Upload
bow-yu-yan
View
133
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Keperawatan Gadar
RETENSIO PLASENTA
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RETENSION PLASENTA
ByH.LUKMAN. Amd.Kep
PUTRI RAHMAH DJAMAL
RETENSIO PLASENTAI. PENGERTIAN Retensio plasenta adalah terlambatnya
kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahhiran bayi
II. INSIDENDi Indonesia merupakan penyebab
kematian Ibu yang paling tinggi ( 40%- 60% ) Insiden pasca persalinan akibat retensio plasenta. Contoh Di RS H. Damanuri Barabai, selama 3 tahun
1997-1999 di dapatkan kasus 146 kasus rujukan perdarahan Akibat Retensio Plasenta. Dan 0,67% berakhir dengan kematian. III. ANATOMI FISIOLOGI PLASENTA Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar
dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebalnya lebih kurang 2,5 cm beratnya rata-rata 500 gram talipusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah ( Insertio Sentralis. Umumnya plasenta terbentuk kurang lebih 16 minggu.
IV. ETIOLOGIa. Faktor maternal - Grafida berussia lanjut - Multiparitas
b. Faktor-faktor uterus - Bekas sseksio sesaria - Bekas curetage uterus, dll c. Faktor plasenta - Plasenta Previa - Implantasi korneal
V. PATHOLOGIDalam keadaan normal desi dua basalis terletak diantara myometrum dan plasenta lempeng pembelahan bagi pemisahan plasenta berada dalam lapisan desidua basalis. Pada plasenta akreta desi dua basalis tidak ada sebagian atau seluruhnya sehingga plasenta melekat langsung pada myometrum. Vili tersebut tetap superfisial pada otot uterus atau dapat menembus lebih dalam. Keadaan ini bukan terjadi
karena sifat infasive tropoblast yang abnormal melainkan karena defek pada desidua.Pada daerah superfisial myometrum tumbuh sebuah saluran vena dibawah plasenta ruptura-ruptura inilah yang terjadi ketika plasenta dikeluarkan secara paksa yang akan menimbulkan perdarahan dalam jumlah yang banyak.
VI. Jenis Jenis Retensio Plasenta
1. Plasenta Advisia2. Plasenta Akreta3. Plasenta Inkreata4. Plasenta Perkreta5. Plasenta Inkersrata
VII. GEJALA- Perdarahan aktif setelah bayi lahir - Pada pemeriksaan pervagina ditemukan plasenta menempel dalam uteruus. - Anemis bila perdarahan terus menerus tidak di antisipasi - Lemah, Letih
- Plasenta belum lahir setelah 30 menit - setelah bayi Lahir
- Kaki Kelihatan gemetar - Ibu merasa cemas karena persalina belum
selesai- Kecemasan dan kelelahan yang terlihat pada
ibu- Ibu nampak meringis nyeri pada rongga
abdomen/ bagian uterus- Ibu nampak kebigungan
a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
VIII. PENGKAJIAN 1. A ( Airway )
- Apakah jalan napas klien paten- Apakah ada sumbatan
2. B ( Breating ) - Apakah Klien bernapas dengan adekuat
- Apakah pengerakan dinding dada simetris- Bagaimana Bunyi napas
3. C ( Circilation ) - Apakah klien pucat atau ssianosis
- Bagaimana keadaan kulit / akral
1. Memperhatikan keadaan umum pasien : - Apakah klien anemis - Bagaimana Jumlah perdarahannya - Keadaan UmumPasien TTV - Keadaan Fundus Uteri Kontraksi dan tinggi fundus uteri
2. Mengetahui keadaan plasenta - Menentukan jenis retentio plasenta - Melakukan test plasenta lepas3. Memasang infus dan memberi cairan
pengganti4. Bila plasenta dengan perdarahan langsung melakukan plasenta manual
5, Bila retensio plasenta tanpa perdarahan - setelah dapat memastikan keadaan umum
pasien segera memasang infus dan memberikan cairan - merujuk pasien ke pusat yang fasilitas cukup untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik - Memberi transfusi - Proteksi dengan antibiotik
6. Upaya preventif - Meningkatkan penerimaan KB sehingga memperkecil terjadinya retensio plasenta. -meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih. - Pada waktu melakukan pertolongan
persalinan Kala III tidak diperkenangkan untuk
melakukan masase.
IX. DIAGNOSA1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan
vaskuler yang berlebihan 2. Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia3. Annsietas b/d krisis situasi,ancaman
perubahan pada status kesehatan4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d trauma
jaringan, statis jaringan tubuh, oenurunan HB
5. Nyeri b/d distensi jaringan6. Kurang Pengetahuan b/d Kurang informasi
sebelumnya
X. JENIS-JENIS RETENSIO PLASENTA
1. Plasenta Advisia2. Plasenta Akreta3. Plasenta Inkreata4. Plasenta Perkreta5. Plasenta Inkersrata
XI. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Hitung darah lengkap: untuk menentukan
tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.
XII. PENATALAKSANAAN Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta
adalah: a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips
oksitosin untuk mempertahankan uterus.d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan
tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.
XIV. PROGNOSIS Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.
XV. KOMPLIKASI
a. Terjadi perforasi uterusb. Terjadi Infeksi terdapat sisa plasenta dan
bakteri yang terdorong ke dalam rahimc. Terjadinya perdarahan hebat ke arah Atonia
Uteri
Your are Welcome