46
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi Menurut James A. F. Stoner (Widjaja, 2010:8) komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Sedangkan menurut John R. Schermerhon (Widjaja, 2010:8) komunikasi adalah sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka. Dari penjelasan diatas yang telah diuraikan, maka peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi seseorang kepada orang lain dengan maksud agar si komunikan mengerti pesan yang disampaikan. Menurut William I. Gorden yang dikutip dalam (Mulyana, 2008:5) ada 4 fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yaitu : 7

library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2-01179-MC Ba… · Web viewMenurut James A. F. Stoner (Widjaja, 2010:8) komunikasi adalah proses di mana seseorang

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Komunikasi

Menurut James A. F. Stoner (Widjaja, 2010:8) komunikasi adalah

proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara

pemindahan pesan.

Sedangkan menurut John R. Schermerhon (Widjaja, 2010:8)

komunikasi adalah sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan

menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

Dari penjelasan diatas yang telah diuraikan, maka peneliti

menyimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi

seseorang kepada orang lain dengan maksud agar si komunikan mengerti

pesan yang disampaikan.

Menurut William I. Gorden yang dikutip dalam (Mulyana, 2008:5)

ada 4 fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yaitu :

1 Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

menginsyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri

kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh

kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat

komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

7

8

2. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain,

namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk

menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

3. Komunikasi Ritual

Suatu komunikasi sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang

tahun dan sepanjang hidup.

4. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan,

dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.

Komunikasi memiliki komponen dalam proses terjadinya komunikasi

seperti yang diungkapkan (Widjaja, 2010:12-20) terdiri dari :

a. Sumber (Source)

Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan,

yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.

b. Komunikator

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,

kelompok orang, organisasi komunikasi seperti: surat kabar, radio,

televisi, film. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang

komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya komunikan bisa

menjadi komunikator.

c. Pesan (Message)

Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh

komunikator.

9

d. Saluran

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima

melalui panca indera atau menggunakan media.

e. Komunikan

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu :

1. Komunikasi Personal

Komunikasi yang tertujukan kepada sasaran yang tunggal seperti

tukar pikiran.

2. Komunikasi Kelompok

Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu (suatu

kumpulan manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang

nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula).

3. Komunikasi Massa

Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang

menggunakan media massa (kumpulan orang yang hubungan antar

sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu).

f. Effect (Hasil)

Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi yakni sikap dan

tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

2.1.2 Hubungan Masyarakat

The British Institute of Public Relations yang dikutip dalam

(Morissan, 2010:7), mendefinisikan an effort to establish and maintain

mutual understanding between organization and its public (suatu upaya untuk

10

membangun dan mempertahankan saling pengertian antara organisasi dan

publiknya).

Sedangkan menurut Cutlip-Center-Broom (Morissan, 2010:7),

mendefinisikan Humas sebagai the planned effort to influence opinion

thourgh good character and responsible performance, based on mutually

satisfactory two-way commmunications (usaha terencana untuk

mempengaruhi pandangan melalui karakter yang baik serta tindakan yang

bertanggung jawab, didasarkan atas komunikasi dua arah yang saling

memuaskan).

Sedangkan menurut Edward L. Bernays (Widjaja, 2010:54)

mendefinisikan Humas mempunyai 3 pengertian :

1. Memberi penerangan kepada masyarakat.

2. Pembujukan langsung terhadap masyarakat guna mengubah sikap dan

tindakan.

3. Usaha-usaha mengitegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan

dengan masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya.

Dari penjelasan diatas yang telah diuraikan, maka peneliti

menyimpulkan bahwa seseorang yang bekerja sebagai Humas harus dapat

berusaha untuk membuat komunikasi dua arah dengan lancar dan baik untuk

membangun serta mempertahankan saling pengertian antara organisasi

dengan publiknya, serta melakukan pembujukan langsung terhadap

masyarakat guna mengubah sikap dan tindakan dengan pandangan karakter

yang baik serta bertanggung jawab.

11

Menurut Cutlip-Center-Broom dalam bukunya Effective Public

Relations (Morissan, 2010:14-31) ruang lingkup Humas meliputi enam

bidang pekerjaan, yaitu :

1. Publisitas

Publisitas (Press Agentry) menurut Scott Cutlip dan rekan (Morissan,

2010:18), mendefinisikan bahwa Press agentry is creating newsworthy

stories and events to atract media attention and to gain public notice (Press

agentry adalah menciptakan cerita-cerita atau peristiwa yang bernilai berita

untuk menarik perhatian media dan mendapatkan perhatian publik). Publisitas

dapat dilakukan seperti berikut :

1. Menerbitkan warta harian, mingguan, majalah bulanan, dan folder.

2. Menerbitkan buku kerja.

3. Menerbitkan kalender kerja.

4. Ikut serta menyelenggarakan pameran, antara lain pameran

pembangunan.

2. Pemasaran

Tujuan pemasaran adalah untuk menarik dan memuaskan klien atau

pelanggan (customer) dalam jangka panjang untuk upaya mencapai tujuan

ekonomi perusahaan. Dalam pemasaran memiliki tanggung jawab adalah

membangun dan mempertahankan pasar bagi barang dan jasa yang dihasilkan

perusahaan. Sedangkan iklan merupakan alat yang sangat penting dalam

pemasaran dan sering digunakan dalam strategi Humas dalam menyampaikan

12

pesan kepada khalayak yang bukan menjadi pelanggan (customer) dari

perusahaan tempat Humas itu berada.

3. Public Affairs

Public affairs dapat didefiniskan sebagai a specialized part of public

relations that builds and maintains govermental and local community

relations in order to influence public policy (bidang khusus public relations

yang membangun dan mempertahankan hubungan dengan Pemerintah dan

komunitas lokal agar dapat mempengaruhi kebijakan publik).

4. Manajemen Isu

Manajemen isu (issues management) merupakan upaya organisasi atau

perusahaan untuk melihat kecenderungan isu atau opini publik yang muncul

di tengah masyarakat dalam upaya organisasi atau perusahaan untuk

memberikan tanggapan atau respons yang sebaik-baiknya.

Menurut Howard Chase (Morissan, 2010:26), manajemen isu meliputi

tindakan mengidentifikasi isu, menganalisa isu, menetapkan prioritas,

menentukan strategi program, menetapkan program tindakan komunikasi

serta melakukan evaluasi efektivitas kerja.

5. Lobi

Lobbying a specialized part of public relations that builds and maintains

relations with government primarily for the purpose of influencing legislation

and regulation (Lobi adalah bidang khusus Humas yang membangun dan

memelihara hubungan dengan Pemerintah utamanya untuk tujuan

mempengaruhi peraturan dan perundang-undangan).

13

6. Hubungan Investor

Menurut Cutlip-Center-Broom (Morissan, 2010:30) hubungan investor

merupakan A specialized part of corporate public relations that builds and

maintain mutually beneficial relationship with shareholders and other in the

financial community to maximize market value (bidang khusus dari Humas

korporat yang membangun dan mempertahankan hubungan yang saling

menguntungkan dengan pemegang saham dan pihak lainnya dalam

masyarakat keuangan untuk memaksimalkan nilai pasar).

Humas berfungsi untuk menimbulkan iklim yang dapat mengembangkan

tanggung jawab dan partisipasi seluruh sasaran Humas (Widjaja, 2010:60-61)

maka, seorang Humas perlu melakukan strategi operasional sebagai berikut :

1. Pendekatan Kemasyarakatan

Pelaksanaan program ini melalui mekanisme sosial-kultural yang berarti

bahwa opini publik yang tersurat dalam berbagai media massa merupakan

pencerminan dari pendapat dan kehendak masyarakat.

2. Pendekatan Koordinatif dan Integratif

Pendekatan ini dilakukan dengan koordinasi dan integrasi di dalam Badan

Koordinasi Kehumasan (BAKOHUMAS) untuk mempercepat

tercapainya program Humas.

14

3. Pendekatan Edukatif dan Persuasif

Pendekatan ini mempunyai peranan penting untuk mencapai perubahan

sikap mental yang negatif dari pasar sasaran Humas, terutama dari media

massa agar lebih berperan serta secara positif dalam ikut mewujudkan

tujuan pembangunan.

4. Penyelenggaraan Sistem Penerangan Terpadu

Pendekatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan gerak langkah

operasional antara Humas dan petugas yang berkenaan dengan

kehumasan, sehingga terarah ketercapainya tujuan kehumasan.

Selain strategi operasional Humas, seorang Humas perlu melakukan

program yang dititikberatkan pada :

1. Program Pelayanan

Program ini berupa pelayanan data atau informasi baik secara lisan

maupun tertulis, termasuk penyelenggaraan display tetap dan

pameran.

2. Program Mediator

Program ini berupa penerbitan berbagai media massa,

penyelenggaraan konfrensi pers, wisata pers, menjawab surat

pembaca, menanggapi tajuk rencana yang negatif dan lain-lain.

3. Program Dokumentator

Program ini berupa pembuatan dokumentasi film, foto rekaman (kaset

audio dan video), transkip pidato dan lain-lain.

15

Untuk menjalankan tugas, program dan strategi yang dilakukan

oleh seorang praktisi Humas harus memiliki sasaran agar terarah dan

tercapai, maka seorang praktisi Humas harus memiliki sasaran Humas

yang meliputi dua hal (Widjaja, 2010:59), yaitu :

a. Sasaran yang Berupa Publik Intern

Yang dimaksud dengan publik merupakan kelompok masyarakat

yang harus selalu dihubungi dalam melaksanakan Humas. Sasaran

ini berada dilingkungan sendiri, yaitu seluruh pegawai mulai dari

karyawan terendah sampai karyawan tertinggi.

b. Sasaran yang Berupa Publik Ekstern

Sasaran ini berupa orang-orang yang berada di luar lingkungan

atau jajaran, misalnya para anggota masyarakat dan wartawan.

2.1.3 Citra

Frank Jefkins dalam bukunya PR Technique yang dikutip dalam buku

(Nova, 2011:298), menyimpulkan bahwa secara umum citra diartikan sebagai

kesan seseorang atau individu tentang suatu yang muncul sebagai hasil dari

pengetahuan dan pengalamannya.

Sedangkan menurut Onong Uchajana Effendy (Nova, 2011:298), citra

(image) didefinisikan sebagai berikut :

1. Gambaran antara fisik yang menyerupai kenyataan seperti manusia,

binatang atau benda sebagai hasil lukisan, perekaman oleh kamera foto,

film, atau televisi.

16

2. Penampilan secara optis dari suatu objek seperti yang dipantulkan oleh

sebuah cermin.

3. Perwakilan atau representasi secara mental dari sesuatu baik manusia,

benda atau Lembaga yang mengandung kesan tertentu.

Jadi, pengertian citra sesuai penjelasan yang diatas merupakan total

persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk dengan memproses informasi

terkini dari beberapa sumber setiap waktu.

Sedangkan menurut Djalim Saladin (Nova, 2011:298), citra

merupakan salah satu perbedaan yang dapat dibanggakan oleh pelanggan,

baik citra produk maupun citra perusahaan.

Dari penjelasan beberapa ahli yang mengemukakan tentang citra

diatas, maka peneliti membuat sebuah kesimpulan tentang pengertian sebuah

citra yaitu sebuah tampilan yang dapat dilihat oleh public tentang sebuah

perusahaan atau Lembaga yang melayani khalayak, sebuah tampilan yang

baik akan memunculkan sebuah gambaran atau citra yang baik tentang

perusahaan yang dikelola oleh praktisi PR.

Menurut Frank Jefkins, terdapatnya beberapa jenis citra (Nova,

2011:299), seperti :

1. Citra Bayangan (The Miror Image)

Citra bayangan merupakan citra atau pandangan orang dalam perusahaan

mengenai pandangan masyarakat terhadap organisasinya.

2. Citra yang Berlaku (The Current Image)

Citra yang berlaku merupakan citra atau pandangan orang luar mengenai

suatu organisasi, citra ini terbentuk belum tentu sesuai dengan kenyataan dan

biasanya citra ini cenderung negatif.

17

3. Citra yang Diharapkan (The Wish Image)

Citra yang diharapkan merupakan citra yang diinginkan oleh perusahaan

biasanya citra yang diharapkan lebih baik daripada citra yang sesungguhnya

(citra yang saat ini dialaminya).

4. Citra Perusahaan (Corporate Image)

Citra perusahaan merupakan citra dari suatu organisasi secara

keseluruhan, bukan hanya citra atas produk dan pelayanannya.

5. Citra Majemuk (The Multiple Image)

Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang atau perwakilan dari

sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang

belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan tersebut secara

keseluruhan.

6. Citra yang Baik dan Buruk (Good and Bad Image)

Citra PR yang ideal merupakan kesan yang benar yakni sepenuhnya

berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang

sesungguhnya sehingga citra yang terbentuk dapat dinilai baik dan buruknya

oleh masyarakat.

Dari penjelasan diatas untuk menciptakan sebuah citra yang dapat

melekat pada sebuah perusahaan atau Lembaga maka terdapat sebuah proses

pembentukan citra seperti yang dikemukakan oleh John S. Nimpoeno

(Ardianto, 2011:101), sebagai berikut :

18

Gambar 2.1 Model Pembentukan Citra

Stimulus : Rangsangan (kesan Lembaga yang diterima dari luar untuk

membentuk persepsi. Sensasi adalah fungsi alat indra dalam

menerima informasi dari audiens).

Persepsi : Hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang langsung

dikaitkan dengan suatu pemahaman, pembentukan makna pada

stimulus indrawi (sensor stimulus).

Kognisi : Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan,

ide dan konsep.

Motivasi : Kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu, dan sedapat mungkin menjadi kondisi kepuasan

maksimal bagi individu setiap saat.

Sikap : Hasil evaluasi negatif atau positif terhadap konsekuensi

penggunaan objek.

Tindakan : Akibat atau respon individu sebagai organisme terhadap

rangsangan yang berasal dari dalam dirinya maupun

lingkungan.

Stimulus

Motivasi

Persepsi PerilakuSikap

Kognisi

19

Respon : Tindakan seseorang sebagai reaksi terhadap rangsangan atau

stimulus.

Jadi Humas dapat digambarkan sebagai input-output. Proses

pembentukan dalam model ini adalah pembentukan citra sedangkan input

adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku

tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui Persepsi-Kognisi-Motivasi-

Sikap. Stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi

respons publik. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada individu dapat

diterima atau ditolak. Stimulus dalam Humas adalah seberapa banyak berita,

informasi, peristiwa yang diterima atau dialami publik dan semua itu akan

membentuk persepsi mereka terhadap citra seseorang ataupun perusahaan.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Media Relations

Media relations yang dikemukakan oleh Ruslan Rosady dalam buku

Manajemen PR yang dikutip dalam (Nova, 2011:204), bahwa hubungan pers

merupakan suatu kegiatan Humas dengan maksud menyampaikan pesan

(komunikasi mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan, perusahaan atau

institusi, produk, serta kegiatan yang sifatnya dipublikasikan melalui kerja

sama dengan media massa untuk menciptakan publisitas dan citra positif.

Menurut Frank Jefkins (Nova, 2011:204), hubungan pers (media

relations) sebagai usaha mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimal

atas suatu pesan atau info hubungan masyarakat dalam menciptakan

pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau instansi yang

bersangkutan.

20

Hal diatas senada dengan apa yang diungkapkan oleh Cutlip and

Center (Nova, 2011:205), hubungan media yang baik dapat diraih melalui

kejujuran dan layanan media yang sangat membantu, yang dibangun dalam

atmosfer saling terbuka dan hormat-menghormati satu sama lain.

Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa, media relations merupakan

sebuah kegiatan yang dilakukan oleh Humas dalam menyampaikan pesan

atau informasi yang bersangkutan dengan perusahaan sebagai langkah

publisitas dan citra positif terhadap masyarakat.

Philip Lesley, seorang penulis buku Public Relations Handsbook yang

dikutip dalam buku (Nova, 2011:206) mengemukakan fungsi Humas dalam

hubungan dengan pers, sebagai berikut :

1. Fungsi Pasif dan Pelayanan

Fungsi pasif berarti pihak Humas hanya menanggapi permintaan pers dan

tidak melakukan inisiatif tertentu.

2. Fungsi Setengah Aktif

Secara kontinyu Humas mempersiapkan penyebaran info tentang berbagai

kejadian di organisasi kepada berbagai media.

3. Fungsi Aktif

Dalam fungsi aktif, Humas menggunakan inisiatif dalam mendekati kalangan

media. Untuk menjalankan fungsi diatas seorang praktisi Humas harus dapat

memiliki pers relations yang diharapkan dapat dicapai, sebagai berikut :

1. Memperoleh publisitas seluas mungkin tentang kegiatan serta langkah

organisasi yang diangap baik untuk diketahui publik.

2. Memperoleh tempat dalam pemberitaan media secara objektif, wajar,

dan berimbang mengenai hal-hal yang menguntungkan organisasi.

21

3. Memperoleh umpan balik mengenai upaya dan kegiatan organisasi.

4. Melengkapi data bagi pimpinan organisasi untuk keperluan

kebijaksana

5. Mewujudkan hubungan yang stabil dan berkelanjutan yang dilandasi

saling percaya dan menghormati.

Selain fungsi di dalam media relations, seorang Humas perlu

melakukan berbagai kegiatan yang dapat berkembangnya sebuah hubungan

yang terjalin erat antara pers dengan organisasi atau organisasi dengan

publiknya. Bentuk kegiatan hubungan pers menurut Aceng Abdullah dalam

buku Press Relations Kiat Berhubungan dengan Media Massa yang dikutip

dalam buku (Nova, 2011:208), sebagai berikut :

a. Penyebaran Siaran Pers

Penyebaran pers biasanya berupa lembaran siaran berita yang dibagikan

kepada para wartawan atau media massa yang dituju dan biasanya kegiatan

ini yang paling efesien.

b. Konfrensi Pers atau Jumpa Pers

Konfrensi pers biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun

setelah terjadi peristiwa penting dan besar.

c. Kunjungan Pers

Kunjungan pers atau pers tour merupakan kegiatan mengajak wartawan

untuk berkunjung ke suatu lokasi yang memiliki kaitan erat dengan kiprah

Lembaga atau instansi terkait.

22

d. Resepsi Pers

Resepsi pers merupakan kegiatan mengundang para insan media massa

dalam sebuah resepsi atau acara khusus diselenggarakan untuk para pemburu

berita.

e. Peliputan Kegiatan

Peliputan kegiatan merupakan yang paling dikenal di antara kegiatan pers

lainnya, biasanya kegiatan ini dilakukan saat sebuah instansi mengadakan

kegiatan tertentu yang memiliki dan mempunyai nilai berita.

f. Wawancara Pers

Sebuah kegiatan yang bermula dari inisiatif pihak media massa dalam

memperoleh berita.

Sedangkan menurut Jefkins (Nova, 2011:210-211), terdapat bentuk-

bentuk hubungan dengan media yang memungkinkan kita untuk lebih dekat

dengan media, sebagai berikut :

1. Kontak Pribadi (Personal Contact)

Pada dasarnya, keberhasilan pelaksanaan hubungan media dan pers,

tergantung “Apa dan Bagaimana” kontak pribadi antara dua belah pihak yang

dijalin melalui hubungan informal.

2. Pelayanan Informasi Pribadi (News Service)

Pelayanan yang maksimal dapat diberikan oleh Humas kepada pihak

media dalam bentuk pemberian informasi, publikasi, dan berita.

3. Mengantisipasi Kemungkinan Hal Darurat (Contingency Plan)

Demi menjaga hubungan baik dengan media, seorang Humas harus siap

mengantisipasi dan melayani adanya kemungkinan permintaan yang bersifat

mendadak.

23

2.2.2 Citra Organisasi

Menurut Mark Graham R. Dewney yang dikutip dalam buku (Nova,

2011:301), mengatakan bahwa citra perusahaan merupakan keseluruhan

impresi mengenai perusahaan yang ada dalam benak konsumen.

Sedangkan menurut Lawrence L. Steinmentz (Nova, 2011:301),

mendefinisikan citra perusahaan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati

diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan di dasari atas apa

yang mereka ketahui tentang perusahaan yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa, citra perusahaan merupakan

sebuah gambaran yang terbentuk karena adanya persepsi yang berkembang di

pola pikir masyarakat terhadap sebuah perusahaan dari hasil media

menciptakan citra tersebut.

Peran Citra bagi perusahaan menurut Groonroos dalam buku Crisis

Public Relations tulisan Firsan Nova (2011:303), yaitu :

1. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasar

eksternal, seperti : periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari

mulut ke mulut. Citra yang positif memudahkan bagi organisasi untuk

berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti

dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak

diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu tidak

membuat komunikasi dari mulut ke mulut berjalan lebih efektif.

2. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi kegiatan

perusahaan.

3. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen.

4. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen.

24

Menurut Sutojo yang dikutip dalam buku (Nova, 2011:304) bahwa

citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat yaitu :

1. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang mantap (mid and

long term sustainable competitive position).

2. Menjadi perisai selama masa krisis (an insurance for adverse times).

3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (attraction the best executives

available).

4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran (increasing effectiveness of

marketing instruments).

5. Penghematan biaya operasional (cost saving).

2.2.3 Humas Pemerintahan

Humas Pemerintahan pada dasarnya tidak bersifat politis, dimana

bagian Humas tersebut dibentuk untuk mempublikasikan atau

mempromosikan kebijakan-kebijakan mereka (Kusumastuti, 2004:37).

Menurut Walter Lippman pernah mengatakan, “Public Relations is

another name for political leadership, yaitu Public Relations adalah nama

lain dari kepemimpinan politik” (Kusumastuti, 2004:38).

Setiap Lembaga atau instansi tentu memiliki unit kehumasan terutama

pada setiap instansi Pemerintahan yang merupakan suatu keharusan

fungsional dalam rangka penyebaran tentang aktivitas instansi tersebut baik

ke dalam maupun ke luar yaitu kepada masyarakat pada umumnya.

Menurut John D.Millet dalam bukunya Management un Public

Service the quest for effective performance yang dikutip dalam buku (Ruslan,

2011:108), seorang Humas instansi memiliki tugas dan kewajiban, seperti :

25

1. Mengamati dan mempelajari keinginan-keinginan, dan aspirasi yang

terdapat dalam masyarakat (learning about public desires and aspiration).

2. Kegiatan untuk memberikan nasihat atau sumbang saran dalam

menanggapi apa yang sebaiknya dapat dilakukan instansi/Lembaga

Pemerintah seperti yang dikehendaki oleh pihak publiknya (advising the

public about what is should desire).

3. Kemampuan untuk mengusahakan terciptanya hubungan memuaskan

antara publik dengan para pejabat Pemerintahan (ensuring satisfactory

contact between public and government official).

4. Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah

diupayakan oleh suatu Lembaga/instansi Pemerintahan yang

bersangkutan (informing and about what agency is doing).

Sedangkan menurut Dimock and Koening (Ruslan, 2011:108), tugas

dan kewajiban pihak Humas Pemerintahan, sebagai berikut :

1. Berupaya memberikan penerangan atau informasi kepada masyarakat

tentang pelayanan masyarakat (public services), kebijaksanaan, serta

tujuan yang akan dicapai oleh pihak Pemerintah dalam melaksanakan

program kerja pembangunan tersebut.

2. Mampu menanamkan keyakinan dan kepercayaan, serta mengajak

masyarakat dalam partisipasinya untuk melaksanakan program

pembangunan di berbagai bidang seperti : sosial, ekonomi, hukum,

politik, serta menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban Nasional.

3. Keterbukaan dan kejujuran dalam memberikan pelayanan serta

pengabdian dari aparatur Pemerintah bersangkutan perlu dijaga atau

26

dipertahankan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-

masing secara konsisten serta professional.

Seorang Humas atau PR instansi Pemerintahan mempunyai fungsi

pokok (Ruslan, 2011:110), sebagai berikut :

1. Mengamankan kebijaksanaan dan program kerja Pemerintah yang

diwakilinya.

2. Memberikan pelayanan, menyebarluaskan pesan-pesan dan informasi

mengenai kebijaksanaan, hingga mampu mensosialisasikan program-

program pembangunan, baik secara Nasional maupun daerah kepada

masyarakat.

3. Menjadi komunikator sekaligus mediator yang proaktif dalam

menjembatani kepentingan instansi Pemerintah di satu pihak dan

menampung aspirasi atau opini publik (masyarakat), serta memperhatikan

keinginan-keinginan di lain pihak.

4. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang kondusif dan

dinamis demi mengamankan stabilitas dan program pembangunan baik

dalam jangka pendek maupun panjang.

Seorang Humas pada kehumasan Pemerintah memiliki peran

kehumasan yang dibagi menjadi dua (Ruslan, 2011:110-111), yaitu :

a. Peran Strategis

Humas atau PR instansi Pemerintah berperan aktif dalam proses

pengambilan keputusan (decision making process), dalam memberikan

sumbang saran, gagasan, dan ide kreatif serta cemerlang untuk menyukseskan

program kerja Lembaga bersangkutan hingga mampu menunjang

27

keberhasilan pembangunan Nasional jangka panjang serta mendorong melalui

kerja sama dan mendapat dukungan.

b. Peran Taktis

Humas atau PR instansi Pemerintahan berupaya memberikan pesan-

pesan atau informasi yang efektif kepada masyarakat sebagai khalayak

sasarannya. Kemampuan untuk melaksanakan komunikasi yang efektif,

memberikan motivasi, menjalankan komunikasi timbal balik, dan membuat

citra yang baik.

Dalam menjalankan tugas “Taktis” secara baik maka seorang Humas

yang bekerja di instansi Pemerintahan perlu memiliki sebuah tugas

“Strategis” Humas.

Dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi kehumasan,

seorang praktisi Humas Pemerintahan harus memperhatikan berbagai

kegiatan yang harus diperhatikan (Widjaja, 2010:65), antara lain :

1. Membina pengertian pada khalayak atau publik terhadap kebijaksanaan

pimpinan, baik kepada khalayak intern maupun khalayak ekstern.

Pembinaan pengertian kepada khalayak termasuk pemberian dan

pelayanan informasi.

2. Menyelenggarakan dokumentasi kegiatan-kegiatan pokok instansi

Pemerintahan, terutama yang menyangkut publikasi.

3. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat masyarakat.

4. Mengumpulkan data dan informasi yang datang dari berbagai sumber.

5. Bentuk produk Humas yang dihasilkan seperti majalah, buletin, press

release, poster, folder, pamflet selebaran, dan lain-lain.

28

2.3 State of The Art (Penelitian Terdahulu)

2.3.1 Jurnal Nasional

Table 2.1 Penelitian Terdahulu Jurnal Nasional

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Khadijah tahun 2012

dengan judul: Strategi Public Relations Dalam Membangun Citra

Perusahaan (Studi Deskriptif Membangun Hubungan Baik Dengan Media

Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan). Sering dikaitkan perannya

dalam hubungan dengan media. Dijelaskan bahwa media merupakan penghubung

komunikasi dan informasi antara Public Relations kepada stakeholders baik

internal dan eksternal perusahaan. Keberhasilan pekerjaan Public Relations

dalam memperoleh publisitas dapat diperoleh dari hubungan yang harmonis

dengan media. Tidak dapat dipungkiri, bahwa peran media sangat vital dalam

publisitas dan pencitraan dimata publik. Hubungan yang sifatnya simbiosis

mutualisme kepada media perlu dibangun. Media memanfaatkan relasinya

dengan Public Relations untuk memperoleh informasi perusahaan yang up to

date, original, dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Hubungan yang

saling menguntungkan akan memiliki dampak positif bagi Public Relations dan

media. Melalui media relations citra positif perusahaan dapat dibangun.

Penelitian sebelumnya memiliki

persamaan dengan penelitian yang

sedang dilakukan oleh peneliti dalam

hal media relations Humas dalam

mengelola citra organisasi atau

Lembaga. Seorang Public Relations atau

Humas muncul sebagai tokoh pembantu

Dari penelitian sebelumnya memiliki

perbedaan dengan yang dilakukan oleh

peneliti dalam hal strategi Humas dalam

mengembalikan citra DPR RI dengan

cara membangun hubungan baik dengan

media dan berbagai macam kegiatan

Humas secara face to face kepada

29

dalam krisis dan bertanggung jawab

untuk pengembangan citra positif

perusahaan. Strategi Humas tidak cukup

melakukan dengan menerapkan

kepercayaan kepada masyarakat itu

sendiri. Citra positif yang dibangun

perlu dipelihara dan dirawat, karena

terkait erat dengan reputasi organisasi

atau Lembaga. Keberhasilan Humas

dalam mendapatkan publisitas dapat

diperoleh dari hubungan yang harmonis

dengan media.

masyarakat sedangkan yang dilakukan

oleh peneliti sebelumnya menggunakan

word of mouth untuk menciptakan opini

publik.

2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Evawani Elysa Lubis tahun

2012 dengan judul: Peran Humas Dalam Membentuk Citra Pemerintah

sering dikaitkan perannya dalam hubungan dengan Pemerintahan. Dijelaskan

bahwa Peran Humas Pemerintah Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau dalam

membentuk citra positif Pemerintah Provinsi Riau dilaksanakan secara tidak

langsung atau berada di balik layar, karena Humas Sekretariat Daerah Provinsi

Riau memberikan informasi-informasi mengenai pembangunan Provinsi Riau

cenderung satu arah melalui media massa. Hal ini menyebabkan citra positif yang

ingin dibentuk oleh Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau belum dapat

terlaksana secara optimal, sehingga eksistensi Humas di mata publik sebagai

Lembaga Pemerintah dalam menyebarluaskan informasi mengenai pembangunan

30

tidak representatif dalam menampung aspirasi masyarakat. Media yang

digunakan oleh Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau antara lain: media

massa (pers), media luar ruang (baliho dan poster), pidato dan presentasi yang

dibacakan pimpinan, website Humas yaitu www.humasriau.com, publikasi

khusus berupa buku saku Info Riau, Majalah Puan, surat-menyurat langsung

yang disebarkan kepada instansi atau Lembaga terkait, dan acara-acara khusus

seperti Forum Koordinasi Kehumasan dan kegiatan wisata pers (press tour).

Faktor penghambat Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau dalam pembentukan

citra positif Pemerintah Provinsi Riau antara lain faktor sumber daya manusia,

kemudian faktor politis, struktur organisasi yang ada di Pemerintah Provinsi Riau

yang menyebabkan keterbatasan wewenang sehingga menghambat kinerja

Humas yang optimal dan profesional, kurang memadainya infrastruktur, dan

kurangnya koordinasi antara Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau dengan

Humas yang ada di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Faktor pendukung

aktivitas dalam pembentukan citra positif Pemerintah Provinsi Riau adalah

Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau mendapat dana langsung dari APBD

Provinsi Riau, kemudian adanya motivasi untuk meningkatkan sumber daya

manusia baik di bidang pendidikan, keahlian, kualitas dan kuantitas dari pegawai

Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau.

Penelitian sebelumnya memiliki

persamaan dengan penelitian yang

sedang dilakukan oleh peneliti dalam

hal faktor penghambat Humas dalam

membentuk citra positif Pemerintah

antara lain sumber daya manusia,

Dari penelitian sebelumnya memiliki

perbedaan dengan yang dilakukan oleh

peneliti dalam hal peran Humas dalam

membentuk citra Pemerintahan

menggunakan media massa cenderung

satu arah sehingga citra yang dibentuk

31

faktor politis, struktur organisasi,

kurang memadai infrastruktur untuk

menunjang kehumasan dan kurangnya

koordinasi

oleh Humas di mata publik sebagai

Lembaga Pemerintahan dalam

menyebarkan informasi mengenai

pembangunan tidak representative dalam

menampung aspirasi masyarakat. Berbeda

sekali yang dilakukan oleh peneliti dalam

hal Humas bersifat banyak arah dalam

mengembalikan citra positif Pemerintah

seperti dalam hal kunjungan masyarakat,

menjalin hubungan baik dengan para pers

atau media massa, pemeran budaya,

menampung aspirasi masyarakat yang

datang langsung atau melalui telepon, web

dan email ke DPR.

2.3.2 Jurnal Internasional

Table 2.2 Penelitian Terdahulu Jurnal Internasional

3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ehsan Khodarahmi tahun 2009

32

dengan judul: Media Relations menjelaskan bahwa tampak bahwa organisasi

perlu mengevaluasi efektivitas hubungan mereka dengan media secara teratur,

seperti media relations efektif meningkatkan citra organisasi. Media relations

luar biasa namun, adalah penting untuk memikirkan hasil akhir, yang merupakan

pesan yang disebarluaskan ke publik. Ada banyak argumen lawan dalam dunia

PR dan media relations berdasarkan perubahan yang sedang berlangsung di

semua aspek bisnis. Abad kedua puluh satu adalah era komunikasi dan kolaborasi

di mana teknologi ini berkembang dan mengarahkan dunia saat berjalan bersama.

Media bersama teknologi baru telah meningkat selama beberapa dekade terakhir,

ini memungkinkan organisasi untuk mengatur cerita mereka dan bentuk atau

menyesuaikan citra perusahaan secara lebih efektif. Media relations dapat

menonaktifkan spekulasi dan rumor, jika organisasi mengambil pendekatan

strategis dan bekerja sama dengan media.

Penelitian sebelumnya memiliki

persamaan dengan penelitian yang

sedang dilakukan dalam hal media

relations dalam mengelola citra

perusahaan atau organisasi di mata

publik dan dapat menonaktifkan

spekulasi dan rumor, jika organisasi

mengambil pendekatan strategis dan

bekerja sama dengan media.

Dari penelitian sebelumnya memiliki

perbedaan dengan yang dilakukan oleh

peneliti dalam hal media relations tidak

digunakan saat terjadi masalah karena

dapat menggangu orisinalitas atau nilai

pemberitaan dengan hubungan konstan

antara pemilik media dengan informasi

di publik. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti bahwa media

relations dapat merubah isu di

masyarakat.

33

4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Staci Zavattaro tahun 2010

dengan judul: Municipalities as Public Relations and Marketing Firms

menjelaskan bahwa gambar metafora dari kota AS sebagai public relation (PR)

dan perusahaan pemasaran. Kota berlatih banyak teknik promosi dan citra-

generasi yang sama seperti perusahaan PR sektor swasta digunakan dengan

keinginan yang sama konsumsi ujung peningkatan barang dan jasa, yang dalam

hal ini berasal dari kota dan bukan dari perusahaan sektor swasta. Citra yang

disajikan disini didasarkan pada enam taktik yang organisasi publik gunakan

untuk menjual diri mereka untuk basis audiens yang beragam. Taktik meliputi

merek, hubungan dengan media, di rumah publikasi (tiga taktik umum),

penggunaan organisasi dan relawan luar sebagai alat PR, seni publik, dan

membangun lingkungan melalui keberlanjutan (tiga taktik jarang). Jurnal ini

menegaskan bahwa generasi gambar di kota bertindak sebagai PR dan

perusahaan pemasaran merupakan konsekuensi dari model pasar Pemerintahan,

membawa postmodern kritik administrasi publik membuahkan hasil. Napoleon

pernah berkata bahwa ketika Cina bangun, dia akan mengguncang dunia.

Kebangkitan ekonomi dramatis Cina sejak bagian kedua abad kedua puluh belum

terguncang dunia, melainkan kebangkitan Cina telah terjadi dalam batas-batas

sistem ekonomi Internasional yang berevolusi dari Bretton Woods di bawah

kepemimpinan AS setelah Perang Dunia II. Para pemimpin China telah

menyatakan dalam beberapa kesempatan bahwa China ingin naik dalam sistem

Internasional saat ini dan tidak akan menantang Amerika Serikat untuk

kepemimpinan dunia. Sementara pejabat AS umumnya menyambut kebangkitan

ekonomi China, pandangan masyarakat umum di kedua Negara ditemukan

34

menyimpang dari pandangan resmi tentang implikasi dari China naik misalnya,

pada proteksionisme perdagangan, keamanan kerja, dan hubungan militer.

Penelitian sebelumnya memiliki

persamaan dengan penelitian yang

sedang dilakukan dalam hal PR telah

bermetamorfosis negatif menjadi positif.

Praktek-praktek PR dapat mengikis

masalah yang ada dengan memfokuskan

perhatian pada hal lain.

Dari penelitian sebelumnya memiliki

perbedaan dengan yang dilakukan oleh

peneliti dalam hal PR membutuhkan

pemasaran untuk memberikan informasi

ke publik sedangkan penelitian ini PR

atau Humas membutuhkan media

relations dan kepercayaan publik.

5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Qingshan Tan tahun 2011

dengan judul: The Change of Public Opinion on US-China Relations

menjelaskan bahwa Perubahan opini publik tentang isu-isu yang mempengaruhi

hubungan AS-China menyajikan sebuah tantangan bagi para pembuat kebijakan

di kedua Negara. Perubahan itu datang pada saat kebutuhan bagi kedua Negara

untuk mengakomodasi dan bekerja sama pada sejumlah isu-penting seperti

stabilisasi sistem keuangan global, semenanjung Korea yang bebas nuklir, dan

pengurangan pemanasan global sangat mendesak, tidak hanya pada tingkat

resmi, tetapi juga pada tingkat masyarakat. Perubahan opini publik tidak hanya

mempengaruhi kebijakan khusus, mereka juga menetapkan batas untuk

seberapa dalam hubungan yang konstruktif, kooperatif, dan komprehensif dapat

berkembang.

Penelitian sebelumnya memiliki Dari penelitian sebelumnya memiliki

35

persamaan dengan penelitian yang

sedang dilakukan dalam hal cara isu

yang dapat mempengaruhi pandangan

masyarakat dan peran media massa

dalam membentuk persepsi publik.

perbedaan dengan yang dilakukan

oleh peneliti dalam hal merubah opini

publik antar dua Negara yang

mengalami krisis hubungan media dan

publik sedangkan penelitian ini

merubah opini publik yang negatif

menjadi positif dengan menggunakan

peran media massa.

2.3.3 Asumsi

Menurut pendapat peneliti strategi Humas dalam mengatasi

pemberitaan negatif DPR dengan cara menjalin hubungan baik dengan media

massa dan melakukan blocking media karena Humas tidak bisa menangkis

isu-isu negatif terhadap banyaknya pemahaman mengenai hal yang

dipersepsikan oleh media terkait permasalahan anggota DPR secara personal

tetapi mencampuradukkan dengan persepsi kelembagaan. Seperti halnya

strategi yang digunakan dalam mengelola citra dengan melakukan kegiatan

yang bersifat edukasi mengenai kinerja DPR dan melakukan press agentry

dengan para media massa mengenai masalah di masyarakat.

2.4 Kerangka Pikir atau Kerangka Teori

Table 2.3 Kerangka Pikir/Kerangka Teori

KomunikasiHumas – Humas

OrganisasiMedia RelationsCitra – Citra

Organisasi