1995, p424), adalah

sebagai berikut :

1. Metode LIFO

LIFO adalah metode penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa

barang-barang yang paling akhir dibeli dan merupakan barang yang dijual pertama

kali. Dalam metode ini persediaan akhir akan dinilai dengan harga pokok pembelian

terdahulu.

2. Metode FIFO

LIFO adalah metode penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa

barang-barang yang pertama dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali.

Dalam metode ini persediaan akhir akan dinilai dengan harga pokok pembelian yang

paling akhir.

3. Metode Rata-rata (Average)

Rata-rata dalam penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa harga

pokok rata-rata dari barang yang tersedia dijual akan digunakan untuk menilai harga

pokok barang yang dijual dan yang terdapat dalam persediaan.

2.3.10 Manajemen Persediaan

Menurut Handoko (2001, p334) sistem Persediaan adalah serangkaian

kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan yang bertujuan

untuk meminimumkan biaya total. Menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi :

1. Persediaan bahan mentah, yaitu persediaan barang berujud yang digunakan dalam

proses produksi

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

47

2. Persediaan komponen-komponen rakitan, yaitu persediaan barang-barang yang

terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara

langsung dapat dirakit menjadi suatu produk

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong, yaitu persediaan barang-barang yang

diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian barang jadi

4. Persediaan barang dalam proses, yaitu persediaan barang-barang yang merupakan

keluaran dari tiap-tiap bagian dalamproses produksi atau yang diolah menjadi suatu

bentuk

5. Persediaan barang jadi, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai

diprosesatau diolah

2.3.11 Lead Time, Safety Stock, Reorder Point, EOQ dan Minimum Stock

a. Lead Time

Beberapa definisi lead time :

• Render dan Heizer (2001,p324), lead time adalah waktu antara dilakukannya

pemesanan

• Handoko (2001, p341), lead time adalah waktu antara pesanan dilakukan dan

barang-barang diterima, adalah konstan

Berdasarkan definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lead time

merupakan waktu yang dihitung sejak satu pesanan pembelian pada suplier dilakukan

sampai saat barang tersebut diterima oleh pembeli

b. Safety Stock

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

48

Untuk menghadapi permintaan yang bervariasi perusahaan biasanya mempunyai

tingkat persediaan tertentu sebagai pengaman yang disebut safety atau buffer stocks.

Safety stock ini menyediakan sejumlah persediaan selama lead time, Handoko(2001,

p355).

c. ROP

Definisi Re-order Point, antara lain :

• Render dan Heizer (2001, p324), ROP adalah saat persediaan mencapai nol

sebelum perusahaan memesaan lagi dan dengan seketika barang yang dipesan

diterima

• Weston dan Brigham (1990,p511), ROP adalah suatu titik dimana pemesanan

harus dilakukan lagi untuk fungsi persediaan. Titik pemesanan kembali ini

menunjukkan kepada bagian pembelian untuk melakukan pemesanan kembali

untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan.

Perhitungan ROP menggunakan rumus :

ROP = d x L

ROP = Titik Pemesanan Ulang

d = Permintaan per hari

L = Lead Time, waktu pengiriman

Jadi dapat disimpulkan bahwa ROP adalah kuantitas dimana persediaan harus

ditambahkan untuk menandai pemesanan ulang

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

49

d. EOQ

Menurut Render dan Heizer (2001, p320), EOQ merupakan salah satu teknik

pengendalian tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan,

tapi didasarkan pada beberapa asumsi:

1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan

2. Lead Time, diketahui dan bersifat konstan

3. Persediaan diterima dengan segera

4. Tidak mungkin diberi diskon

5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan

biaya penahanan atau penyimpanan sepanjang waktu

6. Keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila

pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat

Perhitungan EOQ menggunakan rumus :

EOQ = √ 2 DS H

EOQ = Jumlah Optimal Pemesanan Barang

D = Permintaan Tahunan Barang Persediaan, dalam unit

S = Biaya Pemesanan untuk setiap Pesanan

H = Biaya Penyimpanan per unit per tahun

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – teori Dasar/Umum 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-48-Bab 2.pdf2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O’Brien

50

Berdasarkan pengertian EOQ yang telah dibahas diatas maka EOQ dapat

diartikan sebagai konsep yang penting dalam pembelian bahan mentah dan

penyimpanan barang jadi

e. Minimum Stock

Persediaan Minimum merupakan batas persediaan yang paling kecil yang harus

ada untuk suatu jenis barang oleh karena itu, persediaan minimum ini

dimasukkan untuk menghindari kemungkinan kekurangan persediaan, maksud

persediaan minimum merupakan persediaan cadangan untuk menjamin

keselamatan operasi atau kelancaran produksi perusahaan yang karena itu

persediaan ini sering disebut persediaan pengaman jadi persediaan minimum

dalam suatu perusahaan hendaknya sama dengan besarnya persediaan

pengaman.