Bab 1-Rokok Dan Prevalensi Merokok(Edit091110)

Embed Size (px)

Citation preview

1 Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok1.1.

Oleh: Ch. M. Kristanti, Julianty Pradono, Dwi Hapsari T., Puti Sari H., Trihono

Konsumsi Rokok

Gambar 1.1 memperlihatkan konsumsi rokok berdasarkan jumlah total batang yang dihisap per tahun pada lima negara yang mengonsumsi terbanyak. Pada tahun 2002 Indonesia mengkonsumsi 182 milyar batang rokok, menduduki peringkat ke 5 konsumsi rokok terbesar setelah China (1.697 milyar batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia (375 milyar batang) dan Jepang (299 milyar batang). Tobacco Atlas 2009 menunjukkan bahwa peringkat Indonesia pada tahun 2007 tetap pada posisinya yaitu peringkat ke 5. Gambar 1.1 Lima Negara dengan Konsumsi Rokok Terbesar (milyar batang)

Sumber : Tobacco Atlas

Selama kurun waktu 1970-2000, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat dari sekitar 33 milyar menjadi 217 milyar batang. Selanjutnya, dari tahun 2000 hingga tahun 2002 terjadi penurunan konsumsi rokok karena terjadi peningkatan harga riil rokok pada tahun 1998. Akan tetapi penurunan tersebut sebenarnya semu karena Departemen Keuangan mendeteksi adanya rokok ilegal dan pemalsuan cukai. Dengan adanya penurunan konsumsi rokok tersebut maka Departemen Keuangan membekukan peningkatan cukai tahunan selama tahun 2003-2004 yang bertujuan untuk menyehatkan industri. Dampak dari kebijakan pembekuan ini, pada data tahun 2008 menunjukkan konsumsi rokok sebesar 240 milyar batang, meningkat tajam setelah tahun 2005 sebesar 214 milyar batang (Gambar 1.2).

Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 1

Gambar 1.2 Konsumsi Rokok di Indonesia 2005 - 2008 (milyar batang)

Sumber : Koran Tempo, 31 Agustus 2009

Berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Gambar 1.3 Kontribusi 10 Negara dengan Perokok Terbesar dari jumlah perokok dunia*(%)

Sumber : WHO Report on Global Tobacco Epidemic, 2008 * Jumlah perokok didunia mencapai 1,3 milyar orang.

1.2. Konsumsi Rokok per Kapita per Hari Menurut Karakteristik PopulasiPada analisis ini menggunakan data Riskesdas tahun 2007 yang mempunyai kerangka sampel yang sama dengan Susenas Kor 2007. Jumlah sampel yangKonsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 2

diperoleh dapat menggambarkan data kabupaten untuk beberapa variabel kesehatan. Riskesdas dilaksanakan oleh Badan Litbangkes Depkes RI dengan tenaga pengumpul data adalah tenaga-tenaga kesehatan minimal berpendidikan D3 yang bertugas di masing-masing kabupaten sampel terpilih. Tabel 1.1 Hasil data Riskesdas 2007 menunjukkan rata-rata jumlah konsumsi rokok orang dewasa adalah 10 batang perhari, laki-laki 11 batang dan perempuan 7 batang perhari. Tabel 1.1 Rata-rata Konsumsi Rokok (Batang per hari) menurut Karakteristik Tahun 2007 (data Riskesdas) Tahun 2007 Jenis No. Variable Kelamin Tota l L P 1 Lokasi 10, Kota 1 6,8 9,8 10, Desa 7 7,8 10,5 Kelompok 2 Pendapatan 10, K1 (terendah) 0 7,1 9,8 10, K2 2 7,7 10,0 10, K3 5 7,4 10,2 10, K4 7 7,4 10,4 11, K5 (tertinggi) 2 7,7 11,0 Tingkat 3 Pendidikan 10, Dasar 7 7,2 10,3 10, Menengah 2 8,2 10,1 10, Tinggi 7 8,2 10,6 Status 4 Perkawinan 10, Kawin 9 7,3 10,6 Tidak Kawin 8,8 9,2 8,8 5 Status Pekerjaan Tak Bekerja 8,2 7,3 7,9 10, Bekerja 8 7,7 10,7 6 Kelompok Umur 15-24 8,4 9,4 8,4Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 3

25-34 35-44 45-54 55+ Total

10, 6 11, 2 11, 5 10, 3 10, 5

8,5 7,7 7,1 6,9 7,4

10,4 11,1 11,1 9,7 10,2

Menurut Lokasi. Di daerah perdesaan jumlah batang rokok yang dikonsumsi sedikit lebih banyak dibandingkan daerah perkotaan, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Menurut Status Perkawinan. Perokok laki-laki yang tidak menikah mengkonsumsi rokok lebih sedikit dari yang menikah. Sementara pada perempuan terjadi sebaliknya. Menurut Umur. Konsumsi rokok laki-laki adalah paling rendah pada kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok umur 55 tahun ke atas, tetapi pada perempuan ada kecenderungan semakin tinggi kelompok umur konsumsi rokok menurun. Menurut Pendidikan. Pada laki-laki, konsumsi merokok tidak menunjukkan pola tertentu, sementara pada perempuan semakin tinggi pendidikan semakin banyak konsumsi rokok. Menurut Status Pekerjaan. Perokok laki-laki dan perempuan yang bekerja, mengkonsumsi rokok lebih banyak dari yang tidak bekerja. Menurut Pendapatan. Dari jumlah rokok yang dikonsumsi, tampak adanya sedikit perbedaan pada tingkat pendapatan. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah rokok makin banyak dikonsumsi oleh kelompok pendapatan tinggi. Akan tetapi dari sudut jumlah perokok, persentase perokok lebih tinggi pada pendapatan rendah dibandingkan dengan pendapatan tinggi (Tabel 1.7).

1.3. Prevalensi MerokokPada tahun 2007, prevalensi merokok usia 15 tahun ke atas adalah sebesar 34,2% (lebih dari 50 juta orang dewasa), meningkat dari 31,5 % tahun 2001 dan tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan tahun 2004 (Gambar 1.4).

1.3.1.

Prevalensi Merokok Dewasa Menurut Jenis Kelamin

Prevalensi merokok pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Prevalensi merokok pada laki-laki meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 prevalensi merokok laki-laki dewasa meningkat dari 62,2% tahun 2001 menjadi 65,6%. Demikian juga proporsi perempuan perokok dewasa meningkat 4 kali lipat dari 1,3% menjadi 5,2% selama kurun waktu 2001 - 2007 (Gambar 1.4). Gambar 1.4.Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 4

Prevalensi Merokok Penduduk Umur > 15 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin, Indonesia Tahun 1995, 2001, 2004, dan 200770 60 50 40 30 20 10 0 1995 2001 2004 2007 1.7 1.3 4.5 5.2 27 31.5 34.4 34.2 La ki Perem puan Total 53.4 62.2 63.1 65.6

Sumber : Survei Sosial Ekonomi (Susenas) Tahun 1995, 2001,2004 dan Riskesdas 2007

1.3.2. Kelamin

Prevalensi Merokok Berdasarkan Umur dan Jenis

Berdasarkan kelompok umur, hasil temuan 2007 menunjukkan persentase perokok meningkat dengan bertambahnya umur, sampai kelompok umur 55-59 tahun, kemudian menurun pada kelompok umur berikutnya (Tabel 1.2). Peningkatan pada kelompok umur 15-19 tahun, dari 7,1% (1995) menjadi 19,9% (2007) atau naik 180% selama tahun 1995 2007. Prevalensi merokok meningkat dari tahun ke tahun berdasarkan kelompok umur. Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok umur yang paling muda yaitu 10-14 tahun dari 0,3% menjadi 2,0% atau meningkat hampir 7 kali lipat selama 12 tahun terakhir. Tabel 1.2 Persentase perokok berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin Di Indonesia tahun 1995, 2001, 2004 dan 2007 Kel. Um ur 1014 1519 2024 2529 3034 3539 4044 1995 L 0,5 13, 7 42, 6 57, 3 64, 4 67, 3 67, 3 P 0,1 0,3 1 1,1 1,2 1,7 2,3 Tot al 0,3 7,1 20, 3 27, 4 31, 5 35, 6 34, 2 L 0,7 24, 2 60, 1 69, 9 70, 5 73, 5 74, 3 2001 P 0 0,2 0,6 0,6 0,9 1,3 1,9 Tot al 0,4 12, 7 28, 8 33, 7 35, 3 36, 6 39, 6 L NA 32, 8 63, 6 69, 9 68, 9 67, 7 66, 9 2004 P NA 1,9 4,1 4,5 3,8 5,0 4,9 Tot al NA 17, 3 30, 6 34, 7 37, 3 39, 7 40, 1 L 3,5 37,3 67,6 73,5 73,3 71,7 71,6 2007 P 0,5 1,6 2,3 2,5 2,7 3,4 4,6 Tot al 2,0 18,8 32,8 35,1 35,6 35,7 36,6

Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 5

4549 5054 5559 6064 6569 7074 75+

68 66, 8 66, 1 64, 7 64, 3 56, 9 53, 3

3,1 3,4 3,3 2,8 3,8 3,1 1,9

35, 7 34, 5 33, 9 32, 2 34 30, 6 24, 8

74, 4 70, 4 69, 9 65, 6 64, 7 59, 2 48, 5

2,2 2,6 3 2,8 2,7 2,1 2,1

41, 3 34, 8 36, 3 32, 6 32, 2 30 23, 5

67, 9 67, 9 64, 1 60, 0 58, 7 55, 3 47, 4

5,8 4,9 6,2 6,2 4,4 3,8 4,1

41, 0 38, 8 36, 8 31, 3 30, 9 27, 0 24, 9

72,5 69,9 68,2 64,0 60,5 58,4 55,5

5,9 7,0 8,4 11, 4 13, 5 17, 0 18, 0

38,1 38,6 39,2 36,3 35,7 35,8 34,9

Sumber : Survei Sosial Ekonomi (Susenas) Tahun 1995, 2001,2004 dan Riskesdas 2007

1.3.3.

Prevalensi Merokok pada Remaja dan Anak Sekolah

Pada tahun 2007, prevalensi merokok remaja umur 15-19 tahun adalah 18,8%. Pada laki-laki 37,3% dan remaja perempuan 1,6%. Prevalensi merokok remaja umur 15-19 tahun meningkat terus pada laki-laki sejak tahun 1995 sampai tahun 2007. Gambar 1.5 Prevalensi merokok kelompok umur 15-19 tahun berdasarkan jenis kelamin, Indonesia Tahun 1995, 2001, 2004, 200740 35 30 25 20 15 10 5 0 13.7 12.7 7.1 0.3 1995 0.2 2001 1.9 2004 1.6 2007 24.2 Laki 17.3 18.8 Perem puan Total 32.8 37.3

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun (1995, 2001, 2004) dan Riskesdas 2007

Selama tahun 1995 2007, persentase perokok meningkat pada laki-laki kelompok umur 15-19 tahun meningkat sebesar hampir 3 kali lipat dan pada perempuan meningkat 5 kali lipat (Gambar 1.5) Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menunjukkan bahwa persentase perokok remaja di Jakarta tahun 2001 adalah 20,4% (laki-laki 36,7%; perempuan 4.4%), dan tahun 2004 sebesar 16,6% (laki-laki 28,4%; perempuan 3,0%). GYTS tahun 2006 yang digunakan sebagai angka nasional adalah sebesar 12,6% (laki-laki 24,5%; perempuan 2,3%) (Tabel 1.3.). Tiga dari sepuluh pelajar (30,9%) ditemukan merokok pertama kali sebelum mereka mencapai usia 10 tahun. Di antara pelajar yang merokok, sebesar 3,2 % telah kecanduan dengan indikator hal pertama yang diinginkan pada pagi hari adalah rokok. GYTS nasionalKonsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 6

Indonesia 2006 juga memperlihatkan bahwa lebih dari 14,4% pelajar menyatakan pernah mendapat tawaran rokok gratis dari industri rokok, yaitu 21,6% laki-laki dan 7,4% perempuan. Tabel 1.3 Prevalensi pelajar merokok umur 13-15 tahun, Indonesia Tahun 2006 Pernah Meroko k (%) 61,3 15,5 37,3 Pernah Merokok sebelum umur 10 tahun (%) 28,5 40,8 30,9 Perokok aktif (%) 24,5 2,3 12,6 Perokok aktif yang merasakan kebutuhan pertama kali merokok di pagi hari (%) 3,5 1,6 3,2

Laki-Laki Perempuan Total

Source: Indonesia Global Youth Tobacco Survey (GYTS), 2006

1.3.4. Kebiasaan Merokok pada Profesi Kesehatan Untuk mendapat data pembanding yang terpercaya, WHO, US CDC Atlanta dan Canadian Public Health Association mengembangkan Global Tobacco Surveillance Sytem (GTSS). GTSS terdiri dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) untuk anak sekolah (13-15 tahun), Global School Personnel Survey (GSPS) dan Global Health Professional Survey (GHPS) untuk profesi kesehatan. Sampai tulisan ini dibuat, Indonesia telah melakukan GYTS dan GHPS. Untuk GHPS menggunakan mahasiswa tahun ketiga di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Ilmu Keperawatan dan Fakultas Farmasi. Tahun 2006 Indonesia melakukan GHPS dengan menggunakan mahasiswa kedokteran tingkat ketiga sebagai responden dalam survei. Mahasiswa kedokteran diharapkan akan berperan penting untuk menurunkan kebiasaan merokok, sekaligus memberikan informasi dampak merokok terhadap kesehatan, termasuk membantu berhenti merokok dan memberi contoh gaya hidup bebas rokok. Hampir setengah (48,4%) dari mahasiswa kedokteran pernah merokok. GHPS 2006 mendapatkan prevalensi merokok mahasiswa kedokteran adalah 9,3%, laki-laki 21,1% dan perempuan 2,3%. Sepertiganya (33%) sudah merasa ingin merokok kurang dari 30 menit setelah bangun tidur di pagi hari, pada perempuan 39,4%, lebih tinggi dari laki-laki sebesar 31,9%. Ini menunjukkan tingkat kecanduan merokok yang tinggi (Tabel 1.4). Tabel 1.4 Prevalensi Mahasiswa Kedokteran Merokok, Indonesia Tahun 2006 Pernah Merokok (%) 70,2 35,4 Perokok aktif (%) 21,1 2,3 Perokok aktif yang berkeinginan merokok kurang dari 30 menit setelah bangun tidur (%) 31,9 39,4Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 7

Laki-Laki Perempu

an Total

48,4

9,3

33,0

Source: Indonesia Global Health Professional Survey (GHPS), 2006

1.3.5. Prevalensi Merokok Berdasarkan Provinsi Tahun 2007 Provinsi Bengkulu adalah provinsi dengan prevalensi merokok tertinggi di Indonesia (38,7%) dan melebihi angka nasional sebesar 34,2 % (Gambar 1.9a). Gambar 1.9a Persentase perokok umur >15 tahun berdasarkan provinsi di Indonesia, Tahun 2007

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Dibandingkan hasil survei tahun 1995 dan 2007, hampir semua provinsi menunjukkan kenaikan prevalensi merokok, kecuali di Provinsi Bali (Tabel 1.5a). Lebih dari setengah laki-laki adalah perokok (65,6%), sedangkan perempuan perokok sebesar 5,2%. Prevalensi perempuan perokok tertinggi di Provinsi Papua sebesar 11,7 %

Tabel 1.5a Trend Prevalensi Merokok Pada Penduduk > 15 tahun Berdasarkan Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 1995, 2001,2007

l u k g n e B g n u p m a L l a t n r o G e t n a B t r B w a J n l r e t a m u S r t U k u l a M B r e t a m u S h g n T i s e w a l u S U r e t a m u S D A N u a i R m i g n e T a s N r u h g e T t n m i l a K h g n e T w a J r t U i s e w a l u S t B r g n e T a s u N i b m a J t r k a y g o Y I . D u t i l e k g n a B r u m i T w a J r B t n m i l a K u p a P k u l a M i R n a l u p e K t r k a J I K D t B y J n a i r I r g n T i s e w a l u S t r B i s e w a l u S n t i s e w a l u S r u T t n m i l a K i l a B e S t n m i l a KSumber : Riskesdas 2007 Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 8

7 . 8 3 2 . 8 3 5 . 7 3 . 7 3 1 . 7 3 2 . 6 3 . 5 3 2 . 5 3 2 . 5 3 9 . 4 3 8 . 4 3 8 . 4 3 8 . 4 3 7 . 4 3 . 4 3 9 . 3 8 . 3 5 . 3 8 . 2 3 6 . 2 3 6 . 2 3 4 . 2 3 2 3 6 . 1 3 8 . 0 3 8 . 0 3 8 . 0 3 . 0 3 5 . 9 2 4 . 9 2 3 . 9 2 . 8 2 7 2

Merokok 1995 Provinsi Lak ilaki Pere mpuan Laki & Pere mpuan Lak ilaki 2001 Pere mpuan Laki & Pere mpuan Lak ilaki 2007 Pere mpuan Laki & Pere mpuan

Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 9

NAD Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Jambi Sumatra Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat

52, 8 59, 8 54, 2 58, 6 57, 2 61, 3 61, 1 42, 6 * * 58, 3 52, 4 47, 2 55, 7 33, 1 * 61, 8 45, 7 39, 8 54, 7 46, 3 42, 1 50, 6 49, 3 48, 7 51, 1 40, 9 * *

2,2 2,5 1,5 3,7 1,7 1,7 2,4 1,8 * * 1,8 1,3 0,5 1,3 0,9 * 0,5 1 0,9 2,4 2,3 1,9 0,9 3,3 2,2 2,4 1 * *

26,9 28,7 27,6 31 29,2 31,6 32,3 22,1 * * 29,8 26,1 23,5 27,2 16,9 * 29,2 18,8 20,1 28,7 23,6 22,5 25,6 26,2 23,7 26,1 21,1 * *

* 59, 7 67, 1 63, 3 57, 4 64, 8 66, 7 67, 4 58, 5 * 54, 5 68 61, 5 53, 7 62, 4 66, 3 45, 7 62, 6 56, 6 58, 6 60, 2 51, 8 55, 3 61, 2 64, 6 58, 5 58, 7 69 *

* 1,7 2,5 2,1 1,5 1,7 0,6 1,6 1,3 * 1,5 1,7 1 0,2 0,8 0,8 1,3 0,4 0,5 2,9 1 1,2 2,6 1,9 3 1,2 1,7 0,9 *

* 30,3 33,3 33,4 30,1 33,7 34,8 35,9 30,3 * 27,7 35 30,8 26,3 30,7 33,6 23,3 29,9 27,6 31,4 31,8 26,6 29,2 31,7 34,3 27,9 29,9 35,2 *

66, 6 64, 9 71, 6 64, 2 63, 1 69, 3 73, 1 70, 9 61, 3 59, 1 60, 4 71, 1 65, 6 60, 3 64, 5 71, 7 49, 2 66, 6 64, 3 59, 5 62, 9 54, 5 54, 6 63, 8 68, 0 60, 7 60, 1 74, 2 57, 7

5,7 7,0 3,7 5,0 4,8 3,4 4,2 4,3 3,2 4,8 4,8 6,2 6,0 7,7 4,0 4,9 7,5 4,1 9,2 5,4 6,6 2,1 3,3 5,0 3,8 2,9 3,5 3,6 2,4

34,8 34,9 35,2 34,8 33,5 36,2 38,7 38,2 32,6 30,8 30,8 37,1 34,3 32,8 32,6 37,3 28,2 33,8 34,8 32,4 34,7 27,0 29,3 33,9 35,2 29,4 30,3 37,5 29,5

Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 10

Maluku Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Papua Indonesia

69

4,3

23,1

*

*

* 62, 0 68, 1 4,3 5,4 31,6 35,5

69

0,6

27,3

54, 6

3,7

29,7 56, 9 52, 9 65, 6 7,7 11,7 5,2 30,8 32,0 34,2

53, 1,7 4 *Tidak disurvei/ Provinsi baru

26,9

62, 2

1,3

31,5

1.3.6. Prevalensi Merokok Berdasarkan Geografi (Perkotaan dan

Perdesaan)Tahun 2007, prevalensi merokok lebih tinggi di perdesaan (36,6%) dibandingkan dengan perkotaan (31,2%). Di perkotaan mengalami sedikit penurunan dibandingkan pada tahun 2004 (Tabel 1.5b). Tabel 1.5b Prevalensi Merokok Umur > 15 Tahun berdasarkan Wilayah dan Jenis Kelamin di Indonesia Tahun 1995, 2001, 2004 dan 2007 1995 Lokasi Perdesa an Perkota an Total L 58, 3 45, 1 53, 4 P 2 1, 2 1, 7 Tot al 29, 5 22, 6 26, 9 L 67, 0 56, 1 62, 2 2001 P 1, 5 1, 1 1, 3 Tot al 34, 0 28, 2 31, 5 L 66, 8 58, 6 63, 1 2004 P 4, 7 4, 2 4, 5 Tot al 36, 5 31, 7 34, 4 L 69, 2 61, 1 65, 6 2007 P 6, 3 3, 8 5, 2 Tot al 36, 6 31, 2 34, 2

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun (1995, 2001, 2004) dan Riskesdas 2007

1.3.7. Prevalensi Merokok Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase perokok tidak sekolah/tidak tamat SD naik selama periode tahun 2004-2007 dari 31,2% menjadi 35,4% sementara kelompok pendidikan yang lebih tinggi menurun. Pola tersebut sama antara kelompok laki-laki dan perempuan (Tabel 1.6). Tabel 1.6 Prevalensi merokok umur > 15 tahun berdasarkan tingkat pendidikan di Indonesia Tahun 1995, 2001, 2004, dan 2007Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 11

Pendidikan Tdk sekolah/tdk tamat Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Total

1995 L 67,3 52,8 38,6 44,7 37,1 53,4 P 2,8 1,0 0,8 0,8 0,6 1,7 Total 29,3 27,3 21,3 26,1 23,0 27,0 L 73,0 65,1 51,8 57,7 44,2 62,2

2001 P 2,4 0,9 0,6 0,8 0,3 1,3 Total 31,1 33,3 27,8 33,5 25,2 31,5 L 67,3 67,0 58,9 60,7 47,8 63,1

2004 P 4,8 5,0 3,7 3,8 3,5 4,5 Total 31,2 36,6 33,8 36,4 29,7 34,4 L 72,3 70,1 60,7 62,3 49,9 65,6 P

2007 Total 35,4 35,5 31,7 35,0 27,2 34,2 10,1 4,0 2,7 2,8 2,3 5,2

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)-Tahun 1995, 2001, 2004 dan Riskesdas 2007

1.3.8. Prevalensi Merokok Berdasarkan Tingkat Sosial Ekonomi Persentase perokok berdasarkan tingkat sosial ekonomi hampir tidak menunjukkan adanya perbedaan, demikian juga pada perokok perempuan tidak menggambarkan pola tertentu (Tabel 1.7). Tahun 2007 persentase perokok kelompok sosial ekonomi terendah 35,8% sementara kelompok sosial ekonomi tertinggi 31,5%. Terdapat kenaikkan 5,6% pada kelompok sosial ekonomi terendah selama tahun 2004 - 2007 sementara yang tertinggi justru turun 4%. Tabel 1.7 Persentase perokok umur > 15 tahun berdasarkan kelompok pendapatan Indonesia, Tahun 1995, 2001, 2004 dan 2007 Status Ekono mi Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Total 1995 L 57, 8 56, 5 55, 0 51, 6 46, 2 53, 4 P 2,2 1,8 1,7 1,4 1,4 1,7 Tot al 27, 5 28, 7 28, 3 26, 5 23, 7 26, 9 L 62, 9 65, 4 64, 0 61, 2 57, 4 62, 2 2001 P 1, 7 1, 2 1, 3 1, 3 1, 1 1, 3 Tot al 30, 0 33, 0 32, 9 31, 8 29, 6 31, 5 L 63, 0 64, 8 64, 4 63, 4 60, 1 63, 1 2004 P 4, 4 4, 0 4, 5 4, 8 4, 5 4, 5 Tot al 33, 9 35, 5 35, 2 34, 5 32, 8 34, 4 L 68, 4 67, 2 66, 0 64, 5 60, 9 65, 6 2007 P 5,8 5,2 5,4 5,0 4,5 5,2 Tot al 35, 8 35, 0 34, 4 33, 4 31, 5 34, 2

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)-Tahun (1995, 2001,2004) dan Riskesdas 2007

1.4.Umur Mulai Merokok 1.4.1. Kecenderungan Umur Mulai MerokokKonsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 12

Banyak perokok mulai merokok di usia muda sebelum mencapai usia 19 tahun. Tahun 2007 menunjukkan, makin tingginya persentase mulai merokok pada kelompok usia muda yaitu 5-14 tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2004-2007 terjadi peningkatan persentase perokok di usia muda (5-14 tahun) yaitu sebesar 3,5%. Lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 1.8. Tabel 1.8 Persentase perokok umur > 15 tahun berdasarkan umur mulai merokok di Indonesia Tahun 1995, 2001, 2004, dan 2007Tahun 1995 2001 2004 2007 5-9 0,6 0,4 1,7 1,9 10-14 9,0 9,5 12,6 16,0 15-19 54,6 58,9 63,7 50,7 20-24 25,8 23,9 17,2 19,0 25-29 6,3 4,8 3,1 5,5 30+ 3,8 2,6 1,82 6,9 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)-Tahun (1995, 2001 dan 2004) dan Riskesdas 2007 Umur mulai merokok

1.5. Persentase perokok Pasif

1.5.1. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki PerokokMenurut data Riskesdas 2007 menunjukkan 69% rumah tangga memiliki pengeluaran untuk rokok. Hal ini berarti minimal terdapat 1 orang anggota rumah tangga yang mengkonsumsi tembakau.

1.5.2.

Persentase perokok yang Merokok di Rumah

Riskesdas 2007 menyatakan bahwa 85,4 % dari perokok berusia 10 tahun ke atas merokok di dalam rumah bersama dengan anggota lainnya. 1.5.3. Persentase perokok Pasif di Rumah Tahun 2007, 40,5% populasi semua umur (91 juta) terpapar asap rokok didalam rumah. Perempuan lebih tinggi (54,5%) dari pada laki-laki (26%) dan anak usia 0-14 tahun yang terpapar adalah 58,8%, dengan demikian sekitar 40 juta anak terpapar asap rokok, atau hampir separuh jumlah perokok pasif di dalam rumah. Tabel 1.9 Prevalensi populasi yang terkena asap rokok orang lain (Perokok Pasif) di dalam rumah berdasarkan kelompok umur dan Jenis Kelamin, Indonesia Tahun 2001, 2004 dan 2007 Persentase perokok Pasif Kel. Umur 2001 L P Tot al L 2004 P Total L 2007 P Tot al

Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 13

0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50+ Total Total

69,5 70,6 70,7 51,1 23,4 9,6 4,3 2,1 2,5 3,5 5,3 31,8

69,6 70,6 70,4 67,6 65,6 65,5 64,8 67,4 68,8 67,5 56,3 66

69,5 70,6 70,6 59 45,6 38,8 35 35,4 34,3 32,9 31,9 48,9

NA NA NA 36,1 16,5 8,1 5,7 7,1 8,6 8,3 11,7 11,8

NA NA NA 55,2 52,0 53,9 53,7 54,6 53,4 54,0 38,3 50,0

NA NA NA 45,7 36,1 32,7 29,0 28,3 28,0 28,1 25,0 30,5

59,2 59,3 57,8 35,1 15,1 8,1 4,4 3,0 3,1 4,6 8,8 26,0

59,0 58,8 59,1 57,8 56,6 55,8 53,1 54,0 54,7 55,8 44,4 54,5

59,1 59,0 58,4 46,2 37,2 33,9 30,4 29,9 30,1 31,0 27,1 40,5

Tabel 1.10 Jumlah populasi yang terkena asap rokok orang lain (Perokok Pasif) di dalam rumah berdasarkan kelompok umur dan Jenis Kelamin Indonesia Tahun 2007 Jumlah Perokok (orang) 2007 LakiPeremp laki uan 6,371,80 6,014,79 9 0 7,307,70 6,936,43 9 5 6,925,95 6,777,61 2 8 3,344,07 5,247,59 0 2 1,137,28 4,858,95 2 6 5,288,08 658,103 1 4,888,26 351,293 0 5,011,48 252,310 1 4,480,06 228,468 3 4,029,22 312,423 8 1,710,27 9,107,74 7 1 28,599,6 62,640,2 Pasif

Kel. Umur

Total 12,386,6 00 14,244,1 44 13,703,5 69 8,591,66 1 5,996,23 8 5,946,18 4 5,239,55 3 5,263,79 1 4,708,53 1 4,341,65 1 10,818,0 17 91,239,9

0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50+ Total

Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 14

96

45

39

Sumber: Riskesdas 2007

1.5.4. Pelajar yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain Dua dari tiga siswa (68,8%) terpapar asap rokok orang lain di dalam rumah mereka dan lebih dari tiga perempat persen (78,1%) siswa terpapar asap rokok orang lain di tempat umum (Tabel 1.11). Tabel 1.11 Proporsi Dari Siswa Terpapar Asap Rokok Orang Lain Tahun 2009 Siswa Yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain Siswa yang tinggal serumah dengan perokok yang merokok di dalam rumah Siswa yang tinggal serumah dengan perokok yang merokok di luar rumah dan tempat umum Siswa yang berpendapat bahwa merokok seharusnya dilarang di tempat umum Siswa yang berpendapat bahwa asap rokok orang lain berbahaya bagi mereka Siswa yang memiliki sedikitnya satu orang atau lebih dari satu orang tua yang merokok Siswa yang memiliki banyak atau seluruh teman yang merokok Jumlah (%) 68,8 78,1 85,0 71,0 72,4 15,7

Source: Indonesia GYTS 2009

Daftar Pustaka 1. Depkes RI, 2004, Fakta tembakau Indonesia data empiris untuk strategi nasional penanggulangan masalah tembakau, Dir Jen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta 2. TCSC-IAKMI, 2007, Profil tembakau Indonesia, tobacco control support center, iakmi dan south east asia tobacco control alliance (seatca) dan who Indonesia

Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 15

3. Badan Litbang kesehatan, depkes, 2007, Laporan nasional ruset kesehatan dasar (riskesdas) 2007, badan litbang kesehatan, jakarta

Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok | 16