50
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita lihat dalam keadaan dewasa ini telah banyak contoh yang memperlihatkan bahwa pergaulan remaja di Kabupaten Pinrang khususnya di Kelurahan Pacongan sangat memprihatinkan. Ini terbukti karena banyak remaja yang memutuskan sekolahnya bukan karena faktor eksternal tapi karena mental mereka rusak akibat pergaulan yang tidak relevan. Menurut para remaja yang pergaulannya menyimpang dari norma-norma yang berlaku, kelakuan mereka itu masih dalam tahap kewajaran. Tetapi, bagi orang-orang yang berdomisili di tempat yang rawan akan kenakalan remaja, mereka anggap kelakuan para remaja itu sangat merisihkan kebanyakan masyarakat. Karena ulah mereka yang selalu berbuat keonaran demi kesenangannya semata.

Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita lihat dalam keadaan dewasa ini telah banyak contoh yang

memperlihatkan bahwa pergaulan remaja di Kabupaten Pinrang khususnya di

Kelurahan Pacongan sangat memprihatinkan. Ini terbukti karena banyak remaja yang

memutuskan sekolahnya bukan karena faktor eksternal tapi karena mental mereka

rusak akibat pergaulan yang tidak relevan.

Menurut para remaja yang pergaulannya menyimpang dari norma-norma

yang berlaku, kelakuan mereka itu masih dalam tahap kewajaran. Tetapi, bagi orang-

orang yang berdomisili di tempat yang rawan akan kenakalan remaja, mereka anggap

kelakuan para remaja itu sangat merisihkan kebanyakan masyarakat. Karena ulah

mereka yang selalu berbuat keonaran demi kesenangannya semata.

Lebih buruknya lagi, para remaja lainnya yang terkontaminasi dan bimbang

memilih teman. Akibatnya banyak remaja yang masih polos ikut terjerumus ke

pergaulan remaja yang merusak mental mereka. Ini diakibatkan karena mareka salah

memilih teman. Bahkan penyebab lainnya adalah kebanyakan remaja yang tidak ikut

trend pergaulan remaja, di anggap sebagai gagap pergaulan. Dan dampaknya orang

tua tidak lagi mempercayai anaknya berbohong. Contohnya saja harga buku

Rp.25.000,00, anak tersebut meminta uang Rp. 50.000,00 otomatis itu salah satu

indikasi bahwa kebohongan bagi remaja yang tekena pergaulan itu sudah biasa tanpa

1

Page 2: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

2

memikirkan perasaan karena akibat mereka terkena pergaulan sehingga kebanyakan

dari mereka kedua orang tuanya.

Untuk mengubah keadaan tersebut sebaiknya para remaja sadar bahwa

kelakuan yang mereka lakukan tidak ada gunanya hanya untuk kesenangan mereka

sementara dan hal tersebut tidak berlangsung lama. Oleh karena itu, peran orang tua

sangat penting dalam hal ini. Para orang tua harus membina secara intensif anaknya.

Tetapi para orang tua juga harus mengerti sepenuhnya bahwa anaknya masih dalam

masa-masa transisi sehingga jiwanya masih selalu ingin membuat hal-hal yang

menyimpang. Jadi orang tua, jangan mendidik anak yang terkena pergaulan dengan

kekerasan, tapi anak tersebut harus diberikan perhatian dan bimbingan yang lebih

bersifat membangun karakter anak tesebut.

Dengan demikian perlahan-lahan anak tersebut akan sadar bahwa tidak ada

gunanya kita bergaul dengan cara-cara yang menyimpang. Sehingga remaja yang lain

ikut terpanggil mengubah diri sehingga tecipta keadaan yang kondusif dari dampak

pergaulan remaja yng sangat merugikan dari berbagi pihak. Berdasarkan uraian

tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Studi Tentang

Pergaulan Remaja di Kelurahan Pacongan, Kabupaten Pinrang“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut Bagaimanakah pergaulan remaja di Kelurahan Pacongan, Kabupaten

Pinrang?

Page 3: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

3

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penulis menetapkan tujuan penelitian, yaitu

untuk mengetahui pergaulan remaja di Kelurahan Pacongan, Kabupaten Pinrang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi para orang tua dalam mendidik anaknya.

2. Sebagai bahan pertimbangan guru di sekolah untuk mengajarkan akibat-akibat

dari pergaulan remaja.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah untuk membenahi pergaulan

remaja yang melanggar kaidah-kaidah dan norma-norma.

4. Sebagai masukan bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian yang relevan

dengan penelitian ini.

Page 4: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang dipaparkan dalam penelitian ini pada dasarnya

merupakan landasan teoretis dalam melaksanakan penelitian. Landasan teori tersebut

dimaksudkan untuk mendukung dan memperjelas penelitian baik dalam

pengumpulan data, penganalisaan data, maupun penarikan kesimpulan. Sehubungan

dengan hal tersebut, berikut ini di kemukakan beberapa pendapat yang berkaitan

dengan penelitian ini.

A. Pendapat Ahli

1. Konsep Kenakalan Remaja

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja

yang tak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini

Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak

cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang

ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai

suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku

pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/

tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta

ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.                                              

4

Page 5: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

5

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan

remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma

hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam

undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran

hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar

hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985)

membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka

berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2)

kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil

tanpa SIM (Surat Izin Mengemudi), mengambil barang orang tua tanpa izin (3)

kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,

pemerkosaan dan lain-lain. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja

dalam penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,

pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto,

1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu

dianggap sebagai fakta sosial  yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological

Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin

menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh

perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut

terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak

Page 6: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

6

disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku

nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

2. Keberfungsian sosial

Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh

individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga

dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi

penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap

individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan

dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-

tugasnya, menurut (Achlis:1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang

dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial

tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya

mencapai kebutuhan hidupnya.

Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan

kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya,

dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya. Kemampuan berfungsi sosial secara

positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam

sosialisasi terhadap anggota keluarganya.

Page 7: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

7

3. Hal-hal yang mempengaruhi kenakalan remaja

Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagai berikut,

diantaranya adalah :

1. Pengaruh teman sepermainan

Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk

prestasi tersendiri. Makin banyak teman, makin tinggi nilai mereka di mata teman-

temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya,

anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan

mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di zaman sekarang,

pengaruh teman bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi

bahkan juga pada orang tuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya

mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini

adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan

menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab teman dari kalangan tertentu pasti juga

mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti

tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka

anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan

melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.

Pengaruh teman ini memang cukup besar. Pengaruh teman sering diumpamakan

sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun

itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan

selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan

Page 8: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

8

sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian

seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja

hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya

bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar.

Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak

menimbulkan masalah bagi orangtuanya.

Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain

mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga

memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga

kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan

maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah

teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat

mengurangi waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak

mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka

dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik

untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman

yang baik.

2. Perilaku seksual

Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang

menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang

dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan

mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah

Page 9: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

9

pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk

gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi

persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi

informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu.

Akibatnya, di zaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh

karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme

dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering

tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan.

Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran

sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya. Dalam memberikan

pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua

hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan.

Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak

harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang

dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia

makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak.

Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang

telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.

Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua

dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak.

Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan

kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil,

Page 10: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

10

gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah

adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi

sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah

dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya

kepada orangtua.

Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini,

orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka,

sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan

tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya

kematangan seksual.

3. Pendidikan

Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah

yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelolah

sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan yang telah diperoleh anak di

rumah tidak kacau dengan yang diajarkan di sekolah. Ketika anak telah berusia 17

tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih

perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa

depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan

kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih

sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di

masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan

orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan.

Page 11: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

11

Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak

orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian

menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka

malah pergi bersama dengan teman-temannya, bersenang-senang tanpa mengenal

waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di

atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan

ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang

sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya

adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan

sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.

4. Penggunaan Waktu Luang

Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan

seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada

kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan

timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan.

Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan

masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat

terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan

iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja

untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal

dari orangtuanya maupun teman sepermainannya. Celakanya, teman sebaya sering

Page 12: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

12

menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang

sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri,

merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya. Munculnya kegiatan

iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan

teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya

apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan

dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati

si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan teman-temannya. Akhirnya

ia terjerumus.

Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang

berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya

sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua

hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan

urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam refreshing atas

kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang

berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu

kelompok olahraga bela diri.

Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada

baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya

tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi

kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan

perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga

Page 13: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

13

membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang

dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana

rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota

keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa bentuk permainan bersama, misalnya

scrabble, monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar

pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan malam bersama atau

duduk santai di ruang keluarga.

5. Uang Saku

Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian

bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya

dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak

suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir.

Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan.

Namun, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan

berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat

menimbulkan masalah, Yaitu:

a. Anak menjadi boros

b. Anak tidak menghargai uang, dan

c. Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.

BAB III

Page 14: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

14

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian kenakalan remaja. definisi operasional variabel

dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang variabel-variabel yang

diselidiki. Batasan dari variabel-variabel tersebut diuraikan sebagai berikut:

Pergaulan remaja adalah suatu perbuatan yang menyimpang dari norma-

norma dan kaidah-kaidah yang berlaku dan dapat menjadi salah satu faktor rusaknya

mental remaja.

C. Populasi dan Sampel / Data dan Sumber Data :

1. Populasi

Penentuan populasi mutlak dilakukan dalam suatu penelitian karena populasi

memberikan batasan terhadap objek yang akan diteliti. Populasi ini memberikan arti

yang sangat penting karena merupakan sumber informasi dan data dalam penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berdomisili di Kelurahan

Pacongan, Kabupaten Pinrang. Total populasi sebanyak 70 orang.

2. Sampel 14

Page 15: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

15

Jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitin ini adalah 100% dari jumlah

populasi yaitu 70 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah

probabilitas sampling dimana memberikan peluang yang sama terhadap semua

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Arikunto (2002:112) mengemukakan

bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya

besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-

tidaknya dari:

a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.

b)Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data.

c) Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang

risikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Sesuai yang di ungkapkan Arikunto maka penelitian ini relevan apa yang

telah dikemukakan oleh Arikunto.

D. Teknik Pengumpulan Data

Tes, dimana serentetan pertanyaan atau lstilah serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki individu atau kelompok. Yang dimana macam tes yang digunakan adalah tes

kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang.

E. Teknik Analisis Data

Page 16: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

16

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan mendeskripsikan kuesioner yang

telah diisi oleh responden.

BAB IV

Page 17: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

17

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Analisis Data

Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian “Studi Tentang Kenakalan

Remaja di Kelurahan Pacongan, Kabupaten Pinrang”.

1. Bentuk Kenakalan Remaja yang Dilakukan Responden

Berdasarkan data di lapangan dapat disajikan hasil penelitian tentang

kenakalan remaja sebagai salah satu perilaku menyimpang. Adapun ukuran yang

digunakan untuk mengetahui kenakalan yaitu (1) kenakalan biasa  (2) Kenakalan

yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan dan (3) Kenakalan Khusus.

Responden dalam penelitian ini berjumlah 70 responden, dengan jenis kelamin laki-

laki 55 responden, dan perempuan 19 responden. Mereka berumur antara 21 tahun.

Terbanyak mereka yang berumur antara 18 tahun-21 tahun

Tabel 4.1 beberapa bentuk kenakalan remaja putri di Kelurahan

Pacongan, Kabupaten Pinrang17

Page 18: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

18

Bentuk Kenakalan

Jenis

kelamin

F

1. Memiliki geng pelajar

2. Merokok

3. Berhubungan seks

4. Minum minuman beralkohol

P

P

P

P

23

7

7

5

Pada tabel di atas di tunjukkan bahwa remaja putri ternyata banyak juga yang

melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari norma. Di mana remaja putri

di Kelurahan Pacongan sebanyak 23 orang memiliki geng, 7 orang yang merokok, 7

orang yang melakukan seks, dan 5 diantaranya minum minuman keras.

Tabel 4.2 beberapa bentuk kenakalan remaja putra di Kelurahan

Pacongan, Kabupaten Pinrang

Bentuk Kenakalan

 

Jenis

kelamin

F

1. Memiliki geng pelajar

2. Merokok

3. Berhubungan seks

4. Minum minuman beralkohol

L

L

L

L

34

45

29

45

B. Pembahasan

Page 19: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

19

Bahwa seluruh responden pernah melakukan kenakalan, terutama pada

tingkat kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada

orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan

dan jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang menjurus pada

pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM (Surat Izin

Mengemudi), kebut-kebutan, mencuri, minum-minuman keras, juga cukup banyak

dilakukan oleh responden. Bahkan pada kenakalan khusus pun banyak dilakukan

oleh responden seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika,

kasus pembunuhan, pemerkosaan, serta menggugurkan kandungan walaupun kecil

persentasenya. Terdapat cukup banyak dari mereka yang kumpul kebo. Keadaan

yang demikian cukup memprihatinkan. Kalau hal ini tidak segera ditanggulangi akan

membahayakan baik bagi pelaku, keluarga, maupun masyarakat. Karena dapat

menimbulkan masalah sosial di kemudian hari yang semakin kompleks.  

2. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen

a. Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan

Salah satu hubungan variabel yang disajikan disini adalah hubungan antara

jenis kelamin dengan tingkat kenakalan. Hal ini untuk mengetahui apakah anak laki-

laki lebih nakal dari anak perempuan atau probalitasnya sama. Berdasarkan tabel

hubungan diperoleh data sebagai berikut; Anak laki-laki yang melakukan kenakalan

biasa 3 responden (10%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 

2 responden, dan kenakalan khusus 22   responden (73,3%). Sedangkan anak

Page 20: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

20

perempuan yang melakukan kenakalan biasa 2 responden (2,7%) dan kenakalan

khusus 1 responden (3,3%). Kenyataan tersebut menunjukkan  bahwa sebagian besar

yang melakukan kenakalan khusus  adalah anak laki-laki (73,3%), namun terdapat

juga anak perempuannya. Kalau dibandingkan diantara 27 responden anak laki-laki

22 responden (81,5%) diantaranya melakukan kenakalan khusus, sedangkan dari 3

responden perempuan 1 responden  (33,3%) yang melakukan kenakalan khusus,

berarti probababilitas anak laki-laki lebih besar kecenderungannya untuk melakukan

kenakalan khusus. Demikian juga yang melakukan kenakalan yang menjurus pada

pelanggaran dan kejahatan,  anak perempuan tidak ada yang melakukannya. Dengan

demikian maka anak laki-laki kecenderungannya akan melakukan kenakalan yang

menjurus pada pelanggaran dan kejahatan lebih dibandingkan dengan anak

perempuan.

b. Hubungan antara pekerjaan responden dengan tingkat kenakalan yang

dilakukan

Berdasarkan data yang ada, pekerjaan responden adalah sebagai pelajar dan 

tidak bekerja (menganggur) masing-masing 13 responden (43,3%), sebagai buruh

dan berdagang  masing-masing 2 responden (6,7%). Dari tabel  korelasi persebaran

datanya sebagai berikut; Pelajar yang melakukan kenakalan biasa 5 responden

(16,7%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2 responden

(6,7%),  dan kenakalan khusus 6 responden (20%) . Sedangkan mereka yang tidak

bekerja (menganggur) semuanya 13 responden melakukan kenakalan khusus, juga

mereka yang bekerja sebagai pedagang dan buruh semuanya melakukan kenakalan

Page 21: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

21

khusus. Dari  data tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan untuk

melakukan kenakalan khusus ataupun jenis kenakalan lainnya adalah mereka yang

tidak sibuk, atau banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif.

c. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kenakalan yang

dilakukan

Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin rendah 

melakukan kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi, nalarnya

semakin baik. Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial mana yang

seharusnya tidak boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana yang harus

dihindari dan mana yang harus dikerjakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak

demikian. Mereka yang tamat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) justru yang

paling banyak melakukan tindak kenakalan 17 responden (56,7%) yang berarti

separoh lebih,  dengan terbanyak 12 responden (40%) melakukan kenakalan khusus,

2 responden (6,7%) melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan

kejahatan, dan 4 responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa. Demikian juga

mereka yang pendidikan terakhirnya SLTP(Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), dari

12 responden, 11 responden (36,7%) melakukan kenakalan khusus. Sedang mereka

yang hanya tamat SD(Sekolah Dasar) 1 responden juga melakukan kenakalan

khusus. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara tingkatan pendidikan

dengan  kenakalan yang dilakukan, artinya semakin tinggi pendidikannya tidak bisa

dijamin untuk tidak melakukan kenakalan. Artinya di lokasi penelitian kenakalan

remaja yang dilakukan bukan karena rendahnya tingkat pendidikan mereka, karena

Page 22: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

22

disemua tingkat pendidikan dari SD sampai dengan SLTA  proporsi untuk

melakukan kenakalan sama kesempatannya. Dengan demikian faktor yang kuat

adalah seperti yang disebutkan di atas, yaitu adanya waktu luang yang tidak

dimanfaatkan untuk kegiatan positif, dan adanya pengaruh buruk dalam sosialisasi

dengan teman bermainnya atau faktor lingkungan sosial yang besar pengaruhnya.

                                                          1. Hubungan antara pekerjaan orang tuanya dengan tingkat kenakalan

Untuk mengetahui apakah kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan

orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan

orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan

keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keberfungsian sosial, salah

satunya adalah mampu memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data yang ada mereka

yang pekerjaan oangtuanya sebagai pegawai negeri 5 responden (16,7%), berdagang

4 responden (13,3%), buruh 5 responden (16,6%), tukang kayu 2 responden (6,7%),

montir/sopir 6 responden (20%), wiraswasta 5 responden (16,6%), dan pensiunan 1

responden (3,3%).

2. Hubungan antara keutuhan keluarga dengan tingkat kenakalan 

Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan

remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga

yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di

keluarga.

Page 23: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

23

Dilihat dari keutuhan struktur keluarga, 21 responden (70%) dari keluarga

utuh, dan 9 responden dari keluarga tidak utuh. Berdasarkan data pada tabel korelasi

ternyata struktur keluarga ketidak utuhan struktur keluarga bukan jaminan bagi

anaknya untuk melakukan kenakalan, terutama kenakalan khusus. Karena ternyata

mereka yang berasal dari keluarga utuh justru lebih banyak yang melakukan

kenakalan khusus.

Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi, terlihat jelas bahwa

mereka  yang melakukan kenakalan khusus berasal dari keluarga yang interaksinya

kurang dan tidak serasi sebesar 76,6%. Perlu diketahui bahwa keluarga yang

interaksinya serasi berjumlah 3 responden (10%), sedangkan yang interaksinya

kurang serasi 14 responden (46,7%), dan yang tidak serasi 13 responden (43,3%).

Jadi ketidak berfungsian keluarga untuk menciptakan keserasian dalaam interaksi

mempunyai kecenderungan anak remajanya melakukan kenakalan. Artinya semakin

tidak serasi hubungan atau interaksi dalam keluarga tersebut tingkat kenakalan yang

dilakukan semakin berat, yaitu pada kenakalan khusus. 

3. Hubungan antara kehidupan beragama keluarganya dengan tingkat

kenakalan

Kehidupan beragama kelurga juga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat

keberfungsian sosial keluarga. Sebab dalam konsep keberfungsian juga dilihat dari

segi rohani. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti

mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis

bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-

Page 24: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

24

anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma agama.

Berdasarkan data yang ada mereka yang keluarganya taat beragama 6 responden

(20%), kurang taat beragama 15 responden (50%), dan tidak taat beragama 9

responden (30%). Dari tabel korelasi diketahui 70% dari responden yang keluarganya

kurang dan tidak taat beragama melakukan kenakalan khusus.

Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi  keluarga sangat

berhubungan dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti

bahwa bagi keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan

anaknya melakukan kenakalan, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan

kejahatan maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.

4. Hubungan antara sikap orang tua dalam pendidikan anaknya dengan

tingkat kenakalan

Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas

adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter

sebanyak 5 responden (16,6%), overprotection 3 responden (10%), kurang

memperhatikan 12 responden (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10

responden (33,4%). Dari tabel korelasi diperoleh data seluruh responden yang orang

tuanya tidak memperhatikan sama sekali melakukan kenakalan khusus dan yang

kurang memperhatikan 11 dari 12 responden melakukan kenakalan khusus.  Dari

kenyataan tersebut ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat besar

pengaruhnya terhadap kehidupan anak.

Page 25: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

25

5. Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya dengan tingkat

kenakalan

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau

tidak mau harus berhubungan dengan lengkungan sosialnya. Adapun yang

diharapkan dari hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan

menciptakan kenyamanan dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, hal itu

meruapakan proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya. Mereka yang

berhubungan serasi dengan lingkungan sosialnya berjumlah 8 responden (26,6%),

kurang serasi 12 responden (40%), dan tidak serasi 10 responden (33,4%). Dari data

yang ada terlihat bagi keluarga yang kurang dan tidak serasi hubungannya dengan

tetangga atau lingkungan sosialnya mempunyai kecenderungan anaknya melakukan

kenakalan pada tingkat yang lebih berat yaitu kenakalan khusus. Keadaan tersebut

dapat dilihat dari 23 responden yang melakukan kenakalan khusus  19 responden dari

dari keluarga yang interaksinya dengan tetangga kurang atau tidak serasi.

      Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa secara jenis kelamin terlihat remaja

pria lebih cenderung melakukan kenakalan pada tinglat khusus, walaupun demilikan

juga remaja perempuan yang melakukan kenakalan khusus. Dari sudut pekerjaan atau

kegiatan sehari-hari remaja ternyata yang menganggur mempunyai kecenderungan

tinggi melakukan kenakalan khusus demikian juga mereka yang  berdagang dan

menjadi buruh juga tinggi kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus.

Pemenuhan kebutuhan keluarga juga berpengaruh pada tingkat kenakalan remajanya,

artinya bagi keluarga yang tiap hari hanya berpikir untuk memenuhi kebutuhan

Page 26: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

26

keluarganya seperti yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, tukang, supir dan

sejenisnya ternyata anaknya kebanyakan melakukan kenakalan khusus. Demilian

juga bagi keluarga yang interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi anak-anaknya

melakukan kenakalan khusus. Kehidupan beragama keluarga juga berpengaruh

kepada tingkat kenakalan remajanya, artinya dari keluarga yang taat menjalankan

agama anak-anaknya hanya melakukan kenakalan biasa, tetapi bagi keluarga yang

kurang dan tidak taat menjalankan ibadahnya anak-anak mereka pada umumnya

melakukan kenakalan khusus. Hal lain yang dapat dilihat bahwa sikap orang orang

tua dalam sosialisasi terhadap anaknya juga sangat berpengaruh terhadap tingkat

kenakalan yang dilakukan, dari data yang diperoleh bagi keluarga yang kurang dan

masa bodoh dalam pendidikan (baca sosialisasi) terhadap anaknya maka umumnya

anak mereka melakukan kenakalan khusus. Dan akhirnya keserasian hubungan antara

keluarga dengan lingkungan sosialnya juga berpengaruh pada kenakalan anak-anak

mereka. Mereka yang hubungan sosialnya dengan lingkungan serasi anak-anaknya

walaupun melakukan kenakalan tetapi pada tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka

yang kurang dan tidak serasi hubungan sosialnya dengan lingkungan anak-anaknya

melakukan kenakalan khusus.   

 

Page 27: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu

luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar

kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang.

Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka

kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih

berat. Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka

kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan

khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan

umum  bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan

kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian sosial keluarga akan

semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak

berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya

(perilaku menyimpang yang dilakukanoleh remaja). Berdasarkan kenyataan di atas,

maka untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu

diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-

program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan

social yang programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara

keseluuruhan. Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja

30

Page 28: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

28

dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan

meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada

peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing

dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.

B. Saran

Kepada anak remaja Anda adalah generasi penerus-penerus bangsa yang

memegang tongkat estafet perjuangan bangsa. Masa depan bangsa ada di tangan

Anda. Jangan biarkan masa muda terbuang dengan sia-sia oleh hal-hal yang tidak

berguna.

Page 29: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

29

DAFTAR PUSTAKA

Achlis, 1992, Praktek Pekerjaan Sosial I, STKS , Bandung

Eitzen, Stanlen D, 1986, Social Problems, Allyn and Bacon inc, Boston, Sydney, Toronto

Gunarsa Singgih D at al, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta

Kartini Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta

Kaufman, James, M, 1989, Characteristics of Behaviour Disorders of Children and Youth, Merril Publishing Company, Columbus, London, Toronto

Nazir, Moh, 1985, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta

Sartono, Suwarniyati, 1985, Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI Jakarta, laporan penelitian, UI, Jakarta

 Soerjono Soekanto, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta_______________, 1985 Perubahan Sosial, Rajawali, Jakarta

. 2009. Pengaruh Kenakalan Remaja (http//:www.google.com, diakses Februari 2009)

www.e-dukasi.net

29

Page 30: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

30

RIWAYAT HIDUP

NURUL HUDA, dilahirkan di Pinrang, pada tanggal 31

Januari 1992. penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara, buah hati pasangan Ayahanda Drs. H. Muh. Tulisi

dan Ibunda Hj. Rukaiyah Said, SE.

Penulis memasuki pendidikan formal di SD Negeri No. 1 Pinrang, Kecamatan

Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 2003.

Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Pinrang

dan tamat pada tahun 2006. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMU

Negeri 5 Unggulan Parepare sampai sekarang.

Selama menjadi siswa di SMA Negeri 5 Unggulan Parepare, penulis aktif

pada organisasi di bawah naungan OSIS yaitu PMR dan GEOSAINS LOVER’S

Berkat rahmat Allah subhanahu wataala dan iringan doa dari orang tua, akhirnya

penulis dapat merampungkan penelitian ini yang berjudul “ Studi Tentang Pergaulan

Remaja di Kelurahan Pacongan, Kabupaten Pinrang.”

30

Page 31: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

31

Lampiran 1. Contoh kuisioner

Hii FrEnkkZz2 , KauWand2Qw........... New Q Mw MinTA TloNg Ma Klian.... hmmmm z Hrap Mw JeQ BanTu Khaaa

Thx Be4 CoZ U Can HeLp me 2 FinIsHed My TasK in My Skuuulll

New AngKet PerTAnyaan Qw JwB Yg Ju2RQ nWachhhh

Pleazeeeee,,,pleaseee

1. Apakah Anda memiliki gank pelajar?

Jawab:

2. Apakah keuntungan gank pelajar bagi Anda?

Jawab:

3. Apakah Anda pernah merokok?

Jawab:

4. Apa keuntungan yang Anda dapat dari merokok?

Jawab:

5. Mengapa Anda merokok?

Jawab:

6. Apakah Anda pernah berhubungan seks?

Jawab:

Page 32: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

32

7. Apa keuntungan yang Anda dapatkan dari berhubungan seks?

Jawab:

8. Mengapa Anda melakukan hubungan seks?

Jawab:

9. Apakah Anda pernah minum minuman beralkohol?

Jawab:

10. Apa keuntungan yang anda dapatkan dari minum minuman beralkohol?

Jawab:

11. Mengapa anda minum minuman beralkohol?

Jawab:

12. Apa respon orang tua Anda jika mengetahui Anda telah melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang?

Jawab:

13. Apakah anda tidak menyesal melakukan perbuatan tersebut?

Jawab:

14. Sejak kapan Anda memulai perbuatan tersebut?

Page 33: Bab 1 Laporan Hasil Penelitian

33

Jawab:

15. Bagaimana tanggapan masyarakat di sekitar Anda mengenai perbuatan Anda yang menyimpang?

Jawab:

mKacwih Nagh cOz dwah Jwab Q smua_na Dgn Ju2r