112
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sectio Caesarea (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Saifuddin, 2006). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2002-2003 mencatat angka persalinan SC secara nasional berjumlah kurang lebih 4 % dari jumlah total persalinan. Secara umum jumlah SC di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan (Depkes RI, 2006 ). Dalam pembedahan akan terjadi perubahan fungsi fisiologis tubuh, antara lain : Obat anaesthesi dapat menyebabkan depresi pernapasan, sehingga resiko terjadinya muntah, kehilangan banyak darah secara aktual maupun potensial pada area pembedahan, penurunan fungsi tubuh menyebabkan turunnya metabolisme dan suhu tubuh, motilitas

BAB 1 - 7, Dan Lampiran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sectio Caesarea (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi

melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Saifuddin, 2006). Menurut

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2002-2003 mencatat

angka persalinan SC secara nasional berjumlah kurang lebih 4 % dari jumlah

total persalinan. Secara umum jumlah SC di rumah sakit pemerintah adalah

sekitar 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta

jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan

(Depkes RI, 2006 ).

Dalam pembedahan akan terjadi perubahan fungsi fisiologis tubuh,

antara lain : Obat anaesthesi dapat menyebabkan depresi pernapasan, sehingga

resiko terjadinya muntah, kehilangan banyak darah secara aktual maupun

potensial pada area pembedahan, penurunan fungsi tubuh menyebabkan

turunnya metabolisme dan suhu tubuh, motilitas gastrointestinal juga melambat’

Perubahan yang terjadi harus dimonitor dan membutuhkan perawatan post

pembedahan yang kompleks untuk mengembalikan pada kondisi dan fungsi

fisiologis yang normal.

Peran perawat pada pasien post pembedahan SC diarahkan untuk :

mengembalikan fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal, dapat

beristirahat dan memperoleh rasa nyaman, meningkatkan konsep diri, serta

Page 2: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

2

tidak terjadi infeksi pada luka dan komplikasi post pembedahan

(Muttaqin, 2009). Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi dan

mengembalikan fungsi fisiologis tubuh dapat dilakukan dengan mobilisasi dini.

Mobilisasi dini ialah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini

mungkin dengan cara membimbing pasien untuk mempertahankan fungsi

fisiologis. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan dan dapat mencegah komplikasi post

pembedahan. Tujuan mobilisasi dini diharapkan memperbaiki aliran

darah sehingga akan mempercepat proses penyembuhan luka. Adanya

luka post SC merupakan salah satu faktor yang memperpanjang lama

perawatan pasien post pembedahan SC di Rumah sakit

(Cunningham, 2005).

Fenomena mobilisasi dini telah banyak di ketahui. Data dari Rumah

Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUDA) provinsi Lampung pada bulan Juni 2006

didapatkan data jumlah persalinan sebanyak 152 dimana jumlah persalinan

normal sebanyak 20 kasus (13,16%) dan persalinan SC sebanyak 69 kasus

(45,39%), kemudian diketahui bahwa dari jumlah 69 kasus tersebut, 11 (15,94)

yang melakukan mobilisasi dini. Dari penelitian (khairul 2010) di RSUD. Dr.

Pirngadi Medan tentang efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka

post SC didapatkan bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan luka

operasi.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kanjuruhan Malang diperoleh data dari Medical Record Ruang

Brawijaya pada bulan Januari – Desember tahun 2010 tercatat jumlah pasien

yang melahirkan dengan SC sebanyak 434 orang (35,9%), dari 1208 pasien

Page 3: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

3

yang menjalani persalianan. Adapun data yang didapat pada bulan Mei 2011 dari

205 persalinan didapatkan jumlah 128 pasien (62,4%) menjalani SC dengan

indikasi sebanyak 53 pasien (41,4%) adalah KPD, 15 pasien (11,7%) adalah

kelainan letak, serta 12 pasien (9,3%). Adapun rata- rata lama hari rawat pasien

post SC yang didapatkan adalah berkisar antara 3–5 hari, namun belum ada

data yang dapat diidentifikasi berapa jumlah pasien yang melakukan mobilisasi

dini post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

Berdasarkan hal tersebut dan mengingat pentingnya mobilisasi dini

untuk pemulihan kesehatan pasien maka peneliti tertarik untuk mengetahui

apakah ada pengaruh Mobilisasi dini dalam mempercepat proses penyembuhan

luka dan mengurangi lama hari rawat pada pasien post pembedahan SC di

Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu “Apakah pengaruh mobilisasi dini dapat mempercepat

proses penyembuhan luka dan mengurangi lama hari rawat pada pasien post

pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat dan

proses penyembuhan luka pada pasien post pembedahan SC di Ruang

Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang

Page 4: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

4

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi proses penyembuhan luka pasien post pembedahan SC

pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan di Ruang Brawijaya RSUD

Kanjuruhan Malang.

2. Mengidentifikasi lama hari rawat pasien post pembedahan SC pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan di Ruang Brawijaya RSUD

Kanjuruhan Malang.

3. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini dalam mempercepat proses

penyembuhan luka pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien

post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang

4. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini dalam mengurangi lama hari rawat

pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien post pembedahan SC

di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4 1 Teoritis

a. Dengan pemberian mobilisasi dini post pembedahan pada pasien SC

diharapkan dapat melancarkan aliran darah sehingga mempercepat proses

penyembuhan luka dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi serta dapat

mengurangi lama hari rawat.

b. Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan untuk

kemajuan profesi keperawatan dalam bidang pengetahuan dan teknologi.

Page 5: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

5

1.4.2 Praktis

a. Bagi pasien dengan melaksanakan mobilisasi dini post pembedahan SC

dapat mempercepat proses penyembuhan luka, mencegah komplikasi dan

mengurangi lama hari perawatan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan

pertimbangan bagi instansi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pada

pada penerima jasa pelayanan.

c. Dapat digunakan sebagai data dasar, acuan atau informasi untuk

penelitian selanjutnya

Page 6: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sectio Caesarea (SC)

2.1.1 Defenisi

SC adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas

500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh

( Saifuddin, 2006 ). SC adalah lahirnya janin melalui insisi di dinding abdomen

dan dinding uterus (Cunningham, 2005). SC adalah persalinan untuk melahirkan

janin melalui pembedahan dengan menyayat dinding rahim abdomen dan

dinding uterus yang masih utuh.

2.1.2 Indikasi

Indikasi SC dibagi 2 yaitu : Faktor Pasien : Disproporsi kepala panggul /

CPD /FPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa. Sedangkan

dari faktor anak : Janin besar, gawat janin, letak lintang ( Saifuddin, 2006 ),

Ada 4 alasan persalinan harus dilakukan dengan operasi, yaitu : Untuk

keselamatan pasien dan janin ketika harus berlangsung tidak terjadi kontraksi,

distosia sehingga menghalangi persalinan alami, bayi dalam keadaan darurat

sehingga harus dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin.

( Kasdu, 2007 )

Page 7: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

7

2.1.3 Klasifikasi

Beberapa jenis SC yaitu : Pertama SC Transperitoneal terbagi 2 yaitu

SC klasik atau Korporal adalah dengan melakukan sayatan vertical sehingga

memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan keluar bayi, kelebihannya

adalah : mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi

kandung kemih tertarik, sayatan dapat diperpanjang proximal atau distal. Adapun

kekurangannya : Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena ada

reperitonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi

rupture uteri spontan.

SC Ismika atau profunda yaitu dengan melakukan sayatan / insisi

melintang dari kiri ke kanan pada segmen bawah rahim dan diatas tulang

kemaluan kira - kira 10 cm, dengan kelebihannya adalah : penjahitan luka lebih

mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari

peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga

peritoneum, perdarahan tidak begitu banyak, kemungkinan rupture uteri spontan

berkurang atau lebih kecil. Adapun kekurangannya adalah : luka dapat melebar

kekiri, kanan, dan kebawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah yang

mengakibatkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post

pembedahan tinggi. Kedua SC Ekstraperitoneal yaitu tanpa membuka

peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal

2.1.4 Komplikasi

Adapun resiko – resiko yang mungkin dialami oleh pasien yang melahirkan

dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada pasien maupun bayi

adalah :

Page 8: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

8

Alergi, biasanya resiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap

obat – obatan. Pada awalnya, yaitu waktu pembedahan, segalanya bisa berjalan

lancar, sehingga bayi pun lahir dengan selamat. Namun, beberapa jam

kemudian, obat yang diberikan baru bereaksi sehingga jalan pernafasan pasien

dapat tertutup. Perlu diketahui penggunaan obat – obatan pada pasien operasi

SC lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan alami. Jenis obat- obatan

ini beragam, mulai dari antibiotik, obat anaesthesi, analgetik, serta beberapa

jenis cairan infus.

Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan- bekuan darah

pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh karena itu, sebelum

operasi pasien harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk

mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu perdarahan banyak bisa

timbul pada waktu pembedahan jika cabang- cabang arteria uteria ikut terbuka

atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat

menyebabkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak dapat diatasi,

kadang perlu tindakan histerektomi, terutama pada kasus atonia uteri yang

berlanjut.

Cedera pada organ lain, jika tidak dilakukan secara hati - hati,

kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti

rektum atau kandung kemih. Proses penyembuhan luka bekas SC yang tidak

sempurna dapat mengakibatkan infeksi pada organ rahim atau kandung kencing.

Selain itu dapat juga berdampak pada organ lain dengan menimbulkan

perlengketan pada organ - organ didalam rongga perut untuk kehamilan resiko

tinggi yang memerlukan penanganan khusus.

Page 9: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

9

Parut dalam rahim, pasien yang telah mengalami pembedahan akan

mengalami parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta

persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan

dengan bahaya rupture uteri, jika opersi dilakukan secara sempurna resiko ini

sangat kecil terjadi. Sebenarnya, apabila hal ini terjadi termasuk komplikasi

dalam persalinan dengan operasi. Sekitar 1 – 3 % angka kejadian akibat operasi

menyebabkan rupture uteri. Biasanya, kondisi ini terjadi apabila menggunakan

sayatan klasik atau vertical.

Mempengaruhi produksi Air Susu Pasien (ASI), efek pembiusan bisa

mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total. Akibatnya colostrum

tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat langsung menyusui begitu ketika

lahir. Namun, apabila dilakukan dengan pembiusan regional ( misalnya spinal )

tidak banyak mempengaruhi produksi ASI. ( Kasdu, 2007 )

2.1.5 Penatalaksanaan dan Perawatan

Persalinan yang dilakukan dengan pembedahan membutuhkan rawat

inap yang lebih lama di Rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat - lambatnya

kesembuhan pasien akibat proses pembedahan tersebut. Pada hari ke - 5,

apabila tidak ada komplikasi, pasien diperbolehkan pulang ke rumah

(Kasdu, 2007 ). Pemeriksaan yang dilakukan selama pasien di rumah sakit

antara lain:

Pengukuran denyut jantung dan tekanan darah. Pengukuran ini

dilakukan tiap pergantian jadwal dinas. Jumlah dan penampilan lochea yang

bercampur darah akan dipantau secara teratur oleh perawat dengan

menanyakan kepada pasien atau jika perlu memeriksa langsung dari

Page 10: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

10

pembalutnya, mencatat dan memeriksa urine yang keluar dan tertampung di

kantung urine selama pasien menggunakan kateter. Kateter masih digunakan

sampai pasien merasa kuat bangun dari tempat tidur. Test darah kadang

dilakukan sedikitnya sekali setelah persalinan untuk memastikan bahwa

hemoglobin pasien sudah normal.

Pada beberapa pasien, infus masih tetap dipasang sampai kondisi tubuh

pasien dinyatakan normal misalnya pasien sudah dapat makan dan minum

dengan baik. Luka post operasi akan diperiksa. Kalau diperlukan, perban akan

diganti. Mengukur suhu tubuh. Apabila suhu tubuh mencapai 38° C atau lebih

maka harus dicari penyebabnya. Kemungkinan terjadi infeksi dalam tubuh.

Perawat akan mengajarkan kepada pasien cara membersihkan tali pusat bayi

yang belum putus. Pasien akan diberi tanggal untuk pemeriksaan post

persalinan dengan membawa bayi untuk melakukan pemeriksaan pertama

setelah melahirkan

Eliminasi Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air kecil (BAK) ketika akan

operasi, pengeluaran urine pasien akan ditampung lewat selang kateter yang

dihubungkan ke sebuah kantung. Efek pembiusan yang diberikan pada saat

melahirkan bisa mempengaruhi kemampuan untuk mengosongkan kandung

kemih. Akibatnya, tidak dapat merasakan apakah kandung kemih penuh atau

sudah kosong, kateter untuk membuang urine akan terus digunakan sampai

sekitar 12 – 24 jam post pembedahan. Namun, apabila warna urine tidak

jernih maka pemasangan kateter akan berlangsung lebih lama. Kateter

dipasang sampai 48 jam atau lebih jika pembedahannya akibat rupture uteri,

partus lama, oedem perineum yang luas dan sepsis puerperalis atau pelvio

peritonitis, serta hematuria. Apabila jika sampai terjadi perlukaan pada

Page 11: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

11

kandung kemih, kateter bisa dipasang sampai 7 hari. Pemakaian kateter ini

tidak akan terasa sakit. Namun, rasa sakit akan sangat terasa apabila pasien

mengejan, batuk, tertawa atau aktivitas lain yang meninggikan tekanan rongga

perut. Demikian ketika akan dicabut, timbul sedikit nyeri di daerah vagina. Pada

keadaan normal, yaitu hari kedua setelah operasi.

Pasien ingin segera water closet (WC) jika merasa sudah agak kuat

berjalan, untuk BAK. Apabila hal ini berhasil dilakukan, biasanya pasien juga

ingin BAB. Setelah SC biasanya BAB pertama kalinya membutuhkan usaha

yang lebih besar. pasien harus mengejan atau setengah memaksa untuk

mengeluarkan kotoran. Padahal, perut masih terasa sakit. Pada umumnya,

pasien baru akan BAB pada hari ketiga. Biasanya, pada saat awal setelah

persalinan, banyak pasien yang mengalami sembelit. Namun, terjadinya sembelit

setelah persalinan karena sejumlah besar cairan hilang dari tubuh, sedangkan

colon menyerap air sebanyak mungkin dari faeses agar cairan tubuh seimbang.

Keadaan ini biasanya terjadi pada hari-hari pertama sampai hari kelima setelah

operasi SC. Untuk mengatasi sembelit, upayakan untuk mengonsumsi makanan

yang berserat tinggi, seperti sereal dan buah-buahan.

Cairan dan elektrolit Infus akan tetap dipasang di lengan selama

beberapa jam sampai gerakan usus kembali normal.. Makanan dan nutrisi,

pemeriksaan organ pencernaan dilakukan enam jam setelah operasi. Apabila

kondisi tubuh pasien baik maka pasien dapat diberi minum hangat sedikit,

kemudian secara bertahap dapat minum lebih banyak ( terutama apabila pasien

menggunakan anestesi regional dan tidak muntah ). Namun pada anestesi total,

kembalinya organ pencernaan ke kondisi normal memakan waktu lebih lama.

Page 12: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

12

Namun umumnya pasien sudah dapat minum dan makan makanan lunak pada

hari pertama setelah operasi.

Pada pembiusan total, pasien diperbolehkan minum setelah operasi

ketika telah flatus. Setelah itu, pasien mulai diperbolehkan minum sedikit demi

sedikit dan dilanjutkan dengan makan makanan yang lembut dalam jumlah

terbatas. Apabila usus besar diperkirakan sudah mulai bekerja kembali, infus

yang tadinya terpasang selama pembedahan berlangsung mulai dilepaskan.

Pada saat ini, pasien di ijinkan untuk minum dan kemudian makan dalam jumlah

yang lebih banyak. Perlu diingat, ketika organ pencernaan belum kembali normal

dan pasien merasa haus atau lapar, janganlah sekali-kali melanggar aturan,

misalnya dengan makan makanan yang memang belum diizinkan. Perlu diingat,

usus besar perlu menyesuaikan diri untuk bisa berfungsi kembali seperti

sediakala. Namun pada umumnya, pada hari kelima setelah operasi, pasien

bisa makan makanan biasa.

Personal hygiene, seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan

mengeluarkan cairan lochea, yaitu darah sisa-sisa bekas plasenta. Oleh karena

itu, setelah buang air, pasien harus membasuh vagina hingga bersih. Pada

sebagian wanita, lochea akan berhenti sekitar 14 hari sementara pada wanita

lain akan berlangsung sampai 6 minggu. Namun, umumnya sekitar 20 - 30 hari.

Pada pasien yang tidak memberikan ASI, lochea berhenti setelah haid pertama

muncul, yaitu sekitar 4 minggu setelah persalinan. Perawatan 3 - 4 hari di rumah

sakit cukup untuk mengembalikan fisik pasien yang baru bersalin dengan

operasi. Sebelum pulang, sebaiknya diajarkan bagaimana cara merawat luka

operasi. Biasanya, pasien diminta datang kembali ke RS untuk pemantauan

Page 13: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

13

perawatan luka tujuh hari setelah pulang. Pasien boleh mandi seperti biasanya,

setelah hari ke- 5 operasi.

Perawatan luka selama masih dalam perawatan di rumah sakit, luka

bekas insisi operasi akan terus dipantau oleh perawat karena dikhawatirkan

terjadi perdarahan atau infeksi pada bekas luka tersebut. Jahitan bekas luka di

perut pasien akan ditutup dengan kasa lembut. Kasa penutup luka harus

diobservasi satu hari post pembedahan bedah. Apabila basah dan berdarah

harus diganti. Umumnya perban diganti pada hari ke – 3 post operasi.untuk

selanjutnya disesuaikan dengan kondisi balutan.

2.2. Konsep Mobilisasi

2.2.1 Defenisi

Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah,

berirama, dan terarah di lingkungan adalah bagian yang sangat penting bagi

kehidupan (kozier et all, 2010). Mobilisasi mengacu pada kemampuan

seseorang untuk bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada

ketidakmampuan seseorang untuk bergerak den gan bebas . Mob i l i sas i

dan imo b i l i sas i be rada pad a su a tu ren tang den gan banyak

tingkatan immobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan

selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien

lain,berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai

jangka waktu tidak terbatas (pe r r y&po t t e r , 2002 ) .

Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin

untuk berjalan (Manuaba , 2002 ). Dari kedua definisi tersebut dapat

Page 14: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

14

disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan

kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk

mempertahankan fungsi fisiologis.

2.2.2. Manfaat

Manfaat mobilisasi dini bagi post pembedahan SC adalah : Penderita

merasa lebih sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan

kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat

mengurangi rasa sakit, dengan demikian pasien merasa sehat dan membantu

memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Fungsi fisiologis usus dan

kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus

kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh

bekerja seperti semula.

Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan sebagai berikut

Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat

involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat

perkemihan, me n i n g k a t k a n k e l a n c a r a n p e r e d a r a n d a r a h ,

s e h i n g g a m e m p e r c e p a t f u n g s i pengeluaran air susu pasien (ASI) dan

pengeluaran sisa metabolisme ( Manuaba , 2002 ).

2.2.3. Faktor-faktor Yang Berpengaruh

Sejumlah faktor yang mempengaruhi kesejajaran tubuh individu,

mobilitas, dan tingkat aktifitas sehari-hari menurut (Kozier,et all, 2010), antara

lain :

Page 15: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

15

Tumbuh kembang, usia dan perkembangan system muskuloskletal dan

saraf seseorang mempengaruhi postur tubuh, proporsi tubuh, massa tubuh,

pergerakan tubuh, dan reflex. Kesehatan fisik, mobilitas dan toleransi aktifitas

dipengaruhi oleh setiap gangguan yang mengganggu kemampuan system saraf,

system musculoskeletal, system kardiovaskuler, dan system pernapasan.

Kesehatan jiwa, gangguan mental atau afektif seperti depresi atau stress

menahun dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk bergerak. Kurang

nutrisi atau nutrisi berlebih dapat mempengaruhi kesejajaran tubuh dan mobilitas

tubuh. Nilai dan sikap pribadi, apakah seseorang menghargai latihan teratur atau

tidak, seringkali seringkali dipengaruhi oleh keluarga.

Faktor Eksternal, banyak faktor eksternal mempengaruhi mobilitas

seseorang. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang sangat tinggi menghambat

aktifitas, Penyakit komplikasi beberapa penyakit berat seringkali dapat

mengurangi kemampuan untuk mobilisasi

2.2.4. Tahap – tahap Mobilisasi Dini Pada Post Pembedahan SC

Mobilisasi dini yang dilakukan secara bertahap pada pasien post

pembedahan SC adalah sebagai berikut :

2.2.4.1 Mobilisasi dini post pembedahan SC dengan anesthesi umum

Pada 6 jam pertama, pasien harus tirah baring dulu, mobilisasi dini yang

dilakukan adalah menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan

memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta

menekuk dan menggeser kaki, setelah 6 – 10 jam, pasien diharuskan untuk

dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah thrombosis dan trombo

Page 16: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

16

emboli, setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar duduk,setelah

pasien dapat duduk, selanjutnya dianjurkan belajar jalan ( Kasdu, 2007 )

2.2.4.2 Mobilisasi dini post pembedahan SC dengan anesthesi spinal

Dimulai 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan

kaki Setelah 6-12 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak

ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan, dengan belajar duduk

dan kuatkan tubuh dalam posisi stabil, Setelah 24 jam latihan berdiri dalam

kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai

dengan kemampuan pasien, Hari 2 mampu berjalan mandiri.( Asian Biomedicine

Vol. 4 No. 3 June 2010, Bangkok, Thailand)

2.3 Luka

2.3.1 Defenisi

Luka adalah rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana secara

spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan

kedalaman dan luasnya, luka dibagi menjadi : luka superfisial, luka partial

thickness, luka full thickness, luka pada dan mengenai otot, tendon, tulang

(widasari,2008)

2.3.2 Proses penyembuhan luka

Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks

karena berbagai kegiatan bio-seluler, biokimia terjadi berkesinambungan.

Penggabungan respons vaskuler, aktifitas seluler dan ternbentuknya bahan kimia

sebagai substansi mediator didaerah luka yang merupakan komponen yang

saling terkait pada proses proses penyembuhan luka, tidak hanya terbatas pada

proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor

Page 17: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

17

exogen seperti : umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, serta kondisi

metabolik (widasari, 2008).

2.3.3  Klasifikasi Proses penyembuhan luka

Klasifikasi proses penyembuhan luka dibagi 2 yaitu : Proses

penyembuhan luka primer apabila tepi-tepi kulit merapat atau saling berdekatan

sehingga mempunyai resiko infeksi yang rendah. Penyembuhan terjadi dengan

cepat, seperti pada luka insisi pada pembedahan. Proses penyembuhan luka

sekunder apabila tepi luka tidak saling berdekatan, luka akan tetap terbuka

hingga terisi oleh jaringan parut, dan memerlukan waktu yang lebih lama

sehingga kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar, seperti pada : luka bakar,

dan luka laserasi yang parah (Perry & potter 2005).

Prinsip proses penyembuhan luka yaitu : kemampuan tubuh untuk

menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan

umum klien, respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap

terjaga, respon tubuh secara sistemik pada trauma, sirkulasi darah dari dan ke

jaringan yang luka, keutuhan kulit dan mukosa membrane disiapkan sebagai

garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, penyembuhan

normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri

(Tylor, 2002).

2.3.4 Fase Proses penyembuhan luka

2.3.4.1 Fase Inflamasi

Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai

setelah beberapa menit dan berlangsung selama 3 hari setelah cedera. Proses

Page 18: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

18

perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostasis), mengirim darah dan

sel ke area yang mengalami cedera (inflamasi), dan membentuk sel-sel ephitel

pada tempat cedera (ephitelisasi). Selama proses hemostasis pembuluh darah

yang cedera akan mengalami kontriksi dan trombosit berkumpul untuk

menghentikan perdarahan. Bekuan darah membentuk matriks fibrin yang

nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan sel. Jaringan yang mati dan sel

mast akan mengeluarkan histamin yang menyebabkan vasodilatasi kapiler

disekitarnya dan mengeluarkan serum serta sel darah putih kedalam jaringan

yang rusak. Hal inilah yang menimbulkan kemerahan, odema, hangat dan nyeri

lokal

2.3.4.2 Fase Proliferasi (Regenerasi)

Fase proliferasi terjadi dalam waktu 3 - 24 hari. Aktivitas utama selama

fase ini adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau jaringan

granulasi yang baru dan menutup bagian atas luka dengan ephitelisasi

2.3.4.3 Fase Maturasi (Remodelling)

Maturasi yang merupakan tahap akhir proses proses penyembuhan luka,

dapat memerlukan waktu lebih dari 1 tahun, tergantung pada kedalaman dan

keluasan luka. Jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan

menguat setelah beberapa bulan. Biasanya jaringan parut mengandung lebih

sedikit sel- sel pigmentasi dan memiliki warna yang lebih terang daripada warna

kulit normal (Perry & potter 2006)

Page 19: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

19

Gambar 2.1 Proses penyembuhan Luka terdiri dari : Fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase Maturasi

2.3.5 Fisiologi Proses penyembuhan luka

2.3.6 Konsep Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka

Gambar 2.2 Skema fisiologi proses penyembuhan luka (Suriadi, 2007)

Injuri jaringan

Hemorogik, aktivasi platelet dan degranulasi, aktivasi system komplemen, pembekuan dan haemotasis

Rekrut sel melalui kemotaksis, fagositosis, dan debridement

Pengeluaran sitoksin dan mediator bioaktif lain, pertumbuhan sel dan aktivasi, reepitelisasi fogositosis dan debridement

Neovaskulerisasi, pembentukan jaringan granulasi, komtraksi luka

Terputusnya jaringan baru, remodeling ekstraseluler matrik dan penutupan luka

Page 20: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

20

2.3.6 Konsep Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka

Luka bedah mengalami stress selama masa penyembuhan. Stres dapat

diakibatkan nutrisi yang tidak adequate, gangguan sirkulasi dan perubahan

metabolisme. Mobilisasi dini dapat untuk mencegah komplikasi sirkulasi yaitu

dengan meningkatkan aliran balik vena dan aliran sirkulasi darah normal serta

mencegah statis sirkulasi (potter and perry,2006). Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian di RSUD. Dr. Pirngadi Medan (khairul, 2010) tentang efektifitas

mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post SC didapatkan bahwa

mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan luka operasi.

Rangkaian mobilisasi dini yang dilakukan mulai dari gerakan kaki,

tungkai dan lengan, latihan miring , latihan duduk, serta belajar jalan harus

dilakukan secara bertahap dan diharapkan akan dapat melancarkan aliran

darah untuk membawa nutrisi yang cukup ke daerah luka, sehingga proses

regenerasi sel berlangsung sesuai dengan fase penyembuhan luka normal.

2.4 Konsep Dasar Lama hari Rawat

2.4.1 Pengertian Berhubungan Dengan Lama Hari Rawat

Lama Hari Perawatan atau Lama Rawat Inap adalah lama perawatan

dirumah sakit dihitung dari hari pertama masuk sampai hari terakhir keluar

(Muninjaya, 1999). Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan

rawat inap yang lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat

lambatnya kesembuhan ibu akibat proses pembedahan. Apabila terjadi

komplikasi khususnya komplikasi setelah post pembedahan perlu mendapat

perhatian yang besar karena beberapa komplikasi dapat terjadi setelah operasi

dan apabila tidak ditangani dengan baik, maka lama hari rawat pasien akan

Page 21: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

21

menjadi panjang yang akhirnya dapat menyebabkan dampak pada peningkatan

biaya perawatan (Corwin & Elizabeth J, 2001).

2.4.3 Konsep Mobilisasi Dini Terhadap Lama Hari Rawat

Penelitian menunjukan bahwa nyeri berkurang seiring dengan

mobilisasi dini yang dilakuakan. Catatan perbandingan memperlihatkan bahwa

frekuensi nadi dan suhu kembali normal lebih cepat bila pasien berupaya untuk

mencapai tingkat aktifitas normal. Akhirnya lama hari rawat dirumah sakit akan

memendek (Bare & Smeltzer, 2002).

Hal ini sesuai dengan penelitian ( Andari, 2007 ) yang menyatakan

bahwa mobilisasi dini dapat mempercepat penyembuhan dan mengurangi lama

hari rawat di rumah sakit sehingga mengurangi biaya perawatan dan dapat

member keuntungan bagi rumah sakit.

Page 22: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

22

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

KETERANGAN :

: Di teliti

: Tidak di teliti

Gambar 3.1 Kerangka konsep pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari rawat

PROSESPROSES

INPUTINPUT OUTPUTOUTPUT

Penatalaksanaan dan perawatan

Personal hygiene

Obat-obatan

Cairan elektrolit dan nutrisi

Mobilisasi dini

Perawatan luka

Pasien post pembedahan SC

Evaluasi hasil

Komplikasi post pembedahan

Lama hari rawat

Penyembuhan luka

Page 23: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

23

3.2 Uraian Kerangka Konsep

Pasien post pembedahan SC akan mengalami perubahan fisiologis

tubuh dan membutuhkan perawatan yang kompleks untuk menghindari

komplikasi . Perawatan dan penatalaksanaan yang diberikan pada pasien post

pembedahan antara lain : Obat-obatan, cairan elektrolit dan nutrisi, perawatan

luka, kenyamanaan, personal hygiene, eliminasi, dan mobilisasi dini

Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini

mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi

fisiologis. Adapun manfaat mobilisasi dini pada pasien post pembedahan adalah

melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat

involusi alat kandungan, melancarkan fungsi gastrointestinal, serta meningkatkan

kelancaran peredaran darah, sehingga implikasi yang dapat diperoleh dari

mobilisasi dini adalah pengurangan jumlah hari rawat di Rumah Sakit karena

dapat mengurangi komplikasi post pembedahan dan mempercepat proses

penyembuhan luka.

Lama hari rawat merupakan salah satu unsur asuhan dan pelayanan di

Rumah Sakit yang dapat dinilai atau di ukur. Adapun lama hari perawatan post

pembedahan yaitu dengan menghitung selisih antara tanggal pulang dengan

tanggal hari pertama pembedahan.

Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks

karena berbagai kegiatan bio-seluler, biokimia terjadi berkesinambungan.

Penggabungan respons vaskuler, aktifitas seluler dan ternbentuknya bahan kimia

sebagai substansi mediator didaerah luka yang merupakan komponen yang

saling terkait pada proses proses penyembuhan luka, tidak hanya terbatas pada

Page 24: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

24

proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor

enxogen seperti : umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, serta kondisi

metabolik.

3.3 Hipotesa penelitian

Ada pengaruh mobilisasi dini dalam mempercepat proses

penyembuhan luka dan mengurangi lama hari rawat pada pasien post

pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

Page 25: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

25

BAB IV

Metode Penelitian

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan quasi-eksperimen research, yaitu penelitian

yang mengungkapkan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol

disamping kelompok eksperimen yang dipilih dengan tidak menggunakan teknik

acak (Notoatmodjo, 2010). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Posttest Only Control Group Design kelompok eksperimen diberi

perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak, pada kedua kelompok setelah

pemberian perlakuan diadakan pengukuran (post-test) (Nursalam, 2008).

Rancangan (Posttest Only Control Group Design) menurut (Nursalam,

2008) yaitu sebagai berikut :

pretest Perlakuan Posttest

Keterangan :

- : Intervensi lainya

- I O

- - O

Page 26: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

26

I : intervensi/perlakuan

O : Observasi posttest

Rancangan penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu : kelompok

pertama pasien yang menjalani pembedahan SC diberikan perlakuan mobilisasi

dini yang selanjutnya kelompok pertama ini disebut dengan kelompok perlakuan,

sedangkan kelompok kedua pasien yang menjalani pembedahan SC tetap

diberikan perlakuan standar yaitu mobilisasi sesuai dengan (SOP), selanjutnya

kelompok ini disebut kelompok kontrol.

Page 27: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

27

4.2 kerangka Kerja

Menentukan populasi

consecutiveSampling

Kelompok eksperimen

Menentukan sample yang memenuhi Kriteria sample

Diberikan intervensi mobilisasi dini selama 15-20 menit

dimulai ± 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki

Setelah 6-12 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar duduk, tegak dan kuatkan tubuh pada posisi stabil

Setelah 24 jam latihan berdiri dalam kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien

Hari 2 mampu berjalan mandiri

Kelompok kontrol

Diberikan intervensi mobilisasi sesuai SOP yang berlaku di Ruang

Brawijaya

Jika pasien dengan General Anestesi umum dilakukan sedini mungkin setelah operasi yang penting pasien sadar betul

Mobilisasi dimulai ± 6-8 jam setelah post pembedahan dengan melakukan gerakan pada daerah kaki yaitu dengan cara menekuk kedua kaki, kemudian miring kiri kanan dan bila sudah tidak pusing lagi belajar untuk duduk dan berdiri

Page 28: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

28

Mengidentifikasi proses penyembuhan luka dan lama hari rawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Analisa data dengan Uji- T-test 2 sampel

Penyajian hasil penelitian

Penyajian hasil penelitian

Page 29: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

29

4.3 Populasi, sampel dan sampling

4.3.1 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2010) adalah keseluruhan objek penelitian

atau objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh penderita yang menjalani pembedahan SC pada ruang Brawijaya di

RSUD Kanjuruhan Malang Berdasarkan hasil studi pendahuluan, rata-rata

populasi dalam 2 tahun terakhir berjumlah 443 klien per tahun.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang telah di pilih dengan sampling

tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008).

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah:

a. Pasien post pembedahan SC elektif di ruang Brawijaya RSU Kanjuruhan

Malang

b. Pasien yang menjalani pembedahan SC pertama kali

c. Pembedahan SC melalui anastesi spinal

d. Pasien yang menjalani pembedahan SC dengan jenis sayatan Ismika

yaitu sayatan / insisi melintang dari kiri ke kanan (horizontal)

e. Pasien yang menjalani pembedahann SC dengan penggunaan antibiotic

profilaksis

Page 30: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

30

f. Pasien dengan status gizi baik melalui indicator kadar Hemoglobin > 10

gr %

g. Pasien yang menjalani pembedahan SC dengan indikasi medis baik dari

ibu maupun bayi

h. Pasien yang bersedia menjadi responden

i. Usia di antara 20 - 35 tahun.

j. Pasien dalam keadaan sadar, dapat membaca, dan menandatangani

informed consent pada H-1 pembedahan

k. Pasien mampu dan bersedia menerima perlakuan mobilisasi dini

4.2.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel,

diantaranya adalah:

a. Pasien post pembedahan SC murni dengan komplikasi sistemik

b. Pasien post pembedahan SC yang mengalami hipotensi ortostatik

c. Pasien post pembedahan SC kedua, ketiga dan seterusnya

d. Pasien dengan pembedahan SC Emergency

4.3.2.2 Besar Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus

penentuan sampel untuk populasi kecil (< 10.000), yaitu:

Keterangan:

n = Besar sampel

Page 31: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

31

N = Besar Populasi

d2 = Tingkat kepercayaan yang diinginkan

Dari hasil rata-rata studi pendahuluan didapatkan estimasi operasi SC

rata-rata selama dua tahun terakhir adalah 443 kasus per tahun. Berdasarkan

rumus tersebut dengan jumlah populasi diperkirakan 443 kasus SC/tahun

dengan selang kepercayaan yang diinginkan 95%, maka besar sampel adalah:

Berdasarkan hasil tersebut peneliti menetapkan jumlah sampel 20 orang

untuk tiap kelompok sesuai dengan pembulatannya, baik kelompok kontrol

maupun kelompok perlakuan sehingga total sampel berjumlah 40 orang.

4.3.3 Sampling

Hakikat dari pengambilan sample dengan teknik non probability

sampling adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan

yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-

segi kepraktisan belaka (Notoatmodjo, 2010). Adapun teknik yang digunakan

adalah consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek

yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun

waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi. Dimana setiap

unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel, setelah

Page 32: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

32

ditentukan jumlah sampel yang akan diteliti dan dibagi dalam kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan, selanjutnya pemilihan sampel dilakukan dengan cara

undi berdasarkan urutan jadwal operasi, yang mana nomor ganjil akan dikenai

sebagai kelompok perlakuan sedangkan nomor urut genap sebagai kelompok

kontrol.

4.3.3.1 Kelompok perlakuan

Terdiri dari pasien yang telah menjalani pembedahan SC yang akan

diberi perlakuan mobilisasi dini

4.3.3.2 Kelompok kontrol

Kelompok ini terdiri dari pasien yang menjalani pembedahan SC yang

mendapatkan perlakuan mobilisasi standar sesuai dengan SOP yang diterapkan

di Ruang Brawijaya, hal ini dilakukan guna mempertimbangkan masalah etik

penelitian

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independent / Variabel Bebas

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu

dampak pada variabel dependen. Dalam ilmu keperawatan, variabel dependen

biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan

kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien, ( Nursalam, 2008). Adapun

variabel independen dalam penelitian ini adalah Intervensi mobilisasi dini.

4.4.2 Variabel Dependent / Variabel Terikat

Page 33: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

33

Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel

lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variable –

variable lain. Dengan kata lain variable terikat adalah faktor yang diamati dan

diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel

independen / variabel bebas. ( Nursalam, 2008). Variabel Dependen dalam

penelitaian ini adalah proses penyembuhan luka dan lama hari rawat.

4.5 Defenisi Operasional

Tabel 4.1 Defenisi Operasional Penelitian

NO Variabel Defenisi Operasional

Parameter Hasil Ukur Skala ukur

1 Independent

Mobilisasi Dini

Kemampuan untuk melakukan mobilisasi mulai dari 4 jam pertama post pembedahan s/d mampu berjalan mandiri serta mampu mengontrol semua area tubuh

Tindakan klien dalam melaksanakan mobilisasi mulai dari H=0 post pembedahan S/d hari ke= 2 post pembedahan:

dimulai 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki

Setelah 6-10 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar duduk dan kuatkan tubuh pada posisi stabil

Page 34: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

34

Setelah 24 jam latihan berdiri dalam kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien

Hari 2 mampu berjalan mandiri

2 Dependent

Proses penyembuhan luka

Suatu bentuk proses pemulihan luka setelah SC yang dinilai hari ke-3 post pembedahan , diukur dengan instrument observasi berdasarkan fase penyembuhan luka

Lembar observasi terdiri dari 4 aspek penilaian yaitu edema, teraba hangat, pus, nyeri. dengan jawaban ya dan tidak, jawaban ya dengan skor 1, dan jawaban tidak skor 0.

Untuk menghindari subyektifitas nyeri maka pengukuran tingkat nyeri menggunakan verbal analog scale (VAS) yang terdiri dari 5 kata pendeskripsian, mulai dari 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan, 4-6=nyeri sedang, 7-9=nyeri berat, 10=nyeri sangat berat

Skor proses penyembuhan luka berkisar antara 0-4

Interval

3 Dependent

Lama Hari Rawat

Yang dimaksud lama hari rawat post pembedahan penelitian ini adalah lama perawatan di RS dihitung dari hari pertama pembedahan sampai hari terakhir keluar

Lembar observasi yang dinilai lama hari rawat

lama hari rawat dalam jumlah hitungan hari

Interval

Page 35: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

35

dari RS

4.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.6.1 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam

mengumpulkan data ( arikunto 2010). Proses pengambilan dan pengumpulan

data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan penilaian terhadap proses

penyembuhan luka diperoleh dari hasil observasi pada saat pergantian balutan

pertama kali yaitu hari ke 3 post pembedahan menggunakan lembar observasi

(Modifikasi dari buku Smeltzer dan Bare, 2003 dan lembar observasi TA Tri

Pranawaningsih, Univ Brawijaya 2003) yang terdiri dari 4 aspek penilaian yaitu :

luka terasa nyeri, luka teraba hangat, luka edema/bengkak luka ada pus, dengan

jawaban ya dan tidak, jawaban ya dengan skor 1, dan jawaban tidak skor 0.

Untuk menghindari subyektifitas nyeri pada kategori penyembuhan luka

maka pengukuran tingkat nyeri menggunakan Untuk menghindari subyektifitas

nyeri maka pengukuran tingkat nyeri menggunakan verbal analog scale (VAS)

yang terdiri dari 5 kata pendeskripsian, mulai dari 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan,

4-6=nyeri sedang, 7-9=nyeri berat, 10=nyeri sangat berat. Sedangkan penilaian

terhadap lama hari diperoleh dari dokumentasi pada status pasien dengan

menggunakan lembar observasi.

4.6.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kanjuruhan Malang pada Ruang

Brawijaya dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011.

Page 36: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

36

4.6.3 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh rekomendasi dari

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK Brawijaya dan permintaan ijin ke

Direktur RSUD Kanjuruhan Malang, Tembusan disampaikan kepada Bagian

Penelitian dan Pengembangan setelah mendapat ijin penelitian dari Direktur

melalui bagian Penelitian dan Pengembangan yang di teruskan ke Ruangan

Brawijaya selanjutnya kepada Kepala Ruangan Brawijaya.

Pengambilan data dimulai dengan mengumpulkan data pada pasien

yang menjalani pembedahan SC. Responden yang sesuai kriteria inklusi

diberikan penjelasan tentang prosedur penelitian dan penandatanganan surat

persetujuan sebagai responden. Tehnik pelaksanaannya adalah : setelah

sampel yang sesuai dengan kriteria dibagi 2 kelompok, untuk kelompok kontrol

tidak diberikan perlakuan mobilisasi dini, tetapi tetap diberikan perlakuan

mobilisasi standar yang berlaku di ruang Brawijaya yaitu Mobilisasi dimulai 6- 8

jam setelah post pembedahan dengan melakukan gerakan pada daerah kaki

dengan cara menekuk kedua kaki, kemudian miring kiri kanan dan bila sudah

tidak pusing lagi belajar untuk duduk dan berdiri.

Sedangkan pada kelompok perlakuan diberikan intervensi mobilisai dini

oleh peneliti dimulai 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut

dan kaki, setelah 6-10 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak

ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar duduk

Page 37: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

37

dan kuatkan tubuh dalam posisi stabil, setelah 24 jam latihan berdiri dalam

kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai

dengan kemampuan pasien, Hari ke-2 mampu berjalan mandiri, intervensi ini

dilaksanakan pada kedua kelompok selama 2 hari post pembedahan (mulai

H=0 pelaksanaan pembedahan sampai hari kedua post pembedahan).

Penilaian proses penyembuhan luka didapatkan melalui observasi pada

saat mengganti balutan pertama kali yaitu pada hari ke-3 post pembedahan,

menggunakan lembar observasi Modifikasi dari buku Smeltzer dan Bare, 2003

dan lembar observasi TA Tri Pranawaningsih, Univ Brawijaya 2003 yang terdiri

dari 4 aspek penilaian yaitu : luka terasa nyeri, luka teraba hangat, luka

edema/bengkak luka ada pus, dengan jawaban ya dan tidak, jawaban ya dengan

skor 1, dan jawaban tidak skor 0. Dengan penilaian semakin kecil skor semakin

baik proses penyembuhan luka tersebut, Untuk menghindari subyektifitas nyeri

pada kategori penyembuhan luka maka pengukuran tingkat nyeri menggunakan

Untuk menghindari subyektifitas nyeri maka pengukuran tingkat nyeri

menggunakan verbal analog scale (VAS) yang terdiri dari 5 kata pendeskripsian,

mulai dari 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan, 4-6=nyeri sedang, 7-9=nyeri berat,

10=nyeri sangat berat.

Untuk menghitung lama hari rawat dilakukan oleh peneliti dengan cara

menghitung selisih antara tanggal pasien pulang dikurangi tanggal pertama

dilakukan pembedahan pada dokumentasi status pasien.

Page 38: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

38

4.6.4 Cara Analisis Data

4.6.4.1 Analisa Univariat

Analisa dilakukan pervariabel penelitian. Variabel yang dimaksud adalah

variabel dependent yaitu proses penyembuhan luka dan lama hari rawat

sedangkan variabel independent adalah mobilisasi dini

Untuk variabel dependent adalah : penilaian proses penyembuhan luka

didapatkan melalui observasi pada saat mengganti balutan pertama kali yaitu

pada hari ke-3 post pembedahan, sedangkan untuk menghitung lama hari rawat

dilakukan oleh peneliti dengan cara menghitung selisih antara tanggal pasien

pulang dikurangi tanggal pertama dilakukan pembedahan pada dokumentasi

status pasien.

Untuk variabel independent : Mobilisasi dini terdiri dari : dari 4 tahap

intervensi pada pasien dalam melaksanakan mobilisasi selama 2 hari post

pembedahan: yaitu : latihan tungkai, latihan duduk, turun dari tempat tidur dan

jalan.

4.6.4.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk memperoleh gambaran pengaruh antar

variable independent (mobilisasi dini) dan variable dependent (lama hari rawat

dan proses penyembuhan luka). Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah

Page 39: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

39

data kontinyu atau numerik/ parametrik. Statistik parametrik yang digunakan

untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent adalah Uji-T-Test

dua sampel. Rumus yang digunakan adalah :

keterangan :

t = Nilai T hitung

d = rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dengan sampel 2

SD_d = standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2

N = Jumlah sampel

Setelah didapatkan nilai t hitung maka dicari nilai p melalui t tabel, bila hasil p

value lebih kecil dari α maka dapat diputuskan Ho ditolak.

4.7 Etik Penelitian

4.7.1 Inform concent (persetujuan)

Responden ditetapkan setelah terlebih dahulu mendapatkan penjelasan

tentang kegiatan penelitian, tujuan dan dampak bagi penderita, serta setelah

responden menyatakan setuju untuk dijadikan responden secara tertulis melalui

Inform concent. Calon responden yang tidak menyetujui untuk dijadikan

responden tidak akan dipaksa.

4.7.2 Anominity (tanpa nama)

dT =

SD_d / √n

Page 40: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

40

Seluruh responden yang dijadikan dalam sampel penelitian tidak akan

disebutkan namanya baik dalam pengelompokan data maupun dalam penyajian

pelaporan penelitian.

4.7.3 Confidentiallity (kerahasiaan)

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian akan dirahasiakan

identitas spesifiknya (nama, gambar/foto, ciri-ciri fisik) dan hanya informasi

tertentu saja yang ditampilkan.

4.7.4 Benefience (manfaat)

Penelitian ini mengutamakan manfaat untuk semua subyek penelitian

sebelum dan sesudah pelaksanaan treatmen.

4.7.5 Justice (keadilan)

Dalam penelitian ini diberikan treatmen yang sama pada seluruh

kelompok perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tetap diberikan treatmen

mobilisasi sesuai dengan SOP yang berlaku di ruang Brawijaya.agar prinsip

keadilan tetap terpenuhi.

Page 41: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

41

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang berjudul

pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhyan luka dan lama hari

rawat pada pasien post pembedahan SC di Ruang Brawijya RSUD Kanjuruhan

Malang yang dilakukan pada bulan Desember 2011. Populasi yang digunakan

adalah semua populasi yaitu seluruh penderita yang menjalani pembedahan SC

pada ruang Brawijaya di RSUD Kanjuruhan Malang dengan menggunakan

tekhnik consecutive sampling.

Dalam penelitian ini jumlah responden yang diteliti sebanyak 40 orang,

20 orang pasien sebagai kelompok perlakuan dan 20 orang pasien sebagai

kelompok kontrol. Data yang diperoleh meliputi :

1. Data umum, karakteristik responden menurut usia

2. Data khusus, yang berisi hasil identifikasi proses penyembuhan luka dan

lama hari rawat antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol,

selanjutnya disimpulkan pengaruh proses penyembuhan luka dan lama

hari rawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Page 42: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

42

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Data Umum Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Pada bagian ini diuraikan tentang karakteristik responden yang

menjadi subjek penelitian berdasarkan usia

Gambar 5.1 Jumlah responden berdasarkan usia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang

Dari gambar 5.1 menunjukan bahwa distribusi responden

terbanyak adalah berusia 26-30 tahun sebanyak 16 orang ( 40 %), usia >

30 tahun 11 orang ( 28 % ), usia 20-25 tahun sebanyak 9 orang ( 22 % ), ,

Page 43: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

43

sedangkan responden yang terkecil adalah berusia < 20 tahun sebanyak

4 orang ( 10% ).

5.1.2 Data Khusus Responden Berdasarkan Hasil Identifikasi Proses

Penyembuhan Luka dan Lama Hari Rawat

Pada bagian ini akan diidentifikasi pengaruh mobilisasi dini

terhadap proses penyembuhaan luka dan lama hari rawat pada

kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberi intervensi mobilisasi dini

mulai dari 4 jam post pembedahan dan kelompok kontrol yaitu kelompok

yang diberikan intervensi mobilisasi mulai dari ± 6-8 jam post

pembedahan

Gambar 5.3 Grafik Hasil identifikasi proses penyembuhan luka antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang

Page 44: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

44

Berdasarkan gambar 5.3 diketahui pada kelompok perlakuan

didapatkan 5 responden (25%) mempunyai skor proses penyembuhan

0 sedangkan 12 responden (60%) dengan skor 1 dan 3 responden

(15%) dengan skor 2 . Adapun pada kelompok kontrol didapatkan 2

responden (10%) mempunyai skor proses penyembuhan 0, sedangkan

ada 7 responden (35%) dengan skor 1, dan 9 responden (45%) dengan

skor 2 serta 2 responden (10%) dengan skor 3.

Gambar 5.2 Grafik hasil identifikasi lama hari rawat antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang

Berdasarkan gambar 5.2 diketahui pada kelompok perlakuan

didapatkan 17 responden ( 85%) mempunyai lama hari rawat 3 hari dan 3

responden (15%) dengan lama hari rawat 4 hari. Adapun pada kelompok

Page 45: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

45

kontrol didapatkan 11 orang (55%) mempunyai lama hari rawat 3 hari

sedangkan 6 responden (30%) dengan lama hari rawat 4 hari serta 3

responden (15%) dengan lama hari rawat selama 5 hari.

5.2 Analisa Data

5.2.1 Perbandingan pengaruh mobilisasi dini terhadap proses

penyembuhan luka setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok

perlakuan Dan Kelompok Kontrol

Tabel 5.1 Tabel perbandingan proses penyembuhan luka pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan nilai sig / P = 0,009 < dari 0,05

berarti ada perbedaan proses penyembuhan luka yang signifikan, antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana rata- rata skor proses

Variabel T valueXp Xk

Sig / p

Ket

Proses penyembuhan

luka-2,782 0,9 1,55 0,009 P<5 %

Page 46: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

46

penyembuhan luka pada kelompok perlakuan (Xp=0,9) lebih kecil bila

dibandingkan dengan kelompok kontrol (Xk=1,55) dengan asumsi

semakin kecil skor, maka semakin baik proses penyembuhan luka

tersebut. Berarti ada perbedaaan proses penyembuhan luka antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi

dini, kesimpulan H0 ditolak ada pengaruh mobilisasi dini dalam

mempercepat proses penyembuhan luka.

5.2.2 Perbandingan pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat

setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok perlakuan Dan

Kelompok Kontrol

Tabel 5.2 Tabel perbandingan lama hari rawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan nilai sig / P = 0,023 < dari 0,05

berarti ada perbedaan lama hari rawat yang signifikan, antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol, dimana rata- rata lama hari rawat pada

Variabel T value

Xp Xk

Sig /

p

Ket

Proses penyembuhan

luka-2,401 3,15 3,6 0,023 P<5%

Page 47: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

47

kelompok perlakuan (Xp =3,15) lebih pendek bila dibandingkan dengan

kelompok kontrol (Xk =3,6). Berarti ada perbedaaan lama hari rawat

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan

mobilisasi dini, kesimpulan H0 ditolak ada pengaruh mobilisasi dini dalam

mengurangi lama hari rawat.

BAB 6

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil perbandingan pengaruh

mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol pasien post pembedahn SC di Ruang Brawijaya

RSUD Kanjuruhan Malang.

6.1 Perbandingan Pengaruh mobilisasi Dini terhadap Proses

Penyembuhan Luka pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah beberapa menit

dan berlangsung selama 3 hari setelah cedera. Proses perbaikan terdiri

dari mengontrol perdarahan (hemostasis), mengirim darah dan sel ke

Page 48: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

48

area yang mengalami cedera (inflamasi), dan membentuk sel-sel ephitel

pada tempat cedera (ephitelisasi). Selama proses hemostasis pembuluh

darah yang cedera akan mengalami kontriksi dan trombosit berkumpul

untuk menghentikan perdarahan. Bekuan darah membentuk matriks fibrin

yang nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan sel.

( perry & potter 2006 )

Pasien post SC juga dapat terjadi Deep vein thrombosis pada

dikarenakan perubahan susunan darah, kadar fibrinogen serta faktor ion

trombosit pada saat terlepasnya plasenta, sehingga menimbulkan

pembekuan darah, perlukaan tunika intima pembuluh darah pada

persalinan terutama dengan pembedahan, kemungkinan terdapat

gangguan pada pembuluh darah terutama didaerah pelvis. Thrombosis

bisa terdapat pada vena-vena di tungkai, tetapi juga mungkin terdapat

vena-vena dipanggul (Prasetyo, 2002)

. Mobilisasi dini dapat meningkatkan frekuansi denyut jantung

maksimal yang dapat dicapai oleh pasien post pembedahan. Peningkatan

frekuensi denyut jantung dapat meningkatkan sirkulasi sehingga nutrisi

untuk penyembuhan mudah didapat pada derah luka. Selama mobilisasi

dini aliran darah dapat meningkat maksimum, hampir separuh dari

kenaikan ini merupakan vasodilatasi intramuskular yang disebabkan oleh

pengaruh langsung kenaikan metabolisnme otot, dimana yang paling

penting adalah kenaikan tekanan arteri dalam tingkat sedang terjadi

selama mobilisasi dini (guyton, 2006).

Salah satu tujuan mobilisasi dini menurut (Garrison, 2004)

memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat proses

Page 49: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

49

penyembuhan luka. Sirkulasi menuju jaringan luka serta mukosa

membrane disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri

dari mikroorganisme, penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka

bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri (Tylor, 2002)

Mobilisasi dini juga dapat memperbaiki aliran darah sehingga

mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan aliran balik vena

dan aliran sirkulasi darah normal serta mencegah statis sirkulasi

(potter & perry, 2006).

Dalam penelitian ini diketahui pada kelompok perlakuan

didapatkan 5 responden (25%) mempunyai skor proses penyembuhan 0,

sedangkan 12 responden (60%) dengan skor 1, dan 3 responden (15%)

dengan skor 2 . Adapun pada kelompok kontrol didapatkan 2 responden

(10%) mempunyai skor proses penyembuhan 0, sedangkan ada 7

responden (35%) dengan skor 1, dan 9 responden (45%) dengan skor 2

serta 2 responden (10%) dengan skor 3.

Dengan uji T didapatkan nilai sig / P = 0,009 < dari 0,05 berarti

ada perbedaan proses penyembuhan luka yang signifikan, antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana rata- rata skor proses

penyembuhan luka pada kelompok perlakuan (Xp=0,9) lebih kecil bila

dibandingkan dengan kelompok kontrol (Xk=1,55) Berarti ada

perbedaaan proses penyembuhan luka antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini .

Pada kelompok perlakuan didapatkan hasil observasi skor proses

penyembuhan luka lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol

Page 50: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

50

karena pada kelompok perlakuan mobilisasi dilakukan lebih dini yaitu ± 4

jam post pembedahan sehingga sirkulasi menuju luka menjadi lancar.

Sirkulasi darah akan membawa nurisi yang sangat dibutuhkan untuk

proses penyembuhan luka, Leukosit dan monosit akan mencapai luka

dalam beberapa jam, leukosit utama yang bekerja pada luka adalah

neutropil, yang berguna untuk memakan bakteri dan debris yang kecil,

sedangkan monosit akan berubah menjadi makrofag yang akan

membersihkan luka dari bakteri, serta mencerna asam amino dan glukosa

yang dapat membantu dalam penyembuhan luka, selanjutnya makrofag

akan melanjutkan proses pembersihan debris luka juga menyiapkannya

untuk perbaikan jaringan dan pembentukan fibroblast yaitu sel yang

mensintesa kolagen dan menjadi komponen utama jaringan parut. sel

ephitel bergerak dari bagian tepi luka dibawah dasar bekuan darah. Dan

terus akan berkumpul selama 48 jam. Akhirnya diatas luka akan terbentuk

lapisan tipis dari jaringan ephitel dan menjadi barier terhadap organism

penyebab infeksi dan dari zat-zat beracun

Ada 3 responden pada kelompok perlakuan yang mengalami

proses penyembuhan luka tidak baik, hal ini disebabkan karena ada

confounding faktor yang tidak bisa dikontrol dalam penelitian seperti cara

perawatan luka serta lingkungan tempat responden diirawat sehingga

memungkinkan untuk terjadinya infeksi pada luka Hal ini sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh (widasari, 2008 ) yang menyatakan proses

penyembuhan luka tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bio seluler,

biokimia serta penggabungan respon vaskuler, namun juga dipengaruhi

oleh faktor eksogen.

Page 51: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

51

Pada kelompok kontrol hasil observasi proses penyembuhan luka

didapatkan skor yang lebih tinggi dari kelompok perlakuan, disebabkan

karena pada kelompok kontrol mobilisasi dilakukan setelah ± 6 - 8 jam

post pembedahan , sehingga sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

ke daerah luka belum terpenuhi, akibatnya kerangka perbaikan sel pada

luka terhambat. Hal ini dikarenakan Leukosit dan monosit akan

terhambat mencapai luka. Adapun leukosit berguna untuk memakan

bakteri dan debris yang kecil, demikian juga monosit dipersiapkan

menjadi makrofag yang akan membersihkan luka dari bakteri dengan

cara fagositosis. Makrofag juga mencerna asam amino dan glukosa yang

dapat membantu dalam penyembuhan luka. Hal ini merupakan salah satu

alasan yang menyebabkan skor proses penyembuhan luka pada

kelompok kontrol lebih tinggi dari pada kelompok perlakuan yang lebih

dini melakukan mobilisasi.

6.2 Perbandingan Pengaruh mobilisasi Dini terhadap lama hari rawat

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Lama perawatan setelah persalinan perabdominal lebih lama

dibandingkan dengan pervaginam (Liza, 2006). Penelitian menunjukan

bahwa nyeri berkurang seiring dengan mobilisasi dini yang dilakuakan.

Catatan perbandingan memperlihatkan bahwa frekuensi nadi dan suhu

kembali normal lebih cepat bila pasien berupaya untuk mencapai tingkat

aktifitas normal. Akhirnya lama hari rawat dirumah sakit akan memendek

(Bare & Smeltzer, 2002).

Page 52: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

52

Dalam penelitian ini diketahui pada kelompok perlakuan

didapatkan 17 responden ( 85%) mempunyai lama hari rawat 3 hari dan 3

responden (15%) dengan lama hari rawat 4 hari. Adapun pada kelompok

kontrol didapatkan 11 orang (55%) mempunyai lama hari rawat 3 hari

sedangkan 6 responden (30%) dengan lama hari rawat 4 hari serta 3

responden (15%) dengan lama hari rawat selama 5 hari.

Pada kelompok perlakuan didapatkan hasil observasi rata=rata

lama hari rawat lebih pendek bila dibandingkan dengan kelompok kontrol

disebabkan oleh gerakan mobilisasi dini yang dilakukan dapat melatih

kekuatan otot-otot panggul serta involusi organ kandungan untuk kembali

normal, sehingga responden merasa lebih segar dan berdampak pada

lama hari rawat akan berkurang.

Penelitian menunjukan bahwa tingkat nyeri menurun dari nyeri

sedang menjadi nyeri ringan seiring dengan mobilisasi dini yang

dilakukan sehingga mampu mencapai tingkat aktifitas normal, serta

dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. Akhirnya lama hari rawat

dirumah sakit berkurang.

Dengan uji T didapatkan nilai sig / P = 0,023 < dari 0,05 berarti

ada perbedaan lama hari rawat yang signifikan, antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol, dimana rata- rata lama hari rawat pada

kelompok perlakuan (Xp =3,15) sedangkan pada kelompok kontrol

(Xk =3,6), Berarti ada perbedaaan lama hari rawat antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini .

Ada 3 responden yang mempunyai lama hari rawat 4 hari

dikarenakan pada responden tersebut lamanya hospitalisasi atau rawat

Page 53: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

53

inap pra operatif yang lebih panjang, sehingga berdampak pada

observasi hari ketiga keadaan luka terdapat tanda kemerahan.

Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang

lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat

lambatnya kesembuhan ibu akibat proses pembedahan. Apabila

terjadi komplikasi khususnya komplikasi setelah post pembedahan perlu

mendapat perhatian yang besar karena beberapa komplikasi dapat terjadi

setelah operasi dan apabila tidak ditangani dengan baik, maka lama hari

rawat pasien akan menjadi panjang yang akhirnya dapat menyebabkan

dampak pada peningkatan biaya perawatan (Corwin & Elizabeth J, 2001).

Hal ini sesuai dengan penelitian ( Andari, 2007 ) yang

menyatakan bahwa mobilisasi dini dapat mempercepat penyembuhan

dan mengurangi lama hari rawat di rumah sakit sehingga mengurangi

biaya perawatan dan dapat memberi keuntungan bagi rumah sakit.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang

mempengaruhi hasil yang diperoleh. Hal ini antara lain :

1. Peneliti tidak dapat mengontrol confounding factor antara lain: obat-

obatan, perawatan luka, cairan elektrolit dan nutrisi, serta personal

hygiene yang disebabkan karena keterbatasan waktu dan

kemampuan dari peneliti

2. Dalam penelitian ini belum bisa digeneralisasikan

3. Dalam penelitian ini karakteristik responden hanya dikategorikan

menurut umur.

Page 54: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

54

BAB 7

PENUTUP

Pada bab ini akan disajikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari

hasil penelitian dan saran-saran yang kiranya akan bermanfaat bagi pihak yang

berkepentingan

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan

luka yang baik pada kelompok perlakuan

Page 55: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

55

2. Pelaksanaan mobilisasi dini dapat mengurangi lama hari rawat pada

kelompok perlakuan

3. Ada perbedaan yang signifikan hasil identifiksi proses penyembuhan luka

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan

mobilisasi dini, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan rata- rata skor

proses penyembuhan luka pada kelompok perlakuan (Xp=0,9) lebih kecil

bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (Xk=1,55), berarti ada

pengaruh mobilisasi dini dalam mempercepat proses penyembuhan luka

pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol

4. Ada perbedaan yang signifikan hasil identifiksi lama hari rawat pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi

dini, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan rata- rata lama hari rawat

pada kelompok perlakuan (Xp =3,15) lebih pendek bila dibandingkan

dengan kelompok kontrol (Xk =3,6), berarti ada pengaruh mobilisasi dini

dalam mengurangi lama hari rawat.

7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut :

7.2.1 Pengelola Rumah Sakit Umum Kanjuruhan Malang

1. Diharapkan ada kebijakan pelaksanaan mobilisasi dini diterapkan

pada semua pasien post pembedahan yang tidak mempunyai kontra

indikasi, yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan

luka dan mengurangi lama hari rawat

2. Diharapkan pelaksanaan mobilisasi dini dimulai ± 4 jam pertama post

pembedahan.

Page 56: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

56

3. Mobilisasi dianjurkan untuk tetap dilakukan secara bertahap selama

dirumah

7.2.2 Peneliti Selanjutnya

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengontrol confounding

factor antara lain: obat-obatan, perawatan luka, cairan elektrolit dan

nutrisi, serta personal hygiene sehingga hasil penelitian dapat

digeneralisasikan karena dianggap dapat mewakili populasi yang

diteliti

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membedakan karakteristik

responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan serta pekerjaan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktik, Edisi Revisi V1, Rineka Cipta, Jakarta.

Anonim, 2009 Hubungan jenis persalinan dengan lamanya hari perawatan ibu post partum, diakses tanggal 2 juni 2011, (http://www.blogtopsites.com/outpost/c962acee9b69501df6a0357b44165a14 )

Anonim, 2011 Perbedaan efektifitas mobilisasi aktif dan pasif terhadap kecepatan pemulihan pada pasien post seksio sesaria di ruang rawat inap kebidanan rumah sakit baptis Kediri, diakses tanggal 2 juni 2011 (http://cungkringgendut.blogspot.com/2011/02/perbedaan-efektifitas-mobilisasi-aktif.html)

Anonim, 2010 Faktor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post section caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok Tahun 2009, diakses tanggal 2 juni 2011 (http://www.scribd.com/doc/50852603/perawatan-luka),

Anonim, 2009 Pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka diakses 2 juni 2011 (http://www.scribd.com/doc/50144955/PROPOSAL-LIS-REVISI

Page 57: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

57

Bariah, Khairul, 2010. Efektifitas mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan pasien pasca bedah seksio cesaria, TA Universitas sumatera utara, Medan

Cunningham, f. Gery,dkk, 2005. Obstetri Williams, volume 1, EGC, Jakarta

DepKes RI. 2006. profil kesehatan Indonesia 2006. indonesia department kesehatan pusat data dan informasi . DepKes RI. 2008, Jakarta. Diakses tanggal 10 juli 2011 (http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%.pdf)

Dwi Andari, 2007. Pengaruh terapi latihan dini terhadap percepatan ambulasi pasien rawat inap paska seksio saesaria, TA Universitas muhamadiyah Surakarta. Semarang

Fette Andreas,et all, 2006 A clinimetric analysis of wound measurement tools, diakses tanggal 10 november (Clinimetric-Analysis-Wound-Measurement-Tools.html)

Hidayat, A, 2009. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Salemba Medika, Jakarta

Hidayah Ramadhani nur, 2007. Pengaruh Penyuluhan Tentang Mobilisasi Dini terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Abdomen, TA Brawijaya Malang

Kasdu, 2007. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Sehat, Jakarta.

Kozier et all, 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik Edisi 2, EGC, Jakarta

Mandee sahatse et all, Time duration to safety sitting in parturient receiving spinal anesthesia for caesarean section receiving with 0,5 % bupivacaine and morphine, Asian Biomedical Vol 4 no june 2010 diakses tanggal 5 september,2011 (http://www.aja-online.com/fileadmin/user_upload/Edition_pdfs/2010/04___2010/09_Time_to_sit_safely_in_parturients.pdf )

Manuaba, 2002. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta

Mansjoer Arif.,et.all 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeskulapius. Jakarta

.Moya J. Morison, 2003. Seri Pedoman Praktis Manajemen Luka, EGC, Jakarta

Muninjaya, 1999. Manajemen Kesehatan, EGC Jakarta

Page 58: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

58

Muttaqin Arif, 2009. Asuhan keperawatan perioperatif, EGC, Jakarta

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.

Notoatmodjo Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta

Novita Liza, 2007. Tinjauan lama hari perawatan pasca seksio sesarea di instalasi rawat ianp obstetric dan ginekologi RSUD Arifin Achmad, TA Universitas Riau, Pekan Baru

Patricia Ann Dempsey, Arthur D. Dempsey, 2002. Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan Edisi 4, EGC, Jakarta

Potter dan Perry, 2006. Fundamental Perawatan Edisi 1V, EGC, Jakarta

Pranawaningsih tri , 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, TA Brawijaya, Malang

Prasetyo Hudaya, 2002. Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi. Politeknik Kesehatan. Surakarta

Saifudin Abdul Bari, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo, Jakarta

Sastroasmoro Sudigdo, Ismail Sofyan, 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Klinis, EGC, Jakarta

Sri Gitarja Widasari, 2008. Perawatan Luka Diabetes, Wocare Indonesia, Bogor.

Smeltzer, Suzanne C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and

Sudarth, EGC Jakarta

Sugiyono, 2010. Statistik Untuk Penelitian Cetakan ke-17, Alfabeta, Bandung

Syamsuhidayat, R & Jong, W.D, 2005.  Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, EGC, Jakarta

Tylor Wendy dan Jhonson Ruth, 2002. Buku ajar praktik kebidanan, EGC,

Jakarta

Wiknjosastro, 2007 Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo, Jakarta

Wood and Haber, 2010. Nursing Research Method and Critical Apprasial for Evidance Base Practice, seven edition, Mosby Elsevier

Page 59: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

59

Lampiran: 1

LEMBAR INFORMASI

Identitas Peneliti

Nama : Mubin Barid

Alamat : Jl. Ters Kerbang Turi 43 Malang

Pendidikan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang

Tujuan : Penelitian

Judul Penelitian : Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Proses Penyembuhan

Luka dan Lama Hari Rawat Pada Pasien Post

Pembedahan Sectio Caesarea

Pendahuluan

Dalam pembedahan akan terjadi perubahan fungsi fisiologis tubuh,

antara lain : Obat anaesthesi dapat menyebabkan depresi pernapasan, sehingga

resiko terjadinya muntah, kehilangan banyak darah secara aktual maupun

potensial pada area pembedahan, penurunan fungsi tubuh menyebabkan

Page 60: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

60

turunnya metabolisme dan suhu tubuh, motilitas gastrointestinal juga melambat’

Perubahan yang terjadi harus dimonitor dan membutuhkan perawatan post

pembedahan yang kompleks untuk mengembalikan pada kondisi dan fungsi

fisiologis yang normal.

Peran perawat pada pasien post pembedahan SC diarahkan untuk :

mengembalikan fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal, dapat

beristirahat dan memperoleh rasa nyaman, meningkatkan konsep diri, serta

tidak terjadi infeksi pada luka dan komplikasi post pembedahan Salah satu

upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi dan mengembalikan fungsi

fisiologis tubuh dapat dilakukan dengan mobilisasi dini.

Mobilisasi dini ialah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini

mungkin dengan cara membimbing pasien untuk mempertahankan fungsi

fisiologis. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan dan dapat mencegah komplikasi post

pembedahan. Dengan adanya mobilisasi dini diharapkan akan

menyebabkan perbaikan suplai darah sehingga berhubungan terhadap

kecepatan proses penyembuhan luka, Pada pasien SC terjadi

perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan dinding

uterus. Adanya luka post SC merupakan salah satu faktor yang memperpanjang

lama perawatan pasien post pembedahan SC di Rumah sakit.

Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

b. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat dan

penyembuhan luka pada pasien post pembedahan SC di Ruang

Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

b. Tujuan Khusus

5. Mengobservasi proses penyembuhan luka pasien post pembedahan SC

pada kelompok kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang

Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

Page 61: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

61

6. Mengobservasi lama hari rawat pasien post pembedahan SC pada kelompok

kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang Brawijaya

RSUD Kanjuruhan Malang.

7. Membandingkan pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan

luka pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien post

pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang

8. Membandingkan pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien post pembedahan SC di

Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang

Data yang diperlukan dalam penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil observasi

penyembuhan luka dan lama hari rawat setelah penderita melaksanakan

mobilisasi dini pada hari pertama sampai dengan hari ketiga post pembedahan.

Keuntungan dari Penelitian

1. Dengan melaksanakan mobilisasi dini dapat melancarkan aliran darah

sehingga mempercepat proses penyembuhan luka pembedahan dan

mengurangi lama hari rawat

Ketidaknyamanan dari Penelitian

1. Menyita waktu responden selama pelaksanaan mobilisasi

2. Adanya rasa nyeri pada luka operasi saat melakukan mobilisasi.

Kerahasiaan

Hasil penelitian ini dijamin kerahasiaannya. Hanya saudara dan peneliti yang

mengetahui hasil dari observasi.

Partisipasi Saudara dalam Penelitian ini

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Bila saudara

memutuskan untuk turut serta dalam penelitian ini, saudara harus

menendatangani formulir yang menyatakan persetujuan saudara. Saudara akan

diberi satu copy dari lembar informasi pasien ini dan dapat meminta informasi

tambahan lain setiap saat selama penelitian berlangsung

Page 62: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

62

Mengetahui,

Pembimbing I Peneliti

Kuswantoro Rusca Putra, S.kp.,M.Kep Mubin barid

NIP. 197905222005021002 Nim.105070209111001

Lampiran: 2

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SUBYEK PENELITIAN

Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi subyek penelitian dengan judul: Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap proses penyembuhan luka dan Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Pembedahan Sectio Caesarea Di Ruang Brawijaya RSUD kanjuruhan Malang

No. Subyek : ST / KE

1. Saya telah membaca Lembar Informasi penelitian ini dan telah menerima latar belakang, tujuan, jangka waktu beserta resiko penelitian serta peranan saya dalam penelitian ini.

2. Saya telah mengambil waktu untuk memikirkan keikutsertaan saya. Pertayaan saya telah dijawab dengan memuaskan dan saya telah menerima satu copy Lembar Informasi.

3. Saya telah mengerti keikutsertaan saya bersifat sukarela, atas pilihan saya sendiri dan saya dapat menolak atau mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat dan tidak akan mempengaruhi kesehatan saya.

4. Saya akan menghubungi dokter dan sekaligus peneliti bila saya mengalami gejala yang tidak biasa atau tidak diharapkan selama masa penelitian. Saya akan memberitahu dokter bila saya mendapat prosedur medis lain dalam penelitian. Saya juga memahami bila ada informasi lain yang dapat

Page 63: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

63

mempengaruhi keikutsertaan saya dalam penelitian ini akan segera disampaikan kepada saya.

5. Saya menyadari bahwa bila saya tidak bekerja sama penuh sesuai permintaan dan petunjuk peneliti, saya akan membahayakan diri saya.

Malang, ……………..

Peneliti Yang membuat pernyataan,

Mubin barid

NIM: 105070209111001

Saksi I, Saksi II,

Lampiran 3

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya Mubin Barid Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi

dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul pengaruh mobilisasi dini

terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari rawat pada pasien

post Sectio Caesarea di Ruang Brawijaya RSUD kanjuruhan Malang

2. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini

terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari rawat pada pasien

post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang,

dengan tujuan khusus, mengidentifikasi proses penyembuhan luka pasien

post pembedahan SC pada kelompok kontrol dan kelompok yang

mendapatkan perlakuan di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang,

mengidentifikasi lama hari rawat pasien post pembedahan SC pada

kelompok kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang

Page 64: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

64

Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang, Membandingkan pengaruh

mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan pasien post pembedahan SC di Ruang Brawijaya

RSUD Kanjuruhan Malang, Membandingkan pengaruh mobilisasi dini

terhadap lama hari rawat pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan pasien post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD

Kanjuruhan Malang.

3. Prosedur penelitian adalah dengan memberikan perlakuan mobilisasi baik

terhadap kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol cara ini

mungkin menyebabkan responden takut tetapi anda tidak perlu kuatir

karena peneliti menjamin hak responden dengan prinsip Benefience yaitu

mengutamakan manfaat untuk semua subyek penelitian sebelum dan

sesudah pelaksanaan treatmen, serta Justice yaitu diberikan treatmen

yang sama pada seluruh kelompok perlakuan, sedangkan kelompok

kontrol tetap diberikan treatmen mobilisasi sesuai dengan SOP yang

berlaku di ruang Brawijaya.agar prinsip keadilan tetap terjaga.

4. Keuntungan yang anda peroleh dengan keikutsertaan, anda adalah

mobilisasi yang akan diberikan dapat mempercepat proses penyembuhan

luka karena aliran darah menjadi lancar, juga mempercepat berfungsinya

kembali organ-organ tubuh akibat pembiusan , sehingga akan dapat

mengurangi lama hari rawat inap di Rumah Sakit

5. Seandainya anda tidak menyetujui cara ini maka anda boleh tidak

mengikuti penelitian ini sama sekali. Untuk itu anda tidak akan dikenai

sanksi apapun.

6. Nama dan jati diri anda akan tetap dirahasiakan

Page 65: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

65

Peneliti

Mubin Barid

105070209111001

Lampiran 4

SATUAN OPERASIONAL PELAKSANAAN ( SOP ) MOBILISASI DINI

Cara Melakukan Mobilisasi Dini ( Asian Biomedicine Vol. 4 No. 3 June 2010,

Bangkok, Thailand).

dimulai 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki

Setelah 6-12 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak

ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar

duduk, tegak dan kuatkan tubuh pada posisi stabil

Setelah 24 jam latihan berdiri dalam kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba

melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien

Page 66: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

66

Hari 2 mampu berjalan mandiri

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI LAMA HARI RAWAT

POST PEMBEDAHAN

No responden Jumlah Hari Rawat

Page 67: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

67

Lampiran 6

LEMBAR CHECKLIST PENILAIAN NYERI DENGAN VAS

( Visual Analog Scale)

NO

RESPONDEN

TIDAK

NYERI

NYERI

RINGAN

NYERI

SEDANG

NYERI

HEBAT

NYERI

SANGAT

BERAT

1

2

3

4

5

Pendeskripsian nyeri ini adalah

0 : Tidak nyeri

Page 68: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

68

1-3 : Nyeri ringan : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : Secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak

dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI PROSES PENYEMBUHAN LUKA PEMBEDAHAN

(Modifikasi dari buku SMELTZER DAN BARE, 2003 dan lembar observasi

TA Tri Pranawaningsih, Univ. Brawijaya 2003)

No Aspek yang dinilai Ya Tidak Skor

1 Luka terasa Nyeri

2 Luka Teraba hangat

3 Luka Edema/bengkak

4 Luka ada pus

Page 69: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

69

Keterangan :

jawaban Ya : 1

jawaban Tidak : 0

semakin kecil skor, semakin baik proses penyembuhan luka

Lampiran 8

Tabulasi Data Penelitian

NO RESP

Umur LAMA HARI RAWAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA

1 26 3 0

2 24 3 0

3 28 3 1

4 25 3 1

5 31 3 1

6 22 4 2

7 30 3 1

8 24 3 1

9 27 3 1

10 26 3 1

Page 70: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

70

11 28 3 0

12 31 4 2

13 32 3 1

14 30 4 2

15 28 3 1

16 26 3 1

17 34 3 0

18 31 3 1

19 33 3 1

20 35 3 0

21 32 3 1

22 27 4 2

23 26 3 1

24 24 4 2

25 19 3 1

26 19 5 3

27 25 4 2

28 29 3 1

29 30 3 1

30 34 4 2

31 25 5 3

32 28 3 0

33 29 3 1

34 27 3 2

35 32 3 2

36 24 4 2

37 19 4 2

38 21 5 2

39 35 3 1

40 18 3 0

Page 71: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

71

KETERANGAN :

No Responden 1 - 20 : Kelompok perlakuan

No Responden 21 – 40 : Kelompok kontrol

Lampiran 9

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mubin Barid

NIM : 105070209111001

Program studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil –

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan dan

pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa

Page 72: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

72

Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang,……………………...

Yang membuat pernyataan,

( Mubin Barid )

NIM : 1050709111001

Lampiran 10

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KETERANGAN KELAIKAN ETIK

(”ETHICAL CLEARANCE”)

No. /KEPK-FKUB/ EC / / 2011 /200

Setelah Tim Etik Penelitian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mempelajari dengan seksama rancangan penelitian yang diusulkan :

Judul : Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka Dan Lama Hari Rawat Pada pasien Post pembedahan Sectio Caesarea Di Ruamg Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang

Peneliti : Mubin Barid

NIM : 105070209111001

Page 73: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

73

Unit / Lembaga : Jurusan Ilmu keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.

Tempat Penelitian : RSUD Kanjuruhan Malang

Maka dengan ini menyatakan bahwa penelitian tersebut telah memenuhi syarat atau layak etik.

Malang,

An. Ketua

Koordinator Divisi I,

Prof. Dr. dr.Teguh Wahju Sardjono DTM & H, MSc, Sp.ParK

NIP.19520410 198002 1 001

Lampiran 11

FORMULIR ETIK PENELITIAN KESEHATAN

1. Peneliti : Mubin Barid

Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Dibawah Bimbingan Komisi Pembimbing:

a. Kuswantoro. R.P, M.Kep

b. Ns. Dina Dewi SLI, M.Kep

2. Judul Penelitian

Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap proses penyembuhan luka dan Proses

penyembuhan Luka Pada pasien Post pembedahan Sectio Caesarea Di Ruang

Page 74: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

74

brawijaya RSUD kanjuruhan Malang

3. Subyek:

Pasien Post Pembedahan Sectio Caesarea Di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan

Malang

4. Perkiraan waktu penelitian yang dapat diselesaikan untuk tiap subyek:

Penelitian akan dilaksanakan selama 3 hari dalam 4 kali pertemuan selama ± 15-20

menit

5. Ringkasan usulan penelitian yang mencakup: a) obyektif/ tujuan penelitian,

b) manfaat/ relevensi dari hasil penelitian dan c) alasan/ motivasi untuk

melakukan penelitian:

a). Obyektif/ tujuan jangka pendek yang ingin dicapai adalah:

Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat dan proses

penyembuhan luka pada pasien post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD

Kanjuruhan Malang

Secara khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi proses penyembuhan luka pasien post pembedahan SC

pada kelompok kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang

Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

2. Mengidentifikasi lama hari rawat pasien post pembedahan SC pada

kelompok kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang

Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

3. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terhadap lama hari rawat dan

proses proses penyembuhan luka pasien post pembedahan SC di Ruang

Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

4. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap proses proses penyembuhan

luka pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien post

pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.

Page 75: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

75

b). Manfaat/ relevensi dari hasil penelitian

1. Teoritik

a. Dengan pemberian mobilisasi dini post pembedahan pada pasien SC

diharapkan dapat melancarkan aliran darah sehingga mempercepat

proses penyembuhan luka dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi

serta dapat mengurangi lama hari rawat.

b. Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

untuk kemajuan profesi keperawatan dalam bidang pengetahuan dan

tehnologi.

2. Praktik

a. Bagi pasien dengan melaksanakan mobilisasi dini post pembedahan

SC dapat mempercepat proses penyembuhan luka, mencegah

komplikasi dan mengurangi lama hari perawatan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan

pertimbangan bagi instansi dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan pada pada penerima jasa pelayanan.

c. Dapat digunakan sebagai data dasar, acuan atau informasi untuk

penelitian selanjutnya

c). Alasan/ motivasi untuk melakukan penelitian:

Mengetahui pengaruh pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post Sectio

Caesarea terhadap lama hari rawat dan proses penyembuhan luka

mengingat secara teori mobilisasi dini sangat dianjurkan untuk melancarkan

peredaran darah.

6. Masalah etik (nyatakan pertanyaan Anda tentang masalah etik yang mungkin

dihadapi)

Apabila subyek penelitian telah diberikan penjelasan mengenai tujuan, prosedur

pelaksanaan penelitian, dan yang bersangkutan bersedia menjadi subyek penelitian,

diharapkan tidak dijumpai masalah etik.

Page 76: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

76

Hak-hak responden:

1. Kerahasiaan informasi terjaga

2. Kerahasiaan identitas terjaga

3. Penelitian ini dapat memberikan manfaat pada responden, dalam hal

pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat dan proses penyembuhan

luka pada pasien post Sectio Caesarea

4. Responden sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri menjadi responden.

5. Mendapatkan perlakuan yang adil pada semua responden.

7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah percobaan ini sudah

dilakukan pada hewan?

Bila belum sebutkan alasan untuk memulai penelitian ini pada manusia!

Penelitian ini tidak dilakukan pada hewan coba karena peneliti ingin mengidentifikasi

pengaruh mobilisasi dini terhadap pasien post sectio caesarea, sedangkan pada

hewan intervensi mobilisasi dini tidak dapat diberikan.

8. Prosedur penelitian:

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh rekomendasi dari Ketua

Program Studi Ilmu Keperawatan FK Brawijaya dan permintaan ijin ke Direktur

RSUD Kanjuruhan Malang, Tembusan disampaikan kepada Bagian Penelitian dan

Pengembangan setelah mendapat ijin penelitian dari Direktur melalui bagian

Penelitian dan Pengembangan yang di teruskan ke Ruangan Brawijaya selanjutnya

kepada Kepala Ruangan Brawijaya.

Pengambilan data dimulai dengan mengumpulkan data pada pasien yang menjalani

pembedahan SC dengan teknik consecutive sampling.. Responden yang sesuai

kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang prosedur penelitian dan

penandatanganan surat persetujuan sebagai responden. Tehnik pelaksanaannya

adalah : setelah sampel yang sesuai dengan kriteria dibagi 2 kelompok, untuk

kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan mobilisasi dini, tetapi tetap diberikan

perlakuan mobilisasi standar yang berlaku di ruang Brawijaya yaitu Mobilisasi

dimulai 6 - 8 jam setelah post pembedahan dengan melakukan gerakan pada

daerah kaki dengan cara menekuk kedua kaki, kemudian miring kiri kanan dan bila

sudah tidak pusing lagi belajar untuk duduk dan berdiri, sedangkan pada kelompok

Page 77: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

77

perlakuan diberikan intervensi mobilisai dini oleh peneliti dimulai 4 jam pertama

mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki, setelah 6-10 jam dilakukan

pengukuran tekanan darah, apabila tidak ditemukan hipotensi orthosthatik latihan

dapat dilanjutkan dengan belajar duduk dan kuatkan tubuh dalam posisi stabil,

setelah 24 jam latihan berdiri dalam kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba

melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien, Hari ke-2

mampu berjalan mandiri, intervensi ini dilaksanakan pada kedua kelompok selama

2 hari post pembedahan (mulai H=0 pelaksanaan pembedahan sampai hari ke-2

post pembedahan).

Untuk menghitung lama hari rawat dilakukan oleh peneliti dengan

cara menghitung selisih antara tanggal pasien pulang dikurangi tanggal pertama

dilakukan pembedahan pada dokumentasi status pasien sedangkan penilaian

proses penyembuhan luka didapatkan melalui observasi pada saat mengganti

balutan pertama kali yaitu pada hari ke-3 post pembedahan, menggunakan lembar

observasi (Modifikasi dari buku Smeltzer dan Bare, 2003 dan lembar observasi TA

Tri Pranawaningsih, Univ Brawijaya 2003) yang terdiri dari 4 aspek penilaian yaitu :

luka terasa nyeri, luka teraba hangat, luka edema/bengkak luka ada pus, dengan

jawaban ya dan tidak, jawaban ya dengan skor 1, dan jawaban tidak skor 0.

Untuk menghindari subyektifitas nyeri pada kategori penyembuhan luka maka

pengukuran tingkat nyeri menggunakan Untuk menghindari subyektifitas nyeri maka

pengukuran tingkat nyeri menggunakan verbal analog scale (VAS) yang terdiri dari 5

kata pendeskripsian, mulai dari 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan, 4-6=nyeri sedang, 7-

9=nyeri berat, 10=nyeri sangat berat

9. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung dan cara-cara untuk

mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan keluhan yang

lain)

Nyeri yang dirasakan saat mobilisasi dini merupakan resiko yang mungkin terjadi.

Jika selama prosedur ditemukan nyeri maka penanganan yang akan dilakukan

adalah mengajarkan tekhnik distraksi dan pemberian kolaborasi medis yaitu

Page 78: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

78

analgetik. Dengan demikian kemungkinan nyeri dapat dikurangi.

10. Pengalaman terdahulu:

Berdasarkan penelitian yang pernah dipublikasikan oleh Khairul bariah (2010) di

RSUD. Dr. Pirngadi Medan tentang efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan

luka post SC didapatkan bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan luka

operasi.

11. Bila peneliti menggunakan orang sakit dan dapat memberi manfaat untuk

subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu:

Manfaat mobilisasi dini bagi post pembedahan SC adalah : Penderita merasa lebih

sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal

sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit,

dengan demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,

mempercepat kesembuhan. Fungsi fisiologis usus dan kandung kencing lebih baik.

Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini

juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula, mencegah

komplikasi sirkulasi yaitu dengan meningkatkan aliran balik vena dan aliran sirkulasi

darah normal serta mencegah statis sirkulasi.

12. Bagaimana cara memilih pasien atau sukarelawan sehat?

Responden dipilih melalui tehnik consecutive sampling yang disesuaikan

dengan kriteria sampel :

Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah:

l. Pasien post pembedahan SC elektif di ruang Brawijaya RSU Kanjuruhan

Malang

m. Pasien yang menjalani pembedahan SC pertama kali

n. Pembedahan SC melalui anastesi spinal

o. Pasien yang menjalani pembedahan SC dengan jenis sayatan Ismika yaitu

sayatan / insisi melintang dari kiri ke kanan (horizontal)

p. Pasien yang menjalani pembedahann SC dengan penggunaan antibiotic

profilaksis

q. Pasien dengan status gizi baik melalui indicator kadar Hemoglobin > 10 gr %

Page 79: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

79

r. Pasien yang menjalani pembedahan SC dengan indikasi medis baik dari ibu

maupun bayi

s. Pasien yang bersedia menjadi responden

t. Usia di antara 20 - 35 tahun.

u. Pasien dalam keadaan sadar, dapat membaca, dan menandatangani

informed consent pada H-1 pembedahan

v. Pasien mampu dan bersedia menerima perlakuan mobilisasi dini

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :

e. Pasien post pembedahan SC murni dengan komplikasi sistemik

f. Pasien post pembedahan SC yang mengalami hipotensi ortostatik

g. Pasien post pembedahan SC kedua, ketiga dan seterusnya

h. Pasien dengan pembedahan SC Emergency

i. Pasien pembedahan SC dengan indikasi ketuban pecah dini

13. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan hubungan antara

peneliti dengan subyek yang diteliti

Tidak ada hubungan antara peneliti dengan subjek yang diteliti.

14. Bila mengunakan orang sehat jelaskan cara pemeriksaan kesehatannya

Responden dalam penelitian ini dengan indikasi rawat inap yaitu pasien post SC

15. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan

komplikasi bila ada

Semua informasi hasil observasi pada pasien atas pengaruh mobilisasi terhadap

proses penyembuhan luka dan lama hari rawat didokumentasikan pada lembar

observasi dan lembar checklist yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini Pada

saat pelaksanaan intervensi pertama kali, nyeri mungkin akan dirasakan oleh

penderita, tetapi nyeri tersebut akan berkuarang seiring dengan meningkatnya

kemampuan penderita dalam melakukan mobilisasi, dan tidak mempunyai efek

samping atau komplikasi karena peneliti memberikan perlakuan disesuaikan dengan

kemampuan penderita.

Page 80: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

80

16. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan bagaimana cara

memberitahu dan mengajak subyek (lampiran surat persetujuan subyek).

Bila pemberitahuan dan kesediaan subyek bersifat lisan, atau bila karena suatu hal

subyek tidak dapat dan tidak perlu diminta persetujuan, berikan alasan yang kuat

untuk itu.

Responden adalah ibu post SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang,

keadaan umum sadar, dapat membaca, dan menulis serta memahami dengan baik

kata-kata dalam pernyataan persetujuan sehingga mampu menandatangani

informed consent . serta mampu dan bersedia menerima perlakuan mobilisasi dini.

Sebelum responden menandatangani persetujuan,di lembar informed consent,

peneliti memberikan penjelasan tentang pelaksanaan mobilisasi dini sebelum

pembedahan dilakukan.

Terlampir: Lembar informasi dan lembar persetujuan sebagai subyek penelitian.

17. Bila peneliti ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek mendapat ganti

rugi bila ada gejala efek samping? Berapa banyak?

Tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari penelitian ini sehingga tidak ada ganti

rugi yang diberikan kepada subyek penelitian.

18. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek

diasuransikan?

Subyek tidak diasuransikan.

Peneliti

1. Mubin Barid NIM. Peneliti

Page 81: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

81

105070209111001

Pembimbing

1. Kuswantoro. R.P,

M.Kep

NIP.

197905222005021002

Pembimbing 1

2. Ns. Dina Dewi S.L.I,

M.Kep

NIP.

198002172005012002

Pembimbing 2

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ..........................................................

Lampiran 12

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN

DAN MEMENUHI ETHICAL CLEARANCE

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Mubin Barid

NIM : 105070209111001

Program Study : Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan

data penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah

memperoleh pernyataan kesediaan dan persetujuan dari responden

sebagai sumber data.

Malang, 24 Januari, 2011

Page 82: BAB 1 - 7, Dan Lampiran

82

Mengetahui :

Pembimbing 1 Yang Membuat Pernyataan

Kuswantoro Rusca Putra, M.Kep Mubin Barid

NIP. 197905222005021002 NIM. 105070209111001

Menyetujui

An. Ketua Koordinator Divisi 1 Komisi Etik Penelitian

Prof. Dr. dr.Teguh Wahju Sardjono DTM & H, MSc, Sp.ParK

NIP.19520410 198002 1 001