BAB 1 & 2 & 3 KTI PANCA Revisi Pualing Anyar

  • Upload
    rizki86

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Saat ini gizi buruk tetap menjadi masalah yang cukup signifikan diseluruh dunia. Masalah gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan tubuh, baik fisik maupun mental. Pada masalah gizi buruk yang berat, dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot), kerusakan otak, sulit berkonsentrasi, kebutaan, resiko terkena penyakit infeksi, bahkan dapat juga mengakibatkan kematian. Gizi buruk dapat terjadi apabila tubuh tidak mendapatkan asupan makanan dan nutrisi yang cukup. Banyak faktor penyebab hal ini dapat terjadi, salah satu faktor terjadinya hal tersebut adalah karena kurangnya keinginan untuk makan atau sering disebut kurang nafsu makan (Bekti, 2009). Gangguan nafsu makan ini biasanya dialami anak-anak usia 1-3 tahun. Sulit makan yang berkepanjangan dapat berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual anak, bahkan dapat juga menyebabkan terjadinya masalah gizi buruk (Limananti, Ika .A, Triratnawati .A, 2003, dalam penelitian Septyaningsih .N, 2011). Pada umumnya kebiasaan orang Jawa dalam persoalan kurang nafsu makan diupayakan dengan memberikan jamu khusus. Jamu dapat

dikategorikan sebagai minuman tradisional karena menggunakan bahan-bahan

1

alami seperti tumbuh-tumbuhan berkhasiat yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat setempat secara turun temurun (Septyaningsih .N, 2011). Banyak minuman tradisional yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Salah satu minuman tradisional tersebut adalah rimpang temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb). Seiring perkembangan zaman, khasiat rimpang temulawak sebagai salah satu obat alternatif semakin diakui. Sari temulawak dikenal sebagai obat untuk mengembalikan kondisi tubuh yang kelelahan (Muhlisah, 1999, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Di samping itu rimpang temulawak juga mengandung tonikum yang dapat digunakan sebagai stimulansia (tonik), sehingga banyak dimanfaatkan sebagai penambah nafsu makan. (Anonim, 1989, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Selain rimpang temulawak, di Indonesia juga dikenal rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) yang juga terdapat banyak manfaat didalamnya diantaranya untuk penambah nafsu makan, peluruh empedu, obat luka, obat gatal, antiradang, sesak nafas, antidiare, dan merangsang keluarnya angin perut (Sudarsono dkk, 1996 , dalam penelitian Miftakhul Hudayani, 2008). Adapun kandungan utama kunyit yaitu curcumin dan minyak atsiri berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba, antikolesterol, antiHIV, dan antitumor. Akan tetapi khasiat yang paling dikenal masyarakat dari rimpang kunyit adalah stimulansia (tonik) sebagai penambah nafsu makan karena rimpang kunyit mengandung curcumin dan tonikum (Hargono, 2000 ,dalam penelitian Hudayani .M, 2008).

2

Baru-baru ini telah dilakukan penelitian tentang manfaat dan kandungan dari tanaman rimpang temulawak dan rimpang kunyit. Dari hasil penelitian Neni Septyaningsih, 2011 yang berjudul Hubungan Pemberian Bubuk Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dengan Perubahan BB Mencit Betina (Swiss Webster) menunjukkan bahwa rimpang temulawak dapat meningkatkan nafsu makan dan berat badan, karena kandungan curcumin dan zat tonik yang terdapat di dalam temulawak menyebabkan mencit cepat merasa lapar karena peningkatan aktivitas pencernaan. Sedangkan dari hasil penelitian Wahyini, A. Hardjono, dan Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav tentang ekstrasi curcumin dari kunyit, menunjukkan bahwa kunyit mengandung curcumin yang didalamnya terdapat zat tonik yang dapat berfungsi untuk menambah nafsu makan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dimaksudkan untuk membandingkan khasiat rimpang temulawak dan rimpang kunyit dalam menambah nafsu makan dan hal tersebut akan dibuktikan dalam perubahan berat badan pada mencit betina. Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan hewan percobaan mencit karena struktur dan sistem organ yang ada di dalam tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia. Percobaan kali ini menggunakan mencit betina karena bersifat homogen dan variabel pengganggunya dapat diatasi.

3

B. Perumusan Masalah Gizi buruk merupakan masalah penting yang harus segera ditangani, gizi buruk yang tidak ditangani dengan tepat akan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius bagi penderitanya, bahkan dapat menyebabkan kematian. Salah satu penyebab gizi buruk adalah kurangnya asupan makanan dan nutrisi dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor penyebabnya adalah karena kurangnya nafsu makan. Salah satu cara mengatasi kurang nafsu makan adalah dengan ramuan tradisional rimpang temulawak dan rimpang kunyit, karena kedua tanaman ini mengandung curcumin dan zat tonik. Dari kedua tanaman ini pastilah ada yang lebih berkhasiat dalam menambah nafsu makan dan menambah berat badan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan antara pemberian rimpang temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dan rimpang kunyit (Curcuma

domestica Val) dalam perubahan berat badan pada mencit betina.

C. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat perbedaan kenaikan berat badan pada mencit betina setelah diberi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val)?

4

D. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Neni Septyaningsih Hubungan Pemberian Bubuk Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dengan Perubahan BB Mencit Betina (Swiss Webster). Hasil penelitian dari Neni Septyaningsih tersebut menunjukkan bahwa kandungan curcumin dan zat tonik didalam rimpang temulawak dapat meningkatkan nafsu makan yang akan berpengaruh pada berat badan pada mencit betina. Jika dilihat dari hasil pembahasan masalah didalam penelitian Neni Septyaningsih ini diketahui bahwa, pada kelompok A dari 6 ekor mencit betina usia dewasa yang diberi pakan BR II dan air matang yang dicampur serbuk temulawak dengan takaran 50mg/kg BB selama 28 hari mengalami kenaikan sebanyak 9,08 gram. Sedangkan pada kelompok B yang terdiri dari 6 ekor mencit betina usia dewasa yang diberi pakan BR II dan air matang biasa selama 28 hari hanya mengalami kenaikan sebanyak 7,41 gram. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian air matang yang dicampur serbuk temulawak maka berat badan mencit betina akan mengalami kenaikan lebih tinggi dibanding dengan mencit betina yang diberi air matang biasa, karena kandungan curcumin dan zat tonik yang terdapat di dalam temulawak menyebabkan mencit betina cepat merasa lapar karena peningkatan aktivitas pencernaan, sehingga selera makan bertambah dan berat badan mencit betina dapat mengalami kenaikan yang lebih cepat daripada yang hanya diberi air matang biasa.

5

2. Penelitian Wahyuni, A. Hardjono dan Paskalina Haryantiwasi Yamrewav Ekstrasi Curcumin dari Kunyit. Hasil penelitian dari Wahyuni, A. Hardjono dan Paskalina

Haryantiwasi Yamrewav menunjukkan bahwa kunyit mengandung curcumin yang didalamnya terdapat zat tonik yang dapat berfungsi untuk menambah nafsu makan. Dan kandungan curcumin yang dapat terambil dari proses ekstrasi tersebut sebesar 21600,39 ppm atau 2,16%. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti Neni Septyaningsih dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang terletak pada variabel bebas, dimana pada penelitian Neni Septyaningsih hanya menggunakan rimpang temulawak sebagai penambah berat badan pada mencit betina, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti sekarang menggunakan rimpang temulawak dan rimpang kunyit, kemudian dari kedua rimpang tersebut akan dibandingkan khasiatnya dalam

meningkatkan berat badan pada mencit. Kemudian perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti Wahyuni, A. Hardjono dan Paskalina Haryantiwasi Yamrewav dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang terletak pada variable bebas dan variable terikatnya. Dimana penelitian sebelumnya hanya bertujuan untuk mengetahui kandungan curcumin dari kunyit, sedangkan pada

6

penelitian yang dilakukan peneliti sekarang bertujuan untuk mengetahui manfaat curcumin dari rimpang kunyit dalam meningkatkan berat badan pada mencit betina.

E. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Untuk membandingkan khasiat rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dalam perubahan berat badan pada mencit betina. Tujuan Khusus: 1. Mengetahui kecepatan khasiat rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam meningkatkan berat badan. 2. Mengetahui kecepatan khasiat rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dalam meningkatkan berat badan. 3. Mengetahui perbedaan kenaikan berat badan pada mencit betina setelah diberi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val).

7

F. Manfaat Penelitian 1. Masyarakat Sebagai tambahan pengetahuan tentang manfaat rimpang temulawak dan rimpang kunyit, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan ramuan-ramuan tradisional maupun modern untuk meningkatkan kesehatan. 2. Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah pengetahuan manfaat rimpang temulawak dan rimpang kunyit untuk meningkatkan nafsu makan. 3. Bagi Akper Karya Bhakti Nusantara Magelang Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi Peneliti Merupakan sarana untuk melatih diri bagi penulis mengenai cara dan proses berfikir ilmiah secara praktis dan mengaplikasikan teori yang telah didapat dari bangku kuliah pada keadaan yang sebenarnya dilapangan.

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Buruk Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan makanan yang tidak tepat, ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi, dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun pendek, dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Pada beberapa kasus gizi buruk dapat menunjukkan gejala yang sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Tetapi pada kasus lain yang berat, gizi buruk dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang tetap meskipun telah diselamatkan. Pada anak yang menderita gizi buruk pasti akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan dibawah normal. Pada masalah gizi buruk yang berat, dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot), kerusakan otak, sulit berkonsentrasi, kebutaan, resiko terkena penyakit infeksi, bahkan dapat juga mengakibatkan kematian (Bekti, 2009).

9

Orang akan menderita gizi buruk jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang mereka konsumsi. Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk diantaranya adalah: pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya, kurangnya asupan makanan dan gizi dalam tubuh karena kurangnya nafsu makan, terdapat masalah pada sistem pencernaan, dan adanya kondisi medis tertentu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gizi buruk dapat terjadi apabila tubuh tidak mendapatkan cukup makanan dan nutrisi, seperti pada kasus kelaparan. Defisiensi 1 jenis vitamin juga dapat dikategorikan sebagai gizi buruk. Saat ini gizi buruk telah menjadi masalah yang cukup signifikan diseluruh dunia, terutama pada anak-anak. Kemiskinan, bencana alam, masalah politik, dan peperangan dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk dan kelaparan, bahkan dibelahan dunia manapun (Bekti, 2009).

B. Gangguan Nafsu Makan Hilang nafsu makan umumnya dialami orang sakit. Tetapi hilang nafsu makan tidak selalu karena sakit, bisa juga akibat efek samping beberapa obat termasuk gangguan makan karena ingin menaikkan atau menurunkan berat badan. Hal ini dapat berbahaya untuk tubuh, karena nafsu makan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi dalam tubuh. Nafsu makan

10

merupakan sistem regulasi yang kompleks, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi tubuh. Banyak faktor yang terlibat dalam menciptakan dan mempertahankan nafsu makan untuk berat badan ideal. Masalah nafsu makan dapat berupa kelebihan nafsu makan (hiperphagia) dan kekurangan nafsu makan (anoreksia) yang menyebabkan kenaikan dan penurunan berat badan yang cepat. Hilang nafsu makan kadang sering

digunakan untuk menunjukkan istilah gangguan makan. Hal ini bisa disebabkan oleh gejala penyakit, gangguan atau kondisi yang mungkin memerlukan perhatian medis yang mencegah sistem pembuangan dari tubuh (Laelamaruvi, 2010). Masalah hilangnya nafsu makan tidak dapat dipisahkan dari sistem pencernaan. Beberapa masalah pencernaan yang menyebabkan hilangnya nafsu makan, antara lain: maag, radang perut, divertikulitis ( radang atau infeksi satu atau lebih divertikula dalam saluran pencernaan), penyakit crohn, sindrom iritasi susu, kolitis ulseratif (luka atau peradangan pada usus besar). Selain masalah pencernaan, ada beberapa penyebab lain yang mengakibatkan seseorang kurang nafsu makan, diantaranya karena infeksi akut atau penyakit kronis yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, dan jamur. Hilangnya nafsu makan juga dapat disebabkan beberapa obat seperti kokain, morfin, antibiotik, amfetamin, methamphetamine, obat kemoterapi, obat batuk dan hidung tersumbat (dekongestan). Beberapa kondisi psikologis, diet, dan gaya

11

hidup juga merupakan faktor terkait yang menyebabkan hilangnya nafsu makan (Laelamaruvi, 2010).

C. Obat Tradisional Obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina, dan mengobati penyakit. Oleh karena itu obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini (Anonim, 2000, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Upaya kesehatan dengan obat tradisional telah dilaksanakan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obat modern menyentuh masyarakat luas. Obat tradisional telah berada dalam masyarakat dan digunakan secara empirik dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesehatan tubuh dan pengobatan berbagai penyakit (Tjokronegoro dan Baziad 1992, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi (Anonim, 2005, dalam penelitian Damayanti .R, 2008).

12

D. Tanaman Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) 1. Sistematika tanaman rimpang temulawak Kedudukan tanaman rimpang temulawak dalam tata nama (sistematika) tumbuhan adalah sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae Classis Ordo Famili Genus Species : Monocotyledonae : Zingiberales : Zingiberaceae : Curcuma : Curcuma xanthorriza Roxb

(Steenis .V, 1947, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). 2. Nama lain Nama lain rimpang temulawak yaitu : Nama sinonim : Curcuma zerumbed maus Rumph Nama daerah : Sumatera: temulawak, Jawa: koneng gede, temu raya, temu besar, aci koneng, koneng tegel, temulawak, Madura: temo labak, Bali: tommo, Sulawesi Selatan: tommon, Ternate: karbanga. Nama asing: Kiang huang (C), Haldi (IP), halud (Bengali), kurkum (Arab), zardcchobacch (Persia), menjal (Tamil), kunong-huyung

(Indochina), Harida (Dalimartha, 2000, dalam penelitian Damayanti .R, 2008).

13

3. Morfologi tanaman Temulawak termasuk tanaman terna berbatang semu setinggi kurang lebih 2cm, berwarna hijau atau coklat gelap, akar rimpang terbentuk dengan sempurna, bercabang-cabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap tanaman mempunyai daun 2 helai sampai 9 helai, berbentuk bundar memanjang. Berwarna hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang 31cm sampai 84cm, lebar 10cm sampai 18cm, panjang tangkai daun (termasuk helaian) 43cm sampai 80cm lebih (Anonim, 1979, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Perbungaan lateral, tangkai ramping, berambut 10cm sampai 37cm, sisik berbentuk garis, berambut halus, panjang 4cm sampai 12cm, lebar 2cm sampai 3cm. Bentuk bulat memanjang, panjang 9cm sampai 23cm, lebar 4cm sampai 6cm, berdaun pelindung banyak, panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga, berbentuk bundar telur sampai bangun jorong, berwarna merah, ungu dan putih dengan sebagian dari ujungnya berwarna ungu, bagian bawahnya berwarna hijau muda atau keputihan, panjang 3cm sampai 8cm, lebar 1,5cm sampai 3,5cm. Kelopak bunga berwarna putih berambut, panjang 8mm sampai 13mm (Anonim, 1979, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5cm, tabung berwarna putih atau kekuningan 2cm sampai 2,5cm. Helaian bunga berbentuk bundar telur atau bundar memanjang, berwarna putih

14

dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1,25cm sampai 2cm, lebar 1cm. Bibir berbentuk bundar atau bulat telur, berwarna jingga dan kadang-kadang pada tepinya berwarna merah, panjang 14cm sampai 18cm, lebar 14mm sampai 20mm, benang sari berwarna kuning muda, panjang 12mm sampai 16mm, lebar 10mm sampai 15mm, tangkai sari, panjang 3mm sampai 7mm, buah berbulu 2cm panjangnya (Anonim, 1979, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Lingkungan tumbuh atau habitat alami tanaman temulawak umumnya ditempat terlindung seperti dibawah naungan hutan jati, tanah tegal, padang alang-alang dan hutan belantara lainnya. Temulawak dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didataran rendah sampai pegunungan yakni mulai dari 5-120m di atas permukaan laut (Anonim, 1995, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). 4. Kandungan kimia dan sifat-sifat kimia Komposisi kimia terbesar dari rimpang temulawak adalah protein pati (48%-54%), minyak atsiri (3%-12%), dan zat warna kuning yang disebut curcumin. Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlahnya bervariasi tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Pati rimpang dapat dikembangkan sebagai sumber karbohidrat, yang digunakan sebagai bahan makanan. Fraksi curcumin mempunyai aroma yang khas, tidak toksik, terdiri dari curcumin, demetoksikurkumin, dan bidesmetoksi curcumin. Minyak atsiri merupakan cairan warna kuning atau kuning jingga, berbau aromatik tajam (Dalimarta, 2000, dalam penelitian Damayanti .R, 2008).

15

5. Khasiat tanaman Sari rimpang temulawak mempunyai khasiat sebagai obat penguat (tonik) sehingga dapat digunakan sebagai bahan campuran jamu. Jamu temulawak ini mempunyai beberapa khasiat yang diantaranya yaitu sebagai penambah nafsu makan, serta banyak digunakan sebagai obat penambah darah untuk orang yang menderita kekurangan darah atau anemia (Anonim, 1987, dalam penelitian Septyaningsih .N, 2011). Selain itu, temulawak juga bisa menurunkan kadar kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, gumpalan darah, malaria, demam, campak, pegal linu, rematik, sakit pinggang, peluruh haid, keputihan, sembelit, ambeien, batuk, asma, radang tenggorokan, radang saluran nafas, radang kulit, eksim, jerawat, meningkatkan stamina, radang kandung empedu dan batu empedu (Hembing .W, 2009, dalam penelitian Septyaningsih .N, 2011).

E. Tanaman Rimpang Kunyit (Curcuma domestic Val) 1. Sistematika tanaman rimpang kunyit Kerajaan Divisi : Plantae : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae Kelas Ordo Familia : Monocotyledoneae : Zingiberales : Zingiberaceae

16

Genus Spesies

: Curcuma : Curcuma domestic Val

(Backer dan Brink, Den .V, 1968, dalam penelitian Hudayani .M, 2008). 2. Nama lain Nama lain rimpang kunyit yaitu: Nama sinonim Nama daerah : Curcuma domestic : Hunik (Batak), kunyir (Lampung), temu kunir, kunir

(Jawa), koneng (Sunda), konyet ,temu koneng (Madura), kunidi (Sulawesi Utara), kuminu (Ambon), rame (Irian) (Muhlisah, 2001, dalam penelitian Hudayani .M, 2008). 3. Morfologi tanaman Tanaman kunyit adalah terna berumur panjang dengan daun besar berbentuk elips 3-8 buah, panjang sampai 85cm, lebar sampai 25cm, pangkal daun meruncing, berwarna hijau seragam. Batang semu berwarna hijau atau agak keunguan, tinggi sampai 1,60cm. Perbungaan muncul langsung dari rimpang, terletak ditengah-tengah badan, ibu tangkai bunga berambut kasar dan rapat, saat kering tebalnya 2-5mm, panjang 16-40cm, daun kelopak berambut berbentuk lanset panjang 4-8cm, lebar 2-3,5cm, yang paling bawah berwarna hijau, berbentuk bulat telur, makin keatas makin menyempit dan memanjang, warna putih atau putih keunguan, tajuk bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu (Sudarsono dkk, 1996, dalam penelitian Hudayani .M, 2008).

17

Bentuk bunga majemuk bulir silindris. Mahkota bunga berwarna putih. Bagian di dalam tanah berupa rimpang yang memiliki struktur berbeda dengan Zingiber (yaitu berupa induk rimpang tebal berdaging, yang membentuk anakan, rimpang lebih panjang dan langsing) warna bagian dalam kuning jingga atau pusatnya lebih pucat (Sudarsono dkk, 1996, dalam penelitian Hudayani .M, 2008). 4. Kandungan kimia dan sifat-sifat kimia Minyak atsiri 2-5% terdiri dari seskuiterpen dan turunan phenypropane (1) yang meliputi turmeron, ar-turmeron, - dan turmeron, curlon, curcumol, atlanton, turmenol, arabinosa, -bisabolen, sesquiphellandren, zingiberen, ar-curcumene, humulen, arabinosa,

fruktosa, glukosa, pati, tannin dan dammar, serta mineral yaitu Mg, Mn, Fe, Cu, Ca, Na, K, Pb, Zn, Co, Al dan Bi. Zat warna curcuminoid suatu senyawa diaryheptonoide 3-4% terdiri dari curcumin, dihydrocucumin, desmethoxy curcumin dan bisdesmethoxy-curcumin ( Sudarsono dkk, 1996, dalam penelitian Hudayani .M, 2008). 5. Khasiat tanaman Rimpang kunyit berkhasiat sebagai stimulansia (tonik), yang dapat digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, selain itu rimpang kunyit juga dapat digunakan sebagai peluruh empedu, obat luka dan gatal, anti radang, sesak nafas, anti diare, dan merangsang keluarnya angin perut. Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur kecantikan dan kosmetik.

18

Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk pemberi warna masakan, dan minuman serta digunakan sebagai bumbu dapur (Sudarsono dkk, 1996, dalam penelitian Hudayani .M, 2008). 6. Sifat Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas dan dapat bertindak sebagai astringensia. Astringensia merupakan zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi. Akibat dari aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso, 1993, dalam penelitian Hudayani .M, 2008). 7. Ekologi dan Penyebaran Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia, dan Filipina. Tanaman kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang baik tata pengairannya, curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit kenaungan, tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam ditempat yang terbuka (Prawiro, 1977, dalam penelitian Hudayani .M, 2008).

19

F. Tonikum Tonikum adalah obat yang menguatkan badan dan merangsang selera makan (Ramli dan Pamoentjak, 2000, dalam penelitian Septyaningsih .N, 2011). Tonikum adalah istilah yang dahulu digunakan untuk kelas preparat obat-obatan yang dipercaya mempunyai kemampuan mengembalikan tonus normal pada jaringan. Tonikum mempunyai efek yang menghasilkan tonus normal yang ditandai dengan ketegangan terus-menerus (Dorlan, 1996, dalam penelitian Septyaningsih .N, 2011). Efek dari tonikum adalah tonik yaitu berupa efek yang memacu dan memperkuat semua sistem organ serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik ini terjadi karena efek stimulan yang dilakukan terhadap sistem saraf pusat. Efek tonus ini dapat digolongkan kedalam golongan psikostimulansia. Senyawa ini dapat menghilangkan kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang

bersangkutan (Mutschler, 1986, dalam penelitian Septyaningsih .N, 2011). Stimulan yang bekerja pada korteks ini mengakibatkan euphoria, tahan lelah, dan stimulansia ringan. Sedangkan pada medula, tonikum menghasilkan beberapa efek yang diantaranya yaitu meningkatkan pernafasan, stimulasi vasomotor dan stimulasi vagus. Euphoria sendiri juga dapat menunda timbulnya sikap negatif terhadap kerja yang melelahkan (Nierforth dan Cohen, 1981, dalam penelitian Septyaningsih .N, 2011).

20

G. Sediaan Serbuk Instan Serbuk adalah partikel-partikel halus yang merupakan campuran homogen dua atau lebih bahan obat yang berasal dari bahan kering. Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, biasanya untuk pemakaian oral atau pemakaian luar (Anonim, 1995, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Sediaan serbuk instan merupakan sediaan dalam bentuk serbuk dari sari rebusan dengan menambah gula sebagai bahan pengawet, pemanis serta penambah energi. Pada sediaan serbuk instan ini gula yang digunakan adalah sukrosa. Sukrosa (Sucrosum) adalah gula yang diperoleh dari Saccharum Officinarum Linne (Familia Graminae) BetaVulgaris Linne (Familia Chenopodiaceae) dan sumber-sumber lain, tidak mengandung bahan tambahan (Anonim, 1995, dalam penelitian Damayanti .R, 2008). Sukrosa berasal dari tebu, selain pada tebu sukrosa terdapat pula pada tumbuhan lain, misalnya nanas dan dalam wortel. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa. Apabila kita makan makanan yang mengandung gula, maka dalam usus halus sukrosa akan diubah menjadi glukosa dan fruktosa (Poedjiadi, 1994, dalam penelitian Damayanti .R, 2008).

21

H. Kerangka Penelitian

Variabel yang dapat dikendalikan Makanan, minuman, jenis kelamin Variabel Bebas Rimpang Temulawak Variabel Terikat Zat tonik (Stimulansia) Penambah nafsu makan Berat Badan

Rimpang Kunyit

Penyerapan serbuk temulawak dan serbuk kunyit Variabel Pengganggu ( Variabel yang tidak dapat dikendalikan )

I. Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan kenaikan berat badan pada mencit betina setelah diberi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val).

22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah Pre Eksperimental Design, dengan pre test-post test design yaitu dengan cara memberikan pretest (pengamatan/pengukuran awal) terlebih dahulu sebelum diberikan perlakuan, dan setelah diberikan perlakuan kemudian dilakukan posttest (pengamatan/pengukuran akhir) (Hidayat, Aziz Alimul .A, 2007).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, Aziz Alimul .A, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah mencit betina yang berjumlah 16 ekor. Alasan menggunakan mencit karena struktur dan sistem organ yang ada di dalam tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, dan alasan menggunakan mencit betina karena bersifat homogen dan variabel pengganggunya dapat diatasi.

23

2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, Aziz Alimul .A, 2007). Rumus menentukan besar sampel: ( N-1 ) ( T-1 ) 15

Keterangan : N = Jumlah Populasi T = Kelompok Berdasarkan pada rumus diatas maka didapatkan perhitungan jumlah sampel sebagai berikut: ( N-1 ) ( T-1 ) 15 ( 16-1 ) ( 2-1) 15 15 x 1 15 15 15 Dari hasil penghitungan diatas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 15 mencit, tetapi karena terbagi menjadi 2 kelompok mencit maka jumlah sampel haruslah genap, sehingga dari hasil perhitungan tersebut jumlah sampel dibulatkan menjadi 16 mencit. Dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh, karena semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Hidayat, Aziz Alimul .A, 2007).

24

C. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : rimpang temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). 2. Variabel terikat : Berat badan. 3. Variabel yang dapat dikendalikan : makanan, minuman, jenis kelamin. 4. Variabel yang tidak dapat dikendalikan : penyerapan serbuk temulawak dan serbuk kunyit.

D. Alat dan Bahan 1. Alat : satu buah timbangan dengan ukuran gram, alat tulis, sarung tangan, kandang yang beralaskan sekam padi, tempat pakan dan tempat air minum. 2. Bahan : serbuk temulawak, serbuk kunyit, air minum biasa, pakan BR II, mencit betina 16 ekor.

E. Tempat Penelitian Tempat penelitian di rumah kos bapak Harto, Kedung Sari, Magelang.

25

F. Jalannya penelitian 1. Kerangka Kerja

Populasi Mencit Betina berjumlah 16 ekor

Sampel Seluruh anggota populasi (Mencit Betina berjumlah 16 ekor)

Teknik Sampling Sampling Jenuh Variabel Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dalam perubahan berat badan Rancangan Penelitian Pre Experimental Design dengan Pre test-post test design Uji Hipotesis Analitik komparatif numerik tidak berpasangan yang terdiri dari dua kelompok

Analisa Data Uji t tidak berpasangan, batas normalitas sebaran data p > 0,05

Batas kemaknaan p > 0,05 tidak bermakna p < 0,05 bermakna26

2. Kerangka Jalannya penelitian

Mencit betina sebanyak 8 ekor pada kelompok A Diadaptasikan dalam kandang selama 6 hari

Mencit betina sebanyak 8 ekor pada kelompok B

Timbang berat badan mencit betina pada kelompok A dan kelompok B, bedakan hasil penimbangannya

Pemberian pakan BR II dan serbuk temulawak dengan takaran 50mg/kg BB, setiap hari selama 21 hari pada kelompok A

Pemberian pakan BR II dan serbuk kunyit dengan takaran 50mg/kg BB, setiap hari selama 21 hari pada kelompok B

Lakukan penimbangan kembali setiap 1 minggu selama 21 hari dan bedakan hasil penimbangan antara mencit betina pada kelompok A dan mencit betina pada kelompok B

Setelah diberi perlakuan khusus selama 21 hari,hitung rerata peningkatan berat badan pada mencit betina kelompok A dan mencit betina kelompok B

Bandingkan rerata peningkatan berat badan mencit betina antara kelompok A dan kelompok B

27

G. Pengukuran Data Berat badan diukur dengan timbangan yang berukuran gram, Adapun langkah pengukuran data adalah sebagai berikut: 1. Siapkan semua mencit betina yang akan ditimbang. 2. Siapkan timbangan dan lapisi dengan plastik. 3. Gunakan sarung tangan. 4. Pertama, timbang setiap mencit betina pada kelompok A, kemudian timbang setiap mencit betina pada kelompok B. 5. Bedakan hasil penimbangan berat badan mencit betina pada kelompok A dengan kelompok B. 6. Beri perlakuan pada mencit betina kelompok A, dengan diberi makanan BR II dan minuman sari serbuk temulawak dengan takaran 50mg/kg BB. Pada kelompok B juga diberi makanan BR II dan minuman sari serbuk kunyit dengan takaran 50mg/kg BB selama 21 hari. 7. Timbang lagi setiap mencit betina pada kelompok A, dan pada kelompok B setiap 1 minggu, selama 21 hari. 8. Bedakan hasil penimbangan berat badan mencit betina pada kelompok A, dengan kelompok B setelah diberi perlakuan. 9. Hitung rerata peningkatan berat badan mencit betina pada kelompok A dan kelompok B setelah diberikan perlakuan khusus selama 21 hari. 10. Bandingkan rerata peningkatan berat badan mencit betina antara kelompok A dan kelompok B.

28

H. Analisa Data Penelitian ini menggunakan uji hipotesis analitik komparatif numerik tidak berpasangan yang terdiri dari dua kelompok. Dimana penelitian ini berusaha untuk menentukan perbedaan atau perbandingan antara pemberian rimpang temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dalam perubahan berat badan pada mencit betina. Uji statistik yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan. Sebelum dilakukan uji t tidak berpasangan dilakukan uji normalitas Shapiro-wilk karena populasi mencit < 50 ekor (Dahlan, Sopiyudin .M, 2008).

29

30