44
Mata Kuliah : Keperawatan Dewasa II Dosen : Ns. Ruslan, S.Kep FRAKTUR & DISLOKASI Disusun Oleh Kelompok III EDY SUPARDI SRI MELATI SURIYANTI ABD. RAHMAN SUPARLANG SARTIKA MARDIANA Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Mata Kuliah : Keperawatan Dewasa II

Dosen : Ns. Ruslan, S.Kep

FRAKTUR & DISLOKASI

Disusun OlehKelompok III

EDY SUPARDISRI MELATISURIYANTIABD. RAHMANSUPARLANGSARTIKAMARDIANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG

PRODI S1 KEPERAWATAN

2009

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 2: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

FRAKTUR & DISLOKASI

A. DEFINISI

Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas

tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada

tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya.

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau

tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 :

144).

Fraktur atau umumnya patah tulang adalah terputusnya

kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh

rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang

itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan

apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap. (Arice, 1995 :

1183)

Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang

atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 :

144)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer,

2000 : 42).

B. ETIOLOGI

Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367) adalah :

a. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan)

b. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker,

osteophorosis)

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 3: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

c. Patah karena letih

d. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena

berjalan terlalu jauh.

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi

tiga yaitu :

a. Cedera traumatic

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang

sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit

diatasnya.

2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh

dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan

menyebabkan fraktur klavikula.

3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari

otot yang kuat.

b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit

dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat

juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan progresif.

2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat

infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang

progresif, lambat dan sakit nyeri.

3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain,

biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 4: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh

karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus

menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas

dikemiliteran.

Etiologi Fraktur ada dua jenis, yaitu :

1. Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat

rudapaksa, misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan

patah tulang.

2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang

mendapat rudapaksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar

bagian yang mendapat rudapaksa tersebut dan juga karena

penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.

Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi

dua yaitu fraktur tertutup dan frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup

akan terjadi kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak diarea

fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan terbentuk bekuan

darah dan benang-benang fibrin serta hematoma yang akan

membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi

informasi fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk

jaringan granulasi. Pada bagian ujung periosteum-periosteum,

endeosteum dan sumsum tulang akan mensuplai osteoblast,

kemudian osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago,

kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya akan

dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang

menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi

osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi.

Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan

pembuluh darah, maka terjadilah perdarahan, darah akan banyak

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 5: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah syok hipovolemik, yang

ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi syok

hipovolemik juga dapt menyebabkan cardiac output menurun dan

terjadilah hipoksia. Karena hipoksia inilah respon tubuh akan

membentuk metabolisme an aerob adalah asam laktat, maka bila

terjadi metabolisme an aerob maka asam laktat dalam tubuh akan

meningkat.

C. PATOFISIOLOGI

Fraktur / patah tulang terjadi karena benturan tubuh, jatuh / trauma (long, 1996 :

356). Baik itu karena trauma langsung, misalnya : tulang kaki terbentur bumper mobil,

karena trauma tidak langsung , misalnya : seseorang yang jatuh dengan telapak tangan

menyangga. Juga bisa oleh karena trauma akibat tarikan otot misalnya tulang patella

dan dekranon, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000 :

147).

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak

terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka

bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan

di kulit. (Mansjoer, 2000 : 346).

Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke

dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami

kerusakan. Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih

dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut.

Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin

(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru.

Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus.

Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodelling untuk

membentuk tulang sejati. (Corwin, 2000 : 299).

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan

dengan pembekakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke

ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 6: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total

dan berakibat anoksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot.

Komplikasi ini dinamakan syndrom kompartemen. (Brunner & Suddarth, 2002 : 2287).

Pengobatan dari fraktur tertutup bisa konservatif atau operatif. Theraphy

konservatif meliputi proteksi saja dengan mitella atau bidai. Imobilisasi dengan

pemasangan gips dan dengan traksi. Sedangkan operatif terdiri dari reposisi terbuka,

fiksasi internal dan reposisi tertutup dengan kontrol radio logis diikuti fraksasi internal.

(Mansjoer, 2000 : 348).

Pada pemasangan bidai / gips / traksi maka dilakukan imobilisasi pada bagian

yang patah, imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas

tulang agak cepat (Price & Willsen, 1995 : 1192).

Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi

dari imobilisasi antara lain : adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka yang

disebabkan oleh penekanan, hilangnya otot (Long, 1996 : 378).

Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh diimobilisasi,

mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1999 : 346). Pada

reduksi terbuka dan fiksasi interna (OKIF) fragme-fragmen tulang dipertahankan

dengan pen, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan

terjadi infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan

struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau

mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price & Willson, 1995 : 1192).

Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri

yang hebat (Brunner & Suddarth, 2002 : 2304).

Penyimpangan KDM

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 7: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 8: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

D. KLASIFIKASI FRAKTUR

Fraktur di klasifikasikan sebagai berikut :

1) Fraktur tertutup

Merupakan fraktur tanpa komplikasi dengan kulit tetap utuh

disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit.

2) Fraktur terbuka

Pada tipe ini, terdapat kerusakan kulit sekitar fraktur, luka

tersebut menghubungkan bagian luar kulit. Pada fraktur terbuka

biasanya potensial untuk terjadinya infeksi, luka terbuka ini dibagi

menurut gradenya.

Grade I : luka bersih, kurang dari 1 Cm.

Grade II : luka lebih luas disertai luka memar pada kulit dan otot.

Grade III : paling parah dengan perluasan kerusakan jaringan

lunak terjadi pula kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf.

3) Fraktur komplit

Pada fraktur ini garis fraktur menonjol atau melingkari tulang

periosteum terganggu sepenuhnya.

4) Fraktur inkomplit

Garis fraktur memanjang ditengah tulang, pada keadaan ini

tulang tidak terganggu sepenuhnya.

5) Fraktur displaced

Fragmen tulang terpisah dari garis fraktur.

6) Fraktur Comminuted

Fraktur yang terjadi lebih dari satu garis fraktur, dan

fragmen tulang hancur menjadi beberapa bagian (remuk).

7) Fraktur impacted atau fraktur compressi

Tulang saling tindih satu dengan yang lainnya.

8) Fraktur Patologis

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 9: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Fraktur yang terjadi karena gangguan pada tulang serta

osteoporosis atau tumor.

9) Fraktur greenstick

Pada fraktur ini sisi tulang fraktur dan sisi tulang lain bengkak.

E. TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri tekan : karena adanya kerusakan syaraf dan pembuluh

darah.

2. Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan.

3. Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.

4. Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi

memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang

menarik patahan tulang.

5. Gerakan abnormal, disebabkan karena bagian gerakan menjadi

tidak normal disebabkan tidak tetapnya tulang karena fraktur.

6. Fungsiolaesa/paralysis karena rusaknya syaraf serta pembuluh

darah.

7. Memar karena perdarahan subkutan.

8. Spasme otot pada daerah luka atau fraktur terjadi kontraksi pada

otot-otot involunter.

9. Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan

syaraf atau tertekan oleh cedera, perdarahan atau fragmen

tulang.

10. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

11. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah

tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang

berdekatan.

12. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

F. KOMPLIKASI

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 10: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

- Malunion : Fraktur sembuh dengan deformitas (angulasi,

perpendekan/rotasi)

- Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih

dari normal.

- Nonunion : Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebut

pseudoarthritis, nonunion yaitu terjadi karena penyambungan

yang tidak tepat, tulang gagal bersambung kembali.

G. PENATALAKSANAAN

a. Medis

1) Traksi

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan

beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan

disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris

dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi

adalah antara lain mengurangi patah tulang, mempertahankan

fragmen tulang pada posisi yang sebenarnya selama

penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak,

memperbaiki deformitas.

Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya

menggunakan plester perekat sepanjang ekstremitas yang

kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk

ditarik. Penarikan biasanya menggunakan katrol dan beban.

Traksi skelet, biasanya dengan menggunakan pin

Steinman/kawat kirshner yang lebih halus, biasanya disebut

kawat k yang ditusukan pada tulang kemudian pin tersebut

ditarik dengan tali, katrol dan beban.

2) Reduksi

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 11: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Reduksi merupakan proses manipulasi pada tulang yang

fraktur untuk memperbaiki kesejajaran dan mengurangi

penekanan serta merenggangkan saraf dan pembuluh darah.

Jenis reduksi ada dua macam, yaitu : Reduksi tertutup,

merupakan metode untuk mensejajarkan fraktur atau

meluruskan fraktur, dan Reduksi terbuka, pada reduksi ini insisi

dilakukan dan fraktur diluruskan selama pembedahan dibawah

pengawasan langsung. Pada saat pembedahan, berbagai alat

fiksasi internal digunakan pada tulang yang fraktur.

b. Fisiotherapi

Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik, ROM

aktif dan pasif. ROM pasif mencegah kontraktur pada sendi dan

mempertahankan ROM normal pada sendi. ROM dapat dilakukan

oleh therapist, perawat atau mesin CPM (continous pasive motion).

ROM aktif untuk meningkatkan kekuatan otot.

c. Proses Penyembuhan Tulang

1) Fase formasi hematon (sampai hari ke-5)

Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan

pada kanalis havers dan jaringan lunak, pada 24 jam pertama

akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area

fraktur sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat,

kemudian akan membentuk hematoma sampai berkembang

menjadi jaringan granulasi.

2) Fase proliferasi (hari ke-12)

Akibat dari hematoma pada respon inflamasi fibioflast

dan kapiler-kapiler baru tumbuh membentuk jaringan granulasi

dan osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago,

kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa, akan

selanjutnya terbentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 12: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak

sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat.

3) Fase formasi kalius (6-10 hari, setelah cidera)

Pada fase ini akan membentuk pra prakulius dimana

jumlah prakalius nakan membesar tetapi masih bersifat lemah,

prakulius akan mencapai ukuran maksimal pada hari ke-14

sampai dengan hari ke-21 setelah cidera.

4) Fase formasi kalius (sampai dengan minggu ke-12)

Pada fase ini prakalius mengalami pemadatan (ossificasi)

sehingga terbentuk kalius-kalius eksterna, interna dan

intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk

pembentukan kalius ossificasi ini berlangsung selama 2-3

minggu. Pada minggu ke-3 sampai ke-10 kalius akan menutupi

tulang.

5) Fase konsolidasi (6-8 Bulan) dan remoding (6-12 bulan)

Pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang

ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi

lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalius tulang akan

mengalami remodering dimanaosteoblast akan membentuk

tulang baru, sementara osteoklast akan menyingkirkan bagian

yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang

menyeruapai keadaan tulang yang aslinya.

H. Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinis Fraktur adalah nyeri, hilangnya sungsi

deformitas, pemendekan ekstremitas krepitus, pembekakan lokal dan

perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai frogmen

tulang diimobilisasi spasme otot yang menyertai fraktur

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 13: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk

meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)

bukannya tetap menjadi seperti normalnya. Pergeseran fragmen

pada faktur lengan atau tungkai menyebabkan defromitas (terlihat

maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai

2,5 sampai 5 cm.

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya fragmen

satu dengan lainnya (uji krepitus dapat kerusakan jaringan lunak

yang lebih berat).

5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini

bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

( Brunner dan Suddarth, 2001 : 2358 )

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Rontgen

- Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara

langsung

- Mengetahui tempat dan type fraktur

- Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan

selama proses penyembuhan secara periodic

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 14: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler

4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi )

atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau

organ jauh pada trauma multiple)

Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah

trauma

5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah

transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian primer

- Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya

penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk

- Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya

pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas

terdengar ronchi /aspirasi

- Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap

lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,

disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis

pada tahap lanjut

2. Pengkajian sekunder

Data demografi : identitas klien

Riwayat kesehatan sekarang : kejadian yang mengalami cedera.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 15: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat penyakit DM, TB, arthritis,

osteomielitis, dan lain-lain.

Riwayat imunisasi : Polio, Tetanus.

a. Aktivitas/istirahat

kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

Keterbatasan mobilitas

b. Sirkulasi

Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)

Tachikardi

Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

Cailary refil melambat

Pucat pada bagian yang terkena

Masa hematoma pada sisi cedera

c. Neurosensori

Kesemutan

Deformitas, krepitasi, pemendekan

kelemahan

d. Kenyamanan

nyeri tiba-tiba saat cidera

spasme/ kram otot

e. Keamanan

laserasi kulit

perdarahan

perubahan warna, pembengkakan local

f. Integumen, laserasi, perdarahan edema, perubahan warna

kulit.

g. Sistem otot : kekuatan gerak koordinasi.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 16: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

h. Pemeriksaan diagnostic.

Pemeriksaan ronthgen menentukan lokasi/luasnya

fraktur/trauma.

Scan tulang, tomogram, scan ct, MRI : memperlihatkan fraktur,

juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak.

Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

Hitung darah lengkap : HT, mungkin meningkat (hemoton

sentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur

atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan leukosit

adalah respon stress normal setelah trauma

Diagnosa Keperawatan

a. tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan trauma

jalan nafas.

Tujuan yang ingin dicapai adalah bersihan jalan nafas efektif.

Intervensi : yang akan dilakukan adlah,

- tinggikan tempat tidur30 derajat,

- observasi frekuensi/irama pernafasan,

- observasi adanya batuk, wheezing dan edema,

- observasi tanda-tanda vital.

- Auskultasi bunyi nafas, ajarkan tekhnik nafas dalam,

- ubah posisi secara periodic,

- berikan minum2-3 liter/hari

- kolaborasi dalam pemberian oksigen.

b. resiko tinggi trauma berhubungan dengan hilangnya integritas

tulang/fraktur).

Tujuan yang akan dicapai adalah klien terhindar dari trauma.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 17: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

- pertahanan traksi baring sesuai indikasi letakan papan dibawah

tempat tidurortopedik,

- pertahanan posisi netral pada bagian, fraktur dengan bantal,

- anjurkan klien menghindari untuk beban yang berat,

- kolaborasi dengan tim medis lain, rinthgen.

c. resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan pemasangan kawat di rahang).

Tujuan yang akan dicapai adalah gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi.

Intervensi yang akan dilakukan adalah,

- timbang berat badan setiap hari,

- berikan air minum hangat bila mual,

- anjurkan klien bersandar bila makan atau minum,

- anjurkan makan dengan sedotan berikan makan sedikit tapi

sering dengan konsistensi yang sesuai,

- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.

d. gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot

Tujuan yang akan dicapai adalah nyeri berkurang.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji karakteritik nyeri, lokasi dan intensitas (skala 0-10).

- Perrtahankan mobilisasi tirah baring, tinggikan bagian

ekstremitas yang nyeri, beri kompres dingin, observasi tanda-

tanda vital (TD,N,S,RR).

- Ajarkan tekhnik relaksasi,

- kolaborasi dengan dokter dalampemberian therapy analgetik.

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka

neuromuskuler).

Tujuan yang akan dicapai adalah klien mampu bermobilisasi secara

bertahap.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 18: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji tingkat mobilitas klien,

- bantu klien dalam mobilisasi,

- ukur TD setelah aktivitas,

- bantu klien dalam gerakan pada ekstremitas yang sakit dan tidak

sakit, anjurkan klien untuk gerakan pada ekstremitas yang tidak

nyeri,

- kolaborasi dengan tim medis lain : fisiotherapy.

f. resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan cidera tusuk

fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat

dan sekrup

Tujuan yang akan dicapai adalah gangguan integritas kulit teratasi.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji keadaan luka (adanya tanda-tanda infeksi).

- Pertahankan tempat tidur kering dan bebas dari kerutan, rubah

posisi akan setiap 2 jam sekali,

- lakukan perawatan luka, observasi daerah yang terpasang

balutan, libatkan keluarga dalam perawatan luka.

g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan

kawat pada rahang.

Tujuan yang akan dicapai adalah klien dapat berkomunikasi,

dengan baik.

Intervensi yang akan dilakukan adalah :

tentukan luasnya ketidak mampuan berkomunikasi,

berikan pilihan cara berkomunikasi, validasi upaya arti komunikasi,

antisipasi kebutuhan, tempatkan catatan didekat klien.

h. resiko tiggi infeksi berhubungan dengan tidak ada kuatnya

pertahan primer.

Tujuan yang akan dicapai adalah infeksi tidak terjadi.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 19: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji kulit apakah terdapat iritasi atau robekan kontinuitas jaringan

observasi tanda-tanda vital, terutama suhu,

- observasi tanda-tanda infeksi, lakukan perawatan luka secara

septic dan antiseptic, kaji balutan luka

- kolaborasi dengan tim medis lain : laboratorium dalam

pemeriksaan darah (LED dan leukosit), kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian antibiotic.

i. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi.

Tujuan yang akan dicapai adalah klien tidak cemas lagi.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

diskusikan tindakan keamanan, bantu mengekspresikan ketakutan,

bantu untuk mengakui kenyataan, termasuk marah, beri penjelasan

tentang peubahan wajah, berikan cermin bila pasien menghendaki,

ajarkan tekhnik manajemen stress.

j. Kurang pegetahuan tentang kondisi prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan yang akan dicapai adalah pengetahuan klien akan

bertambah.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

kaji sejauh mana tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya,

beri pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, beri

reinfoercement positif jika klien menjawab dengan cepat, pilih

berbagai strategi belajar seperti : tekhnik ceramah, tanya jawab

dan demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak diketahui klien.

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN POST OP

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 20: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan

secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :

a. Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit

vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko

pembentukan trombus).

b. Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress

multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang

; stimulasi simpatis.

c. Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk

hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;

membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode

puasa pra operasi).

d. Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

e. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan

larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan

penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker

terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi

anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-

obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah /

reaksi transfuse

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

f. Penyuluhan / Pembelajaran

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 21: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,

kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,

dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer

dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.

Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang

mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial

bagi penarikan diri pasca operasi).

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op

fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :

Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada

pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :

1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak

menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan

aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ;

awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai

berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan

dan durasinya kurang dari enam bulan.

Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

- Nyeri berkurang atau hilang

- Klien tampak tenang.

Intervensi dan Implementasi :

a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif

b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri

R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri

c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 22: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien

tentang nyeri.

d. Observasi tanda-tanda vital.

R/ untuk mengetahui perkembangan klien

e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

analgesic

R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik

berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang

tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk

bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang

diinginkan.

Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil :

- perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa

aktivitas tanpa dibantu.

- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi dan Implementasi :

a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.

R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi

terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar

optimal.

b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas

secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang

tepat, mobilisasi dini.

c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 23: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih

kembali.

d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh

sebagai akibat dari latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang

mengalami perubahan secara tidak diinginkan.

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. R/

mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah

dalam melakukan tindakan yang tepat.

b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.

R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah

intervensi.

c. Pantau peningkatan suhu tubuh

R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai

adanya proses peradangan.

d. d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka

dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.

R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan

mencegah terjadinya infeksi.

e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya

debridement.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 24: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar

luas pada area kulit normal lainnya.

f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung

kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.

g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen

pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam

kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu

ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

- penampilan yang seimbang..

- melakukan pergerakkan dan perpindahan.

- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan

karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,

pengawasan, dan pengajaran.

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dan Implementasi :

a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan

peralatan.

R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 25: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas

apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan

dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur

invasif dan kerusakan kulit

Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Kriteria hasil :

- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a. Pantau tanda-tanda vital. R/ mengidentifikasi tanda-tanda

peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,

kateter, drainase luka, dll.

R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

d. d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan

darah, seperti Hb dan leukosit.

R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa

terjadi akibat terjadinya proses infeksi.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 26: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang

terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek

prosedur dan proses pengobatan.

Kriteria Hasil :

- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari

suatu tindakan.

- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta

dalam regimen perawatan.

Intervensi dan Implementasi:

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien

dan keluarga tentang penyakitnya.

b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya

sekarang.

R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien

dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa

cemas.

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan

nya.

R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses

penyembuhan.

d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang

telah diberikan.

R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga

serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 27: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

DISLOKASI

PENGERTIAN

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi

berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)

(brunner&suddarth).

Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi

merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.

(Arif Mansyur, dkk. 2000)

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat

menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur

dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari

kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja

yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat

yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat

mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah

karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:

sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi

sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,

maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.

Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya

biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi

lagi.

KLASIFIKASI

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 28: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

1. Dislokasi congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan

pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar

sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini

disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatic : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan

saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat

anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi

karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari

jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi,

ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang

dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

1)Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut

dan pembengkakan di sekitar sendi.

2)Dislokasi Kronik

3)Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi

dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka

disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint

dan patello femoral joint.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur

yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh

karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

ETIOLOGI

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 29: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak

bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :

terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan

pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan

dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain

lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya

menyebabkan dislokasi.

3. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang

licin

4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang

merupakan kompenen vital penghubung tulang

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 30: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus

terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid

teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.Mesti

jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan

menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini

hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan

sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar

lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu

tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada

bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-

tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak

di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.

KOMPLIKASI

Dini

1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat

mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang

mati rasa pada otot tesebut

2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

3) Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan

kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 31: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis

membatasi abduksi

2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau

kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

3) Kelemahan otot

PENATALAKSANAAN

- Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan

menggunakan anastesi jika dislokasi berat.

- Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan

dikembalikan ke rongga sendi.

- Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi

dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.

Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi

halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi

- Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa

penyembuhan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

- Identitas dan keluhan utama

- Riwayat penyakit lalu

- Riwayat penyakit sekarang

- Riwayat masa pertumbuhan

- Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas,

fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi

anterior bahu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 32: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas

jaringan

Intervensi

- Kaji skala nyeri

- Berikan posisi relaks pada pasien

- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

- Kolaborasi pemberian analgesic

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri

saat mobilisasi

Intervensi

- Kaji tingkat mobilisasi pasien

- Berikan latihan ROM

- Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakit

Intervensi

- Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya

- Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya.

- Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani

pasien

4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan

perubahan bentuk tubuh

Intervensi

- Kaji konsep diri pasien

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 33: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

- Kembangkan BHSP dengan pasien

- Bantu pasien mengungkapkan masalahnya

- Bantu pasien mengatasi masalahnya.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

Page 34: Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC,

Jakarta

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC :

Jakarta.

diambil dari : http://asuhan-keperawatan-patriani. blogspot.

com/2008/07/fraktur-i.html

diambil dari : http : // blog . asuhan keperawatan . com /

blog/2009/05/28/fraktur/

diambil dari :http ://www. ilmu keperawatan. com/ asuhan_

keperawatan_fraktur.html

diambil dari http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-dislokasi/

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com