13
1 KARAKTERISTIK ASPAL PORUS MENGGUNAKAN LIMBAH BETON PENGGANTI PARSIAL BATU PECAH ALAM DENGAN PENGIKAT LIQUID ASBUTON CHARACTERISTICS OF POROUS ASPHALT USING CONCRETE WASTE AS A PARTIAL REPLACEMENT FOR NATURAL CRUSHED STONE WITH LIQUID ASBUTON Surya Kencana Bhakti, M. Wihardi Tjaronge, Achmad Bakri Muhiddin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Surya Kencana Bhakti Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar,90245 HP: 081241260728 Email: [email protected]

aspal porus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aspal porus merupakan struktur lapisan perkerasan yang mempunyai rongga-rongga yang membuat air tidaktergenang di permukaan jalan, mengurangi percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehinggamengurangi kecelakaan.

Citation preview

Page 1: aspal porus

1

KARAKTERISTIK ASPAL PORUS MENGGUNAKAN LIMBAH BETON PENGGANTI PARSIAL BATU PECAH ALAM DENGAN PENGIKAT

LIQUID ASBUTON

CHARACTERISTICS OF POROUS ASPHALT USING CONCRETE WASTE

AS A PARTIAL REPLACEMENT FOR NATURAL CRUSHED STONE WITH LIQUID ASBUTON

Surya Kencana Bhakti, M. Wihardi Tjaronge, Achmad Bakri Muhiddin

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi:

Surya Kencana Bhakti Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar,90245 HP: 081241260728 Email: [email protected]

Page 2: aspal porus

2

Abstrak

Aspal porus merupakan struktur lapisan perkerasan yang mempunyai rongga-rongga yang membuat air tidak tergenang di permukaan jalan, mengurangi percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehingga mengurangi kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana pengaruh aspal porus menggunakan pecahan limbah beton dan batu pecah alam dengan bahan pengikat liquid asbuton melalui karakteristik pengujian Marshall, Indirect Tensile Strength (ITS), dan Cantabro. Serta mendapatkan nilai campuran gradasi agregat kasar dan Kadar Aspal Optimum (KAO) yang sesuai. Metodologi Penelitian yang digunakan dalam pengkajian adalah metode eksperimen di laboratorium. Aspal porus diproduksi sebagian menggunakan jenis agregat kasar pecahan limbah beton dan sebagian agregat langsung dari stone cruser dengan bitumen yang sama. Komposisi dan variasi aspal yang akan diteliti adalah 100% liquid Asbuton dengan kadar aspal 7%, 8%, 9%, dan 10%. Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui nilai stabilitas Marshall, nilai uji keausan (Cantabro Test).dan Indirect Tensile Strength (ITS). Dari hasil penelitian yang dilakukan mengindikasikan bahwa campuran beraspal porus menunjukan pengaruh terhadap nilai karakteristik aspal porus khususnya pada gradasi limbah beton 50% tertahan ½” dan batu alam 50% tertahan 3/8” dimana dari hasil analisa didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum yaitu 9.5%. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM) dapat dilihat secara mikrostruktur dan kandungan unsur kimia yang terdapat di dalam aspal porus membuktikan bahwa seluruh unsur-unsur dari senyawa liquid asbuton dengan limbah beton dapat menyatu dan mengikat dengan baik.

Kata Kunci: Aspal porus, limbah beton, marshal test, cantabro test, indirect tensile strenght test.

Abstract

Porous asphalt is a road pavement layer which allow water flow through its hollow space that can reduce water splash and avoid road slippery thereby reducing road accidents. This study aims to analyze how the effect of porous asphalt concrete using concrete waste fractions and natural crushed stone with liquid asbuton as binder material through Marshall Test, Indirect Tensile Strength (ITS), and Cantabro. As well as getting the coarse aggregate gradation and optimum binder content as appropriate. The research methodology that used in the study is the experimental method in the laboratory. Porous asphalt that contained both coarse aggregate fractions of concrete waste and natural crushed stone with the same binder. Composition and variation of binder material that will be examined is 100% liquid Asbuton with binder content 7%, 8%, 9%, and 10%. Further observations to determine Marshall stability, durability (Cantabro tset.) and indirect tensile strength (ITS). The results of research indicates that porous asphalt mixture showed an influence on the value of the characteristics of porous asphalt particularly at concrete waste fraction grading 50% retained 1/2 " and 50% natural crushed stone retained 3/8" where the values obtained from the analysis of optimum binder content is 9.5%. Based on the Scanning Electron Microscope (SEM) can be seen the microstructure and content of chemical elements present in the porous asphalt which prove that all elements of the liquid asbuton and concrete waste can blend and bind well.

Keywords: Porous asphalt, waste concrete fractions, marshal test, cantabro test, indirect tensile strenght test

Page 3: aspal porus

3

PENDAHULUAN

Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dalam menunjang

berbagai kegiatan sosial dan perekonomian. Tujuan pembangunan jalan raya diantaranya

adalah menyelenggarakan terwujudnya lalu lintas yang aman, cepat dan nyaman. Oleh karena

itu prasarana jalan memerlukan perhatian khusus terhadap segi keamanan dan kenyamanan

dari jalan tersebut. Kondisi fisik dari jalan seperti tingkat kekesatan aspal, mengurangi

percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehingga roda kendaraan kendaraan

tidak mudah tergelicir dan dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas ketika musim hujan,

meredam suara kendaraan sehingga dapat menurunkan tingkat polusi suara (Ferguson, 2005).

Untuk menciptakan jalan raya yang aman dan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan lalu

lintas, salah satunya yang perlu diperhatikan adalah struktur konstruksi lapisan permukaan

perkerasan jalan yang akan tetap memuaskan selama layananya. Salah satu tipe perkerasan

untuk mengurangi dampak tersebut diatas maka dikembangkan teknologi Aspal Poros.

Banyak negara telah menggunakan jenis capuran ini, seperti di Inggris mulai tahun

1967. Belanda tahun 1971. Kanada tahun 1974. Spanyol tahun 1980. Belgia dan Perancis

tahun 1990 dan Italia 1989. Untuk Asia penggunaan campuran ini masih dikategorikan baru,

seperti Jepang, dan Korea Selatan yang menggunakan campuran ini tahun 1990. Aspal

berongga telah digunakan sebagai lapisan permukaan jalan pada daerah pedestrian seperti

tempat-tempat pejalan kaki (pedestrian walkways) di taman-taman, trotoar dan untuk

kendaraan ringan (light vehicle). Di Jepang, Belanda dan sejumlah negara lainnya telah

menggunakan aspal berongga sebagai jalan utama (Miradi dkk., 2009) dan (Katsuji dkk.,

2009).

Permasalahan utama yang dijumpai pada aspal porus konvensional satu lapis (single

function). Hal ini disebabkan terjadinya penyumbatan (clogging) rongga oleh debu.

Permasalahan ini sudah dapat dikurangi dengan menerapkan lapisan aspal porus dua lapis

(twinlay). Seperti yang disajikan (Borchove, 1996). Aspal porus adalah aspal yang dicampur

dengan agregat tertentu yang setelah dipadatkan mempunyai 20 % pori-pori udara. Aspal

porus umumnya memiliki nilai stabilitas Marshall yang lebih rendah dari beton aspal yang

menggunakan gradasi rapat, stabilitas Marshall akan meningkat bila gradasi terbuka yang

digunakan lebih banyak fraksi halus (Cabrera dkk., 1996). Aspal porus adalah jenis

perkerasan jalan yang didesain untuk meningkatkan besar koefisien gesek pada permukaan

perkerasan.

Masalah utama dalam pekerjaan beraspal di Indonesia adalah kebutuhan aspal

nasional yang mencapai 1.2 juta ton/tahun yang tidak dapat dipenuhi dari produksi aspal

Page 4: aspal porus

4

dalam negeri, sehingga setengah dari jumlah tersebut masih harus diimpor. Sementara

ketersedian aspal minyak yang semakin terbatas dan harganya yang cenderung naik seiring

dengan kenaikan harga pasar minyak mentah dunia. Oleh karena itu Aspal Buton merupakan

material alam yang terdapat di Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tengah baik dalam bentuk

padat (Buton Granular Asphalt) maupun dalam bentuk cair (Liquid Asbuton). Untuk

menjawab tantangan ini Indonesia memiliki deposit Rock Asphalt di Pualu Buton yang

disebut Asbuton cukup besar yaitu sekitar 677 juta Ton dalam bentuk Rock Asbuton.

Pembangunan prasarana jalan nasional hendaknya dapat memanfaatkan aspal alam ini,

baik dalam bentuk padat (Buton Granular Asphalt) maupun dalam bentuk cair (liquid

asbuton). Penelitian mengenai karakteristik campuran aspal beton AC-WC yang

menggunakan asbuton cair dengan variasi penambahan aspal minyak penetrasi 60/70

menyimpulkan bahwa semakin banyak asbuton cair yang digunakan maka semakin besar

VIM yang dihasilkan (Haeruddin, 2010), sedangkan Liquid Asbuton yang dapat menjadi

aspal alternative untuk mengisi kekurangan kebutuhan aspal, sehingga perlu dilakukan

penelitian terhadap penggunaannya, suatu proses pemurnian Asbuton tanpa pencampuran

aspal minyak telah berhasil membuat , liquid Asbuton memiliki penetrasi yang sangat rendah,

sehingga digolongkan sebagai aspal keras. pada umumnya mengandung 60% sampai dengan

75% kadar bitumen sisanya adalah mineral 25%-40% sebagai bahan pengisi alam. (Ali dkk.,

2011).

Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan pengaruh penggunaan

pecahan limbah beton dalam campuran aspal porus.dengan liquid Asbuton sebagai bahan

pengikat jika ditinjau dari karakteristik Marshall, Indirect Tensile Strength (ITS), dan

Cantabro Test.

METODOLOGI

Desain penelitian

Komposisi campuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu komposisi campuran

menggunakan gradasi terbuka menggunakan agregat kasar pecahan limbah beton lolos

saringan 3/4” tertahan saringan 1/2” dan pecahan batu alam lolos saringan 1/2” tertahan

saringan 3/8” dengan variasi penambahan agregat halus 9% dengan komposisi campuran

yang menggunakan trial gradations dan pencampuran aspal dengan liquid Asbuton

menggunakan 7%, 8%, 9%, 10% kadar liquid Asbuton.

Page 5: aspal porus

5

Pengumpulan data primer dan data sekunder

Metode pengumpulan data digunakan data primer dengan menganalisa hasil dari

penelitian yang dilaksanakan mengadakan kegiatan percobaan di laboratorium dimana Aspal

Porus diproduksi dengan menggunakan jenis agregat dengan sistem gradasi terbuka (open

graded) dan menggunakan Asbuton sebagai bahan pengikat, sedangkan data sekunder dengan

membaca sejumlah buku, artikel-artikel ilmiah sebagai landasan teori dalam menuju

kesempurnaan penelitian ini.

Metode analisis data

Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui nilai Porositas, Stabilitas

(Marshall Test), nilai Uji Keausan (Cantabro Test), dan nilai Kuat Tarik Tak Langsung

(Indirect Tensile Strenght (ITS).

HASIL

Pengujian sifat fisik agregat

Hasil pengujian sifat diperlihatkan pada Tabel 1 menunjukkan nilai penyerapan

limbah beton tertahan saringan ½” adalah 6,79% sangat tinggi disebabkan Karakteristik

limbah beton mempunyai pori yang besar dibandingkan pengujian agregat kasar batu alam

tertahan saringan 3/8” dan karakteristik agregat halus telah memenuhi syarat spesifikasi

untuk digunakan sebagai agregat campuran beraspal.

Pengujian sifat fisik asbuton cair

Hasil pengujian sifat fisik asbuton cair pada Tabel 2 menunjukkan bahwa asbuton cair

memenuhi syarat spesifikasi untuk digunakan sebagai bahan pengikat pada campuran

beraspal. Dari hasil pengujian penetrasi sebelum kehilangan berat dengan nilai 42,1 mm

memperlihatkan bahwa liquid Asbuton merupakan jenis aspal keras, hasil solubility

memperlihatkan bahwa liquid Asbuton mengandung aspal 69,16% sehingga mineral yang

terkandung selain aspal sebesar 30,84%.

Pengujian permeabilitas dan porositas

Pengujian Permeabilitas ini menggunakan benda uji yang sama dengan benda uji

Marshall, menunjukkan bahwa koefisian pereabilitas semakin kecil dengan semakin

bertambahnya kadar liquid Asbuton maka volume rongga yang berada di dalam benda uji

semakin berkurang hal ini disebabkan rongga yang terisi oleh liquid semakin kecil sehingga

waktu untuk mengalirkan air dipermukaan akan lebih lama. Hasil pengujian menunjukkan

nilai terendah 19,40% pada gradasi limbah beton 25% tertahan ½” dan batu alam 75%

tertahan 3/8” sedangkan nilai tertinggi 24,63% pada gradasi limbah beton 75% tertahan ½”

Page 6: aspal porus

6

dan batu alam 25% tertahan 3/8”. Fenomena perilaku permeabilitas sangat dipengaruhi juga

dari persentase porositas dalam campuran aspal porus yaitu minimal 10-1 cm/detik. Dari

hasil pengujian porositas, campuran aspal porus telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan

yaitu 15% - 25%.

Pengujian stabilitas (Marshall Test)

Proses pengujian Marshall dilakukan sesuai prosedur pengujian yang mengacu pada

SNI 06-2489-1991. Pengujian Marshall ini dilakukan hanya untuk mengukur stabilitas dan

alir (flow), hal ini merupakan salah satu parameter indikasi nilai kekuatan yang dimiliki oleh

suatu campuran dalam hal pemenuhan kebutuhan berdasarkan parameter perencanaan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai stabilitas terendah diperoleh 470,66 kg

pada gradasi Limbah Beton 75 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 25 % Tertahan 3/8" dengan

kadar aspal 7 %. Sedangkan nilai stabilitas tertinggi diperoleh 837,09 kg pada gradasi

pecahan Limbah Beton 50 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 50 % Tertahan 3/8" dengan kadar

aspal 9 %. Hanya gradasi campuran angregat kasar 75:25 dengan kadar liquid asbuton 7 %

dengan nilai stabilitas 470.66 tidak memenuhi standar spesifikasi, sedangkan gradasi

campuran angregat kasar 75:25, 50:50, dan 25:75. Pada semua kadar variasi liquid asbuton

dapat memenuhi standar minimal spesifikasi yaitu 500 Kg.

Pengujian indirect tensile strenght (ITS Test)

Hasil pengujian Kuat Tarik Tak Langsung (ITS Test) mendapatkan nilai kuat tarik

tak langsung yang terendah 0,087 N/mm² pada gradasi limbah beton 75 % Tertahan 1/2" dan

batu alam 25 % Tertahan 3/8" sedangkan nilai kuat tarik tak langsung yang tertinggi 0,166

N/mm² pada gradasi limbah beton 50 % Tertahan 1/2" dan batu alam 50 % tertahan 3/8"

dengan kadar aspal 9 % memberikan pengaruh besar terhadap besarnya titik puncak kekuatan

gaya tarik dari campuran aspal porus tersebut.

Pengujian tingkat keausan (Cantabro Test)

Hasil pengujian menunjukkan nilai keausan tertinggi diperoleh 41,21% pada gradasi

pecahan limbah beton 75% tertahan saringan 1/2” dan batu alam 25% tertahan saringan 3/8”

dengan kadar aspal 7%. Sedangkan nilai keausan terendah diperoleh 10,77% pada gradasi

pecahan limbah beton 25% tertahan saringan 1/2” dan batu alam 75% tertahan saringan 3/8”

dengan kadar aspal 10%.

Penentuan kadar asbuton cair optimum pada gradasi 100% tertahan saringan 1/2”

Penentuan kadar aspal optimum untuk gradasi agregat 100% tertahan pada saringan

1/2" tidak dapat ditentukan karena tidak terdapat titik temu antara semua kriteria, meskipun

Page 7: aspal porus

7

untuk kriteria permeabilitas, porositas, stabilitas, kelelehan, kekakuan Marshall dan kuat tarik

tak langsung untuk kadar aspal 7% - 10% memenuhi spesifikasi. Hal ini berarti untuk gradasi

agregat 100% tertahan saringan 1/2”, kadar aspal yang digunakan pada penelitian ini belum

memenuhi untuk mendapatkan campuran dengan ketahanan yang tinggi.

Pengujian XRD (X-Ray Diffraction) dan SEM (Scanning Electron Microscope) asbuton

cair

Berdasarkan data pengujian XRD asbuton cair menunjukkan bahwa unsur penyusun

asbuton cair ini didominasi oleh Karbon (C) dan Silika (Si). Pada fase intan (diamond),

Karbon merupakan penyusun asbuton cair yang terbesar yaitu 68,17%. Selain fase intan,

Karbon pada asbuton cair juga berupa hidrokarbon Dimethoxymethane sebanyak 7,9%.

Asbuton cair mengandung mineral yang terbentuk dari senyawa silicon oxide (SiO2) pada

fase coasite.

Melalui pengujian SEM, ditemukan atom-atom maupun oksida penyusun asbuton cair

yang sulit ditemukan melalui analisis dari Pengujian XRD. Asbuton cair terdiri dari bitumen

dan butiran-butiran mineral yang tersebar di antara bitumen. Dari hasil pengujian SEM

diketahui bahwa dalam asbuton cair ini juga terdapat atom Sulfur (S) sebesar 5,45% yang

membentuk oksida SO4, Aluminium sebesar 8,64%yang membentuk oksida Al2O3 dan

Kalsium (Ca) sebesar 3,33%.

Pengujian XRD limbah beton

Data pengujian XRD limbah beton menunjukkan bahwa limbah beton yang digunakan

tersusun atas senyawa-senyawa yang terbentuk dari unsur Kalsium (Ca), Silika (Si),

Aluminium (Al) dan Oksigen (O2). Senyawa ini merupakan unsur utama yang terdapat dalam

semen. Fase terbesar dalam limbah beton adalah fase Tobermorite yaitu senyawa yang

berbentuk kristal yang merupakan hasil dari reaksi hidrasi C3S maupun C2S yang menyusun

limbah beton sebesar 68,7%. Hasil dari reaksi hidrasi C3S maupun C2S selain Tobermorite

adalah Portlandite (Ca (OH)2) yang terdapat dalam limbah beton sebesar 4,51%.

Fase penyusun limbah beton terbesar kedua adalah Anorthite (Ca Al2Si2O8) sebesar

8,81%. Selain itu terdapat fase Ettringite sebesar 8,71% dan fase Gypsum (CaSO4.2H2O)

sebesar 3,21% serta Quartz (SiO2) sebesar 7,5%.

Foto SEM briket aspal berongga

Pengujian foto SEM briket aspal berongga terlihat bahwa hingga pada ketelitian 100

μm, seluruh permukaan agregat tertutup oleh aspal, serta dapat diprediksi ketebalan film atau

aspal yang menutupi agregat briket tersebut adalah sekitar 60 hingga 70 μm.

Page 8: aspal porus

8

Hasil foto SEM pada Aspal Porus gambar 1 terlihat mineral tersebut adalah jenis batu

kapur, berwarna putih tulang berasal dari senyawa CaCO3. Aspal porus tersusun oleh unsur

kimia Oksigen (O), Calsium (Ca), Carbon (C), Aluminium (Al), Silicon (Si), Iron (Fe),

Magnesium (Mg) dan Sulfur (S). Dari analisa pengujian aspal porus diatas tersusun oleh

beberapa unsur Magnesium (Mg) dan Oksigen (O) sehingga berubah menjadi Magnesium

Oksida (MgO) dimana ikatan tersebut menjadi filler untuk menahan retakan dari pori yang

membuat briket akan semakin kuat

PEMBAHASAN

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin terbuka gradasi suatu campuran beraspal

maka kuat tariknya akan semakin menurun. Di lain sisi, kuat tariknya akan meningkat jika

kadar aspalnya bertambah hingga mencapai kuat tarik maksimum (pada kadar aspal

optimum) karena daya lekat agregatnya semakin kuat. Akan tetapi jika kadar aspal meningkat,

kuat tarik mulai menurun karena telah melewati kuat tarik maksimum. Pengujian kuat tarik

tak langsung juga mengahasilkan pola retakan yang mengindikasikan retakan yang akan

terjadi di lapangan (Sunarjono, 2007), sedangkan campuran beraspal yang didesain

mempunyai porositas lebih tinggi dibandingkan jenis perkerasan yang lain, sifat poros

diperoleh karena campuran aspal porus menggunakan proporsi agregat halus lebih sedikit

dibanding campuran jenis yang lain. Kandungan rongga pori dalam jumlah yang besar

diharapkan menghasilkan kondisi permukaan agak kasar, sehingga akan mempunyai tingkat

kekesatan yang tinggi. Selain itu pori yang tinggi diharapkan dapat berfungsi sebagai saluran

drainase di dalam campuran (Djumari., dkk 2009).

Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur, yang

membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan

horizontal. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di

atas lapisan aspal yang kedap air. Ketika rongga udara semakin kecil, maka air yang mengalir

ke dalam campuran aspal akan semakin lambat (Tanan, 2010). Lapisan aspal porus ini secara

efektif dapat memberikan tingkat keselamatan dan kenyamanan terutama diwaktu hujan agar

tidak terjadi genangan-genangan air serta memiliki kekesatan permukaan yang lebih kasar

dan dapat mengurangi kebisingan (Setyawan, 2008).

Dari hasil pengujian ini dilakukan untuk mencari kadar aspal optimum dari suatu

campuran beraspal yang dilakukan dengan beberapa pengujian yaitu Permeabilitas, Porositas,

Stabilitas Marshall, Kelelehan (flow), Hasil Bagi Marshall, Indeks Kekuatan Sisa, Kuat Tarik

Tak Langsung, Cantabro. Dengan Gradasi Agregat Limbah Beton 75%; 50%; 25% Tertahan

Page 9: aspal porus

9

½” dan Batu Alam 25%; 50%; 75% Tertahan 3/8” , Agregat Halus 9%. Kemudian Liquid

Asbuton 7%, 8%, 9%, 10%. (Tjaronge dkk., 2011)

Selanjutnya untuk menetukan Kadar Aspal Optimum (KAO) dilakukan dengan metoda

bar-chart yang merupakan rentang kadar aspal yang memenuhi semua syarat kriteria

campuran beraspal yaitu Permeabilitas, Porositas, Stabilitas Marshall, Kelelehan (flow), Hasil

Bagi Marshall, Indeks Kekuatan Sisa, Kuat Tarik Tak Langsung, Cantabro ditunjukan seperti

pada Gambar 2 Nilai kadar aspal optimum ditentukan sebagai nilai tengah dari rentang kadar

aspal maksimum dan minimum yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi, sehingga

diperoleh KAO untuk campuran Aspal Porus yang bergradasi agregat limbah beton 50%

tertahan ½” dan batu alam 50% tertahan 3/8”, agregat halus 9% dan kadar liquid asbuton

9% - 10% adalah 9.5 %.

Dari hasil pengujian XRD dan SEM dengan benda uji liquid asbuton, limbah beton dan

aspal porus mempunyai data analisa kimia sebagai berikut. Untuk pengujian XRD dengan

benda uji liquid asbuton menguraikan fase senyawa bitumen dan mineral yang terdiri dari

Oksigen (O), Karbon (C), Silika (Si), Magnesium (Mg), Sulfur (S) dan Besi (Fe), sedangkan

benda uji limbah beton menguraikan unsur-unsur penyusunnya yang tediri dari Kalsium (Ca),

Silika (Si), Aluminium (Al) dan Oksigen (O). Untuk mendukung hasil pengujian XRD, maka

pengujian foto SEM dilakukan agar dapat diuraikan komposisi briket aspal porus yang

merupakan perpaduan antara limbah beton dan liquid asbuton secara analisis terdapat elemen

atom yaitu Oksigen (O), Karbon (C), Kalsium (Ca), Almunium (Al), Silika (Si), Besi (Fe),

Magnesium (Mg) dan Sulfur (S) yang membentuk ikatan senyawa CaCO3 mineral tersebut

dalah jenis batu kapur berwarna putih tulang yang terbakar pada suhu 825 °C dan Magnesium

Oksida (MgO) dimana ikatan tersebut menjadi filler untuk menahan retakan dari pori yang

membuat briket akan semakin kuat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan dari

hasil pengujian dilakukan seperti Pengujian Permeabilitas, Porositas, Stabilitas Marshall,

Kelelehan (flow), Indeks Kekuatan Sisa (IKS), ITS test, Cantabro menunjukkan pengaruh

terhadap karakteristik aspal porus khususnya pada gradasi Limbah Beton 50 % Tertahan 1/2"

dan Batu Alam 50 % Tertahan 3/8" dimana dari hasil analisis dapat dilihat jelas garis

hubungan trendline grafik didapatkan nilai Kadar liquid Asbuton Optimum yaitu 9.5%

sedangkan hasil XRD dan SEM membuktikan bahwa seluruh unsur-unsur dari senyawa liquid

asbuton dengan limbah beton dapat menyatu/mengikat dengan baik. Untuk selanjutnya perlu

Page 10: aspal porus

10

alat/mesin khusus di dalam pengolahan limbah beton sehingga dapat digunakan dengan

jumlah banyak dan perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk pengolah liquid asbuton

sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang sesuai, agar dapat dimasukkan kedalam

spesifikasi bina marga.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Nur., Tjaronge, Wihardi., Ismunandar, Irsan., Asriandy, Dwi., (2011), Studi Karakteristik Aspsal Porus Yang Menggunakan liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Dan Agregat Kasar Gradasi Bina Marga, Skripsi, Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Bruce K. Ferguson, (2005), Porous Pavements (p.cm: Integrative studies in water management and land development. Taylor & Francis Group, 577.pp.

Cabrera, J.G. & Hamzah., M.O, (1991),”Aggregate Grading Design for Porous Asphalt”, In Cabrera, JG. & Dixon, JR. (eds).”Performance and Durability of Bitumenious Materials”, Proceding of, Symposium, University of Leads., Mach 1994, London.

Djumari., Sarwono, Djoko. (2009). Perencanaan Gradasi Aspal Porus Menggunakan Material Lokal dengan Metode Pemampatan Kering, Jurnal Media Teknik Sipil, Edisi Januari 2009, pp. 9-14.

Haeruddin. (2010). Karakteristik Campuran Aspal Beton AC-WC Menggunakan Liquid Asbuton dengan Variasi Penambahan Aspal Minyak Penetrasi 60/70, Tesis, Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Katsuji Nishijima, Shigeo Higashi and Masaki Ikeuchi, (2009), Development of re-paved porous asphalt pavement method for reconstructing existing dense graded asphalt pavement into porous asphalt pavement using the in-place surface recycling method, Proceeding of 13th Conference of the Road Engineering Association of Asia and Australasia (REAAA),9-15

M.Miradi, A.A.A. Moleenar, M.F.C. van de Ven, (2009), Performance modeling of porous asphalt concrete using artificial intelligence, Road Materials and Pavement Design, ICAM 2009,pp.263-280

Setyawan Ary, Sanusi. (2008). Observasi Properties Aspal Porus Berbagai Gradasi Dengan Material Lokal, Jurnal Media Teknik Sipil, Edisi Januari 2008, pp. 15-20.

Sunarjono, Sri. (2007). Tensile Strength and Stiffness Modulus of Foamed Asphalt Applied to A Grading Representative of Indonesian Road Recycled Pavement Materials, Dinamika Teknik Sipil, Volume 7 Nomor 1 Januari 2007, pp. 1-10.

Tanan, Benyamin. (2010). Kajian Eksperimental Karakteristik Aspal Porus Dengan Menggunakan High Bounding Asphalt (HBA 50) Dan Agregat Maksimum 14 mm, Jurnal Adiwidia, Edisi Maret 2010, pp. 32-39.

Tjaronge, M.W., Ali, N., Ferdi D., Darmawansyah. (2011). Pengaruh Penambahan Agregat Halus Terhadap Karakteristik Aspal Porus Dengan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat, Skripsi, Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Van Bochove, G.G., (1996), “Twinlay, A New Concept of Drainage Asphalt Concrete”, Proceedings of Eurasphalt Eurobitume Congress 1996. Starssbourg, France.

Page 11: aspal porus

11

Tabel 1 Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar dan halus

Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek.

AGREGAT KASAR Keausan Agregat (Abration)

%

32,81

≤ 40

Indeks Kepipihan % 7,58 ≤ 25

Indeks Kelonjongan % 49,66 ≤ 25

LIMBAH BETON TERTAHAN SARINGAN 1/2”

Penyerapan % 6,79 ≤ 3,0

Berat Jenis Bulk gr/cc 2,45 ≥ 2,5

Berat Jenis SSD gr/cc 2,62 ≥ 2,5

Berat Jenis Semu gr/cc 2,94 ≥ 2,5

BATU ALAM TERTAHAN SARINGAN 3/8”

Penyerapan % 2,24 ≤ 3,0

Berat Jenis Bulk gr/cc 2,64 ≥ 2,5

Berat Jenis SSD gr/cc 2,70 ≥ 2,5

Berat Jenis Semu gr/cc 2,81 ≥ 2,5

AGREGAT HALUS

Penyerapan % 2,40 ≤ 3,0

Berat Jenis Bulk gr/cc 2,51 ≥ 2,5

Berat Jenis SSD gr/cc 2,58 ≥ 2,5

Berat Jenis Semu gr/cc 2,68 ≥ 2,5 (sumber: Hasil Pengujian)

Page 12: aspal porus

12

Tabel 2 Hasil pengujian sifat fisik liquid asbuton

Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek.

Penetrasi (25 C, 5 dtk, 100 gr) 0,1 mm 41,00 Maks. 60

Penetrasi Setelah Kehilangan % semula 55,30 Min. 55

Titik Nyala oC 300 Min. 225

Titik Lembek oC 57 Min. 55

Berat Jenis (25 C) gr/cc 1,33 Min. 1

Penurunan Berat % berat 1,16 Maks. 2 Viscositas 170 Cst (Suhu Pencampuran)

oC 172 -

Viscositas 280 Cst (Suhu Pemadatan)

oC 154 -

Daktilitas (25 C, 5 cm/menit) Cm 73,5 Min. 50

Solubility of Asphalt Binders % semula 69,16 - (sumber: Hasil Pengujian)

Gambar 1 Foto SEM briket aspal berongga

Aspal masuk kedalam Rongga

Miner

Page 13: aspal porus

13

Gambar 2 Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

(%) (% ) cm /det i k (% ) kg m m kg /m m (%) M pa (% )

7 9 0.30 22. 50 470 .6 6 3 .1 7 14 8. 56 79 .2 1 0 .0 87 41.21

8 9 0.28 22. 15 511 .3 6 3 .3 0 15 4. 99 85 .3 9 0 .1 21 39.68

9 9 0.26 19. 75 670 .0 8 3 .8 3 17 4. 74 81 .9 4 0 .1 46 29.48

10 9 0.17 20. 87 618 .0 0 3 .5 0 17 6. 50 69 .9 9 0 .1 34 17.03

0.30 0.17 -

22.50 20 .8 7 10 - 2 5

4 70.66 61 8. 00 M i n. 500

3.17 3.50 2 - 6

1 48.56 17 6. 50 M aks. 400

79.21 69 .9 9 M in. 90

0.087 0.13 4 -

41.21 17 .0 3 M a ks. 20

(%) (% ) cm /det i k (% ) kg m m kg /m m (%) M pa (% )

7 9 0.30 23. 54 524 .5 0 3 .1 7 16 5. 69 89 .2 1 0 .0 96 41.10

8 9 0.28 21. 42 684 .9 4 3 .2 7 20 9. 74 87 .4 9 0 .1 46 33.36

9 9 0.18 20. 76 837 .0 9 4 .1 7 20 1. 04 92 .4 5 0 .1 66 18.71

10 9 0.16 21. 04 803 .9 6 3 .4 3 23 4. 17 90 .6 6 0 .1 59 14.23

0.30 0.16 -

23.54 21 .0 4 10 - 2 5

5 24.50 80 3. 96 M i n. 500

3.17 3.43 2 - 6

1 65.69 23 4. 17 M aks. 400

89.21 90 .6 6 M in. 90

0.096 0.15 9 -

41.10 14 .2 3 M a ks. 20

(%) (% ) cm /det i k (% ) kg m m kg /m m (%) M pa (% )

7 9 0.29 24. 60 517 .3 0 3 .2 7 15 8. 37 83 .9 4 0 .0 96 33.60

8 9 0.27 23. 57 674 .3 3 3 .3 3 20 2. 28 84 .0 9 0 .1 34 30.32

9 9 0.16 19. 96 742 .5 5 3 .7 0 20 0. 84 81 .6 3 0 .1 63 16.78

10 9 0.15 19. 40 635 .0 4 3 .3 0 19 2. 43 86 .0 7 0 .1 60 10.77

0.29 0.15 -

24.60 19 .4 0 10 - 2 5

5 17.30 63 5. 04 M i n. 500

3.27 3.30 2 - 6

1 58.37 19 2. 43 M aks. 400

83.94 86 .0 7 M in. 90

0.10 0.16 -

33.60 10 .7 7 M a ks. 20

KAO : Limbah Beton 75 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 25 % Tertahan 3/8"

Gra das i

Kad ar A spal P as ir

P e rm e abilitas

M a rs hallInd eks

K ekua ta n S isa

IT SCantabro

Los s

S p e sifi ka si

P o ro sit as S tabi litas K el eleh an (F low)

Has i l B agi M arsha ll

Li m bah B et on 7 5 % Tert ahan 1 /2" dan B atu Alam 2 5 %

Tert ahan 3 /8 "

Permeab ilitas ( cm/det) 7 7 7

Porositas (%)

Hasil Bagi M arshall (kg/mm)

Indeks Kekuatan S isa (%) < 9 0

St abilitas M arshall ( kg) 511. 36

Ke le lehan ( mm)

Ka d ar Asp al (%) 7 8 9 10

Kuat Tar ik Tak Lang sung ( N/mm)

Can tab ro ( %) 29.48

P o ro sit as S tabi litasK el eleh an

(F low)Has i l B agi M arsha ll

KAO : Limbah Beton 50 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 50 % Tertahan 3/8"

Gra das i

Kad ar A spal

P as ir P e rm e abilitas

M a rs hall Ind eks K ekua ta n

S isaIT S Cantabro

Los s

S p e sifi ka si

Li m bah B et on 5 0 % Tert ahan 1 /2" dan B atu Alam 5 0 %

Tert ahan 3 /8 "

Permeab ilitas ( cm/det) 7 7 7

Porositas (%)

Hasil Bagi M arshall (kg/mm)

Indeks Kekuatan S isa (%) 87. 49 92.45

St abilitas M arshall ( kg)

Ke le lehan ( mm)

Ka d ar Asp al (%) 7 8 9 10

Kuat Tar ik Tak Lang sung ( N/mm)

Can tab ro ( %) 33. 36 18.71

P o ro sit as S tabi litasK el eleh an

(F low)Has i l B agi M arsha ll

KAO : Limbah Beton 25 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 75 % Tertahan 3/8"

Gra das i

Kad ar A spal P as ir

P e rm e abilitas

M a rs hall Ind eks K ekua ta n

S isaIT S

Cantabro Los s

S p e sifi ka si

Li m bah B et on 2 5 % Tert ahan 1 /2" dan B atu Alam 7 5 %

Tert ahan 3 /8 "

Permeab ilitas ( cm/det) 7 7 7

Porositas (%)

Hasil Bagi M arshall (kg/mm)

Indeks Kekuatan S isa (%) < 9 0

St abilitas M arshall ( kg)

Ke le lehan ( mm)

9 10

Kuat Tar ik Tak Lang sung ( N/mm)

Can tab ro ( %) 16.78

Ka d ar Asp al (%) 7 8

9 .5