43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. Di Indonesia untuk tingkat dunia penderita penyakit TBC urutan ke-3 setelah Cina dan India. Dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat jumlah terbesar penderita penyakit TBC (Tuberkulosis). Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, tahun 2007 tercatat 30.000 orang penderita TBC, yang sudah datang berobat ke rumah Sakit dan Puskesmas. Kecenderungan sekitar 16 persen penyakit yang berasal dari kuman tersebut menyerang anak-anak, hingga tahun 2008 terus meningkat yakni mencapai 35.000 orang. Tuberculosis paru merupakan suatu gangguan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri tahan asam. Mycrobacterium yang menyerang paru-paru dan merupakan penyakit yang menular melalui droplet nuclei atau infeksi air ludah sehingga mudah dalam proses penularan dari orang yang satu ke yang lainnya. TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak punterancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka 1

Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep TB

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangInsidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade

terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.

Di Indonesia untuk tingkat dunia penderita penyakit TBC urutan ke-3 setelah Cina dan India. Dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat jumlah terbesar penderita penyakit TBC (Tuberkulosis). Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, tahun 2007 tercatat 30.000 orang penderita TBC, yang sudah datang berobat ke rumah Sakit dan Puskesmas. Kecenderungan sekitar 16 persen penyakit yang berasal dari kuman tersebut menyerang anak-anak, hingga tahun 2008 terus meningkat yakni mencapai 35.000 orang. Tuberculosis paru merupakan suatu gangguan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri tahan asam. Mycrobacterium yang menyerang paru-paru dan merupakan penyakit yang menular melalui droplet nuclei atau infeksi air ludah sehingga mudah dalam proses penularan dari orang yang satu ke yang lainnya.

TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak punterancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman HIV. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan diagnosis sedini mungkin. Pada orang dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis dalam sputum/dahak. Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen.

2.2 Rumusan Masalah2.2.1 Bagaimana definisi Tuberkulosis ?2.2.2 Bagaimana etiologi dari Tuberkulosis pada anak & dewasa ?2.2.3 Bagaimana Patofisiologi dari Tuberkulosis pada anak & dewasa ?2.2.4 Bagaimana manifestasi klinis Tuberkulosis pada anak & dewasa ?2.2.5 Bagaimana pemeriksaan diagnostik Tuberkulosis pada anak & dewasa ?

1

Page 2: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

2.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan dari Tuberkulosis pada anak & dewasa ?

2.3 TUJUAN2.3.1 Untuk mengetahui definisi Tuberkulosis ?2.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari Tuberkulosis pada anak & dewasa ?2.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari Tuberkulosis pada anak & dewasa ?2.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis Tuberkulosis pada anak & dewasa ?2.3.5 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Tuberkulosis pada anak & dewasa ?2.3.6 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Tuberkulosis pada anak & dewasa ?

2

Page 3: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 DEFINISITuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.

Sementara beberapa ahli mendefinisikan Tuberkulosis mendefinisikan TBC sebagai berikut :1. Tuberculosis(TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim

paru.(KMB I. Brunner dan Suddarth Vol.I,2002,hal 584)2. Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang

hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI).

3. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).

4. Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah, 2012)

5. Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008)

6. Tuberculosis adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan Mycobacterium tuberculosae (Herdin, 2009).

7. TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2011 ).

2.2 ETIOLOGIPada dasarnya etiologi penyakit Tuberkulosis untuk anak dan oramg dewasa tidak

ada perbedaan, yaitu sama-sama disebabkan adanya infeksi oleh bakteri yang disebut Mycobakterium Tuberkulosis. Penyakit TB Paru ini disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis berbentuk batang / basil tahan asam (BTA) yang bersifat aerobik. Terdapat beberapa strain  dari kuman ini, yang bersifat pathogen terhadap manusia adalah strain bovin dan human.

Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5–4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai

3

Page 4: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.

Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2008).

Yang tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosae complex adalah:a. Mycobacterium tuberculosaeb. Varian Asianc. Varian African Id. Varian African IIe. Mycobacterium bovis

2.3 PATOFISIOLOGIKompleks primer tuberkulosis adalah infeksi lokal pada tempat masuk dan

limfonodi regional yang mengalirkan daerah tersebut. Paru-paru adalah tempat masuk pada lebih dari 98% kasus. Basil tuberkel memperbanyak diri pada mulanya dalam alveoli dan duktus alveolaris. Kebanyakan basil terbunuh tetapi beberapa bertahan hidup dalam makrofag yang di nonaktifkan, yang membawanya melalui vasa limfatika ke limfonodi regional. Bila infeksi primer ada di paru-paru limfonodi hilus biasanya dilibatkan, walaupun fokus lobus atas dapat mengalirkannya ke dalam limfonodi paratrakea. Reaksi jaringan dalam parenkim paru-paru dan limfonodi intensif pada 2-12 minggu berikutnya karena terjadi hipersensitivitas jaringan. Bagian parenkim kompleks primer sering menyembuh secara sempurna dengan fibrosis atau klasifikasi sesudah mengalami nekrosis dan membentuk kapsul. Kadang-kadang, bagian ini terus membesar, menimbulkan pneumonitis dan pleuritis setempat. Jika pusat lesi sudah mencair dan mengosongkan bronkus akan meninggalkan rongga sisa (kaverna).

Fokus infeksi di limfonodi regional menjadi fibrosis dan berkapsul, tetapi penyembuhan biasanya kurang sempurna daripada lesi parenkim. M. Tuberculosis yang hidup dapat menetap selama beberapa dekade dalam fokus ini. Pada kebanyakan kasus infeksi tuberkulosis awal limfonodi ukurannya tetap normal. Namun limfonodi hilus dan paratrakea yang sangat membesar sebagai bagian dari reaksi radang hospes dapat melampaui batas daerah bronkus atau bronkiolus regional. Obstruksi farsial bronkus yang disebabkan oleh kompresi eksternal dapat menyebabkan hiperinflasi pada segmen paru sebelah distal. Limponodi yang meradang dapat melekat pada dinding bronkus dan mengerosinya. Sehingga menimbulkan tuberkulosis endobronchial atau

4

Page 5: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

saluran fistula. Cesium menyebabkan obstruksi bronkus komplet. Lesi hasilnya kombinasi pneumotitis dan atelektasis, disebut konsolidasi-kolaps atau lesi segmental.

Selama perkembangan kompleks primer, basil tuberkel dibawa ke kebanyakan jaringan tubuh melalui pembuluh darah dan limfe. Penyebaran tuberkulosis terjadi jika jumlah basili yang bersirkulasi besar dan respon hospes tidak adekuat. Lebih sering jumlah basil sedikit, menyebabkan fokus metastasis tidak nampak secara klinis pada beberapa organ. Fokus jauh ini biasanya menjadi berkapsul, tetapi fokus ini mungkin berasal dari tuberkulosis ekstrapulmonal maupun reaktifasi tuberkulosis pada beberapa individu.

Waktu antara infeksi awal dan penyakit yang tampak secara klinis adalah sangat bervariasi. Tuberkulosis tersebar atau meningeal adalah manifestasi awal sering terjadi dalam dua sampai enam bulan infeksi. Tuberkulosis limfonadi atau endobronchial yang bermakna secara klinis biasanya mucul dalam 3-9 bulan. Lesi tulang dan sendi memerlukan beberapa tauhun untuk berkembang sementara lesi ginjal dapat menjadi jelas beberapa dekade sesudah infeksi. Tuberkulosis paru yang terjadi lebih dari setahun sesudah infeksi primer biasanya disebabkan pertumbuhan kembali basili endogen yang menetap pada lesi yang sebagian berkapsul. Reaktifasi tuberkulosis ini jarang pada anak tetapi sering pada remaja dan orang dewasa muda. Bentuk yang paling sering adalah infiltrat atau kaverna di apeks lobus atas, dimana tensi oksigen dan aliran darah besar. Penyebaran selama reaktiiftas tuberkolosis jarang pada hospes berkemampuan imun tetapi lazim pada orang dewasa dengan syndrom defisiensi imun (AIDS). Hanya 5-10% orang dewasa berkemampuan imun yang menjadi terinfeksi dengan M. Tuberkulosis berkembang menjadi penyakit klinis. Namun, sekitar 40% bayi dengan infeksi yang tidak diobati berkembang penyakit dalam 1-2 tahun. Resiko menurun selama masa anak. Sekitar 25-35% anak dengan tuberkulosis berkembang manifestasi ekstrapulmonal dibanding dengan sekitar 10% orang dewasa yang berkemampuan imun.

5

Page 6: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

2.3.1 Patway TBC pada Anak & Dewasa

Individu/anak yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi¤

Bakteri berpindah melalui jalan napas ke alveoli( Tempat berkumpul dan memperbanyak diri )

¤Basil juga dipindahkan melalui system limpe danj aliran darah ke bagian tubuh lain

¤Sistem imun tubuh berespon dengan inflamasi

¤Fagosit ( Neutrofil dan makrofag ) menelan banyak bakteri ; limfosit spesifik tuberculosis

tnelisis dan jaringan normal¤

Reaksi jaringan ini mangakibatkan penumpukan exudat dalam aveoli¤

Bronkopneumoni¤

Daya tahan tubuh menurun, virulensi kuman meningkat¤

Radang kronis, lesi dikelilingi oleh jaringan kolagen Fibroblast dan limfosit¤

Bagian tengah lesi akan mengalami nekrosis caseosa yang disebut lesi primer¤

Lesi primer mengalami pengapuran dan pencairan serta bronkus. Lesi primer mengisi rongga serta jaringan nekrotik yang sudah mencair keluar bersama dengan batuk

¤Bila lesi sampai menembus pleura : Effuse Pleura Tuberculosa

( Brunner and Suddart, 2002 : 585

2.4 Manifestasi Klinis

6

Page 7: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

Yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak

keluhan pasien ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan

kesehatan.keluhan yang banyak atau yang utama pada Tb paru:

a. Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam    influenza. Keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh  daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman

tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk /batuk darah 

Batuk terjadik karena adanya iritasi pada bronkus,keadaan yang lanjut berupa

batuk darah karena ada pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak napas

Sesak nafas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya

meliputi setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri dada 

  Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang Sudah sampai ke pleura disebut pleuritis.

e. Malaise

Gejala malaise berupa anoreksia,tidak ada nafsu makan,berat badan turun.

        (Ilmu Penyakit Dalam Edisi II ,2001 hal.824)\

f. Pasien TB.paru juga menampakkan gejala klinis yaitu :

- Tahap asimptomatis.

- Gejala TB.paru yang khas,kemudian stagnasi dan regresi.

- Eksaserbasi yang memburuk.

- Gejala berulang dan menjadi kronik.

g. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :

- Tanda –tanda infiltrat (redup,bronkial,ronki basah).

- Tanda-tanda penarikan paru,diafragma dan mediastinum.

- Sekret disaluran napas dan ronki.

- Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung

dengan bronkus. (kapita selecta kedokteran, edisi IV ,2001,hal.472)

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

7

Page 8: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

2.5.1 Pemeriksaan Diagnostik Tuberkulosis pada Anak

Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik termasuk sebagai bagian dari

proses pengumpulan data perawat harus waspada terhadap hasil

pemeriksaan signifikan yang membutuhkan pelaporan pada dokter dan atau

melakukan intervensi keperawatan khusus.

Beberapa pemeriksaan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, sementara yang lainnya sangat berguna dalam mengikuti perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi pada banyak kasus hubungan antara pemeriksaan fisik dengan patofisiologi penyakit cukup jelas, tetapi pada kasus lain tidak jelas, hal ini merupakan interelasi antara berbagai organ dan sistem tubuh.

Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :a. Uji Tuberkulin

merupakan uji paling penting untuk menentukan apakah anak sudah terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang dianjurkan adalah Uji Mantoux, yang menggunakan derifat protein murni (PPD, Purified protein derifatif). Dosis standar adalah 5 unit tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di injeksi secara intradermal. Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan di ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Hasil dianggap positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas positif.

b. Pemeriksaan RadiologisPada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan foto rontgen paru, dan untuk diagnosis tidak cukup hanya pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.

c. Pemeriksaan bakteriologis Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis ialah :1. Bilasan lambung2. Sekret bronkus3. Sputum (pada anak yang besar)4. Cairan pleura

d. Uji BCGDi Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah

8

Page 9: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik. Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta pelindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal atau intrakutan pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan sebagai berikut :1. Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan

satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,05 mg.2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan

satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 mg.

2.5.2 Pemeriksaan Diagnostik Tuberkulosis pada Orang Dewasaa. Pemeriksaan Rontgen Toraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga menemukan suatu kelainan paru. Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT. Penyembuhan total sering kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat muncul pada sebuah proses penyembuhan yang lengkap.

b. Pemeriksaan CT-scanPemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler, bronkhiektasis, serta emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan rontgen biasa.

c. Radiologis TB Paru MilierTB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi yang terlihat pada hasil rontgen toraks, tetapi ada beberapa kasus dimana bentuk milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan penyakitnya.

9

Page 10: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

d. Pemeriksaan LaboratoriumDiagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan species Mycobacterium yang satu dengan lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan, serta perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium Tuberculosis adalah sputum pasien, urine, dan cairan kumbah lambung. Selain itu, ada juga bahan-bahan lain yang dapat digunakan, yaitu cairan serebrospinal (sum-sum tulang belakang), cairan pleura, jaringan tubuh, feses, dan swab tenggorokan. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis Tuberculosis Paru, walaupun kurang sensitif, adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan immunoglobulin, terutama IgG dan IgA.

2.6 Asuhan Keperawatan Tuberkulaosis (TBC) pada Anak & Dewasa

2.6.1 Asuhan Keperawatan Tuberkulosis pada Anak

2.6.1.2 PENGKAJIAN

a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal

kota dan daerah, jumlah keluarga).

b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)

c. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1. Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi

selama hamil)

2. Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi

menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom

3. Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit

infeksi, asfiksia ikterus

d. Riwayat Masa Lampau

1. Penyakit yang pernah

2. Pernah dirawat dirumah sakit

3. Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan

4. Riwayat kontak dengan penderita TBC

10

Page 11: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

5. Alergi

6. Daya tahan yang menurun.

7. Imunisasi/Vaksinasi : BCG

e. Riwayat penyakit sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat

benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla

dan sub mandibula)

f. Riwayat keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi

lainnya, biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)

g. Riwayat kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi

1. Lingkungan tempat tinggal (lingkungan kurang sehat (polusi,

limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang,

jumlah anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.

2. Kondisi rumah

3. Merasa dikucilkan

4. Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,

menarik diri)

5. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu

6. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh

perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak

7. Tidak bersemangat dan putus harapan.

h. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan

anggota keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan

secara umum, Pelaksanaan spiritual)

i. Pola fungsi kesehatan.

Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum:

alergi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual,

tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan

kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.

Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada

kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas

dan splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia,

11

Page 12: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat

Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. Pola kognitif

perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang

umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.

Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola

peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain

(ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak biasanya

dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik

diri, pasif.

j. Pemeriksaan Fisik

Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul.

Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini

membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering

sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).

Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru.

Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura.

Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit

kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini

sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani

bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara

limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan

fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi

memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel.

Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal

dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.

k. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan

1. Uji tuberkulin

2. Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang,

sendi, abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.

12

Page 13: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

3. Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil

normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62%

dengan cara lama. Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.

4. Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)

5. Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas

indikasi. Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB

menambah kriteria diagnosa.

6. Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll).

2.6.1.3 Diagnosa Keperawatan Tuberkulosis pada Anak

1. Gangguan Pertukaran gas b/d proses infeksi.

2. Resiko penyebaran infeksi b/d : Daya tahan tubuh menurun, malnutrisi,

proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

3. Ketidakpatuhan b/d pengobatan dalam jangka waktu yang lama.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d : Batuk yang sering, adanya

produksi sputum, Anoreksia.

2.6.1.4 Asuhan Keperawatan TBC pada Anak

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1. Gangguan Pertukaran gas

berhubungan dengan proses

infeksi.

Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dipsnue

1. Berikan oksigen humidifier bagi anak dengan dispnueR : dispnea masih dapat terjadi, hingga pemberian obat kemoterapi dimulai untuk mendapatkan efeknya, O2 humidifier mengurangi dipsnue dan meningkatkan oksigenasi.

2. Tinggikan bagian kepala tempat tidurR : Peninggian kepala menyebabkan otot diafragma mengembang

3. Berikan obat batuk ekspektoran sesuai kebutuhanR : ekspektoran membantu

13

Page 14: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

mengeluarkan mukus

2. Resiko penyebaran infeksi b/d

: Daya tahan tubuh menurun,

malnutrisi, proses inflamasi,

Kurang pengetahuan tentang

infeksi kuman.

Keluarga akan mengekspresikan pemahamannya tentang proses penyakit dan pengobatan

1. Ajarkan Orang Tua dan anak (jika tepat) tentang penularan dan pengobatan TBR : pemahaman bagaimana penularan TB dan penangannya membantu mengurangi kecemasan dan peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan, prosedur isolasi, dan pengobatan yang diberikan.

2. Ajarkan Orang Tua dan anak (jika tepat) tentang bagaimana memberikan pengobatan, berapa lama terapi pengobatan harus dijalani, dan apa yang terjadi bila anak tidak menjalani tuntas pengobatannya.R : pemahaman bagaimana memberikan pengobatan dan risiko bila pengobatan diberhentikan di awal akan menigkatkan kepatuhan.

3. Ketidakpatuhan b/d

pengobatan dalam jangka

waktu yang lama.

Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman terapi

1. Kaji seberapa banyak pengetahuan dan yang dimiliki orang tua dan anak tentang TB dan hal ketidakpahaman yang dimilikiR : pengkajian membantu menentukan apa yang orang tua dan anak butuhkan untuk belajar agar dapat membantu mereka memenuhi pengobatan jangka panjang.

2. Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) tentang program pengobatan dan alasan menjalani pengobatan dengan tuntas, dan yakinkan tentang

14

Page 15: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

pendidikan yang diperlukan.R : Pendidikan dan penguatan diberikan pada orang tua dan anak dengan informasi perlunya mengikuti program pengobatan dengan tuntas dan menurunkan risiko kegagalan akibat defisit pengetahuan.

3. Identifikasi alternatif pemberi layanan yang dapat memberikan pengobatan anak jika diperlukanR : hak ini akan menurunkan risiko pengabaiyan dosis yang dilakukan anak selama pengobatan

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b/d : Batuk yang sering,

adanya produksi sputum,

Anoreksia.

Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi dan BB meningkat.

1. Mengukur dan mencatat BB paseinR : BB menggambarkan status gizi pasien

2. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi seringR : Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah

3. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makanR : Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien

4. Memberikan makanan tinggi TKTPR : Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah

5. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.R : Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan

6. Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi

15

Page 16: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

R : Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.

7. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.R : Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.

8. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.R : Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.

9. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.R : Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.

10. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.R : Menilai perkembangan masalah klien.

11. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )R : Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

16

Page 17: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

2.6.2 Asuhan Keperawatan Tuberkulosis pada Dewasa

17

Page 18: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

2.6.2.1 PENGKAJIAN

A. Aktifitas/istirahat

Kelelahan

Nafas pendek karena kerja

Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat

Mimpi buruk

Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja

Kelelahan otot, nyeri , dan sesak

B. Integritas Ego

Adanya factor stress yang lama

Masalah keuangan, rumah

Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan

Menyangkal

Ansetas, ketakutan, mudah terangsang

C. Makanan / Cairan

Kehilangan nafsu makan

Tak dapat mencerna

Penurunan berat badan

Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik

Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan

D. Kenyamanan

Nyeri dada

Berhati-hati pada daerah yang sakit

Gelisah

E. Pernafasan

Nafas Pendek

Batuk

Peningkatan frekuensi pernafasan

Pengembangn pernafasan tak simetris

18

Page 19: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

Perkusi pekak dan penuruna fremitus

Defiasi trakeal

Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral

Karakteristik : Hijau /kurulen, Kuning atua bercak darah

F. Keamanan

Adanya kondisi penekanan imun

Test HIV Positif

Demam atau sakit panas akut

G. Interaksi Sosial

Perasaan Isolasi atau penolakan

Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab

2.6.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi yang kental/darah.

2. Kerusakan pertukaran gas b/d kerusakan membran alveolar-kapiler. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia 4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer,

penurunan geraan silia, stasis dari sekresi. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan b/d

infornmasi kurang / tidak akurat.

2.6.2.3 Asuhan Keperawatan TBC pada Dewasa

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1. Bersihan jalan napas

tak efektif b/d sekresi

yang kental/darah.

Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria hasil :1.Mencari posisi yang

nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.

2.Mendemontrasikan batuk efektif.

3.Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.

2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

4. Lakukan pernapasan diafragma.5. Tahan napas selama 3 – 5 detik

kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

19

Page 20: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

2. Kerusakan pertukaran gas b/d kerusakan membran alveolar-kapiler.

Pertukaran gas efektif, dengan kriteria hasil : 1. Memperlihatkan

frekuensi pernapasan yang efektif.

2. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

3. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk,

Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil :1. Menyebutkan makanan

mana yang tinggi protein dan kalori

2. Menu makanan yang

1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.

2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.

3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus

20

Page 21: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

dyspnea atau anoreksia

disajikan habis3. Peningkatan berat badan

tanpa peningkatan edema

tambahan).4. Pembatasan cairan pada

makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.

5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.

6. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan gerakan silia, stasis dari sekresi.

Infeksi tidak terjadi,

dengan kriteria hasil :  

1. Mengidentifikasi

intervensi untuk

mencegah menurunkan

resiko penyebaran

infeksi.

2. Menunjukkan tehnik/

melakukan perubahan

pola hidup untuk

meningkatkan

lingkungan yang aman.

1. Kaji patologik (aktif/ fase

tidak aktif, diseminasi infeksi

melalui bronkus untuk

membatasi jaringan atau melalui

aliran darah/ sistem limfatik) dan

potensial penyebaran infeksi

melalui droplet udara selama

batuk, bersin, meludah, bicara,

tertawa, menyanyi.

Rasionalisasi: Membantu pasien

menyadari / menerima perlunya

mematuhi program pengobatan

untuk mencegah penyakitnya

berulang /komplikasi.

Pemahaman bagaimana penyakit

disebabkan dan kesadaran

kemungkinan tranmisi membantu

pasien/ orang terdekat untuk

mengambil langkah untuk

mencegah infeksi ke organ lain.

2. Identifikasi orang lain yang

21

Page 22: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

beresiko  contoh anggota

rumah / sahabat dekat.

Rasionalisasi:      Orang-orang

yang terpajan ini perlu

pengobatan untuk pencegahan

infeksi / penyebaran infeksi.

3. Anjurkan klien untuk batuk

bersin dan mengeluarkan pada

tissue dan menghindari

meludah, kaji pembuangan

tissue sekali pakai dan tehnik

mencuci tangan yang tepat.

Dorong untuk mengulangi

demonstrasi.

Rasionalisasi:      Perilaku yang

diperlukan untuk mencegah

penyebaran infeksi.

4. Kaji tindakan kontrol infeksi

sementara contoh : masker atau

isolasi pernafasan.

Rasionalisasi: Dapat

membantu menurunkan rasa

terisolasi pasien dan

membuang stigma sosial sesuai

dengan penyakit menular.

5. Awasi suhu sesuai dengan

indikasi.

    Rasionalisasi: Reaksi demam

indikator adanya infeksi lanjut.

6. Identifikasi faktor resiko

individu terhadap pengaktifan

22

Page 23: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

berulang tuberculosis contoh

tahanan bawah (alkeholisme,

malnutrisi/ bedah by pasi

intestinal) gunakan obat

penekanan imun/

kortikosteroid, adanya diabetes

melitus, kanker, kalium.

Rasionalisasi: Pengetahuan

tentang faktor ini membantu

pasien untuk mengubah pola

hidup dan menghindari/

menurunkan insiden

eksaserbasi.

7. Tekankan tentang pentingnya

tidak menghentikan terapi obat.

Rasionalisasi: Periode singkat

berakhir 2 – 3 hari setelah

kemoterapi awal, tetapi pada

adanya rongga atau penyakit

luas sedang, resiko penyebaran

infeksi dapat berlanjut sampai

3 bulan.

8. Kaji pentingnya mengikuti dan

kultur ulang secara periodik

terhadap sputum untuk

lamanya terapi.

Rasionalisasi: Alat dalam

pengawasan efek dan

keefektifan obat dan respon

klien terhadap terapi.

9. Dorong memilih mengencerkan

23

Page 24: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

makanan seimbang, berikan

makan sering kecil, makanan

kecil pada jumlah makanan

yang besar yang tepat.

Rasionalisasi: Adanya

anoreksia / mal nutrisi

sebelumnya merendahkan

tahanan terhadap proses infeksi

dan mengganggu

penyembuhan. Makan kecil

dapat meningkatkan

pemasukan semua.

5. Kurang pengetahuan

tentang kondisi, terapi

dan pencegahan b/d

infornmasi kurang /

tidak akurat.

Proses penyakit/ prognosis

dan program pengobatan

dipahami, dengan kriteria

hasil :

1. Menyatakan

pemahaman proses

penyakit/ prognosis  dan 

kebutuhan.

2. Melakukan

perilaku/ perubahan pola

hidup untuk memperbaiki

kesehatan umum dan

menurunkan resiko

pengaktifan ulang TB

paru.

3. Mengidentifikasi

gejala yang memerlukan

evaluasi/intervensi

4. Menggambarkan

1. Kaji kemampuan pasien untuk

belajar, contoh tingkat takut,

masalah, kelemahan, tingkat

partisipasi, lingkungan terbaik

dimana pasien dapat belajar,

seberapa banyak isi, media

terbaik, siapa yang terlibat.

Rasionalisasi :     Belajar

tergantung pada emosi dan

kesiapan fisik dan ditingkatkan

pada tahapan individu.

2. Identifikasi masalah/ gejala

yang harus dilaporkan ke

perawat, contoh hemoptisis,

nyeri dada, demam, kesulitan

bernapas, kehilangan

pendengaran, vertigo.

Rasionalisasi :     Dapat

menunjukkan kemajuan atau

24

Page 25: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

rencana untuk menerima

perawatan kesehatan

adekuat.

pengaktifan ulang penyakit

atau efek obat yang

memerlukan evaluasi lanjut.

3. Tekankan pentingnya

mempertahankan protein tinggi

dan diet karbohidrat dan

pemasukan cairan yang adekuat

(rujuk ke ahli diet)

Rasionalisasi :     Memenuhi

kebutuhan metabolik

membantu meminimalkan

kelemahan dan meningkatkan

penyembuhan, cairan dapat

mengencerkan/ mengeluarkan

sekret.

4. Berikan instruksi dan informasi

tertulis khusus pada pasien

untuk rujukan contoh jadwal

obat.

Rasionalisasi :     Informasi

tertulis menurunkan hambatan

pasien untuk mengingat

sejumlah besar informasi.

Pengulangan menguatkan

belajar.

5. Jelaskan dosis obat, frekuensi

pemberian, kerja yang

diharapkan dan alasan

pengobatan lama. Kaji

potensial interaksi dengan obat/

substansi lain.

25

Page 26: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

Rasionalisasi :    

Meningkatkan kerjasama

dalam program pengobatan dan

mencegah penghentian obat

sesuai perbaikan kondisi

pasien.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULAN

26

Page 27: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.

Pada dasarnya etiologi penyakit Tuberkulosis untuk anak dan oramg dewasa tidak ada perbedaan, yaitu sama-sama disebabkan adanya infeksi oleh bakteri yang disebut Mycobakterium Tuberkulosis. Penyakit TB Paru ini disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis berbentuk batang / basil tahan asam (BTA) yang bersifat aerobik. Terdapat beberapa strain  dari kuman ini, yang bersifat pathogen terhadap manusia adalah strain bovin dan human.

Tempat masuknya kuman tuberkulosis adalah saluran pernapasan, pencernaan,

dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi melalui udara yaitu

melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel dari orang

terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya berada di bagian

bawah lobus atas paru-paru atau di bagian atas lobus bawah dan membangkitkan reaksi

peradangan. Leukosit polimorfonuklear (PMN) memfagosit bakteri namun tidak

membunuhnya. Selanjutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang

mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Gejala ini dapat sembuh

dengan sendirinya.

Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembangbiak di

dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi berkembang dan

terbentuk jaringan parut yang mengelilingi tuberkel yang disebut fokus ghon dan

gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan fokus ghon disebut kompleks

ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan membentuk masa seperti keju, dapat

mengalami kalsifiksi membentuk lapisan protektif sehingga kuman menjadi dorman.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif

karena gangguan atau respons inadekuat dari sistem imun. Penyakit aktif dapat juga

terjadi akibat infeksi ulang atau aktivasi bakteri dorman.

Daftar Pustaka

27

Page 28: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)

Brunner & Suddarth, (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., (2006), Buku Saku Diagnosa Keperawatan,EGC, Jakarta.

Doengoes,M.E.,(1998), Dokumentasi & Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,

Jakarta.

Depkes RI, (2002), Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Anonim, Jakarta.

Guyton, A.C., (1995), Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta.

http://medlinux.blogspot.com/2007/08/tuberkulosis-pada

http://astiw.blogspot.com/2010/03/sindroma-down.html

28