Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    1/21

    Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Fraktur Humerus

    A. Konsep Dasar Medik

    1. Pengertian patah tulang

    lang : Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisik, baik yang

    bersifat total maupun yang parsial.

    (Prof. Chairuddin Rasjad, Ph. D. I lmu Bedah Orthopedi,hal 388).

    lang : Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya

    disebabkan oleh ruda paksa.

    (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, I lmu A jar Bedah, hal 1138).

    lang : Patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

    (Sylvia, A. Price Lorraine M. Wilson Patofisiologi, hal 1183).

    lang : Terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan.

    (Kapita Selekta Kedokteran, edisi kedua, hal 384).

    2. Penyebab patah tulang

    a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya tahan tulang,

    seperti benturan dan cedera.

    b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi yaitu kelemahan

    tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis.

    (Menurut Barbara C. Long, 1989, hal : 297).

    3. Anatomi dan fisiologi tulang

    a. Pengertian tulang

    Tulang terdiri dari materi intra sel, baik berupa sel yang hidup ataupun sel yang tidak hidup.

    Bahan-bahan tersebut berasal dari embriohialin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian

    menjadi tulang, proses ini oleh sel-sel yang disebut osteoblas. Kualitas kerasnya tulang

    merupakan hasil deposit kalsium.

    (Barbara C. Long, hal 302).

    b. Fungsi tulang

    (Prof. Chaeruddin Rasjad, Ph.D. I lmu Bedah Ortopedi)

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    2/21

    1.) Membentuk rangka badan.

    2.) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot.

    3.) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, seperti

    otak, sum-sum tulang belakang, jantung, dan paru-paru.

    4.) Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam.

    5.) Sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain yaitu sebagai jaringan hemopoietik

    untuk memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit.

    c. Klasifikasi tulang berdasarkan bentuknya.

    (Barbara C. Long, Bagian II Hal. 302)

    1.) Tulang panjang (femur, homerus, dan tibia).

    2.) Tulang pendek (carpals).

    3.) Tulang ceper (tulang tengkorak).

    4.) Tulang yang tidak beraturan ; vertebrae (sama dengan tulang pendek).

    5.) Tulang sesamoid.

    Tulang kecil terpendek sekitar tulang persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan

    fasial. Misalnya patella.

    d. Struktur tulang humerus (tulang panjang).

    Tulang panjang mempunyai 3 bagian yaitu :

    1.) Diafisis/batang

    Bagian tengah tulang yang berbentuk silinder, bagian ini tersusun dari bagian kortikal yang

    memiliki kekuatan yang besar, disusun oleh tulang trabekuler atau tulang spongiosa yang

    mengandung sum-sum merah.

    2.) Metafisis

    Metafisis menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlengketan

    tendon dan ligamen pada epifisis.

    3.) Epifisis

    Letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan

    memanjang tulang berhenti.

    Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :

    (Sylvia A. Price. Patofisiologi. Buku 2, EGC, hal : 1184)

    a. Osteoblas

    Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai

    matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osfiksasi.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    3/21

    b. Osteosit

    Sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi

    melalui tulang yang padat.

    c. Osteoklas

    Sel-sel besar berinti yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi,

    osteoklas ini mengikis tulang.

    4. Patofisiologi

    Tulang dikatakan fraktur atau patah bila terdapat interupsi dari kontinuitas jaringan tulang,

    biasanya fraktur disertai cedera jaringan di seputarnya yaitu ligamen, otot, tendo, pembuluh

    darah dan persyarafan. Trauma ini terjadi pada patah tulang dapat menyebabkan fraktur yang

    akan mengakibatkan seseorang memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri

    pergerakan. Jaringan lunak yang terdapat di sekitar fraktur : seperti pembuluh darah syaraf

    dan otot serta organ lain yang berdekatan dapat dirusak pada waktu orang lain ataupun karena

    mencuatnya tulang yang patah. Apabila kulit sampai robek, hal ini akan menyebabkan

    potensial injeksi. Tulang memiliki sangat banyak pembuluh darah, akibat dari fraktur yang

    keluar dari pembuluh darah ke dalam jaringan lunak atau pada luka yang terbuka. Luka dan

    keluarnya darah tersebut dapat mempercepat pertumbuhan bakteri.

    (Menurut Barbara C. Long 1989, hal : 305).

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    4/21

    5. Pembagian patah tulang

    (Klasifikasi patah tulang/fraktur)

    (Prof. Chaeruddin Rasjad, Ph.D. Fraktu r dan Dislokasi. 1995. FKUH)

    a. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar.

    1.) Closed frakture (fraktur tertutup).

    Fraktur yang tidak menyebabkan luka terbuka pada kulit.

    2.) Compound fracture (fraktur terbuka).

    Adanya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan dunia luar.

    b. Berdasarkan jenisnya

    1.) Fraktur komplit :

    Garis fraktur mengenai seluruh korteks tulang.

    2.) Fraktur tidak komplit :

    Garis fraktur tidak mengenai seluruh korteks.

    c. Berdasarkan garis fraktur

    1.) Fraktur transversa.

    Garis fraktur memotong secara transversal.

    Sumbu longitudinal.

    2.) Fraktur obliq.

    Garis fraktur memotong secara miring sumbu longitudinal.

    3.) Fraktur spiral.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    5/21

    Garis fraktur berbentuk spiral.

    4.) Fraktur butterfly.

    Bagian tengah dari fragmen tulang tajam dan melebar ke samping.

    5.) Fraktur impacted (kompresi).

    Kerusakan tulang disebabkan oleh gaya tekanan searah sumbu tulang.

    6.) Fraktur avulsi.

    Lepasnya fragmen tulang akibat tarikan yang kuat dari ligamen.

    d. Berdasarkan garis patah.

    1.) Fraktur kominutif

    Fragmen fraktur lebih dari dua.

    2.) Fraktur segmental

    Pada satu korpus tulang terdapat beberapa fragmen fraktur yang besar.

    3.) Fraktur multiple

    Terdapat 2 atau lebih fraktur pada tulang yang berbeda.

    6. Gambaran klinik

    a. Deformitas.

    b. Bengkak atau penumpukan cairan/daerah karena kerusakan pembuluh darah.

    c. Echimiosis.

    d. Spasme otot karena kontraksi involunter di sekitar fraktur.

    e. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan fraktur yang meningkat karena penekanan

    sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.

    f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, di mana saraf ini dapat

    terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.

    g. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri atau spasme

    otot.

    h. Pergerakan abnormal (menurunnya rentang gerak).

    i. Krepitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.

    j. Hasil foto rontgen yang abnormal.

    k. Shock yang dapat disebabkan karena kehilangan darah dan rasa nyeri yang hebat.

    7. Proses penyembuhan tulang

    Proses penyembuhan tulang pada fraktur terbagi atas 4 bagian tulang :

    a. Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase, yaitu :

    1.) Fase hematoma

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    6/21

    Apabila terjadi fraktur, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem

    Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara

    kedua sisi fraktur.

    2.) Fase proliferasi seluler sub periosteal dan endosteal.

    Terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi. Penyembuhan-

    penyembuhan fraktur sekitar terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berfroliferasi dari

    periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus

    interna sebagai aktivitas seluler dalam kanalis modularis.

    3.) Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis).

    Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang

    berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat

    osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-

    garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai

    woven bone. Pada pemeriksaan radiologis kalus sudah terlihat dan merupakan indikasi

    radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

    4.) Fase konsolidasi (fase union secara radiologi).

    Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-perlahan diubah menjadi

    tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan

    kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.

    5.) Fase remodeling

    Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai

    bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini,

    perlahan-lahan terjadi resorbsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada

    tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah

    menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan

    mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sum-sum.

    b. Penyembuhan fraktur pada tulang spongiosa.

    Penyembuhan terutama oleh aktivitas endosteum dalam trabekula. Bila vaskularisasi/kontak

    baik, maka penyembuhannya cepat.

    c. Penyembuhan fraktur pada lempeng epifisis.

    Fraktur epifisis sangat cepat penyembuhannya, oleh karena epifisis aktif dalam pembentukan

    tulang.

    d. Penyembuhan fraktur pada tulang rawan sendi

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    7/21

    Penyembuhan sulit (vaskularisasi kurang/tidak ada). Bila ada celah fraktur akan diisi oleh

    jaringan ikat. Penyembuhan kembali menjadi tulang rawan hialin dimungkinkan bila

    dilakukan reposisi anatomis dan fiksasi interna khusus dengan CPM (Continous Passive

    Movement).

    8. Faktor yang berpengaruh dalam kecepatan penyembuhan fraktur.

    1.) Umur penderita.

    2.) Lokalisasi dan konfigurasi fraktur.

    3.) Pergeseran awal fraktur.

    4.) Vaskularisasi pada kedua fragmen.

    5.) Reduksi serta imobilisasi.

    6.) Waktu imobilisasi.

    7.) Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak).

    8.) Adanya infeksi.

    9.) Cairan sinovia.

    10.) Gerakan aktif dan pasif anggota gerak.

    9. Penatalaksanaan Fraktur

    Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :

    a. Recognisi/pengenalan.

    Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur harus jelas.

    b. Reduksi/manipulasi.

    Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat mungkin dapat kembali seperti letak

    asalnya.

    c. Retensi/memperhatikan reduksi.

    Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen

    d. Traksi

    Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh dengan memakai katrol

    dan tahanan beban untuk menyokong tulang.

    e. Gips

    Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam bentuk tertentu dengan

    mempergunakan alat tertentu.

    f. Operation/pembedahan

    Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan pembedahan. Metode ini

    disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Dengan tindakan operasi tersebut, maka fraktur

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    8/21

    akan direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi dengan menggunakan orthopedi

    yang sesuai

    10. Komplikasi fraktur

    Meskipun kebanyakan yang menderita patah tulang setahap demi setahap akan mengalami

    proses penyembuhan tetapi ada juga yang menderita ketidakmampuan fisik akibat komplikasi

    seperti :

    a. Mal union

    Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang

    berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.

    b. Delayed union

    Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak

    atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).

    c. Non union

    Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6 8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi

    sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu).

    11. Fraktur humerus

    Fraktur humerus dapat terjadi pada :

    a. Fraktur epifisis humerus

    Fraktur epifisis humerus adalah fraktur lempeng epifisis tipe II (Salter-Harris).

    Mekanisme trauma :

    Biasanya terjadi pada anak anak yang jatuh dalam posisi hiper ekstensi, misalnya jatuh

    pada saat mengendarai sepeda/kuda.

    b. Frektur metafisis humerus

    Fraktur metafisis biasanya tidak mengalami pergeseran dan pada keadaan ini terapi

    konservatif merupakan pilihan pengobatan. Fraktur metapisis dengan pergeseran biasanya

    bagian distal menembus kearah muskulus deltoid sampai subkutan. Pada keadaan ini

    biasanya perlu dilakukan tindakan operasi untuk melepaskan fragmen.

    c. Fraktur daerah diafisis

    Terjadi karena adanya trauma langsung atau trauma putar pada daerah humerus.

    B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    9/21

    Pada asuhan keperawatan ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses

    keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis

    dalam usaha memperbaiki dan memelihara pasien sampai optimal melalui suatu pendekatan

    yang sistematis untuk membantu pasien.

    Proses keperawatan terdiri dari 4 tahap yaitu :

    1. Pengkajian

    Pengkajian merupakan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya

    sehingga diketahui kebutuhan pasien tersebut. Hasil analisis data merupakan pernyataan

    masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan. Dalam pengkajian data perlu

    dikaji pada pasien yang patah tulang sebagai berikut :

    a. Pengumpulan data.

    Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menggali data dari berbagai sumber yang

    mendukung dan mempengaruhi timbulnya masalah. Sumber data tersebut berasal dari klien,

    keluarga, perawat, dan tim kesehatan lainnya. Status serta pemeriksaan laboratorium dan

    radiology.

    Data yang dikumpulkan :

    (1.) Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,

    pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.

    (2.) Identitas penanggung : nama, alamat, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan,

    umur, jenis kelamin, suku/bangsa, alamat, hubungan keluarga.

    n antara lain :

    a.) Keluhan utama : nyeri

    b.) Riwayat keluhan utama : pada riwayat keluhan utama akan nampak apa yang dirasakan klien

    saat itu seperti nyeri tungkai sebelah kanan akibat fraktur. Sifat nyeri, lokasi, dan penyebaran,

    hal-hal yang meringankan/memperberat. Keluhan lain yang menyertai : demam, kelemahan,

    nyeri dada dan batuk, konstipasi.

    c.) Riwayat keluhan masa lalu akan memberikan informasi tentang kesehatan atau penyakit

    masa lalu yang pernah diderita.

    Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, terhadap

    berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai berikut :

    a.) Keadaan umum :

    Pada klien dengan imobilisasi dengan fraktur femur perlu dilihat dalam hal keadaan

    umumnya meliputi : penampilan, postur tubuh, kesadaran, dan gaya bicara, karena klien yang

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    10/21

    diimobilisasi biasanya akan mengalami kelemahan, kebersihan diri kurang, bentuk tubuh

    kurus akibat adanya penurunan BB, tapi gaya bicaranya masih normal, kesadarannya

    komposmentis.

    b.) Sistem pernafasan

    Immobilisasi pasien dengan fraktur berpengaruh pada pengembangan paru dan imobilisasi

    sekret pada jalan nafas.

    Kurangnya pergerakan, kurang rangsang batuk kurang dalam ventilasi menyebabkan lendir

    akan berkumpul pada bronchus dan broncheolus menyebabkan tachipnea.

    c.) Sistem kardiovaskuler

    Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir ada tidaknya peningkatan tekanan vena

    jugularis dengan auskultasi dapat dikaji bunyi jantung. Pada daerah dada dan pengukuran

    tekanan darah dengan palpasi dapat dihitung frekuensi denyut nadi. Hipertensi (kadang-

    kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas), hipotensi (kehilangan darah). Nadi

    disertai tidak teraba bagian yang cedera, pengisian kapiler lambat.

    d.) Sistem pencernaan

    Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui secara dini penyimpangan pada sistem ini seperti

    konstipasi merupakan komplikasi yang sering akibat imobilisasi, perubahan makanan dan

    minum yang normal, kurang kegiatan.

    e.) Sistem genitourinari

    Dapat dikaji dari ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, observasi dan

    palpasi pada daerah abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang

    keadaan alat-alat genetalianya bagian luar mengenai bentuknya ada tidaknya nyeri tekan dan

    benjolan serta bagaimana pengeluaran urinenya, lancar atau ada nyeri waktu miksi, sertabagaimana warna urine.

    f.) Sistem muskuloskeletal

    Yang perlu dikaji pada sistem ini adalah :

    Otot : inspeksi mengenai ukuran otot pada daerah fraktur yaitu adanya kelemahan, atropi

    karena tidak digunakan.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    11/21

    Amati otot dan tendon untuk mengetahui kemungkinan mengalami kontraktur.

    Palpasi pada otot saat istirahat untuk mengetahui tonus otot. Palpasi otot pada saat bergerak

    secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas) kekuatan otot dinilai

    dalam 5 tingkatan gradasi.

    Skala

    Kenormalan/

    Kekuatan

    %

    Ciri-ciri

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    0

    10

    25

    50

    75

    100

    Paralisis total.

    Tidak ada gerakan teraba/terlihat adanya

    kontraksi otot.

    Gerakan otot penuh menentang gravitasi

    dengan sokongan gerakan normal

    menentang gravitasi.

    Gerakannya normal menentang gravitasi.

    Gerakan normal penuh menentang

    gravitasi dengan sedikit penahanan.

    Gerakan normal penuh menentang

    gravitasi dengan tekanan penuh.

    ang : Kenormalan susunan tulang dan deformitas.

    pasi tulang adanya edema atau nyeri tekan

    sendian : Palpasi adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak, krepitasi, rentang gerak (range of

    motion).

    g.) Sistem integumen

    Kehilangan integritas kulit (abrasi, decubitus) disebabkan karena gesekan, tekanan jaringanbergeser satu dengan yang lain, berkeringat, kenaikan suhu pada perabaan.

    h.) Sistem neurosensori

    Hilangnya gerakan/sensasi, kesemutan/kebas (parestesi).

    Spasme otot.

    (5.) Pola aktivitas sehari-hari pada klien yang mengalami fraktur meliputi : frekuensi makan,

    porsi makan, kwantitas minum, eliminasi yang meliputi BAB serta BAK, personal hygiene

    (frekuensi mandi, mencuci rambut, gosok gigi, ganti pakaian, menyisir rambut, dan

    menggunting kuku, olahraga dan istirahat).

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    12/21

    (6.) Data psikososial

    Pengkajian yang dilakukan pada klien immobilisasi pada dasarnya sama dengan pengkajian

    psikososial pada gangguan sistem yang lain yaitu mengenai konsep diri (gambaran diri, ideal

    diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri). Dan hubungan atau interaksi klien baik dengan

    anggota keluarganya maupun dengan lingkungan di mana ia berada.

    Pada klien dengan fraktur dan immobilisasi, adanya perubahan pada konsep diri terjadi secara

    perlahan-lahan yang mana dapat dikenali melalui observasi terhadap adanya perubahan yang

    kurang wajar dalam status emosional, perubahan tingkah laku, menurunnya kemampuan

    dalam pemecahan masalah dan perubahan status tidur.

    (7.) Data spiritual

    Klien dengan fraktur perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya, keyakinan-keyakinan,

    harapan, serta semangat yang terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting

    untuk kesembuhannya. Apakah klien masih bisa melakukan ibadah shalat seperti biasanya.

    (8.) Data penunjang

    a.) Pemeriksaan diagnostik.

    - Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur.

    - Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk

    mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

    - Arteriogram dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

    b.) Pemeriksaan laboratorium.

    - Hitung darah lengkap, Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan

    bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP

    adalah respons stress normal setelah trauma.

    Hb bila kurang dari 10 mg % menandakan anemia dan jumlah leukosit bila lebih dari

    10.000/mm3menandakan adanya infeksi.

    - Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens dan ginjal.

    - Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel, atau

    cedera hati.

    b. Diagnosa

    Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan yang aktual atau potensial di mana perawat

    pendidikan dan pengalamannya mampu mengatasinya.

    Diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur sebagai berikut :

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    13/21

    1.) Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan fraktur (kehilangan integritas

    tulang).

    2.) Nyeri berhubungan dengan otot, pergerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan

    lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas.

    3.) Resiko tinggi terhadap disfungsi perifer berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran

    darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.

    4.) Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran

    darah/emboli lemak, perubahan membran alveolar/kapiler.

    5.) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler,

    nyeri/ketidaknyamanan.

    6.) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cedera tusuk,

    fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi, pen, kawat, sekrup dan mobilisasi.

    7.) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer ;

    kerusakan kulit, trauma jaringan, prosedur invasif, traksi tulang.

    8.) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan

    dengan salah informasi/tidak mengenal sumber informasi.

    9.) Gangguan pemenuhan ADL (Activity Daily Living)berhubungan dengan immobilisasi.

    10.) Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan fraktur ; tindakan traksi.

    11.) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

    2. Perencanaan

    Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu

    ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien,

    maka langkah selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan tersebut melalui suatu perencanaan

    yang baik.

    a.) Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan fraktur.

    (1.)Tujuan :

    - Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur.

    - Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.

    - Menunjukkan pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur dengan tepat.

    (2.)Tindakan/intervensi :

    (a.) Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi di atas dan di

    bawah fraktur.

    sional : Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/penyembuhan.

    (b.) Letakkan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    14/21

    sional : Tempat tidur empuk atau lentur dapat membuat deformasi gips yang masih basah,

    mematahkan gips yang sudah kering atau mempengaruhi dengan penarikan traksi.

    (c.) Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut, pertahankan posisi netral pada bagian yang

    sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan tronkanter, papan kaki.

    sional : Mencegah gerakan yang tak perlu dan perubahan posisi-posisi yang tepat dari bantal

    dan juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.

    (d.) Pertahankan posisi/integritas traksi.

    sional : Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan mengatasi

    tegangan otot/ pemendekan untuk memudahkan posisi/penyatuan.

    (e.) Pertahankan katrol tidak terhambat dengan beban bebas menggantung ; hindari

    mengangkat/menghilangkan berat.

    sional : Jumlah beban traksi optimal dipertahankan, catatan memasukkan gerakan bebas

    beban selama mengganti posisi pasien menghindari penarikan berlebihan tiba-tiba pada

    fraktur yang menimbulkan nyeri dan spasme otot.

    (f.) Kaji ulang tahanan yang mungkin timbul karena terapi.

    Contoh pergelangan tidak menekuk/duduk dengan traksi buck atau tidak memutar di bawah

    pergelangan dengan traksi Russel.

    sional : Mempertahankan integritas tarikan traksi sehingga traksi berfungsi tepat untuk

    menghindari interupsi penyambungan fraktur.

    (g.) Kaji ulang foto/evaluasi.

    sional : Memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus/proses penyembuhan untuk

    menentukan tingkat aktivitas dan kebutuhan perubahan/tambahan terapi.

    b.) Nyeri berhubungan dengan otot, gerakan fragmen tulang, alat traksi.

    (1.)Tujuan :

    - Menyatakan nyeri hilang.

    - Menunjukkan tindakan santai ; mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan

    cepat.

    - Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.

    (2.)Intervensi :

    (a.) Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat, traksi.

    sional : Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan jaringan yang

    cedera.

    (b.) Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.

    sional : Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, menurunkan nyeri.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    15/21

    (c.) Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif.

    sional : Mempertahankan kekuatan/mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi

    inflamasi pada jaringan yang cedera.

    (d.) Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh perubahan posisi.

    sional : Meningkatkan sirkulasi umum ; menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.

    (e.) Berikan obat sesuai indikasi narkotik dan analgetik non narkotik.

    sional : Menghambat reseptor nyeri dan menurunkan ambang nyeri atau spasme otot.

    c.) Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer.

    (1.)Tujuan :

    - Mempertahankan perfusi jaringan.

    (2.)Intervensi :

    (a.) Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur.

    sional : Kembalinya warna cepat (3 5 detik), warna kulit putih menunjukkan gangguan

    arterial, sianosis diduga ada gangguan vena.

    (b.) Lakukan pengkajian neuromuskuler, perhatikan fungsi motorik/sensori.

    sional : Gangguan perasaan bebas, kesemutan, peningkatan/ penyebaran nyeri terjadi bila

    sirkulasi syaraf tidak adekuat atau syaraf rusak.

    (c.) Tes sensasi syaraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput antara ibu jari pertama dan

    kedua dan kaji kemampuan untuk dorsofleksi ibu jari bila diindikasikan.

    sional : Panjang dan posisi syaraf parineal meningkatkan resiko cedera pada adanya fraktur

    kaki, edema/sindrom kompartement, atau melapisi alat traksi.

    (d.) Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk pembengkakan/pembentukan

    edema. Ukur ekstremitas yang cedera dan bandingkan dengan yang tak cedera.

    sional : Peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat diduga ada pembengkakan

    jaringan/edema umum tetapi menunjukkan perdarahan.

    (e.) Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat, cyanosis, kulit dingin.

    sional : Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.

    (f.) Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi.

    sional : Menurunkan edema/pembentukan hematoma yang dapat mengganggu sirkulasi.

    (g.) Awasi hemoglobin/hematokrit, pemeriksaan koagulasi.

    sional : Membantu dalam kalkulasi kehilangan darah dan membutuhkan keefektifan terapi

    penggantian.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    16/21

    d.) Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran

    darah/emboli lemak.

    (1.)Tujuan :

    - Mempertahankan fungsi pernafasan yang adekuat.

    (2.)Intervensi :

    (a.) Awasi frekuensi pernafasan.

    sional : Takipnea, dispnea dan insufisiensi pernafasan.

    (b.) Auskultasi bunyi nafas perhatikan terjadinya ketidaksamaan bunyi hiperesonan, juga adanya

    gemericik, ronchi, mengi, dan inspeksi mengorok/sesak nafas.

    sional : Perubahan dalam/adanya bunyi adventisius menunjukkan terjadinya komplikasi

    pernafasan.

    (c.) Observasi sputum untuk tanda adanya darah.

    sional : Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru.

    (d.) Inspeksi kulit untuk petekie di atas garis puting pada aksilla meluas ke abdomen/tubuh,

    mukosa mulut kantong konjungtiva dan retina.

    sional : Ini adalah karakteristik yang paling nyata dari tanda emboli lemak,. Yang tampak

    dalam 2 3 hari setelah cedera.

    (e.) Berikan tambahan oksigen bila diindikasikan.

    sional : Meningkatkan sediaan O2untuk oksigenasi optimal jaringan.

    (f.) Berikan obat sesuai indikasi, heparin dosis rendah.

    sional : Blok siklus pembekuan dan mencegah bertambahnya pembekuan pada adanya

    tromboplebitis.

    e.) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler,

    nyeri/ketidaknyamanan.

    (1.)Tujuan

    - Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

    mempertahankan posisi fungsional.

    (2.)Intervensi

    (a.) Kaji derajat imobilitas fisik yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi

    pasien terhadap mobilitas.

    sional : Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan/persepsi diri tentang keterbatasan fisik

    aktual memerlukan intervensi/informasi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

    (b.) Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tidak sakit.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    17/21

    sional : kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan

    membantu mempertahankan kekuatan massa otot.

    (c.) Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan untuk

    menstabilkan fraktur tungkai bawah.

    sional : Menurunkan resiko kontraksi fleksi pinggul.

    (d.) Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk tongkat, sesegera mungkin,

    instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas.

    sional : Mobilisasi dini merupakan komplikasi tirah baring/contoh decubitus.

    (e.) Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, pertahankan penurunan

    kandungan protein sampai setelah defekasi pertama.

    sional : pada cedera muskuloskeletal, nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan berkurang

    dengan cepat. Sering mengakibatkan penurunan berat badan, selama traksi tulang ini dapat

    mempengaruhi massa otot, tonus dan kekuatan.

    (f.) Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabiltasi spesialis.

    sional : Untuk membuat aktivitas individual/program latihan pasien dapat memerlukan

    bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan dan aktivitas yang mengandalkan berat

    badan.

    f.) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka.

    (1.)Tujuan

    Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

    (2.)Intervensi

    (a.) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.

    sional : Berikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh

    alat dan atau pemasangan gips/beban/traksi.

    (b.) Ubah posisi dengan sering, dorong penggunaan trapeze bila mungkin.

    sional : Untuk mengurangi tekanan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan

    kulit, penggunaan trapeze dapat menurunkan abrasi pada siku/tumit.

    (c.) Bersihkan kelebihan plester dari kulit saat masih basah, bila mungkin.

    sional : Plester yang kering dapat melekat ke dalam gips yang telah lengkap menyebabkan

    kerusakan kulit.

    (d.) Gunakan plester traksu kulit dengan memanjang pada posisi tungkai yang sakit.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    18/21

    sional : Plester traksi melingkari tungkai dapat mempengaruhi pada sirkulasi.

    (e.) Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang.

    sional : meminimalkan tekanan pada area ini.

    g.) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer ;

    kerusakan kulit, , prosedur invasif, traksi tulang.

    (1.)Tujuan

    - Mencegah terjadinya infeksi untuk mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas

    drainase purulen atau eritema dan demam.

    (2.)Intervensi

    (a.) Infeksi kulit akibat adanya iritasi atau robekan kontinuitas jaringan.

    sional : Pen atau kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi, kemerahan atau

    abrasi.

    (b.) Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan mencuci tangan.

    sional : Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan terjadinya infeksi silang.

    (c.) Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi perubahan warna kulit kecoklatan, bau

    drainage yang tak sedap atau asam.

    sional : Tanda perkiraan infeksi gas gangren.

    (d.) Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan edema lokal/eritema ekstremitas cedera.

    sional : Dapat mengidentifikasikan adanya osteomielitis.

    (e.) Berikan obat sesuai indikasi, contoh antibiotik IV/topikal.

    sional : Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada

    mikroorganisme.

    (f.) Berikan irigasi luka sesuai indikasi yang ada.

    sional : Debridemen luka menurunkan mikroorganisme dan insiden infeksi sistemik.

    h.) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan

    dengan salah informasi.

    (1.)Tujuan

    - Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan.

    (2.)Intervensi

    (a.) Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    19/21

    sional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.

    Catatan : fiksasi internal dapat mempengaruhi kekuatan tulang dan intramedulla atau piringan

    mungkin diangkat beberapa hari kemudian.

    (b.) Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis fisik bila

    diindikasikan.

    sional : Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama proses perlambatan

    penyembuhan dapat terjadi sekunder terhadap ketidaktepatan penggunaan alat ambulasi.

    (c.) Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang

    memerlukan bantuan.

    sional : Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan yang dapat bantuan.

    (d.) Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah fraktur.

    sional : Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot meningkatkan kembalinya

    aktivitas sehari-hari.

    (e.) Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.

    sional : Menurunkan resiko trauma tulang/jaringan dan infeksi yang dapat berlanjut menjadi

    ostemielitis.

    (f.) Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh : nyeri berat, demam

    tinggi, bau tak enak.

    sional : Intervensi cepat menurunkan beratnya komplikasi seperti infeksi/gangguan sirkulasi.

    i.) Gangguan pemenuhan ADL (Activity Daily Living)berhubungan dengan immobilisasi.

    (1.)Tujuan

    Kebutuhan rawat diri terpenuhi.

    (2.)Intervensi

    (a.) Kaji tingkat kemampuan klien dalam merawat dirinya.

    sional : Mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam merawat dirinya.

    (b.) Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan anjurkan klien agar dapat mengerjakan

    sebanyak mungkin untuk dirinya (memandikan klien).

    sional : Perawatan ini membantu memelihara harga diri dan kembali untuk hidup tanpa

    tergantung kepada orang lain.

    (c.) Sediakan waktu klien dalam melakukan aktivitas dengan segenap kemampuannya.

    sional : Mengurangi frustasi yang sering menyertai kesulitan yang dihadapi bila belajar.

    (d.) Berikan pujian terhadap kemampuan yang dicapai oleh klien dalam menolong dirinya.

    sional : Untuk memotivasi agar mematuhi program rehabilitasi secara kontinyu.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    20/21

    j.) Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan fraktur ; tindakan traksi.

    (1.)Tujuan

    Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.

    (2.)Intervensi

    (a.) Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.

    sional : Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses

    rehabilitasi.

    (b.) Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana

    pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya.

    sional : Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan

    membantu pemecahan masalah.

    (c.) Perhatikan prilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif, penggunaan

    penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata/yang diterima.

    sional : Dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjut yang optimal dan

    rehabilitasi.

    k.) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

    (1.)Tujuan

    Mewujudkan kemampuan untuk mengatasi masalah.

    (2.)Intervensi

    (a.) Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis.

    sional : Dapat mengurangi kecemasan dan ketidakmampuan pasien untuk membuat

    keputusan/pilihan berdasarkan realita.

    (b.) Berikan lingkungan terbuka di mana pasien akan merasa aman untuk mendiskusikan

    perasaan atau menahan diri untuk berbicara.

    sional : Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi sekarang tanpa perasaan

    dihakimi dan meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol.

    (c.) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten, juga dukungan untuk orang terdekat.

    sional : menciptakan interaksi interpersonal yang lebih baik dan menurunkan ansietas dan rasa

    takut.

    (d.) Libatkan orang terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan keputusan bersifat mayor.

    sional : Menjamin adanya sistem pendamping bagi pasien dan memberikan kesempatan orang

    terdekat untuk berpartisipasi dalam kehidupan pasien.

  • 8/14/2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Humerus

    21/21

    3. Pelaksanaan

    Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan

    yang direncakan oleh perawat.

    Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim kesehatan-kesehatan

    yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri, yang meliputi 3 hal :

    a. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik dengan standar

    praktek dan sumber-sumber yang ada.

    b. Mengidentifikasi respon klien.

    c. Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien.

    Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :

    - Kebutuhan klien.

    - Dasar dari tindakan.

    - Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.

    - Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri.

    - Sumber-sumber dari instansi.

    4. Evaluasi.

    Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam

    memenuhi kebutuhan klien. tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam

    menggunakan proses keperawatan.

    Adapun evaluasi klien dengan fraktur dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

    sebelumnya dan asuhan keperawatan dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat

    pencapaian kriteria tujuan perencanaan yang diberikan pada klien dengan gangguan sistem

    muskuloskeletal dengan fraktur.