81
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. M DENGAN ULKUS DIABETIK DI KELURAHAN LOWU-LOWU KECAMATAN LEA-LEA KOTA BAUBAU KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan OLEH LA JAZI NIM. P00320018146 POLTEKKES KEMENKES KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN KENDARI 2019

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. M DENGAN … Ulkus... · 2020. 6. 15. · vii ABSTRAK LA JAZI (P00320018146), Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. M dengan Ulkus Diabetik di

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. M

    DENGAN ULKUS DIABETIK DI KELURAHAN

    LOWU-LOWU KECAMATAN LEA-LEA

    KOTA BAUBAU

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

    OLEH

    LA JAZI

    NIM. P00320018146

    POLTEKKES KEMENKES KENDARI

    JURUSAN KEPERAWATAN

    KENDARI

    2019

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. M

    DENGAN ULKUS DIABETIK DI KELURAHAN

    LOWU-LOWU KECAMATAN LEA-LEA

    KOTA BAUBAU

    Disusun dan diajukan oleh :

    LA JAZI

    NIM. P00320018146

    Telah mendapatkan persetujuan Pembimbing

    Menyetujui

    Pembimbing

    Sitti Muhsinah, M.Kep., Sp.KMB

    NIP. 198605092009122002

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Keperawatan

    Indriono Hadi, S.Kep.Ns. M.Kes

    NIP. 197003301995031001

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. M

    DENGAN ULKUS DIABETIK DI KELURAHAN

    LOWU-LOWU KECAMATAN LEA-LEA

    KOTA BAUBAU

    Disusun dan diajukan oleh :

    LA JAZI

    NIM. P00320018146

    Karya Tulis ini telah dipertahankan pada seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di

    depan Tim Penguji pada Hari/Tanggal : 29 Juli 2019 dan telah dinyatakan

    memenuhi syarat

    Menyetujui

    Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc. (........................................................)

    Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep (........................................................)

    Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep (........................................................)

    Sitti Muhsinah, M.Kep., Sp.KMB (........................................................)

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Keperawatan

    Indriono Hadi, S.Kep.Ns. M.Kes

    NIP. 197003301995031001

  • iv

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : LA JAZI

    NIM : P00320018146

    INSTITUSI : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

    Judul KTI :Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny. M dengan Ulkus

    Diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea

    Kota Baubau

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis benar benar

    hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran

    orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini hasil jiplakan,

    maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

    Kendari, 29 Juli 2019

    LA JAZI

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS

    1. Nama Lengkap : La Jazi

    2. Tempat/Tinggal Lahir : Lowu-Lowu, 23 September 1979

    3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Kebangsaan : Buton

    6. Alamat : Kel. Lowu-Lowu, Kec. Lea-Lea, Kota

    Baubau

    7. No.Telp/hp : 0852 4150 7616

    II. PENDIDIKAN

    1. Sekolah Dasar Negeri 2 Lowu-Lowu1992

    2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bungi 1995

    3. SPK Pemda Buton 1999

    4. DIII Perawat RPL Angkatan II Poltekkes Kemenkes Kendari 2019

    p

  • vi

    MOTTO

    Jadikan kekurangan / kelemahan sebagai kelebihan

    untuk melangkah maju

  • vii

    ABSTRAK

    LA JAZI (P00320018146), Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. M dengan

    Ulkus Diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau.

    Dibimbing oleh Ibu Sitti Muhusinah, (xii + 70 + 7 Tabel + 7 lampiran). Latar

    belakang; Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen

    yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hipergelikemia.

    Ulkus diabetik adalah luka yang muncul dan berkembang akibat gangguan saraf

    tepi, kerusakan struktur tulang kaki, serta penebalan dan penyempitan pembuluh

    darah yang sering terjadi pada penderita diabetes. Tujuan penulisan; Mampu

    menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses

    keperawatan yang komprehensif pada Ny. M dengan Ulkus Diabetik di

    Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau. Manfaat penulisan;

    untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah diperoleh

    selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung. Hasil; Pada pengkajian

    didapatkan keluhan adanya luka ditelapak kaki kiri, lemah dan letih serta rasa

    pusing, mual dan muntah, lapar dan haus, ulkus diabetik pada kaki kiri, Pus (+)

    disekitar luka, Panjang luka ±6 cm dan lebar ±2 cm dan kedalaman ±1 cm dan

    Glukosa darah sewaktu (GDS) 275 mg/dl. Diagnosa keperawatan yang timbul

    adalah Kerusakan integritas jaringan b.d. nekrosis kerusakan jaringan pada

    telapak kaki kiri (nekrosis luka diabetik) dan ketidakefektifan pemeliharaan

    kesehatan b.d. kurangnya pengetahuan. Kesimpulan; Asuhan keperawatan pada

    pasien dengan Ulkus diabetik dapat memperbaiki kerusakan integritas jaringan

    dengan cara perawatan luka. Untuk mengefektifkan pemeliharaan kesehatan

    dengan pengajaran proses penyakit, pengajaran diet dan pengobatan. Saran; Ny.

    M agarmenjaga pola makan terutama makanan yang menyebabkan resiko

    peningkatan kadar glukosa darah dan minum obat secara teratur sesuai dengan

    indikasi yang dianjurkan serta chek up kerumah sakit / puskesmas terdekat.

    Kata kunci : diabetik, ulkus diabetik, perawatan ulkus diabetik

    Referensi : 15 Literatur (tahun 2009-2018)

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    karena dengan limpahan berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Studi kasus dengan judul

    “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. M dengan Ulkus Diabetik di Kelurahan

    Lowu-Lowu Kecamatan Lea-LeaKota Baubau.”.

    Karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat untuk

    menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Keperawatan Poltekkes

    Kemenkes Kendari. Dalam proses pembuatan hingga penyelesaian karya tulis

    ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan motivasi yang diberikan oleh

    berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan yang

    tulus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sitti

    Muhsinah, M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing yang memberikan motivasi,

    arahan dan masukan terhadap penulisan karya tulis ini.

    Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

    1. Ibu Askrening, SKM.M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari;

    2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

    Poltekkes Kemenkes Kendari;

    3. Kepala Puskesmas Lowu-Lowu yang telah memberikan izin pengambilan data

    penelitian;

    4. Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc. selaku penguji I;

    5. Bapak Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji II

    6. Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji III

  • ix

    7. Orang tuaku tercinta (La Paala) yang selalu mendoakan dan memberikan

    motivasi selama menempuh pendidikan hingga penyelesaian Karya Tulis

    Ilmiah ini.

    8. Isteri (Jumarlina) dan anak-anakku yang selalu mendoakan dan memberikan

    spirit.

    9. Rekan-rekan mahasiswa program Khusus RPL Angkatan II, yang telah

    membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    10. Keluarga Ny. M yang telah bekerjasama dengan baik dalam membantu penulis

    menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan yang terdapat

    dalam Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

    yang membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah

    SWT selalu merahmati kita semua. Amin.

    Kendari, Juli 2019

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................... iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v

    MOTTO .............................................................................................................. vi

    ABSTRAK ......................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4 C. Manfaat Penulisan .................................................................................. 5 D. Metode dan tekhnik penulisan ................................................................ 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep dasar keluarga ............................................................................ 9 B. Konsep Tentang Ulkus Diabetik ............................................................. 15 C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan ulkus diabetik ............. 31

    BAB III LAPORAN KASUS

    A. Pengkajian ............................................................................................... 43 B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 53 C. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................. 55 D. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 56 E. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 58

    BAB IVPEMBAHASAN

    A. Pengkajian ............................................................................................... 61 B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 62 C. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 63 D. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 64 E. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 65

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 67 B. Saran ........................................................................................................ 68

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel. 1 Rencana Intervensi Keperawatan keluarga .......................................... 35

    Tabel. 2 Komposisi Keluarga .............................................................................. 43

    Tabel. 3 Pemeriksaan fisik anggota keluarga ..................................................... 51

    Tabel. 4 Analisa data fokus ................................................................................ 54

    Tabel. 5 Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga ........................................... 55

    Tabel. 6 Implementasi Keperawatan Kelularga .................................................. 56

    Tabel. 7 Evaluasi Keperawatan Keluarga .......................................................... 57

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

    ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hipergelikemia.

    Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

    yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

    akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Hasdianah & Suprapto,

    2014).

    Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini

    dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam

    keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan

    mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit

    sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh

    darah, stroke dan sebagainya ( MAJORITY, 2015)

    Pada tahun 2012 terdapat 1,5 juta penduduk terjadi kematian yang

    disebabkan diabetes dengan prevalensi sekitar 2,7 %. Dari angka kematian

    akibat DM didunia 70% terjadi di negara-negara berkembang termasuk

    Indonesia. Pada tahun 2014, penderita DM sebesar 422 miliar didunia (WHO,

    2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF,2015), Prevalensi

    penderita DM pada tahun 2015 adalah 415 Miliar orang, perkiraan tahunan

    kejadian ulkus kaki kira-kira dari 4% sampai 10% sedangkan resiko ulkus

    diabetik seumur hidup berkisar 15% sampai 25% (Amin & Dopis, 2016).

  • 2

    Di Indonesia, menurut WHO mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa

    pada tahun 2000 menjadi 13,7 juta jiwa pada tahun 2003 dan diperkirakan

    akan meningkat sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia berada pada

    pada peringkat keempat didunia setelah China, India, dan Amerika serikat.

    Pada hasil Riskesdas (2007) terlihat prevelensi DM di Indonesia 1,1% dan

    pada tahun 2013 terjadi peningkatan prevelensi DM menjadi 2,1%.

    Provinsi Sulawesi Tenggara melaporkan data penyakit tidak menular

    seperti DM dengan hasil 14,24 pada tahun 2017 serta hasil penderita DM

    sebesar 16,53% pada tahun 2018. Prevalensi penyakit DM menduduki

    peringkat ke-4 diantara penyakit tidak menular lainnya seperti jantung,

    neoplasma, PPOK dan asma bronkial. Hasil tersebut didapatkan dari jumlah

    kasus DM tergantung insulin sebesar pada tahun 2016 sebesar 9.376 kasus dan

    DM tidak tergantung insulin sebesar 142.925 kasus (Profil Dinas Kesehatan

    Sultra, 2017). Prevalensi DM untuk wilayah Kota Baubau pada tahun 2018

    sebesar 937 kasus, (Dinkes Kota Baubau, 2018). Puskesmas Lowu-Lowu

    berada pada urutan 8 dari 17 Puskesmas di Kota Baubau. Di Puskesmas

    Lowu-Lowu tahun 2018 penyakit tidak menular, Diabetes melitus menduduki

    peringkat ke 2 sebanyak 44 kasus setelah hypertensi dengan jumlah penderita

    yang mendapat pelayanan sebanyak 105 kasus (Profil Puskesmas Lowu-lowu,

    2018).

    Penyulit DM bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Penyulit

    jangka pendek meliputi : hipoglikemi, ketoasidosis. Sedangkan penyulit

    jangka panjang dapat berupa kerusakan makroangiopati dan mikroangiopati.

    Kerusakan makroangiopati meliputi : penyakit arterikoroner, kerusakan

  • 3

    pembuluh darah serebral, dan kerusakan pembuluh darah perifer. Adapun

    penyulit mikroangiopati meliputi retinopati, nefropati, dan neuropati

    (PERKENI 2015).

    Penderita Diabetes melitus perlu penanganan tenaga kesehatankarena

    berbagai masalah keperawatan dapat muncul seperti kurangnutrisi,kerusakan

    integritas jaringan, keterbatasan mobilitasfisik,nyeri, resiko penyebaran

    infeksi dan ulkus. Salah satu masalahkeperawatan yang perlu penanganan

    khusus yaitu terjadinya kerusakanintegritas jaringan. Jika kematian jaringan

    semakin melebar akan memicu timbulnya ulkus diabetik.

    International Diabetes Federation (IDF, 2015) menjelaskan bahwa,

    prevalensi dengan penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2015 adalah 415

    milyar orang. Sedangkan menurut Sulistyowati (2015) memaparkan bahwa,

    untuk prevalensi penderita ulkus kaki diabetik sekitar 15% dengan risiko

    amputasi 30 %, angka mortalitas 32%, dan di Indonesia ulkus kaki diabetik

    merupakan penyebab paling besar untuk dilakukan perawatan di rumah sakit

    sebesar 80%. Kewaspadaan terhadap persoalan kesehatan kaki diabetes di

    Indonesia juga masih sangat kurang. Sarana pelayanan kaki diabetik yang

    masih terbatas dan kurangnya tenaga kesehatan terlatih tentang pelayanan

    kaki diabetik menyebabkan pelayanan kaki pada pasien diabetes di Indonesia

    masih kurang diperhatikan (PERKENI, 2011). Penderita ulkus diabetik di

    puskesmas Lowu-Lowu sebanyak 5 kasus dari total penderita DM 44 pada

    tahun 2018.

    Munculya ulkus diabetik tersebut menimbulkan gangguan fisik maupun

    psikis terhadap pasien seperti nyeri kaki, intoleransi aktifitas, gangguan

  • 4

    polatidur, cemas, penyabaran infeksi, dan lain-lain. Masalah keperawatan

    tersebut dapat dicegah dengan penatalaksanaan perawat dalam memberikan

    asuhan keperawatan secara menyeluruh mulai dari pengkajian masalah,

    menentukan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan,

    implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada pasien. Hal

    terpenting dalam asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetik dengan

    kerusakan integritas jaringan yaitu dengan perawatan luka yang tepat. Perawat

    mempunyai peran penting dalam membuat perencanaan untuk mencegah

    terjadinya infeksi yaitu dengan manajemen perawatan luka. Berdasarkan hal

    tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus pada pasien Diabetes

    melitus dengan kerusakan integritas jaringan.

    Dari studi pendahuluan di Puskesmas Lowu-lowu didapatkan bahwa

    penderita ulkus diabetik banyak yang tidak rutin mengontrol gula darah, pola

    hidup yang tidak sehat, jika kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan

    memicu terjadi Diabetes Melitus dan berlanjut ke komplikasi seperti ulkus,

    kerusakan pada ginjal dan kebutaan.

    Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik

    melakukan studi kasus Diabetes Melitus dalam judul “Asuhan Keperawatan

    Keluarga pada Ny. M dengan Ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu

    Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau”.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan

    pendekatan proses keperawatan keluarga yang komprehensif pada keluarga

  • 5

    Ny. M dengan Ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-

    Lea Kota Baubau.

    2. Tujuan Khusus

    Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat :

    a. Penulis mampu melakukan pengkajian Keluarga pada Ny. M dengan

    ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea-Lea Kota

    Baubau.

    b. Penulis mampu melakukan diagnosa keperawatan Keluarga pada Ny.

    M dengan ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea-

    Lea Kota Baubau.

    c. Penulis mampu melakukan rencana keperawatan Keluarga pada Ny.

    M dengan ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea-

    Lea Kota Baubau.

    d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan Keluarga pada

    Ny. M dengan ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan

    Lea-Lea Kota Baubau.

    e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan Keluarga pada Ny.

    M dengan ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea-

    Lea Kota Baubau.

    C. Manfaat Penulisan

    1. Manfaat teoritis yang dapat di ambil sebagai berikut :

    a. Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah

    diperoleh selama dibangku kuliah pada keluarga secara langsung.

    b. Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas

    kesehatan dan masyarakat secara umum.

  • 6

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Ny. M dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit

    Diabetes Melitus dan perawatannya.

    b. Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia

    pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk

    peneliti selanjutnya.

    c. Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan

    agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit Diabetes

    Melitus dan perawatannya dengan memaksimalkan asuhan

    keperawatan yang diberikan pada keluargayang mengalami diagnosa

    medis Diabetes Melitus.

    d. Bagi peneliti, sebagai input pengetahuan yang kedepannya mampu

    digunakan oleh peneliti sebagai rujukan referensi pada kasus yang

    serupa pada penelitian selanjutnya.

    D. Metode dan Teknik Penelitian

    1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

    Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Puskesmas Lowu-Lowu pada

    tanggal 6 s/d 9 Mei 2019

    2. Teknik pengumpulan data

    Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan relevan

    dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik

    pengumpulan data sebagai berikut :

    a. Studi kepustakaan

    Studi ini dilakukan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

    berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.

  • 7

    b. Studi kasus

    Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

    keperawatan pada Ny. M yang meliputi pengkajian, penerapan

    diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan, penerapan

    implementasi keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

    Untuk melengkapi data atau informasi dalam pengkajian penulis

    menggunakan beberapa metode antara lain :

    1) Observasi

    Mengadakan pengamatan langsung pada Ny. M dengan cara

    melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan

    dan keadaan Ny. M

    2) wawancara

    Mengadakan wawancara langsung terhadap Ny. M dan keluarga

    Ny. M terkait dengan penyakit yang diderita.

    3) Pemeriksaan fisik

    Melakukan pemeriksaan secara per sistem terhadap Ny. M

    dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

    4) Studi dokumentasi

    Penulis peroleh data dari medical record dan data pemeriksaan

    penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium

    5) Metode diskusi

    Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang

    bertugas saat pengambilan data di Puskesmas Lowu-Lowu Kota

    Baubau.

  • 8

    3. Teknik penulisan

    Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri

    dari lima bab, yaitu :

    Bab I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,

    manfaat penulisan dan teknik penulisan

    Bab II: tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi

    definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan

    diagnostik dan penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar keperawatan

    meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan

    Bab III : Tinjauan kasus yang mencakup hasil pengkajian, analisa data,

    diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan

    dan evaluasi.

    Bab IV : pembahasan kasus yang berisi perbandingan antara teori

    keperawatan dan kasus yang di amati

    Bab V : penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

    Diakhiri dengan daftar pustaka yang memuat referensi yang

    dipergunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Dasar Keluarga

    1. Pengertian Keluarga

    Keluarga adalah kumpulan yang terdiri dari individu yang bergabung

    bersama oleh ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam

    satu rumah tangga yang sama (Friedman, 2010). Sedangkan menurut

    Wall, (1986) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah sebuah kelompok

    yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang

    memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah

    atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian

    rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.

    2. Ciri-Ciri Keluarga

    Setiadi (2009) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :

    a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

    b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

    perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

    c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)

    termasuk perhitungan garis keturunan.

    d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota

    anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

    keturunan dan membesarkan anak.

    e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah

    tangga.

  • 10

    3. Tipe Keluarga

    Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :

    a. Keluarga inti

    Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari

    nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak

    (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), Keluarga inti

    adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang

    direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena

    kelahiran (natural) maupun adopsi.

    b. Keluarga adopsi.

    Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung

    jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang

    tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling

    menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang

    tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak

    adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat

    menginginkan mereka (Friedman, 2010).

    c. Keluarga besar ( Extended Family )

    Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan

    rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak /

    adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan

    oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan

    membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan

    menurut Sudiharto (2007), keluarga besar adalah Keluarga inti

    ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya

  • 11

    kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti

    orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan

    pasangan sejenis.

    d. Keluarga dengan orang tua tunggal

    Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,

    ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).

    e. Dewasa lajang yang tinggal sendiri

    Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa

    bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri

    atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti

    mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo,

    atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi

    anggota keluarga yang penting (Yolanda, 2017).

    f. Keluarga orang tua tiri

    Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang

    kompleks dan peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu

    dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau subkelompok

    keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang

    tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan

    diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak seing kali

    memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas

    perkembangan mereka (Yolanda, 2017).

    g. Keluarga binuclear

    Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan

    anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah

  • 12

    tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal

    tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah

    tangga (Yolanda, 2017).

    4. Struktur Keluarga

    Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, struktur

    peran, struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk,

    2011) menggambarkan sebagai berikut :

    a. Struktur komunikasi

    Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,

    terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.

    b. Struktur peran

    Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang

    diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur

    peran bisa bersifat formal atau informal.

    c. Struktur kekuatan

    Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol

    atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate

    power (hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward

    power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.

    d. Struktur nilai dan norma

    Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota

    keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola

    perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini

    adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar

    keluarga.

  • 13

    5. Fungsi keluarga

    Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :

    a. Fungsi afektif

    Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan

    maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga

    fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling

    penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi

    afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan

    kepedulian terhadap kebutuhan sosio emosional semua anggota

    keluarganya.

    b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

    Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

    diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak

    tentang caramenjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang

    dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status

    sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.

    Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan

    hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola

    sebagian besar orang dewasa Amerika.

    c. Fungsi reproduksi

    Untuk menjamin kontiniutas antar generasi keluarga dan masyarakat

    yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.

    d. Fungsi perawatan kesehatan

    Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

    makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

  • 14

    perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan

    adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

    e. Fungsi ekonomi

    Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

    yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

    melalui proses pengambilan keputusan.

    6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

    Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

    (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :

    a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

    Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

    perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun

    yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi

    perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui

    dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi

    pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang

    mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

    b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

    Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

    masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

    keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

    membuat keputusan.

    c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

    Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

    keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

  • 15

    1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis

    dan perawatannya).

    2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

    3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

    4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga

    yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,

    fasilitas fisik,psikososial).

    5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

    d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

    Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah

    yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

    1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

    2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

    3) Pentingnya hiegine sanitasi.

    4) Upaya pencegahan penyakit.

    5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

    6) Kekompakan antar anggota kelompok.

    e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

    Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga

    harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

    1) Keberadaan fasilitas keluarga.

    2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

    3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

    4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

  • 16

    B. Konsep tentang Ulkus Diabetik

    1. Pengertian

    Ulkus diabetik adalah luka yang muncul dan berkembang akibat

    gangguan saraf tepi, kerusakan struktur tulang kaki, serta penebalan dan

    penyempitan pembuluh darah yang sering terjadi pada penderita diabetes.

    Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi utama yang paling

    merugikan dan paling serius dari diabetes melitus, 10% sampai 25% dari

    pasien diabetes berkembang menjadi ulkus kaki diabetik dalam hidup

    mereka (Fernando, et al., 2014; Frykberg, et al.,2006; Rowe, 2015;

    Yotsu, et al., 2014.)

    Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

    karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

    kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2011). Menurut WHO,

    Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau

    gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai

    dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

    metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari

    insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh

    gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas

    atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin

    (Depkes, 2009).

    Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit

    gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik

    hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah

    yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner,

  • 17

    retinopati, nefropati, dan gangren. Diabetes Mellitus telah menjadi

    penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta

    kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Terdapat 1 orang per

    10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang

    berkaitan dengan diabetes.

    Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun 1995, terbanyak

    ketujuh di dunia. Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan

    diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 atau urutan kelima

    di dunia (Tandra, 2008). Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016-

    2018 jumlah penderita diabetes melitus mengalami peningkatan 13% dari

    periode sebelumnya yaitu sebanyak 5.356 penderita (Riskesdas, 2013).

    Angka kejadian diabetes melitus di provinsi Sulawesi Tenggara untuk

    rawat jalan pada tahun 2016 mencapai 365 orang dan mengalami

    peningkatan pada tahun 2017 sejumlah 703 orang (Dinkes Sultra, 2017).

    Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan

    prevalensi diabetes paling tinggi di Kota Kendari sebesar 0,9% dan

    terendah di Buton Utara 0,1%, baik berdasarkan diagnosis maupun

    gejala. Lampung Barat apabila dihitung dengan angka prevalensi 1,2%

    dari seluruh populasi penduduk hampir 500.000 jiwa, maka terdapat lebih

    dari 5.000 penderita Diabetes Melitus (diabetisi) yang tersebar di

    Lampung Barat (Riskesdas, 2007). Diabetes Melitus tidak dapat

    disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan melalui diet,

    olah raga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi

    kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik (Perkeni, 2011).

  • 18

    2. Klasifikasi Diabetes Melitus

    Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus

    menurut American Diabetes Association, 2011 adalah sebagai berikut:

    a. Diabetes tipe 1

    Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi

    insulin absolut): 1) Autoimun. 2) Idiopatik. Pada Diabetes tipe 1

    (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering ternyata pada usia remaja.

    Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami

    kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi

    sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari

    semua penderita diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1

    kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa

    faktor lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat

    menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di pankreas (Merck,

    2008).

    b. Diabetes tipe 2

    Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi

    insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek

    sekresi insulin disertai resistensi insulin). Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non

    Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat

    terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat

    tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek

    insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi

    kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang

    berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan

  • 19

    peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes

    tipe 2. Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2

    mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin

    menurun, maka dari itu orang obesitas memerlukan insulin yang

    berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula darah normal

    (Merck, 2008).

    c. Diabetes tipe lain.

    Tipe lain antara lain; 1) Defek genetik fungsi sel beta : 2) DNA

    mitokondria. 3) Defek genetik kerja insulin. 4) Penyakit eksokrin

    pankreas : a) Pankreatitis. b) Tumor/ pankreatektomi. c) Pankreatopati

    fibrokalkulus. 5) Endokrinopati. a) Akromegali. b) Sindroma Cushing. c)

    Feokromositoma. d) Hipertiroidisme. 6) Karena obat/ zat kimia. 7)

    Pentamidin, asam nikotinat. 8) Glukokortikoid, hormon tiroid.

    d. Diabetes mellitus Gestasional

    Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis

    selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia

    (kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014).

    Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko

    komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko

    diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).

    Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari peningkatkan kadar

    glukosa darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis Diabetes Melitus

    berdasarkan nilai kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria diagnosis

    berdasarkan American Diabetes Association tahun 2010. Kriteria

    Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes Association

  • 20

    2010 : 1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl

    (11.1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan

    sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

    Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa

    sebab. 2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).Puasa

    adalah keluarga tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam. 3. Kadar glukosa

    darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi Glukosa Oral

    dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang

    setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

    Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,

    maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa

    Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)

    tergantung dari hasil yang dipeoleh : TGT : glukosa darah plasma 2 jam

    setelah beban antara 140- 199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa

    darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)

    3. Penyebab Diabetes Mellitus

    Penyebab Diabetes. Diabetes adalah penyakit di mana kadar gula dalam

    darah cukup tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh

    tubuh. Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak

    diderita oleh masyarakat dunia. Penyakit diabetes tidak memandang

    umur, diabetes juga dapat menyerang pada orang tua dan juga bisa

    menyerang pada anak-anak.

    Berikut adalah kebiasaan penyebab diabetes (Kemkes, 2017). Beberapa

    penelitian menyebutkan penyebab diabetes antara lain;

  • 21

    a. Kelebihan berat badan

    Penderita penyakit diabetes tipe 2 diketahui lebih dari 85% memiliki

    kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas sering

    dikaitkan dengan risiko terkena penyakit diabetes. Olahraga secara rutin

    sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan

    resistensi insulin.

    b. Sering stres

    Jika seseorang mengalami stres, tubuh orang tersebut akan meningkatkan

    produksi hormon epinephrine dan kortisol agar gula darah naik dan

    tersedia cadangan energi untuk beraktivitas. Namun, apabila gula darah

    sering terus dipicu tinggi karena mengalami stres yang berkepanjangan

    tanpa jalan keluar, sama saja dengan melakukan bunuh diri pelan-pelan.

    Alangkah baiknya jika sedang mengalami masalah, bicaralah pada orang

    yang bermasalah tersebut secara baik-baik atau ceritakan pada sahabat

    terdekat.

    c. Riwayat hidup keluarga

    Faktor keturunan juga berperan seseorang terkena diabetes. Apabila orang

    tua Anda pernah didiagnosis penyakit diabetes tipe 2, maka Anda juga

    beresiko terkena diabetes.

    d. Kondisi tertentu pada wanita

    Pada wanita yang memiliki sindrom ovarioum polikistik lebih beresiko

    untuk menderita diabetes. Sindrom ovarioum polikistik merupakan

    ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan tidak teraturnya masa

    siklus menstruasi pada wanita. Wanita yang pernah melahirkan bayi

    dengan kategori gemuk (4 kg atau lebih) diketahui berisiko terkena

  • 22

    diabetes. Adapun wanita hamil yang dapat menderita diabetes gestasional

    (diabetes terjadi selama masa kehamilan), diketahui 7 kali lebih beresiko

    terkena diabetes tipe 2 pada masa yang akan datang.

    e. Kecanduan merokok

    Penelitian di Amerika melibatkan setidaknya 4.572 relawan pria dan

    wanita menemukan bahwa resiko perokok aktif terhadap diabetes naik

    sebesar 22%. Naiknya risiko tidak hanya disebabkan oleh fakor merokok

    saja, tetapi kombinasi antara berbagai gaya hidup tidak sehat.

    f. Makanan tinggi gula dan lemak

    Sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak merupakan salah

    satu hal penyebab diabetes. Mengkonsumsi makanan seperti ini berisiko

    dapat meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Tekanan darah

    dan kadar kolesterol yang tinggi sering dikaitkan dengan diabetes dan

    penyakit jantung.

    g. Takut kulit menjadi hitam

    Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan vitamin D yang

    tinggi dan kalsium berisiko paling rendah untuk terkena diabetes tipe 2.

    Sumber vitamin D dapat ditemukan di sejumlah makanan, namun yang

    terbaik ada pada sinar matahari. Terkenan paparan matahari pagi selama

    20 menit sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama 3 hari. Sebelum

    berjemur pada paparan sinar matahari pagi, alangkah baiknya Anda

    menggunakan sunscreen (tabir surya) selama 10-15 menit. Vitamin D juga

    dapat membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk juga gula

    darah.

  • 23

    h. Gorengan

    Gorengan merupakan salah satu makanan faktor resiko tinggi pemicu

    penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular (pkv), stroke, dan

    diabetes melitus,. Penyebab utama penyakit PKV atau kardiovaskular

    tersebut adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan

    faktor resiko utama adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan

    penyakit kelainan metabolisme pada lipid yang ditandai dengan gejala

    peningkatan kadar kolesterol total, LDL atau kolesterol jahat dan

    trigliserida. Meningkatnya proporsi dislipidemia disebabkan kebiasaan

    mengkonsumsi makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk

    makanan gorengan. Itulah beberapa kebiasaan yang dapat menyebabkan

    Anda terkena penyakit diabetes. Hindari segala macam hal-hal yang

    penyebab diabetes dan mulailah hidup sehat.

    4. Gejala dan Manifestasi Klinik

    Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM

    diantaranya :

    a. Pengeluaran urin (Poliuria)

    Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam

    meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM

    dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak

    sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya

    melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam

    hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).

  • 24

    b. Timbul rasa haus (Polidipsia)

    Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa

    terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan

    cairan (Subekti, 2009).

    c. Timbul rasa lapar (Polifagia)

    Keluarga DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan

    karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa

    dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).

    d. Penyusutan berat badan

    Penyusutan berat badan pada keluarga DM disebabkan karena tubuh

    terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi

    (Subekti, 2009).

    5. Patofisiologi Diabetes Melitus

    a. Patofisiologi diabetes tipe 1

    Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel

    yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut

    merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti

    insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah (WHO, 2014).

    National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases

    (NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan

    infiltrasi limfositik dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan

    waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama

    beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh

    tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang

    berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1

  • 25

    membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang

    menggunakan obat oral.

    b. Patofisiologi diabetes tipe 2

    Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak. Ini

    berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup

    untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan 15 kurangnya sel beta

    atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014).

    Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor

    insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar

    pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan

    kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang

    pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui suntikan

    dapat menjadi alternatif.

    c. Patofisiologi diabetes gestasional

    Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang

    berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi

    insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan

    adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).

    6. Komplikasi DM

    Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat

    menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :

    a. Komplikasi metabolik akut

    Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga

    macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar

    glukosa darah jangka pendek, diantaranya: 1) Hipoglikemia

  • 26

    Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai

    komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang

    tepat (Smeltzer & Bare, 2008). 2) Ketoasidosis diabetik Ketoasidosis

    diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam darah

    sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga

    mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias

    hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2006). 3) Sindrom

    HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik) Sindrom HHNK

    adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia

    berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson,

    2006).

    b. Komplikasi metabolik kronik

    Komplikasi metabolik kronik pada keluarga DM menurut Price & Wilson

    (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil

    (mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar

    (makrovaskuler) diantaranya: 1) Komplikasi pembuluh darah kecil

    (mikrovaskuler) Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)

    yaitu (a) Kerusakan retina mata (Retinopati) Kerusakan retina mata

    (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan

    sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009). (b) Kerusakan ginjal

    (Nefropati diabetik) Kerusakan ginjal pada keluarga DM ditandai dengan

    albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2

    kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik

    merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal. (c)

    Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik) Neuropati diabetik merupakan

  • 27

    komplikasi yang paling sering ditemukan pada keluarga DM. Neuropati

    pada DM mengacau pada sekelompok penyakit yang menyerang semua

    tipe saraf (Subekti, 2009). 2) Komplikasi pembuluh darah besar

    (makrovaskuler) Komplikasi pada pembuluh darah besar pada keluarga

    diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner. (a) Penyakit jantung

    koroner Komplikasi penyakit jantung koroner pada keluarga DM

    disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang

    tidak disertai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent

    Myocardial Infarction) (Widiastuti, 2012). (b) Penyakit serebrovaskuler

    Keluarga DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan keluarga non-

    DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan

    menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan

    pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo

    (Smeltzer & Bare, 2008).

    7. Faktor Risiko Diabetes Mellitus

    a. Faktor risiko yang dapat diubah

    1) Gaya hidup

    Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan

    dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak

    teratur dan minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang

    dapat memicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2009).

    2) Diet yang tidak sehat

    Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan

    nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji

    (Abdurrahman, 2014). 19 c) Obesitas Obesitas merupakan salah

  • 28

    satu faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit DM. Menurut

    Kariadi (2009) dalam Fathmi (2012), obesitas dapat membuat sel

    tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak

    jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten terhadap

    kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah

    sentral atau perut (central obesity).

    3) Takanan darah tinggi

    Menurut Kurniawan dalam Jafar (2010) Takanan darah tinggi

    merupakan peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan

    resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan

    peningkatan volume aliran darah.

    b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

    1) Usia

    Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena

    diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah

    baya, paling sering setelah usia 45 tahun (American Heart

    Association [AHA], 2012). Meningkatnya risiko DM seiring

    dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan

    fungsi fisiologis tubuh.

    2) Riwayat keluargadiabetes melitus

    Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua.

    Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota

    keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010). Fakta

    menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM

    tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan

  • 29

    3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM.

    Apabila kedua orangtua menderita DM, maka akan memiliki

    risiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi (Sahlasaida,

    2015).

    3) Ras atau latar belakang etnis

    Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam,

    penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).

    4) Riwayat diabetes pada kehamilan Mendapatkan diabetes selama

    kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat

    meningkatkan risiko DM tipe 2 (Ehsa, 2010).

    8. Pencegahan Diabetes Melitus

    a. Pengelolaan makan

    Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak, rendah

    lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada setiap

    orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk

    mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks merupakan

    pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak

    menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan

    (Goldenberg dkk, 2013).

    b. Pengaturan pola makan

    Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu jumlah,

    jadwal, dan jenis diet (Tjokroprawiro, 2006). a) Jumlah yaitu jumlah

    kalori setiap hari yang diperlukan oleh seseorang untuk memenuhi

    kebutuhan energi. Jumlah kalori ditentukan sesuai dengan IMT (Indeks

    Massa Tubuh) dan ditentukan dengan satuan kilo kalori (kkal). Ketika

  • 30

    ingin mengonsumsi makanan, tips yang dapat dilakukan yaitu melihat

    label makanan. Pada serving size, lihat kemasan pada bagian belakang

    yaitu misalnya 5, dan kandungannya tertulis 250 kkal, jadi jika seseorang

    menghabiskan 1 produk tersebut, maka orang tersebut menghabiskan

    sebanyak 1250 kkal. Oleh karena itu, dengan memperhatikan label

    makanan, maka seseorang akan lebih waspada terkait jumlah kebutuhan

    kalori hariannya.

    c. Aktifitas fisik

    Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

    seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan ±15 menit

    dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah 25 satu cara untuk

    mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel, berjalan

    kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan dan

    menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton televisi, main game

    komputer, dan lainnya. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran

    juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,

    sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang

    dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan

    kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya

    disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan

    kebiasaan hidup yang kurang gerak (PERKENI, 2011).

    d. Kontrol Kesehatan

    Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui nilai

    kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya ada

    penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa diabetes melitus

  • 31

    (Sugiarto & Suprihatin, 2012). Seseorang dapat mencari sumber

    informasi sebanyak mungkin untuk mengetahui tanda dan gejala dari

    diabetes melitus yang mungkin timbul, sehingga mereka mampu

    mengubah tingkah laku sehari-hari supaya terhindar dari penyakit

    diabetes melitus.

    C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Ulkus Diabetik

    Menurut Friedman (2010) proses keperawatan keluarga pada pasien dengan

    ulkus diabetik, sebagai berikut:

    1. Pengkajian

    a. Identitas

    Nama, usia: tipe 1 < 30 tahun, tipe 2 >30 tahun cenderung meningkat

    pada usia 68 tahun, kelompok etnis golongan hispanik memiliki

    kecenderungan lebih besar untuk terkena diabetes melitus, jennis

    kelamin, status perkawinan, agama, diagnosa masuk, pendidikan dan

    pekerjaan, pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola

    makan yang salah. Penyakit diabetes juga banyak dialami oleh orang

    yang pekerjaannya kurang aktifitas fisik.

    b. Keluhan utama

    Pada kondisi hiperglikemia, penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan

    banyak kencing, dehindrasi, suhu tubuh dan sakit kepala menjadi

    keluhan yang dapat dirasakan. Pada kondisi hipoglikemia, tremor,

    persipitasi, takikardia, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, suuah

    konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, matirasa didaerah

    bibir, pelo, perubahan emosional dan penurunan kesadaran.

  • 32

    c. Riwayat penyakit sekarang

    Gejala yang dominan timbul adalah sering kencing, sering lapar, dan

    haus, berat badan berlebih, biasanya penderita belum tahu kala sudah

    menderita diabetes dan baru mengetahui setelah memeriksakan diri di

    pelayanan kesehatan

    d. Riwayat kesehatan masa lalu

    Dapat terjadi pada saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan

    penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti

    glukokortikoid, furosemid, thiamid, beta bloker, kontrasepsi yang

    mengandung estrogen

    e. Riwayat kesehatan keluarga

    Menurun silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya

    tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.

    f. Pemeriksaan fisik

    1) Aktivitas / istrahat.

    Tanda :

    a) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus

    otot menurun.

    b) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.

    c) Letargi / disorientasi, koma.

    2) Sirkulasi

    Tanda :

    a) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada

    ekstremitas dan tachicardia.

  • 33

    b) Perubahan Takanan darah postural : hipertensi, nadi yang

    menurun / tidak ada.

    c) Disritmia, krekel : DVJ

    3) Neurosensori

    Gejala :

    Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi,

    stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada

    otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa

    lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma),

    aktifitas kejang.

    4) Nyeri / Kenyamanan

    Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis

    dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.

    5) Keamanan

    Gejala :

    Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.

    Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia / paralysis

    otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan

    cukup tajam).

    Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria

    / anuria jika terjadi hipololemia barat).

    Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).

    6) Pemeriksaan Diagnostik

    Gejala :

    Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.

  • 34

    Aseton plasma : positif secara menyolok.

    Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.

    Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Menurut Herdman (2018) Fokus diagnosa keperawatan keluarga pada

    pasien dengan Ulkus Diabetik antara lain :

    a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    b. Nyeri akut.

    c. Keletihan

    d. Kerusakan integritas kulit dan jaringan

    e. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

    f. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah.

    g. Hambatan mobilitas fisik

    h. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan.

    i. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya

    j. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

    3. Rencana Intervensi Keperawatan Keluarga

    Dalam mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan pasien,

    perawat perlu menyusun rencana tindakan keperawatan, dan

    mengevaluasi perkembangan kesehatan pasien terhadap tindakan dalam

    pencapain tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah

    rencana keperawatan menurut Bulechek, dkk (2013) dalam Nursing

    Interventions Classification (NIC) dan kriteria hasil menurut Moorhead

  • 35

    dkk (2013) dalam Nursing Outcomes Classification (NOC) pada pasien

    dengan Diabetes melitus yaitu :

    Tabel : 1 Rencana Intervensi Keperawatan keluarga

    No Diagnosa NOC NIC

    1. Ketidakseimban

    gan nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan

    tubuh

    Status Gizi : Asupan

    makanan dan cairan

    Kriteria Hasil :

    Adanya peningkatan

    berat badan sesuai

    dengan tujuan

    Berat badan ideal sesuai

    dengan tinggi badan

    Mampu mengidentifikasi

    kebutuhan nutrisi

    Tidak ada tanda tanda

    malnutrisi

    Tidak terjadi penurunan

    berat badan yang berarti

    Manajemen Nutrisi

    Kaji adanya alergi

    makanan

    Kolaborasi dengan

    ahli gizi untuk

    menentukan jumlah

    kalori dan nutrisi

    yang dibutuhkan

    pasien.

    Anjurkan pasien

    untuk meningkatkan

    intake Fe

    Anjurkan pasien

    untuk meningkatkan

    protein dan vitamin

    C

    Berikan substansi

    gula

    Yakinkan diet yang

    dimakan

    mengandung tinggi

    serat untuk

    mencegah konstipasi

    Berikan makanan

    yang terpilih ( sudah

    dikonsultasikan

    dengan ahli gizi)

    Ajarkan pasien

  • 36

    bagaimana membuat

    catatan makanan

    harian.

    Monitor jumlah

    nutrisi dan

    kandungan kalori

    Berikan informasi

    tentang kebutuhan

    nutrisi

    Kaji kemampuan

    pasien untuk

    mendapatkan nutrisi

    yang dibutuhkan

    Pemantauan Gizi

    BB pasien dalam

    batas normal

    Monitor adanya

    penurunan berat

    badan

    Monitor tipe dan

    jumlah aktivitas yang

    biasa dilakukan

    Monitor interaksi

    anak atau orangtua

    selama makan

    Monitor lingkungan

    selama makan

    Jadwalkan

    pengobatan dan

    tindakan tidak

    selama jam makan

    Monitor kulit kering

  • 37

    dan perubahan

    pigmentasi

    Monitor turgor kulit

    Monitor kekeringan,

    rambut kusam, dan

    mudah patah

    Monitor mual dan

    muntah

    Monitor kadar

    albumin, total

    protein, Hb, dan

    kadar Ht

    Monitor makanan

    kesukaan

    Monitor

    pertumbuhan dan

    perkembangan

    Monitor pucat,

    kemerahan, dan

    kekeringan jaringan

    konjungtiva

    Monitor kalori dan

    intake nuntrisi

    Catat adanya edema,

    hiperemik,

    hipertonik papila

    lidah dan cavitas

    oral.

    Catat jika lidah

    berwarna magenta,

    scarlet

    2 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri

  • 38

    Kontrol nyeri

    Tingkat kenyamanan

    Kriteria Hasil :

    Mampu mengontrol nyeri

    (tahu penyebab nyeri,

    mampu menggunakan

    tehnik nonfarmakologi

    untuk mengurangi nyeri,

    mencari bantuan)

    Melaporkan bahwa nyeri

    berkurang dengan

    menggunakan

    manajemen nyeri

    Mampu mengenali nyeri

    (skala, intensitas,

    frekuensi dan tanda

    nyeri)

    Menyatakan rasa nyaman

    setelah nyeri berkurang

    Tanda vital dalam

    rentang normal

    Lakukan pengkajian

    nyeri secara

    komprehensif

    termasuk lokasi,

    karakteristik, durasi,

    frekuensi, kualitas

    dan faktor presipitasi

    Observasi reaksi

    nonverbal dari

    ketidaknyamanan

    Gunakan teknik

    komunikasi

    terapeutik untuk

    mengetahui

    pengalaman nyeri

    pasien

    Kaji kultur yang

    mempengaruhi

    respon nyeri

    Evaluasi pengalaman

    nyeri masa lampau

    Evaluasi bersama

    pasien dan tim

    kesehatan lain

    tentang

    ketidakefektifan

    kontrol nyeri masa

    lampau

    Bantu pasien dan

    keluarga untuk

    mencari dan

    menemukan

  • 39

    dukungan

    Kontrol lingkungan

    yang dapat

    mempengaruhi nyeri

    seperti suhu ruangan,

    pencahayaan dan

    kebisingan

    Kurangi faktor

    presipitasi nyeri

    Pilih dan lakukan

    penanganan nyeri

    (farmakologi, non

    farmakologi dan

    inter personal)

    Kaji tipe dan sumber

    nyeri untuk

    menentukan

    intervensi

    Ajarkan tentang

    teknik non

    farmakologi

    Berikan analgetik

    untuk mengurangi

    nyeri

    Evaluasi keefektifan

    kontrol nyeri

    Tingkatkan istirahat

    Kolaborasikan

    dengan dokter jika

    ada keluhan dan

    tindakan nyeri tidak

    berhasil

  • 40

    Monitor penerimaan

    pasien tentang

    manajemen nyeri

    Administrasi analgesik

    Tentukan lokasi,

    karakteristik,

    kualitas, dan derajat

    nyeri sebelum

    pemberian obat

    Cek instruksi dokter

    tentang jenis obat,

    dosis, dan frekuensi

    Cek riwayat alergi

    Pilih analgesik yang

    diperlukan atau

    kombinasi dari

    analgesik ketika

    pemberian lebih dari

    satu

    Tentukan pilihan

    analgesik tergantung

    tipe dan beratnya

    nyeri

    Tentukan analgesik

    pilihan, rute

    pemberian, dan dosis

    optimal

    Monitor vital sign

    sebelum dan sesudah

    pemberian analgesik

    pertama kali

    Berikan analgesik

  • 41

    tepat waktu terutama

    saat nyeri hebat

    Evaluasi efektivitas

    analgesik, tanda dan

    gejala (efek

    samping)

    3 Keletihan Keluarga mampu

    mengenal masalah

    Level 3: Hasil

    Pengetahuan: Pengaturan

    Diet

    Pengetahuan:Proses

    Penyakit

    Pengatahuan:Pengobatan

    Pengetahuan:Manajemen

    DM

    Pengetahuan tentang

    nutrisi seimbang

    Pengetahuan tentang

    gaya hidup

    Keluarga mampu

    mengenal masalah

    Level 3: Intervensi:

    Pendidikan

    kesehatan

    Pengajaran:Proses

    penyakit

    Pengajaran:

    Perawatan kaki

    Pengajaran:Prosedur/

    Pengobatan

    4 Kerusakan

    integritas kulit

    Integritas Jaringan: Kulit

    dan Membran Lendir

    Kriteria Hasil :

    Integritas kulit yang baik

    bisa dipertahankan

    (sensasi, elastisitas,

    temperatur, hidrasi,

    pigmentasi)

    Perfusi jaringan baik

    Menunjukkan

    pemahaman dalam proses

    perbaikan kulit dan

    mencegah terjadinya

    cedera berulang

    Perawatan Luka

    Anjurkan pasien

    untuk menggunakan

    pakaian yang longgar

    Hindari kerutan pada

    tempat tidur

    Jaga kebersihan kulit

    agar tetap bersih dan

    kering

    Monitor kulit akan

    adanya kemerahan

    Monitor aktivitas dan

    mobilisasi pasien

  • 42

    Mampu melindungi kulit

    dan mempertahankan

    kelembaban kulit dan

    perawatan alami

    Monitor status nutrisi

    pasien

    5 Perilaku

    kesehatan

    cenderung

    beresiko

    Pemeliharaan kesehatan

    meningkat.

    Kriteria hasil:

    Menunjukan perilaku

    adaptif

    Menunjukan pemahaman

    perilaku sehat

    Kemampuan

    menjalankan perilaku

    sehat

    Pendidikan kesehatan.

    Jelaskan faktor

    resiko yang dapat

    mempengaruhi

    kesehatan

    Ajarkan perilaku

    hidup bersih dan

    sehat

    Ajarkan strategi

    perilaku hidup bersih

    dan sehat

    6 Ketidakefektifa

    n pemeliharaan

    kesehatan

    Pengetahuan Proses

    penyakit meningkat.

    Kriteria hasil:

    Menunjukan perilaku

    adaptif

    Menunjukan pemahaman

    perilaku sehat

    Kemampuan

    menjalankan perilaku

    sehat

    Pengajaran Proses

    Penyakit.

    Jelaskan faktor

    resiko yang dapat

    mempengaruhi

    kesehatan

    Ajarkan perilaku

    hidup bersih dan

    sehat

    Ajarkan strategi

    perilaku hidup bersih

    dan sehat

  • 43

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    A. Pengkajian

    Pengkajian yaitu pengumpulan data dan menggunakan teknik pengumpulan

    data melalui studi kepustakaan dan studi kasus menggunakan proses

    keperawatan dengan pendekatan observasi dan wawancara juga melakukan

    pengamatan langsung dan pemeriksaan secara langsung dengan metode per

    sistem melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hasil pengkajian

    penulis sajikan sebagai berikut :

    I. Data Umum

    1. Kepala Keluarga (KK) : Ny. M

    2. Alamat : Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau

    3. Pekerjaan KK : Tani

    4. Pendidikan KK : SD

    5. Komposisi Keluarga :

    Tabel : 2 Komposisi Keluarga

    No Nama JK Hubungan

    dgn KK Umur

    Status imunisasi

    Ket B

    C

    G

    POLIO DPT HB C

    P

    K 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

    1 Ny. M P KK 64 th

    2 Tn. O L Anak 27 th

    3 An. Y P Cucu 13 th √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

    4 An. S P Cucu 10 th √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

  • 44

    Genogram :

    Keterangan:

    : Laki-Laki

    : Perempuan

    : Ny. M (Penderita Ulkus DM)

    : Meninggal

    : Hubungan Keluarga

    : Tinggal serumah

    G1 : salah satu anggota keluarga meninggal dengan penyakit DM

    G2: saat ini hanya Ny. M yang menderita DM

    G3: tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan Ny. M

    6. Tipe Keluarga :

    Tipe keluarga Ny. M adalah Single parent terdiri dari ibu, anak dan cucu

    yang tinggal dalam satu rumah.Ny. M memiliki 6 orang anak, 4 anaknya

    sudah menikah dan 1 orang meninggal, jadi Ny. M tinggal bersama 1 orang

    Ny. M

    Ny. M

  • 45

    anaknya. Selain itu ditemani oleh cucunya 2 orang yang masih sekolah SD

    dan SMP di Kelurahan Lowu-Lowu

    7. Suku/Bangsa :

    Keluarga Ny. M berasal dari suku Buton.

    8. Agama :

    Agama yang dianut oleh keuarga Ny. M adalah agama Islam, mereka taat

    melaksanakan sholat 5 kali sehari semalam.

    9. Status Sosial ekonomi keluarga :

    Ny. M merasakan ekonominya kurang dengan penghasilan keluarga dari

    hasil bertani 600.000 - 800.000 perbulan. dari penghasilan tersebut

    digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Anggota keluarganya membantu

    mencari nafkah sebagai buruh bangunan, kadang sebagai nelayan apabila

    tidak ada pekerjaan di bangunan. Ny. M mengatakan bahwa selama

    menderita sakit ini hanya berharap dari bantuan anak-anaknya untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk pengobatanya.

    10. Aktivitas Rekreasi keluarga :

    Keluarga Ny. M tidak mempunyai kebiasaan melaksanakan Aktifitas rekreasi

    keluarga. Namun jika bersantai hanya dengan nonton TV.

    II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

    1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

    Keluarga Ny. M memasuki tahapan perkembangan keluarga dengan melepas

    anggota keluarga

    2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

    Tugas perkembangan keluarga Ny. M yang belum terpenuhi adalah masih

    ada anggota keluarga yang belum melanjutkan hubungan perkawinan.

  • 46

    Keluarga Ny. M masih belum bisa memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga

    karena pengetahuan tentang kesehatan masih kurang dan terbukti Ny.M baru

    mengetahui menderita DM setelah ada luka diabetik ditelapak kaki kiri yang

    tidak sembuh selama beberapa bulan.

    3. Riwayat kesehatan keluarga inti

    Dalam keluarga Ny. M tidak ada riwayat menderita Diabetes Melitus baik

    dari ibu maupun bapaknya, tetapi saudara Ny. M ada yang menderita

    penyakit yang sama Diabetes Melitus dan Hypertensi. Ny. M mengetahui

    adanya DM sejak bulan Desember 2018. Keluarga tidak mengetahui orang

    tua menderita penyakit gula atau tidak.

    4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

    Ny. M mengatakan memiliki penyakit lain selain DM yaitu Hypertensi.

    Sedangkan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut maupun

    penyakit lainnya. Kalaupun sakit hanya berupa demam, flu.

    III. Data Lingkungan

    1. Karakteristik rumah

    Ny. M memiliki sebuah rumah panggung di pinggir pantai, dinding papan,

    lantai juga terbuat dari papan.Jendela rumah kurang baik, kadang tidak

    dibuka. Memiliki 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan WC

    terpisah dari rumah karena bangunan WC permanen. Rumah dibangun pada

    baris ke 4 dari jalan utama.Untuk sampai kerumahnya bisa dengan

    menggunakan kendaraan roda 2 melalui jalan setapak dengan lebar >1 meter.

  • 47

    Denah

    2. Karakteristik tetangga dan komunitas

    Lingkungan tempat tinggal keluarga Ny. M mayoritas penduduknya

    merupakan penduduk asli Lowu-Lowu yang memang sejak kecil sudah

    tinggal di daerah tersebut. Lingkungan masih dalam suasana kampung tapi

    untuk menaiki kendaraan umum sudah lancar, keadaan jalan sudah di aspal.

    Sampah masyarakat tidak lagi di bakar tapi di buang di tempat penampungan

    sementara. Pelayanan kesehatan seperti puskesmas mudah di jangkau karena

    berada di tengah kampung dbisa diakses dengan jalan kaki begitupun dengan

    mesjid tempat ibadah .

    3. Mobilitas geografis keluarga

    Keluarga sudah lama tinggal di kelurahan Lowu-Lowu dan tidak pernah

    berpindah-pindah.

    4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

    Ny. M mengikuti pengajian yang ada di tetangga rumahnya.Ny M hanya

    berinteraksi dengan tetangganya.Sejak Ny.M jatuh sakit tidak pernah lagi

    mengikuti kegiatan pengajian. Keluarga Ny.M hanya memeriksakan

    kesehatannya di fasilitas kesehatan (puskesmas).

    Ruang Tamu

    Kamar tidur Kamar tidur Utama

    Kamar tidur

    Ruang Keluarga

    Dapur KM &WC

  • 48

    5. Sistem pendukung keluarga

    Hubungan keluarga dengan masyarakat cukup baik karena Ny. M, mampu

    berinteraksi di lingkungan sekitar. Ny. M mengatakan selama sakit tidak bisa

    ke Puskesmas sendiri, kadang dibantu oleh menantunya yang tinggal tidak

    jauh dari rumah Ny. M.

    IV. Struktur Keluarga

    1. Struktur Peran

    Ny. M berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah untuk

    keluarganya.Ny. M mengatakan selama sakit perannya mencari nafkah

    diambil alih oleh anaknya. Kadang Ny. M merasa sudah tidak berguna, tapi

    apa yang bisa diperbuat dengan kondisi ulkus diabetik pada telapak kaki

    kirinya. Untuk memenuhi penyediaan dan pengolahan makanan keluarga

    diambil alih oleh cucunya.

    2. Nilai atau norma keluarga

    Menurut Ny. M mereka menjunjung tinggi nilai atau norma-norma keluarga

    yang diyakini yaitu agama islam dengan menerapkan aturan- aturannya serta

    pengaruh terhadap kehidupannya. Nilai agama dan norma budaya yang

    diterapkan Ny. M tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.

    3. Pola komunikasi keluarga

    Pola komunikasi keluarga berjalan dengan baik secara verbal, bahasa yang

    digunakan keluarga adalah bahasa Lowu-Lowu dari rumpun bahasa Pancana,

    dalam berkomunikasi keluarga saling terbuka satu sama lain dan selalu

    mengambil dan memutuskan permasalahan secara bermusyawarah maka dari

    itu jarang terjadi konflik.

  • 49

    4. Struktur kekuatan keluarga

    Keluarga Ny. M saling menghormati dan menghargai satu sama lain dan

    saling mendukung. Keluarga Ny. M merasa kurang mampu merawat dirinya

    sendiri.

    V. Fungsi Keluarga

    1. Fungsi afektif

    Semua anggota keluarga Ny. M saling mendukung, menghargai,

    menyanyangi dan menghormati antara anggota keluarganya dan saling

    membantu, dilihat dari perhatian penuh dari anak-anaknya Ny. M

    2. Fungsi Sosialisasi

    Ny. M mengatakan selama sakit tidak bisa lagi berinteraksi dengan

    tetangganya.Ny. M khwatir jangan sampai jatuh di tangga. Keluarga Ny. M

    menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain supaya hidup

    bermasyarakat terasa indah dan harmonis. Keluarga Ny. M selalu bertegur

    sapa dengan tetangga setiap bertemu muka.

    3. Fungsi Reproduksi

    Ny. M memiliki 6 orang anak.Tinggal 1 orang yang belum menikah. Fungsi

    reproduksi pada Ny. M memasuki masa menopause.

    4. Fungsi Ekonomi

    Ny. M mengatakan untuk penghasilan keluarga tergantung pada anaknya.

    Jika lagi tidak ada pekerjaan terpaksa minta bantuan dari keluarga anaknya

    yang lain. Ny. M mengatakan tidak punya penghasilan sama sekali selama

    menderita ulkus diabetik.

  • 50

    5. Fungsi Perawatan Kesehatan

    Keluarga Ny. M mengatakan sedikit sekali pengetahuanya tentang kesehatan

    karena berpendidikan sampai di SD. Keluarga selalu bertanya tentang luka

    diabetik yang dialami oleh Ny. M. Selalu bertanya tentang kondisi luka

    kadang menghitam, berpus, kadang pula berbau khas. Keluarga belum

    mampu mengambil keputusan yang tepat bila ada anggota keluarga yang

    sakit. Keluarga belum mampu merawat anggota keluarga dengan tepat bila

    ada anggota keluarga yang sakit. Keluarga belum mampu memodifikasi

    lingkungan yang tepat untuk menunjang kesehatan keluarga. Keluarga belum

    mampu memanfaatkan layanan fasilitas kesehatan yang tepat untuk

    menunjang kesehatan keluarga.

    VI Stres dan Koping Keluarga

    1. Stresor jangka pendek dan panjang

    a. Stress jangka pendek

    Stress yang dialami keluarga Ny. M jika Ny. M melakukan cek GDS

    hasilnya menunjukan lagi peningkatan dari sebelumnya.

    b. Stressor jangka panjang

    KeluargaNy M khawatir jika diet dan program pengobatan yang di

    jalaninya selalu tidak berhasil dengan baik.

    2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor

    Keluarga Ny. M mengatakan ada rasa pesimis untuk sembuh jika pada hasil

    cek GDS menunjukan peningkatan.

    3. Strategi koping yg digunakan

    Keluarga mengatakan memberikan dukungan kepada Ny. M agar selalu

    disiplin dalam program diet dan pengobatan ulkus diabetesnya.

  • 51

    4. Strategi adaptasi disfungsional

    Keluarga selalu mengingatkan terutama pada Ny. M agar disiplin dalam diet

    dan pengobatan Diabetesnya.

    5. Harapan Keluarga

    Harapan keluarga khususnya Ny.M berharap agar dapat sembuh dan

    beraktifitaskembali seperti semula khusunya agar dapat berjalan kembali,

    dan keluarga selalu diberi kesehatan, dan berharap semoga anggota keluarga

    yang lain tidak ada yang terkena sakit seperti yang diderita Ny. M

    VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap individu anggota keluarga

    Lakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga

    Tabel : 3 Pemeriksaan fisik anggota keluarga

    No Aspek Ny. M Tn. O An. Y An. S

    1 Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis

    2 Tanda Vital

    - TD 170/80mmHg 110/70 mmHg 110/70 mmHg 100/70 mmHg

    - Nadi 84 X/m 80 X/m 84 X/m 84X/m

    - Suhu 37,50C 370C 370C 370C

    - Respirasi 20 x/m 18 X/m 20 X/m 20X/m

    3 Kepala

    - Rambut

    Bersih tidak

    berketombe

    Bersih tidak

    berketombe

    Bersih tidak

    berketombe

    Bersih tidak

    berketombe

    4 Mata

    - Konjungt

    iva

    Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis

    - Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik

    - Penglihat

    an

    Penglihatan

    menurun

    Baik Baik Baik

    5 Hidung

    - Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris

  • 52

    - Keadaan

    Tampak

    bersih Tampak bersih Tampak bersih

    Tampak

    bersih

    - Fungsi

    Dapat

    membedakan

    bau kayu

    putih dan kopi

    Dapat

    membedakan

    bau kayu putih

    dan kopi

    Dapat

    membedakan

    bau kayu putih

    dan kopi

    Dapat

    membedakan

    bau kayu

    putih dan kopi

    6 Mulut

    - Keadaan Bersih Bersih Bersih Bersih

    - Fungsi

    Bisa

    mengunyah

    tanpa

    gangguan

    Bisa

    mengunyah

    tanpa

    gangguan

    Bisa

    mengunyah

    tanpa

    gangguan

    Bisa

    mengunyah

    tanpa

    gangguan

    7 Telinga

    - Fungsi

    Dapat

    mendengar

    dengan baik

    Dapat

    mendengar

    dengan baik

    Dapat

    mendengar

    dengan baik

    Dapat

    mendengar

    dengan baik

    - Keadaan

    Bersih, tidak

    terdapat

    serumen

    Bersih, tidak

    terdapat

    serumen

    Bersih, tidak

    terdapat

    serumen

    Bersih, tidak

    terdapat

    serumen

    8 Leher

    - KGB

    Tidak ada

    pembesaran

    Tidak ada

    pembesaran

    Tidak ada

    pembesaran

    Tidak ada

    pembesaran

    9 Abdomen

    - Bentuk Datar Datar Datar Datar

    - Nyeri

    Tekan

    nyeri tekan

    diulu hati,

    kadang

    merasa mual

    muntah,

    Tidak ada Tidak ada Tidak ada

    10 Ektremitas

    Atas

  • 53

    - Keadaan

    Baik bisa

    digerakkan

    Baik bisa

    digerakan

    Baik bisa

    digerakkan

    Baik bisa

    digerakan

    Ekstremitas

    Bawah

    - Keadaan

    Terdapat

    ulkus diabetik

    pada telapak

    kaki kiri

    panjang 6 cm,

    lebar 2 cm

    dan dalam 1

    cm , terdapat

    pus, luka

    menghitam,

    kadang terasa

    keram

    Baik bisa

    digerakan

    Baik bisa

    digerakan

    Baik bisa

    digerakan

    1. Pemeriksaaan penunjang

    GDS 275 mg/dl

    2. Therapy

    - Gliben clamid 2 x 1 tab

    - Captopril 25 mg 2 X 1 tab

    - Sefadroksil 500 mg 3 X 1 kaplet

    - Ranitidin 150 mg 2X1 tab

    B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

    1. Analisis Data

    Analisa data focus pada Ny. M yang mengalami Ulkus Diabetik

  • 54

    Tabel : 4 Analisa data fokus

    No Data Fokus Penyebab Masalah

    1 DS

    - Ny. M mengatakan

    ekstremitas bawah kadang

    terasa keram

    - Keluarga selalu bertanya

    tentang luka diabetik

    DO

    - Kesadaran Komposmentis

    - TD 170/80 mmHg

    - Nd 84 X/m

    - SB 37,50C

    - RR 20X/m

    - Terdapat ulkus diabetik

    pada telapak kaki kiri

    panjang 6 cm, lebar 2 cm

    dan dalam 1 cm , terdapat

    pus, luka menghitam

    - GDS 275 mg/dl

    Nekrosis luka

    diabetik

    Kerusakan integritas

    jaringan

    2 Data subjektif

    - Ny. M mengatakan

    kadang merasa mual dan

    muntah

    - Keluarga bertanya-tanya

    tentang cara merawat luka

    DM

    - Keluarga bingung dengan

    cara penyembuhan luka

    Data objektif :

    - Terdapat ulkus diabetik

    pada telapak kaki kiri

    Kurangnya

    pengetahuan

    Ketidakefektifan

    pemeliharaan

    kesehatan

  • 55

    panjang 6 cm, lebar 2 cm

    dan dalam 1 cm , terdapat

    pus, luka menghitam

    - GDS 275 mg/dl

    2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

    a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan luka diabetik

    b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

    kurangnya pengetahuan

    C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA

    Tabel : 5 Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga

    NO DIAGNOSA NOC NIC

    1 Kerusakan

    integritas

    jaringan b.d.

    nekrosis luka

    diabetik

    Setelah dilakukan

    tindakan selama 3 kali

    kunjungan pada Ny. M,

    masalah integritas

    jaringan membaik

    Kriteria Hasil:

    Jaringan nekrotik

    tidak bertambah

    Luka menjadi bersih

    dari sebelumnya

    Pus (-) dan

    kemerahan

    berkurang

    Perawatan Luka