15
PENGANTAR KEMARITIMAN ASPEK SOSIAL BUDAYA MARITIM DOSEN PEMBIMBING : DEDY KURNIAWAN, S.Pi ,M.Si ` RU RUZANA NIM : 140384204007 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI K02 2014

Aspek sosial dan budaya maritim

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aspek sosial dan budaya maritim

PENGANTAR KEMARITIMAN

ASPEK SOSIAL BUDAYA MARITIM

DOSEN PEMBIMBING : DEDY KURNIAWAN, S.Pi ,M.Si

`

RU

RUZANA

NIM : 140384204007

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

K02

2014

Page 2: Aspek sosial dan budaya maritim

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat dan hidayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang

berjudul “ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA MARITIM”.

Page 3: Aspek sosial dan budaya maritim

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal

mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa,

penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan

maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin

menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.

Penulis menyadari tanpa kerja sama antara dosen serta beberapa kerabat

memberi masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya makalah ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut di atas yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi

kelancaran penyusunan makalah.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para

pembaca pada umumnya. Penulis mengharapkan saran serta kritik dari berbagai

pihak yang bersifat membangun.

Tanjung Pinang , 15 November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................... i

Kata Pengantar........................................................................................ ii

Page 4: Aspek sosial dan budaya maritim

Daftar Isi.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN …….......................................................... 3

2.1 Peradaban Maritim Di Indonesia................................................ 3

2.2 Sumber Daya Manusia................................................................ 5

2.3 Masyarakat Pesisir...................................................................... 7

BAB III PENUTUP............................................................................... 11

3.1 Kesimpulan............................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ iv

BAB I

PENDAHULUAN

Page 5: Aspek sosial dan budaya maritim

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah 5,8 juta

km per segi dan panjang garis pantai 95.181 km, sudah sepatutnya Indonesia

memiliki strategi maritim yang baik. Hal tersebut mencakup aspek ekonomi,

sosial, budaya, politik, keamanan dan pertahanan.

Jika dipetakan di belahan bumi lain, luas wilayah Nusantara sama dengan jarak

antara Irak hingga Inggris (Timur-Barat) atau Jerman hingga Aljazair (Utara-

Selatan). Letaknya yang seksi, ditopang potensi sumber daya alam berlimpah,

membuat negara-negara yang berkepentingan tergoda menguasai kekayaan alam

bumi khatulistiwa. Tak heran, ancaman dan gangguan terus menerpa Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam mengatasi tantangan tersebut, seluruh komponen bangsa harus

segera membangkitkan maritime domain awareness, atau kesadaran lingkungan

maritim. Hal itu dibutuhkan karena bangsa Indonesia sekarang tidak lagi memiliki

budaya bahari. Sehingga, perlu dibangun kembali upaya penyadaran. Upaya ini

harus sampai pada penyadaran efektif terhadap segala sesuatu yang menyangkut

lingkungan maritim merupakan hal vital bagi keamanan, keselamatan, ekonomi

dan lingkungan hidup bangsa Indonesia, serta menunjang upaya menegakkan

harga diri bangsa.

Dari aspek kehidupan sosial dan budaya, sejarah menunjukkan bahwa

bangsa Indonesia pada masa lalu memiliki pengaruh besar di wilayah Asia

Tenggara. Terutama melalui kekuatan maritim di bawah Kerajaan Sriwijaya dan

Page 6: Aspek sosial dan budaya maritim

Majapahit. Tak heran, wilayah laut Indonesia dengan luas dua pertiga Nusantara

diwarnai banyak pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam

bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan besar.

Bahkan, mampu mengarungi samudra luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika

Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peradaban maritim di Indonesia?

Bagaimana sumber daya manusia di Indonesia?

Bagaimana masyarakat pesisir maritim di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui peradaban maritim di Indonesia

Untuk mengetahui sumber daya maritim di Indonesia

Untuk mengetahui masyarakat pesisir maritim di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peradaban Maritim di Indonesia

Page 7: Aspek sosial dan budaya maritim

Sejarah mencatat bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal

bercadik. Dengan alat navigasi seadanya, mereka telah mamapu berlayar ke utara,

lalu ke barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut ke timur

hingga Pulau Paskah. Dengan kian ramainya arus pengangkutan komoditas

perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara

yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.

Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Nusantara

adalah negara besar yang disegani di kawasan Asia, maupun di seluruh dunia.

Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M)

telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur

perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai

pangkalan kekuatan lautnya.

Tidak hanya itu, Ketangguhan maritim kita juga ditunjukkan oleh

Singasari di bawah pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Dengan kekuatan

armada laut yang tidak ada tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara

mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin

persahabatan agar bersama-sama dapat menghambat gerak maju Kerajaan Mongol

ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke

timur.

Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit

(1293-1478). Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,

Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya

Page 8: Aspek sosial dan budaya maritim

bahkan sampai ke negara-negara asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa

(Kamboja), Anam, India, Filipina, China.

Kilasan sejarah itu tentunya memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di

Nusantara dulu mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain

karena, paradigma masyarakatnya yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai

bagian utama dari kemajuan budaya, ekonomi, politik dan sosial.

Bukti kebesaran bangsa Indonesia sebagai negara maritim yang kuat

diungkapkan ahli sejarah dari Universitas Indonesia, Ali Akbar. Menurutnya,

sejarah kekuatan maritim di Tanah Air sudah ada sejak zaman dahulu, dan

sentralnya berada di wilayah pesisir dan laut. Namun, banyak juga kerajaan yang

bediri dan hidup di wilayah pedalaman. Misalnya, Banten yang bisa berjaya selain

karena di dalamnya kuat, juga tidak terlepas dari kekuatan maritim.

Menurut Ali Akbar yang menjabat sebagai Ketua Kajian Pendirian

Museum Maritim, dahulu sistem religi yang dianut sebagian kerajaan tidak lepas

dengan gunung dan dewa. Bahkan, dewa tertinggi mereka percaya ada di

ketinggian, yaitu gunung-gunung. Kehidupan religi zaman dahulu sangat kuat.

Tapi, kemudian beberapa mausia menyadari, kehidupan itu bukan hanya religi,

harus ada interaksi dengan dunia luar.

Terdapat banyak bukti-bukti prasejarah di mana bangsa Indonesia adalah

bangsa yang hebat di dunia maritim. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya

lukisan perahu di dalam gua di Sulawesi. Kehebatan pelaut-pelaut Indonesia

Page 9: Aspek sosial dan budaya maritim

dibuktikan dengan adanya perubahan kebudayaan yang tadinya berorientasi pada

daratan kemudian memiliki kemampuan berlayar.

Menurut Ali, di saat pelaut Yunani dan China Selatan datang ke Indoneia

pada periode 3000 sebelum masehi atau 5000 tahun yang lalu dan pelaut Blanda

yang jago mengelola budaya maritim baru datang 400 tahun sesudah masehi,

bangsa Indonesia sudah lebih dahulu berlayar ke luar.

Kekuatan maritim bangsa Indonesia sejak dahulu sudah tidak diragukan lagi. Itu

dibuktikan dengan adanya pelabuhan dan syahbandar. Bisa dikatakan bahwa

karakter maritim bangsa Indonesia sudah kuat sejak dahulu sebelum kebudayaan

Eropa. Namun, nenek moyang bangsa Indonesia malas mencatat sejarah.

2.2 Sumber Daya Manusia

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam

berlimpah, bangsa Indonesia belum mapu memanfaatkan potensi yang

dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) di bidang maritim. Salah satunya, Indonesia masih kekurangan tenaga

pelaut.

Krisis tenaga pelaut di Tanah Air hingga kini masih menjadi masalah

serius. Jumlah lulusan pendidikan tersebut belum seimbang dengan kebutuhan di

bidang pelayaran. Di sektor angkatan laut minim tenaga pelaut. Para lulusan

pelaut tingkat perwira hampir 75 persen memilih bekerja di kapal asing atau

berbendera asing ketimbang mengabdikan diri untuk perusahaan pelayaran

nasional dengan alasan yang masuk akal yakni penghasilan yang lebih besar.

Page 10: Aspek sosial dan budaya maritim

Kondisi seperti ini, membuat miris dan menjadi perhatina penuh Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Perhubungan.

Lima tahun kedepan, kebutuhan pelaut nasional mencapai 43.806 orang atau

8.600 orang setiap tahunnya, yang terdiri dari 18.774 pelaut kelas perwira dan

25.032 pelaut kelas dasar. Namus, suplai pelaut saat ini di Tanah Air baru

mencapai 3.000 orang per tahun karena kapasitasnya yang belum mencukupi.

Namun begitu, jumlah tersebut bisa segera bertambah dengan peningkatan jumlah

sekolah yang akan direalisasikan dua tahun mendatang.

Rendahnya SDM bangsa ini terjadi karena fokus pmbangunan pemerintah

masih berkiblat pada sektor darat atau agraris. Pemerintah tidak berupaya

mengubah arah pembangunan sesuai dengan kondisi geografis yang dimiliki

bangsa ini.

Berpijak pada sejarah bangsa Indonesia yang pernah berjaya di masa

kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menggambarkan bahwa masyarakat ini maju

sebagai negara maritim, bukan negara agraris. Selama ini kebudayaan Indonesia

di konsep dengan format kebudayaan agraris, yang cenderung terpaku pada alam,

kekuatan adikodrati, feodalistik, yang membagi masyarakat pada sastra-sastra

kekuasaan.

2.3 Masyarakat Pesisir

2.3.1 Pengertian Masyarakat

Page 11: Aspek sosial dan budaya maritim

Menurut PETER L. BERGER, masyarakat adalah suatu keseluruhan

kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang

kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian

yang membentuk suatu kesatuan.

Menurut HAROLD J. LASKI Masyarakat adalah suatu kelompok manusia

yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-

keinginan mereka bersama.

Jadi dapat di simpulkan bahwa Masyarakat adalah sekelompok manusia yang

saling berinteraksi dan berhubungan serta memiliki nilai-nilai dan kepercayaan

yang kuat untuk mencapai tujuan dalam hidupnya.

2.3.2 Pengertian Pesisir

Menurut (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001), Pesisir merupakan daerah

pertemuan antara darat dan laut. ke arah darat meliputi bagian daratan,

baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut

seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke

arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses

alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,

maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti

penggundulan hutan dan pencemaran.

Page 12: Aspek sosial dan budaya maritim

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-

sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas

yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir.

Secara teoritis, masyarakat pesisir didefinisikan sebagai masyarakat yang

tinggal dan melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya

wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir

memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi

sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir

dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah

pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial

ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.

2.3.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir

Penduduk dan Mata Pencaharian

Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource

based). Tetapi, penduduk di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang pada

tahun 2013 berpenduduk ± 3.168 jiwa, sekitar 50 % merupakan nelayan

sedangkan sisanya terdiri dari pedagang dan petani.

Pola pemukiman dan kehidupan Sehari-hari

Berdasarkan kondisi fisiknya, rumah di pesisir dibagi dalam tiga kategori.

Rumah permanen (memenuhi syarat kesehatan)

Page 13: Aspek sosial dan budaya maritim

Rumah semi permanen (cukup memenuhi syarat kesehatan)

Rumah non permanen (kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan)

Sistem Kekerabatan

Hubungan-hubungan sosial antar kerabat dalam masyarakat pesisir masih

cukup kuat. Perbedaan status sosial ekonomi yang mencolok antar kerabat

tidak dapat menjadi penghalang terciptanya hubungan sosial yang akrab di

antara mereka.

Ekonomi Lokal

Sumber daya laut adalah potensi utama yang mengerakan kegiatan perekonomian

desa. Secara umum kegiatan perekonomian tinggi-rendahnya produktivitas

perikanan. Jika produktivitas tinggi, tingkat penghasilan nelayan akan meningkat

sehingga daya beli masyarakat yang semakin besar nelayan juga akan meningkat.

Sebaliknya, jika produktivitas rendah, tingkat penghasilannya nelayan akan

menurun sehingga tingkat daya beli masyarakat rendah. Kondisi demikian sangat

mempengaruhi kuat lemahnya kegiatan perekonomian desa.

BAB III

PENUTUP

Page 14: Aspek sosial dan budaya maritim

3.1 Kesimpulan

1. Bukti kebesaran bangsa Indonesia sebagai negara maritim yang kuat

diungkapkan ahli sejarah dari Universitas Indonesia, Ali Akbar. Menurutnya,

sejarah kekuatan maritim di Tanah Air sudah ada sejak zaman dahulu, dan

sentralnya berada di wilayah pesisir dan laut. Namun, banyak juga kerajaan yang

bediri dan hidup di wilayah pedalaman.

2. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam

berlimpah, bangsa Indonesia belum mapu memanfaatkan potensi yang

dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) di bidang maritim. Salah satunya, Indonesia masih kekurangan tenaga

pelaut.

3. Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-

sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas

yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Aspek sosial dan budaya maritim

Burger, D.H. 1980. Sejarah sosiologis-ekonomis Indonesia. Jakarta:

Prajnyaparamita.

Koentjaraningrat. 1969. Rintangan-rintangan mental dalam pembangunan

ekonomi di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Wertheim, W.F. 1959. Indonesian society in transition. 2nd rev., ed.,The Hague

and Bandung.