74
ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI TRENZ SANDWICH CRACKERS DI PT. INDOBISKUIT MANDIRI MAKMUR Oleh : FINA MARDIYANTI F14061260 1

ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

TRENZ SANDWICH CRACKERS

DI PT. INDOBISKUIT MANDIRI MAKMUR

Oleh :

FINA MARDIYANTI

F14061260

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

1

Page 2: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

TRENZ SANDWICH CRACKERS

DI PT. INDOBISKUIT MANDIRI MAKMUR

Laporan Praktek Lapangan

Oleh :

FINA MARDIYANTI

F14061260

Bogor, Oktober 2009

Menyetujui,

Pembimbing Akademik

Ir. Mad Yamin, MT.

NIP. 131 624 185

2

Page 3: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………. 8

A. LATAR BELAKANG……………………………………... 8

B. TUJUAN……………………………………………………9

C. METODOLOGI…………………………………………….9

D. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN……………... 10

BAB 11. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN……………………..11

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN….. 12

B. LOKASI PERUSAHAAN………………………………….13

C. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN……………. 13

D. KETENAGAKERJAAN…………………………………... 14

E. HASIL PRODUKSI DAN PEMASARAN………………... 15

BAB III. BAHAN BAKU DAN PROSES PRODUKSI…………….. 19

A. BAHAN BAKU……………………………………………. 19

B. BAHAN PENUNJANG……………………………………. 20

C. PROSES PRODUKSI……………………………………… 23

BAB VI. PEMBAHASAN…………………………………………... 32

A. ERGONOMIKA…………………………………………… 32

1. SIKAP DAN POSISI KERJA………………………….34

2. KEBISINGAN………………………………………… 36

3. GETARAN……………………………………………. 42

4. TEMPERATUR………………………………………. 44

5. PENCAHAYAAN……………………………………. 47

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………… 49

A. KESIMPULAN…………………………………………… 49

B. SARAN…………………………………………………… 49

3

Page 4: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 50

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 51

4

Page 5: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembagian jadwal jam kerja tenaga kerja shift di PT. IMM.......... 13

Tabel 2. Pembagian jadwal jam kerja tenaga kerja nonshift di PT.IMM...... 13

Tabel 3. Skala Intensitas Kebisingan………………………………………. 39

Tabel 4. Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja…………….. 40

Tabel 5. Jenis-jenis dari akibat-akibat kebisingan…………………………. 42

5

Page 6: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Trenz Sandwich Keju………………………………………….. 17

Gambar 2. Trenz Sandwich Kacang……………………………………….. 17

Gambar 3. Trenz Sandwich Pisang Keju………………………………….. 18

Gambar 4. Gambar Proses Mixing………………………………………… 25

Gambar 5. Gambar Laminator…………………………………………….. 26

Gambar 6. Gambar Proses Forming………………………………………. 26

Gambar 7. Gambar Proses Baking………………………………………... 27

Gambar 8. Gambar Proses Oil Spray……………………………………… 28

Gambar 9. Gambar Proses Cooling……………………………………….. 29

Gambar 10. Gambar Proses Creaming……………………………………. 30

Gambar 11. Gambar Proses Packing……………………………………… 31

Gambar 12. Persepsi tentang kenyamanan dipengaruhi oleh pengambilan

data ukuran/dimensi/anthropometri yang tepat dalam perencanaan

desain…………………………………………………………. 36

Gambar 13. Struktur Telinga Manusia……………………………………. 38

6

Page 7: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tata Letak Pabrik…………………………………………….. 51

Lampiran 2. Struktur Organisasi……………………………………………52

7

Page 8: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Era globalisasi membawa pengaruh yang sangat besar bagi

perkembangan perekonomian dunia. Globalisasi yang identik dengan pasar

bebas membuat transaksi perdagangan antar negara menjadi semakin mudah.

Kondisi tersebut membawa tantangan tersendiri bagi industri-industri yang

ada di Indonesia untuk dapat menjaga agar produknya tetap mampu bersaing

baik di pasar lokal maupun internasional.

Salah satu faktor yang kemudian menjadi kunci penyelesaian dari

tantangan tersebut adalah tersedianya sumber daya yang berkualitas. Dalam

hal ini, perguruan tinggi menjadi lembaga yang berperan penting dalam usaha

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Tentunya usaha tersebut

tidak semata-mata hanya dilakukan oleh perguruan tinggi saja, tetapi juga

membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian, SDM yang

dihasilkan akan mempunyai daya saing tinggi dan sesuai dengan apa yang

dibutuhkan oleh dunia kerja.

Perusahaan atau industri merupakan salah satu pihak yang dapat

membantu perguruan tinggi dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dari segi penguasaan ilmu dan teknologi. Berdasarkan alasan

tersebut, Fakultas Teknologi Pertanian IPB kemudian mewajibkan

mahasiswanya untuk melaksanaan praktek lapangan di akhir semester enam.

Melalui praktek lapangan, mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh di bangku kuliah untuk menganalisis informasi yang diperoleh dari

perusahaan. Selain itu, mahasiswa juga memperoleh kesempatan untuk

menghadapi secara langsung masalah-masalah yang dialami oleh perusahaan

sehingga dapat menjadikannya sebagai pengalaman ketika menghadapi dunia

kerja yang sesungguhnya.

Topik yang menjadi materi praktek lapangan kali ini adalah aspek

ergonomika. Aspek ergonomika adalah aspek yang sangat penting dalam

suatu industri. Teknologi yang digunakan dalam proses pengolahan oleh

8

Page 9: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

suatu industri akan menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Dalam hal

ini, produk yang dihasilkan harus memiliki standar mutu yang sesuai dengan

spesifikasi produk yang telah ditentukan perusahaan. Selain mempengaruhi

kualitas produk, penggunaan teknologi proses yang tepat juga berpengaruh

terhadap efisiensi produksi untuk meminimunkan biaya.

B. TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya praktek lapangan ini adalah sebagai berikut :

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat terutama aspek ergonomika

dengan praktek secara nyata sebagai bekal dalam menghadapi dunia

kerja.

2. Memperoleh pengalaman kerja sesuai dengan bidang profesi yang

ditekuninya.

3. Meningkatkan wawasan dan keterampilan mahasiswa khususnya pada

pada PT. Indobiskuit Mandiri Makmur, Purwakarta.

4. Memberikan masukan kepada perusahaan sehingga dapat terjalin suatu

komunikasi dua arah antara mahasiswa dan perusahaan.

5. Melatih kemampuan agar lebih cekatan dalam menyelesaikan suatu

masalah riil dalam suatu industri.

6. Menjalin hubungan yang baik antara mahasiswa dengan pihak industri.

7. Melatih mahasiswa agar dapat beradaptasi dalam dunia industri dan

mampu bersosialisasi dengan masyarakat.

C. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam praktek lapangan adalah pengamatan

di lapangan, praktek langsung, dan telaah pustaka.

Pengamatan di Lapangan

Pengamatan langsung di lapangan terhadap aspek-aspek

ergonomika pada seluruh kegiatan yang diterapkan di perusahaan.

Wawancara

9

Page 10: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Wawancara dilakukan sebagai upaya pengumpulan informasi dan

data yang berhubungan dengan aspek-aspek yang dipelajari. Wawancara

ini dilakukan terhadap pihak-pihak terkait dengan topik yang ada.

Praktek Langsung

Kegiatan praktek langsung dilakukan dengan ikut terlibat atau

membantu dalam kegiatan proses produksi. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk memperoleh pengalaman kerja dan melatih kemampuan mahasiswa

dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari.

Telaah Pustaka

Telaah pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur

yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan, baik berasal dari studi

pustaka maupun data dan informasi yang diperoleh dari industri.

D. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Praktek Lapangan ini dilaksanakan di PT. Indobiskuit Mandiri

Makmur, Purwakarta. Dengan waktu praktek lapangan selama dua bulan (40

hari kerja efektif) antara tanggal 13 Juli 2009 sampai dengan 29 Agustus

2009.

10

Page 11: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

BAB II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

PT. Indobiskuit Mandiri Makmur merupakan divisi biskuit dari PT.

Indofood Sukses Makmur, Tbk. PT. Indobiskuit Mandiri Makmur didirikan

pada tanggal 25 Februari 1993 dengan nama PT. Ubindo Aneka Biskuit. PT.

Ubindo Aneka Biskuit merupakan merupakan kerjasama antara PT. Indofood

Sukses Makmur, Tbk. dan United Biscuit dari Inggris.

Pada tanggal 29 Maret 1999, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.

mengambil alih saham PT. Ubindo Aneka Biskuit secara penuh dan

mengubah namanya menjadi PT. Prima Aneka Biskuit yang kemudian pada

tanggal 15 September 1999 PT. Ubindo Aneka Biskuit berganti nama

menjadi PT. Prima Aneka Berjaya. Perusahaan ini sempat sukses dengan

produk Dueto dan Trenz, hingga akhirnya pada tahun 2005 PT. Prima Aneka

Berjaya gulung tikar.

Pada tanggal 09 September 2005 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.

mendirikan lagi perusahaan divisi biskuit dengan nama PT. Indobiskuit

Mandiri Makmur dengan izin usaha industri dengan No.

939/T/INDUSTRI/2006 dan telah mendapatkan Tanda Daftar Perusahaan

(TDP) dari propinsi Jawa Barat dengan No. 10.09.11500501 yang masih

berproduksi hingga sekarang.

Mesin produksi utama yang dimiliki oleh PT. IMM adalah 2 unit

oven. Produk andalan yang dihasilkan adalah sandwich crackers, mini

crackers, assortment dan crackers. PT. IMM telah mengalami perluasan

lahan sebesar.......untuk penyimpanan produk jadi. Saat ini total luas area

lahan PT. IMM adalah 31.142 m2 dan luas bangunan 31.124 m2. Jumlah

biskuit yang dihasilkan minimum per hari adalah 2000 karton/hari.

B. LOKASI PERUSAHAAN

PT. Indobiskuit Mandiri Makmur (PT. IMM) berlokasi di Kawasan

Industri Bukit Kota Bukit Indah, Blok A II Kav. 16-18, Dangdeur/Bungursari,

11

Page 12: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Kab. Purwakarta, Jawa Barat. Pabrik ini berdiri diatas area lahan seluas

31.142 m2. Denah PT. Indobiskuit Mandiri Makmur dapat dilihat pada

lampiran 1, sedangkan batas-batas wilayahnya yaitu :

Sebelah Utara : Bangunan pabrik PT. Indopoly Swakarsa Industri

Sebelah Timur : Bangunan bekas PT. Indobiskuit

Mandiri Makmur lama

yang terbakar

Sebelah Barat : Jalan Bukit Akasia III

Sebelah Selatan : Bangunan pabrik PT. Nissan Motor

Indonesia

C. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

Organisasi adalah pola hubungan yang menjadi jalan bagi karyawan

dengan pengarahan dari manajer untuk mencapai satu tujuan yang sama.

Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang dipikirkan oleh manajer

untuk membagi-bagi dan mengkoordinasikan aktifitas anggota suatu

organisasi. Struktur organisasi mengacu pada cara membagi,

mengelompokkan, dan mengkoordinasikan aktifitas organisasi menjadi

hubungan antara manajer dan karyawan, manajer dan manajer, serta

karyawan dengan karyawan. Dengan adanya struktur organisasi maka

pembagian kerja tiap-tiap karyawan jelas sehingga setiap karyawan

bertanggung jawab untuk beberapa aktifitas terbatas bukan tugas secara

keseluruhan.

Bentuk struktur organisasi PT. Indobiskuit Mandiri Makmur adalah

struktur organisasi garis dan staf. Pada bentuk oragnisasi ini terdapat satu atau

lebih staf. Struktur organisasi ini juga memiliki cakupan kerja yang luas dan

bidang-bidang tugas yang berbeda-beda dengan jumlah karyawan yang

banyak.

Dalam struktur organisasi PT. Indobiskuit Mandiri Makmur terdapat

dua kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif. Kekuasaan

legislatif dimiliki oleh Board of Director (Dewan Direksi) sebagai penentu

kebijaksanaan. Kekuatan eksekutif dipegang oleh Senior Manager yang

12

Page 13: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

dibantu oleh manajer-manajer lainnya. Senior Manager membawahi beberapa

departemen yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab

langsung ke Senior Manager. Bagan struktur organisasi di PT. IMM dapat

dilihat pada Lampiran 2.

D. KETENAGAKERJAAN

PT. IMM memiliki tenaga kerja sejumlah 489 orang dimana semua

karyawan tersebut memiliki kedudukan masing-masing. Di PT. IMM

mempunyai beberapa pembagian tenaga kerja, yaitu pemabagian berdasarkan

jam kerja, keterikatan pada perusahaan, dan system pembayaran gaji. Berikut

ini adalah pembagian-pembagian tenaga kerja di PT. IMM :

1. Pembagian Tenga Kerja Berdasarkan Jam Kerja

Hari kerja yang diterapkan oleh PT. IMM adalah enam hari kerja

yaitu mulai hari senin hingga hari sabtu, serta libur pada hari minggu dan

hari libur nasional. Tidak semua tenaga kerja memiliki jam kerja yang

sama untuk setiap harinya. Oleh karena itu, tenaga kerja dibedakan

menjadi tenaga kerja shift dan tenaga kerja nonshift.

a. Tenaga kerja shift

Tenaga kerja shift adalah tenaga kerja yang bekerja pada bagian

proses produksi (persiapan bahan baku, mixing, forming, baking,

cooling, creaming, dan packing), QA (Quality Assurance) Field dan

Satpam. Setiap harinya tenaga kerja dibagi menjadi tiga shift.

Pembagian shift tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pembagian jadwal jam kerja tenaga kerja shift di PT. IMM

No. Shift Waktu

1. Shift 1 08.00-16.00

2. Shift 2 16.00-24.00

3. Shift 3 24.00-08.00

b. Tenaga kerja nonshift

13

Page 14: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Tenaga kerja nonshift merupakan tenaga kerja yang bekerja di

kantor (staf kantor) yaitu untuk administrasi, PPIC dan Warehouse,

Purchase, Accounting dan PDQC (Product Development Quality

Control). Jadwal jam kerja tenaga kerja nonshift dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Pembagian jadwal jam kerja tenaga kerja nonshift di

PT.IMM

No. Hari Waktu Istirahat

1. Senin-Kamis 08.00-17.00 12.00-13.00

2. Jum’at 08.00-17.00 11.30-13.00

2. Pembagian Tenaga kerja Berdasarkan Keterikatan terhadap

Peusahaan

a. Tenaga kerja tetap, yaitu tenaga kerja yang bekerja secara permanen

tanpa ada keterikatan kontrak dengan perusahaan.

b. Tenaga kerja kontrak, yaitu tenaga kerja yang dibatasi masa kerjanya

kerena adanya kontrak dengan perusahaan.

3. Pembagian Tenaga Kerja Berdasarkan Sistem Pembayaran Gaji

a. Tenaga kerja harian, yaitu tenaga kerja yang gajinya dihitung secara

harian tetapi pembayarannya setiap satu bulan sekali. Tenaga kerja

ini adalah para pekerja pabrik.

b. Tenaga kerja bulanan, yaitu tenaga kerja yang gajinya diberikan

setiap satu bulan sekali. Tenaga kerja ini meliputi staf kantor,

operator dan supervisor.

PT. IMM menyediakan fasilitas untuk meningkatkan kesejahteraan,

keselamatan, dan produktivitas para karyawan dan pekerjaannya. Fasilitas-

fasilitas tersebut antara lain :

1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang meliputi jaminan

kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JK), dan jaminan hari tua

(JHT).

14

Page 15: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

2. Bantuan-bantuan yang diberikan perusahaan hanya untuk para staf,

karyawan, operator dan supervisor. Bantuan-bantuan yang diberikan

adalah bantuan pengobatan rawat jalan dan rawat inap, bantuan kacamata,

bantuan dukacita, bantuan perkawinan, bantuan melahirkan, dan bantuan

hari tua.

3. Sarana transportasi dan antar jemput untuk staf, karyawan dan para

pekerja pabrik.

4. Makan saat istirahat untuk staf, karyawan dan para pekerja pabrik.

5. Kantin dan sarana olahraga.

6. Mushola.

7. Tunjangan Hari Raya (THR), yaitu disesuaikan dengan ketentuan yang

berlaku.

8. Cuti yang meliputi :

a. Cuti tahunan, yaitu setiap pekerja berhak mengambil cuti 12 hari kerja

dengan tetap mendapat upah penuh.

b. Cuti haid, yaitu setiap pekerja wanita berhak untuk mengambil cuti di

hari pertama dan kedua dengan tetap mendapat upah penuh.

Cuti hamil/melahirkan, yaitu setiap pekerja wanita berhak mengambil cuti

hamil/melahirkan selama tiga bulan (1.5 bulan sebelum melahirkan dan 1.5

bulan setelah melahirkan).

E. HASIL PRODUKSI DAN PEMASARAN

Saat ini PT. Indobiskuit Mandiri Makmur memproduksi biskuit Trenz

dan Wonderland. Produk Trenz dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu Trenz

Sandwich Crackers, Trenz Mini Crackers, dan Trenz Glaze Crackers. Trenz

Sandwich Crackers merupakan produk biskuit yang bentuknya menyerupai

sandwich yang diisi krim dengan berbagai rasa. Trenz Sandwich Crackers

terdiri atas 4 (empat) rasa, yaitu keju, kacang, pisang keju, dan coklat kacang.

Trenz Mini Crackers merupakan produk biskuit berbentuk mini yang diberi

bumbu. Trenz Mini Crackers terdiri atas 3 (tiga) rasa, yaitu ayam goreng,

jagung bakar, dan salsa. Trenz Glaze Crackers merupakan produk biscuit

yang dilumuri bumbu. Trenz Glaze Crackers terdiri atas 2 (dua) rasa, yaitu

15

Page 16: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

rumput laut dan pedas. Produk Wonderland merupakan kumpulan 6 (enam)

jenis biskuit berbeda dalam satu paket. Wonderland terdiri dari coconut raisin

cookies, chocolate chip cookies, trenz lemon cookies, vanilla cream crunch

cookies, choco cream crunch cookies, dan trenz choco nut cream.

Daerah pemasaran produk-produk PT. IMM masih di dalam negeri

belum sampai ke luar negeri. Pemasaran produk PT. IMM menggunakan

multi agen. Agen tersebut dipilih berdasarkan performasi mereka yang baik

dalam pemasaran. Agen tersebut bekerja sama dengan perusahaan

berdasarkan kontrak kerja yang telah disepakati kedua belah pihak. Agen-

agen ini tersebar di seluruh wilayah dalam negeri.

Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT. IMM yaitu :

a. Sales manager, mengatur penjualan produk perusahaan kepada agen-agen

besar maupun toko-toko besar yang terletak di wilayah Indonesia.

b. Sales modern trade, mengatur penjualan produk perusahaan kepada retail-

retail besar seperti Giant, Carrefour, Makro yang terletak di Indonesia

maupun di luar negeri.

Strategi pemasaran lainnya adalah melalui iklan, kontrak kerja dengan

distributor dan toll manufacturing (melakukan suatu kegiatan produksi sesuai

permintaan dari produsen makanan lainnya namun hasilnya dipasarkan

dengan menggunakan merk dagang perusahaan yang memesan).

Segmentasi pemasaran PT. IMM yaitu remaja dan dewasa dimana pihak

manajemen PT. IMM telah memilih image untuk produk mereka yaitu produk

elegant. Oleh karena itu produk Trenz melakukan tindakan untuk mendukung

positioning mereka yaitu kemasan berkualitas dan sealing yang kedap air,

desain kemasan yang menarik dan penempatan harga yang relative lebih

mahal dibandingkan dengan produk makanan sejenis lainnya di pasaran.

Analisa 4P yang dilakukan oleh PT. IMM sebagai berikut :

Price:

- Penempatan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan

produk makanan sejenis lainnya di pasar.

Promotion:

16

Page 17: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

- Ekternal, dilakukan melalui media cetak maupun

media elektronik

Place:

- Pemasaran sampai saat ini telah merambah ke seluruh pulau jawa

di kota-kota besar. Daerah-daerahnya meliputi Jakarta,

Cengkareng, Cilandak, Bandung, Banten, Bogor, Serang, Surabaya

dan Sidoarjo.

- Transportasi yang digunakan perusahaan selama ini untuk

memasarkan hasil produksinya adalah :

Truck yang terbagi menjadi tronton dan build up

Kontainer

FUSO

COLT DIESEL

Mobil BOX

Gambar 1. Trenz Sandwich Keju

17

Page 18: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Gambar 2. Trenz Sandwich Kacang

Gambar 3. Trenz Sandwich Pisang Keju

18

Page 19: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

III. BAHAN BAKU DAN PROSES PRODUKSI

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk-produk Trenz

meliputi bahan baku utama dan bahan penolong. Selain itu digunakan pula bahan

kemasan dan sarana produksi atau utilitas seperti listrik, bahan bakar, air,

generator set, mesin dan peralatan produksi. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam

proses produksi produk-produk Trenz antara lain tepung terigu, tapioka, minyak

goreng (minyak kelapa), lemak nabati, air, gula, garam, flavour, susu, sirup

glukosa, coklat bubuk, keju bubuk, pasta dan selai kacang, laktosa dan dekstrosa,

bahan pengembang, tepung pati jagung, tepung pisang, ekstra malt, pengemulsi,

perisa, pewarna, dan enzim. Bahan-bahan tersebut disimpan di dalam gudang

bahan baku. Pengiriman bahan baku dari produsen masing-masing bahan baku

dilakukan secara rutin dan terjadwal. Bahan-bahan yang akan digunakan

ditimbang sesuai takaran sehari sebelum pemakaian. Untuk menjaga agar mutu

bahan baku tetap baik, setiap hari gudang dibersihkan dan setiap satu bulan sekali

dilakukan penyemprotan hama.

A. BAHAN BAKU UTAMA

1. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam

pembuatan produk-produk Trenz. Menurut Sunaryo (1985) tepung terigu

yang digunakan harus bersifat mudah tercurah, kering, tidak mudah

19

Page 20: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

menggumpal saat ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit, partikel dan

tidak berbau asing lainnya.Tepung terigu yang digunakan oleh PT. IMM

adalah BSC dan Cakra yang dipesan dari PT. Bogasari Flour Mills.

Biasanya tepung terigu yang dipesan maksimum 24 ton/minggu.

2. Tapioka

Bahan baku utama lainnya yang digunakan adalah tapioka. Tapioka

digunakan sebagai campuran tepung terigu dalam pembuatan Trenz Mini

Crackers. Biasanya tapioka yang dipesan minimum 1 ton/pesan.

B. BAHAN PENUNJANG

1. Minyak Goreng (Minyak Kelapa)

Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa yang berasal

dari PT. Intiboga Sejahtera dengan merk Bimoli. Biasanya minyak goreng

yang digunakan 400 kg/hari.

2. Lemak Nabati

Lemak yang paling banyak digunakan dalam krim adalah lemak kelapa

terhidrogenasi dan lemak sawit. Parameter yang diperhatikan untuk

memilih lemak yang ideal untuk krim biskuit adalah blandness,

creamability, dan ketahanan terhadap ketengikan (Smith, 1972). Pada

Trenz Choco Nut dan Trenz Mini Crackers Salsa, Trenz Mini Crackers

Jagung Bakar dan Trenz Glaze Crackers lemak nabati mengandung

antioksidan : askorbilpalmitat dan tokoferol. Lemak nabati. Biasanya

lemak nabati yang dipesan 15 ton/pesan.

3. Gula

Gula utama yang digunakan dalam pembuatan produk-produk Trenz

adalah gula pasir. Gula pasir adalah kristal putih yang bebas dari cemaran

baud an gumpalan-gumpalan besar. Ukuran partikel dari gula pasir yang

dapat diterima oleh PT. Indobiskuit Mandiri Makmur adalah lolos ayakan

20 mesh. Bau dari gula pasir yang baik adalah gula yang tidak berbau.

Tempat penyimpanan untuk gula pasir adalah tempat yang kering dan

20

Page 21: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

tidak boleh kontak langsung dengan lantai. Gula pasir dapat disimpan pada

suhu ruang. Gula yang dikirim produsen biasanya sebanyak 25 ton (500

sak) /minggu.

4. Garam

Garam yang digunakan untuk produk-produk Trenz adalah garam

beryodium. Penambahan garam berfungsi untuk memberi cita rasa gurih.

Garam powder yang baik adalah yang bebas dari bau asing dan memiliki

penampakan Kristal yang berwarna putih.

5. Susu

Susu yang digunakan dalam pembuatan Trenz Sandwich Crackers dan

Trenz Glaze Crackers di PT.IMM ada dua macam yaitu susu bubuk dan

whey powder. Penggunaan susu bubuk akan mengurangi kemanisan, tetapi

terjadi perbaikan cita rasa.

6. Sirup Glukosa

Sirup glukosa digunakan pada produk Trenz Sandwich Crackers

Choconut, Nutz, Cheese dan Banana Cheese dan Trenz Glaze Crackers.

7. Coklat Bubuk

Coklat bubuk yang digunakan untuk memberikan cita rasa coklat

hanya pada produk Trenz Sandwich Crackers Choco nut dan sebagai

bahan krim. Jenis-jenis coklat bubuk yang digunakan adalah cocoa

powder. Kandungan air pada coklat bubuk harus dibawah 4 % (Matz,

1978).

8. Keju Bubuk

Keju Bubuk hanya digunakan pada produk Trenz Sandwich Crackers

Cheese dan Banana Cheese.

9. Pasta Kacang dan Selai Kacang

21

Page 22: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Pasta kacang hanya digunakan pada produk Trenz Sandwich Crackers

Choconut. Sedangkan selai kacang hanya digunakan pada produk Trenz

Sandwich Crackers Nutz.

10. Laktosa dan Dekstrosa

Laktosa digunakan pada produk Trenz Sandwich Crackers Choconut,

Nutz, Cheese dan Banana Cheese. Sedangkan dekstrosa hanya digunakan

pada produk Trenz Sandwich Crackers Nutz.

11. Bahan Pengembang

Bahan pengembang atau soda kue yang digunakan pada Trenz

Sandwich Crackers Choconut, Trenz Mini Crackers dan Trenz Glaze

Crackers bahan pengembang yang digunakan adalah amonium bikarbonat

dan natrium bikarbonat. Sedangkan pada Trenz Trenz Sandwich Crackers

Cheese, Nutz dan Banana Cheese bahan pengembang yang digunakan

adalah amonium bikarbonat, natrium bikarbonat, natrium asam pirofosfat,

dan natrium metabisulfit.

12. Tepung Pati Jagung

Tepung pati jagung hanya digunakan pada produk Trenz Sandwich

Crackers Choconut, Nutz, Banana Cheese.

13. Tepung Pisang

Tepung pisang hanya digunakan pada produk Trenz Sandwich

Crackesr Banana Cheese.

14. Ekstrak Malt

Ekstrak malt digunakan pada produk Trenz Sandwich Crackers

Choconut, Nutz, Cheese dan Banana Cheese serta Trenz Glaze Crackers.

15. Pengemulsi

Pengemulsi yang digunakan adalah lesitin kedelai untuk produk-

produk Trenz. Lesitin kedelai merupakan emulsifier alami dalam

formulasi berbagai jenis makanan.

16. Perisa (Flavour) dan Penguat Rasa

22

Page 23: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Perisa yang digunakan pada produk Trenz Sandwich Crackers

Choconut yang digunakan adalah perisa coklat sintetik dan vanilla identik

alami. Perisa yang digunakan pada produk Trenz Sandwich Crackers

Cheese adalah Perisa keju identik alami. Pada produk Trenz Sandwich

Crackers Nutz digunakan perisa kacang sintetik. Sedangkan pada produk

Trenz Sandwich Crackers Banana Cheese digunakan perisa pisang identik

alami. Penguat rasa yang digunakan pada Trenz Mini Crackers adalah

mononatrium glutamate.

17. Pewarna

Pewarna yang digunakan adalah kuning FCF Cl 15985 (110) dan

Tartrasin Cl 19140 (102). Pewarna ini digunakan pada produk Trenz

Sandwich Crackers Cheese dan Banana Cheese serta Trenz Mini

Crackers. Untuk Trenz Glaze Crackers Hot Spicy pewarnanya adalah

kuning FCF Cl 15985, dan ponceau 4R Cl 16255. Sedangkan untuk Trenz

Glaze Crackers Sea Weed adalah kurkumin, dan biru berlian Cl 42090.

18. Enzim

Enzim selalu digunakan pada produk-produk Trenz seperti Trenz

Sanwich Crackers, Trenz Mini Crackers dan Trenz Glaze Crackers.

19. Air

Air yang digunakan dalam pengolahan makanan harus memenuhi

kriteria air minum, yaitu harus bersih, jernih, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan. Air pada

dasarnya berfungsi sebagai pembasah dan sebagai pelarut bahan-bahan

lainnya, sehingga adonan menjadi suatu ikatan dan memungkinkan

terbentuknya gluten yang merupakan rangka dari kue, disamping itu air

sangat berpengaruh terhadap kepekatan adonan. Penggunaan air yang

berlebihan akan menghasilkan produk yang lebih keras (Desroiser, 1988).

C. PROSES PRODUKSI TRENZ SANDWICH CRACKERS

Proses produksi Trenz Sandwich Crackers di PT. IMM terdiri dari

beberapa tahapan proses antara lain mixing (pencampuran), forming

23

Page 24: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

(pencetakan), baking (pemanggangan), coolling (pendinginan), creaming

(pemberian krim), dan packing (pengemasan). Diagram alir proses

produksi Trenz Sandwich Crackers dapat dilihat pada Lampiran 3.

1. Mixing (pencampuran)

Dalam pembuatan Trenz Sandwich Crackers proses pertama yang

dilakukan adalah proses mixing, yaitu proses mencampurkan semua

bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan Trenz Shell (biskuit)

sehingga dihasilkan adonan yang merata. Urutan pemasukan bahan yaitu

lemak nabati, ammonium bikarbonat, garam, susu bubuk, ekstrak malt,

sirup glukosa, gula pasir, lecitin, air, minyak kelapa, sodium bikarbonat,

sodium metabisulfit, tepung terigu dan whey powder.

Pada proses mixing ini digunakan satu dough mixer untuk membuat

adonan Trenz Shell (biskuit). Pembuatan adonan tidak selalu sama setiap

harinya tetapi tergantung dari jumlah pemesanan. Oleh karena itu selalu

ada jadwal produksi untuk setiap produk setiap harinya.

Proses mixing dalam pembuatan Trenz Shell (biskuit) melalui tiga

tahapan mixing. Proses mixing dimulai dengan memasukkan semua

bahan baku ke dalam mixer sesuai dengan komposisi yang telah ditakar

sehari sebelum proses mixing berlangsung. Lalu operator akan membuka

kran air dan minyak goreng (minyak kelapa) sesuai dengan takaran.

Mixer akan dihidupkan 1 menit (slow) untuk pencampuran bahan-bahan

awal seperti lemak nabati, ammonium bikarbonat, garam, ekstrak malt,

sirup glukosa dan dilanjutkan 3 menit untuk pencampuran gula pasir ke

dalam adonan awal. Selanjutnya operator akan memasukkan bahan-

bahan pengembang seperti sodium bikarbonat dan dicampurkan pada

adonan selama 5 menit. Setelah itu tepung terigu perlahan-lahan ke

dalam dough mixer melalui day bin secara otomatis dengan melihat

timbangan digital agar sesuai dengan takaran yang telah ditentukan.

Selanjutnya ditambahkan tepung whey ke dalam adonan. Semua adonan

akan dicampur selama 15 menit. Adonan Trenz Shell (biskuit) minimum

dapat dibuat 20 kali/hari.

24

Page 25: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Gambar 4. Gambar Proses Mixing

2. Forming (pencetakan)

Proses berikutnya setelah seluruh bahan baku selesai dicampur

menjadi adonan Trenz Shell (biskuit) adalah proses forming

(pencetakan). Adonan diletakkan di standing time dan diberi kode produk

dan nomor urut untuk ditransfer ke bagian forming (pencetakan). Untuk

adonan Trenz Shell (biskuit) sebelum dilakukan proses forming, adonan

didiamkan terlebih dahulu sampai mengembang (difermentasikan)

selama ± 180 menit. Proses fermentasi adonan dilakukan dengan

menutup adonan yang ada di standing time dengan kain dan dibiarkan

mengembang.

Setelah adonan mengembang, adonan dimasukkan ke dalam roll

sheeter melalui dough tip. Dari sheeter, adonan dibawa melalui

konveyor menuju laminator untuk mengalami proses laminating

(pembentukan lembaran-lembaran). Laminator ini terdiri dari tiga buah

roll press yang bersusun secara paralel. Adonan yang keluar dari roll

berbentuk lembaran dengan tebal 3-4 milimeter. Lembaran-lembaran

yang telah dicetak dipotong dengan rotary dough cutter. Setiap

pencetakan dan pemotongan selalu dihasilkan sisa adonan. Selanjutnya

sisa adonan tersebut dilewatkan dengan konveyor untuk dikembalikan ke

25

Page 26: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

roll sheeter. Setelah Trenz Shell (biskuit) selesai dicetak, Trenz Shell

(biskuit) langsung dibawa dengan konveyor untuk dipanggang.

Gambar 5. Gambar Laminator

Gambar 6. Gambar Proses Forming

3. Baking/pemanggangan dan Oil Spray

Setelah Trenz Shell (biskuit) dicetak maka Trenz Shell (biskuit)

mentah dibawa dengan konveyor untuk dipanggang. Pemanggangan

Trenz Shell (biskuit) ini menggunakan oven tipe konveyor. PT. IMM

memiliki 2 unit oven. Oven ini menggunakan sistem pengapian dengan

26

Page 27: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

nozzle dimana penghantar panasnya melalui pipa besi. Oven ini memiliki

empat zone yaitu zone 1 : pemasakan, zone 2 : pengembangan, zone 3 :

pematangan dan zone 4 : pewarnaan.

Suhu pemanggangan berkisar antara 120-185oC dan lama

pemanggangan yaitu ± 4 menit. Setelah selesai proses pemanggangan,

Trenz Shell (biskuit) yang telah matang disemprot oleh minyak kelapa

yang berfugsi untuk melapisi Trenz Shell (biskuit) dengan minyak

sehingga saat Trenz Shell (biskuit) dicreaming dapat menempel

sempurna dengan krimnya. Selanjutnya Trenz Shell (biskuit) didinginkan

dengan mesin coolling tunnel conveyor.

Gambar 7. Gambar Proses Baking

27

Page 28: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Gambar 8. Gambar Proses Oil Spray

4. Coolling/pendinginan

Setelah Trenz Shell (biskuit) dipanggang, dan disemprot minyak

kelapa, Trenz Shell (biskuit) didinginkan melalui coolling tunnel

conveyor yang memiliki panjang ± 90 meter. Prinsip kerja coolling

tunnel conveyor adalah adanya udara dingin dan penyerapan udara panas

oleh aliran air dingin di bawah band conveyor. PT. IMM memiliki dua

line mesin coolling. Line 1 untuk Trenz Shell (biskuit) dan Trenz Mini

Crackers sedangkan line 2 untuk Assorted Biscuit.

Pada masing-masing coolling tunnel conveyor terdapat metal

detector yang berfungsi untuk mendeteksi logam jika terdapat logam

berbahaya di dalam makanan. prinsip dari metal detector adalah bekerja

berdasarkan pemancar yang dapat menimbulkan medan magnet dan

medan listrik, kedua signal diterima oleh bahan lalu dibandingkan.

Perbandingan tersebut berdasarkan beda fase. Batasan metal yang

diperbolehkan dalam Trenz Sandwich Crackers dan Trenz Glaze

Crackers yaitu maksimum Fe 3 mm, BR 3mm, dan SS 3mm.

28

Page 29: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Gambar 9. Gambar Proses Cooling

5. Creaming/pemberian krim

Jenis biskuit yang diberi krim yaitu produk Trenz Sandwich

Crackers. Di PT. IMM proses creaming yang dilakukan adalah creaming

otomatik.

Sebelum dilakukan proses creaming terlebih dahulu dibuat adonan

krimnya. Bahan-bahan pembuatan krimya antara lain lemak nabati, sirup

glukosa, gula, pewarna dan pecita rasa.

Untuk krim Trenz Sandwich Crackers Choconut ditambahkan susu

bubuk dan coklat bubuk. Krim Trenz Sandwich Crackers Cheese dan

Banana Cheese ditambahkan susu bubuk dan keju bubuk. Krim Trenz

Sandwich Crackers Nutz ditambahkan susu bubuk, pasta kacang dan selai

kacang. Semua bahan-bahan tersebut dicampur sampai homogen dengan

menggunakan mixer.

Lama pengadukan creaming otomatis adalah 3 menit. Proses

creaming otomatik menggunakan mesin creaming yang dapat

memberikan krim pada Trenz Shell (biskuit) secara otomatik. Untuk

creaming otomatis Trenz Shell (biskuit) dibawa dengan belt conveyor

untuk disortir terlebih dahulu sebelum mengalami proses pengemasan.

29

Page 30: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Gambar 10. Gambar Proses Creaming

6. Packing/pengemasan

Trenz Shell (biskuit) yang telah selesai diberi krim langsung

dikemas. Untuk Trenz Sandwich Crackers ukuran 20 gram dan 30 gram

langsung dikemas dengan kemasan primernya (etiket). Sedangkan untuk

Trenz Sandwich Crackers ukuran 75 gram, Trenz Sandwich Crackers

terlebih dahulu dimasukan ke dalam tray sebelum dikemas dengan

kemasan primernya (etiket). Trenz Sandwich Crackers dikemas dengan

kemasan primernya (etiket) melalui mesin packaging horizontal yang

berjumlah ± 5 unit pada area packing untuk Trenz Sandwich Crackers.

Untuk Trenz Sandwich Crackers ukuran 20 gram yang telah

dikemas oleh kemasan primernya (etiket) dilakukan pengemasan

sekunder dengan innerbox dan pengemasan tersier dengan karton/kardus.

Trenz Sandwich Crackers yang telah terkemas hingga kemasan

tersiernya diberi kode produksi dan tanggal kadaluarsa. Selanjutnya

produk Trenz Sandwich Crackers dibawa konveyor menuju gudang

barang jadi (finish good) untuk disimpan sebelum didistribusikan ke

konsumen.

30

Page 31: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Gambar 11. Gambar Proses Packing

31

Page 32: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

BAB VI. PEMBAHASAN

A. ERGONOMIKA

Ergonomi atau Ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal

dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan

atau hukum. Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan

informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik

manusia untuk perancangan mesin, peralatan, sistem kerja, dan lingkungan

yang produktif, aman, nyaman dan efektif bagi manusia. Ergonomi merupakan

suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai

sifat manusia, kemampuan manusia dan keterbatasannya untuk merancang

suatu sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapai dengan efektif, aman

dan nyaman (Sutalaksana, 1979).

Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati

bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk

menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya

dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya

melalui pemanfaatan manusia seoptimaloptimalnya (Nurmianto, 1996).

Pendekatan khusus dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi sistematis

dari segala informasi yang releven yang berkaitan dengan karakteristik dan

perilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja

yang dipakai. Analisis dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang

berkaitan, yaitu:

a. Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya), dan antropometri (ukuran)

tubuh manusia.

b. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf

yang berperan dalam tingkah laku manusia.

c. Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang

pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia dan sebaliknya

kondisi-kondisi kerja yang membuat nyaman kerja manusia.

32

Page 33: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Memperhatikan hal-hal tersebut maka penelitian dan pengembangan ergonomi

akan memerlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi,

antropometri, anatomi, anthropologi, faal, dan teknologi.

Dalam lapangan kerja, ergonomi ini juga mempunyai peranan yang cukup

besar. Semua bidang pekerjaan selalu menggunakan ergonomi. Ergonomi ini

diterapkan pada dunia kerja supaya pekerja merasa nyaman dalam melakukan

pekerjaannya. Dengan adanya rasa nyaman tersebut maka produktivitas kerja

diharapkan menjadi meningkat.

Secara garis besar ergonomi dalam dunia kerja akan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

1. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya.

2. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja.

3. Peralatan apa yang mereka gunakan.

4. Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja.

Ilmu ergonomi menempatkan manusia sebagai titik sentral dan

memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia dalam pekerjaannya.

Ergonomi memastikan bahwa tugas-tugas, peralatan, informasi dan lingkungan

harus menyesuaikan terhadap pekerja bukan sebaliknya.

Untuk mengkaji kesesuaian antara seseorang dengan pekerjaannya,

maka sudah seharusnya ahli ergonomi mempertimbangkan beberapa aspek,

aspek tersebut adalah :

1. Pekerjaan yang sedang dilakukan dan tuntutan pekerja.

2. Peralatan yang digunakan (ukuran, bentuk, dan bagaimana peralatan

tersebut cocok dengan tugasnya).

3. Informasi yang digunakan (bagaimana informasi tersebut dihadirkan,

diakses, dan diubah).

4. Lingkungan fisik (Suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, getaran);

dan lingkungan sosial (seperti kerjasama tim dan manajemen yang

mendukung).

Pada prakteknya, ergonomi mempertimbangkan semua aspek fisik

seseorang, seperti:

Ukuran dan bentuk tubuh.

Kebugaran dan kekuatan.

33

Page 34: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Postur.

Indera manusia, terutama penglihatan, pendengaran dll.

Ketegangan pada otot-otot, jaringan, kegelisahan dll.

Ergonomi juga mempertimbangkan aspek psikologis seseorang, seperti:

a. Kemampuan mental.

b. Kepribadian.

c. Pengetahuan.

d. Pengalaman.

Penilaian terhadap aspek manusia, pekerjaannya, peralatan, dan

lingkungan kerja serta interaksi antara mereka, merupakan sebuah input bagi

ahli ergonomi dalam mendisain sistem kerja aman, produktif dan efektif.

Menerapkan ergonomi di tempat kerja dapat :

- Mengurangi potensi kecelakaan.

- Mengurangi potensi terjadinya luka dan kesakitan.

- Meningkatkan kinerja dan produktivitas.

Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam perancangan ergonomi dalam

bekerja antara lain:

1. Sikap dan posisi kerja.

2. Kondisi kerja (kebisingan, getaran, temperatur, kelembaban, pencahayaan,

polusi debu).

1. SIKAP DAN POSISI KERJA

Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan,

kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-

bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang

paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala,

tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva

tulang belakang. Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya

sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh bisa dikatakan efisien adalah jika :

a. Menempatkan tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang

berbeda, atau

b. Membutuhkan sedikit usaha otot untuk bertahan, atau

34

Page 35: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

c. Terasa nyaman bagi masing-masing orang.

 Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis

dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan pada pekerja antara lain :

1. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang

dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-

lain.

2. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.

3. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan

kaki, tangan atau leher/kepala).

4. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,

bongkok).

Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap/sama baik berdiri

maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja berdiri

dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan

posisi tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada

otot-otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan

mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah. Sedangkan sikap

kerja duduk dalam waktu lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan

melembeknya otot-otot perut, melengkungnya tulang belakang dan gangguan

pada organ pernapasan dan pencernaan.

Sikap tubuh dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,

ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk dan cara-

cara harus mengoperasikan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan). Untuk

bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta memberikan

rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara :

Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah.

Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin.

Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana kerja

(meja, kursi, dll.) yang sesuai dengan antropometri pemakainya.

Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan sikap

duduk atau kombinasi duduk dan berdiri.

35

Page 36: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

PT. Indoiskuit Mandiri Makmur telah menyesuaikan beban kerja bagi

pekerjanya pada setiap bagian proses pembuatan biskuit. Upaya yang telah

dilakukan PT. Indoiskuit Mandiri Makmur adalah menata dengan sedemikian

rupa sehingga diusahakan agar kecelakaan kerja dapat terjadi sekecil mungkin.

Gambar 12. Persepsi tentang kenyamanan dipengaruhi oleh pengambilan data

ukuran/dimensi/anthropometri yang tepat dalam perencanaan desain.

2. KEBISINGAN

Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga

kita. Tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut

dapat merusak pendengaran, mengganggu ketenamgan bekerja, dan dapat

menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan

yang serius bisa menyebabkan kematian.

Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa

menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : lama, intensitas, dan

frekuensinya. Frekuensi suara dinyatakan dengan jumlah getaran tiap detik,

atau Hertz (Hz). Sedang intensitas suara merupakan besarnya tekanan suara,

yang dalam pengukuran sehari-hari dinyatakan dalam perbandingan logaritmis

dan menggunakan satuan desibel (dB). Frekuensi suara di bawah 20 Hz disebut

sebagai infrasonik, sedang di atas 20.000 Hz merupakan gelombang ultrasonik.

Frekuensi antara 20 – 20.000 Hz, dapat didengar oleh telinga manusia. Untuk

36

Page 37: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

komunikasi percakapan secara normal, diperlukan frekuensi antara 250 – 3000

Hz.

Rangsang suara yang berlebihan atau tidak dikehendaki (bising), yang

dijumpai di pabrik atau tempat-tempat yang ramai akan mempengaruhi fungsi

pendengaran. Berbagai faktor seperti intensitas, frekuensi, jenis atau irama

bising, lama waktu bekerja serta lama waktu istirahat antar dua periode

pekerjaan, sangat menentukan dalam proses terjadinya ketulian atau kurang

pendengaran akibat bising. Demikian juga faktor kepekaan tiap pekerja, seperti

umur, pengaruh bising sebelumnya, kondisi kesehatan, penyakit telinga yang

pernah diderita, perlu pula dipertimbangkan dalam menentukan gangguan

pendengaran akibat bising. Makin lama telinga kita mendengar kebisingan

makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin

berkurang. Menurut ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut :

Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal.

Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB, tuli ringan.

Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, tuli sedang.

Jika peningkatan ambang dengar antara 60 - 90 dB, tuli berat.

Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB, tuli berat.

Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, memiliki

komponen-komponen berbeda dengan fungsi masing-masing dan saling

berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara yang berada di sekitar

manusia. Ketiga bagian telinga tersebut yaitu bagian luar (outer ear), bagian

tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear).

Telinga bagian luar (outer ear).

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi oleh

membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yang

menampung gelombang suara dan menyebabkan membran timpani

bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran

tersebut bergetar begitu juga pula sebaliknya.

Telinga bagian tengah (middle ear).

Terdiri dari osside yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran yang halus)

Martil-Landasan-Sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari

37

Page 38: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

membran timpani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval

window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung

cochlea (rumah siput).

Telinga bagian dalam (inner ear).

Yang juga disebut cochlea dan berbentuk rumah siput. Cochlea

mengandung cairan, didalamnya terdapat membran basiler dan organ corti

yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran.

Getaran dari oval window akan diteruskan oleh cairan ke cochlea,

mengantaakna membran basiler. Getaran ini merupakan impuls bagi organ

corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf pendengar (nervus

cochlearis).

Kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian

dalam telinga dan mengurangi kemampuan telinga untuk mendengar dan

menghantarkan informasi ke otak. Jika sel rambut ini rusak, tidak dapat

diperbaiki, sehingga kehilangan pendengaran yang terjadi akan permanen.

Gambar 13. Struktur Telinga Manusia

Kebisingan di lingkungan kerja dibagi menjadi dua jenis, yaitu

berdasarkan sifat dan spectrum frekuensi bunyi, dan pengaruhnya terhadap

manusia.

Berdasarkan sifat dan spectrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas :

38

Daun

telinga

Liang

telinga

Rumah Siput

Saluran setengah lingkaran

Tulang rawan

Tulang rawan

Gendang Telinga

Tulang

Martil

Page 39: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

- Bising yang kontinyu dengan spectrum frekuensi yang luas. Bising ini

relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik

berturut-turut, misalnya mesin dan kipas angin.

- Bising kontinyu dengan spectrum frekuensi yang sempit. Bising ini

juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu

saja (pada frekuensi 500, 100, dan 4000 Hz), misalnya gergaji serkuler

dan katup gas.

- Bising yang terputus-putus (Intermiten). Bising disini tidak terjadi

secara terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya

suara lalu lintas dan kebisingan di lapangan terbang.

- Bising impulsif. Bising ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi

40 dB dalam sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya,

misalnya suara tembakan, suara ledakan mercon dan meriam.

- Bising impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja

disini terjadi secara berulang ulang, misalnya mesin tempa.

Tabel 3. Skala Intensitas Kebisingan

Desibel (dB) Batas dengar tertinggi

Menulikan120110100

HalilintarMeriam

Mesin Uap

Sangat hiruk1009080

Jalan hiruk-pikukPerusahaan sangat

gaduhPluit polisi

Kuat807060

Kantor gaduhJalan pada umumnya

RadioPerusahaan

Sedang605040

Rumah gaduhKantor umumnyaPercakapan kuatRadio perlahan

Tenang403020

Rumah tenangKantor perorangan

AuditoriumPercakapan

Sangat tenang 2010

Suara daun-daunBerisik

39

Page 40: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

0 Batas dengar terendah

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :

- Bising yang mengganggu (Irritating Noise). Intensitasnya tidak terlalu

keras, misalnya mendengkur.

- Bising yang menutupi (Masking Noise) merupakan bunyi yang

menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena

teriakan atau isyarat tanda bahaya atau tengelam dalam bising dari

sumber lain.

- Bising yang merusak (Damaging / Injurious Noise) adalah bunyi yang

intensitasnya melampaui NAB (Nilai Ambang Batas). Bunyi jenis ini

akan merusak dan menurunkan fungsi pendengaran.

Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara

tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga

kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu

kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Berikut

ini batas waktu pemaparan kebisingan per hari yang direkomendasikan oleh

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 1999.

Tabel 4. Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja

Batas Waktu Pemaparan Per Hari Kerja

Intensitas Dalam Kebisingan

8 jam 85

4   88

2   91

1   94

30 menit 97

15   100

7.5   103

3.75   106

1.88   109

0.94   112

28.12 detik 115

14.06   118

7.03   121

3.52   124

40

Page 41: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

1.76   127

0.88   130

0.44   133

0.22   136

0.11   139

Bising dapat menimbulkan berbagai gangguan terhadap tenga kerja

sebagai berikut:

a. Gangguan fisiologis. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah,

peningkatan nadi, basal metabolism, konstruksi pembuluh darah kecil

terutama pada bagian kaki, dan dapat menyebabkan pucat dan gangguan

sensoris.

b. Gangguan psikologis. Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman,

kurang konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. pemaparan jangka

waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik, seperti gastridis,

penyakit jantung koroner, dan lain-lain.

c. Gangguan komunikasi. Gangguan komunikasi ini menyebabkan

terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi

pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara

tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya

dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas

kerja.

d. Gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan

gangguan psikologis seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain.

e. Gangguan terhadap pendengaran (ketulian). Diantara sekian banyak

gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran

adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya

pendengaran atau ketulian. Ketulian dapat bersifat progresif atau awalnya

bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut

maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

Tabel 5. Jenis-jenis dari akibat-akibat kebisingan

Tipe Uraian

41

Page 42: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Akibat-akibat badaniah

Kehilangan pendengaran

Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan. Perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan

Akibat-akibat fisiologis

Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering

Akibat-akibat psikologis

Gangguan emosional

Kejengkelan, kebingungan

Gangguan gaya hidup

Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dsb.

Gangguan pendengaran

Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dsb.

Setelah diuji dengan melakukan percakapan dengan para pekerja,

gangguan kebisingan di PT. Indobiskuit Mandiri Makmur dapat dikategorikan

sebagai gangguan kebisingan yang ringan yaitu antara 26 - 40 dB. Kebisingan

di PT. Indobiskuit Mandiri Makmur sebagian besar ditimbulkan oleh mesin-

mesin pembuatan biskuit. PT. Indobiskuit Mandiri Makmur telah berupaya

memperkecil kebisingan di ruang produksi biskuit dengan memberikan

pelindung pada mesin-mesin yang dapat mengeluarkan bunyi yang

mengganggu pendengaran, serta memberikan pelindung telinga pada pekerja

yag bekerja yang di tempat yang menghasilkan bunyi diatas ambang

pendengaran, seperti di bagian giling gula dan pengeringan biskuit.

3. GETARAN

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah

bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat

dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya

gangguan yang dapat ditimbulkan dapat mempengaruhi kondisi bekerja,

mempercepat datangnya kelelahan dan menyebabkan timbulnya beberapa

penyakit. Besaran getaran ditentukan oleh lama, intensitas, dan frekuensi

getaran.

Getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena

ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas ataupun frekuensinya.

Getaran mekanis dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:

42

Page 43: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

1. Getaran seluruh badan akibat goncangan dari mesin, kendaraan atau

traktor.

2. Getaran alat lengan atau gerakan pada tangan dan lengan.

Secara umum getaran yang diterima pekerja akan mengakibatkan gangguan

pada saat bekerja. Pengaruh getaran itu adalah sebagai berikut:

1. Gangguan kenikmatan dalam bekerja.

2. Mempercepat terjadinya kelelahan.

3. Gangguan kesehatan.

Sedangkan bagian tubuh dari pekerja yang terpapar getaran meliputi

seluruh badan dan pada bagian lengan dan tangan. Pengaruh getaran pada

seluruh badan akan mengakibatkan:

1. Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetaran.

2. Kerusakan organ pada bagian dalam.

Pengaruh getaran pada lengan dan tangan dapat menimbulkan:

1. Sakit kepala, dan sakit pada persendian dan otot lengan.

2. Indera perasa pada jari-jari menurun fungsinya.

3. Terbentuk noda putih pada punggung jari/telapak tangan.

Standar-standar dari ISO untuk kesehatan pekerjaan menspesifikasikan

bahwa 90 dB adalah sebagai tingkat toleransi terhadap getaran-getaran di

lingkungan kerja selama 8 jam bekerja. Tetapi, untuk biasanya 90 dB atau

kurang, diperlakukan sebagai polusi getaran. Mengenai berbagai efek dari

getaran-getaran, yang paling mungkin adalah tidur yang terganggu. Di samping

tidur yang terganggu, efek-efek psikologis seperti ketidak nyamanan dan

gangguan serta gabungan efek-efek fisiologis dan psikologis seperti turunnya

efisiensi kerja juga terlihat. Tetapi, hal itu tak boleh terlewat bagaimana efek-

efek psikologis terjadi sebagai hasil dari sensasi getaran komprehensif, yang

juga termasuk melihat (obyek-obyek yang bergerak) dan mendengar (suara

ketuk-ketuk dan bergetar).

Pada ruang produksi PT. Indobiskuit Mandiri Makmur getaran yang

terjadi masih dalam batas normal sehingga tidak terjadi gangguan yang

diakibatkan oleh getaran tersebut. Pengendalian getaran pada industri ada

beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut:

43

Page 44: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

1. Pengendalian Teknis

Memakai peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya

(dilengkapi dengan peredam)

Menambah peredam diantara tangan dan alat, misalnya membalut

pegangan alat dengan karet.

Merawat peralatan dengan teratur dengan mengganti bagian-bagian

yang aus atau memberi pelumasan.

Meletakkan peralatan dengan teratur alat yang diletakkan di atas

meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di

sekelilingnya.

4. TEMPERATUR

Temperatur yang terlalu panas akan mengakibatkan cepat timbulnya

kelelahan tubuh, sedangkan temperatur yang terlalu dingin membuat gairah

kerja menurun. Kemampuan adaptasi manusia dengan temperatur luar adalah

jika perubahan temperatur luar tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi

panas dan 35 % untuk kondisi dingin (dari keadaan normal tubuh). Dalam

kondisi normal, temperatur tiap anggota tubuh berbeda-beda. Tubuh manusia

bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses

konveksi, radiasi dan penguapan. Produktivitas manusia paling tinggi pada

suhu 24 – 27° C.

Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat

kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu inti

tubuh pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37° C,

mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dan konveksi, konduksi,

radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja > 38 °C,

diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan

suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan pengukuran suhu lingkungan

kerja.

Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan

memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:

44

Page 45: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

1. 49 °C: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas

tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30 derajat Celcius:

aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk

membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.

2. 30 °C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung

untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.

3. 24 °C: Kondisi optimum

4. 10 °C: Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu

lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan,

sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.

2. Dehidrasi.

3. Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit

akibat kondisi kulit terus basah.

4. Heat Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah

ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke

permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu

tinggi.

5. Heat Cramps. Keadaan ini terjadi karena pekerja berkeringat terlalu

banyak dan minum air terlalu banyak.

6. Kelelahan karena panas.

7. Stroke karena panas.

Pada PT. Indobiskuit Mandiri Makmur, suhu ruang produksi melebihi

dari batas normal yaitu diatas 30o C. Meningkatnya suhu di ruang produksi

diakibatkan radiasi panas yang dihasilkan oleh mesin-mesin pembuat biskuit.

Keadaan ini memang biasa terjadi pada pabrik-pabrik pembuat biskuit. PT.

Indobiskuit Mandiri Makmur telah menanggulanginya dengan beberapa cara

seperti dengan memberikan pakaian kerja berbahan kaus yang memiliki

karakteristik mudah menyerap keringat, menempatkat dispenser yang berisi air

mineral di tempat yang tak jauh dari ruang produksi agar pekerja dapat minum

ketika merasa kepanasan atau kehausan.

45

Page 46: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap

tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas

lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Secara ringkas teknik

pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi

2) Mengurangi beban panas radiasi dengan cara:

Menurunkan temperatur udara dan proses kerja yang menghasilkan

panas.

Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.

Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan

panas.

3) Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan melalui

ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau pendinginan secara

mekanis (mechanical cooling). Cara ini telah terbukti secara dramatis

dapat menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan.

4) Meningkatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara melalui

ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas pendinginan evaporasi,

tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det. Sehingga perlu dipertimbangkan

bahwa menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi (> 40°C)

dapat berakibat kepada peningkatan tekanan panas.

5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara:

Melakukan shift pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari.

Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk

pemulihan.

Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja.

6) Pakaian pelindung. Pakaian khusus berbahan reflektif atau pakaian

pendingin dapat melindungi pekerja dari panas yang berlebihan.

7) Air. Karena mekanisme ’haus’ atau keinginan minum tubuh terkadang

tidak cukup dirangsang oleh hilangnya cairan tubuh melalui keringat,

penting untuk menjadwalkan minum sekitar setengah gelas tiap setengah

jam.

46

Page 47: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

5. PENCAHAYAAN

Penerangan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat

obyek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kelelahan. Kebutuhan akibat

adanya penerangan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan

suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Penerangan

yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah akibat mata

akan berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata akan mengakibatkan

kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya

mata, karena bisa menyilaukan.

Mata diharapkan memperoleh cahaya yang cukup, pemandangan yang

menyenangkan, menenangkan pikiran, tidak silau, dan nyaman. Pencahayaan

yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan pada mata. Dalam faktor cahaya,

kemampuan mata untuk melihat obyek dipengaruhi oleh ukuran obyek, derajat

kontras antara obyek dan sekelilingnya, luminensi (brightness), lamanya

melihat, serta warna dan tekstur yang memberikan efek psikologis pada

manusia.

Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan

gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan

yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan:

a) Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.

b) Kelelahan mental.

c) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

d) Kerusakan indra mata dan lain-lain.

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara

kepada penurunan performansi kerja, termasuk:

1. Kehilangan produktivitas.

2. Kualitas kerja rendah.

3. Banyak terjadi kesalahan.

4. Kecelakan kerja meningkat.

Pencahayaan di PT. Indobiskuit Mandiri Makmur sebagian besar

menggunakan lampu jenis TL, banyaknya pemakaian telah disesuaikan

47

Page 48: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

menurut tipe pekerjaan. Setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan

pada permukaannya. Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk

menampilkan tugas yang bersifat visual. Pencahayaan yang lebih baik akan

membuat orang bekerja lebih produktif.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Masalah utama yang berkaitan dengan ergonomika di lini produksi PT.

Indobiskuit Mandiri Makmur, Tbk. adalah temperatur dan sikap dan posisi

48

Page 49: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

kerja yang sangat berkaitan erat dengan pengaturan kerja dan tata letak

penanganan bahan. Temperatur di ruang produksi PT. Indobiskuit Mandiri

Makmur, Tbk. rata-rata diatas 30 oC. ini melebihi batas normal temperatur di

ruang produksi yang idealnya 24 oC - 27 oC.

Sikap dan posisi kerja juga perlu mendapat perhatian karena di

beberapa tempat masih ada yang kurang sesuai seperti pada bagian mixing

dough.

B. SARAN

Masalah-masalah yang disebutkan diatas bisa diatasi, antara lain :

1. Memperbaiki sistem ventilasi ruang produksi dan memberikan pelindung

pada alat atau mesin yang memancarkan panas yang berlebihan agar suhu

ruangan berada pada kondisi normal untuk bekerja.

2. Menerapkan tata cara kerja dan merancang pengaturan kerja dengan

menggunakan time motion study, serta mengatur tata letak penanganan

bahan agar tidak terjadi inefisiensi kerja yang mengakibatkan penurunan

produktivitas perusahaan baik dari segi produk maupun kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Lingkungan Kerja.

www.teoriteoriergonomi.blogspot.com. 8 Agustus 2009.

49

Page 50: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

Anonim. 2008. Sikap Kerja Yang Ergonomis.

www.konsulhiperkes.wordpress.com. 16 Agustus 2009.

Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program.

www.library.usu.ac.id. 27 Juli 2009.

Husein, Torik. -. Analisa Perancangan Kerja. www.pksm.mercubuana.ac.id. 8

Agustus 2009.

Sutalaksana, Iftikar Z. dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. ITB : Bandung.

Suhardi, Bambang. 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri.

www.saedunet.saemolec.org. 8 Agustus 2009.

Suhardi, Bambang. 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri.

www.ilmuku.org. 16 Agustus 2009.

LAMPIRAN 1

Tata Letak Pabrik

50

Page 51: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

346000

1

60002

60003

60004

60005

60006

60007

60008

60009

600010

600011

600012

600013

600014

600015

600016

600017

600018

600019

600020

600021

600022

600023

600024

600025

600026

600027

600028

600029

600030

600031

600032

600033

60

00

1

60

00

2

60

00

3

60

00

4

60

00

5

60

00

6

60

00

7

60

00

8

60

00

9

60

00

10

60

00

11

12

13

60

00

To

ols

S

to

ra

ge

WAREHOUSEFINISHED GOODS

WAREHOUSEPACKAGING MATERIAL WAREHOUSE

RAW MATERIAL

PACKING AREA

COOLINGAREA

PRODUCTION AREA

WORKSHOPAREA

WHSPARE PART

CANTEEN LOCKER

LOCKER

MASJID

LAMPIRAN 2

Struktur Organisasi

51

Page 52: ASPEK ERGONOMIKA DI LINI PRODUKSI

52