Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Lansia Dengan Masalah Pemenuhan Kebutuhan Keselamatan Dan Keamanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PROSES BELAJAR DALAM KEPERAWATAN KOMUNITASKita sudah sangat mengenal dengan istilah belajar, bahkan hampir setiap kegiatan selalu ada aspek belajarnya. Ada kegiatan belajar misalnya belajar tentang Sejarah Perang Dunia. ada belajar membaca dan menulis, ada kegiatan belajar naik sepeda, belajar menebang pohon, belajar mendayung pcrahu, belajar renang dan lain-lain. Kalau begitu apa yang dimaksud dengan belajar ?Usaha pemahaman mengenai pengertian belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar antara lain dapat didifenikana sebagai berikut ( Sardiman A M.,2000):a. Cronbach mcmberikan definisi: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience” (Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman).b. Harold Spears memberikan batasan : "Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselvs, to listen, to follow direction” (Belajar adalah dilakukan dengan mengamati, membaca, menirukan, mencoba. Mendengarkan meogikuti petunjuk dan pengarahan).c. Geoch, mengatakan: "Learning is a change in performence as result of practice" (Belajar adalah perubahan pcnampilan sebagai hasil praktik).Sementara itu menurut Gagne, belajar adalah proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari penagalaman.Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan ( change) tingkah laku (behavior) atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalaminya atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secara mikro maupun secara makro, dilihat dalam arti luas ataupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan (Sardiman A M., 2000). Definisi atau konsep ini dalam praktek banyak dianut di sekolah-sekolah.Selanjutnya ada yang mendefinisikan belajar adalah berubah ( NKK, 1979). Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya belajar menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sudah dikatakan di muka bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Orang yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi tahu. Kalau begitu proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah Iaku. dan terjadi karena pengalaman. Oleh karena itu dapat dikatakan, terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda. Sebagai contoh, misalnya orang yang belajar itu dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakla baru atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abiiitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain.Pertanyaannya adalah bagaimana penerapan konsep belajar dalam keperawatan komunitas ?Sebelum menjawab pertanyaan tersebut akan lebih baik kita mengingat kembali mengenai apa itu keperawatan komunitas, tujuan, sasara

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN (kelompok 2)

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIKPADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Disusun Oleh :KELOMPOK 21. Dedi Darma Putra2. Edi Taufikurahman3. Kiki Apriliyanti4. Novia Yesiana

AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMURJl. Batu Berlian No.11 Telp (0531) 229602012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit, Maret 2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iDAFTAR ISI ............................................................................................................................... iiBAB I............................................................................................................................ PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1B. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................ 2C. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 2D. METODE PENULISAN............................................................................................ 2E. SISTEMATIKA PENULISAN.................................................................................. 2BAB II PEMBAHASANA. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN.... 3B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN................................................................... 4BAB III............................................................................................................................. PENUTUPA. KESIMPULAN ......................................................................................................... 39B. SARAN ...................................................................................................................... 39DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 1994). Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 1994). Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002). Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

B. TUJUAN PENULISAN Untuk mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.

C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

D. METODE PENULISANMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.

E. SISTEMATIKA PENULISANSistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB IIPEMBAHASAN

A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakterpenuhinya kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut:1. Pemberi perawatan langsung (care giver); perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan kebutuhan keamanan.2. Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masalah keamanan keluarga.3. Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga.4. Konsultan, perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.5. Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.6. Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.7. Penemu kasus/masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan secara dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keamanannya.8. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.

B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

KONSEP DASAR1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keselamatan dan keamanana. Usia Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang dilakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang.b. Tingkat kesadaran Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.c. Emosi Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.d. Status mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya risiko injuri atau gangguan integritas kulit.e. Gangguan persepsi sensori Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan.f. Informasi/komunikasi Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca menimbulkan kecelakaan.g. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktikh. Keadaan imunitas Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga mudah terserang penyakit.i. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.j. Status nutrisi Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.k. Tingkat pengetahuan Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.

2. Macam-macam bahaya atau kecelakaana. Di rumah Tersedak. Jatuh. Tertelan alat-alat rumah tangga. Tersiram air panas. Jatuh dari jendela atau tangga. Terpotong. Luka tusuk atau luka gores. Luka bakar. Tenggelam. Terkena pecahan kaca. Jatuh dari sepeda. Keracunan.

b. Di rumah sakit Mikroorganisme. Cahaya. Kebisingan. Temperatur. Kelembapan. Cedera atau jatuh. Kesalahan prosedur. Peralatan medik. Radiasi. Keracunan inhalasi, injeksi. Syok elektrik. Asfiksia dan kebakaran.

3. Pencegahan kecelakaan di rumah sakita. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.c. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.d. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.e. Menghindari kecelakaan: Mengunci roda kereta dorong saat berhenti. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau. Meja yang mudah dijangkau. Kereta dorong ada penghalangnya.f. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.g. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung oksigen dan termos.h. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.i. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.j. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.k. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.l. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.m. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu menggunakannya.n. Mencegah kesalahan prosedur; identitas klien harus jelas.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA LANSIAPENYEBAB KECELAKAAN PADA LANSIA:1. Fleksibilitas ekstremitas yang berkurang2. Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun3. Pencahayaan yang kurang4. Lantai licin dan tidak rata5. Tangga tidak ada pengaman6. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak7. Kehilangan kesadaran tiba-tiba (syncope)TINDAKAN PENGAMANAN PADA LANSIA:1. Berikan alat bantu yang sesuai2. Latih lansia untuk mobilisasi3. Usahakan ada yang menemani jika bepergian4. Letakkan peralatan terjangkau lansia5. Gunakan tempat tidur tidak terlalu tinggi6. Penataan ruangan harus bebas lalu lalang7. Upayakan lantai bersih, tidak licin, rata, dan tidak basah8. Hindari lampu redup/menyilaukan

PENGKAJIAN DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA

A. DEFINISI Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas. Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh. Mengurangi Risiko Jatuh Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua(AGS et al.2001) .

Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada lansia Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu: 1. Faktor Intrinsik Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan. Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.2. Faktor Ekstrinsik Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

B. PENCEGAHAN Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :

1. Latihan fisik Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan,memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan,latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)

2. Managemen obat-obatan Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara: Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat Gunakan alat bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers Hindari pemberian obat multiple (lebih dariempat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

3. Modifikasi lingkungan Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing akibat suhu diantara: Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu Gunakan karpet antislip di kamar mandi. Perhatikan kualitas penerangan di rumah. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas. Gunakan lantai yang tidak licin. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.

4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya : Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus. Mengambil barang dengan cara yang benar dari Lantai. Hindari olahraga berlebihan.

5. Alas kaki Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki: Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan Pakai sepatu yang antislip

6. Alat bantu jalan Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda. Karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.

7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran

8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

9. Memelihara kekuatan tulang Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua Berhenti merokok Hindari konsumsi alkohol Latihan fisik Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi:a. Halusinasi;b.Gangguan proses pikir;c. Kelesuan;d. Ilusi;e. Kebosanan dan tidak bergairah;f. Perasaan terasing;g.Kurangnya konsentrasi;h.Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

2. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:a. Kesadaran menurun;b.Kelemahan fisik;c. Imobilisasi;d. Penggunaan alat bantu.

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). a. Resiko Jatuh Usia klien lebih dari 65 tahun Riwayat jatuh di rumah atau RS Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives)b. Riwayat kecelakaan Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang kembali c. Keracunan Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya. d. Kebakaran Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api. e. Pengkajian Bahaya Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan. f. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah) Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur. Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah)

1. Risiko injuriDefinisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.Y Kemungkinan berhubungan dengan:a. Kurangnya informasi tentang keamanan;b. Kelemahan;c. Gangguan kesadaran;d. Kurangnya koordinasi otot;e. Epilepsi;f. Episode kejang;g. Vertigo;h. Gangguan persepsi.Y Kemungkinan data yang ditemukan:a. Perlukaan dan injuri.Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:a. AIDS;b. Demensia;c. Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;d. Epilepsi;e. Penyakit perdarahan.Y Tujuan yang diharapkan:a. Injuri tidak terjadi.Y Intervensi:a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat tidurnyab. Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasanc. Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnyad. Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnyae. Kunci roda tempat tidurf. Posisi kepala lebih ditinggikang. Berikan penerangan yang cukup pada malam harih. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan persepsi pasieni. Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toiletj. Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus untuk mencegah dekubitusk. Berikan pendidikan kesehatan tentang: Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol Pencegahan injuri di rumahY Rasional:a. Pencegahan primerb. Monitor faktor risikoc. Mencegah terjadinya kecelakaand. Dibutuhkan pada saat emergensie. Mempertahankan keamananf. Mencegah aspirasig. Mencegah jatuhh. Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensorii. Mencegah kecelakaanj. Mencegah komplikasi akibat injurik. Mencegah injuri

2. Perubahan proteksiDefinisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginya dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.Y Kemungkinan berhubungan dengan:a. Defisit imunologi;b. Malnutrisi;c. Kemoterapi atau efek pengobatan;d. Penglihatan yang kurang;e. Kurang informasi tentang keselamatan.Y Kemungkinan data yang ditemukan:a. Riwayat kecelakaan;b. Lingkungan yang beresiko.Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:a. Usia: kematangan, sangat tua;b. Nutrisi kurang;c. Gangguan darah;d. Pembedahan;e. Radiasi atau kemoterapi;f. Penyakit imunitas;g. AIDS.Y Tujuan yang diharapkan:Pasien tidak mengalami infeksi nosokomialY Intervensi:a. Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasib. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatanc. Jaga pasien dari injuri dan infeksid. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari bekas suntikane. Tekan tempat penyutikan setelah menyuntikf. Berikan diet adekuatg. Lakukan pendidikan kesehatan tentang: Pemberian pengobatan Mempertahankan keamanan Teknik isolasi Penggunaan alat-alat proteksiY Rasional:a. Mengurangi risiko penularan penyakitb. Mengatasi faktor penyebabc. Mengurangi risiko infeksid. Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksie. Menghindari pendarahanf. Meningkatkan daya tahan tubuhg. Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri

3. Risiko tinggi infeksiDefinisi: kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya virus penyakit.Y Kemungkinan berhubungan dengan:a. Tidak adekuatnya pertahanan primer;b. Kerusakan jaringan;c. Terpaparnya lingkungan yang terkontaminasi penyakit;d. Prosedur invasif;e. Malnutrisi;f. Penyakit kronis.Y Kemungkinan data yang ditemukan:a. Kondisi kulit;b. Nilai laboratorium;c. Pemakaian alat-alat invasif.Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:a. AIDS;b. Infeksi bakteri dan virus;c. Kondisi setelah operasi.Y Tujuan yang diharapkan:a. Pasien dapat menunjukkan penurunan infeksi.b. Tidak ada tanda-tanda infeksi.Y Intervensi:a. Monitor tanda vital setiap 4 jamb. Gunakan metode pengontrol adanya infeksic. Pertahankan diet adekuat, vitamin C, dan tablet Fed. Catat hasil laboratoriume. Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnyaf. Informasikan tentang efek pengobatang. Lakukan teknik sterilh. Lakukan pendidikan kesehatan tentang: Pencegahan dan penularan penyakit Tanda dan gejala infeksi Hidup sehatY Rasional:a. Data dasar untuk mengetahui keadaan normalb. Melindungi pasien dari infeksic. Meningkatkan daya tahan tubuhd. Mengidentifikasi adanya infeksie. Mencegah komplikasif. Mencegah infeksi silangg. Mencegah terjadinya infeksih. Memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)

1. Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA adalah : Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan cedera. Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan. Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya udara untuk proses bernafas. Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau fraktur). Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks. Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks. Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan. Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang direncanakan atau tidak dapat dihindari.

2. PerencanaanSecara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan agar lebih aman. 1. Contoh rencana asuhan keperawatan: Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat) Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu: a. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera b. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,c. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

3. Intervensia. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien. b. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko c. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah e. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman) f. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala. Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDUASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian: 22 Maret 2012

A. DATA BIOGRAFINama : Ny. MTTL : Kuala Kapuas, 15 September 1939Jenis Kelamin : PerempuanPendidikan : SDAgama : IslamStatus Perkawinan : JandaTB/BB : 151 cm/45 kgPenampilan : Bersih, kurang rapi, gigi ompongCiri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri, kifosisAlamat : Jl.Batu Manyar No.21Orang Yang Dekat : Ny. SHubungan : Anak kandungAlamat/Telepon : Jl.Batu Manyar No.21

B. RIWAYAT KEPERAWATAN1. Genogram

Keterangan: : Laki-laki : Garis Keturunan : Perempuan : Tinggal Serumah : Garis Hubungan : Meninggal

2. Riwayat KeluargaKlien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia, awalnya klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak keduanya sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya klien menikah. Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di rumah.

C. RIWAYAT PEKERJAANPekerjaan saat ini : -Alamat Pekerjaan : -Jarak Dari Rumah : -Alat Transportasi : -Pekerjaan Sebelumnya : -Jarak Dari Rumah : -Alat Transportasi : -Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan : Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan anak-anak klien terutama anak bungsu klien.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUPTipe tempat tinggal Jenis lantai rumah : Kayu UlinKondisi lantai : KeringTangga rumah : -Penerangan : CukupTempat tidur : AmanAlat dapur : BerserakanWC : Cukup baik, lumayan bersih, tapi agak licinKebersihan lingkungan : Kurang bersihJumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 3 orangDerajat privasi :Tetangga terdekat : Ny.KAlamat dan telepon : Jl. Batu berlian No.11

E. RIWAYAT REKREASIHobbi/Minat : Berkebun dan MenyulamKeanggotaan Organisasi ; Organisasi Wanita WredatamaLiburan/Perjalanan : Terakhir kali pada tahun 2011, klien pergi mengunjungi anak tertuanya di banjarmasin

F. SISTEM PENDUKUNGPerawat : Ny.NJarak dari rumah : 2 KmRumah Sakit : RSUD Dr. Murjani Jarak 3,5 kmKlinik : - JarakPelayanan Kes. Dirumah : -Makanan yg dihantarkan : -Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah: -Lain-lain : -

G. DISKRIPSI KEKHUSUSANKebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunatYang Lainnya : mengaji setiap shalat magrib berakhir

H. STATUS KESEHATAN Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu : Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki klien. Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang lalu : Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis. Keluhan Utama : lutut terasa ngilu1. Provocative/Paliative : penumpukan Kristal asam urat2. Quality/Quantity : ngilu-ngilu3. Region : di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang4. Severity Scale : 6 (dari skala 0-10)5. Timing : sangat terasa saat malam hari. Sifatnya hilang-timbul dan terkadang terasa sakit berkisar antara 10-15 menit Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam (termasuk klien) dengan asam urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa sebenarnya asam urat itu sendiri dan obat-obat apa yang diminum klien selama ini.

Obat-obatan:Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel sudah tidak ada)

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik)Obat-obatan : -Makanan : -Faktor Lingkungan : -

Penyakit Yang DideritaArthritis Gout (Asam Urat)

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)Indeks KATZ : AOksigenisasi : Baik, tanpa alat bantuCairan & Elektrolit : Klien minum 4-6 gelas/hari, klien suka minum kopiNutrisi : Baik, klien terkadang makan nasi lunak. Sayur-sayuran terutama kangkung, dan ikanEliminasi : BAB kadang lancar kadang tidak, BAK dalam sehari 3-5 kaliAktivitas : Terbatas, klien sering merasa lelah terutama menahan rasa cenat-cenut di lututnya. Klien jarang melakukan aktivitas yang berlebihan dan berat.Istirahat & Tidur : Tidur siang kadang-kadang, tidur malam dari pukul 21.00 WIB dan terbangun pukul 03.00 WIBPersonal Hygiene : Dapat dilakukan secara mandiriSeksual : Sudah tidak memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual lagiRekreasi : Klien tidak pernah rekreasi selain mengunjungi anak tertuanya di Banjarmasin tahun 2011 laluJ. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUALKonsep Diri : Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah lansiaEmosi : Labil, klien mudah tersinggungAdaptasi : Baik, klien mudah membaur dengan masyarakat sekitarnyaMekanisme pertahanan diri : BaikStatus mental Tingkat kesadaran : ComposmentisAfasia : -Demensia : TidakOrientasi : NormalBicara : NormalBahasa yang digunakan : DayakKemampuan membaca : BisaKemampuan interaksi : SesuaiVertigo : TidakShort Portable Mental Status Quistionaire (SPMSQ) : 6 (Kerusakan Intelektual Sedang)Mini-Mental State Exam (MMSE) : 6 (Gangguan Intelektual Sedang)Geriatrik Depression Scale : Skor 4APGAR : 6 (Sedang)

K. TINJAUAN SISTEMKeadaan umum : BaikTingkat kesadaran : ComposmentisTanda-tanda vital : TD: 130/70 mmHg N: 68x/m RR: 20x/m T: 36,3oC TB: 152 cm BB: 48 Kg

L. PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1: BREATHING)1. Bentuk Dada : Simetris2. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada3. Pola Nafas a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur4. Bunyi Nafasb. Normal : Vesikuler di semua lapang paruc. Abnormal : -d. Resonen lokal : -5. Pergerakan dada : -6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -7. Alat Bantu Pernafasan : -

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)1. NadiFrekuensi : 68x/m dan reguler 2. Bunyi jantung : Normal3. Letak jantung : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira-kira satu jari medial dari garis midclavicula4. Pembesaran jantung : Tidak5. Nyeri dada : Tidak6. Edema : Tidak7. Clubbing finger : Tidak

PERSARAFAN (B3: BRAIN)Tingkat Kesadaran: Composmentis1. GCSTotal GCS: 142. Refleks : Normal 3. Koordinasi gerak : Ya4. Kejang : Tidak5. Lain-lain : -

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)1. Mata (Penglihatan)a. Bentuk : Normalb. Visus : -c. Pupil : Isokord. Gerak bola mata : Normale. Medan penglihatan : Menyempit f. Buta warna : Tidakg. Tekanan Intra Okuler : Tidak2. Hidung (Penciuman)a. Bentuk : Normalb. Gangguan Penciuman : Tidak3. Telinga (Pendengaran)a. Aurikel : Normalb. Membran tympani : Keruhc. Otorrhae : Tidakd. Gangguan Pendengaran : Yae. Tinitus : Ya4. Perasa : Normal5. Peraba : Normal

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)Masalah kandung kemih : SeringProduksi urine : 250ml/hariFrekuensi : 2-6x/hariWarna : Kuning JernihBau : Amoniak PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)1. Mulut dan Tenggorokana. Mulut : Selaput lendir mulut lembabb. Lidah : Hiperemikc. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbaud. Tenggorokan : Sakit Menelane. Abdomen : Kenyalf. Pembesaran Hepar : Tidakg. Pembesaran Lien : Tidakh. Asites : Tidak2. Masalah Usus Besar dan Rectum/AnusBAB : 2X/hari, Tidak ada masalahObat pencahar : TidakLavemen : Tidak

OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)1. Otot dan TulangKemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): BebasKemampuan kekuatan otot:- Tidak ada fraktur- Tidak ada dislokasi- Tidak ada haematom2. IntegumenWarna kulit : HiperpigmentasiAkral : HangatTurgor : Tidak ElastikTulang belakang : Kiposis

M. REPRODUKSIPerempuan:Payudara : Bentuk simetris, Tidak ada benjolanKelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

N. ENDOKRINKlien tidak memiliki kelainan endokrin

O. PENGETAHUANPengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia sakit. Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara spesifik.

ANALISA DATA

NOKELUHANETIOLOGIPROBLEM

1.DS: Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya cenat-cenut kalau jalan

DO:- klien tampak memijat kedua kakinya- klien tampak hati-hati saat merubah posisi dari duduk jadi berdiri- klien kifosisP : penumpukan Kristal asam uratQ : ngilu, cenat-cenutR ; di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang S : 6 (dari 0-10)T : di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang

Penumpukan Kristal asam uratNyeri akut

2DS: Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya cenat-cenut kalau jalan

DS: mata saya kadang terasa kabur kadang tidak

DO:- Fokus penglihatan mulai berkurang- Lapang pandang menyempit- Aktivitas terbatas karena sakit pada ekstrimitas dan punggung, gerak agak pelan dan hati-hati- Lingkungan kurang aman. WC agak licin. Di halaman belakang terdapat beberapa pecahan kaca, duri salak (di halaman belakang rumah klien tumbuh 2 pohon salak), dan tanah agak licin karena ditumbuhi lumut

Penurunan sensori, lingkungan kurang kondusif, fleksibelitas ekstremitas menurun Resiko injuri

RENCANA KEPERAWATANNo.Dx. Kep. TujuanIntervensiRasional

1.

1Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria hasil:1. Klien tidak mengungkapkan perasaan nyeri2. Gerak tidak terbatas3. Aktivitas bisa sedikit meningkat4. Skala nyeri 0 (dari 0-10)5. Menunjukkan ekspresi rileks

1. Kaji karakteristik nyeri

2. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus

3. Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri

4. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung

5. Anjurkan klien untuk tidak meminum minuman seperti alkohol, kafein atau mengonsumsi obat-obatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih

1. Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri.

2. Nyeri mungkin dipengaruhi oleh kecemasan atau peradangan pada sendi

3. Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri

4. Pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik

5. Pemakaian alkohol, kafein, dan oba-obatan diuretik akan menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.

2. 2Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam diharapkan cidera tidak terjadi dengan kriteria hasil:1. Mengidentifikasi bahaya apa saja yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera terutama bahaya lingkungan2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

1. Kaji adanya faktor-faktor resiko injuri pada klien. 2. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman sesuai hasil pengkajian terhadap resiko injuri

3. Monitor klien secara berkala terutama 2 hari pertama kunjungan rumah

4. Ajarkan klien dan keluarga tentang upaya pencegahan cidera1. Mengidentifikasi adanya faktor-faktor resiko yang mungkin akan timbul

2. Mengurangi risiko injuri akibat lingkungan yang tidak aman

3. Mencegah kecelakaan akibat faktor-faktor resiko yang mungkin terjadi dan dialami oleh klien

4. Mencegah komplikasi akibat injuri dan mempertahankan keamanan

No.Dx. Kep.ImplementasiEvaluasi

1. 1.

11. Mengkaji karakteristik nyeri (22/3/2012)Hasil: nyeri dirasakan dominan dilutut, selain itu nyeri juga dirasakan pada punggung sampai kedaerah pinggang dengan skala nyeri 6 (dari 0-10)2. Membantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus (22/3/2012)Hasil: nyeri karena terjadinya penumpukan kristal asam urat pada sendi3. Mengajarkan relaksasi: anjurkan klien untuk menggunakan air hangat untuk mandi (22/3/2012)Hasil: klien memahami anjuran yang diberikan dan akan mulai melakukan apa yang dianjurkan4. Meningkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung (22/3/2012)Hasil: klien masih belum sepenuhnya memahami HE yang diberikan. Klien hanya tahu kalau dirinya mengalami asam urat begitu saja.5. Menganjurkan klien untuk tidak meminum minuman seperti alkohol, kafein atau mengonsumsi obat-obatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih (22/3/12)Hasil: Karena klien suka kopi, klien mengatakan kalau klien akan mencoba mengurangi minum kopi secara bertahap setelah mendengar anjuran yang diberikan dan akan minum air putih lebih sering dibandingkan dengan kopi.S: kaki saya masih terasa ngilu

O: - klien menunjukkan bagian kakinya yang sakit, tepatnya dilutut.- Klien kifosis- Tampak hati-hati dan pelan saat berjalan- Ekspresi wajah sedikit meringis- Saat merubah posisi dari duduk jadi berdiri, tampak hati-hati

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi- Kaji karakteristik nyeri- Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus- Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri- Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsungAnjurkan klien untuk tidak meminum minuman seperti alcohol, kafein atau obat-obatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih

2. 2. 21. Mengkaji adanya faktor-faktor resiko injuri pada klien (22/3/2012)2. Hasil: faktor resiko yang ditemukan yaitu:a. adanya nyeri pada ekstremitas yang akan mengurangi fleksibelitas dalam bergerak, klien rentan terjatuhb. Penurunan sensori penglihatanc. Lingkungan yang kurang kondusif/ tidak adekuat3. Melakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman sesuai hasil pengkajian (22/3/2012)4. Hasil: bersama keluarga klien membersihkan lingkungan rumah klien, termasuk halaman belakang yang beresiko tinggi menyebabkan injuri atau trauma dengan membuang pecahan-pecahan kaca, duri ataupun lumut yang bisa menyebabkan klien jatuh

5. Memonitor klien secara berkala terutama 2 hari pertama kunjungan rumah (22/3/2012)6. Hasil: masih terdapat faktor resiko injuri di sekitar klien7. Mengajarkan klien dan keluarga tentang upaya pencegahan cidera (22/3/2012)Hasil: klien dan keluarga memahami apa yang diajarkan seperti mengatur pencahayaan di rumah (karena klien mengalami penurunan sensori), menjaga lingkungan agar tetap bersih dan tidak menimbulkan resiko cidera dan komplikasi cidera bagi klienS: -

O: - Fokus penglihatan mulai berkurang- Lapang pandang menyempit- Aktivitas terbatas karena sakit pada ekstrimitas dan punggung, gerak agak pelan dan hati-hati- Lingkungan sudah dibersihkan dari faktor-faktor resiko- WC masih berpotensi menimbulkan injuri bagi klien karena lantainya yang agak licin

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi- Kaji adanya faktor-faktor resiko injuri pada klien- Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman sesuai hasil pengkajian terhadap resiko injuri- Monitor klien secara berkala terutama 2 hari pertama kunjungan rumah- Ajarkan klien dan keluarga tentang upaya pencegahan cidera

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANKebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

B. SARANPerawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medikahttp://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahan-jatuh-pada-lansia/http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-pemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/