50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan. Hubungan yang erat antara manusia (terutama masyarakat) dan kebudayaan telah lebih jauh diungkapkan oleh Melville J. Herkovits dan bronislaw Malinowski, yang mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. (Soemardjan, Selo: 1964: 115). Kemudian Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic. Karena kebudayaan berturun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup. Walaupun manusia yang menjadi anggota masyarakat sudah berganti karena kelahiran dan kematian. 1

Aspek Sosial Budaya Masyarakat Sasak, Lombok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aspek sosial dan budaya yang terdapat di masyarakat suku sasak khususnya di daerah kecamatan Gunung Sari

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia

adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya

kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia

mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan

kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin

tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan

kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.

Hubungan yang erat antara manusia (terutama masyarakat) dan kebudayaan telah lebih

jauh diungkapkan oleh Melville J. Herkovits dan bronislaw Malinowski, yang mengemukakan

bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat

ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. (Soemardjan, Selo:

1964: 115). Kemudian Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic.

Karena kebudayaan berturun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup. Walaupun

manusia yang menjadi anggota masyarakat sudah berganti karena kelahiran dan kematian.

Lebih jauh dapat dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh E. B. Tylor (1871) dalam

bukunya Primitive Culture: kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta

kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan lain

perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia

sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-

pola perilaku normative. Oleh karena itu, manusia yang mempelajari kebudayaan dari

masyarakat, bisa membangun kebudayaan (konstruktif) dan bisa juga merusaknya (destruktif).

1

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja aspek sosial budaya yang ada dimasyarakat Gunung Sari?

2. Bagaimanakah aspek sosial budaya sasak dan hindu di Gunung Sari?

1.3 TUJUAN

Mahasiswa diharapkan mampu untuk beradaptasi dengan aspek sosial budaya masyarakat

sasak dan hindu. Sehingga mahasiswa dapat berperan sebagai “agent of change” di masyarakat.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Kepada pihak puskesmas Gunung Sari agar terus meningkatkan dan

mempertahankan mutu pelayanan, khususnya yang berkaitan dengan aspek sosial budaya

sasak dan hindu.

1.4.2 Kepada pembimbing untuk meningkatkan dan mempertahankan bimbingan

kepada para mahasiswa yang melaksanakan praktik untuk dapat menerapkan teori yang

telah diperoleh dari institusinya masing-masing.

1.4.3 Bagi mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tujuan dan manfaat dari penerapan

aspek sosial budaya sasak dan hindu.

2

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Budaya Pada Masa Pra Pernikahan dan Pernikahan Masyarakat Sasak Di Lombok

2.1.1 Pengertian Merariq

Dalam adat Sasak pernikahan sering disebut dengan merariq. Secara etimologis

kata merariq diambil dari kata “lari”, berlari. Merariq-an berarti melai’ang artinya

melarikan. Kawin lari adalah sistem adat penikahan yang masih kuat diterapkan di

Lombok. Kawin lari dalam bahasa Sasak disebut merariq (Salam, 1992: 82). Menurut

Depdikbud (1995: 33) secara terminologis, merariq mengandung dua arti.Pertama, lari.Ini

adalah arti yang sebenarnya.Kedua, keseluruhan pelaksanaan perkawinan menurut adat

Sasak.Pelarian merupakan tindakan nyata untuk membebaskan gadis dari ikatan orang tua

serta keluarganya.Berdasarkan informasi dari nara sumber tentang sejarah munculnya

tradisi kawin lari (merariq) di pulau Lombok, paling tidak ada dua pandangan yang

mengemuka, yaitu:

  Pertama , orisinalitas merariq . Kawin lari (merariq) dianggap sebagai budaya

produk lokal dan merupakan ritual asli ( genuine) dan leluhur masyarakat Sasak yang

sudah dipraktekkan oleh masyarakat – sebelumdatangnya kolonial Bali maupun kolonial

Belanda.Perkawinan bagi masyarakat Sasak juga memiliki makna yang sangat luas, bahkan

menurut orang Sasak, perkawinan bukan hanya mempersatukan seoranglaki-laki dengan

seorang perempuan saja, tetapi sekaligus mengandung artiuntuk mempersatukan hubungan

dua keluarga besar, yaitu kerabat pihak laki-laki dan kerabat pihak perempuan.

Berdasarkan tujuan perkawinan pada suku Sasak Lombok terdapattiga bentuk perkawinan

yaitu:

Perkawinan dalam satu kadang waris/pekawinan betempuh pisa (misan

denganmisan/cross cousin).

perkawinan yang mempunyai hubungan kadang jari (ikatan keluarga)

disebut perkawinan sambung atau uwat benang (untuk mempererat hubungan

kekeluargaan);

perkawinan yang tidak ada hubungan perkadangan (kekerabatan) disebut

perkawinan pegaluh gumi (memperluas daerah/wilayah). Sistem perkawinan suku

3

Sasak yang dikenal dengan istilah merariq telah mengakar secara mendalam dan

menjadi sistem budaya yang kuat.istilah kata merariq artinya mencuri atau maling.

Dalam terminologi Sasak, istilah kata merariq diartikan dengan melarikan anak

gadis untuk dijadikan istri.

2.1.2 Prinsip Merariq (kawin lari)

Merariq( kawin lari ) Pada pada suku sasak Menurut M. Nur Yasir dalam penelitiannya

tentang budaya merariq, ada empat prinsip dasar dalam praktek kawin lari di suku Sasak

Lombok.

a. Prestise Keluarga Perempuan. Kawin lari (merariq) diyakini sebagai bentuk

kehormatan atas harkat dan martabat keluarga prermpuan; perempuan yang

dilarikan sama sekali tidak dianggap sebagai pelanggaran sepihak oleh keluarga

lelaki atas keluarga perempuan. Adanya anggapan yang mengakar kuat dalam

struktur masyarakat Lombok bahwa dengan dilarikan, berarti seorang gadis

tersebut memiliki nilai keistimewaan yang tinggi bahkan jika perkawinannya

seorang gadis tidak dengan kawin lari (merariq) keluarga perempuan tersebut

beranggapan terhina. 

b. Superioritas Lelaki dan Inferioritas Perempuan.Merupakan suatu hal yang tidak

bisa dihindarkan dari kawin lari (merariq) adalah seorang lelaki memiliki

kekuatan tersendiri, kaum lelaki mampu menguasai dan menjinakkan kondisi

sosial psikologis calon istri baik dengan dasar suka sama suka maupun telah

direncanakan sebelumnya sehingga pada sisi lain menggambarkan inferioritas

kaum perempuan atas segala tindakan yang dilakukan kaum lelaki.

c. Egalitarianisme (Menimbulkan Rasa Kebersamaan). Terjadinya kawin lari

memberikan kontribusi yang positif terhadap kedua belah pihak, kebersamaan

dari kedua keluarga besar melibatkan komunitas besar masyarakat di

lingkungan setempat/pertukaran budaya. Dalam pementasan kawin lari (budaya

merariq) tidak selalu berakhir dengan dilakukannya perkawinan (merariq),

tetapi ada kalanya berakhir dengan pembatalan, disebabkan ketidaksepakatan

antara kedua belah pihak.

d. Komersial. Terjadinya kawin lari hampir berkelanjutan ke prosestawar menawar

pisuke, yaitu proses nego yang sangat kental dengan nuansa bisnis. Alasannya

4

ada indikasi kuat bahwa seorang Ayah telah membesarkan anak gadisnya sejak

kecil hingga dewasa yang telah membesarkannya dengan segelintir dana yang

besar, akibatnya muncul sikap orang tua yang ingin agar biaya membesarkan

anaknya memperoleh ganti rugi dari calon menantunya. Semakin tinggi

tingkat pendidikan dan tingkat sosial anak dan orang tua, semakin tinggi

pulanilai ekonomis yang ditawarkan. Tetapi komersialisasi kawin lari akan

melemah jika diantara calon suami istri berasal dari luar suku Sasak.Hal itu

diakibatkan adanya dialog peradaban, adat dan budaya antara nilai yang menjadi

pedoman orang sasak dan pedoman orang luar sasak Masyarakat ada di setiap

saat, dari masa lalu sampai ke masa yang akan mendatang. Kehadirannya

merupakan sebuah fase antara yang telah terjadi danapa yang akan terjadi.

Dalam kehidupan masyarakat terkandung pengaruh, bekas,dan jiplakan masa

lalu, antara bibit dan potensi masa depan. Kesemuanya itu merupakan proses

sebab-akibat yang akan menentukan pada fase berikutnya (Sztompka, 2008: 65).

Masyarakat Suku Sasak merupakan masyarakat yang tumbuh dan berkembang

dengan berbagai macam tradisi yang sampai saat ini masih terus dijalani.

Tradisi masyarakat Sasak di Lombok sangat menonjol dan sering menjadi

obyek yang menarik untuk diteliti, baik itu oleh para pemerhati budaya atau

oleh para akademisi, adalah dalam sistem perkawinannya. Karena perkawinan

adat Sasak dianggap sebagai perkawinan yang unik dan patut mendapat

perhatian.Khusus membahas masalah proses menuju sebuah perkawinan,

terdapat dua tradisi yang secara umum berkembang dan merupakan

pengklasifikasian dari sistem yang ada, yakni tradisi kemelek mesak (kemauan

sendiri) dan tradisi suka lokaq (kemauan orangtua). Walaupun tradisi kemelek

mesak merupakan tradisi yang paling berkembang disbanding suka lokaq,

namun hal tersebut tetap merupakan suatu tradisi masyarakat yang tidak bisa

dipisahkan satu dengan yang lainnya, dan tetap menarik untuk dikaji secara

lebih mendalam, sebagaimana teori Toybee yang dikutif Sztompka (2008: 9)

menyatakan bahwa mempelajari kehidupan manusia disaat tertentu jelas lebih

bermanfaat, karena lebih realistis, ketimbang mempelajarinya dengan

membayangkannya berada dalam keadaan diam. Dalam menganalisis sebuah

5

faktor budaya (pergerakan sosial) dalam tatanan masyarakat Suku Sasak di

Lombok, penulis menggunakan dua sistem pendekatan sebagaimana disebutkan

Sztompka (2008: 65). Pendekatan pertama, pada faktor perkembangan budaya

yang berasal dari dalam ( proses endogen)dimana perubahan itu melekat dalam

budaya (intrinsik ). Pendekatan kedua, faktor dari luar (proses eksogen)

perubahan itu berasal dari luar (ekstrinsik ). Berangkat dari kedua pendekatan di

samping sebagai pisau analisis budaya yang saat initengah berkembang di

Lombok. Maka dalam hal ini, penulis berangkat dari bentuk perkawinan

masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok.

2.1.3 Analisis Dan Pembahasan

Sistem perkawinan yang pada umumnya sering digunakan dalam menjalani proses

perkawinan di Sasak  adalah sistem menggah,system tadong  atau kewin gantung, sistem

ngelamar atau ngendeng , sistem nyerah hukum atau memampon dan system

merariq(maling).

Di masyarakat Sasak secara umum dikenal berbagai macam bentuk dan sistem

perkwainan. Diantara sistem perkawinan tersebut adalah :

Sistem menggah merupakan sistem dimana pemuda melarikan gadis dengan cara

paksa pada siang hari, kemudian dibawa kerumah pemuda dan dijadikan istri. Cara

ini adalah cara yang tidak umum terjadi tapi diakui oleh masyarakat Sasak.

Sistem tadong atau kawin gantung yakni sistem perkawinan dengan menjodohkan

seorang gadis ketika dengan seorang laki-laki sebelum dewasa.

Sistem ngelamar atau ngendeng  atau nunasyakni sistem perkawinan yang

dilangsungkan dengan sistem minta izin atau melamar si gadis secara resmi terlebih

dahulu kepada orangtuanya untuk dijadikan sebagai istri oleh seorang pemuda atau

yang menginginkannya. Dalam proses lamaran itu dilakukan setelah adanya

kesepakatan antara si pemuda dengan si gadis untuk membina rumah tangga melalui

perkawinan yang sah.

Sistem nyerah hukum atau memampon. Bagiandari sistem perkawinan yang hukum

pelaksanaannya diserahkan kepada diserahkan pada keluarga pihak gadis. Begitupun

biaya pelaksanaan pekawinannya ada kalanya diserahkan pada keluarga pihak

perempuan dan adakalanya ditanggung sama-sama setengah dari pihak perempuan

6

dan dari pihak laki-laki, tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Hal ini

biasanya dialakukan oleh laki-laki yang kurang biaya, atau statusnya sebagai

pembantu dirumah seorang perempuan yang akan dikawini, kecuali adanya

kemungkinan sebab lain, seperti salah satu pihak berasal dari budaya luar.

Sistem merariq yakni sistem perkawinan yang paling berlaku dikalangan masyarakat

Sasak .Pengertian merariq disini adalah berusaha mengeluarkan si perempuan dari

kekuasaan orangtuanya untuk selanjutnya masuk dalam kekuasaan keluarga laki-laki

(suami). Perkawinan yang paling banyak dipraktekkan dimasyarkat suku

Sasak Lombok adalah perkawinan dengan sistem merariq. Hal ini disebabkan oleh

persepsi masyarakat yang menganggap bahwa perkawinan dengan system merariq

adalah budaya asli Sasak .

Proses dalam Perkawaninan di masyarakat Lombokdalam adat sasak prosesi

perkawinan dikenal dengan merariq. Merariq yang sebenarnya berarti melarikan calon

pengantin prempuan dan dibawa menujuke rumah keluarganya sang lelaki. Dalam proses

merariq, ini ada tahap-tahap yang dilakukan oleh masyarakat Lombok. Adapun tahapan-

tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Merariq

Pria dan wanita yang sudah cukup umur sepakat membangun kehidupan rumah tangga

melakukan tindakan adat merariq yaitu si calon pengantin pria menjemput calon

pengantin wanita dari rumahnya untuk dibawa ke rumah keluarga pria.penjemputan

tersebut biasanya dilakukan malam hari dan didampingi oleh beberapa orang dewasa.

Sejati

Adalah kegiatan melapor dari Pamong Desa calon pengantin pria kepada pria kepada

Pamong Desa tempat tinggal calon pengantin wanita.dilaksanakan segera setelah calon

pengantin dinyatakan merariq.

Selabar 

Adalah bila tahap sejati sudah dilakukan dan diterima maka dilanjutkan dengan tahapan

kegiatan selabar yaitu Pamong Desa calon pengantin pria melapor kepada keluarga

calon pengantin wanita tentang telah terjadinya kegiatan merariq tersebut.

Nunas Wali

7

Adalah permintaan mandat wali orang tua atau keluarga yang berhak supaya dapat

dinikahkan, yang diutus untuk nunaswali biasanya adalah petugas agama, kyai, atau

penghulu yang nantinya menyelesaikan pernikahan.

Nikahbila sudah ada persetujuan wali nikah maka segera dilansungkan pernikahan.

Menikahkan pengatin dilakukan oleh si wali nikah dan atau diwakilkan kepada orang

lain yang dipercaya.

Bait Janji

Adalah perundingan untuk menyelesaikan adat.Pihak keluarga pengantin pria mengirim

utusan kepada keluarga pengantin wanita untuk merundingkan beberapa hal yang terkait

dengan  gantiran/pisuke,sorong  serah/aji karma danNyongkol.

Nyerah Gantiran/Pisuke

Menyerahkan bantuan kepada keluarga pengantin wanita.biasanya sekita seminggu

sebelum upacara adat dilaksanakan. Pihak keluarga pria mengantarkan bahan -bahan

berupasapi/kerbau, beras, kayu dsb.

Sorong serah/ aji krama

Adalah upacara sorong serah atau aji-kramamerupakan inti dari adat perkawinan sasak,

karena pada upacara tersebutakan hadir seluruh keluarga dan kerabat kedua belah

pihak.Prosesi sorongserah dipimpin oleh seorang pembayun dari masing-masing

pihak  bersamaan dengan kegiatan tersebut, pihak keluarga pengantin wanita mengadakan

kegiatan yang disebut dengan Nanggep.

Nyongkol 

Segera setelah upacara sorongserah selesai, disusul dengan acara nyongkol berupa arak-

arakan kedua pengantin diikuti oleh keluarga dan masyarakat pengantin pria menuju

rumah keluarga pengantin wanita. Nyongkol biasanya diiringi kesenian tradisional

gendang beleq.

Baliq Lampaq/ Tampak 

Biasanya sekitar sehari dua hari sesuai kesepakatan kedua pihak keluarga sesudah

upacara adat nyongkolan selesai maka dilangsungkan acara balik lampak yaitu kunjungan

dari pengantin dan keluarga pria kepada pihak keluarga wanita dengan rombongan

terbatas dalam rangka saling mengenal lebih dekat dari kedua pihak

keluarga.Berdasarkan penjelasan di atas, maka masyarakat Lombok dalam proses

8

melanjutukan sistem perkawinan akan menerapkan tahapan-tahapan tersebut. Nilai-nilai

dalam praktek Merariq bagi masyarakat Lombok bukanlah rahasia umum lagi. Misalnya:

sifat pemberani, kesungguhan dan tanggung jawab. Seorang pemuda ketika ingin

mengambil gadis, maka dia harus punya keberanian, kesungguhan dan tanggung jawab

atas segala resiko yang diambil.Menurut salah satu pemuda, bahwa merariq menunjukkan

bahwa dia benar-benar sebagai laki-laki.

2.1.4 Busana Adat Sasaq Laki-Laki dan Maknanya

1) Capuq/Sapuk (batik, palung, songket)

Sapuk merupakan mahkota bagi pemakainya sebagai tanda kejantananserta menjaga

pemikiran dari hal-hal yang kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian adat sasak tidak

dibenarkan meniru cara penggunaan sapuq untuk ritual agama lain.

2) Baju Godek Nongkek (warna gelap)

Godek Nongkek merupakan busana pengaruh dari Jawa merupakan adaptasi jas Eropa

sebagai lambang keanggunan dan kesopanan.Modifikasi dilakukan bagian belakang

pegon agak terbuka untuk memudahkan penggunaan keris. Bahan yang digunakan

sebaiknya berwarna polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana pakaian kesenian.

3) Leang/dodot/tampet (kain songket)

Adapun motif kain songket dengan motif subahnale, keker, bintang empet dan

sebagainya bermakna semangat dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.

4) Kain dalam denganwiron/cute

9

  Kain yang bahannya dari batik Jawa dengan motif tulang nangka ataukain pelung

hitam.Dapat juga digunakan pakaian tenun dengan motif tapokemalo dan songket

dengan motif serat penginang.Masyarakat Lombok menghindari penggunaan kain

putih polos dan merah.Wiron/Cuteyang ujungnya sampai dengan mata kaki lurus ke

bumi bermaka sikap tawadduk-rendah hati.

5) Keris

Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang jika bentuknya besar dan bisa juga

disisipkan pada bagian depan jika agak kecil. Dalam aturan pengunaan keris sebagai

lambang adat muka keris (lambe/gading ) harus menghadap ke depan, jika berbalik

bermakna siap beperang atau siaga.Keris bermakna: kesatriaan – keberanian dalam

mempertahankan martabat. Belakangan ini karena keris agak langka maka

diperbolehkan juga menyelipkan “ pemaja”(pisau kecil tajam untuk meraut).

6) Selendang Umbak (khusus untuk para pemangku adat)

Selendang Umbak adalah sabuk gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam

keluarga sasak.Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai

dengan empat meter. Diujung benang digantungkan uang cina ( kepeng

bolong ).Selendang Umbak sebagai pakaian adat hanya digunakan oleh para

pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih

sayang dan kebijakan.

10

2.1.5 Busana Adat Perempuan dan Maknanya

1. Pangkak 

Pangkak merupakan mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk  bunga-

bunga yang disusun sedemikian rupa disela-sela konde.

2. Tangkong

Tangkong adalah pakaian sebagai lambang keanggunan dapat berupa pakaian kebaya

dan lambung dari bahan dengan warna cerah atau gelapdari jenis kain beludru atau

brokat. Dalam acara nyondolan masyarakat Lombok menghindari penggunaan model

yang memperlihatkan belahan dada dan transparan .

3. Tongkak 

Tongkak adalah Ikat pinggang dari sabuk panjang yang dililitkan menutupi pinggang

sebagai lambang kesuburan dan pengabdian.

4.  Lempot 

Lempot berjenis serupa selendang atau kain tenun panjang bercorak khas yang

disampirkan di pundak kiri yang bermakna sebagai lambang kasih sayang.

5. Kereng 

Kereng berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai mata kaki

sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.

6. Gendit /Pending 

Gendit  atau pending adalah bentuk asesoris yang digunakan pengantin priadan wanita

berupa berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai ikat pinggang,Onggar-

onggar (hiasan berupa bunga-bunga emas yangdiselipkan pada konde)  jiwang  atau

tindik(anting-anting) suku /talen/ ketip( uang emas atau perak yang dibuat bros)

kalung dan sebagainya.

11

2.2 Budaya Kehamilan Masyarakat Sasak di Lombok

        Semasa anak dalam kandungan seorang ibu, banyak sekali larangan-larangan yang

sifatnya psikologi educative yang dilakukan secara spiritual dan moral agama diberlakukan

terhadap seorang ibu yang mengandung anaknya dan juga petunjuk larangan atau anjuran

yang diberlakukan bagi seorang ayah. Seorang ibu dan Bapak semasa kehamilan dipanggil

Amaq dan Inaq Tebon ( Tebon; Panjang rambut) dimana calon kedua orang tua itu

dipantangkan untuk mencukur rambutnya ( dibiarkan gondrong bagi calon ayah) dan bagi

perempuan tidak boleh dipotong dibiarkan menjurai dikeramasi dengan santan bercampur

abu pangkal buah padi kentan yang sudah ditumbuk (sasak: Joman), maksudnya agar sang

anak kelak berpenampilan bersih dan teratur. Campuran air santan itu dijadikan bedak

kramas pada ibu yang sedang mengandung dapat dilakukan sekurang-kurangnya sekali

seminggu pada setiap jumat pagi. Larangan lain bagi calon orang tua anak itu baik ayah

maupun ibunya ialah tidak boleh memaki-maki, tidak boleh membunuh binantang yang

dianggap kramat di rumah dan binatang peliharaan, tidak boleh bergosip dan mencela orang

lain.

Beberapa mitos lain yang berkembang pada masyarakat sasak dalam masa kehamilan,

antara lain :

Tidak boleh duduk didepan pintu. Mitosnya : sulit saat pembukaan kelahirannya.

Tidak boleh mengkalungi kain atau selendang di leher. Konon katanya bayi bisa terlilit

dengan tali pusarnya.

Tidak boleh mandi dengan menggunakan pakaian, karena bisa menyebabkan pendarahan.

Menaruh buah kancing di pakaian. Mitos : tidak bisa terebuka jalan lahirnya.

Tidak boleh duduk diatas alu. Mitos : vagina tidak bisa kembali normal dan tetap melebar

Tidak boleh memakan buah yang sudah dimakan kelelawar, karena akan menyebabkan

bayi tidak bisa keluar karena masih bergelantungan didalam rahim.

Tidak boleh makan udang karena dapat menyebabkan bayi keluar masuk pintu antas

panggul serta tidak bisa lahir normal.

2.3 Budaya Kelahiran , Nifas, dan Bayi Baru Lahir pada Masyarakat Sasak Di Lombok

       Menjelang anak akan lahir sesudah kandungan memasuki kandungan ke 9 si ibu tidak

boleh melakukan kegiatan yang berat, bahkan melakukan kegiatan dapurpun dikurangi, agar

sang ibu benar-benar siap menghadapi tugas berat melahirkan. Sang ibu juga memakai

12

rempah-rempah; beras-kunyit-daun jeruk nipis dan sekuh untuk belangir (sasak: beboreh)

agar kondisinya tetap sehat. Sementara si suami disarankan untuk memperbanyak sedekah,

walaupun sekedar serabi (jajan tepung beras) sebagai simbul dari sedekah yang paling kecil

dari orang yang tidak mampu.Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki rasa kasih

sayang kepada sesama. Menjelang bayi akan keluar diminta bantuan seorang belian nganak /

dukun melahirkan (laki/perempuan) obat-obat penyejuk dan pelancar melahirkan berupa air

suci yang didoakan dengan mantra Sasak. Ketika anak keluar dari perut ibunya : si anak

langsung dipeluk oleh ibu dan bapaknya agar darahnya menyatu dengan badan kedua orang

tuanya agar sang anak menyayangi orang tuanya, setelah itu baru keluarga yang lain. Setelah

itu baru dimandikan oleh sang dukun. Beberapa mitos yang berkembang pada masa nifas,

yaitu :

Ibu nifas dianjurkan menggunakan sabuk panjang yang berukuran kurang lebih 6-9

meter.

Jika mereka sedang mandi, diganti menggunakan tali yang diikatkan pada ulu hati.

Maknanya yakni agar tubuh terasa lebih rileks dan tidak goyang.

Jika ibu keluar rumah, sebelum acara medak api, dianjurkan untuk membawa bawang

putih. Tujuannya agar bayi tidak diganggu makhluk halus.

Suku Sasak di Lombok, para ibu nifas biasa memberikan nasi pakpak (nasi yang telah

dikunyah oleh ibunya terlebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan

kuat .Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik

untuk bayi. 

Ibu nifas juga dianjurkan pada saat makan, agra tidak mencampur nasi dengan kuahnya,

kono katanya agar rahim sang ibu tidak mengembang.

Ibu nifaas dianjurkan menutupi ubun-ubun dengan kain atau penutup kepala, agar tidak

sempoyongan.

2.3.1Upacara Menanam Ari-Ari ( Nalet Adik –Kakak )

       Acara ini dilaksanakan setelah ari-ari bayi terpotong dengan menggunakan pisau dari

bambu yang diambil dari para-para ( sasak :edas tereng ) . Edas tereng tersebut dianggap

telah steril karena setiap hari mendapat asap dari tungku dapur. Biasanya ari-ari yang

dipotong dengan edas tidak menimbulkan penyakit “ tetanus”. Ari-ari yang ditanam harus

ditanam dipelataran rumah serambi depan.

13

       Setelah ditanam diatas gundukan diatarukkan batu lalu dikurung dengan kurungan

ayam. Diatas dibatu dinyalakan lampu agara anak kelak memiliki hati yang terang dan

setia (sasak: isah). Lampu dinyalakan sampai dengan upacara medak api atau buang au

sekurang-kurangnya pada hari kesembilan

2.3.2 Upacara daur Hidup Medak Api atau Buang Au

Ritual medak api dilakukan ketika tali pusar bayi terlepas. Biasanya 4-7 hari setelah

melahirkan. Pesertanya yaitu : belian (dukun beranak), ibu nifas, dan bayi.

Alat dan bahan : baskom/tepa, serabut kelapa, rendaman nasi yang baru selesai

ditanak, daun bikan/daun pare, kelapa, kunyit, korek api, benang atau tali (warna hitam dan

putih), jeringo, sembeq yang terbuat dari kapur;sirih;gambir;pinang.

Ritualnya :

Persiapkan alata dan bahan.

Serabut kelapa dibakar dengan daun pare atau daun bikan di atas

baskom/tepa

Kemudian sang ibu mngelilingi asap sambil mengepak-ngepakkan sarung sambil

dukun beranak membacakan doa-doa atau mantra

Kemudian sang anak juga dikelilingi di atas asap oleh ibu sambil dukun beranak

membacakan doa-doa.

Setelah itu, asap dipadamkan dengan air rendaman nasi.

Selanjutnya, kelapa yang sudah di parut dengan kunyit, digunakan untuk keramas.

Setelah itu, ibu dan anak dipasangkan gelang tangan dan perut dengan

menggunakan benang atau tali yang telah disediakan.

Kemudian, ibu dan anak di sembeq dan diberi nama. Selanjutnya, bagi tetangga

atau orang yang tidak sengaja melihat/kebetulan lewat, ritual tersebut dianjurkan

untuk ikut keramas dengan kelapa dan kunyit yang telah diparut tersebut agar

tidak pusing.

Dukun beranak/belian diberikan balas jasa berupa beras atau uang seikhlasnya.

2.3.3 Upacara Ngaranin

14

      Jika upcara “ngaranin” (pemberian nama) tidak dikaitkan dengan upacara medak api

maka secara khusus diadakan upacara pada hari ganjil biasanya diambil pada malam jumat.

Pada masa sebelum ke Islaman belum memasuki masa perkembangan pada saat upacara ini

dibacakan kitab lontar Indarjaya atau Puspakarma.Setelah perkembangan pemahaman

Islam makin maju masyarakat sasak biasanya memeriahkan acara dengan pembacaan

hikayat yang diambil dari kitab Kisasul Ambiya. Nama-nama yang diberikan adalah nama

yang kental dengan budaya sasak. Misalnya : Galeng, Isin, bokah atau kebiasaan

masyarakat Sasak lama memebri nama anaknya dengan nama- nama yang berakhir dengan

konsonan. Misal : Sanep, Nurmalam, Ketip, Kerdep. Nasip.Ada juga dikaitkan dengan

nama-nama lakon foklor / legenda Sasak dan pewayangan.

2.3.4 Upacara Turun Tanak

      Upacara ini dilakukan sebagai tanda anak boleh menginjakkan kaki ketanah

(sasak:lemah) sebelumnya harus tetap di gendongan. Sang anak akan disembeq /sepah

seluruh bagian tubuhnya dari kening sampai telapak kaki agar anak memiliki kekebalan

terhadap penyakit.

2.3.5 Upacara Ngurisan

      Upacara ini menandai bahwa anak memasuki usia balita ditandai dengan potong

rambut, upacara dapat dilakukan di masjid, rumah keluarga dan di makam keramat, juga

dikaitkan dengan hari-hari besar seperti Maulid, Lebaran Topat, dll. Piranti yang disiapkan

adalah air kumkuman, kepeng bolong, bunga setaman, beras kuning, benang katak, uang

bolong atau uang logam dan selawat (uang) khusus sebagai tanda kesaksian bagi yang

hadir. Dalam upacara rowah (kenduri) selain hidangan nasi dan lauk pauk yang diwadahi

talam (dulang begibung) disediakan pula dulang penamat yang menyimbulkan proses

kehidupan manusia sejak manusi lahir – hidup dan mati. Proses kelahiran menurut sasak

dibagi atas meniwok bagi tumbuhan, menelok bagi binatang bertelur, menganak bagi

binatang memamah biak, simbul tersebut ada dalam dulang penamat. Maka harus ada topat

dan bantal sebagai simbul laki dan perempuan dan buah-buahan sebagai simbul yang

meniwok dan nasi rasun berisi daging sebagai simbul binatang yang menyusui

melahirkan.Dulang Penamat dihiasi pula oleh buah-buahan dan jajan tradisional sebagai

lambang kemakmuran. Sisa potongan rambut sang anak kalau tidak ditanam maka akan di

hanyutkan ke laut agar anak kelak tidak cepat kena penyakit.

15

2.3.6 Upacara Besunat

         Upacara besunat atau hitanan khusus bagi anak laki-lakim upacara bekikir bagi anak

perempuan. Sebagai simbul perpindahan anak-anak ke jenjang usia remaja. Dalam upacara

di selenggarakan rowah kepada leluhur di ikuti dengan dulang penamat. Besunat dilakukan

oleh belian sunat(bayan: Penjalak) , untuk anak besunat disediakan andang-andang agar

terjauh dari bala.Andang diwadahi oleh soksokan berisi beras sekurang-kurangnya

sekobok, segulung daun sirih, pinang berjumlah ganjil ( 3-5-7) baik pinang muda (buaq

odaq) atau piang tua ( buaq toaq ), gambir, kapur pamaq ( kapur sirih) , benang setukel /

lawe dan uang bolong dalam jumlah ganjil. Andang-andang adalah simbul keberkahan

ilmu sang belian sekaligus sebagai penghargaan terhadap keahlian sang belian. Untuk anak

besunat disiapkan kain khusus dengan tongkat pengganjal agar kain tidak tersentuh bagian

luka ujung kelamin.Biasanya disiapkan pula tempat duduk kelapa tua hijau agar darah

tidak banyak mengucur keluar.Pada saat anak besunat diringi dengan selakar atau selawat

oleh orang-orang yang menyaksikan. Begitu alat vital dipotong sang orang tua mendekap

sang anak dipinggangnya, dengan maksud menekan keluar darahnya agar tidak terlalu

banyak keluar.

Upacara Medak Api

16

17

Berdasarakan teori dan hasil wawancara aspek sosial budaya sasak yang telah kami

lakukan, di daerah Gunung Sari antara teori dan penerapannya di masyarakat sudah sesuai dan

18

tidak ada perbedaan. Mulai dari aspek sosial budaya pranikah, pernikahan, kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan balita.

Di bawah ini merupakan hasil wawancara di masyarakat dan bidan mengenai aspek sosial

budaya sasak yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak :

NO SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN

IBU DAN ANAK

YA TIDAK

1 Istri hamil, suami tidak boleh cukur rambut 2 Ibu hamil harus menutupi perutnya dengan handuk

3 Tidak boleh ke dapur

4 Tidak boleh masuk ke pure

5 Suami dan istri juga bersama keluarga tidak boleh sama sekali

mengeluarkan kata-kata kotor dan yang kasar

6 Suami istri bersama anggota keluarga harus berusaha untuk meningkatkan

amal shaleh dan menjauhi perbuatan tidak terpuji, sepeti dilarang

menganiaya manusie dan binatang, tidak menyembelih binatang ternak,

tidak berhubungan suami istri bila mendengarberita ada tetangga atau

orang lain meninggal, tidak BAB disembarang tempat, husus istri tidak

boleh tidur disaat matahari menjelang naik

7 Seuami dan istri bersama anggota keluarga, harus menjauhi diri dengan

makanan yang haram dan diperoleh dengan cara yang tidak terpuji

8 Ibu hami dan suaminya dilarang membunuh binatang , sebab jika itu

dilakukan bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya

itu

9 Untuk sang ayah dilarang mengganggu, melukai, bahkan membunuh

hewan. Contohnya memancing, membunuh hewan, memburu dll

10 Jangan makan ikan mentah agar bayi tidak bau amis

11 Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam

kandungan gugur

12 Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan

sesuatu, makanan atau sifat tertentuterutama diawal kehamilannya. Jika

tidak di turuti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur

13 Membawa gunting kecil/pisau/benda tajam lainnya dikantung baju si ibu

agar janin terhindar dari marabahaya.

14 Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan

mengganggu janin.

15 Ibu hamil dilarang melilitkan handuk dileher agar anak yang

dikandungnya tidak dililit tali pusar.

16 Ibu hamil tidak boleh benci kepada seseorang secara berlebihan, nanti

19

anaknya jadi seperti orang yang dibenci tersebut.

17 Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi

kembar siam.

18 “amit – amit “ adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir” –

nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan,

mengecewakan, dan sebagainya sebagai harapan janin terhindar dari

kejadian tersebut.

19 Tidak boleh duduk didepan pintu. Mitosnya : sulit saat pembukaan

kelahirannya

20 Tidak boleh mengkalungi kain atau selendang dileher. Konon katanya

bayi bisa terlilit dengan tali pusarnya.

21 Tidak boleh mandi dengan menggunakan pakaian, karena bisa

menyababkan perdarahan

22 Menaruh buah kancing di pakaian. Mitosnya : tidak bisa terbuka jalan

lahirnya.

23 Tidak boleh duduk diatas alu. Mitosnya : vaginanya tidak bisa kembali

normal dan tetap melebar.

24 Tidak boleh memakan buah yang sudah dimakan kelelawar, karena akan

menyebabkan bayi tidak bisa keluar karena masih bergelantungan didalam

rahim.

25 Tidak boleh makan udang karena dapat menyebabkan bayi keluar masuk

pintu atas panggul serta tidak bisa lahir normal

26 Dilarang menceritakan dan menghina orang cacat, karena anak yang bakal

lahir juga akan cacat

27 Dilarang memaku,memahat,mengail atau menyembelih binatang, anak

yang bakal lahir bibir terbelah atau mengalami kecacatan.

28 Dilarang ribut dengan ibu mertua,akan mengalami kesulitan ketika

melahirkan anak

ASPEK SOSIAL BUDAYA SASAK TAMBAHAN BERDASARKAN PENDAPAT

MASYARAKAT

20

NO SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KESEHATAN IBU DAN ANAK

YA TIDAK

1 Tidak boleh mandi di siang hari

2 Dilarang makan pucuk perenggi,

3 Dilarang makan mangga perawa

4 Minum air kelapa harus memakai gelas

5 Tidak boleh menginjak atau melewati tulisan dijalan

6 Dilarang makan kepiting

7 Tidak boleh menyimpulkan kain

8 Tidak boleh menjahit pakaian

9 Memakai sabuk setelah melahirkan

10 Mengikat tali/benang di perut, kedua tangan dan kedua kaki ibu dan bayi

setelah bayi diberi nama.

11 Tidak boleh memakan makanan menjalar. Seperti labu dan semangka.

12 Meminum air kelapa agar bayi menjadi bersih ketika lahir.

13 Bayi dan ibu harus menggunakan gelang ketika bayi sudah diberi nama

14 Ibu nifas harus menggunakan “pilis” (ramuan pada dahi) agar ibu tidak

pusing

HASIL WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT

Nama : Papuq TohriUmur : 70 tahunAlamat: Jeringo Lauk, Desa Jeringo, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.

NO PERNYATAAN

1 Istri hamil, suami tidak boleh cukur rambut.

2 Ibu hamil harus menutupi perutnya dengan handuk

3 Tidak boleh ke dapur

4 tidak berhubungan suami istri bila mendengar berita ada tetangga atau orang lain meninggal

5 istri tidak boleh tidur disaat matahari menjelang naik

6 Ibu hami dan suaminya dilarang membunuh binatang , sebab jika itu dilakukan bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu

21

7 Tidak boleh makan udang karena dapat menyebabkan bayi keluar masuk pintu atas panggul serta tidak bisa lahir normal

8 Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur

9 Membawa gunting kecil/pisau/benda tajam lainnya dikantung baju si ibu agar janin terhindar dari marabahaya.

10 Ibu hamil dilarang melilitkan handuk dileher agar anak yang dikandungnya tidak dililit tali pusar.

11 “amit – amit “ adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir” –nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan, mengecewakan, dan sebagainya sebagai harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.

12 Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.

13 Menaruh buah peniti di pakaian. Mitosnya : tidak bisa terbuka jalan lahirnya.

14 Tidak boleh mandi di siang hari

15 Dilarang makan mangga perawe

16 Tidak boleh menginjak atau melewati tulisan dijalan

17 Dilarang makan kepiting

18 Tidak boleh menyimpulkan kain karena menurut mitos dapat menyebabkan pembukaan jalan lahir menjadi lambat

19 Tidak boleh menjahit pakaian

20 Memakai sabuk setelah melahirkan

21 Ibu dan bayinya harus diikatkan tali pada perut, kedua tangan dan kedua kaki agar ibu dan bayi memiliki kontak batin yang kuat dan sebagai tanda bahwa sang bayi sudah diberi nama

22 Suami dan istri juga bersama keluarga tidak boleh sama sekali mengeluarkan kata-kata kotor dan yang kasar

23 Suami istri bersama anggota keluarga harus berusaha untuk meningkatkan amal shaleh dan menjauhi perbuatan tidak terpuji, sepeti dilarang menganiaya manusia dan binatang, tidak menyembelih binatang ternak.

24 tidak boleh BAB disembarang tempat,

25 Seuami dan istri bersama anggota keluarga, harus menjauhi diri dengan makanan yang haram dan diperoleh dengan cara yang tidak terpuji

26 Jangan makan ikan mentah agar bayi tidak bau amis

27 Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama diawal kehamilannya. Jika tidak di turuti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur

28 Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu

22

janin.

29 Ibu hamil tidak boleh benci kepada seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi seperti orang yang dibenci tersebut.

30 Tidak boleh duduk didepan pintu. Mitosnya : sulit saat pembukaan kelahirannya

31 Tidak boleh mandi dengan menggunakan pakaian, karena bisa menyababkan bayi yang lahir dalam keadaan kedinginan dan lemah

32 Tidak boleh duduk diatas alu. Mitosnya : vaginanya tidak bisa kembali normal dan tetap melebar.

33 Tidak boleh memakan buah yang sudah dimakan kelelawar, karena akan menyebabkan bayi tidak bisa keluar karena masih bergelantungan didalam rahim.

34 Dilarang menceritakan dan menghina orang cacat, karena anak yang bakal lahir juga akan cacat

35 Dilarang memaku,memahat,mengail atau menyembelih binatang, anak yang bakal lahir bibir terbelah atau mengalami kecacatan.

36 Dilarang ribut dengan ibu mertua,akan mengalami kesulitan ketika melahirkan anak

37 Minum air kelapa harus memakai gelas

38 Ibu nifas tidak boleh masuk masjid bagi musilim dan tidak boleh masuk pura bagi yang beragama hindu

HASIL WAWANCARA DENGAN BIDAN

Nama : Lale Fanni

Umur : 25 tahun

Alamat: Jeringo Daye, Desa Jeringo

Peran bidan dalam menguatkan aspek positif pada aspek budaya yang ada, yaitu dengan

cara :

Bidan selalu memberi dukungan dan nasihat yang meyakinkan kepada masyarakat

khususnya ibu hamil agar tetap melakukan tradisi yang memang benar berdampak positif

untuk kesehatannya dan janin yang dikandungnya.

Peranan bidan dalam mengurangi dampak negatif pada aspek sosial budaya

1. Melakukan konseling kepada ibu hamil untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang

merugikan kesehatan ibu dan bayinya.

23

2. Mengadakan kelas ibu hamil dan penyuluhan kesehatan

3. Bekerja sama dengan tokoh agama, seperti ustadz untuk membantu penyuluhan

kesehatan. Contohnya dengan membagikan brosur-brosur tentang kesehatan dyang

dibacakan ketika khotbah jum’at atau pada hari-hari tetentu. Bekerja sama dengan

penghulu untuk dapat memberikan konseling pranikah kepada calon pengantin.

BAB IV

PEMBAHASAN

24

Seringkali mitos-mitos atau tradisi dalam suku Sasak dihubungkan dengan akibat yang

menyeramkan, sehingga banyak anggota penganut suatu budaya yang tidak mau mengambil

resiko, memilih menurut saja pada mitos yang berlaku. Di samping itu, terdapat banyak mitos

atau tradisi yang terkait dengan basis etik dan tata nilai supranatural yang tidak boleh

dilanggar/dilakukan.

Beberapa mitos ini (walaupun tidak terkait dengan sejarah tertentu), namun dianggap

memiliki efek mistik (seperti kualat, pamali dan lain-lain) yang cukup kuat bila dilanggar. Maka

masyarakat Sasak senantiasa menghindarinya. Misalnya seperti mitos atau tradisi Ibu hami dan

suaminya dilarang membunuh binatang, sebab jika itu dilakukan bisa menimbulkan cacat pada

janin sesuai dengan perbuatannya itu. Sebenarnya maksudnya adalah ibu hamil beserta suami

dilarang membunuh binatang karena sudah seharusnya manusia juga harus menyayangi dan

memelihara binatang. Bukan berarti membunuh binatang dapat membuat bayi cacat.

Mitos atau tradisi yang terdapat di masyarakat sasak lebih banyak yang tidak ada sangkut

pautnya dengan teori kesehatan ibu dan anak yang ada. Lebih banyak dari mitos atau radisi yang

berdampak negatif dan merugikan seperti pada tabel berikut :

No Pernyataan Positif Negatif Alasan Hubungan dengan

kesehatan

1 Istri hamil, suami tidak

boleh cukur rambut.

Agar bayi yang

dikandung tidak

botak atau cacat.

Memotong

rambut tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

2 Ibu hamil harus

menutupi perutnya

dengan handuk

Agar bayi yang

dikandung tidak

kedinginan/tidak

kepanasan.

Itu merupakan hal

yang tidak perlu,

justru itu

membuat ibu

hamil menjadi

risih.

3 Tidak boleh ke dapur

Karena pada zaman

dahulu orang

memasak

menggunakan

tungku, sehingga

bumil tidak

Hal itu tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu maupun

anaknya.

25

diperbolehkan

untuk memasak

karena bayinya

akan kepanasan.

4 Tidak berhubungan

suami istri bila

mendengar berita ada

tetangga atau orang lain

meninggal

Karena pasutri

takut bayinya

mendapatkan hal

yang buruk karena

mendengar berita

buruk (ada orang

yang meninggal).

Hal tersebut tidak

ada hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

Karena, dari segi

kesehatan ibu

hamil boleh

berhubungan

suami-istri namun

disesuaikan

dengan

keadaannya juga.

5 Istri tidak boleh tidur

disaat matahari

menjelang naik (siang

hari)

Karena takut

anaknya menjadi

anak yang malas.

Dari segi

kesehatan, tidur

siang boleh untuk

ibu hamil karena

itu merupakan

cara penyesuaian

diri dengan

keadaannya yang

sedang hamil

sehingga

membutuhkan

istirahat yang

cukup.

6 Ibu hamil dan suaminya

dilarang membunuh

binatang

Karena jika itu

dilakukan bisa

menimbulkan cacat

pada janin sesuai

dengan

perbuatannya itu.

Dari segi

kesehatan, hal ini

tidak ada

kaitannya dengan

kondisi ibu

maupun anaknya.

Namun, sebagai

makhluk ciptaan

Allah, kita harus

menjaga makhluk

26

lainnya.

7 Tidak boleh makan

udang

karena dapat

menyebabkan bayi

keluar masuk pintu

atas panggul serta

tidak bisa lahir

normal

Karena udang

banyak

mengandung

protein

8 Dilarang makan nanas

Karena nanas

dipercaya dapat

menyebabkan janin

dalam kandungan

gugur

Karena nanas

mengandung zat

bromelian yang

bisa menyebabkan

melemahnya leher

rahim sehingga

menyebabkan

kontraksi. Selain

itu nanas juga

dapat

menyebabkan

diare dan mulas.

9 Membawa gunting

kecil/pisau/benda tajam

lainnya dikantung baju

si ibu.

Karena masyarakat

percaya hal

tersebut dilakukan

agar janin terhindar

dari marabahaya

Kaena dapat

berbahaya apabila

sewaktu-waktu

mengenai ibu.

10 Ibu hamil dilarang

melilitkan handuk di

leher

Karena hal tersebut

dipercaya agar

anak yang

dikandungnya tidak

dililit tali pusar.

Karena dapat

mengganggu

kelancaran

pernafasan

11 “Amit – amit “ adalah

ungkapan yang harus

diucapkan sebagai

“dzikir” –nya orang

hamil ketika melihat

peristiwa yang

menjijikan, mengerikan,

mengecewakan, dan

sebagainya

Hal tersebut

dilakukan sebagai

harapan janin

terhindar dari

kejadian tersebut.

Karena dapat

menyebabkam

orang lain

tersinggung.

12 Ibu hamil tidak boleh Hal tersebut Karena pisang

27

makan pisang yang

dempet

dipercaya dapat

menyebabkan

anaknya jadi

kembar siam.

termasuk buah

yang mengandung

vitamin dan zat-

zat penting yang

berguna untuk

kesehatan ibu dan

janin.

13 Menaruh peniti di

pakaian

Hal tersebut

dipercaya tidak

bisa terbuka jalan

lahirnya.

Karena tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan janin.

14 Tidak boleh mandi di

siang hari

Karena pada siang

hari suhu tubuh

manusia sedang

tinggi sehingga

apabila mandi

disiang hari dapat

menyebabkan

demam.

Karena mandi

siang hari tidak

dapat menambah

kebersihan ibu.

15 Dilarang makan mangga

perawe Karena mangga

tersebut dapat

menyebabkan

gatal-gatal.

Karena justru

buah tersebut

kaya dengan

vitamin c

16 Tidak boleh menginjak

atau melewati tulisan di

jalan

Karena dipercaya

pada bulannya

akan melahirkan,

ibu akan sulit

melahirkan.

Karena hal

tersebut tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan janin.

17 Dilarang makan kepiting

Karena dipercaya

dapat membuat

anak yang

dilahirkan bau

amis.

Karena kepiting

kaya dengan

protein

18 Tidak boleh

menyimpulkan kain

karena menurut

mitos dapat

menyebabkan

pembukaan jalan

lahir menjadi

lambat

Karena tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan janin.

28

19 Tidak boleh menjahit

pakaian saat hamil besar Karena dipercaya

ibu akan kesulitan

dalam melahirkan.

Karena tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan janin.

20 Memakai sabuk setelah

melahirkan

Karena masyarakat

percaya jika

menggunakan

sabuk setelah

melahirkan dapat

mengembalikan

bentuk tubuhnya

seperti semula

Hal tersebut

berhubungan

dengan kesehatan

ibu . Karena dapat

membantu

kembalinya

bentuk perut ibu

seperti semula

21 Ibu dan bayinya harus

diikatkan tali pada perut,

kedua tangan dan kedua

kaki

Karena hal tersebut

dipercaya agar ibu

dan bayi memiliki

kontak batin yang

kuat dan sebagai

tanda bahwa sang

bayi sudah diberi

nama

tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan bayi

22 Suami dan istri juga

bersama keluarga tidak

boleh sama sekali

mengeluarkan kata-kata

kotor dan yang kasar

Karena hal tersebut

dipercaya dapat

menyebabkan sifat

jelek akan menurun

ke anaknya kelak.

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

23 Suami istri bersama

anggota keluarga harus

berusaha untuk

meningkatkan amal

shaleh dan menjauhi

perbuatan tidak terpuji,

sepeti dilarang

menganiaya manusia

dan binatang, tidak

menyembelih binatang

ternak.

Karena dipercaya

dengan begitu

anaknya akan

menjadi anak yang

soleh dan solehah

kelak.

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

24 Tidak boleh BAB

disembarang tempat

Karena masyarakat

percaya jika BAB

sembarangan akan

Hal tersebut

berhubungan

dengan kesehatan

29

terdapatrumah jin

yang dapat

menyebabkan ibu

dan janin diganggu

oleh jin tersebut.

ibu dan anak

karena jika BAB

sembarangan akan

menyebabkan

lingkungan

menjadi kotor dan

dapat

menimbulkan

penyakit.

25 Suami dan istri bersama

anggota keluarga, harus

menjauhi diri dengan

makanan yang haram

dan diperoleh dengan

cara yang tidak terpuji

Karena orang tua

berharap anaknya

akan menjadi anak

yang baik.

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

26 Jangan makan ikan

mentah

Karena hal tersebut

dipercaya dapat

membuat anak bau

amis.

Berhubungan

dengan kesehatan

ibu dan bayi,

karena apabila

memakan ikan

mentah bisa saja

menyebabkan

penyakit karena

kebersihannya

yang tidak

terjamin.

27 Ngidam adalah perilaku

khas perempuan hamil

yang menginginkan

sesuatu, makanan atau

sifat tertentu terutama

diawal kehamilannya

Masyarakat

percaya jika

ngidam tidak di

turuti maka

anaknya akan

mudah

mengeluarkan air

liur

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

28 Ibu tidak boleh keluar

malam

karena masyarakat

percaya banyak roh

jahat yang akan

mengganggu janin

Berhubungan

dengan kesehatan

ibu dan anak

karena tidak baik

jika sering keluar

30

malam,dan dapat

menyebabkan

penyakit jika suhu

tidak stabil.

29 Ibu hamil tidak boleh

benci kepada seseorang

secara berlebihan

Karena dipercaya

anaknya jadi

seperti orang yang

dibenci tersebut

kelak.

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak

30 Tidak boleh duduk di

depan pintu

Hal tersebut

dipercaya akan

sulit saat

pembukaan

kelahirannya

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak

31 Tidak boleh mandi

dengan menggunakan

pakaian,

Karena bisa

menyebabkan bayi

yang lahir dalam

keadaan

kedinginan dan

lemah

Dari segi

kesehatan,

pakaian yang

basah dapat

membuat badan

kedinginan (suhu

tubuh menurun)

dan bisa membuat

seseorang masuk

angin.

32 Tidak boleh duduk di

atas alu. Karena mitosnya

vaginanya tidak

bisa kembali

normal dan tetap

melebar.

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

33 Tidak boleh memakan

buah yang sudah

dimakan kelelawar

Karena akan

menyebabkan

bayinya tidak bisa

keluar karena

masih

bergelantungan di

dalam rahim dan

anak akan

penyakitan.

Berhubungan

dengan kesehatan

ibu dan bayi

karena jika

memakannya

dapat

menyebabkan

penyakit karena

kuman yang ada

34 Dilarang menceritakan Karena masyarakat Tidak ada

31

dan menghina orang

cacat

percaya anak yang

bakal lahir juga

akan cacat

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

35 Ibu hamil dilarang

memaku, memahat, dan

mengail

Karena masyarakat

percaya jika

dilakukan, anak

yang akan lahir

bibir terbelah atau

mengalami

kecacatan

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak,

tetapi hal tersebut

dapat berbahaya

bagi keselamatan

ibu dan anak

36 Dilarang ribut dengan

ibu mertua Karena akan

mengalami

kesulitan ketika

melahirkan anak

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

37 Minum air kelapa harus

memakai gelas

Karena dipercaya

anak akan lahir

dengan bersih.

Berhubungan

dengan kesehatan

ibu dan anak,

karena meminum

dengan

menggunakan

gelas akan lebih

bersih dan rapi.

38 Ibu nifas tidak boleh

masuk masjid bagi

musilim dan tidak boleh

masuk pura bagi yang

beragama hindu

Karena di dalam

agama, masa nifas

sama dengan masa

haid yaitu

mengeluarkan

darah kotor

sehingga dilarang

untuk masuk

kedalam tempat

ibadah.

Tidak ada

hubungannya

dengan kesehatan

ibu dan anak.

39 Suami dan istri

menyembelih binatang Menurut mitos

yang ada,

menyembelih

binatang akan

berdampak buruk

bagi bayi dalam

Dari segi

kesehatan, ini

tidak ada

hubungannya

dengan kondisi

ibu maupun janin.

32

kandungan

sehingga bayi bisa

saja cacat

Sehingga,

menyembelih

binatang adalah

hal yang

diperbolehkan

BAB V

PENUTUP 

5.1 Kesimpulan

Tradisi merarik dalam budaya masyarakat suku Sasak di Lombok, hingga kini lebih

banyak dipahami sebagai selarian (kawin lari). Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila

33

tradisi merarik lebih banyak mendapat konotasi negatif sebagaimana pemahaman tentang

kawin lari yang biasadilakukan oleh pasangan remaja yang tidak mendapat restu dari orang

tua.Bahkan, akibat keluguan masyarakat Sasak yang menyederhanakan katamerariqdengan

istilah memaling (mencuri), kesan negatif itu makin sulit dihindari. Meskiada juga tata cara

perkawinan yang lain, seperti perjodohan dan melamar, pengertianmerariqdengan konotasi

negatif lebih banyak dikenal oleh masyarakatdari luar daerah.Dalam prosesnya, tradisi

merariq dilakukan dengan beberapa tahapan,seperti:merariq, sejati, selabar, nunas wali, nikah,

nyerah gantiran/pisuke, sorong  serah/aji krama, nyongkol , dan baliq lampaq/ tampak.Selain

itu,merariqmemiliki sisi positif dan negatif dalam prakteknya.Selain itu, juga ada beberapa

budaya sasak yang kental dengan adat istiadatnya seperti pada saat kehamilan, yang memiliki

upacara adat yang harus dilakukan.Semasa anak dalam kandungan seorang ibu, banyak sekali

larangan-larangan yang sifatnya psikologi educative yang dilakukan secara spiritual dan

moral agama diberlakukan.

Menjelang anak akan lahir sesudah kandungan memasuki kandungan ke 9 si ibu tidak

boleh melakukan kegiatan yang berat, bahkan melakukan kegiatan dapurpun dikurangi, agar

sang ibu benar-benar siap menghadapi tugas berat melahirkan. Sang ibu juga memakai

remapah-rempah.

Beberapa upacara yang dilakukan seperti upacara menanam ari-ari, upacara medak

api, upacara ngaranin, upacara turun tanak, upacara ngurisan, dan upacara besunat.

5.2 Saran

Sebagai masyarakat suku sasak sebaiknya tetap melestarikan budaya yang telah terjaga

untuk melestarikan warisan nenek moyang. Namun perlu memperhatikan adanya beberapa

mintos yang berkembang seputar masa pernikahan, kehamilan, kelahiran, nifas dan bayi baru

lahir.Sebaiknya setiap mitos tersebut mendapat kajian tentang dampak positif dan negatif agar

tidak merugikan masyarakat itu sendiri.

34