66
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia, termasuk Indonesia. Di negara berkembang insidensi penyakit degeneratif terus meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup. Dengan bertambah usia harapan hidup ini, maka penyakit degeneratif dan metabolik juga meningkat, seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, obesitas, dislipidemia, dan termasuk osteoporosis. Saat ini osteoporosis menjadi permasalahan di seluruh negara dan menjadi isu global di bidang kesehatan. 1 World Health Organization (WHO) memasukkan osteoporosis dalam daftar 10 penyakit degeneratif utama di dunia. 1 Tercatat bahwa terdapat kurang lebih 200 juta pasien di seluruh dunia yang menderita osteoporosis. 2 Di Indonesia data yang pasti mengenai jumlah osteoporosis belum ditemukan. Data retrospektif osteoporosis yang dikumpulkan di UPT Makmal Terpadu Imunoendokrinologi, FKUI dari 1690 kasus osteoporosis, ternyata yang pernah mengalami patah tulang femur dan radius sebanyak 249 kasus 1

Bab 1 - Daftar Pustaka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab 1 - Daftar Pustaka

Citation preview

Page 1: Bab 1 - Daftar Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi

perhatian dunia, termasuk Indonesia. Di negara berkembang

insidensi penyakit degeneratif terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya usia harapan hidup. Dengan bertambah usia

harapan hidup ini, maka penyakit degeneratif dan metabolik juga

meningkat, seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus,

hipertensi, obesitas, dislipidemia, dan termasuk osteoporosis.

Saat ini osteoporosis menjadi permasalahan di seluruh

negara dan menjadi isu global di bidang kesehatan.1 World Health

Organization (WHO) memasukkan osteoporosis dalam daftar 10

penyakit degeneratif utama di dunia.1 Tercatat bahwa terdapat

kurang lebih 200 juta pasien di seluruh dunia yang menderita

osteoporosis.2 Di Indonesia data yang pasti mengenai jumlah

osteoporosis belum ditemukan. Data retrospektif osteoporosis

yang dikumpulkan di UPT Makmal Terpadu Imunoendokrinologi,

FKUI dari 1690 kasus osteoporosis, ternyata yang pernah

mengalami patah tulang femur dan radius sebanyak 249 kasus

(14,7%).2 Demikian pula angka kejadian pada fraktur hip, tulang

belakang dan wrist di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun

2001-2005, meliputi 49 dari total 83 kasus fraktur hip pada wanita

usia >60 tahun.

Pembentukan tulang terutama terjadi pada masa

pertumbuhan. Pembentukan dan penyerapan tulang berada

dalam keseimbangan pada individu berusia sekitar 30-40 tahun.

Keseimbangan ini mulai terganggu dan lebih berat ke arah

penyerapan tulang ketika wanita mencapai menopause dan pria

mencapai usia 60 tahun.5,6 Pada osteoporosis akan terjadi

abnormalitas bone turnover, yaitu terjadinya proses penyerapan

1

Page 2: Bab 1 - Daftar Pustaka

tulang (bone resorption) lebih banyak dari pada proses

pembentukan tulang (bone formation).7 Peningkatan proses

penyerapan tulang tidak sebanding dengan pembentukan tulang

pada wanita pascamenopause antara lain disebabkan oleh karena

defisiensi hormon estrogen, yang lebih lanjut akan merangsang

keluarnya mediator-mediator yang berpengaruh terhadap aktivitas

sel osteoklas, yang berfungsi sebagai sel penyerap tulang.6-8 Jadi

yang berperan dalam terjadinya osteoporosis secara langsung

adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk menyerap

tulang, yang dipengaruhi oleh mediator-mediator, yang mana

timbulnya mediator-mediator ini dipengaruhi oleh kadar estrogen.

2

Page 3: Bab 1 - Daftar Pustaka

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang

2.1.1 Anatomi Tulang

Komposisi tulang terdiri dari banyak matriks kolagen yang

mana terampur dengan garam mineral dan sel-sel tulang seperti

osteoblas dan osteoklas.

Matrix tulang

Berdasarkan beratnya, matriks tulang merupakan substansi

interseluler yang terdiri dari +70% garam anorganik dan 30%

matriks organic.

95% komponen organis dibentuk oleh kolagen dan sisanya

terdiri dari substansi dasar proteoglycan dan molekul-molekul non

kolagen yang terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang.

Kurang lebih setengah dari total kolagen yang dimiliki tubuh

tersimpan dalam tulang, dan strukturnya pun sama dengan

kolagen pada jaringan ikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah

sabut kolagen tipe 1.

Matriks organic non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla

Protein) yang terlibat dalam pengikatan kalsium selama proses

mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan antara

kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (osteopontin) yang

kaya akan asam salisilat dan alkaline phosphatase. Fungsi dari

matriks organic ini belum sepenuhnya dimengerti secara spesifik.

Tetapi matriks-matriks ini ikut dalam meregulasi sel tulang dan

matriks anorganik.

Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian

besar terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk Kristal-kristal

hydroxyapatite. Kristal-kristal tersebut tersusun sepanjang serabut

3

Page 4: Bab 1 - Daftar Pustaka

kolagen. Bahan mineral lain seperti ion sitrat, karbonat,

magnesium, natrium, dan potassium.

Sejumlah growth factor sudah teridentifikasi diproduksi oleh

osteoblas dan beberapa dari growth factor ini bekerja secara

kombinasi yaitu memiliki efek untuk perkembangan sel tulang,

diferensiasi sel tulangh dan sekaligus metabolism sel tulang.

Bone Morphogenic protein (BMP) adalah sekumoulan

protein factor pertumbuhan yang pertama kali teridentifikasi tahun

1964 oleh Marshal Urist dan sekarang diproduksi dalam bentuk

murni matriks tulang. BMP ini diketahui memiliki peran penting

dalam menginduksi diferensiasi dari sel progenitor menjadi

kartilago lalu menjadi tulang. Dan sekarang diproduksi secara

komersial untuk meningkatkan osteogenesis dari operasi fusi

tulang.

Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik

dalam matriks , sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari

bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.

Mineral Tulang

Hampir setengah dari volume tulang dibentuk dari bahan

mineralnya, yang terutama adalah kalsium dan fosfat dalam

bentuk kristalin hydroxyapatite yang terletak pada osteoid di awal

proses kalsifikasi.

Batasan antara tulang dan osteoid dapat dibedakan dengan

pemberian tetraciklin yang diserap terus menerus dapa tulang

yang baru saja termineralisasi dan menunjukan pita fluorescent

pada sinar ultraviolet secara mikroskopis. Pada tulang yang

sudah dewasa proporsi dari kalsium dan fosfat adalah konstan

dan moleculnya berikatan kuat dengan kolagen.

Perlu diingat ketika komponen kolagenous memberikan

kekuatan terhadap tarikan pada tulang. Mineral kristalin

meningkatan kekuatan tulang untuk bertahan terhadap kompresi.

4

Page 5: Bab 1 - Daftar Pustaka

Matrix yang tidak bermineral disebut osteoid. Pada

kehidupan normal, osteoid hanya dilihat sebagai suatu lapisan

tipis pada permukaan tempat terjadinya pembentukn aktiv tulang

baru. Proporsi osteoid pada tulang meningkat secara signifikan

pada infeksi rickets dan osteomalacia.

Sel Tulang

Ditemukan beberapa tipe sel tulang secara mikroskopis:

1. Osteoprogenitor

Osteoprogenitor terletak di lapisan dalam periosteum,

lapisan saluran Havers, dan endosteum. Sel-sel ini berasal dari

mesenkim embrio, akan ada sepanjang hidup pascakelahiran

dan dapat mengalami pembelahan mitosis dan memiliki potensi

untuk berdiferensiasi menjadi osteoblas.

Sel Osteoprogenitor berbentuk gelendong dan memiliki

inti oval berwarna pucat, sitoplasmanya mengandung sedikit

RE dan sebuah badan golgi yang berkembang dengan kurang

baik, tapi berisi ribosom yang sangat banyak. Sel-sel ini paling

aktif selama periode pertumbuhan tulang. Selama pertumbuhan

tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan menghasilkan sel

osteoblas yang kemudian akan membentuk tulang. Sebaliknya

pada permukaan dalam dari jaringan tulang, sel-sel osteogenik

menghasilkan osteoklas untuk mengikis tulang membentuk

rongga rongga (spons).

2.Osteoblas

Osteoblas berasal dari sel osteoprogenitor dan

berkembang dibawah pengaruh Bone Morphogenic protein

(BMP) . Osteoblas memiliki diameter antara 20-30 μm dan

terlihat sangat jelas pada sekitar lapisan osteoid dimana tulang

baru terbentuk. Membran plasma osteoblas memiliki sifat khas

yakni kaya akan enzim alkali fostatase, yang konsentrasinya

dalam serum digunakan sebagai indeks dari adanya

5

Page 6: Bab 1 - Daftar Pustaka

pembentukan tulang. Sel osteoblas yang telah matang memiliki

banyak aparatus golgi yang berkembang dengan baik yang

berfungsi sebagai sel sekretori, sitoplasma yang basofilik, dan

banyak sekali retikulum endoplasma.

Osteoblas bertanggung jawab mensintesis komponen

protein organik dari matriks tulang, termasuk kolagen tipe I,

proteoglikans, dan glikoprotein, osteocalcin (untuk mineralisasi

tulang), protein yang bukan kolagen diantaranya osteonectin

(terkait dengan mineralisasi tulang), osteopontin , sialoprotein

tulang, faktor pertumbuhan tulang, sitokin, dan tentunya

reseptor dari hormon-hormon.

Osteoblas memiliki jaluran sitoplasma yang bersentuhan

dengan osteoblas berdekatan. Juluran ini lebih jelas bila sel itu

mulai dikelilingi oleh matriksnya. Begitu terkurung seluruhnya

oleh matriks yang baru dibentuk ini maka osteoblas itu disebut

sebagai osteosit.Lakunan dan kenalikuli tampak, karena

matriks telah dibentuk di sekitar sel dan juluran sitoplasmanya.

3.Osteosit

Osteosit merupakan sel tulang yang telah dewasa dan

sel utama pada tulang yang berperan dalam mengatur

metabolisme seperti pertukaran nutrisi dan kotoran dengan

darah. Osteosit berasal dari osteoblas yang berdeferensiasi

dan terdapat didalam lacuna yang terletak diantara lamela-

lamela matriks pada saat pembentukan lapisan permukaan

tulang berlangsung. Jumlahnya 20.000 – 30.000 per mm3 dan

sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks

tulang dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut

sehingga osteosit lebih penting saat perbaikan tulang daripada

pembentukan tulang baru. Kanalikuli merupakan suatu kanal

dimana terdapat pembuluh darah yang berfungsi sebagai

penyalur nutrisi dan pertukaran gas yang akan digunakan oleh

osteosit.

6

Page 7: Bab 1 - Daftar Pustaka

Osteosit lebih kecil dari osteoblas dan osteosit telah

kehilangan banyak organel pada sitoplasmanya. Osteosit muda

lebih menyerupai osteoblas tetapi merupakan sel dewasa yang

memiliki aparatus golgi dan reticulum endoplasma kasar yang

sedikit lebih jelas tetapi memiliki jumlah lisosom yang lebih

banyak.

4.Osteoklas

Osteoklas adalah sel raksasa hasil peleburan monosit

(jenis sel darah putih) yang terkonsentrasi di endosteum dan

melepaskan enzim lisosomuntuk memecah protein dan mineral

di matriks ekstraseluler. Osteoklas memilikiprogenitor yang

berbeda dari sel tulang lainnya karena tidak berasal dari sel

mesenkim, melainkan dari jaringan mieloid yaitu monosit atau

makrofag pada sumsum tulang.

Osteoklas bersifat mirip dengan sel fagositik lainnya dan

berperan aktif dalam proses resorbsi tulang. Osteoklas

merupakan sel fusi dari beberapa monosit sehingga bersifat

multinukleus (10-20 nuklei) dengan ukuran besar dan berada di

tulang kortikal atau tulang trabekular

Osteoklas berfungsi dalam mekanisme

osteoklastogenesis, aktivasi resorpsi kalsium tulang, dan

kartilago, dan merespon hormonal yangdapat menurunkan

struktur dan fungsi tulang. Osteoklas dalam proses resorpsi

tulang mensekresi enzim kolagenase dan proteinase lainnya,

asamlaktat, serta asam sitrat yang dapat melarutkan matriks

tulang. Enzim-enzim ini memecah atau melarutkan matriks

organik tulang sedangkan asam akan melarutkan garam-garam

tulang. Melalui proses resorpsi tulang, osteoklas ikut

mempengaruhi sejumlah proses dalam tubuh yaitu dalam

mempertahankan keseimbangan kalsium darah, pertumbuhan

dan perkembangan tulang serta perbaikan tulang setelah

mengalami fraktur.

7

Page 8: Bab 1 - Daftar Pustaka

Aktifitas osteoklas dipengaruhi oleh hormon sitokinin.

Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitokinin, yakni suatu

hormon tiroid. Akan tetapi osteoblas memiliki reseptor untuk

hormon paratiroid dan begitu teraktivasi oleh hormon ini,

osteoblas akan memperoduksi suatu sitokin yang disebut faktor

perangsang osteoklas. Osteoklas bersama hormon parathyroid

berperan dalam pengaturan kadar kalsium darah sehingga

dijadikan target pengobatan osteoporosis.

Struktur Tulang

Terdapat dua tipe tulang, yaitu cortical dan trabecullar/

cancellous dalam tubuh manusia. Tulang cortical membentuk 80%

massa tulang dan hanya 20% pada permukaan tulang. Tulang

cortical kebanyakan terdapat pada tulang perifer atau tepian

seperti radius dan ulna.

Tulang trabecular kebanyakan pada tulang axial dan

membentuk struktur rumah lebah dalam ruang tulang. Tulang

trabecular membentuk 20% massa tulang dan sebagian besar

permukaan tulang. Tulang trabecular memiliki metabolisme aktif.

Oleh karena itu, pergantian tulang memberi efek lebih besar pada

8

Page 9: Bab 1 - Daftar Pustaka

tulang trabecular dibanding tulang cortical. Tulang kalkanea

merupakan salah satu contoh jenis tulang trabecular.

Pada keropos tulang, volume tulang (ukuran tulang ) tidak

berubah, tetapi cortical terlihat berlubang-lubang atau berpori dan

trabecular menipis, bahkan dapat hilang,

Haversian System

Sistem Havers/Haversii yaitu suatu kesatuan sel-sel tulang

dan matriks tulang mengelilingi suatu pembuluh darah dan saraf

yang membentuk suatu sistem.

Sistem Havers dibangun oleh saluran Havers yang dikelilingi

oleh lamela Havers secara konsentris. Diantara lamela havers

terdapat rongga-rongga kecil yang disebut lakuna, tempat

osteosit. Diantara Sistem Havers tedapat lamela tulang yang

susunannya tidak teratur disebut lamela intersisial. Lakuna juga

terdapat diantara lamela intersisial, lamela tulang sirkumferensial

luar dan lamela sirkumferensial dalam.

Di dalam sistem ini terdapat lamella konsentris atau

lingkaran-lingkaran yang merupakan kesatuan pembuluh darah

dan sel saraf.  Selain itu dalam lamella konsentris terdapat

rongga/cawan tempat sel tulang berada yang disebut lakuna. Jika

9

Page 10: Bab 1 - Daftar Pustaka

sel tulang telah mati hanya akan nampak rongga/lekukannya saja.

Antar lakuna dihubungkan dengan saluran kecil berupa kanal

yang disebut dengan kanalikuli yang berfungsi untuk menyalurkan

kebutuhan nutrisi sel tulang dalam pertumbuhannya. Saluran ini

tersusun dari pembuluh darah dan sel saraf.

Bagian-bagian Sistem Havers

1.      Lamella : Lempeng tulang yang tersusun konsentris.

2.      Lacuna : Ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–

lempengan yang mengandung sel tulang.

3.      Kanalikuli : Saluran-saluran halus dalam matriks, merupakan

tempat uluran sitoplasma osteosit.  memancar di antara lacuna

dan tempat difusi makanan sampai ke osteon.

4.      Osteosit : Merupakan komponen sel utama dalam jaringan

tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang

gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang.

Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh

osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi.

Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai

kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya

tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.

5.      Harvesian canal : Saluran havers

10

Page 11: Bab 1 - Daftar Pustaka

6.      An Osteon :  Sebuah unit silindris berbentuk tabung panjang

dalam tulang kompak dewasa. Ini terdiri dari lapisan konsentris

dari lamellae tulang yang mengelilingi kanal sentral juga dikenal

sebagai sistem Haversian. Mereka berorientasi sejajar dengan

sumbu panjang tulang dan kompresi utama tegangan.

Struktural sekelompok tabung konsentris menyerupai cincin

batang pohon. Setiap tabung adalah lamellae (piring kecil),

sebuah lapisan matriks tulang yang serat kolagen dan mineral

line kristal dan berjalan di arah yang berlawanan. Pola ini

alternatif untuk menahan torsi, memutar dan tekanan dan

menghambat penjalaran retak.

Melalui inti dari osteon berjalan saluran Haversian juga dikenal

sebagai kanal pusat dan seperti semua rongga tulang itu

dipagari dengan endosteum. Ia memiliki pembuluh darah

sendiri yang mensuplai nutrisi ke sel-sel tulang dan serat

osteon sendiri

7.      Interstitial lamellae : Salah satu lamellae dari osteon sebagian

diserap kembali terjadi antara lebih baru, osteon lengkap juga

disebut tanah lamellae, lamellae menengah.

8.      Concellous Bone : Identik dengan tulang trabecular atau tulang

spons, salah satu dari dua jenis jaringan osseous yang

membentuk tulang. Lapisan spons interior tulang yang

melindungu sumsum tulang. Tulang cancellous mungkin juga

disebut tulang spons atau tulang trabecular. Ini struktural

menyerupai sarang lebah dan menyumbang sekitar 20% dari

materi tulang dalam tubuh manusia.

Cancellous tulang ini sering juga ditemukan di tepi tulang bulat

seperti yang dari lengan dan kaki. Meskipun tulang ini tidak

cukup kuat seperti tulang kompak, agak lebih fleksibel dan

berguna dalam tulang yang disambung. Terutama,

bagaimanapun, tulang cancellous melindungi sumsum tulang,

melakukan tugas yang berguna dan diperlukan dalam tubuh.

11

Page 12: Bab 1 - Daftar Pustaka

9.      Trabecula : Jaringan elemen dalam bentuk strut, balok kecil

atau batang umumnya berfungsi memiliki fungsi mekanis, tapi

tidak selalu padat kolagen jaringannya.

Sebuah trabecula (trabekula jamak. Dari bahasa Latin untuk

"balok kecil.") Adalah, kecil sering mikroskopis, jaringan elemen

dalam bentuk strut, balok kecil atau batang, umumnya memiliki

fungsi mekanis, dan biasanya tetapi tidak selalu terdiri dari

padat collagenous jaringan. Pada bagian histologis, trabecula

bisa terlihat seperti septum, tetapi dalam tiga dimensi mereka

topologi berbeda, dengan trabekula yang kira-kira batang atau

pilar berbentuk dan septa menjadi lembaran-suka.

Trabekula biasanya terdiri atas jaringan ikat padat, yaitu

terutama dari kolagen, dan dalam kebanyakan kasus

menyediakan mekanik penguatan atau kaku dengan organ

padat lembut, seperti limpa. Mereka dapat terdiri dari bahan

lain, seperti tulang atau otot. Ketika melintasi ruang berisi

cairan, trabekula mungkin memiliki fungsi menahan tegangan

(seperti pada penis) atau menyediakan sel penyaring (seperti

dalam mata.)

12

Page 13: Bab 1 - Daftar Pustaka

Sebagaimana organ-organ atau bagian tubuh lainnya, tulang

diciptakan dengan fungsi-fungsi tertentu, yaitu:

- Tulang memberikan bentuk pada tubuh manusia

- Tulang menyokong otot-otot dan bersama otot menjadi

perangkat motorik atau pergerakan

- Tulang melindungi organ-organ dalam tubuh

- Tulang sebagai gudang untuk kalsium dan mineral-mineral

penting lain, seperti fosfor dan magnesium.

Sebagai tempat penyimpanan kalsium, tulang menyimpan

99% dari kalsium yang terdapat dalam tubuh. Sisanya 1%

dilepaskan dalam sirkulasi darah dan penting untuk fungsi-fungsi

tubuh yang sangat vital, mulai dari kontraksi otot, fungsi saraf

sampai dengan mekanisme penggumpalan darah.

2.1.2 Fisiologi Tulang

A. Mekanisme Pembentukan Tulang

Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur

embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Proses

terbentuknya tulang terjadi dengan 2 cara yaitu melalui osifikasi

intra membran dan osifikasi endokondral :

13

Page 14: Bab 1 - Daftar Pustaka

1. Osifikasi intra membran

Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim

menjadi jaringan tulang, contohnya pada proses pembentukan

tulang pipih. Pada proses perkembangan hewan vertebrata

terdapat tiga lapisan lembaga yaitu ektoderm, medoderm, dan

endoderm. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan

mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat

dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel

mesenkim melalui proses osifikasi intramembran.

2. Osifikasi endokondral

Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel

mesenkim berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan

rawan) lalu berubah menjadi jaringan tulang, misal proses

pembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis.

Proses osifikasi ini bertanggung jawab pada pembentukkan

sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel tulang

(osteoblas) aktif membelah dan muncul dibagian tengah dari

tulang rawan yang disebut center osifikasi. Osteoblas

selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini

tertanam dengan kuat pada matriks tulang.

Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah

terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah

menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang

rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi

osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang

kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum.

Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan

di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-

sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi

kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan,

dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang

14

Page 15: Bab 1 - Daftar Pustaka

rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan

ini.

Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk

dan fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat

kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke

daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.

Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki

daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder,

terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa

tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting

dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise

dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram

epifise terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang

rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan

demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan

tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar)

tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh

osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat

yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-

lapisan tulang baru di daerah permukaan.

B. Remodelling Tulang

Meskipun tulang seperti benda mati namun konstituennya

secara terus menerus diperbaharui. Pengendapan tulang

( pembentukan ) dan Resorpsi tulang (pengeluaran) dalam

keadaan normal berlangsung bersamaan sehingga tulang secara

terus menerus mengalami remodelling. Melalui remodelling

tulang manusia dewasa diganti seleruhnya setiap 10 tahun.

Remodelling tulang memiliki dua tujuan : 1).menjaga tulang agar

tetap efektif dalam fungsi mekanisnya.2).membantu

mempertahankan kadar kalsium.

15

Page 16: Bab 1 - Daftar Pustaka

Tulang terdiri dari 3 sel tulang :

1. Osteoblas : mengeluarkan matrix organik ekstrasel tempat

mengendapnya kristal Ca3(PO4)2.

2. Osteosit : “pensiunan” osteoblas yang terperangkap dinding

bertulang yang diendapkannya sendiri

3. Osteoklas : menyerap tulang sekitar dengan mengeluarkan

asam yang melarutkan kristal Ca3(PO4)2

Osteoblas dan Osteoklas berasal dari sumsum

tulang.Osteoblas berasal dari sel stroma, sejenis sel jaringan ikat

di sumsum tulang, sedangkan osteoklas berdiferensiasi dari

makrofag, yaitu turunan monosit. Dalam suatu komunikasi yang

unik, osteoblas dan prekursor-prekorsor imaturnya menghasilkan

dua sinyak kimiawi yang mengatur perkembangan dan aktivitas

osteoklas dalam cara yang berlawanan. Ligan RANK dan

Osteoprotegenerin.

Ligan RANK (RANKL)

Meningkatkan aktifitas osteoklas. (Ligan adalah molekul

kecil yang berikatan dengan molekul protein yang lebih besar).

seperti yang diisyaratkan dengan namanya, ligan RANK

berikatan dengan RANK, suatu reseptor dipermukaan membran

makrofag sekitar. pengikatan ini memicu makrofag untuk

berdeferensiasi menjadi osteoklas dan membantunya hidup

lebih lama dengan menekan apoptosis. Akibatnya resorpsi

tulang ditingkatkan dan masa tulang berkurang

Osteoprotegerin (OPG)

Sebaliknya, menekan perkembangan dan aktivitas

osteoklas. OPG disekresikan ke dalam matrix dan berfungsi

sebagai reseptor pengecoh yang berikatan dengan RANKL.

OPG mencegah RANKL mengaktifkan aktivitas osteoklas

merepsorpsi tulang. Akibatnya osteoblas penghasil tulang

mengalahkan osteoklas penyerapan tulang sehingga masa

tulang bertambah. Sebagai contoh, hormon seks wanita

16

Page 17: Bab 1 - Daftar Pustaka

merangsang aktivitas gen penghasil OPG diosteoblas, yaitu

salah satu mekanisme yang digunakaan oleh hormon ini

mempertahankan masa tulang.

C. Pertukaran Mineral dan Pergantian Tulang

Kalsium dan fosfor memiliki peranan penting dalam proses

fisiologis. Lebih dari 98 persen kalsium dan 85 persen fosfor

ditemukan di tulang dalam bentuk kristal. Sebagian kecil

didapatkan di cairan ekstraseluler dan darah. Seluruh pengaturan

kalsium dan fosfor dipengaruhi oleh PTH, 1,25-(OH)2 D dan faktor

pertumbuhan.

Kalsium

Kalsium sangat diperlukan oleh sel2 dan proses fisiologis

seperti proses pembekuan darah dan kontraksi otot. Penurunan

kadar kalsium darah (hipokalsemia) dapat menyebabkan tetani

sedangkan hiperkalsemia dapat menyebabkan tergangunya

transmisi neuromuskular.

Sumber utama kalsium adalah makanan sehari-hari seperti

sayuran hijau dan soya. Rekomendasi intake perhari untuk

dewasa adalah 800-1000mg, pada wanita hamil 1200 mg dan

pada anak-anak 200-400mg per hari.

Kalsium diserap di usus dipicu oleh metabolit vitamin D 1,25-

(OH)2 vitamin D dan juga ratio kalsium : Fosfat. Penyerapan

vitamin D terganggu oleh intake fosfat yang berlebihan seperti

mengkonsumsi soft drink, oxalat (teh dan kopi), lemak, obat-

obatan (kortikosteroid), dan kelainan malabsorbsi pada

pencernaan.

Jika kadar plasma kalsium menurun, PTH akan dilepaskan

dan menyebabkan peningkatan penyerapan kalsium di tubulus

ginjal dan peningkatan sintesis 1,25-(OH)2 vitamin D yang

menyebabkan peningkatan penyerapan kalsium di usus. Jika

17

Page 18: Bab 1 - Daftar Pustaka

kadar kalsium masih rendah maka kalsium akan diambil dari

tulang yang dipengaruhi oleh hormon PTH.

Fosfor

Fosfor dan kalsium merupakan bahan pembentuk tulang.

Fosfor juga dibutuhkan dalam berbagai proses metabolik seperti

transport energi dan intraseluler signaling. Banyak terdapat dalam

makanan sehari-hari dan diserap di usus. Penyerapan fosfor di

hambat oleh pemberian antasida.

Kadar kalsium dan fosfat ini saling bergantung satu dengan

yang lain karena saling berikatan. Jika salah satu kadar meningkat

maka zat lainnya akan menurun. Pengaturan kadar fosfat

dilakukan oleh PTH dan 1,25-(OH)2 D. Jika kadar fosfat

meningkat maka PTH dan 1,25-(OH)2 D akan meningkatkan

sekresi fosfat di urin dan penyerapan di usus dikurangi.

Magnesium

Magnesium memiliki peran yang sedikit tetapi sangat penting

pada homeostasis. Terdapat dalam cairan ekstraselular dan

sangat banyak ditemukan di tulang. Magnesium berperan dalam

sekresi serta kerja dari hormon PTH. Jika hipokalsemia dan

hipomagnesemia maka koreksi kalsium tidak bisa terpenuhi bila

magnesium tidak dikoreksi terlebih dahulu

Vitamin D

Vitamin D merupakan metabolit aktif yang sangat

berhubungan dengan penyerapan dan transport kalsium serta

remodeling tulang. Sumber dari vitamin D adalah makanan dan

sinar UV.

18

Page 19: Bab 1 - Daftar Pustaka

Parathyroid Hormone

PTH merupakan pengatur dalam pertukaran kalsium,

mengatur konsentrasi ekstraseluler melalui ginjal usus dan tulang.

Pada tubulus ginjal, PTH meningkatkan sekresi dari fosfat

dengan cara mencegah penyerapan pada tubulus ginjal dan

meningkatkan penyerapan kalsium dari tubulus ginjal. Hal ini

dapat meningkatkan kadar kalsium darah.

Pada parenkim ginjal, PTH mengontrol pembentukan 1,25-

(OH)2D. Pada saluran pencernaan, PTH memiliki peran dalam

meningkatkan penyerapan kalsium secara tidak langsung yaitu

dengan menstimulasi 1,25-(OH)2D di ginjal.

Pada tulang, PTH menstimulasi resorpsi tulang melalui

osteoklas dan melepaskannya ke darah. PTH tidak menstimulasi

secara langsung tetapi dengan cara meningkat kan RANKL dan

menekan OPG. Dengan demikian maka terjadi pembentukan

19

Page 20: Bab 1 - Daftar Pustaka

osteoklas yang matur. Selain itu 1,25-(OH)2D membantu

menstimulasi osteoclstogenesis.

Calcitonin

Calcitonin disekresi oleh sel C di thyroid yang merupakan

lawan dari PTH. Kerjanya mencegah resorpsi tulang dan

meningkatkan sekresi kalsium di ginjal. Hal ini terjadi ketika

pergantian tulang terlalu tinggi seperti pada paget disease

2.2 Osteoporosis

2.2.1 Definisi

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo

artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos.

Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau

berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan

penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang. 4

Gambar 2.1 Gambaran Tulang Normal dan Osteoporosis

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001

Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan

kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh

20

Page 21: Bab 1 - Daftar Pustaka

meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang

merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan

kualitas tulang.2

Osteoporosis adalah suatu penyakit degeneratif pada tulang

yang ditandai dengan menurunnya massa tulang, dikarenakan

berkurangnya matriks dan mineral yang disertai dengan

kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, sehingga terjadi

penurunan kekuatan tulang.11 World Health Organization (WHO)

secara operasional mendefinisikan osteoporosis berdasarkan

Bone Mineral Density (BMD), yaitu jika BMD mengalami

penurunan lebih dari -2,5 SD dari nilai rata-rata BMD pada orang

dewasa muda sehat (Bone Mineral Density T-score < -2,5 SD).

Osteopenia adalah nilai BMD -1 sampai -2,5 SD dari orang

dewasa muda sehat.11,12

2.2.2 Epidemiologi

Angka kejadian osteoporosis yang tinggi menjadi masalah

bagi sistem pelayanan kesehatan karena angka kejadiannya

semakin meningkat dengan bertambahnya usia, serta masyarakat

mengadopsi pola hidup yang tidak sehat, berkurangnya aktifitas

fisik, dan diet yang tidak seimbang.3

Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita 2-4 kali

dibandingkan pria. Dari seluruh penderita, satu di antara tiga

wanita berumur di atas 60 tahun dan satu di antara 6 pria yang

berumur di atas 75 tahun akan mengalami patah tulang akibat

kelainan ini.19

21

Page 22: Bab 1 - Daftar Pustaka

Gambar 2.2 Prevalensi Osteoporosis

Prevalensi osteoporosis di Indonesia tidak diketahui secara

pasti. Untuk memberikan gambaran umum terjadinya osteoporosis

di Indonesia, telah dilakukan tes saring menggunakan ultrasound

bone density yang diadakan pada tahun 2002 di 5 kota besar.

Hasilnya menunjukan bahwa dari keseluruhan masyarakat yang

dilakukan tes saring, 35% menunjukkan hasil yang normal, 36%

menunjukkan adanya osteopenia, sedangkan 29% telah terjadi

osteoporosis.4

Masalah yang dihadapi ketika seseorang mengalami

osteoporosis tidak hanya karena penurunan kualitas dan fungsi

hidup individu, tetapi juga masalah biaya kesehatan ketika terjadi

fraktur dan meningkatnya mortalitas.6,7 Empat dari 5 orang

penderita osteoporosis adalah wanita, tapi kira-kira 2 juta pria di

Amerika Serikat menderita osteoporosis, 14 juta mengalami

penurunan massa tulang yang menjadi risiko untuk osteoporosis

Osteoporosis paling sering terjadi pada populasi Asia dan

Kaukasia tetapi jarang di Afrika dan Amerika populasi kulit hitam.16

22

Page 23: Bab 1 - Daftar Pustaka

Angka kejadian osteoporosis yang tinggi menjadi masalah bagi

sistem pelayanan kesehatan karena angka kejadiannya semakin

meningkat dengan bertambahnya usia, serta masyarakat

mengadopsi pola hidup yang tidak sehat, berkurangnya aktifitas

fisik, dan diet yang tidak seimbang.3.

2.2.3 Etiologi

Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh.

Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik.

Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh

menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena

berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran,

perbaikan dan pergantian sel. Untuk mempertahankan

kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses

penghancuran dan pembentukan kembali.

Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh

tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan

tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin

tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig

atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang,

makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya

pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai

terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah

diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan

bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang

mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat

pada osteoporosis.4

Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:

1. Osteoporosis pascamenopause, terjadi karena kurangnya

hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang

membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang.

Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara

23

Page 24: Bab 1 - Daftar Pustaka

51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih

lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3

tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun

setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa

tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama

setelah menopause.

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari

kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan

ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang

(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas).

Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia

lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia

diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca

menopause.

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami

osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis

lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh

gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,

paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya

kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang

berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan

merokok dapat memperburuk keadaan ini.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis

yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-

anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi

hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak

memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. 2

2.2.4 Faktor Resiko

Osteoporosis dapat menyerang setiap orang dengan faktor

risiko yang berbeda. Faktor risiko Osteoporosis dikelompokkan

24

Page 25: Bab 1 - Daftar Pustaka

menjadi dua, yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat

dikendalikan. Berikut ini faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat

dikendalikan:

1. Jenis kelamin

Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena

osteoporosis lebih besar dibandingkan kaum pria. Hal ini

disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun

kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.

2. Usia

Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin

besar karena secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan

dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut

terjadi karena berkurangnya massa tulang yang juga

disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap

kalsium.

3. Ras

Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko

terkena osteoporosis. Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia,

Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena

osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki

massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika.

Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga

tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar

hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.

4. Pigmentasi dan tempat tinggal

Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah

khatulistiwa, mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih

rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di

wilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.

5. Riwayat keluarga

25

Page 26: Bab 1 - Daftar Pustaka

Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis

atau mempunyai massa tulang yang rendah, maka

keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis.

6. Sosok tubuh

Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi

terkena osteoporosis. Demikian juga seseorang yang memiliki

tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang

bertubuh besar.

7. Menopause

Wanita pada masa menopause kehilangan hormon

estrogen karena tubuh tidak lagi memproduksinya. Padahal

hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan

mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon

estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin

berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan

tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi

jika pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan

adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma dan lainnya.

Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena

osteoporosis.

Berikut ini faktor – faktor risiko osteoporosis yang dapat

dikendalikan. Faktor-faktor ini biasanya berhubungan dengan

kebiasaan dan pola hidup.

1. Aktivitas fisik

Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-

ototnya tidak terlatih dan menjadi kendor. Otot yang kendor

akan mempercepat menurunnya kekuatan tulang. Untuk

menghindarinya, dianjurkan melakukan olahraga teratur

minimal tiga kali dalam seminggu (lebih baik dengan beban

untuk membentuk dan memperkuat tulang).

2. Kurang kalsium

26

Page 27: Bab 1 - Daftar Pustaka

Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium

tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang

akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang

ada di tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan

asupan vitamin D yang didapat dari sinar matahari pagi, tanpa

vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus. 10

3. Merokok

Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar

dibanding bukan perokok. Telah diketahui bahwa wanita

perokok mempunyai kadar estrogen lebih rendah dan

mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat dibanding

wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok

berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan

penggunaan kalsium. Akibatnya, pengeroposan

tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.

4. Minuman keras/beralkohol

Alkohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil

pada dinding lambung. Dan ini menyebabkan perdarahan yang

membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah)

yang dapat menurunkan massa tulang dan pada gilirannya

menyebabkan osteoporosis.

5. Minuman soda

Minuman bersoda (softdrink) mengandung fosfor dan

kafein (caffein). Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa

kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein meningkatkan

pembuangan kalsium lewat urin. Untuk menghindari bahaya

osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi

dengan minum susu atau mengonsumsi kalsium ekstra. 4

6. Stres

Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres

yaitu kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar

hormon kortisol yang tinggi akan meningkatkan pelepasan

27

Page 28: Bab 1 - Daftar Pustaka

kalsium kedalam peredaran darah dan akan menyebabkan

tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan

terjadinya osteoporosis.

7. Bahan kimia

Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan

dalam bahan makanan (sayuran dan buah-buahan), asap

bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah industri seperti

organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah,

dapat merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat

daya tahan tubuh menurun dan membuat pengeroposan tulang. 9

2.2.5 Patofisiologi

Massa tulang pada orang dewasa yang lebih tua setara

dengan puncak massa tulang puncak yang dicapai pada usia 18-

25 tahun dikurangi jumlah tulang yang hilang. Puncak massa

tulang sebagian besar ditentukan oleh faktor genetik, dengan

kontribusi dari gizi, status endokrin, aktivitas fisik dan kesehatan

selama pertumbuhan.20

Proses remodeling tulang yang terjadi bertujuan untuk

mempertahankan tulang yang sehat dapat dianggap sebagai

program pemeliharaan, yaitu dengan menghilangkan tulang tua

dan menggantikannya dengan tulang baru. Kehilangan tulang

terjadi ketika keseimbangan ini berubah, sehingga pemindahan

tulang berjumlah lebih besar daripada penggantian tulang.

Ketidakseimbangan ini dapat terjadi karena adanya menopause

dan bertambahnya usia.20

Pemahaman patogenesis osteoporosis primer sebagian

besar masih deskriptif. Penurunan massa tulang dan kerapuhan

meningkat dapat terjadi karena kegagalan untuk mencapai puncak

massa tulang yang optimal, kehilangan tulang yang diakibatkan

oleh resoprsi tulang meningkat, atau penggantian kehilangan

28

Page 29: Bab 1 - Daftar Pustaka

tulang yang tidak adekuat sebagai akibat menurunnya

pembentukan tulang. Selain itu, analisis patogenesis osteoporosis

harus mempertimbangkan heterogenitas ekspresi klinis.21

Penyebab utama osteoporosis adalah gangguan dalam

remodeling tulang sehingga mengakibatkan kerapuhan tulang.

Terjadinya osteoporosis secara seluler disebabkan oleh karena

jumlah dan aktivitas sel osteoklas melebihi dari jumlah dan

aktivitas sel osteoblas (sel pembentukan tulang). Keadaan ini

mengakibatkan penurunan massa tulang.22, 23

Selama pertumbuhan, rangka tubuh meningkat dalam

ukuran dengan pertumbuhan linier dan dengan aposisi dari

jaringan tulang baru pada permukaan luar korteks.22 Remodeling

tulang mempunyai dua fungsi utama : (1) untuk memperbaiki

kerusakan mikro di dalam tulang rangka untuk mempertahankan

kekuatan tulang rangka, dan (2) untuk mensuplai kalsium dari

tulang rangka untuk mempertahankan kalsium serum. Remodeling

dapat diaktifkan oleh kerusakan mikro pada tulang sebagai hasil

dari kelebihan atau akumulasi stress.

Kebutuhan akut kalsium melibatkan resorpsi yang dimediasi-

osteoklas sebagaimana juga transpor kalsium oleh osteosit.

Kebutuhan kronik kalsium menyebabkan hiperparatiroidisme

sekunder, peningkatan remodeling tulang, dan kehilangan

jaringan tulang secara keseluruhan.11 Remodeling tulang juga

diatur oleh beberapa hormon yang bersirkulasi, termasuk

estrogen, androgen, vitamin D, dan hormon paratiroid (PTH),

demikian juga faktor pertumbuhan yang diproduksi lokal seperti

IGF-I dan IGF–II, transforming growth factor (TGF), parathyroid

hormone-related peptide (PTHrP), ILs, prostaglandin, dan anggota

superfamili tumor necrosis factor (TNF). Faktor-faktor ini secara

primer memodulasi kecepatan dimana tempat remodeling baru

teraktivasi, suatu proses yang menghasilkan resorpsi tulang oleh

osteoklas, diikuti oleh suatu periode perbaikan selama jaringan

29

Page 30: Bab 1 - Daftar Pustaka

tulang baru disintesis oleh osteoblas. Sitokin bertanggung jawab

untuk komunikasi di antara osteoblas, sel-sel sumsum tulang lain,

dan osteoklas telah diidentifikasi sebagai RANK ligan (reseptor

aktivator dari NF-kappa-B; RANKL). RANKL, anggota dari

keluarga TNF, disekresikan oleh oesteoblas dan sel-sel tertentu

dari system imun. Reseptor osteoklas untuk protein ini disebut

sebagai RANK. Aktivasi RANK oleh RANKL merupakan suatu

jalur final umum dalam perkembangan dan aktivasi osteoklas.

Umpan humoral untuk RANKL, juga disekresikan oleh osteoblas,

disebut sebagai osteoprotegerin. Modulasi perekrutan dan

aktivitas osteoklas tampaknya berkaitan dengan interaksi antara

tiga faktor ini. Pengaruh tambahan termasuk gizi (khususnya

asupan kalsium) dan tingkat aktivitas fisik.11

Ekspresi RANKL diinduksi di osteoblas, sel-T teraktivasi,

fibroblas sinovial, dan sel-sel stroma sumsum tulang. Ia terikat ke

reseptor ikatan-membran RANK untuk memicu diferensiasi,

aktivasi, dan survival osteoklas. Sebaliknya ekspresi

osteoproteregin (OPG) diinduksi oleh faktor-faktor yang

menghambat katabolisme tulang dan memicu efek anabolik. OPG

mengikat dan menetralisir RANKL, memicu hambatan

osteoklastogenesis dan menurunkan survival osteoklas yang

sebelumnya sudah ada. RANKL, aktivator reseptor faktor inti NBF;

PTH, hormon paratiroid; PGE2, prostaglandin E2; TNF, tumor

necrosis factor; LIF, leukemia inhibitory factor; TP,

thrombospondin; PDGF, platelet-derived growth factor; OPG-L,

osteoprotegerin-ligand; IL, interleukin; TGF-, transforming growth

factor.11

Pada dewasa muda tulang yang diresorpsi digantikan oleh

jumlah yang seimbang jaringan tulang baru. Massa tulang rangka

tetap konstan setelah massa puncak tulang sudah tercapai pada

masa dewasa. Setelah usia 30 - 45 tahun, proses resorpsi dan

formasi menjadi tidak seimbang, dan resorpsi melebih formasi.

30

Page 31: Bab 1 - Daftar Pustaka

Ketidakseimbangan ini dapat dimulai pada usia yang berbeda dan

bervariasi pada lokasi tulang rangka yang berbeda;

ketidakseimbangan ini terlebih-lebih pada wanita setelah

menopause. Kehilangan massa tulang yang berlebih dapat

disebabkan peningkatan aktivitas osteoklas dan atau suatu

penurunan aktivitas osteoblas. Peningkatan rekrutmen lokasi

remodeling tulang membuat pengurangan reversibel pada

jaringan tulang tetapi dapat juga menghasilkan kehilangan

jaringan tulang dan kekuatan biomekanik tulang panjang.11

2.2.6 Stadium Osteoporosis

Beberapa stadium dalam osteoporosis:

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk

masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang yang

dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.

2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun,

kepadatan tulang mulai turun (osteopenia).

3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul

sekalipun hanya dengan sentuhan atau benturan ringan.

4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang

hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa

bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi.9

2.2.7 Manifestasi Klinis

Osteoporosis sering disebut “silent disease” karena biasanya

berkembang tanpa adanya gejala sampai terjadi fraktur atau

kolaps vertebra. Tulang yang mengalami osteoporosis menjadi

sangat rapuh sehingga fraktur bisa terjadi spontan atau akibat

benturan yang ringan.20

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala,

bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan

tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau

31

Page 32: Bab 1 - Daftar Pustaka

hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi,

seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan

keluhan atau gejala sebagai berikut:

1. Tinggi badan berkurang

2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah

3. Patah tulang

4. Nyeri bila ada patah tulang.4

Gambar 2.3 Bentuk tulang belakang pada penderita osteoporosis

2.2.8 Diagnosis

1) Anamnesis

Anamnesis mempunyai peranan penting dalam evaluasi

penderita osteoporosis. Keluhan-keluhan utama yang dapat

mengarah kepada diagnosis, seperti misalnya bowing leg dapat

mengarah pada diagnosis riket, kesemutan dan rasa kebal di

sekitar mulut dan ujung jari yang terjadi pada hipokalsemia.

Pada anak-anak, gangguan pertumbuhan atau tubuh pendek,

32

Page 33: Bab 1 - Daftar Pustaka

nyeri tulang, dan kelemahan otot, waddling gait, dan kalsifikasi

ekstraskeletal dapat mengarah pada penyakit tulang metabolik.

Selain dengan anamnesis keluhan utama, pendekatan

menuju diagnosis juga dapat dibantu dengan adanya riwayat

fraktur yang terjadi karena trauma minimal, adanya faktor

imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua,

kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan

vitamin D, dan faktor-faktor risiko lainnya. Obat-obatan yang

dikonsumsi dalam jangka panjang juga dapat digunakan untuk

menunjang anamnesis, yaitu misalnya konsumsi kortikosteroid,

hormon tiroid, antikonvulsan, heparin. Selain konsumsi obat-

obatan, juga konsumsi alkohol jangka panjang dan merokok.

Tidak kalah pentingnya, yaitu adanya riwayat keluarga yang

pernah menderita osteoporosis.17

2) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik yang harus diukur adalah tinggi

badan dan berat badan, demikian juga dengan gaya jalan

penderita, deformitas tulang, leg-lenght inequality , dan nyeri

spinal. Hipokalsemia yang terjadi dapat ditandai oleh adanya

iritasi muskuloskeletal, yaitu berupa tetani. Adduksi jempol

tangan juga dapat dijumpai, fleksi sendi metacarpophalangeal,

dan ekstensi sendi interphalang. Penderita dengan

osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus

(Dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Selain itu juga

didapatkan protuberansia abdomen, spasme otot paravertebral,

dan kulit yang tipis (tanda McConkey).17

3) Pemeriksaan laboratorium

Manfaat dari adanya pemeriksaan petanda biokimia tulang

adalah dapat memprediksi adanya kehilangan massa tulang

dan adanya risiko fraktur, untuk menyeleksi pasien yang

membutuhkan terapi antiresorpstif, dan untuk mengevaluasi

efektifitas terapi.17

33

Page 34: Bab 1 - Daftar Pustaka

Pemeriksaan ini digunakan untuk menunjang diagnosis

osteoporosis yaitu dengan menggunakan berbagai petanda

biokimiawi untuk menentukan bone turnover kalsium, dan

fosfatase alkali serum yang semula dianggap merupakan

petanda turnover tulang yang baik, ternyata kadarnya dalam

darah normal. Pemeriksaan biokimiawi tulang lainnya yaitu

kalsium total dalam serum, ion kalsium, kadar fosfor dalam

serum, kalsium urin, osteokalsin serum, fosfat serum, piridinolin

urin, dan bila perlu hormon paratiroid dan vitamin D. Dengan

penelitian yang ada, saat ini yang dianggap sebagai petanda

turnover tulang yang baik adalah :

Sebagai penanda pembentukan tulang: 11,15,22

- Osteokalsin (= bone GLA protein) serum.

- Isoenzim fosfatase alkali.

Sedangkan sebagai penanda reabsorpsi tulang adalah : 11

- Piridinolin dan deoksi-piridinolin “cross-link” urin.

- Hidroksiprolin urin.

Walaupun aspek dinamik tulang dan dari segi deteksi dini

pemeriksaan ini memenuhi syarat, akan tetapi mengingat biaya

pemeriksaan yang cukup mahal, pemeriksaan ini tidak begitu

banyak dilakukan. 11,15,22

Kalsium serum terdiri dari 3 fraksi, yaitu kalsium yang

terikat pada albumin (40%), kalsium ion (48%), dan kalsium

kompleks (12%). Kalsium yang terikat pada albumin tidak dapat

difiltrasi oleh glomerulus. Keadaan yang dapat mempengaruhi

kadar albumin serum, seperti sirosis hepatik dan sindrom

nefrotik akan mempengaruhi kadar kalsium total serum. Ikatan

kalsium pada albumin sangat baik terjadi pada pH 7-8.

Peningkatan dan penurunan pH 0,1 secara akut akan

menurunkan ikatan kalsium pada albumin sekitar 0,12 mg/dl.

Pada penderita hipokalsemia dengan asidosis metabolik yang

berat, misalnya pada penderita gagal ginjal, koreksi asidemia

34

Page 35: Bab 1 - Daftar Pustaka

yang cepat dengan natrium bikarbonat akan dapat

menyebabkan tetani karena kadar kalsium akan menurun

dengan drastis.17

Pemeriksaan ion kalsium lebih bermakna dibandingkan

dengan pemeriksaan kadar kalsium total. Ion kalsium

merupakan fraksi kalsium plasma yang penting pada proses-

proses fisiologik, seperti pada kontraksi otot, pembekuan darah,

sekresi hormon paratiroid, dan mineralisasi tulang17 Osteokalsin

merupakan salah satu tanda dari aktifitas osteoblas dan formasi

tulang. Selain sebagai petanda aktifitas formasi, osteokalsin

juga dilepaskan pada saat proses resorpsi tulang, sehingga

kadarnya dalam serum tidak hanya menunjukkan aktifitas

formasi, namun juga aktifitas resorpsi. Kadar osteokalsin dalam

matriks akan meningkat bersamaan dengan peningkatan

hidroksiapatit selama pertumbuhan tulang.17

Carboxy-terminal propeptide of type I collagen dan amino-

terminal propeptide of type I collagen merupakan bagian dari

petanda adanya proses formasi tulang karena sebagian besar

protein yang dihasilkan oleh osteoblas adalah kolagen tipe I,

namun kolagen tipe I juga dihasilkan oleh kulit, sehingga

penggunaannya di klinik tidak sebaik alkali fosfatase tulang

ataupun osteokalsin.17

Produk degradasi kolagen yaitu hidroksilisil-piridinolin

(piridinolin), dan lisil-piridinolin (deoksipiridinolin). Pada saat

tulang di resorpsi, produk degradasi kolagen akan dilepaskan

ke dalam darah, dan akhirnya akan diekskresi lewat ginjal.

Piridinolin lebih banyak ditemukan di dalam ginjal daripada

deoksipiridinolin, akan tetapi deoksipiridinolin lebih spesifik

karena piridinolin juga ditemukan dalam kolagen tipe II pada

sendi dan jaringan ikat lainnya.17

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pemeriksaan petanda biokimia tulang, yaitu:

35

Page 36: Bab 1 - Daftar Pustaka

- Petanda biokimia tulang diukur dalam urin, sehingga perlu

memperhatikan kadar kreatinin dalam darah dan urin karena

akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.

- Petanda biokimia tulang dipengaruhi umur, karena pada usia

muda terjadi peningkatan bone-turnover.

- Terdapat perbedaan hasil pada penyakit-penyakit tertentu,

misalnya penyakit paget hasil alkali fosfatase tulang akan

lebih tinggi dibandingkan osteokalsin, terapi bifosfonat akan

menurunkan kadar piridinolin dan deoksipiridinolin yang

terikat protein tanpa perubahan ekskresi, terapi estrogen

akan menurunkan ekskresi piridinolin dan deoksipiridinolin

urin bebas maupun yang terikat protein.

4) Pemeriksaan Radiologik

Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah

adanya penipisan korteks dan daerah trabekular yang picture-

frame vertebra. Pada pemeriksaan radiologik tulang vertebra

sangat baik untuk menemukan adanya fraktur kompresi, fraktur

baji atau fraktur bikonkaf. Pada anak-anak, fraktur kompresi

dapat timbul spontan dan berhubungan dengan osteoporosis

yang berat, misalnya pada osteogenesis imperfekta, riketsia,

artritis rheumatoid juvenil, penyakit Crohn atau penggunaan

steroid jangka panjang. Bowing deformity pada tulang panjang

sering didapatkan pada anak-anak dengan osteogenesis

imperfekta, riketsia, dan displasia fibrosa.

Selain dengan memeriksa foto polos, dapat dilakukan juga

skintigrafi tulang dengan menggunakan Technetium-99m yang

dilabel pada metilen difosfonat atau hidroksi metilen difosfonat.

Diagnosis ditegakkan dengan mencari uptake yang meningkat,

baik secara umum maupun fokal.

5) Pemeriksaan densitas tulang

36

Page 37: Bab 1 - Daftar Pustaka

Massa tulang yang rendah merupakan faktor utama

terjadinya osteoporosis. Terdapat hubungan berkebalikan

antara BMD dengan kecenderungan patah tulang. BMD

merupakan indikator utama risiko patah tulang pada pasien

tanpa riwayat patah tulang sebelumnya.11

Terdapat berbagai cara pemeriksaan densitas tulang,

yaitu : Foto rontgen tulang absorpsiometri foton tunggal (SPA),

absorpsi foton Ganda (DPA), tomografi komputer kuantitatif (CT

SCAN) DPA dengan energi sinar X ganda (DEXA) atau dengan

ultrasound. Saat ini yang terbanyak dipakai, walaupun

harganya cukup mahal adalah DPA dan DEXA, (DEXA lebih

lusen. Hal ini akan tampak jelas pada tulang-tulang vertebra

yang memberikan gambaran merupakan gold standard sesuai

rekomendasi WHO). Kekurangan cara pemeriksaan ini adalah

tidak dapat menggambarkan keadaan dinamik tulang,

walaupun dapat diatasi dengan mengadakan pemeriksaan

serial.11,15,22,30,31

Ukuran dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA) dari

tulang pinggul dan tulang belakang merupakan teknologi yang

dipakai untuk menetapkan atau mengkonfirmasi diagnosis

osteoporosis, prediksi risiko fraktur yang akan datang dan

monitoring pasien yang untuk menilai performa serial. Hasil

pengukuran DEXA berupa densitas mineral tulang yang dinilai

satuan bentuk gram per cm2 , kandungan mineral dalam satuan

gram, perbandingan densitas tulang dengan nilai normal rata-

rata densitas tulang pada orang seusia dan dewasa muda yang

dinyatakan dalam persentase, atau perbandingan hasil densitas

mineral tulang dengan nilai normal rata-rata densitas tulang

pada orang seusia dan dewasa muda yang dinyatakan dalam

skor standar deviasi (Z-score atau T-score).30

Pengukuran BMD sering dilakukan dengan T-score yaitu

angka deviasi antara BMD pasien dengan puncak BMD rata-

37

Page 38: Bab 1 - Daftar Pustaka

rata pada subjek yang normal dengan jenis kelamin sama.

Ukuran BMD lain yaitu Z-score, dimana ukuran standar deviasi

pada BMD pasien dengan BMD pada usia yang sama.31

Perbedaaan antara skor pasien dan normal menunjukkan

standar deviasi (SD) dibawah atau diatas rata-rata. Biasanya, 1

standar deviasi antara dengan 10 - 15% ukuran BMD dalam

g/cm2. Tergantung pada bagian tulang, penurunan BMD dalam

massa absolut tulang atau standar deviasi (T-score atau Z-

score) yang berlangsung selama dewasa muda, mempercepat

pada wanita menopause dan berlanjut secara progresif pada

wanita pasca menopause atau pria usia 50 tahun atau lebih.

Diagnosis BMD normal, massa tulang rendah, osteoporosis dan

osteoporosis berat didasarkan berdasarkan klasifikasi

diagnostik WHO.31,32

6) Biopsi Tulang

Cara ini dapat menunjukkan adanya osteoporosis serta

proses dinamik tulang, akan tetapi karena bersifat invasif

sehingga tidak dapat dipakai sebagai prosedur rutin, baik untuk

uji saring (penentuan risiko) atau untuk pemantauan

pengobatan. Biopsi tulang dapat digunakan untuk menilai

kelainan metabolik tulang. Biopsi biasanya dilakukan di

transiliakal.15,33

2.2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Osteoporosis dibagi dalam 2 langkah

besar yaitu pencegahan dan pengobatan:

a. Pencegahan

Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan

pada usia muda maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang

dapat mencegah osteoporosis, yaitu:

38

Page 39: Bab 1 - Daftar Pustaka

1. Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang

dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup.

Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari, bisa

meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya

yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya

konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia

produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk

lansia 1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi

dari makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri,

brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.

2. Paparan sinar matahari

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh

menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam

pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar

matahari selama 20-30 menit, 3x/minggu. Sebaiknya berjemur

dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah

jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D

yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.

3. Melakukan olahraga dengan beban

Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan

sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat

meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya

senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang

teratur merupakan upaya pencegahan yang penting.

Tinggalkan gaya hidup santai, mulailah berolahraga beban

yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting

adalah melakukannya dengan teratur dan benar. Latihan fisik

atau olahraga untuk penderita osteoporosis berbeda dengan

olahraga untuk mencegah osteoporosis. Latihan yang tidak

boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah sebagai

berikut:

39

Page 40: Bab 1 - Daftar Pustaka

• Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5

km/jam selama 50 menit, lima kali dalam seminggu. Ini

diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan

kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk jantung

dan paru-paru.

• Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan

mengangkat ”dumbble” kecil untuk menguatkan pinggul,

paha, punggung, lengan dan bahu.

• Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.

• Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat

dilakukan dengan duduk dikursi, dengan atau tanpa

penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan

punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan

bengkok, sekaligus memperkuat punggung.

Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang

dianjurkan adalah latihan fisik yang bersifat pembebanan,

terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi

osteoporosis dan patah tulang. Jangan lakukan senam segera

sesudah makan. Beri waktu kira-kira 1 jam perut kosong

sebelum mulai dan sesudah senam. Dianjurkan untuk berlatih

senam tiga kali seminggu, minimal 20 menit dan maksimal 60

menit. Sebaiknya senam dikombinasikan dengan olahraga jalan

secara bergantian, misalnya hari pertama senam, hari kedua

jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat jalan kaki, hari

kelima senam, hari keenam dan hari ketujuh istirahat. Jalan

kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah dan

aman, serta sangat bermanfaat.

4. Hindari rokok dan minuman beralkohol

Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya

penting dalam mengurangi faktor risiko terjadinya osteoporosis.

Terlalu banyak minum alkohol juga bisa merusak tulang.

40

Page 41: Bab 1 - Daftar Pustaka

5. Deteksi dini osteoporosis

Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang

biasanya tidak diawali dengan gejala, maka langkah yang

paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis

adalah pemeriksaan secara dini untuk mengetahui apakah kita

sudah terkena osteoporosis atau belum, sehingga dari

pemeriksaan ini kita akan tahu langkah selanjutnya.

b. Pengobatan

Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah

meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-

obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone

dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi

seperti kalsium serta senam beban. Pembedahan pada pasien

osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi

fraktur panggul.

Pengobatan terbaik bagi penderita osteoporosis adalah

pencegahan resorpsi tulang oleh osteoklas dan menstimulasi

pembentukan tulang oleh osteoblas.

Derivat biphosphonate dapat menghambat resorpsi tulang,

sehingga efektif untuk pengobatan maupun pencegahan.

Penggunaan biphosphonate dapat mengurangi resiko fraktur

proksimal femur sebanyak 60%. Peningkatan massa vertebra

pada pemakaian biphosphonate dapat meningkatkan densitas

tulang sebanyak 11-14% selama 7-10 tahun.

Obat lain yang dapat dikonsumsi adalah hormone kalsitonin,

estrogen, atau antibody monoclonal.

41

Page 42: Bab 1 - Daftar Pustaka

BAB 3

KESIMPULAN

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya

tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi,

osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang

mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau

berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan

penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang

Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita 2-4 kali dibandingkan

pria. Dari seluruh penderita, satu di antara tiga wanita berumur di

atas 60 tahun dan satu di antara 6 pria yang berumur di atas 75

tahun akan mengalami patah tulang akibat kelainan ini.

Beberapa penyebab osteoporosis antara lain: osteoporosis

pascamenopause, osteoporosis senilis, osteoporosis sekunder

akibat keadaan medis lain atau obat-obatan, dan osteoporosis

juvenil,

Faktor resiikonya ada yang tidak dapat dikendalikan (jenis kelamin,

usia, ras, pigmentasi dan tempat tinggal, riwayat keluarga, sosok

tubuh, menopause) dan yang dapat dikendalikan (aktifitas fisik,

kurang kalsium, merokok, minuman keras/beralkohol, minuman

soda, stress, dan bahan kimia)

Osteoporosis dibagi menjadi 4 stadium, dengan manifestasi

klinisnya berupa tinggi badan berkurang, bungkuk atau bentuk

tubuh berubah, patah tulang, nyeri bila ada patah tulang.

Penatalaksanaan osteoporosis dibagi dalam 2 langkah:

pencegahan (menghindari faktor resiko yang dapat dikendalikan)

dan pengobatan (meningkatkan massa tulang dan menghambat

resopsi tulang.

42

Page 43: Bab 1 - Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Macdonald HM NS, Campbell MK, Reid DM. Influence of weight and

weight change on bone loss in perimenopausal and early

postmenopausal Scottish women. 2005:163–71.

2. Junaidi, Iskandar. 2007. Osteoporosis. Jakarta: PT Buana Popular

Science.

3. Macdonald HM NS, Golden MH, Campbell MK, Reid DM. Nutritional

associations with bone loss during the menopausal transition:

evidence of a beneficial effect of calcium, alcohol, and fruit and

vegetable nutrients and of a detrimental effect of fatty acids.

2004:155–65.

4. Tandra, Hans. 2009. Osteoporosis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Medis.

5. Ross PD. Osteoporosis frequency, consequences and risk factors:

Arch. Internal Med.; 1996; 156(13):1399-411

6. Johnell. Advances in osteoporosis: Better identification of risk factors

can reduce morbidity and mortality: J. Internal Med.; 1996. 239(4):

299–304.

7. T.V. Nguyen DS, P.N. Sambrook and J.A. Eisman. Mortality after all

major types of osteoporotic fracture in men andwomen: An

observational study. 1999:878-82.

8. Buttros Dde A N-NJ, Nahas EA, Cangussu LM, Barral AB, Kawakami

MS. Risk factors for osteoporosis in postmenopausal women from

southeast Brazilian. 2011. Juni; 33(6):295-302.

9. Waluyo, S. 2009. 100 Question and Answer Osteoporosi. Jakarta:

Kelompok Gramedia, PT. Elex Media Komputindo.

10. Suryati A. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis

Pada Sekelompok Osteoporosis. Jurnal Kedokteran, Vol. 2, No.2,

Juli 2006: 107-126.

43

Page 44: Bab 1 - Daftar Pustaka

11. Lindsay R CFOIFA, Braunwald e, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL,

Jameson JL. Osteoporosis. In: Fauci AS Be, Kasper DL, Hauser SL,

Longo DL, Jameson JL, et al., editor. Harrison’s principle of internal

medicine 17 ed: Mc Grow-Hill USA; 2008. p. 2397-408.

12. Cyrus Cooper SG, Robert Lindsay. Prevention and Treatment of

Osteoporosis: a Clinician’s Guide. New York: Taylor and Francis;

2005.

13. Kosnayani. 2007. Hubungan Asupan Kalsium, Aktifitas Fisik, Paritas,

Indeks massa Tubuh dan kepadatan Tulang Pada Wanita

Pascamenopause. Tesis FKM-UNDIP, http://www.undip.ac.id

diakses 25 Juni 2014.

14. H M. Osteoporosis pada usia lanjut tinjauan dari segi geriatri.

Rachmatullah P GM, Hirlan, Soemanto, Hadi S, Tobing ML, editor.

Semarang (Indonesia): Badan Penerbit Universitas Diponegoro;

2007. p. 126.

15. Setiyohadi B. Osteoporosis. In: Aru W. Sudoyo BS, Idrus Alwi,

Marcellinus Simadibrata, Siti Setiati, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. 5 ed. Jakarta: Interna Publishing; 2010. p. 2650-76.

16. Association AM. Pathophisiology of Osteoporosis. 2004 [cited 2004];

Available from:

http://www.stg.centrax.com/ama/osteo/part4/module03/pdf/osteo_mg

mt_o3.pdf. .

17. Cheung AM FD, Kapral M, Diaz N-Granados, Dodin S. Prevention of

Osteoporosis and Osteoporotic Fracturesin Postmenopausal

Women. CMAJ. 2004;170(11):1665-7.

18. Kutikat A GR, Chakravarty K. Management of Osteoporosis.

2004;12:104-18.

19. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta:

PT. Yarsif Watampone.

20. National Institute of Health. 2014. Handout on Health: Osteoporosis.

NIH: USA. Viewed 4 Mei 2015. <

44

Page 45: Bab 1 - Daftar Pustaka

http://www.niams.nih.gov/Health_Info/Bone/Osteoporosis/osteoporos

is_hoh.asp>

21. Nasar. 2008. Dua dari Lima Orang Indonesia Beresiko Osteoporosis.

Viewed 4 mei 2015. < http://dokternasir.web.id/2008/10/dua-dari-

lima-orang-indonesia-berisiko-osteoporosis.html>

45