Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. M
DENGAN ULKUS DIABETIK DI KELURAHAN
LOWU-LOWU KECAMATAN LEA-LEA
KOTA BAUBAU
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
OLEH
LA JAZI
NIM. P00320018146
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2019
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. M
DENGAN ULKUS DIABETIK DI KELURAHAN
LOWU-LOWU KECAMATAN LEA-LEA
KOTA BAUBAU
Disusun dan diajukan oleh :
LA JAZI
NIM. P00320018146
Telah mendapatkan persetujuan Pembimbing
Menyetujui
Pembimbing
Sitti Muhsinah, M.Kep., Sp.KMB
NIP. 198605092009122002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Indriono Hadi, S.Kep.Ns. M.Kes
NIP. 197003301995031001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. M
DENGAN ULKUS DIABETIK DI KELURAHAN
LOWU-LOWU KECAMATAN LEA-LEA
KOTA BAUBAU
Disusun dan diajukan oleh :
LA JAZI
NIM. P00320018146
Karya Tulis ini telah dipertahankan pada seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di
depan Tim Penguji pada Hari/Tanggal : 29 Juli 2019 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat
Menyetujui
Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc. (........................................................)
Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep (........................................................)
Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep (........................................................)
Sitti Muhsinah, M.Kep., Sp.KMB (........................................................)
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Indriono Hadi, S.Kep.Ns. M.Kes
NIP. 197003301995031001
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : LA JAZI
NIM : P00320018146
INSTITUSI : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul KTI :Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny. M dengan Ulkus
Diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea
Kota Baubau
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis benar benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 29 Juli 2019
LA JAZI
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : La Jazi
2. Tempat/Tinggal Lahir : Lowu-Lowu, 23 September 1979
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Buton
6. Alamat : Kel. Lowu-Lowu, Kec. Lea-Lea, Kota
Baubau
7. No.Telp/hp : 0852 4150 7616
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri 2 Lowu-Lowu1992
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bungi 1995
3. SPK Pemda Buton 1999
4. DIII Perawat RPL Angkatan II Poltekkes Kemenkes Kendari 2019
p
vi
MOTTO
Jadikan kekurangan / kelemahan sebagai kelebihan
untuk melangkah maju
vii
ABSTRAK
LA JAZI (P00320018146), Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. M dengan
Ulkus Diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau.
Dibimbing oleh Ibu Sitti Muhusinah, (xii + 70 + 7 Tabel + 7 lampiran). Latar
belakang; Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hipergelikemia.
Ulkus diabetik adalah luka yang muncul dan berkembang akibat gangguan saraf
tepi, kerusakan struktur tulang kaki, serta penebalan dan penyempitan pembuluh
darah yang sering terjadi pada penderita diabetes. Tujuan penulisan; Mampu
menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif pada Ny. M dengan Ulkus Diabetik di
Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau. Manfaat penulisan;
untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah diperoleh
selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung. Hasil; Pada pengkajian
didapatkan keluhan adanya luka ditelapak kaki kiri, lemah dan letih serta rasa
pusing, mual dan muntah, lapar dan haus, ulkus diabetik pada kaki kiri, Pus (+)
disekitar luka, Panjang luka ±6 cm dan lebar ±2 cm dan kedalaman ±1 cm dan
Glukosa darah sewaktu (GDS) 275 mg/dl. Diagnosa keperawatan yang timbul
adalah Kerusakan integritas jaringan b.d. nekrosis kerusakan jaringan pada
telapak kaki kiri (nekrosis luka diabetik) dan ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan b.d. kurangnya pengetahuan. Kesimpulan; Asuhan keperawatan pada
pasien dengan Ulkus diabetik dapat memperbaiki kerusakan integritas jaringan
dengan cara perawatan luka. Untuk mengefektifkan pemeliharaan kesehatan
dengan pengajaran proses penyakit, pengajaran diet dan pengobatan. Saran; Ny.
M agarmenjaga pola makan terutama makanan yang menyebabkan resiko
peningkatan kadar glukosa darah dan minum obat secara teratur sesuai dengan
indikasi yang dianjurkan serta chek up kerumah sakit / puskesmas terdekat.
Kata kunci : diabetik, ulkus diabetik, perawatan ulkus diabetik
Referensi : 15 Literatur (tahun 2009-2018)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan limpahan berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Studi kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. M dengan Ulkus Diabetik di Kelurahan
Lowu-Lowu Kecamatan Lea-LeaKota Baubau.”.
Karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Kendari. Dalam proses pembuatan hingga penyelesaian karya tulis
ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan motivasi yang diberikan oleh
berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan yang
tulus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sitti
Muhsinah, M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing yang memberikan motivasi,
arahan dan masukan terhadap penulisan karya tulis ini.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Askrening, SKM.M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari;
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari;
3. Kepala Puskesmas Lowu-Lowu yang telah memberikan izin pengambilan data
penelitian;
4. Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc. selaku penguji I;
5. Bapak Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji II
6. Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji III
ix
7. Orang tuaku tercinta (La Paala) yang selalu mendoakan dan memberikan
motivasi selama menempuh pendidikan hingga penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.
8. Isteri (Jumarlina) dan anak-anakku yang selalu mendoakan dan memberikan
spirit.
9. Rekan-rekan mahasiswa program Khusus RPL Angkatan II, yang telah
membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Keluarga Ny. M yang telah bekerjasama dengan baik dalam membantu penulis
menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan yang terdapat
dalam Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah
SWT selalu merahmati kita semua. Amin.
Kendari, Juli 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
MOTTO .............................................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4 C. Manfaat Penulisan .................................................................................. 5 D. Metode dan tekhnik penulisan ................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar keluarga ............................................................................ 9 B. Konsep Tentang Ulkus Diabetik ............................................................. 15 C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan ulkus diabetik ............. 31
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................... 43 B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 53 C. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................. 55 D. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 56 E. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 58
BAB IVPEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................................... 61 B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 62 C. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 63 D. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 64 E. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 67 B. Saran ........................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Rencana Intervensi Keperawatan keluarga .......................................... 35
Tabel. 2 Komposisi Keluarga .............................................................................. 43
Tabel. 3 Pemeriksaan fisik anggota keluarga ..................................................... 51
Tabel. 4 Analisa data fokus ................................................................................ 54
Tabel. 5 Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga ........................................... 55
Tabel. 6 Implementasi Keperawatan Kelularga .................................................. 56
Tabel. 7 Evaluasi Keperawatan Keluarga .......................................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hipergelikemia.
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Hasdianah & Suprapto,
2014).
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan
mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit
sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh
darah, stroke dan sebagainya ( MAJORITY, 2015)
Pada tahun 2012 terdapat 1,5 juta penduduk terjadi kematian yang
disebabkan diabetes dengan prevalensi sekitar 2,7 %. Dari angka kematian
akibat DM didunia 70% terjadi di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Pada tahun 2014, penderita DM sebesar 422 miliar didunia (WHO,
2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF,2015), Prevalensi
penderita DM pada tahun 2015 adalah 415 Miliar orang, perkiraan tahunan
kejadian ulkus kaki kira-kira dari 4% sampai 10% sedangkan resiko ulkus
diabetik seumur hidup berkisar 15% sampai 25% (Amin & Dopis, 2016).
2
Di Indonesia, menurut WHO mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa
pada tahun 2000 menjadi 13,7 juta jiwa pada tahun 2003 dan diperkirakan
akan meningkat sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia berada pada
pada peringkat keempat didunia setelah China, India, dan Amerika serikat.
Pada hasil Riskesdas (2007) terlihat prevelensi DM di Indonesia 1,1% dan
pada tahun 2013 terjadi peningkatan prevelensi DM menjadi 2,1%.
Provinsi Sulawesi Tenggara melaporkan data penyakit tidak menular
seperti DM dengan hasil 14,24 pada tahun 2017 serta hasil penderita DM
sebesar 16,53% pada tahun 2018. Prevalensi penyakit DM menduduki
peringkat ke-4 diantara penyakit tidak menular lainnya seperti jantung,
neoplasma, PPOK dan asma bronkial. Hasil tersebut didapatkan dari jumlah
kasus DM tergantung insulin sebesar pada tahun 2016 sebesar 9.376 kasus dan
DM tidak tergantung insulin sebesar 142.925 kasus (Profil Dinas Kesehatan
Sultra, 2017). Prevalensi DM untuk wilayah Kota Baubau pada tahun 2018
sebesar 937 kasus, (Dinkes Kota Baubau, 2018). Puskesmas Lowu-Lowu
berada pada urutan 8 dari 17 Puskesmas di Kota Baubau. Di Puskesmas
Lowu-Lowu tahun 2018 penyakit tidak menular, Diabetes melitus menduduki
peringkat ke 2 sebanyak 44 kasus setelah hypertensi dengan jumlah penderita
yang mendapat pelayanan sebanyak 105 kasus (Profil Puskesmas Lowu-lowu,
2018).
Penyulit DM bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Penyulit
jangka pendek meliputi : hipoglikemi, ketoasidosis. Sedangkan penyulit
jangka panjang dapat berupa kerusakan makroangiopati dan mikroangiopati.
Kerusakan makroangiopati meliputi : penyakit arterikoroner, kerusakan
3
pembuluh darah serebral, dan kerusakan pembuluh darah perifer. Adapun
penyulit mikroangiopati meliputi retinopati, nefropati, dan neuropati
(PERKENI 2015).
Penderita Diabetes melitus perlu penanganan tenaga kesehatankarena
berbagai masalah keperawatan dapat muncul seperti kurangnutrisi,kerusakan
integritas jaringan, keterbatasan mobilitasfisik,nyeri, resiko penyebaran
infeksi dan ulkus. Salah satu masalahkeperawatan yang perlu penanganan
khusus yaitu terjadinya kerusakanintegritas jaringan. Jika kematian jaringan
semakin melebar akan memicu timbulnya ulkus diabetik.
International Diabetes Federation (IDF, 2015) menjelaskan bahwa,
prevalensi dengan penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2015 adalah 415
milyar orang. Sedangkan menurut Sulistyowati (2015) memaparkan bahwa,
untuk prevalensi penderita ulkus kaki diabetik sekitar 15% dengan risiko
amputasi 30 %, angka mortalitas 32%, dan di Indonesia ulkus kaki diabetik
merupakan penyebab paling besar untuk dilakukan perawatan di rumah sakit
sebesar 80%. Kewaspadaan terhadap persoalan kesehatan kaki diabetes di
Indonesia juga masih sangat kurang. Sarana pelayanan kaki diabetik yang
masih terbatas dan kurangnya tenaga kesehatan terlatih tentang pelayanan
kaki diabetik menyebabkan pelayanan kaki pada pasien diabetes di Indonesia
masih kurang diperhatikan (PERKENI, 2011). Penderita ulkus diabetik di
puskesmas Lowu-Lowu sebanyak 5 kasus dari total penderita DM 44 pada
tahun 2018.
Munculya ulkus diabetik tersebut menimbulkan gangguan fisik maupun
psikis terhadap pasien seperti nyeri kaki, intoleransi aktifitas, gangguan
4
polatidur, cemas, penyabaran infeksi, dan lain-lain. Masalah keperawatan
tersebut dapat dicegah dengan penatalaksanaan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh mulai dari pengkajian masalah,
menentukan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada pasien. Hal
terpenting dalam asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetik dengan
kerusakan integritas jaringan yaitu dengan perawatan luka yang tepat. Perawat
mempunyai peran penting dalam membuat perencanaan untuk mencegah
terjadinya infeksi yaitu dengan manajemen perawatan luka. Berdasarkan hal
tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus pada pasien Diabetes
melitus dengan kerusakan integritas jaringan.
Dari studi pendahuluan di Puskesmas Lowu-lowu didapatkan bahwa
penderita ulkus diabetik banyak yang tidak rutin mengontrol gula darah, pola
hidup yang tidak sehat, jika kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan
memicu terjadi Diabetes Melitus dan berlanjut ke komplikasi seperti ulkus,
kerusakan pada ginjal dan kebutaan.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik
melakukan studi kasus Diabetes Melitus dalam judul “Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Ny. M dengan Ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu
Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga yang komprehensif pada keluarga
5
Ny. M dengan Ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-
Lea Kota Baubau.
2. Tujuan Khusus
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian Keluarga pada Ny. M dengan
ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea-Lea Kota
Baubau.
b. Penulis mampu melakukan diagnosa keperawatan Keluarga pada Ny.
M dengan ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea-
Lea Kota Baubau.
c. Penulis mampu melakukan rencana keperawatan Keluarga pada Ny.
M dengan ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea-
Lea Kota Baubau.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan Keluarga pada
Ny. M dengan ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan
Lea-Lea Kota Baubau.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan Keluarga pada Ny.
M dengan ulkus diabetik di Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea-
Lea Kota Baubau.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis yang dapat di ambil sebagai berikut :
a. Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah
diperoleh selama dibangku kuliah pada keluarga secara langsung.
b. Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas
kesehatan dan masyarakat secara umum.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ny. M dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit
Diabetes Melitus dan perawatannya.
b. Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia
pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk
peneliti selanjutnya.
c. Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan
agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit Diabetes
Melitus dan perawatannya dengan memaksimalkan asuhan
keperawatan yang diberikan pada keluargayang mengalami diagnosa
medis Diabetes Melitus.
d. Bagi peneliti, sebagai input pengetahuan yang kedepannya mampu
digunakan oleh peneliti sebagai rujukan referensi pada kasus yang
serupa pada penelitian selanjutnya.
D. Metode dan Teknik Penelitian
1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Puskesmas Lowu-Lowu pada
tanggal 6 s/d 9 Mei 2019
2. Teknik pengumpulan data
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan relevan
dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan
Studi ini dilakukan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang
berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.
7
b. Studi kasus
Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan pada Ny. M yang meliputi pengkajian, penerapan
diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan, penerapan
implementasi keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.
Untuk melengkapi data atau informasi dalam pengkajian penulis
menggunakan beberapa metode antara lain :
1) Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada Ny. M dengan cara
melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan
dan keadaan Ny. M
2) wawancara
Mengadakan wawancara langsung terhadap Ny. M dan keluarga
Ny. M terkait dengan penyakit yang diderita.
3) Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan secara per sistem terhadap Ny. M
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
4) Studi dokumentasi
Penulis peroleh data dari medical record dan data pemeriksaan
penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium
5) Metode diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang
bertugas saat pengambilan data di Puskesmas Lowu-Lowu Kota
Baubau.
8
3. Teknik penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri
dari lima bab, yaitu :
Bab I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan teknik penulisan
Bab II: tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan
Bab III : Tinjauan kasus yang mencakup hasil pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi.
Bab IV : pembahasan kasus yang berisi perbandingan antara teori
keperawatan dan kasus yang di amati
Bab V : penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
Diakhiri dengan daftar pustaka yang memuat referensi yang
dipergunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan yang terdiri dari individu yang bergabung
bersama oleh ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam
satu rumah tangga yang sama (Friedman, 2010). Sedangkan menurut
Wall, (1986) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah sebuah kelompok
yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang
memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah
atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian
rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2009) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah
tangga.
10
3. Tipe Keluarga
Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :
a. Keluarga inti
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari
nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), Keluarga inti
adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga adopsi.
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung
jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang
tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang
tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak
adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat
menginginkan mereka (Friedman, 2010).
c. Keluarga besar ( Extended Family )
Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan
rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak /
adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan
oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan
membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan
menurut Sudiharto (2007), keluarga besar adalah Keluarga inti
ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya
11
kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti
orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan
pasangan sejenis.
d. Keluarga dengan orang tua tunggal
Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).
e. Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa
bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri
atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti
mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo,
atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi
anggota keluarga yang penting (Yolanda, 2017).
f. Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang
kompleks dan peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu
dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau subkelompok
keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang
tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan
diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak seing kali
memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas
perkembangan mereka (Yolanda, 2017).
g. Keluarga binuclear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan
anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah
12
tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal
tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah
tangga (Yolanda, 2017).
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, struktur
peran, struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk,
2011) menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,
terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
b. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur
peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol
atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate
power (hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward
power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini
adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar
keluarga.
13
5. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga
fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling
penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi
afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan
kepedulian terhadap kebutuhan sosio emosional semua anggota
keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang
diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak
tentang caramenjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang
dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status
sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.
Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan
hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola
sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi keluarga dan masyarakat
yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan
14
perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan
adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya
yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan.
6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui
dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
15
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
dan perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,
fasilitas fisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
16
B. Konsep tentang Ulkus Diabetik
1. Pengertian
Ulkus diabetik adalah luka yang muncul dan berkembang akibat
gangguan saraf tepi, kerusakan struktur tulang kaki, serta penebalan dan
penyempitan pembuluh darah yang sering terjadi pada penderita diabetes.
Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi utama yang paling
merugikan dan paling serius dari diabetes melitus, 10% sampai 25% dari
pasien diabetes berkembang menjadi ulkus kaki diabetik dalam hidup
mereka (Fernando, et al., 2014; Frykberg, et al.,2006; Rowe, 2015;
Yotsu, et al., 2014.)
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2011). Menurut WHO,
Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas
atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(Depkes, 2009).
Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit
gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik
hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah
yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner,
17
retinopati, nefropati, dan gangren. Diabetes Mellitus telah menjadi
penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta
kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Terdapat 1 orang per
10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang
berkaitan dengan diabetes.
Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun 1995, terbanyak
ketujuh di dunia. Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan
diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 atau urutan kelima
di dunia (Tandra, 2008). Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016-
2018 jumlah penderita diabetes melitus mengalami peningkatan 13% dari
periode sebelumnya yaitu sebanyak 5.356 penderita (Riskesdas, 2013).
Angka kejadian diabetes melitus di provinsi Sulawesi Tenggara untuk
rawat jalan pada tahun 2016 mencapai 365 orang dan mengalami
peningkatan pada tahun 2017 sejumlah 703 orang (Dinkes Sultra, 2017).
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan
prevalensi diabetes paling tinggi di Kota Kendari sebesar 0,9% dan
terendah di Buton Utara 0,1%, baik berdasarkan diagnosis maupun
gejala. Lampung Barat apabila dihitung dengan angka prevalensi 1,2%
dari seluruh populasi penduduk hampir 500.000 jiwa, maka terdapat lebih
dari 5.000 penderita Diabetes Melitus (diabetisi) yang tersebar di
Lampung Barat (Riskesdas, 2007). Diabetes Melitus tidak dapat
disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan melalui diet,
olah raga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi
kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik (Perkeni, 2011).
18
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus
menurut American Diabetes Association, 2011 adalah sebagai berikut:
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut): 1) Autoimun. 2) Idiopatik. Pada Diabetes tipe 1
(Diabetes Insulin Dependent), lebih sering ternyata pada usia remaja.
Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami
kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi
sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari
semua penderita diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1
kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa
faktor lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat
menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di pankreas (Merck,
2008).
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi
insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin). Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non
Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat
terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat
tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek
insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang
berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan
19
peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes
tipe 2. Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2
mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin
menurun, maka dari itu orang obesitas memerlukan insulin yang
berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula darah normal
(Merck, 2008).
c. Diabetes tipe lain.
Tipe lain antara lain; 1) Defek genetik fungsi sel beta : 2) DNA
mitokondria. 3) Defek genetik kerja insulin. 4) Penyakit eksokrin
pankreas : a) Pankreatitis. b) Tumor/ pankreatektomi. c) Pankreatopati
fibrokalkulus. 5) Endokrinopati. a) Akromegali. b) Sindroma Cushing. c)
Feokromositoma. d) Hipertiroidisme. 6) Karena obat/ zat kimia. 7)
Pentamidin, asam nikotinat. 8) Glukokortikoid, hormon tiroid.
d. Diabetes mellitus Gestasional
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis
selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia
(kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014).
Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari peningkatkan kadar
glukosa darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis Diabetes Melitus
berdasarkan nilai kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria diagnosis
berdasarkan American Diabetes Association tahun 2010. Kriteria
Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes Association
20
2010 : 1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl
(11.1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa
sebab. 2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).Puasa
adalah keluarga tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam. 3. Kadar glukosa
darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi Glukosa Oral
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)
tergantung dari hasil yang dipeoleh : TGT : glukosa darah plasma 2 jam
setelah beban antara 140- 199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa
darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)
3. Penyebab Diabetes Mellitus
Penyebab Diabetes. Diabetes adalah penyakit di mana kadar gula dalam
darah cukup tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh
tubuh. Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak
diderita oleh masyarakat dunia. Penyakit diabetes tidak memandang
umur, diabetes juga dapat menyerang pada orang tua dan juga bisa
menyerang pada anak-anak.
Berikut adalah kebiasaan penyebab diabetes (Kemkes, 2017). Beberapa
penelitian menyebutkan penyebab diabetes antara lain;
21
a. Kelebihan berat badan
Penderita penyakit diabetes tipe 2 diketahui lebih dari 85% memiliki
kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas sering
dikaitkan dengan risiko terkena penyakit diabetes. Olahraga secara rutin
sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan
resistensi insulin.
b. Sering stres
Jika seseorang mengalami stres, tubuh orang tersebut akan meningkatkan
produksi hormon epinephrine dan kortisol agar gula darah naik dan
tersedia cadangan energi untuk beraktivitas. Namun, apabila gula darah
sering terus dipicu tinggi karena mengalami stres yang berkepanjangan
tanpa jalan keluar, sama saja dengan melakukan bunuh diri pelan-pelan.
Alangkah baiknya jika sedang mengalami masalah, bicaralah pada orang
yang bermasalah tersebut secara baik-baik atau ceritakan pada sahabat
terdekat.
c. Riwayat hidup keluarga
Faktor keturunan juga berperan seseorang terkena diabetes. Apabila orang
tua Anda pernah didiagnosis penyakit diabetes tipe 2, maka Anda juga
beresiko terkena diabetes.
d. Kondisi tertentu pada wanita
Pada wanita yang memiliki sindrom ovarioum polikistik lebih beresiko
untuk menderita diabetes. Sindrom ovarioum polikistik merupakan
ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan tidak teraturnya masa
siklus menstruasi pada wanita. Wanita yang pernah melahirkan bayi
dengan kategori gemuk (4 kg atau lebih) diketahui berisiko terkena
22
diabetes. Adapun wanita hamil yang dapat menderita diabetes gestasional
(diabetes terjadi selama masa kehamilan), diketahui 7 kali lebih beresiko
terkena diabetes tipe 2 pada masa yang akan datang.
e. Kecanduan merokok
Penelitian di Amerika melibatkan setidaknya 4.572 relawan pria dan
wanita menemukan bahwa resiko perokok aktif terhadap diabetes naik
sebesar 22%. Naiknya risiko tidak hanya disebabkan oleh fakor merokok
saja, tetapi kombinasi antara berbagai gaya hidup tidak sehat.
f. Makanan tinggi gula dan lemak
Sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak merupakan salah
satu hal penyebab diabetes. Mengkonsumsi makanan seperti ini berisiko
dapat meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Tekanan darah
dan kadar kolesterol yang tinggi sering dikaitkan dengan diabetes dan
penyakit jantung.
g. Takut kulit menjadi hitam
Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan vitamin D yang
tinggi dan kalsium berisiko paling rendah untuk terkena diabetes tipe 2.
Sumber vitamin D dapat ditemukan di sejumlah makanan, namun yang
terbaik ada pada sinar matahari. Terkenan paparan matahari pagi selama
20 menit sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama 3 hari. Sebelum
berjemur pada paparan sinar matahari pagi, alangkah baiknya Anda
menggunakan sunscreen (tabir surya) selama 10-15 menit. Vitamin D juga
dapat membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk juga gula
darah.
23
h. Gorengan
Gorengan merupakan salah satu makanan faktor resiko tinggi pemicu
penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular (pkv), stroke, dan
diabetes melitus,. Penyebab utama penyakit PKV atau kardiovaskular
tersebut adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan
faktor resiko utama adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan
penyakit kelainan metabolisme pada lipid yang ditandai dengan gejala
peningkatan kadar kolesterol total, LDL atau kolesterol jahat dan
trigliserida. Meningkatnya proporsi dislipidemia disebabkan kebiasaan
mengkonsumsi makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk
makanan gorengan. Itulah beberapa kebiasaan yang dapat menyebabkan
Anda terkena penyakit diabetes. Hindari segala macam hal-hal yang
penyebab diabetes dan mulailah hidup sehat.
4. Gejala dan Manifestasi Klinik
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM
diantaranya :
a. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya
melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam
hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).
24
b. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan
cairan (Subekti, 2009).
c. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Keluarga DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).
d. Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada keluarga DM disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi
(Subekti, 2009).
5. Patofisiologi Diabetes Melitus
a. Patofisiologi diabetes tipe 1
Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel
yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut
merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti
insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah (WHO, 2014).
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases
(NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan
infiltrasi limfositik dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan
waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama
beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh
tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang
berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1
25
membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang
menggunakan obat oral.
b. Patofisiologi diabetes tipe 2
Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak. Ini
berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan 15 kurangnya sel beta
atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014).
Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor
insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar
pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan
kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang
pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui suntikan
dapat menjadi alternatif.
c. Patofisiologi diabetes gestasional
Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang
berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi
insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan
adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).
6. Komplikasi DM
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar
glukosa darah jangka pendek, diantaranya: 1) Hipoglikemia
26
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang
tepat (Smeltzer & Bare, 2008). 2) Ketoasidosis diabetik Ketoasidosis
diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam darah
sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga
mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2006). 3) Sindrom
HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik) Sindrom HHNK
adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia
berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson,
2006).
b. Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada keluarga DM menurut Price & Wilson
(2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler) diantaranya: 1) Komplikasi pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
yaitu (a) Kerusakan retina mata (Retinopati) Kerusakan retina mata
(Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan
sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009). (b) Kerusakan ginjal
(Nefropati diabetik) Kerusakan ginjal pada keluarga DM ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2
kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal. (c)
Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik) Neuropati diabetik merupakan
27
komplikasi yang paling sering ditemukan pada keluarga DM. Neuropati
pada DM mengacau pada sekelompok penyakit yang menyerang semua
tipe saraf (Subekti, 2009). 2) Komplikasi pembuluh darah besar
(makrovaskuler) Komplikasi pada pembuluh darah besar pada keluarga
diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner. (a) Penyakit jantung
koroner Komplikasi penyakit jantung koroner pada keluarga DM
disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang
tidak disertai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent
Myocardial Infarction) (Widiastuti, 2012). (b) Penyakit serebrovaskuler
Keluarga DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan keluarga non-
DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan
menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan
pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo
(Smeltzer & Bare, 2008).
7. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
a. Faktor risiko yang dapat diubah
1) Gaya hidup
Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan
dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak
teratur dan minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang
dapat memicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2009).
2) Diet yang tidak sehat
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan
nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji
(Abdurrahman, 2014). 19 c) Obesitas Obesitas merupakan salah
28
satu faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit DM. Menurut
Kariadi (2009) dalam Fathmi (2012), obesitas dapat membuat sel
tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak
jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten terhadap
kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah
sentral atau perut (central obesity).
3) Takanan darah tinggi
Menurut Kurniawan dalam Jafar (2010) Takanan darah tinggi
merupakan peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan
resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah.
b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena
diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah
baya, paling sering setelah usia 45 tahun (American Heart
Association [AHA], 2012). Meningkatnya risiko DM seiring
dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan
fungsi fisiologis tubuh.
2) Riwayat keluargadiabetes melitus
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota
keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010). Fakta
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM
tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan
29
3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM.
Apabila kedua orangtua menderita DM, maka akan memiliki
risiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi (Sahlasaida,
2015).
3) Ras atau latar belakang etnis
Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam,
penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).
4) Riwayat diabetes pada kehamilan Mendapatkan diabetes selama
kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat
meningkatkan risiko DM tipe 2 (Ehsa, 2010).
8. Pencegahan Diabetes Melitus
a. Pengelolaan makan
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak, rendah
lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada setiap
orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks merupakan
pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak
menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan
(Goldenberg dkk, 2013).
b. Pengaturan pola makan
Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu jumlah,
jadwal, dan jenis diet (Tjokroprawiro, 2006). a) Jumlah yaitu jumlah
kalori setiap hari yang diperlukan oleh seseorang untuk memenuhi
kebutuhan energi. Jumlah kalori ditentukan sesuai dengan IMT (Indeks
Massa Tubuh) dan ditentukan dengan satuan kilo kalori (kkal). Ketika
30
ingin mengonsumsi makanan, tips yang dapat dilakukan yaitu melihat
label makanan. Pada serving size, lihat kemasan pada bagian belakang
yaitu misalnya 5, dan kandungannya tertulis 250 kkal, jadi jika seseorang
menghabiskan 1 produk tersebut, maka orang tersebut menghabiskan
sebanyak 1250 kkal. Oleh karena itu, dengan memperhatikan label
makanan, maka seseorang akan lebih waspada terkait jumlah kebutuhan
kalori hariannya.
c. Aktifitas fisik
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan ±15 menit
dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah 25 satu cara untuk
mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel, berjalan
kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan dan
menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton televisi, main game
komputer, dan lainnya. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak (PERKENI, 2011).
d. Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui nilai
kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya ada
penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa diabetes melitus
31
(Sugiarto & Suprihatin, 2012). Seseorang dapat mencari sumber
informasi sebanyak mungkin untuk mengetahui tanda dan gejala dari
diabetes melitus yang mungkin timbul, sehingga mereka mampu
mengubah tingkah laku sehari-hari supaya terhindar dari penyakit
diabetes melitus.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Ulkus Diabetik
Menurut Friedman (2010) proses keperawatan keluarga pada pasien dengan
ulkus diabetik, sebagai berikut:
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, usia: tipe 1 < 30 tahun, tipe 2 >30 tahun cenderung meningkat
pada usia 68 tahun, kelompok etnis golongan hispanik memiliki
kecenderungan lebih besar untuk terkena diabetes melitus, jennis
kelamin, status perkawinan, agama, diagnosa masuk, pendidikan dan
pekerjaan, pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola
makan yang salah. Penyakit diabetes juga banyak dialami oleh orang
yang pekerjaannya kurang aktifitas fisik.
b. Keluhan utama
Pada kondisi hiperglikemia, penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehindrasi, suhu tubuh dan sakit kepala menjadi
keluhan yang dapat dirasakan. Pada kondisi hipoglikemia, tremor,
persipitasi, takikardia, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, suuah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, matirasa didaerah
bibir, pelo, perubahan emosional dan penurunan kesadaran.
32
c. Riwayat penyakit sekarang
Gejala yang dominan timbul adalah sering kencing, sering lapar, dan
haus, berat badan berlebih, biasanya penderita belum tahu kala sudah
menderita diabetes dan baru mengetahui setelah memeriksakan diri di
pelayanan kesehatan
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Dapat terjadi pada saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti
glukokortikoid, furosemid, thiamid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen
e. Riwayat kesehatan keluarga
Menurun silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya
tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
f. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas / istrahat.
Tanda :
a) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus
otot menurun.
b) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
c) Letargi / disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Tanda :
a) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada
ekstremitas dan tachicardia.
33
b) Perubahan Takanan darah postural : hipertensi, nadi yang
menurun / tidak ada.
c) Disritmia, krekel : DVJ
3) Neurosensori
Gejala :
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi,
stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada
otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa
lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma),
aktifitas kejang.
4) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
5) Keamanan
Gejala :
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia / paralysis
otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam).
Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria
/ anuria jika terjadi hipololemia barat).
Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
6) Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
34
Aseton plasma : positif secara menyolok.
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Herdman (2018) Fokus diagnosa keperawatan keluarga pada
pasien dengan Ulkus Diabetik antara lain :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Nyeri akut.
c. Keletihan
d. Kerusakan integritas kulit dan jaringan
e. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
f. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah.
g. Hambatan mobilitas fisik
h. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan.
i. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya
j. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. Rencana Intervensi Keperawatan Keluarga
Dalam mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan pasien,
perawat perlu menyusun rencana tindakan keperawatan, dan
mengevaluasi perkembangan kesehatan pasien terhadap tindakan dalam
pencapain tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah
rencana keperawatan menurut Bulechek, dkk (2013) dalam Nursing
Interventions Classification (NIC) dan kriteria hasil menurut Moorhead
35
dkk (2013) dalam Nursing Outcomes Classification (NOC) pada pasien
dengan Diabetes melitus yaitu :
Tabel : 1 Rencana Intervensi Keperawatan keluarga
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Status Gizi : Asupan
makanan dan cairan
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Manajemen Nutrisi
Kaji adanya alergi
makanan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien.
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
C
Berikan substansi
gula
Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
36
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Pemantauan Gizi
BB pasien dalam
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering
37
dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
2 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
38
Kontrol nyeri
Tingkat kenyamanan
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
39
dukungan
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
40
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Administrasi analgesik
Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik
41
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek
samping)
3 Keletihan Keluarga mampu
mengenal masalah
Level 3: Hasil
Pengetahuan: Pengaturan
Diet
Pengetahuan:Proses
Penyakit
Pengatahuan:Pengobatan
Pengetahuan:Manajemen
DM
Pengetahuan tentang
nutrisi seimbang
Pengetahuan tentang
gaya hidup
Keluarga mampu
mengenal masalah
Level 3: Intervensi:
Pendidikan
kesehatan
Pengajaran:Proses
penyakit
Pengajaran:
Perawatan kaki
Pengajaran:Prosedur/
Pengobatan
4 Kerusakan
integritas kulit
Integritas Jaringan: Kulit
dan Membran Lendir
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
cedera berulang
Perawatan Luka
Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada
tempat tidur
Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
Monitor kulit akan
adanya kemerahan
Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
42
Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Monitor status nutrisi
pasien
5 Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko
Pemeliharaan kesehatan
meningkat.
Kriteria hasil:
Menunjukan perilaku
adaptif
Menunjukan pemahaman
perilaku sehat
Kemampuan
menjalankan perilaku
sehat
Pendidikan kesehatan.
Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
Ajarkan strategi
perilaku hidup bersih
dan sehat
6 Ketidakefektifa
n pemeliharaan
kesehatan
Pengetahuan Proses
penyakit meningkat.
Kriteria hasil:
Menunjukan perilaku
adaptif
Menunjukan pemahaman
perilaku sehat
Kemampuan
menjalankan perilaku
sehat
Pengajaran Proses
Penyakit.
Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
Ajarkan strategi
perilaku hidup bersih
dan sehat
43
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian yaitu pengumpulan data dan menggunakan teknik pengumpulan
data melalui studi kepustakaan dan studi kasus menggunakan proses
keperawatan dengan pendekatan observasi dan wawancara juga melakukan
pengamatan langsung dan pemeriksaan secara langsung dengan metode per
sistem melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hasil pengkajian
penulis sajikan sebagai berikut :
I. Data Umum
1. Kepala Keluarga (KK) : Ny. M
2. Alamat : Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau
3. Pekerjaan KK : Tani
4. Pendidikan KK : SD
5. Komposisi Keluarga :
Tabel : 2 Komposisi Keluarga
No Nama JK Hubungan
dgn KK Umur
Status imunisasi
Ket B
C
G
POLIO DPT HB C
P
K 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Ny. M P KK 64 th
2 Tn. O L Anak 27 th
3 An. Y P Cucu 13 th √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 An. S P Cucu 10 th √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
44
Genogram :
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Ny. M (Penderita Ulkus DM)
: Meninggal
: Hubungan Keluarga
: Tinggal serumah
G1 : salah satu anggota keluarga meninggal dengan penyakit DM
G2: saat ini hanya Ny. M yang menderita DM
G3: tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan Ny. M
6. Tipe Keluarga :
Tipe keluarga Ny. M adalah Single parent terdiri dari ibu, anak dan cucu
yang tinggal dalam satu rumah.Ny. M memiliki 6 orang anak, 4 anaknya
sudah menikah dan 1 orang meninggal, jadi Ny. M tinggal bersama 1 orang
Ny. M
Ny. M
45
anaknya. Selain itu ditemani oleh cucunya 2 orang yang masih sekolah SD
dan SMP di Kelurahan Lowu-Lowu
7. Suku/Bangsa :
Keluarga Ny. M berasal dari suku Buton.
8. Agama :
Agama yang dianut oleh keuarga Ny. M adalah agama Islam, mereka taat
melaksanakan sholat 5 kali sehari semalam.
9. Status Sosial ekonomi keluarga :
Ny. M merasakan ekonominya kurang dengan penghasilan keluarga dari
hasil bertani 600.000 - 800.000 perbulan. dari penghasilan tersebut
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Anggota keluarganya membantu
mencari nafkah sebagai buruh bangunan, kadang sebagai nelayan apabila
tidak ada pekerjaan di bangunan. Ny. M mengatakan bahwa selama
menderita sakit ini hanya berharap dari bantuan anak-anaknya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk pengobatanya.
10. Aktivitas Rekreasi keluarga :
Keluarga Ny. M tidak mempunyai kebiasaan melaksanakan Aktifitas rekreasi
keluarga. Namun jika bersantai hanya dengan nonton TV.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny. M memasuki tahapan perkembangan keluarga dengan melepas
anggota keluarga
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga Ny. M yang belum terpenuhi adalah masih
ada anggota keluarga yang belum melanjutkan hubungan perkawinan.
46
Keluarga Ny. M masih belum bisa memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga
karena pengetahuan tentang kesehatan masih kurang dan terbukti Ny.M baru
mengetahui menderita DM setelah ada luka diabetik ditelapak kaki kiri yang
tidak sembuh selama beberapa bulan.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Dalam keluarga Ny. M tidak ada riwayat menderita Diabetes Melitus baik
dari ibu maupun bapaknya, tetapi saudara Ny. M ada yang menderita
penyakit yang sama Diabetes Melitus dan Hypertensi. Ny. M mengetahui
adanya DM sejak bulan Desember 2018. Keluarga tidak mengetahui orang
tua menderita penyakit gula atau tidak.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Ny. M mengatakan memiliki penyakit lain selain DM yaitu Hypertensi.
Sedangkan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut maupun
penyakit lainnya. Kalaupun sakit hanya berupa demam, flu.
III. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Ny. M memiliki sebuah rumah panggung di pinggir pantai, dinding papan,
lantai juga terbuat dari papan.Jendela rumah kurang baik, kadang tidak
dibuka. Memiliki 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan WC
terpisah dari rumah karena bangunan WC permanen. Rumah dibangun pada
baris ke 4 dari jalan utama.Untuk sampai kerumahnya bisa dengan
menggunakan kendaraan roda 2 melalui jalan setapak dengan lebar >1 meter.
47
Denah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan tempat tinggal keluarga Ny. M mayoritas penduduknya
merupakan penduduk asli Lowu-Lowu yang memang sejak kecil sudah
tinggal di daerah tersebut. Lingkungan masih dalam suasana kampung tapi
untuk menaiki kendaraan umum sudah lancar, keadaan jalan sudah di aspal.
Sampah masyarakat tidak lagi di bakar tapi di buang di tempat penampungan
sementara. Pelayanan kesehatan seperti puskesmas mudah di jangkau karena
berada di tengah kampung dbisa diakses dengan jalan kaki begitupun dengan
mesjid tempat ibadah .
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga sudah lama tinggal di kelurahan Lowu-Lowu dan tidak pernah
berpindah-pindah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny. M mengikuti pengajian yang ada di tetangga rumahnya.Ny M hanya
berinteraksi dengan tetangganya.Sejak Ny.M jatuh sakit tidak pernah lagi
mengikuti kegiatan pengajian. Keluarga Ny.M hanya memeriksakan
kesehatannya di fasilitas kesehatan (puskesmas).
Ruang Tamu
Kamar tidur Kamar tidur Utama
Kamar tidur
Ruang Keluarga
Dapur KM &WC
48
5. Sistem pendukung keluarga
Hubungan keluarga dengan masyarakat cukup baik karena Ny. M, mampu
berinteraksi di lingkungan sekitar. Ny. M mengatakan selama sakit tidak bisa
ke Puskesmas sendiri, kadang dibantu oleh menantunya yang tinggal tidak
jauh dari rumah Ny. M.
IV. Struktur Keluarga
1. Struktur Peran
Ny. M berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah untuk
keluarganya.Ny. M mengatakan selama sakit perannya mencari nafkah
diambil alih oleh anaknya. Kadang Ny. M merasa sudah tidak berguna, tapi
apa yang bisa diperbuat dengan kondisi ulkus diabetik pada telapak kaki
kirinya. Untuk memenuhi penyediaan dan pengolahan makanan keluarga
diambil alih oleh cucunya.
2. Nilai atau norma keluarga
Menurut Ny. M mereka menjunjung tinggi nilai atau norma-norma keluarga
yang diyakini yaitu agama islam dengan menerapkan aturan- aturannya serta
pengaruh terhadap kehidupannya. Nilai agama dan norma budaya yang
diterapkan Ny. M tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga berjalan dengan baik secara verbal, bahasa yang
digunakan keluarga adalah bahasa Lowu-Lowu dari rumpun bahasa Pancana,
dalam berkomunikasi keluarga saling terbuka satu sama lain dan selalu
mengambil dan memutuskan permasalahan secara bermusyawarah maka dari
itu jarang terjadi konflik.
49
4. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Ny. M saling menghormati dan menghargai satu sama lain dan
saling mendukung. Keluarga Ny. M merasa kurang mampu merawat dirinya
sendiri.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Ny. M saling mendukung, menghargai,
menyanyangi dan menghormati antara anggota keluarganya dan saling
membantu, dilihat dari perhatian penuh dari anak-anaknya Ny. M
2. Fungsi Sosialisasi
Ny. M mengatakan selama sakit tidak bisa lagi berinteraksi dengan
tetangganya.Ny. M khwatir jangan sampai jatuh di tangga. Keluarga Ny. M
menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain supaya hidup
bermasyarakat terasa indah dan harmonis. Keluarga Ny. M selalu bertegur
sapa dengan tetangga setiap bertemu muka.
3. Fungsi Reproduksi
Ny. M memiliki 6 orang anak.Tinggal 1 orang yang belum menikah. Fungsi
reproduksi pada Ny. M memasuki masa menopause.
4. Fungsi Ekonomi
Ny. M mengatakan untuk penghasilan keluarga tergantung pada anaknya.
Jika lagi tidak ada pekerjaan terpaksa minta bantuan dari keluarga anaknya
yang lain. Ny. M mengatakan tidak punya penghasilan sama sekali selama
menderita ulkus diabetik.
50
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Ny. M mengatakan sedikit sekali pengetahuanya tentang kesehatan
karena berpendidikan sampai di SD. Keluarga selalu bertanya tentang luka
diabetik yang dialami oleh Ny. M. Selalu bertanya tentang kondisi luka
kadang menghitam, berpus, kadang pula berbau khas. Keluarga belum
mampu mengambil keputusan yang tepat bila ada anggota keluarga yang
sakit. Keluarga belum mampu merawat anggota keluarga dengan tepat bila
ada anggota keluarga yang sakit. Keluarga belum mampu memodifikasi
lingkungan yang tepat untuk menunjang kesehatan keluarga. Keluarga belum
mampu memanfaatkan layanan fasilitas kesehatan yang tepat untuk
menunjang kesehatan keluarga.
VI Stres dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
a. Stress jangka pendek
Stress yang dialami keluarga Ny. M jika Ny. M melakukan cek GDS
hasilnya menunjukan lagi peningkatan dari sebelumnya.
b. Stressor jangka panjang
KeluargaNy M khawatir jika diet dan program pengobatan yang di
jalaninya selalu tidak berhasil dengan baik.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor
Keluarga Ny. M mengatakan ada rasa pesimis untuk sembuh jika pada hasil
cek GDS menunjukan peningkatan.
3. Strategi koping yg digunakan
Keluarga mengatakan memberikan dukungan kepada Ny. M agar selalu
disiplin dalam program diet dan pengobatan ulkus diabetesnya.
51
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga selalu mengingatkan terutama pada Ny. M agar disiplin dalam diet
dan pengobatan Diabetesnya.
5. Harapan Keluarga
Harapan keluarga khususnya Ny.M berharap agar dapat sembuh dan
beraktifitaskembali seperti semula khusunya agar dapat berjalan kembali,
dan keluarga selalu diberi kesehatan, dan berharap semoga anggota keluarga
yang lain tidak ada yang terkena sakit seperti yang diderita Ny. M
VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap individu anggota keluarga
Lakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga
Tabel : 3 Pemeriksaan fisik anggota keluarga
No Aspek Ny. M Tn. O An. Y An. S
1 Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis
2 Tanda Vital
- TD 170/80mmHg 110/70 mmHg 110/70 mmHg 100/70 mmHg
- Nadi 84 X/m 80 X/m 84 X/m 84X/m
- Suhu 37,50C 370C 370C 370C
- Respirasi 20 x/m 18 X/m 20 X/m 20X/m
3 Kepala
- Rambut
Bersih tidak
berketombe
Bersih tidak
berketombe
Bersih tidak
berketombe
Bersih tidak
berketombe
4 Mata
- Konjungt
iva
Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis
- Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik
- Penglihat
an
Penglihatan
menurun
Baik Baik Baik
5 Hidung
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris
52
- Keadaan
Tampak
bersih Tampak bersih Tampak bersih
Tampak
bersih
- Fungsi
Dapat
membedakan
bau kayu
putih dan kopi
Dapat
membedakan
bau kayu putih
dan kopi
Dapat
membedakan
bau kayu putih
dan kopi
Dapat
membedakan
bau kayu
putih dan kopi
6 Mulut
- Keadaan Bersih Bersih Bersih Bersih
- Fungsi
Bisa
mengunyah
tanpa
gangguan
Bisa
mengunyah
tanpa
gangguan
Bisa
mengunyah
tanpa
gangguan
Bisa
mengunyah
tanpa
gangguan
7 Telinga
- Fungsi
Dapat
mendengar
dengan baik
Dapat
mendengar
dengan baik
Dapat
mendengar
dengan baik
Dapat
mendengar
dengan baik
- Keadaan
Bersih, tidak
terdapat
serumen
Bersih, tidak
terdapat
serumen
Bersih, tidak
terdapat
serumen
Bersih, tidak
terdapat
serumen
8 Leher
- KGB
Tidak ada
pembesaran
Tidak ada
pembesaran
Tidak ada
pembesaran
Tidak ada
pembesaran
9 Abdomen
- Bentuk Datar Datar Datar Datar
- Nyeri
Tekan
nyeri tekan
diulu hati,
kadang
merasa mual
muntah,
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
10 Ektremitas
Atas
53
- Keadaan
Baik bisa
digerakkan
Baik bisa
digerakan
Baik bisa
digerakkan
Baik bisa
digerakan
Ekstremitas
Bawah
- Keadaan
Terdapat
ulkus diabetik
pada telapak
kaki kiri
panjang 6 cm,
lebar 2 cm
dan dalam 1
cm , terdapat
pus, luka
menghitam,
kadang terasa
keram
Baik bisa
digerakan
Baik bisa
digerakan
Baik bisa
digerakan
1. Pemeriksaaan penunjang
GDS 275 mg/dl
2. Therapy
- Gliben clamid 2 x 1 tab
- Captopril 25 mg 2 X 1 tab
- Sefadroksil 500 mg 3 X 1 kaplet
- Ranitidin 150 mg 2X1 tab
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1. Analisis Data
Analisa data focus pada Ny. M yang mengalami Ulkus Diabetik
54
Tabel : 4 Analisa data fokus
No Data Fokus Penyebab Masalah
1 DS
- Ny. M mengatakan
ekstremitas bawah kadang
terasa keram
- Keluarga selalu bertanya
tentang luka diabetik
DO
- Kesadaran Komposmentis
- TD 170/80 mmHg
- Nd 84 X/m
- SB 37,50C
- RR 20X/m
- Terdapat ulkus diabetik
pada telapak kaki kiri
panjang 6 cm, lebar 2 cm
dan dalam 1 cm , terdapat
pus, luka menghitam
- GDS 275 mg/dl
Nekrosis luka
diabetik
Kerusakan integritas
jaringan
2 Data subjektif
- Ny. M mengatakan
kadang merasa mual dan
muntah
- Keluarga bertanya-tanya
tentang cara merawat luka
DM
- Keluarga bingung dengan
cara penyembuhan luka
Data objektif :
- Terdapat ulkus diabetik
pada telapak kaki kiri
Kurangnya
pengetahuan
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
55
panjang 6 cm, lebar 2 cm
dan dalam 1 cm , terdapat
pus, luka menghitam
- GDS 275 mg/dl
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan luka diabetik
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tabel : 5 Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Kerusakan
integritas
jaringan b.d.
nekrosis luka
diabetik
Setelah dilakukan
tindakan selama 3 kali
kunjungan pada Ny. M,
masalah integritas
jaringan membaik
Kriteria Hasil:
Jaringan nekrotik
tidak bertambah
Luka menjadi bersih
dari sebelumnya
Pus (-) dan
kemerahan
berkurang
Perawatan Luka