32
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SPINA BIFIDA DENGAN MENINGOKEL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Keperawatan Anak Dosen pembimbing; Ibu. Ana Farida, S. kep. Ns. Disusun Oleh: Hajar Dewi Rizqi 7307005 PRODI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM

Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SPINA BIFIDA DENGAN

MENINGOKEL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen pembimbing;

Ibu. Ana Farida, S. kep. Ns.

Disusun Oleh:

Hajar Dewi Rizqi

7307005

PRODI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM

JOMBANG

2010

Page 2: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur

bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital

dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian

segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya

sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-

akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang

dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya

akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai

bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan

kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama

kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk

menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula

adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara

pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air

ketuban dan darah janin.

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.

Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor

janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi

faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia

diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan

kongenitai tidak diketahui.

Salah satu kelainan congenital yang sering terjadi adalah meningokel.

Angka kejadiannya adalah 3 di antara 1000 kelahiran. Terjadi karena adanya

Page 3: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan pertumbuhan yang

tidak normal korda spinalis atau penutupnya.

Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di

daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput

otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak

terdapat saraf).

B. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian dari Maningokel?

b. Apa Etiologi dari maningokel?

c. Apa tanda dan gejala dari maningokel?

d. Bagaimana Patofisiologi dari Maningokel?

e. Bagaimana Patofisiologi Nursing Patway (PNP) dari Maningokel?

f. Bagaimana cara Penatalaksanaan terhadap maningokel?

g. Bagaimana dalam Pemberian Asuhan Keperawatan?

C. Tujuan Umum

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan

Maningokel dan dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang sesuai.

TUJUAN KHUSUS

1. Agar para pembaca mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan

Maningokel dan bisa memberikan Asuhan Keperawatan yang sesuai.

Page 4: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui

spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis

ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus tertentu kelainan ini dapat

dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan terdiri dari insisi meningokel dan

penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat ditutup. Hidrosefalus

kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan drainase. (Prinsip

Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283)

Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi.

Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah

servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak,

sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat

saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal

sesudah operasi. (IKA-FKUI. Hal-1136)

Spina bifida dimanifestasikan pada hampir semua kasus disrafisme spinal

yang merupakan terminologi untuk kelompok kelainan spinal yang umumnya

menunjukkan ketidaksempurnaan menutupnya jaringan mesenkim, tulang dan

saraf di garis tengah. . (Buku Ajar Neurologi Anak. Hal-144) Pembagian

disrafisme spinal antara lain:

1. Spina bifida okulta

Defek terdapat pada arkus vertebrata tanpa herniasi jaringan.

2. Meningokel spinalis

Defek pada durameter dan arkus spinalis. Herniasi jaringan saraf spinalis

atau sebagian medulla spinalis.

3. Meningomielokel

Kantung herniasi terdiri dari leptomeningen, cairan, jaringan saraf berupa

serabut spinalis atau sebagian medulla spinalis.

Page 5: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

4. Mielomeningosistokel

Kantung terdiri dari leptomeningen, cairan cerebrospinal, serabut saraf yang

membenntuk kista berisi cairan yang berhubungan dengan kanalis sentralis.

5. Rakiskisis spinal lengkap

Tulang belakang terbuka seluruhnya

B. Etiologi/penyebab

Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.

Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya

defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-

hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal

rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan

hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat

dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi,

termasuk asam folat. (buku saku keperawatan pediatric e/3 [Cecila L. Betz &

Linda A. Sowden.2002] hal-468)

Kelainan konginetal SSP yang paling sering dan penting ialah defek tabung

neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-macam

penyebab yang berat menentukan morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari

abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang kecil dan hanya dapat dideteksi

pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan. (Patologi Umum Dan

Sistematik Vol 2, J.C.E. Underwood. 1999. hal-885)

C. Gambaran klinis

Akibat spina bifida, terjadi sejumlah disfungsi tertentu pada rangka, kulit

dan saluran genitourinari akibat spina bifida, tetapi tergantung pada bagian

medulla spinalis yang terkena. Pada meningokel dapat ditemukan:

1. Kantong herniasi CSS yang dapat dilihat pada daerah lumbosakral.

2. Hidrosefalus.

Page 6: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

D. Patofisiologi

Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna

spinalis: spina bifida okulta dan spina bifida sistika.

Spina bifida okulta adalah defek penutupan dengan meninges tidak terpajan

di permukaan kulit. Defek vertebralnya kecil, umumnya pada daerah

lumbosakral.

Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolan

medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan yang terdiri

dari maninges dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal (CSS): penonjolan

ini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak

terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokel

umumnya terdapat pada lumbosakral atau sacral.

Mielomeningokel adalah penonjolan meninges dan sebagian medulla

spinalis, selain kantong berisi CSS. Daerah lumbal atau lumbosakral terdapat

pada 42% kasus; torakolumna pada 27 kasus, sacral 21% kasus; dan torakal atau

servikal pada 10% kasus. Bayi dengan mielomeningokel mudah terkena cedera

selama proses kelahiran. Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang

menderita spina bifida (85% sampai 90%);kira-kira 60% sampai 70% tersebut

memiliki IQ normal. Anak dengan mielomeningokel dan hidrosefalus menderita

malformasi system saraf pusat lain, dengan deformitas Arnold-Chiari yang paling

umum.

Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.

Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya

defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-

hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal

rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan

hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat

dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi,

termasuk asam folat. (buku saku keperawatan pediatric e/3 [Cecila L. Betz &

Linda A. Sowden.2002] hal-468)

Page 7: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect)

merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio.

Akan tetapi, ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tuba

neural yang sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan

serebrospinal selama trimester pertama. Derajat disfungsi neurologik secara

lansung berhubungan dengan level anatomis defek tersebut dan saraf-saraf yang

terlibat. Kebanyakan mielomeningokel melibatkan area lumbal atau lumbosakral,

dan hidrosefalus merupakan anomali yang sering menyertainya (90% sampai

95%). (buku ajar keperawatan pediatrik, Donna L. Wong. Hal-1425)

Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup

kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai

akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena

permukaan absorpsi CSS yang berkurang.

Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau

kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan

pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum

ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat; penemuan ini sering digunakan

sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi;

terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal, apabila malformasi

SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata. (Patologi

Umum Dan Sistematik Vol 2, J.C.E. Underwood. 1999. hal-885)

Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya,

posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan

ancaman yang pasti, dan pemberian makanan menjadi masalah.

Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga

temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat

mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di

atas defek perlu sering dilembabkan karena efek pengering dari panas yang

dipancarkan.

Page 8: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembap dengan

meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut.

Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal steril. Balutan diganti

dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan cermat

terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus tersebut harus

dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi. Kadang-

kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan

resiko infeksi pada system saram pusat.

Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah

kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan

tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut. Bila

sendi panggul tidak stabil, peregangan terhadap fleksor pinggul yang kaku atau

otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.

Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang

menderita keadaan ini. Remaja merasa khawatir akan kemampuan seksualnya,

penguasaan social, hubungan kelompok remaja sebaya, dan kematangan serta

daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan tersebut lebih berhubungan dengan

persepsi diri terhadap kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang

sebenarnya ada pada remaja itu.

E. Deteksi prenatal

Terdapat kemungkinan untuk menentukan adanya beberapa NTD terbuka

selama masa prenatal. Pemindaian ultrasuara pada uterus dan peningkatan

konsentrasi alfafetoprotein (AFP), suatu gamma, globulin yang spesifik pada

fetus, dalam cairan amnion mengindikasikan adanya arensefali atau

mielomeningokel. Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan diagnostic ini

adalah pada usia gestasi 16 dan 18 minggu, sebelum konsentrasi AFP yang

normalnya menurun, dan pada saat yang tepat untuk melakukan aborsi

terapeutik. Pengambilan sampel virus koronik (chorionic villus sampling, CVS)

juga merupakan pemeriksaan untuk diagnostik NTD pada masa prenatal.

Page 9: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Prosedur diagnostic di atas direkomendasikan untuk semua ibu yang telah

melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi

semua wanita hamil. Selain itu, rencana kelahiran dengan sesar dapat

menurunkan disfungsi motorik. (buku ajar keperawatan pediatrik, Donna L.

Wong. Hal-1425)

F. Penatalaksanaan medis dan bedah

Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk

mencegah rupture. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS

pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit

diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah

meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya

disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh.

Untuk spina bifida okulta atau maningokel tidak diperlukan pengobatan

Perbaikan mielomeningokel, dan kadang-kadang meningokel, secara bedah

diperlukan

Apabila dilakukan perbedahan secara bedah, maka perlu dipasang suatu

pirau (shunt) untuk memungkinkan drainase CSS dan mencegah timbulnya

hidrosefalus dan peningkatan tekanan intrakranium

Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi

kerusakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis

Page 10: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Anamnesa :

1. Identitas bayi

2. Identitas ibu

3. Riwayat kehamilan ibu

kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan

meningkat pada usia 16-18 minggu

4. Riwayat kelahiran.

Seksio sesarae terencana atau normal

5. Riwayat Keluarga.

Anak sebelumnya menderita spina bifida

6. Riwayat atau adanya faktor resiko

Jenis kelamin laki-laki

b. Pemeriksaan Fisik.

Observasi adanya manifestasi mielomeningokel

1. Kantong yang dapat dilihat

2. Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel

Di bawah vertebra lumbal kedua

Flaksid, paralis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah

Berbagai derajat defisit sensori

Page 11: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Inkontenensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan

Kurang kontrol defikasi

Prolapsus rektal (kadang-kadang)

Di bawah vertebra sakrum ketiga

Tidak ada kerusakan motorik

Dapat berupa anestesia sadel dengan paralis sfingter kandung kemih

dan sfingter anus

Deformitas sendi (terkadang terjadi di uterus)

Talipes valgus atau kontraktur varus

Kifosis

Skoliosis lumbosakral

Dislokasi pinggul

3. Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis untuk menentukan

tingkat kerusakan motorik dan sensorik

4. Inspeksi mielomeningokel untuk adanya perubahan pada penampilan,

sebagai contoh, abrasi, robekan, tanda-tanda infeksi

5. Observasi adanya tanda-tanda hidrosefalus

6. Observasi adanya tanda-tanda alergi lateks

7. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian.

Radiologi

Tomografi

B. Diagnosa

Page 12: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.

2. Risti trauma berhubungan dengan lesi spinal

3. Risti trauma berhubungan dengan kerusakan sirkulasi cairan

serebrospinal

4. Risti cidera berhubungan dengan pemajanan berulang pada produk lateks

dan alergi lateks

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan

sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial

6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perubahan emosi pada

semua anggota keluarga yang berkaitan dengan pengobatan atau sakitnya

anggota keluarga

7. Resiko tinggi penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif

berhubungan dengan ketidaktahuan tentang pengobatan atau teknik

8. Risiko hambatan kedekatan orang tua-bayi berhubungan dengan

hambatan untuk menggendong sekunder akibat pemantauan pada

perawatan intensif

9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan imobilitas

sekunder akibat reposisi tidak efektif

10. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

C. Intervensi

1. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme

infektif. Sasaran: Pasien mengalami penurunan risiko terhadap infeksi system

saraf pusat

Intervensi keperawatan/rasional

Posisikan bayi untuk mencegah kontaminasi urin dan feses

Bersihkan mielomeningokel dengan cermat menggunakan salin normal

steril bila bagian ini menjadi kotor atau terkontaminasi

Page 13: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan steril sesuai instruksi

(salin normal, antibiotik) untuk mencegah pengeringan kantong

Berikan antibiotik sesuai resep

Pantau dengan cermat tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, peka

rangsang, latergi, kaku kuduk) untuk mencegah keterlambatan

pengobatan dalam pengobatan

Berikan perawatan serupa untuk sisi operatif pada paskaoperasi

Hasil yang di harapkan

kantong meningeal tetap bersih, utuh, dan tidak menunjukkan bukti-

bukti infeksi

2. Diagnosa: Risti trauma berhubungan dengan lesi spinal

Sasaran: pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal

Intervensi keperawatan/rasional

Rawat bayi dengan cermat untuk mencegah kerusakan pada kantong

meningeal atau sisi pembedahan

Gunakan alat pelindung di sekitar kantong missal; selimut plastic

bedah, potong sesuai ukuran dan sesuai ukuran dan tempelkan

dibawah kantong di samping sacrum dan selimuti dengan longgar

untuk memberikan lapisan pelindung

Modifikasi aktifitas keperawatan rutin (misal; member makan,

merapikan tempat tidur, aktifitas kenyamanan) untuk mencegah

trauma

Hasil yang diharapkan

Kantong meningeal tetap utuh

Page 14: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma

3. Diagnosa Risiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan sirkulasi

cairan serebrospinl

Sasaran: pasien tidak mengalami tekanan intrakranial

Intervensi keperawatan/rasional

Ukur lingkaran oksifitoprontal setiap hari untuk mendeteksi

peningkatan tekanan intracranial dan terjadinya hidrosefalus

Observasi adanya tanda-tanda peningkatan intracranial, yang

menunjukkan terjadinya hidrosefalus.

o Peka rangsang

o Latergi

Bayi

o Menangis bila diangakat atau digendon: diam bila tetap

berbaring

o Peningkatan lingkar oksipitofrontal

o Peregangan sutura

o Perubahan tingkat kesadaran

Anak

o Sakit kepala (khusus di pagi hari)

o Apatis

o Konfusi

Page 15: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Hasil yang diharapkan

Bukti tekanan intracranial dan hidosefalus terdeteksi dini, dan

intervensi yang tepat diimplementasikan

4. Diognosa: Risti cidera berhubungan dengan pemajanan berulang pada produk

lateks dan alergi lateks

Sasaran pasien: pasien mengalami pemajanan minimum pada lateks

Intervensi keperawatan/rasional

Identifikasi anak dengan alergi lateks

Jaga agar lingkungan bebas lateks untuk menurunkan pemajanan

Ajari anggota keluarga dan pemberi perawatan lain (mis., pekerja

perawatan sehari, guru) tentang hal-hal berikut:

Risiko alergi lateks dan hal-hal yang harus dihindari untuk

menurunkan pemajanan

Tanda-tanda alergi (dari gatal-gatal, ruam, dan mengi pada anafilaktik)

untuk mendeteksi reaksi dengan cepat

Tindakan kedaruratan, termasuk penggunaan kit anafilaktik dan

memanggil pelayanan medis darurat, untuk mencegah keterlambatan

tindakan

Hasil yang diharapkan

Anak tidak mengalami reaksi alergi terhadap lateks

5. Diagnose: kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan

ketahanan sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial

Sasaran pasien : pasien tidak mengalami deformitas ekstremitas bawah dan

panggul atau resiko pasien terhadap hal tersebut minimal

Intervensi keperawatan/rasional

Page 16: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk mencegah kontraktur;

jangan memaksakan suatu titik tahanan untuk mencegah trauma

Lakukan peregangan otot bila diindikasikan untuk mencegah

kontraktur

Pertahankan panggul pada abduksi ringan sampai sedang untuk

mencegah dislokasi, jaga agar kaki tetap berada pada posisi netral

untuk mencegah kontraktur

Gunakan gulungan popok, bantalan, bantal pasir kecil, atau alat yang

dirancang khusus untuk mempertahankan posisi yang diinginkan

Hasil yang diharapkan

Ekstremitas mempertahankan fleksibelitasnya

Panggul dan ekstremitas bawah dipertahankan pada artikulasi dan

kesejajaran yang benar

6. Diagnose: Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perubahan emosi

pada semua anggota keluarga yang berkaitan dengan pengobatan atau sakitnya

anggota keluarga

Tujuan

Anggota keluarga mempertahankan sistem fungsi dukungan mutual satu sama

lain

Intervensi keperawatan/rasional

Beri dukungan emosional kepada orang tua

Bantu keluarga dalam menghadapi kekhawatirannya terhadap situasi

Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi dan mendukung

untuk keluarga

Page 17: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarganya yang

sakit bila memungkinkan (member makan, memandikan, memakai

baju, ambulasi)

Bantu anggota keluarga mengubah harapan anggota keluarga yang

sakit dengan sikap realistis

Kriteria hasil

Ansietas keluarga berkurang yang berhubungan dengan ketakutan

karena ketidaktahuan, ketakutan karena kehilangan control emosi.

7. Diagnose: Resiko tinggi penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif

berhubungan dengan ketidaktahuan tentang pengobatan atau teknik dan

ketidakcukupan pengetahuan

Tujuan

Keluarga mengungkapkan maksud untuk melakukan perilaku kesehatan yang

diperlukan atau keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan

kekambuhan atau komplikasi

Intervensi keperawatan/rasional

Dapatkan jalan masuk ke dalam system keluarga, jangan mengambil

alih

Hindari kesan memaksa

Dengarkan untuk mengetahui kesesuaian antara kekhawatiran, hindari

memberi harapan

Upayakan untuk mengetahui kesesuaian antara kebutuhan yang

diungkapkan dengan layanan yang diberikan perawat

Gali dengan orang tua tentang penatalaksanaan masalah yang telah

berhasil pada masa lalu untuk meningkatkan percaya diri

Page 18: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Kumpulkan ekspresi tentang perasaan, keperhatinan, dan pertanyaan

dari individu dan keluarga untuk mengetahui tingkat pengetahuan

keluarga

Beri dorongan keluarga untuk mencari informasi dan membuat

keputusan berdasarkan informasi untuk meningkatkan sikap positif

dan partisipasi aktif keluarga

Kriteria hasil

Ansietas keluarga berkurang yang berhubungan dengan ketakutan

karena ketidaktahuan, ketakutan karena kehilangan kontrol

Anggota keluarga dapat menggambarkan proses penyakit, penyebab

dan factor penunjang pada gejala, dan regimen untuk penyakit atau

control gejala

8. Diagnose : Risiko hambatan kedekatan orang tua-bayi berhubungan dengan

hambatan untuk menggendong sekunder akibat pemantauan pada perawatan

intensif

Tujuan

Mendemonstrasikan peningkatan perilaku kedekatan, seperti menggendong

bayi dengan dekat, tersenyum dan bicara pada bayi, dan mencari kontak mata

dengan bayi

Intervensi keperawatan/rasional

Izinkan orang tua untuk melihat dan menyentuh bayi sebelum

dipindahkan

Anjurkan kunjungan dini untuk ibu bila mungkin, buat hubungan

telefon yang sering dengan pemberi perawatan bayi bila kunjungan

tidak memungkinkan

Kriteria hasil

Page 19: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Orang tua mulai mengungkapkan perasaan positif mengenai bayi

9. Diagnose : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan

imobilitas sekunder akibat reposisi tidak efektif

Tujuan

Individu menunjukkan integritas kulit bebas dekubitus

Intervensi keperawatan/rasional

Ubah posisi individu untuk berbalik atau mengangkat berat badannya

setiap 30 menit sampai 2 jam untuk penurunan takanan pada kulit

Instruksikan keluarga tentang teknik spesifik yang digunakan dirumah

untuk mencegah dekubitus

Kriteria hasil

Individu bebas dari dekubitus

10. Diagnose: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake adekuat

Tujuan

Membantu terpenuhinya kebutuhan nutrisi

Intervensi keperawatan/rasional

Beri dosis sedikit tetapi sering

Pasang infus

Kolaborasi dengan ahli gizi

Kriteria hasil

Dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal normal

Page 20: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

D. Implementasi

1. Minimalkan resiko infeksi pada sebelum dan sesdah operasi

2. Jaga pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal

3. Deteksi dini tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial

4. Minimalkan pemajanan lateks

5. Pertahankan asupan nutrisi dan cairan

6. Pantau adanya tanda dan gejala infeksi

7. Lakukan perawatan luka operasi: gunakan teknik steril ketika mangganti

dan menguatkan balutan

8. Ajarkan pada orang tua tentang pelaksanaan pelatihan jangka panjang

9. Beri informasi pada orang tua tentang teknik-teknik yang memfasilitasi

mobilitas dan kemandirian

10. Beri pendidikan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

normal serta penyimpangan-penyimpangannya dari normal

Evaluasi

1. Apakah anak terhidrasi dengan baik dan mempertahankan berat badannya

2. Apakah anak bebas dari infeksi

3. Apakah Anak dan orang tua menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan

perawatan jangka panjang di rumah dan bebas dari komplikasi.

BAB 4

Penutup

A. Kesimpulan

Page 21: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur

bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital

dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian

segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya

sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat.

Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering

terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di

daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput

otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak

terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan

menjadi normal sesudah operasi.

B. Saran

Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk

semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan

pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.

REFERENSI

1. Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3.

EGC: Jakarta.

2. Diane M. Fraser. Dkk. 2009. Myles Buku Ajar Kebidanan. EGC: Jakarta.

Page 22: Asuhan Keperawatan Spina Bifida Dengan Meningokel

3. Elizabet J. Corwin. 2000. Buku saku patofisiologi. EGC: Jakarta

4. J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum Dan Sistematik. Vol 2. EGC:

Jakarta

5. Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan

Edisi 10. EGC: Jakarta

6. Marliynn E. Doengoes, Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

EGC: Jakarta

7. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Bag. 3. EGC: Jakarta.

8. Rosa m. Saccharin. 1996. Prinsip keperawatan pediatric edisi 2. EGC;

Jakarta

9. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu kesehatan anak volume 3.

FKUI : Jakarta.

10. Taslim S. Soetomenggolo, Sfyan Ismael. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak.

BP IDAI: Jakarta.

11. Wiknjosastro, Hanifa . dkk. 1999. Ilmu kebidanan.Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiharjo: Jakarta.

12. Wong , Donna L dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatric vol 2. EGC:

Jakarta.

13. Wong , Donna L. 2004. Pedoman klinis keperawatan Pediatrik Edisi 4 .

EGC: Jakarta.