16
ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Oleh: YULIANA WINDARINI A220080015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER

(Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung

Sorban)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

YULIANA WINDARINI

A220080015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

1

Page 3: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

2

Page 4: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

3

Abstrak

ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER

(Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung

Sorban)

Yuliana Windarini, A220080015, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

2013, xvii+123halaman

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan aspek pendidikan

kesetaraan gender dalam film Perempuan Berkalung Sorban, meliputi kesetaraan

gender dalam pendidikan, kesetaraan peran dalam kehidupan rumah tangga,

kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat. Sumber data penelitian ini

adalah Film Perempuan Berkalung Sorban dalam format VCD, sumber data

sekunder adalah sinopsis serta literature, internet, dan penelitian-penelitian

terdahulunya yang relevan. Teknik pengumpulan data adalah telaah dokumen dan

sumber pustaka. Analisisnya menggunakan metode isi: dengan pemaparan

bersifat kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambar, dialog dan alur cerita

film mengandung aspek pendidikan kesetaraan gender. Sebagai seorang

perempuan yang berusaha membagi pengalaman hidupnya kepada santri

pesantren dan merubah cara pandang orang-orang pesantren. Akhirnya karna

usaha Anissa yang begitu keras, pesantren mengalami perubahan sosial dan

Anissa juga membuka perpustakaan di pesantren. Dengan demikian aspek

pendidikan kesetaraan gender sangatlah penting karena dalam mempelajari

perbedaan laki-laki dan perempauan adalah segalanya bagi setiap manusia, oleh

sebab itu aspek pendidikan kesetaraan gender harus selalu dilakukan. Pendidikan

di sekolah yang dapat mendukung pendidikan Kesetaraan gender salah satunya

adalah pendidikan Kewarganegaraan.

Kata Kunci: Film Perempuan Berkalung Sorban, Aspek Pendidikan Kesetaraan

Gender, Analisis Isi dalam Perspektif PKn.

Page 5: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

4

PENDAHULUAN

Kesetaraan gender dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan

Depdiknas sebagai pengambil kebijakan di bidang pendidikan, sekolah secara

kelembagaan dan terutama guru. Dalam hal ini di perlukan standardisasi buku ajar

yang salah satu kriterianya adalah berwawasan gender. selain itu guru akan

menjadi agen perubahan yang sangat menentukan bagi terciptanya kesetaraan

gender dalam pendidikan melalui proses pembelajaran yang peka gender. Gender

yang merupakan pemilihan peran antara laki-laki dan perempuan dalam

kehidupan sosial merupakan bagian dari budaya. Gender secara leksikon

merupakan identitas atau penggolongan gramatikal yang berfungsi

mengklasifikasi suatu benda pada kelompok-kelompoknya. Penggolongan ini

secara garis besar berhubungan dengan kategori feminim dan maskulin. Secara

terminologi, gender digunakan untuk menandai perbedaan segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat dengan perbedaan seksual (Illich dalam Munthali’in,

2001). Perbedaan yang dimaksud termasuk di dalamnya adalah bahasa, tingkah

laku, pikiran makanan, ruang, waktu, harta milik, tabu, teknologi, media massa,

mode, pendidikan, profesi, alat-alat produksi, dan alat rumah tangga (Dzuhayatin

dalam Munthali’in, 2001). Gender dirumuskan pula sebagai perbedaan fungsi dan

peran sosial, serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi

secara sosial sehingga dapat berubah dari waktu kewaktu.

Pelaksanaan pendidikan kesetaraan gender dapat dilakukan melalui mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang memilih visi dan misi

menjunjung tinggi nilai-nilai moral positif. Sementara itu tujuan mata pelajaran

PKn tersebut, sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

No. 22 dan No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi

Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut:

Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

serta anti korupsi, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama

Page 6: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

5

dengan bangsa-bangsa lainnya, berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam

percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi (pasal 3).

Guru merupakan fasilitator bagi siswa dalam memahami dan menghayati

materi pelajaran. Demi menunjang terlaksananya proses pembelajaran, guru perlu

alat bantu atau media, salah satunya adalah melalui media film, sebab dalam unsur

film terkandung bermacam-macam pesan edukatif yang dapat digunakan sebagai

alternatif media pembelajaran. Melalui film peserta didik diharapkan mampu

mendapatkan pengalaman belajar yang lain dan bisa dijadikan sarana belajar

dalam memahami pesan yang terkandung adalah film terebut. Dengan bantuan

media film peserta didik diharapkan bisa melaksanakan dalam kehidupannya

sehari-hari, khususnya mengenai ajaran kesetaraan gender yang terkandung dalam

film yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban.

Film Perempuan Berkalung Sorban garapan Hanung Bramantyo

merupakan film yang bernuansa keagamaan, sekaligus gambaran kegigihan

seorang perempuan untuk meraih keinginannya bebas dan melihat dunia luar

seperti yang menjadi cita-citanya.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, sekaligus untuk

memfokuskan pengumpulan dan analisis data, maka dirumuskan tujuan penelitian

ini sebagai berikut: untuk menggambarkan konstruksi kesetaraan gender dalam

memperoleh pendidikan pada film Perempuan Berkalung Sorban, untuk

menggambarkan konstruksi kesetaraan peran dalam kehidupan rumah tangga pada

film Perempuan Berkalung Sorban, dan untuk menggambarkan konstruksi

kesetaraan gender dalam keseharian masyarakat pada film Perempuan Berkalung

Sorban.

LANDASAN TEORI

Gender secara lebih jelas dalam Women’s Studies Encyclopedia ditegaskan

bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan

peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan

perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Mulia dalam Marzuki, 2009).

Gender sebagai konstruksi budaya adalah kebudayaan mencangkup bahasa yang

Page 7: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

6

amat luas, secara sederhana dipahami sebagai sistem ide milik bersama yang

dipakai untuk pedoman dalam kehidupannya (Keesing dan Suparlan dalam

Munthali’in, 2001). Gender sebagai pemilahan peran laki-laki dan perempuan

adalah Pemilahan sifat dan peran tersebut mengakibatkan terjadinya dominasi

laki-laki terhadap perempuan, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun di

dunia publik. Dalam kehidupan rumah tangga, laki-laki/suami dengan sifatnya

yang maskulin, ditempatkan oleh budaya pada posisi sebagai kepala rumah

tangga, sedang istri/perempuan sebagai orang keduanya.

Teori pemilahan laki-laki dan perempuan ialah teori dasar yang sering

digunakan dalam membedah sekaligus membenarkan perbedaan sifat, posisi, dan

peran antara laki-laki dan perempuan.

Ketidakadilan gender adalah suatu sistem yang struktural yang

menempatkan laki-laki maupun perempuan sebagai korban dari sistem tersebut

(Faqih dalam Munthali’in, 2001). Untuk memahami perbedaan gender yang

melahirkan ketidak adilan tersebut dapat dilihat melalui berbagai manifestasi dari

ketidakadilan tersebut masing-masing tidak bisa dipisah-pisahkan, saling terkait,

dan berpengaruh secara dialektis.

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan

untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu

berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial

budaya, pendidikan dan pertahanan keamanan nasional (Hamkamnas), serta

kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga

meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural baik terhadap

laki-laki maupun perempuan (zaxshack, 2009).

Cakupan Kesetaraan Gender. mencakup kesetaraan peran dan posisi laki-

laki dan perempuan dalam kehidupan sosial. Kesetaraan yang melahirkan keadilan

bagi laki-laki dan perempuan dalam menjalani kehidupan. Kesetaraan peran yang

dimaksud diantaranya adalah kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam

memperoleh pendidikan seperti yang menjadi tema penelitian ini.

Page 8: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

7

Awal perjuangan kesetaraan gender bisa dilacak mula munculnya

perkumpulan “Putri Mardika” yang dalam tahun 1915 mengirimkan mosi kepada

Gubernur jenderal agar supaya kaum laki-laki maupun perempuan diberlakukan

sama di muka hukum. Berdasarkan kodrat Tuhan Yang Maha Esa, manusia

diciptakan berpasang-pasangan yang terdiri atas perempuan dan laki-laki yang

saling membutuhkan sama lainnya (Suryochondro, 1984:88).

Perkembangan Kesetaraan Gender Saat Ini. Emansipasi kaum perempuan

dapat dikatakan mulai lahir ketika muncul kontroversi yang menyangkut sikap

atau perilaku dan pandangan seseorang dalam hal menghargai perempuan. Akan

terlihat dengan jelas apabila dilihat dari sejarah masa lalu saat indonesia masih

dijajah, kaum perempuan kurang dihargai oleh para penjajah yang berlaku

sewenang-wenang (Kompasiana, 2012).

Pengertian Pendidikan Kesetaraan Gender. Kesamaan kondisi bagi laki-

laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum,

ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan keamanan nasional

(Hamkamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut

(Zaxshack, 2009). Jadi Pendidikan kesetaraan gender adalah persamaan dan peran

sosial dalam hal mendapatkan kesempatan, atau pengakuan yang sama atas hak

asasi manusia.

Tuntutan Pendidikan Kesetaraan Gender. Mendorong perempuan

Indonesia untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi terlihat sangat baik.

Kenyataannya perempuan sekarang bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi

dan sejajar dengan laki-laki.

Kesetaraan Gender Dalam Kebijakan Perundang-Undangan. UU No. 7

Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi terhadap Wanita dalam pelaksanaannya diatur dalam Inpres No. 9

Tahun 2000 tentang Kesetaraan Gender. Inpres tersebut berisi persamaan hak

perempuan untuk berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi,

sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam

menikmati hasil pembangunan (Fanani, 2012).

Page 9: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

8

Visi, Misi, dan Tujuan PKn diharapkan mampu memberikan wawasan dan

kesadaran bernegara kepada peserta didik serta membentuk sikap dan perilaku

cinta tanah air, tertib hukum serta bertanggung jawab sehingga peserta didik dapat

menjadi warganegara yang baik.

Kurikulum PKn yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan harus

memuat tentang penanaman pendidikan kesetaraan gender. Untuk itu, dalam

mengukur muatan materi dan pelaksanaan aspek pendidikan kesetaraan gender

tidak lepas dari kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan

SKKD dan pembuatan silabus.

Muatan Kesetaraan Gender Dalam PKn. Keterkaitan materi PKn SMP

dengan kurikulum PKn yaitu dalam SK KD yang merupakan pernyataan dan

materi PKn itulah yang disampaikan dalam proses pembelajaran PKn. Karena itu

semua perangkat pembelajaran PKn, juga harus mengacu pada materi SK KD

termasuk penggunaan media pembelajaran PKn. Film Perempuan Berkalung

Sorban yang memuat pendidikan kesetaraan gender dapat dimanfaatkan untuk

media pembelajaran PKn.

Film adalah “karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi

imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang

sempurna (Ardianto dan Lukiati, 2005: 134). Film adalah “gambar hidup, juga

sering disebut movie, secara kolektif sering disebut sinema” (Ayonana, 2010).

Film berfungsi sebagai: sarana pemberdayaan masayarakat luas, pengekspresian

dan perkembangan seni, budaya, pendidikan dan hiburan, sebagai sumber

penerangan dan informasi, bagian dari komoditas ekonomi saat ini (Blogspot,

2011).

Macam-macam Film. Sejak manusia mengenal karya seni ini, dibuatlah

macam-macam film yang memiliki berbagai tema dan ide cerita. Jenis dan genre

film dibagi menjadi berbagai jenis, tergantung dengan tema dan cerita yang

diangkat. Film juga mempunyai karakteristik yaitu layar yang luas/lebar,

pengambilan gambar, konsentrasi penuh, identifikasi psikologi.

Page 10: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

9

Media pembelajaran PKn adalah media yang terpilih dan cocok untuk

karakter PKn. Media pembelajaran dalam PKn harus dapat menstimulus lahirnya

proses pembelajaran yang aktif dan kreatif. Media pembelajar PKn dapat

menggunakan berbagai jenis media, yaitu media visual, media audio video atau

media berbasis komputer (Kurniansyah, 2011).

METODE PENELITIAN

Setting cerita Film Perempuan Berkalung Sorban berlangsung di Jawa

Timur dan Yogyakarta. Sebagaimana meneliti film, maka jenis penelitian ini

adalah penelitian kualitatif menggunakan metode analisis isi. Menggunakan

pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini yang diutamakan adalah

kualitas analisis. Subjek penelitian adalah Film Perempuan Berkalung Sorban.

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Analisis data menggunakan pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan

kesimpulan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh

informasi mengenai Aspek Pendidikan Kesetaraan gender (Analisis Isi dalam

Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban) dengan hasil

sebagaimana pemaparan di bawah ini.

Deskripsi konstruksi kesetaraan gender dalam pendidikan pada film

perempuan berkalung sorban disajikan melalui sebuah keluarga yang hidup di

lingkungan pesantren dan menggambarkan seorang perempuan tegas, keras kepala

dan mandiri yang disampaikan pada dialog dan adegan tokoh Anissa, yang selalu

mengkritisi dunia laki-laki. Anissa selalu berjuang untuk mendapat haknya

sebagai seorang perempuan dan mendapatkan seorang suami yang bisa

menyanyanginya. Dalam film ini, Anissa selalu dibedakan dengan Reza dan

Wildan sebagai kakak laki-laki. Anissa menganggap ayahnya terlalu membeda-

bedakan, Anissa selalu melawan apa yang dikatakan ayahnya. Keinginan Anissa

bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi seperti Reza dan Wildan, tetapi

Page 11: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

10

ayahnya malah menyuruh Anissa untuk menikah dengan Samsudin anak dari

sahabat ayahnya. Akhirnya Anissa menikah dengan Samsudin dan menjadi

seorang istri. Tetapi rumah tangganya tidak bahagia, Samsudin suka mabuk-

mabukan dan menganiaya istrinya. Setelah bercerai dengan Samsudin, Anissa

pergi ke Jogja untuk melanjutkan studinya. Kemudian Anissa menikah lagi

dengan Khudori dan mempunyai seorang anak, Dia juga menjadi seorang penulis.

Anissa berusaha keras untuk menyakinkan keluarga pesantren untuk mengajarkan

pada santri pesantren mengenai kebebasan dan hak seorang perempuan, Anissa

juga ingin membangun sebuah perpustakaan di dalam pesantren.

Deskripsi Konstruksi Kesetaraan Peran dalam Kehidupan Rumah Tangga

pada Film Perempuan Berkalung Sorban. Anissa meski dengan terpaksa akhirnya

menikah dengan Samsudin. Empat tahun sudah Anissa menjalani rumah

tangganya. Selama itu Anissa, tidak pernah bahagia dengan kehidupan rumah

tangganya, Samsudin selalu mabuk-mabukkan dan pulang malam. Karna

suaminya sering mabuk-mabukkan, Anissa sempat menyindir suaminya dan

membuat suaminya kesal. Anissa juga bertanya pada suaminya, kapan bisa

melanjutkan sekolah lagi, tapi keinginan Anissa itu di tolak Samsudin. Samsudin

menginginkan Anissa tetap dirumah, duduk manis dan nunggu suami pulang, tapi

Anissa menolak keinginan suaminya dan tetap ingin melanjutkan sekolah.

Samsudin semakin marah dan memperlakukan Anissa dengan kasar, Anissa juga

di dorong ketembok, dipukul dan diancam oleh suaminya. Esok harinya, di saat

Anissa sedang masak Samsudin minta di buatkan kopi, karna Anissa masih sibuk

masak dan kelamaan membuatkan kopi Samsudin langsung membentak Anissa,

Anissa kaget dan memecahkan gelas. Samsudin semakin marah pada Anissa dan

malah membanting-banting gelas. Kemudian di saat Anissa sedang menjemur

Page 12: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

11

baju, Samsudin memanggil Anissa menyuruh Anissa menemaninya, tapi Anissa

menolak karna mendengar adzan berkumandang dan ingin beribadah dahulu.

Samsudin marah, lalu menarik Anissa ke kamar mandi, dipukuli dan memaksa

berhubungan suami istri. Pada suatu hari Samsudin memaksa Anissa lagi untuk

berhubungan suami istri, karna ketakutan Anissa keluar kamar dan menodongkan

gunting pada suaminya. Karna Anissa tidak tahan lagi dengan perlakuan

suaminya, Ia ingin pergi dari rumah. Tapi Samsudin menangis sambil memohon

pada Anissa agar tidak pergi dari rumah dan tidak meninggalkannya. Esok

harinya, ketika Anissa duduk merenung, tiba-tiba ada seorang perempuan yang

sedang mengandung datang mencari Samsudin dan minta pertanggung jawaban.

Anissa sangat kecewa dengan suaminya yang telah menghamili perempuan lain,

karna kecewa Anissa minta cerai pada suaminya. Tapi orang tua Samsudin tidak

setuju dengan keputusan Anissa, dengan terpaksa Anissa tidak jadi bercerai

dengan Samsudin dan mengijinkan suaminya menikah lagi. Akhirnya Anissa

tinggal serumah dengan istri kedua Samsudin. Berdasarkan gambaran di atas,

kesetaraan gender suami istri belum memadai.

Deskripsi Konstruksi Kesetaraan Gender dalam Kehidupan Keseharian

Masyarakat pada Film Perempuan Berkalung Sorban. Setelah Anissa dewasa,

Anissa di kenal sangat baik, ramah, dan pintar. Anissa di kagumi banyak orang.

Tapi dalam kehidupan di pesantren sangat membeda-bedakan laki-laki dan

perempuan. Laki-laki bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, tapi perempuan

setelah lulus SMA harus menikah, menjadi ibu rumah tangga, mengurus suami

dan mengurus anak. Di lingkungan pesantren juga sangat mengutamakan

keagamaannya. Kemudian setelah Anissa lulus SMA ingin melanjutkan sekolah

yang lebih tinggi, tapi ayahnya melarang Anissa melanjutkan sekolah sebelum

Page 13: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

12

Anissa menjadi mukrim seseorang. Tapi Anissa menolak untuk menikah, tapi

ayahnya tetap memaksa Anissa menikah dan akhirnya Anissa menuruti

permintaan ayahnya untuk menikah. Berbeda dengan kehidupan di Jogjakarta,

Anissa bisa merasakan hidup bebas dan bisa mendapatkan banyak pengalaman. Di

Jogja Anissa bisa mengenal satu sama lain, tidak ada yang saling membedakan

antara laki-laki dan perempuan. Anissa juga bisa mendapat pengalaman luas dan

menjadi seorang penulis. Sambil kuliah Anissa juga bekerja sebagai konselor di

kantor Mariam, Anissa pertama bekerja langsung mendapat client. Anissa

berusaha menyelesaikan masalah client tersebut, karna cliennya itu selalu disiksa

dan dianiaya suaminya. Dalam persidangan Anissa berhasil menyelesaikan

masalah clientnya dan clientnya sangat bahagia, karna bisa terbebas dari

suaminya. Kemudian Anissa juga berusaha melakukan perubahan di pesantren,

Anissa selalu memberikan buku-bukunya pada anak santri, agar anak santri bisa

mendapatkan pengalaman yang lebih luas dan bisa mencurahkan pendapatnya.

Anissa juga akan membuat perpustakaan modern di pesantren, agar anak santri

bisa mengenal apa arti kebebasan sesungguhnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

a. Aspek pendidikan kesetaraan gender dalam film perempuan berkalung sorban

disajikan secara jelas, baik dalam bentuk gambar maupun dialog. Secara rinci

dijadikan narasi deskripsi umum isi Film Perempuan Berkalung Surban.

b. Deskripsi konstruksi kesetaraan gender dalam pendidikan kesetaraan gender

dalam film Perempuan Berkalung Sorban tertuang dialog, gambar dan alur

Page 14: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

13

cerita film, yaitu diantaranya melanjutkan pendidikan di Yogjakarta, upaya

perbaikan pendidikan santriwati, dukungan kesetaraan perlakuan pada

Santriwati, serta kegigihan mengupayakan kesetaraan pada Santriwati. Namun

hambatannya nampak pada larangan orang tua, untuk melanjutkan sekolah,

dipaksa menikah, pandangan stereotipe negatif pada wanita.

c. Deskripsi konstruksi kesetaraan peran dalam kehidupan rumah tangga meliputi,

kesetaraan peran dalam rumah tangga, namun juga ditampilkan kekerasan

terhadap istri dalam kehidupan rumah tangga, dan subbordinasi istri oleh

suaminya.

d. Deskripsi konstruksi kesetaraan gender dalam kehidupan keseharian

masyarakat digambarkan ketika perempuan bekerja di sektor publik (luar

Rumah), dan ketika perempuan menunjukkan eksistensi di sektor publik.

SARAN

1. Kepada remaja dan mahasiswa

a. Remaja dan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus memahami

tentang pentingnya aspek pendidikan kesetaraan gender.

b. Mahasiswa diharapkam mampu memanfaatkan media film sebagai media

pembelajaran.

c. Menanamkan aspek pendidikan kesetaraan gender agar tidak terjadi

perselisihan atau perbedaan.

2. Kepada orang tua

a. Orang tua hendaknya memberikan penanaman contoh kesetaraan gender

dalam keluarga, dimulai dari orang tua sendiri sehingga dapat menjadi

teladan bagi anak-anaknya.

b. Orang tua hendaknya melakukan proses seleksi terlebih dahulu, film

mana yang sesuai dan layak dijadikan sebagai media pembelajaran bagi

Page 15: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

14

anak. Serta mendampingi anak-anak dalam melihat tayangan film di

televisi.

3. Kepada guru PKn

Guru PKn diharapkan dapat membuka wawasan melalui media pendidikan

melalui film, agar film dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang

sama bersifat positif.

4. Kepada masyarakat

a. Masyarakat diharapkan selalu memberi perhatian kepada generasi muda

berkaitan dengan upaya pembelajaran pendidikan kesetaraan gender dan

mengarahkan generasi muda dapat saling menghargai sesamanya.

b. Masyarakat adalah elemen penting bagi terwujudnya suatu pendidikan

yang sehat. Masyarakat diharapkan bisa memberikan contoh yang baik

kepada orang lain mengenai aspek pendidikan kesetaraan gender melalui

film perempuan berkalung sorban.

Page 16: ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi …eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdfASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film

15

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto dan Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:

Sembiosa Rekatama Media.

.

Http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film. Diakses pada tanggal

10 Oktober 2012 pukul 09:00.

Http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/19/kesetaraan-gender-diterapkan-dalam-

pendidikan/. Diakses pada tanggal 19 November 2012 pukul 21:10.

Http://filmmoviemania14.blogspot.com/2011/12/fungsi-film.html. Diakses pada

tanggal 5 Desember 2012 pukul 20:00.

Http://mainunkurniansyah.blogspot.com/2011/04/media-pembelajaran-

pendidikan.html. Diakses pada tanggal 22 Februari 2013 pukul 16:40.

Http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Marzuki,Dr.M.Ag.Kajian-Awal-

Tentang-Teori-Teori-Gender. Diakses pada tanggal 23 November 2012

pukul 16:40.

Http://zaxshack.wordpress.com/2009/02/12/iii-faktor-kesenjangan-dibidang-

hukum-dan-politik/. Diakses pada tanggal 14 Januari 2012 pukul 08:15.

Http://www.kalyanamitra.or.id/2012/09/kesetaraan-gender-kondisi-perempuan-

yang-perlu-diwujudkan/. Diakses pada tanggal 18 November 2012 pukul

19:30.

Munthali’in, Achmad. 2001. Bias Gender Dalam Pendidikan. Surakarta:

Muhammadiyah University Press.

RI. 2003. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta : CV.Eka Jaya.

Suryochondro, Sukanti. 1984. Potret Pergerakan Wanita Di Indonesia. Jakarta:

CV. Rajawali.