51
1 96BAB I PENDAHULUAN A. La tar Bel akan g Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker  payudara yang menyerang perempuan didunia dan urutan pertama untuk wani ta dinegara sedang ber kembang ter mas uk Indone sia. Kanker ser vik s ada la h kanker yan g te rj adi pada le her ra hi m. Suatu daerah pada or gan reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim dan lia ng sen ggama (Owen, 2005). Meliha t per kembangan jumlah  penderita dan kematian akibat kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar 10% wanita di dunia sudah terifeksi  Human Papilloma Virus (HPV). Muncul fakta baru bahwa semua perempu an mempu nyai resiko untuk terke na infek si (HPV) (Emilia, 2010). World Health Organization (WHO) melaporkan 470.606 kasus kanker serviks dengan kematian 49,6%. Di negara berkembang kanker serviks masih menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker di usia repr odu kt if . Hampir 80% kasus ber ada di neg ara berkemban g se per ti

bab 1,2,3 Prop

Embed Size (px)

Citation preview

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 1/51

1

96BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker 

 payudara yang menyerang perempuan didunia dan urutan pertama untuk 

wanita dinegara sedang berkembang termasuk Indonesia. Kanker serviks

adalah kanker yang terjadi pada leher rahim. Suatu daerah pada organ

reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara

rahim dan liang senggama (Owen, 2005). Melihat perkembangan jumlah

 penderita dan kematian akibat kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar 

10% wanita di dunia sudah terifeksi  Human Papilloma Virus (HPV). Muncul

fakta baru bahwa semua perempuan mempunyai resiko untuk terkena infeksi

(HPV) (Emilia, 2010).

World Health Organization (WHO) melaporkan 470.606 kasus kanker 

serviks dengan kematian 49,6%. Di negara berkembang kanker serviks masih

menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker di usia

reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang seperti

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 2/51

2

Indonesia dengan jumlah kasus 91.451 orang dan kematian 43,02% ( Hakim,

2005).

Insiden kanker serviks menurut DEPKES, 100 per 100.000 penduduk 

 pertahun, sedangkan dari data Laboratorium Patologi Anatomi seluruh

Indonesia, frekuensi kanker serviks paling tinggi di antara kanker yang ada di

Indonesia, penyebarannya terlihat bahwa 92,4% terakumulasi di Jawa dan

Bali. (Depkes,2010).

Provinsi Riau tahun 2009 terdapat wanita usia subur (WUS) sebanyak 

1.485.820 orang sedangkan pasangan usia subur 880.879 orang, yang

melakukan deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan pap smear 

sebanyak 4405 orang. Terdeteksi kanker serviks sebanyak 131 orang (2,97%).

Terbanyak mengenai wanita golongan umur 45-64 tahun yaitu 58 orang

(44,3%) dan terendah mengenai wanita golongan umur 15-24 tahun yaitu 8

orang (6%) (Dinkes TK 1, Pekanbaru).

Faktor risiko terjadinya kanker serviks yang terjadi pada wanita meliputi

wanita yang mempunyai riwayat merokok, penggunaan PIL kontrasepsi

dalam jangka waktu lama (>5 tahun) akan berpotensi untuk berkembang

menjadi ganas, dan wanita yang melahirkan lebih dari 3 kali. Walaupun dalam

arti biologis penyebab kanker serviks belum diketahui, tetapi pada keadaan

tertentu yang berhubungan erat sekali dengan penyakit ini, sehingga dapat

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 3/51

3

dianggap sebagai faktor resiko, antara lain : riwayat merokok, wanita yang

merokok dua kali kemungkinan terkena kanker serviks daripada yang tidak 

merokok (Yatim, 2008).

Sosial ekonomi, wanita miskin beresiko tinggi terkena kanker serviks.

Hal ini berkaitan dengan asupan gizi dan nutrisi yang tidak memadai sehingga

kekebalan tubuhya lemah melawan infeksi virus. Selain itu juga karena tidak 

mampu melakukan pemeriksaan  pap smear  secara teratur. Kemudian faktor 

risiko berikutnya merokok dapat meningkatkan resiko kejadian kanker 

serviks, dimana tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang

dihisap sebagai rokok atau sigaret maupun yang dikunyah. Asap rokok 

menghasilkan  polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang

sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah akan menghasilkan

nitrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada

getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.

Bahkan membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan

kerusakan  Deoxyribo Nucleic Acid  (DNA) epitel serviks sehingga

mengakibatkan neoplasma serviks (Rasjidi, 2007).

Ibu yang mempunyai faktor risiko kanker serviks seperti umur, paritas

dan mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang kanker serviks. Umur 

rata-rata perempuan yang terserang kanker serviks sekitar 50-an tahun.

 Namun pernah dilaporkan kasus kanker serviks berumur 20 tahun. Sekitar 1%

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 4/51

4

 penderita kanker serviks terdiagnosis pada waktu perempuan sedang

hamil/baru saja selesai dari proses persalinan. (Yatim,2008)

Begitu banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kanker serviks.

Dalam hal ini penulis ingin mengetahui faktor risiko tersebut juga

mempengaruhi penderita kanker serviks di Ruang Camar III di RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru. Karena berdasarkan data awal yang didapat dari

 pengolahan data di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, penyakit ginekologi

tertinggi kedua setelah abortus incompletus adalah kanker serviks dan terus

terjadi peningkatan dari tahun ketahun yaitu tahun 2009 berjumlah 66 orang,

tahun 2010 berjumlah 110 orang, tahun 2011 berjumlah 132 orang. (Bina

Program dan Rekam medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun, 2011)

Berdasarkan data diatas, terjadi peningkatan yang cukup tajam dari 3

tahun terakhir, jelas memberikan gambaran bahwa masalah kanker serviks

 perlu mendapatkan perhatian dan pencegahan yang baik. Oleh karena itu,

 penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor risiko terhadap

kejadian kanker serviks di Ruang Camar III di RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru Tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 5/51

5

Perempuan yang mempunyai kebiasaan merokok, melakukan aktifitas

seksual dini, merokok, umur, dan mengkonsumsi PIL kontrasepsi mempunyai

risiko mengalami kanker serviks yang semakin meningkat. Banyaknya faktor 

risiko yang menyebabkan kanker serviks sehingga dapat mengancam

kesehatan reproduksi dan kematian pada pasien yang menderita kanker 

serviks. Tingginya insiden kanker serviks menandakan perlunya upaya

 pencegahan dini. Misalnya melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah

“Apakah ada hubungan antara faktor risiko terhadap kejadian kanker serviks

di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012?”.

Sehubungan dengan dampak kanker serviks pada kesehatan reproduksi wanita

sangat buruk dan dapat mengancam hidup para wanita.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 6/51

6

a. Untuk mengetahui hubungan antara kejadian kanker serviks dengan

faktor risiko kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru tahun 2011.

 b. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat merokok terhadap

kejadian kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru tahun 2012.

c. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan PIL Kontrasepsi

terhadap kejadian kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru tahun 2012.

d. Untuk mengetahui hubungan antara umur terhadap kejadian kanker 

serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun

2012.

e. Untuk mengetahui hubungan antara paritas terhadap kejadian kanker 

serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun

2012.

f. Untuk mengetahui hubungan antara sosial ekonomi terhadap kejadian

kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

tahun 2012.

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 7/51

7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

 perawat untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan motivasi kelompok 

wanita usia dewasa muda untuk melakukan pencegahan dini terhadap

risiko terjadinya kanker serviks, sehingga dapat menjadi masukan dalam

memberikan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mengenai

 prilaku hidup sehat sebagai upaya pencegahan kanker serviks dan untuk 

menyebarluaskan informasi kesehatan sebagai upaya pencegahan dini

terhadap risiko terjadinya kanker serviks.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam

 pembelajaran asuhan keperawatan maternitas terutama masalah dengan

kanker serviks.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 8/51

8

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber atau literatur untuk 

 penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan tentang faktor risiko

kanker serviks pada wanita.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 9/51

9

A. Tinjauan Teoritis

1. Kanker Serviks

a. Pengertian

Kanker atau keganasan (malignancy) adalah segolongan

 penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali

dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan biologis atau

hidup lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang

 bersebelaha

n (invasi) atau dengan migrasi atau perpindahan sel ketempat

yang jauh (metastasis) melalui peredaran darah, pembuluh getah

 bening, dan lain-lain. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut

disebabkan kerusakan  Deoxyribo Nucleic Acid  ( DNA), menyebabkan

mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel (Emilia, 2010).

 American Cancer Society (2008) menyatakan, kanker adalah

sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan

 perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker 

dapat dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu

terjadinya proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor 

ekternal dapat juga berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu dan juga

konsumsi tembakau, sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 10/51

10

akibat metabolisme), hormon dan kondisi sistem imun merupakan

faktor internal. Beberapa mutasi dibutuhkan untuk mengubah sel

normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan

agen biologis, kimia, maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi

dapat terjadi secara spontan (diperoleh) atau diwariskan (mutasi

 germeline). Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda,

 bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah

ada metastasis (Emilia, 2010).

b. Gejala dan Tanda Kanker Serviks

Menurut Dalimartha (2004), gejala dini kanker leher rahim

adalah sebagai berikut :

1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.

2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi

 perdarahan yang abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak 

melakukan hubungan seksual.

3. Sakit waktu hubungan seks.

4. Berat badan yang terus menurun.

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 11/51

11

5. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,

 berbau dan dapat bercampur dengan darah.

6. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.

7. Terjadi perdarahan pervagina meskipun telah memasuki masa

menoupose.

8. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada

radang panggul. Apabila nyeri terjadi di daerah pinggang ke

 bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, nyeri dapat

timbul di tempat-tempat lain.

c. Deteksi Dini dan Diagnosa

Deteksi dini kanker serviks secara teratur sangat dianjurkan

 bagi setiap wanita, biasanya dimulai tiga tahun setelah wanita aktif 

secara seksual atau berusia lebih dari 21 tahun (Zeller, 2007). Selain

dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, diperlukan deteksi dini berupa :

1) Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

merupakan metode inspeksi yang sangat sederhana, murah,

nyaman, praktis, dan mudah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

cara mengoleskan larutan asam asetat 3% - 5% pada serviks

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 12/51

12

sebelum melakukan inspeksi visual. Pemeriksaan ini disebut

 positif bila terdapat area putih (acetowhite) didaerah sekitar porsi

serviks.

2) Pemeriksaan  Pap smear , merupakan pemeriksaan sitologi untuk 

mendeteksi karsinoma serviks uteri. Pemeriksaan ini dilakukan

dengan mengambil contoh sel epitel serviks melalui kerokan

dengan spatula khusus, kemudia hasil kerokan dihapuskan pada

kaca objek. Apusan sel pada kaca objek tersebut selanjutnya

diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi ( American Cancer 

Society, 2008). 

3) Pemeriksaan  Deoxyribo Nucleic Acid  ( DNA), HPV, merupakan

suatu laboratorium yang dapat mendeteksi tipe-tipe HPV yang

dapat menyebabkan kanker serviks (Zeller, 2007).

Jika diperoleh hasil  Pap Smear  yang abnormal, maka dibutuhkan

 beberapa pemeriksaan tambahan untuk mengkonfirmasi diagnosisi,

mengetahui penyebaran kanker, dan menentukan pilihan pengobatan

(Zeller, 2007).

1) Kolposkopi, merupakan pemeriksaan visual serviks uteri dengan

menggunakan alat optic khusus yang disebut kolposkop.

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 13/51

13

Pemeriksaan ini dapat mengenali dysplasia maupun karsinoma,

 baik in situ maupun invasive, dengan baik (Randall, 2005)

2) Biopsi, merupakan  gold standart  dalam menentukan diagnosis

kanker yaitu dengan mengambil sedikit jaringan lesi kemudia

diperiksa secara histopatologik (Zeller, 2007). Jaringan yang

diambil harus cukup dalam serta meliputi beberapa area di empat

kuadran serviks dan beberapa area vagina yang dicurigai (Randall,

2005).

Pemeriksaan visual kandung kemih dan kolon dengan  sitoskopi dan

 protoskopi, serta pemeriksaan imejing seperti chest X-ray, CT-Scan,

dan  Magnetic Resonance Imaging ( MRI) untuk mengetahui

 penyebaran dari kanker ke organ-organ sekitar (Zeller, 2007).

d. Etiologi Kanker Serviks

Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti

karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan

faktor, genetik dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor 

 predisposisi yang diduga meningkatkan risiko terjadinya kanker,

sebagai berikut :

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 14/51

14

1. Faktor Keturunan

2. Faktor Lingkungan

3. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia

4. Virus

5. Infeksi

6. Faktor Prilaku

7. Gangguan keseimbangan hormonal

8. Faktor kejiwaan, emosional

9. Radikal Bebas

10. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan

seksual adalah tipe 7 , 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59,

68, 69, dan mungkin masih  terdapat beberapa tipe yang lain.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker 

leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua  tipe ini

HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher rahim.

e. Klasifikasi Kanker Serviks

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 15/51

15

1) Klasifikasi Histopatologi

Secara histopatologi kanker serviks terdiri atas berbagai

 jenis. Dua bentuk yang sering dijumpai adalah karsinoma sel

skuamosa dan adenokarsinoma. Sekitar 80% merupakan

karsinoma serviks jenis skuamosa (epidermoid), 10%

adenokarsinoma dan 5% adalah jenis adenoskuamosa, clear cell,

 small cell, verucous cell (Rasidji, 2007).

Jenis histopatologik kanker serviks menurut WHO (2002)

dibagi menjadi sebagai berikut:

1) Karsinoma sel skuamosa terdiri dari beberapa jenis yaitu

 berkreatin dan tidak berkreatin,

2) Karsinoma sel skuamosa mikroinvasif 

3) Neoplasma intraepithelial serviks (Neoplasma intraepithelial

serviks (NIS) 3/KSS insitu))

4) Lesi jinak sel skuamosa terbagi menjadi; kondiloma

akuminata, papiloma skuamosa, dan polip fibroepitelial.

2) Klasifikasi Stadium

Setelah diagnosis kanker serviks berdasarkan hasil

 pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi, dilanjutkan dengan

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 16/51

16

 penentuan stadium. Tingkat keganasan klinik dibagi menurut

klasifikasi FIGO, 2000 sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tingkat Keganasan Klinik Menurut FIGO, 2000 :

Tingkat Kriteria

0 Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra

epithelial.

I

Ia

Ia 1

Ia2

Ib

Ib1

Ib2

Karsinoma masih terbatas pada serviks (perluasan ke

korpus uteri diabaikan).Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara

mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung

walau hanya dengan invasi yang sangat supervisial

dikelompokkan dalam stadium Ib.

Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm

dan lebar lesi tidak lebihdari 7 mm.

Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari

3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.

Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm

tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7mm.

Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopik 

lebih dari Ia.

Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm.

Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm.

II

IIa

IIb

Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3

 bawah atau infiltrasi keparametrium belum sampai

dinding panggul.

Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan

 parametrium.

Infiltrasi ke parametrium tapi belum mencapai

dinding panggul

III Telah melibatkan 1/3 bagian bawah vagina atau

adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus

dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 17/51

17

IIIa

IIIb

dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan

ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul.

Perluasan sampai dinding panggul atau adanya

hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal.

IV

IVa

IVb

Perluasan keluar organ reproduksi.

Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa

rektum.

Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

f. Penatalaksanaan Kanker Serviks

  Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi

dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita,

dan rencana penderita untuk hamil lagi. Pengobatan kanker leher 

rahim antara lain (Diananda, 2007) :

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif 

maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung

menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang

ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah

tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.

2. Terapi penyinaran (radioterapi)

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 18/51

18

Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang

masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan

sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan

menghentikan pertumbuhannya.

3. Kemoterapi

Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka dianjurkan

menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat obatan

untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan

melalui suntikan intravena atau melalui mulut.

4. Terapi biologis

Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh

dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada

kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

5. Terapi gen

Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara :

a. Mengganti gen yang rusak atau hilang.

 b. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap

 pembentukan sel kanker.

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 19/51

19

c. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah

dideteksi dan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh,

kemoterapi, maupun radioterapi.

d. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh

darah baru di jaringan kanker sehingga sel-sel kankernya mati.

Adapun penatalaksanaan kanker serviks berdasarkan stadiumnya

adalah sebagai berikut:

1) Stadium Ia1

Penatalaksanaan pada kanker servik stadium Ia1 adalah

histerektomi totalis atau histerektomi vaginalis. Bila stadium Ia1

diterapi dengan konisasi yang adekuat karenamempertahankan

fertilitas, maka dilakukan pengamatan pap smear 4-10 bulan pasca

konisasi dan pemeriksaan rutin dengan pap smear bila hasilnya

negatif.

2) Stadium Ia2, Ib, dan IIa

a) Penatalaksanaan stadium Ia2 direkomendasikan histerektomi

radikal dan limfadenektomi pelvis. Bila pada stadium Ia2 tidak 

disertai dengan invasi limfe-vaskular, maka masih dapat

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 20/51

20

dilakukan histerektomi total ekstrafasial dan limfadenektomi

 pelvis.

 b) Kanker serviks stadium Ib-IIa2 <4 cm, mempunyai prognosis

yang baik dengan terapi radiasi maupun pembedahan.

c) Terapi standart stadium Ib1/IIa (diameter tumor <4 cm) adalah

histerektomi radikal (tipe II-III) dan limfadenektomi pelvis.

d) Kombinasi terapi primer radiasi dan pembedahan mempunyai

morbiditas yang tinggi, sebaiknya dihindari memberikan terapi

 primer kombinasi pembedahan dan radiasi.

e) Adjuvant (indikasi terapi adjuvant: metastasis KGB, metastasis

 parametrium, tumor pada tepi sayatan) kemoradiasi

meningkatkan survival dibandingkan radiasi saja. Terapi

adjuvant juga menurunkan residif lokal, meningkatkan masa

 bebas tumor dibandingkan pembedahan tanpa terapi adjuvant.

3) Stadium IIb, III, dan Iva

Pengobatan yang terpilih adalah radioterapi lengkap, yaitu

radiasi eksternal dilanjutkan radioterapi intrakaviter. Standart

terapi radiasi merupakan kombinasi radiasi eksternal dan brakiterai

intrakaviter, konkomitan dengan kemoterapi. Pembedahan

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 21/51

21

eksenterasi dapat dilakukan pada stadium Iva yang tidak meluas ke

dinding pelvis, khususnya pada fistula vesikovagina, fistula

rektovagina.

4) Stadium IVb

Pengobatan yang diberikan bersifat paliatif, radioterapi yang

diberikan bersifat radioterapi paliatif.

2. Faktor Risiko Kanker Serviks

Faktor risiko kanker serviks adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan inisiasi transformasi atipik serviks dan perkembangan dari

displasia. Transformasi atipik merupakan daerah atipik (abnormal) yang

terletak diantara sambungan skuamokolumner serviks yang asli dan yang

 baru terbentuk akibat metaplasia sel kolumner menjadi skuamosa (Ramli,

2002)

Faktor tersebut adalah terutama berhubungan dengan riwayat seksual,

dan lainnya adalah kontrasepsi, paritas, rokok dll :

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 22/51

22

a. Merokok 

Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang

dihisap sebagai rokok atau sigaret maupun yang dikunyah. Asap rokok 

menghasilkan  polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine

yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah ia

menghasilkan nitrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang

dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi

kokarsinogen infeksi. Ali dkk, bahkan membuktikan bahwa bahan-

 bahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks

sehingga mengakibatkan neoplasma serviks (Rasjidi, 2007).

Tabel 2.2

Jenis kanker yang berkaitan dengan pemakaian tembakau

Organ Faktor tambahan

- Rongga mulut, saluran

cerna, atau saluran nafas- Paru

- Pankreas

- Ginjal, saluran kemih

- Serviks

- Alkohol

- Asbestos, debu mineral,

 polusi udara

- Diet tinggi lemak, lainnya?

- Diet

- virus

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 23/51

23

Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker 

serviks jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat dua

kali dibandingkan orang yang tidak merokok dengan risiko tertinggi

terdapat pada orang yang merokok dalam jangka waktu yang lama

serta intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak). Penelitian yang

menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan

meningkatnya risiko seseorang menderita penyakit kanker serviks

sudah cukup banyak. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan

di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan dalam British

Journal of Cancer pada tahun 2001. Menurut Joakam Dillner, M.D.

 peneliti yang memimpin riset tersebut, zat nikotin serta racun lain

yang masuk kedalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan

kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya

sel-sel abnormal pada leher rahim. Cervical neoplasia adalah kondisi

awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang

(Wijaya, 2010).

Setiap ibu yang merokok berarti memasukkan salah satu zat

 beracun yang terkandung di dalam sebatang rokok yaitu benzopiren

dan lutidin, yang mana kedua zat tersebut penyebab kanker. Perokok 

terserang kanker serviks 2 kali lebih besar dibandingkan yang tidak 

merokok (Wijaya, 2010)

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 24/51

24

Sedangkan menurut Evennett (2003) karsinogen terlihat dalam

sekresi leher rahim dalam jumlah sepuluh kali lipat daripada

 jumlahnya dalam darah. Merokok 20 batang setiap hari menjadikan 4

kali lebih rentan terserang kanker, dan 40 batang setiap hari

meningkatkan kerentanan 14 kali daripada seorang yang tidak 

merokok. Nikotin dalam rokok masuk dalam lendir serviks yang

menutupi leher rahim, sehingga menurunkan ketahanan serviks

terhadap perubahan abnormal. Merokok secara umum juga dapat

menurunkan sistem kekebalan tubuh. Menurut Peters RF yang dikutip

oleh Rasjidi (2007) seorang wanita yang merokok > 5 batang perhari

selama > 20 tahun (dibandingkan < 1 tahun) maka risiko relatife

sebesar 4.

b. Umur

Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah

mereka yang berusia >40 tahun dan sangat jarang terjadi pada

 perempuan 15 tahun. Kanker serviks juga banyak menyerang usia

manula, yang mungkin karena alasan sederhana bahwa setelah

mengalami menopause banyak dari mereka berfikir bahwa tidak perlu

lagi untuk melakukan tes pap smear  (Nurwijaya, 2010). Ada juga

 pendapat lain bahwa perempuan yang rawan mengidap kanker serviks

adalah mereka yang berusia 35-50 tahun dan masih aktif berhubungan

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 25/51

25

seksual (prevalensi 5-10%). Meski fakta memperlihatkan bahwa

terjadi pengurangan risiko infeksi menetap atau persisten justru

meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia, terjadi

 perubahan anatomi (retraksi) dan histologi (metaplasia) (Wijaya,

2010).

Di Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo umumnya insidens

kanker serviks sangat rendah dibawah umur 20 tahun, dan sesudahnya

menaik dengan cepat dan menetap sesudah umur 50 tahun. Sedang

karsinoma insitu insidens mulai naik pada umur lebih awal dan puncak 

 pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncak pada usia 20-

29 tahun dan turun sampai umur 50-59 dan kemudian menaik lagi

 pada usia lebih tua (Ramli, 2002).

c. Paritas

Terdapat hubungan yang kuat (Linear) antara jumlah kelahiran

dan kejadian kanker serviks, artinya semakin banyak jumlah anak 

yang dilahirkan maka akan semakin mungkin mengalami kanker 

serviks. Sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan pasca persalinan

(masa puerperium) yaitu hari ke-42 (enam minggu) karena perlukaan

serviks (portio uteri) setelah persalinan dapat menjadi titik awal

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 26/51

26

degenerasi ganas serviks. Serviks yang luka perlu diobati dengan nitra

 sargenti tingtura, albutyl tingtura, termokauter, komisasi.

Wanita yang pernah mengalami kehamilan 3 kali atau lebih

maka risiko kanker serviks akan meningkat. Beberapa peneliti

menghubungkannya dengan kondisi sistem imun ibu hamil yang

melemah, yang memungkinkan terjadinya infeksi  HPV (Human

 Papilloma Virus) dan pertumbuhan kanker. Manajemen persalinan

yang tidak tepat serta jarak persalinan yang terlalu dekat dapat pula

meningkatkan risiko kanker serviks (American cancer society, 2009).

Sama seperti jumlah partner seksual, jumlah kehamilan yang

 pernah dialami wanita juga meningkatkan risiko terjadinya kanker 

serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering

melahirkan mempunyai risiko terserang kanker serviks lebih besar 

(Wijaya, 2010).

d. Penggunaan PIL Kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi oral dapat menurunkan jumlah kadar 

nutrient (Vitamin C, B12, B6, asam folate B2 dan  Zinc) yang terlibat

dalam imunitas. Tercatat bahwa 67 % penderita kanker serviks

mempunyai sedikitnya 1 kadar vitamin abnormal, 38 % terlihat

multiple parameter nutritional abnormal  (Emilia, 2010).

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 27/51

27

Menurut Harahap (2002), mekanisme terjadinya kanker serviks

adalah pengaruh pil KB terhadap perubahan epitel kolumnar menjadi

epitel skuamosa atau proses eversi. Epitel kolumnar yang berada di

daerah eversi akan berada dalam vagina yang PHnya rendah sehingga

merangsang terjadinya metaplasia yang apabila terjadi dalam jangka

waktu lama (> 5 tahun) akan berpotensi untuk berkembang menjadi

ganas.

Pemakaian kontrasepsi oral dalam jangka panjang, yaitu lebih

dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks dua kali lipat

atau lebih, WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi

oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya

 pemakaian. Perilaku seksual dan skrinning pap smear merupakan

 perancu yang paling utama, namun dalam beberapa penelitian yang

terkontrol ditemukan peningkatan insiden 2 kali lipat pada wanita

yang mengkonsumsi kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun (Sjamsuddin,

2001).

Menurut Rasjidi (2010), 1,5-2,5 kali bila diminum dalam

 jangka panjang, yaitu lebih dari empat tahun akan meningkat risiko

menderita kanker serviks. Sifat khas kontrasepsi hormonal adalah

sebagai berikut : 1) komponen estrogen menyebabkan mudah

tersinggung, tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah,

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 28/51

28

menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,

meningkatkan pengeluaran leukorea, menimbulkan perlukaan serviks.

2) komponen progesterone menyebabkan payudara tegang, kulit dan

rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram,

liang senggama kering (Rasjidi, 2010)

 Namun, apabila hasil pemeriksaan secara mendalam ternyata

seorang wanita memiliki risiko tinggi terhadap kanker serviks, maka

tidak diperkenankan menggunakan pil kontrasepsi tersebut. Apalagi,

dari hasil pemeriksaan skrining seorang wanita positif mengalami

 prakanker atau kanker serviks. Meskipun demikian, penggunaan

metode kontrasepsi barrier (penghalang) terutama yang menggunakan

kombinasi mekanik dan hormone memperlihatkan penurunan angka

kejadian kanker serviks yang diperkirakan karena paparan terhadap

agen penyebab infeksi menurun. (Wijaya, 2010).

e. Pendidikan

Pendidikan menurut Harahap 2001 antara tingkat pendidikan

dengan kejadian kanker servik terdapat hubungan yang kuat, dimana

kejadian kanker serviks cenderung lebih banyak terjadi pada wanita

yang berpendidikan rendah disbanding wanita yang berpendidikan

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 29/51

29

tinggi. Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan tingkat sosial

ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan.

F. Sosial Ekonomi

Wanita di kelas sosio ekonomi yang paling rendah memiliki

faktor risiko lima kali lebih besar daripada faktor risiko pada wanita di

kelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh

hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. (Harahap,

2002).

3. Penelitian terkait

a. Penelitian yang dilakukan oleh Eka (2009), dalam penelitiannya

“Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim

di rsud dr. Moewardi Surakarta, 2008”, metode penelitian dengan

menggunakan rancangan penelitian case control. Sampel adalah

 pernah melahirkan, menggunakan kontrasepsi oral, telah terdiagnosis

kanker leher rahim, ditentukan secara fixed disease dengan hasil

 penelitian yang telah dilakukan terhadap 48 pasien rawat jalan di

 bagian Poli Obsgyn RSUD Dr. Moewardi, diketahui bahwa kanker 

leher rahim menyerang sebagian besar responden yang berusia >35

tahun, responden yang menikah pada usia 20, responden yang

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 30/51

30

melahirkan >3 kali, dan responden yang menggunakan kontrasepsi

oral dalam jangka waktu lama yaitu >4 tahun.

 b. Penelitian lain yang dilakukan oleh Chintia (2011), yang berjudul

“Hubungan pengetahuan dengan tingkat stress klien kanker serviks di

Ruangan Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2011”, metode

 penelitian kuantitatif dengan mengguanakan design korelasi. Sampel

adalah pasien kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru ditentukan secara purposive sampling dengan hasil

 penelitian hubungan pengetahuan dengan tingkat stress klien tentang

kanker serviks di ruangan camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

tahun 2011 pada tanggal 01-08 juli 2011. Dari 35 responden 20 orang

(57%) pengetahuan tinggi dan 18 orang (51,43%) tingkat stress berat.

c. Menurut penelitian Abenhaim (2011) yang berjudul tentang

“Incidence and obstetrical outcomes of cervical intraepithelial 

neoplasia and cervical cancer in pregnancy” (“kejadian dan

kandungan hasil neoplasia intraepitel serviks dan kanker serviks pada

kehamilan”) hasil penelitian didapatkan bahwa kanker serviks jarang

terjadi pada kehamilan. Insiden untuk kanker serviks tampaknya tren

selama periode 10-tahun sementara kejadian CIN dari waktu ke waktu

tampaknya meningkatkan, Pvalue=0,006. Wanita dengan CIN kurang

mungkin untuk menjalani persalinan sesar OR = 0,76 (0,73-0,80)

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 31/51

31

sementara wanita dengan kanker serviks lebih mungkin untuk 

memberikan operasi sesar OR = 3,17 (2,51-4,00). Tidak ada

 peningkatan risiko kematian ibu terlihat di antara wanita dengan CIN

atau kanker leher rahim juga tidak ada peningkatan risiko emboli paru

atau trombosis vena dalam. Persyaratan untuk transfusi darah secara

signifikan lebih tinggi pada kelompok kanker serviks (14,2%, nilai

Pvalue 0,0001).

d. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jensen (2002) dalam penelitiannya

“Case-control study of risk factors for cervical neoplasia in Denmark.

 II” (“Studi kasus-kontrol faktor risiko untuk neoplasia serviks di

Denmark. II) didapatkan bahwa Faktor risiko seksual, reproduksi dan

kelamin untuk neoplasia serviks diteliti dalam studi berbasis populasi

kasus-kontrol 586 wanita dengan histologis diverifikasi, karsinoma sel

skuamosa serviks in situ, dan 59 wanita dengan invasif skuamosa-sel

kanker serviks. Untuk CIS, ini termasuk merokok seumur hidup (pack-

tahun) (P<0,0001), tahun dengan intrauterine device (P = 0,0004), dan

 proporsi kehidupan aktif secara seksual tanpa menggunakan

kontrasepsi penghalang (P=0,003). Untuk penyakit serviks invasif,

mereka includedthe panjang kehadiran di sekolah (P=0,005) dan

 proporsi kehidupan aktif secara seksual tanpa menggunakan

kontrasepsi penghalang (P = 0,03). Faktor-faktor ini dianggap sebagai

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 32/51

32

variabel perancu potensial dan dengan demikian diizinkan dalam

analisis statistik selanjutnya.

4. Kerangka Konsep

Skema 2.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

5. Hipotesis

Merokok 

Umur 

Paritas (Jumlah

Kelahiran)

Penggunaan PIL

Kontrasepsi

Sosial Ekonomi

Pendidikan

Kanker Serviks

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 33/51

33

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara

empiris, biasanya terdiri dari pernyataan terhadap adanya variabel

independent dan dependent (Hidayat, 2007).

1. Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada hubungan faktor risiko kanker serviks

dengan kejadian kejadian kanker serviks.

2. Hipotesis alternative (Ha) : Ada hubungan faktor risiko kanker 

serviks dengan kejadian kanker serviks.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Dilihat dari cara pengumpulan data, pengolahan dan pembahasan jenis

 penelitian kuantitatif  dengan rancangan penelitian Cross Sectional, yaitu

rencana penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 34/51

34

 bersamaan (sekali waktu) dengan maksud untuk mengetahui hubungan

dengan variabel. Dimana data-data yang berkaitan dengan variabel

independent maupun dependent dikumpulkan secara bersamaan untuk 

mendapatkan informasi tentang faktor risiko yang berhubungan dengan

kejadian kanker serviks.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang Camar III RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini adalah

Karena RSUD Arifin Achmad merupakan rumah sakit tempat rujukan

yang memiliki pelayanan spesialisasi dan lokasinya berada ditengah kota

sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai Januari 2013.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 35/51

35

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik 

tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2003). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien kanker serviks yang dirawat di Ruang Camar III

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012 berjumlah 90 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagaimana dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2003). Adapun jumlah responden penelitian diambil berdasarkan besar 

rumus sampel ada sebanyak 47 orang.

2)(1 d  N 

 N n

+

=

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

 N : Jumlah Populasi

d : Tingkat kesalahan / ketepatan yang diinginkan (0,1)

2)1,0(1321

132

+

=n

)01,0)(132(1

132

+

=n

32,11

132

+

=n

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 36/51

36

 

= 57

Jumlah sampel yang digunakan peneliti sebanyak 57 orang.

2. Sampling

Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk 

dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

 benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,

2003).

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan oleh peneliti

 pada penelitian ini adalah accidental sampling , yaitu siapa saja yang

secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel

 bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini

 biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga

tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Keuntungan dari pada

teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data

sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).

32,2

132=n

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 37/51

37

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Alat ukur dan skala ukur penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembaran kuesioner 

yang berisi pertanyaan dimana alternative jawaban ya dan tidak. Untuk 

menjawab sesuai pilihan responden cukup memberikan berupa tanda

tertentu yaitu check list (√) atas jawaban yang telah disediakan, jawaban

yang benar akan diberikan bobot nilai 1 (satu) dan jawaban yang salah

diberikan dengan bobot nilai 0 (nol) (Arikunto, 2002).

Data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan alat ukur kuesioner dengan lembar check list, kemudian

didapatkan data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini dilakukan

melalui pengumpulan seluruh status rekam medis penderita kanker serviks

tahun 2011, yang diperlukan adalah data demografi penderita kanker 

serviks tersebut. Kemudian untuk latar belakang diambil data-data melalui

dokumen yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2009

dan pengolahan data Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Uji validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur 

yang digunakan. Instrument dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur 

yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 38/51

38

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas berguna untuk 

mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioneryang harus

dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Uji reliabilitas

 berguna untuk menetapkan apakah instrument dapat digunakan lebih dari

satu kali, paling tidak boleh responden yang sama akan menghasilkan data

yang konsisten (Sugiyono, 2007).

Tujuan uji validitas dan reabilitas adalah untuk mengetahui apakah

item-item pertanyaan dapat dimengerti oleh responden dengan mudah

tanpa mengalami kesulitan. Apabila dalam uji coba ini ditemukan

kesulitan baik dari redaksi ataupun bahasa yang menyulitkan akan

diadakan revisi kembali. Tujuan lain yang sangat penting adalah untuk 

mengetahui validitas dan reabilitas dari item-item dalam pertanyaan.

2. Kisi-Kisi Kuesioner

Untuk mempermudah dalam pengumpulan data maka diperlukan

kisi-kisi untuk kuesioner yang akan diedarkan kepada responden. Oleh

karena itu, peneliti mencoba membuat kisi-kisi kuesioner yang akan

dibagikan kepada responden guna pertanyaan yang akan dibuat nanti

menjadi lebih terstruktur dan valid. Dapat dilihat pada tabel 3.1:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Kuesioner

 No Materi Pertanyaan Nomor Soal Jumlah Soal

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 39/51

39

1. Merokok 1,2 2

2. Paritas 1,2,3 3

3. Pendidikan 1,2,3,4,5 5

4. Penggunaan PIL KB 1,2 2

5. Sosial Ekonomi 1,2,3 3

6. Umur 1,2,3,4 4

7. Kanker Serviks 1,2 2

E.  Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah prilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

 beda terhadap sesuatu (benda, manusia dll) (Soeparto, dkk, 2002).

Jenis-jenis variabel :

a. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas (independen) ini merupakan variabel yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel

 bebas dalam penelitian ini adalah Merokok, Prilaku Seksual, Umur,

Paritas (Jumlah Kelahiran), dan Penggunaan PIL Kontrasepsi

(Hidayat, 2003).

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 40/51

40

 b. Variabel terikat (dependent)

Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah kanker serviks.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional yaitu mendefinisikan variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan

 pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena dengan

menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2003).

Tabel 3.2

Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

 No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Skala

Ukur 

Hasil Ukur 

1. Merokok Respondenyang

mempunyai

riwayat

merokok 

Kuesioner Ordinal 1. Ya = 0

2. Tidak = 1

2. Umur Usia Kuesioner Ordinal 1. Berisik

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 41/51

41

responden

yang dihitung

 berdasarkantanggal

kelahirannya.

: jika > 40 Th

2. Tidak berisiko jika ≤ 40 Th

3. Paritas Responden

yang pernah

mengalami

melahirkan

bayi yang

hidup

maupun

bayi yang

sudah

meninggal.

Kuesioner Ordinal 1. Risiko Tinggi

kanker leher 

rahim > 3 kali

2. Risiko Rendah

kanker leher 

rahim ≤3 kali

4. Penggunaan PIL

KB

Penggunaan

PIL KB

minimal 5

tahun oleh

wanita

 penderita

kanker serviks

Kuesioner Ordinal 1. Ya : jika

menggunakan

≥5 th.

2. Tidak : jika

menggunakn ≤

tahun.

5. Pendidikan Responden

yang

 berpendidikan

Terakhir 

Kuesioner Ordinal 1. Rendah : Tidak

Sekolah,SD,da

SMP.

2. Tinggi : SMA

dan Perguruan

Tinggi.

6. Sosial Ekonomi Jumlah

 pendapatan

yang dimiliki

oleh suami

dan wanita

 penderita

kanker 

Kuesioner Ordinal 1. Rendah : jika

dibawah Upah

minimum

Regional

(UMR) (≤Rp.

1.135.000)

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 42/51

42

serviks. 2. Tinggi : jika

diatas upah

MinimumRegional

(UMR)

(≥Rp.1.135.00

7. Kanker Serviks Suatu keadaan

yang ditandai

dengan ada

tidaknya

kanker pada

organ leher rahim.

Status

Pasien

Cheklist 1. Tidak Berisiko

Stadium I-II

2. Berisiko :

Stadium III-IV

E. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan alat ukur kuesioner, kemudian didapatkan data sekunder. Data

sekunder yaitu pengumpulan seluruh status rekam medis penderita kanker 

serviks tahun 2011, yang diperlukan adalah data demografi penderita kanker 

serviks tersebut. Kemudian untuk latar belakang diambil data-data melalui

dokumen yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2009 dan

 pengolahan data Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Prosedur pengumpulan data di RSUD Arifin Achmad melalui tahapan sebagai

 berikut:

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 43/51

43

1. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, lalu peneliti mengurus surat

izin penelitian dari STIKes Payung Negeri ke RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru.

2. Setelah surat izin meneliti keluar dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,

 peneliti pergi menuju Instalasi Rekam Medik untuk meminta data.

3. Setelah mendapat persetujuan dari Instalasi Rekam Medik, peneliti

menuju ke ruangan Camar III dan mendatangi perawat yang sedang dinas.

4. Meminta perawat untuk menandatangani lembar persetujuan untuk diteliti

yang mana telah dijelaskan terlebih dahulu tujuan dari diadakannya

 penelitian.

5. Membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan cara pengisian kuesioner.

6. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan data

yang telah didapat untuk diolah.

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan diolah terlebih dahulu dengan cara

sebagai berikut :

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 44/51

44

a.  Editing 

Setelah kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan langsung oleh

 peneliti, selanjutnya diperiksa kelengkapan apakah data dapat dibaca

atau tidak dan kelengkapan isian. Jika isian belum lengkap responden

diminta melengkapi lembar kuesioner pada saat itu juga.

 b. Coding 

Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data peneliti

member kode berupa angka pada lembar kanan atau kuesioner.

c. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi adalah membuat table-tabel yang berisikan data yang telah

diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan (Hasan, 2006).

2. Analisis Data

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 45/51

45

Analisis data penelitian dengan menggunakan analisis univariat

dan bivariate dengan menggunakan perangkat lunak computer program

SPSS.

a. Analisis Univariat

Analisis yang digunakan untuk melihat gambaran masing-

masing variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi yaitu

gambaran variabel independent dan variabel dependent kanker serviks.

F

P = X100

N

Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah sikap positif dan negative

 N = Jumlah pertanyaan (Mahfud, 2009)

 

 b. Analisis Bivariat

Untuk melihat ada tidaknya hubungan faktor risiko kejadian

kanker serviks terhadap kejadian kanker serviks menggunakan analisis

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 46/51

46

uji statistic yaitu Chi- square dengan derajat kepercayaan 95% (

=0,05).

Kemudian untuk mengetahui apakah variabel independent

merupakan faktor risiko atau tidak terhadap variabel dependent maka

menggunakan ratio prevalence adalah jumlah subyek dengan efek 

 positif dibagi dengan jumlah subyek dengan efek positif pada semua

subyek dengan faktor risiko negative. Rasio prevalensi dari suatu

 penyakit dalam populasi berkomunitas dengan faktor risiko yang

dipelajari atau timbul sebagai akibat faktor risiko tertentu dengan

rumus pada tabel dibawah ini sebagai berikut :

Tabel 3.3

Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan Umur di

Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Kanker Serviks

Umur 

Stadium

I-II

Stadium

III-IV

 N

Berisiko: jika > 40 th a b a + b

Tidak berisiko: jika ≤40

Th

c d c + d

 N a + c b + d a+b+c+d

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 47/51

47

Tabel 3.4

Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan

Merokok di Ruang Camar III RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru

Kanker Serviks

Merokok 

Stadium

I-II

Stadium

III-IV

 N

Ya : 0 a b a + b

Tidak : 1 c d c + d

 N a + c b + d a+b+c+d

Tabel 3.5

Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan

Sosial Ekonomi di Ruang Camar III RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru

Kanker Serviks

Sosial Ekonomi

Stadium

I-II

Stadium

III-IV

 N

Rendah: jika dibawah UMR 

(≤Rp. 1.135.000)

a b a + b

Tinggi : jika diatas upah UMR 

((≥Rp.1.135.000)

c d c + d

N a + c b + d a+b+c+d

 

Tabel 3.6

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 48/51

48

Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan

Paritas di Ruang Camar III RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru

Kanker Serviks

Paritas

Stadium

I-II

Stadium

III-IV

 N

Risiko Tinggi kanker leher rahim

> 3 kali

a b a + b

Risiko Rendah kanker leher rahim

≤3 kali

c d c + d

 N a + c b + d a+b+c+d

 

Tabel 3.7

Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan

Penggunaan PIL KB di Ruang Camar III RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru

Kanker Serviks

Pengguna PIL KB

Stadium

I-II

Stadium

III-IV

 N

Ya : jika menggunakan ≥5 th. a b a + b

Tidak : jika menggunakn ≤5

th.

c d c + d

 N a + c b + d a+b+c+d

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 49/51

49

Tabel 3.8

Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan

Pendidikan di Ruang Camar III RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru

Kanker Serviks

Pendidikan

Stadium

I-II

Stadium

III-IV

 N

Rendah : Tidak Sekolah,SD,SMP

a b a + b

Tinggi : SMA,Perguruan Tinggi c d c + d

 N a + c b + d a+b+c+d

Tabel 3.9

Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan

Kanker Serviks di Ruang Camar III RSUDArifin Achmad Pekanbaru

Kanker Serviks

Kanker Serviks

Stadium

I-II

Stadium

III-IV

 N

Tidak Berisiko : Stadium I-II a b a + b

Berisiko : Stadium III-IV c d c + d

 N a + c b + d a+b+c+d

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 50/51

50

3. Etika Penelitian

Masalah Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Etika penelitian yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

 Informed Consent  diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

tujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan

mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia

maka peneliti harus menghormati hak responden tersebut.

2. Tanpa Nama (Anomity)

Yaitu tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

 pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar 

 pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

7/16/2019 bab 1,2,3 Prop

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 51/51

51

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2003).