29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAKALAH Menjelaskan nama atau sifat dari nama-nama dan dari sifat- sifat Allah membutuhkan penjelasan yang panjang. Setiap nama memiliki makna dan pengertian yang luas dan dalam, karena suatu nama atau sifat itu muncul dari perbuatan Dzat yang diberi nama. Dengan kata lain, sebuah nama atau sifat adalah gambaran dari perilaku dan perbuatannya. Dengan demikian, ia tidak akan dipahami kecuali setelah memahami perbuatan-perbuatan-Nya. Padahal setiap yang wujud adalah merupakan hasil dan buah karya- Nya. Namun kita punya dua petunjuk jalan untuk mengenal dan mengetahuinya, yakni; petunjuk akal dan petunjuk agama. Dan barang siapa yang mendustakannya, Allah telah mengancam dalam firman-Nya: Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di 1

ASMAUL HUSNA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penjelasan Asmaul Husna dan arti ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan 10 Asmaul Husna sekaligus pengamalan isi kandungan atau hikmah dari 10 Asmaul Husna tersebut.

Citation preview

Page 1: ASMAUL HUSNA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MAKALAH

Menjelaskan nama atau sifat dari nama-nama dan dari sifat-sifat Allah membutuhkan

penjelasan yang panjang. Setiap nama memiliki makna dan pengertian yang luas dan dalam,

karena suatu nama atau sifat itu muncul dari perbuatan Dzat yang diberi nama. Dengan kata lain,

sebuah nama atau sifat adalah gambaran dari perilaku dan perbuatannya. Dengan demikian, ia

tidak akan dipahami kecuali setelah memahami perbuatan-perbuatan-Nya. Padahal setiap yang

wujud adalah merupakan hasil dan buah karya-Nya.

Namun kita punya dua petunjuk jalan untuk mengenal dan mengetahuinya, yakni; petunjuk

akal dan petunjuk agama. Dan barang siapa yang mendustakannya, Allah telah mengancam

dalam firman-Nya:

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat Dusta terhadap

Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam

tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?” (QS. Az-Zumar: 32)

Agar kita terhindar dari orang-orang yang telah dijanjikan Allah dalam ancaman-Nya yaitu

sebagai pendusta. Maka dari itu penulis mencoba sedikit berbagi pengetahuan, dengan harapan

pembaca dan khususnya bagi penulis terhindar dari ancaman Allah SWT.

1

Page 2: ASMAUL HUSNA

1.2 RUMUSAN MAKALAH

Dari pemaparan penulis tentang latar belakang pembuatan makalah di atas dan juga yang

penulis sesuaikan dengan silabus pembelajaran yang menyatakan tentang penjelasan sepuluh

asmaul husna, penulis dapat merumuskan makalah ini menjadi:

a. Sebutkanlah arti ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan 10 Asmaul Husna!

b. Bagaimana pengamalan isi kandungan 10 Asmaul Husna?

1.3 TUJUAN MAKALAH

Sesuai dengan apa yang telah menjadi perumusan makalah yang telah penulis kemukakan

diatas, maka tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui Asmaul Husna dan arti ayat-ayat Al-

Qur’an yang berkaitan dengan 10 Asmaul Husna sekaligus pengamalan isi kandungan atau

hikmah dari 10 Asmaul Husna tersebut.

2

Page 3: ASMAUL HUSNA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan dan Arti Sepuluh Asmaul Husna Berikut Ayat-ayat yang Berkaitan

Dengannya

A. Pengertian Asmaul Husna

Orang-orang yang beriman kepada Allah dalam mengenali nama dan sifat-sifat-Nya harus

menetapkan dua dasar dan tidak boleh keluar dari keduanya dalam keadaan apapun, karena akan

berakibat fatal apabila keluar dari keduanya.

1. Tidak menyebut Allah SWT dengan nama-nama yang Allah sendiri tidak menyebut diri-Nya

dengan nama-nama itu dalam kitab-Nya atau melalui Rosul-Nya. Yaitu jika berdo’a kepada

Allah, maka mereka berdo’a dengan nama-nama-Nya yang indah (asmaul husna). Sebab

Allah menganjurkan demikian dalam firmannya:

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut

asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam

(menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah

mereka kerjakan. (QS. Al-‘Araaf: 180).

Maksud dari kalimat asmaa-ul husna adalah nama-nama yang Agung yang sesuai dengan

sifat-sifat Allah. Dan Maksudnya dari kalimat selanjutnya adalah janganlah dihiraukan orang-

orang yang menyembah Allah dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan

keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama

Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk Nama-nama selain Allah.

Bila mereka memberikan sifat kepada-Nya, maka harus mensifati-Nya dengan sifat-sifat

dan perbuatan-Nya yang menunjukkan kebesaran-Nya dan keagunan-Nya.

2. Tidak menyerupakan Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya dengan makhluk-Nya, dan tidak

pula dengan sifat benda-benda yang baru ataupun dengan perbuatannya. Sebab mustahil

adanya sesuatu yang serupa bagi Allah secara akal dan agama.

3

Page 4: ASMAUL HUSNA

Demikian itu karena sesungguhnya Allah telah mengabarkan dalam kitab-Nya tentang tiadanya

sesuatu yang menyerupai-Nya. Firman-Nya:

.......

..... Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan

melihat. (QS. Asy-Syuura: 11)

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung

kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada

seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Sesungguhnya akal menetapkan, bahwa yang menciptakan materi bukanlah materi, dan

yang bukan materi bagaimana mungkin Dia menyerupai materi? Oleh karena itu akal

menetapkan mustahilnya keserupaan pencipta dengan yang diciptakan (makhluk).

Dari sini kita ketahui, bahwa orang-orang mukmin mensifati Tuhan dengan semua yang

Allah mensifati Diri-Nya dengan sifat-sifat iu dalam kitab-Nya melalui lisan Rosul-Nya,

Muhammad Saw.

Maka orang yang beriman akan mengatakan, sesungguhnya Allah itu mendengar, melihat,

mencintai, membenci, menciptakan dengan tangan-Nya, bersemayam di atas ‘arsy-Nya, datang

untuk memberi keputusan, turun setiap malam ke langit dunia, dan berbicara dengan Musa.

Semua itu karena beberapa alasan:

1. Selama Allah mensifati diri-Nya dengan sifat-sifat yang disebutkan dalam kitab-Nya,

dan Rosululloh juga mensifati-Nya dengan sifat-sifat itu, sedangkan rosulullah Saw

adalah orang yang paling tahu tentang Allah, maka tiada berdosa kita mensifati-Nya

dengan sifat-sifat itu. Sebab bila hal demikian itu tidak boleh dan tidak do-syari’atkan,

niscaya Allah melarang dalam kitab-Nya. Sebagaimana Dia mengharamkan

mendustakan-Nya dan mensifati-Nya dengan apa yang Allah bersih darinya.

4

Page 5: ASMAUL HUSNA

2. Ketika orang-orang beriman mensfati Allah, maka mereka mensifati-Nya dengan sifat-

sifat yang Dia mensifati dirin-Nya atau dengan sifat-sifat yang disampaikan oleh Rosul-

Nya. Mereka mengetahui dengan yakin bahwa sifat-sifat tersebut mustahil serupa

dengan sifat-sifat makhluk.

Bila Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia memiliki tangan, dan orang mukmin

mensifatinya dengan sifat itu, maka bukan berarti tangan Allah menyerupai tangan

manusia. Dan tidak akan terbesit dalam hati setiap orang mukmin bahwa ada

keserupaan antara tangan Al-Khaliq dengan tangan makhluk-Nya, karena memang

terdapat perbedaan antara tangan Allah sebagai pencipta dengan tangan manusia

sebagai Dzat yang diciptakan.

Dengan demikian, orang-orang mukmin tidak menakwilkan sifat-sifat Allah dan tidak

mengubahnya atau menghilangkannya karena takut menyerupakan-Nya.

3. Akal sehat menyatakan, mustahil bila suatu sifat bagi suatu zat digunakan untuk

mensifati zat lainnya itu ada keserupaan antara dua sifat dan zat yang disifatinya itu.

Seperti kata kepala yang disifatkan bagi manusia dan Negara, di mana dikatakan,

“kepala manusia” dan “kepala Negara.” Padahal tiada keserupaan antara keduanya

sama sekali. Demikian itu karena tidak adakeserupaan antara dua zat yang disifatinya.

Demikian juga dalam kata “mata” dalam berbagai penggunaan, seperti matahari, mata

air, dan mata hewan. Sebab tidak ada keserupaan antara zat-zat yang kata mata

disandarkan kepadanya, kecuali sebatas namanya saja.1

B. Arti ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan Dengan 10 Asmaul Husna

1. الله إال إله ال الَد�ي الله هو

Allah adalah nama bagi Dzat Yang Maha Tinggi dan Maha Pencipta. Nama yang

memancarkan cahaya, nama yang tidak dimiliki siapapun kecuali oleh-Nya. Kita tidak akan

mendapatkan satu pun dari makhluk-Nya yang bernama Allah, karena dialah pemilik tunggal

nama ini, nama yang menyimpan sebuah keagungan dan kemuliaan.1 ? Mahmudin. Rahasia di Balik Asmaul Husna, ( Yogyakarta: Mutiara Media, 2008), hal. 31-34

5

Page 6: ASMAUL HUSNA

Kalimat la illaha illa-llah Allah menunjukkan pengertian sebagai berikut:

1. Nama untuk Dzat yang maujud, yang haq, yang mengumpulkan sifat Ketuhanan, yang

disifati dengan sifat Rububiyah, yang menyendiri dengan wujud-Nya yang hakiki.

Karena sesungguhnya, semua yang wujud selain-Nya tidaklah berhak disebut sebagai

wujud yang sebenarnya, dan segala apa yang wujudnya berasal dari-Nya akan rusak

dan sirna, sedangkan Dzat-Nya akan tetap kekal abadi.

2. “Allah” adalah nama yang paling agung dari nama-nama-Nya yang 99. Karena nama

itu menunjukkan suatu Dzat yang yang mengumpulkan sifat-sifat ilahiyat, hinggga

tidak ada satupun sifat kesempurnaan yang terlewati. Jga karena nama-nama yang lain

tidak menunjukkan kecuali hanya pada salah sat makna saja, seperti sifat qudrat dan

ilmunya Allah.2

3. Allah adalah Dzat yang berhak disembah, tiada tuhan selain dia. Kalimat la illaha illa-

llah Allah adalah kalimat tauhid yang mencakup keseluruhan dari agama yang dibawa

oleh para rosu sesuai dengan wahyu yang mereka terima dari Allah. Kalimat tersebut

adalah kalimat paling agung yang diturunkan oleh Allah yang mengandung hakikat

yang besar. Dengan kalimat tersebut manusia menjadi mukmin dan juga kafir. Kalimat

tersebut juga menunjukkan kemandirian Allah dalam keesaan-Nya.3 Allah berfirman:

......

Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya aku

berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (QS. Al’An’am: 19)

4. Allah adalah nama yang paling agung menurut beberapa pendapat yang kuat. Seperti

yang dipaparkan oleh Qurthubi, adalah nama yang paling besar di antara nama-nama-

Nya mencakup keseluruhan dari nama-nama itu, sehingga sebagian ulama’

mengkategorikan nama tersebut sebagai nama Allah yang paling agung (ismu-llah

ala’zham), yang hanya berhak digunakan oeh Allah sehingga tidak perlu ditatsniyahkan

(bentuk kata yang menjunjukkan dua arti) atau dijama’kan (plural). Ini adalah salah

satu penaklwilan saya terhadap firman Allah “apakah engkau mengetahui nama

Allah?” (QS. Maryam: 65) artinya, apakah kamu mengetahui ada orang yang

menggunakan nama Allah?

2 ? Ibid. Hlm. 49-503 ? Umar Sulaiman al-Asyqar. Al-Asma’ al-Husna, (Jakarta Timur: Qisthi Press, 2009), hlm. 24-25

6

Page 7: ASMAUL HUSNA

Allah adalah nama yang menunjukkan Yang Ada, Yang Hak, Yang meliputi semua

sifat ketuhanan dan rububiyah, Yang sendiri, Yang tiada Tuhan selain Dia. (Al-

Qurthubi: 1/102)4

2. الرحيمالرحمن

Dua nama di atas berasal dari kata ‘rahmah’, yang berarti kasih sayang. Sedangkan rahmat

mengharuskan adanya orang yang dirahmati, yang sudah tentu membutuhkan rahmat. Ar-

Rahman adalah Dzat yang mencukupi hajat orang yang membutuhkan, tanpa adanya tujuan,

pamrih dan imbalan apapun.

Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha

Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 163)

Rahmat Allah adalah sempurna dan umum. Kesempurnaan rahmat Allah berarti Allah

berkehendak memenuhi segala kebutuhan orang yang membutuhkan dan memenuhinya. Dan

keumuman rahmat-Nya beararti keluasan cakupan rahmat Allah yang meliputi orang yang

berhak dan yang tidak berhak, baik di dunia maupun akhirat.

Sifat Rahman lebih khusus dari pada sifat Rahim. Karena itu, selain Allah tidak bisa

disebut ar-Rahman, sedangkan ar-Rahim terkadang diucapkan untuk selain Allah sebagaimana

diisebutkan kepada nabi Saw.5 Firmannya:

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya

penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan

lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. Ath-Thaubah: 128)

3. الملك

Al-Malik artinya menurut Al-Jurjani yaitu kekuatan yang telah menyatu dalam diri untuk

berpolitikan. “Al-Malik” adalah sebutan bagi penguasa dalam berpolitikan, pemegangang

kendali dan penggerak kekuatan. Raja adalah pengendali perpolitikan dalam sebuah negara yang

4 ? Ibid, hlm. 25-265 ? Mahmudin, Op. Cit., hlm. 53-54

7

Page 8: ASMAUL HUSNA

masih menganut sistem kekerajaan. Di dalam Negara yang demokratis, kekuasaannya dipegang

oleh presiden. Dan tujuan berpolitik adalah merebut kekuasaan.

Allah maha segala-galanya, berkuasa di atas segala-galanya. Allah Maha Raja. Dialah yang

berkuasa atas makhluk-Nya, memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki dan

mencabutnya dari siapa saja yang dikehendaki.

Allah adalah Raja Mahadiraja. Dialah penguasa alam semesta. Dia yang mengendalikan

kekuasaan, yang mengatur urusan dunia dan akhirat, yang menggerakkan seluruh roda kehidupan

makhluk yang berakal maupun yang tidak berakal. Dia yang memberi wewenang kepada

manusia untuk bertindak atas nama-Nya, yaitu dengan menyebut “Bismillahir rahmanir rahim”.6

Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang

mempunyai) 'Arsy yang mulia. (Al-Mu’minun: 116)

Dengan demikian tidak ada raja yang mutlak selain dari pada Allah, karena selain-Nya

tidak ada yang kaya (cukup) dari segala sesuatu. Selama mereka selalu membutuhkan Allah,

walaupun mungkin dalam beberapa hal ia tidak membutuhkan manusia lain. Di samping itu tidak

mungkin sesuatu (makhluk) membutuhkan mereka. Kalaupun ada manusia yang digambarkan

sebagai sosok raja di dunia, maka itu karena beberapa hal ia dibutuhkan oleh orang banyak. Dan

itulah derajat paling tinggi yang mampu dimiliki oleh manusia.7

4. وسلقَدا

Al-Quddus artinya Dzat yang maha suci dari semua sifat yang ditangkap oleh pancaindera,

digambarkan dalam khayalan, dugaan, dan apa yang terlintas dalam hati dan pikiran.

Allah Maha Suci berarti kita mensucikan-Nya dari semua sifat kesempurnaan yang diduga

oleh kebanyakan makhluk. Karena semua sifat kesempurnaan yang ada pada diri makhluk adalah

kekurangan. Allah Maha Suci dari sifat kesempurnaan makhluk, sebagai mana Dia Maha Suci

dari sifat kekurangan mereka. Bahkan Dia Maha Suci dari segala sifat yang ada pada makhluk.

6 ? Syaifuddin Al-Damawy. Mukjizat Asmaul Uzma Rahasia Keajaiban, Kekuatan, dan Khasiat Nama Allah Teragung, (Jakarta Selatan: Pustaka Al-Mawardi, Cet ke-3. 2009)., hal. 447 ? Mahmudin, Op. Cit., hlm. 61-62

8

Page 9: ASMAUL HUSNA

Dia adalah Dzat yang Suci, yang tidak menyerupai zat-zat yang lain. Dia mempunyai sifat yang

tinggi yang tidak menyerupai sifat-sifat yang lain.

Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja,

yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Jumu’ah: 1)

5. السالم

Alllah adalah as-Salam (yang memberi keselamatan), demikian berdasarkan firmannya:

.....

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera...

(QS. Al-Hasyr: 23).

Allah adalah as-Salam karena dia adalah sempurna, baik secara Dzat, sifat dan tindakan.

Zat yang terhindar dari setiap kekurangan, cacat dan hal yang menjatuhkan nila-Nya. Itu artinya,

Allah terhindar dari keserupaan dengan makhluk-Nya. Ibnu Qayyim daam kitab Nuniyyah

berkata:

“dia adalah Dzat yang Maha Terhindar secara substansi,

Yang terhindar dari setiap penyerupaan maupun kekurangan.”

Setiap manusia tak terlepas dari kekurangan. Adapun kesempurnaan yang dimiliki oleh

para Rosul dan Nabi sifatnya hanyalah sementara atau nisbi, jika dinisbatkan kepada sesamanya.

Para Rosul dan Nabi itu juga terlepas dari kekurangan yang tidak bisa dihindari oleh kebanyakan

manusia, misalnya kebutuhan manusia untuk tidur, makan, minum, dan kebutuhan manusia yang

lainnya.8

6. من المؤ

8 ? Umar Sulaiman al-Asyqar, Op. Cit., hlm. 57-58

9

Page 10: ASMAUL HUSNA

Allah teah memberitahu kepada kita bahwa diri-Nya adalah Dzat yang Mu’min (memberi

keamanan) dalam firman Allah:

..............

“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,

yang Mengaruniakan Keamanan.” (QS. Al-Hasyr: 23). Kalimat al-Mu’min dalam bahasa Arab

dikembalikan kepada dua arti, yaitu:

Arti pertama: Al-Mu’min diambil dari kalimat al-Aman (keamanan).

Ditengarai bahwa asal kata al-Mu’min adalah al-aman. Sebagai contoh: amana fulanun

fulanan (Si Fulan memberikan rasa aman kepada si Fulan yang lain). Contoh yang lain, Allah al-

Mu’min (Allah adalah yang memberi rasa aman kepada hambanya yang beriman). Artinya juga,

orang yang merasa aman adalah orang yang diberi rasa aman oleh Allah. (Isytiqaq Asma’Allah,

Zujazi: 358)9

Arti kedua: Pembenaran

Menurut az-Zujazi, arti al-Mu’min adalah pembenar. Iman dalam definisinya selalu

mengacu ke substansi makna pembenaran, atau setidaknya yang mendekati atau yang berkaitan

dengannya. (Isytiqaq Asma’Allah, Zujazi: 387-388)10

7. المهيمن

Allah juga telah mengenalkan kepada kita dengan menyatakan diri-Nya bahwa Dia adalah

al-Muhaimin (Zat Yang Maha Memelihara).

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,

yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara. (QS. Al-Hasyr: 23)

9 ? Ibid, hlm. 6210 ? Ibid, hlm. 66

10

Page 11: ASMAUL HUSNA

arti al-Muhaimin adalah orang yang memelihara dan mengurusi segala permasalahan

makhluk-Nya. Dalam konteks Allah, kata ini berarti bahwa Dia melihat dan mengetahui

segalanya tentang makhluk-Nya, tanpa satupun yang tertutupi.11

......

Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran

dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu

kamu melakukannya. (QS. Yunus: 61)

Penafsiran paling baik atas nama ini, berdasarkan atas pembacaan saya, adalah penafsiran

Ghazali. Begini tafsirannya: “Arti al-Muhaimin, dalam konteks Allah, adalah Zat yang mengatur

perbuatan, rezki dan kematian mereka. Dan, bentuk pengaturan-Nya adalah Dia melihat,

menguasai, dan menjaganya. Karena seorang pengawal harus menjaga substansi permasalahan.

Dan konteks Allah, Dia adalah yang memelihara. Istilah mengawasi mengacu kepada kesadaran,

penguasaan mengacu kepada kemampuan yang sempurna, dan penjagaan mengacu kepada

tindakan. Pengertian yang mencakup pengertian di atas adalah al-Muhaimin. Dan pengertian

yang mencakup itu secara absolut dan sempurna hanya untuk asma Allah. (Al-Maqshad al-

Asna: 55)12

8. العزيز

Allah juga memerintahkan kita agar kita memahami dan meyakini keperkasaan-Nya.

.....

......Maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-

Baqarah: 209)

Al-Aziz adalah satu dari sekian asma Allah yang menunjukkan kepada pengertian kekuatan,

hegemoni, ketinggian, dan mengendalikan. Perhatikan bait syair berikut:

“Engkau Yang Mahaperkasa, tak ada yang lain

11 ? Ibid, hlm. 6812 ? Ibid, hlm. 69

11

Page 12: ASMAUL HUSNA

semua makhluk meminta ridha-Mu.”

Ibnu Qayyim juga mengatakan (dalam Nuniyyah: 2/218):

“Dia Yang Maha Perkasa, tidak mengalami kemusnahan

bagaimana akan musnah Zat yang mempunyai kerajaan.

Dia yang Maha Perkasa, Yang Berkuasa, dan Yang Kuat Pengaruhnya

tak ada yang dapat mempengaruhi-Nya.

Ya, dua sifat ini.

Dia Mahaperkasa dengan kekuatan,

itulah penjelasan tentang-Nya

Keperkasaan yang bertumpu pada tiga makna

yang saling melengkapi Allah, tanpa ada kekurangan.”13

9. الجبار

Al-Jabbar artinya Allah adalah Dzat yang dapat melaksanakan keinginan dan kehendak-

Nya dengan jalan memaksa kepada setiap orang, dan tidak ada sesuatupun yang dapat mencegah

keinginan-Nya. Semuanya adalah dalam kekuasaan-Nya, dan tidak ada kemampuan manapun

yang sanggup melanggar laranganan-Nya.14 Firman Allah

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,

yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha

Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan .

(QS.Al-Hasyr: 23)

Pada dasarnya setiap makhluk ingin menguasai dan mengungguli makhluk lain. Akan

tetapi Allah-lah yang berkuasa atas segalanya. Allah sanggup membatasi keinginan makhluk

13 ? Ibid., hlm. 7014 ? Mahmudin, Op. Cit., hlm. 23

12

Page 13: ASMAUL HUSNA

tersebut sesuai dengan kehendak-Nya, karena hanya Dia-lah yang berhak menyandang gelar Al-

Jabbar, Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Memaksa, dan Maha mengungguli.15

المثكبر .10

Al-Mutakabbir adalah orang yang memandang yang lainnya dengan pandangan hina

dibandingkan dirinya, dan dia tidak melihat keagungan, kebesaran dan kesombongan kecuali

pada dirinya. Maka dia melihat yang lain layaknya seorang raja melihat hambanya. Jika

pandangan itu benar, maka kesombongannya juga benar, dan dia telah benar-benar

menyombongkan diri.

Maha Suci Allah, tiada yang berhak dan pantas menyombongkan diri dengan keagungan

dan kebesaran-Nya kecuali hanya Allah semata. Al-Mutakabbir berarti bahwa Allah memili apa

yang tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Dia dapat menentuka rizki, menghidupkan orang mati

dan mematikan orang hidup. Jadi hanya Allah-lah yang menyandang gelar al_Mutakabbir,

Tuhan Yang Maha Megah.

“Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam.

Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan bumi, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.” (QS. Al-Jaatsyiah: 36-37)

Dengan demikian kesombongan makhluk adalah semu, batil dan dusta. Jika ada makhluk

yang menyombongkan dirinya, maka itu karena kebodohannya, ketidaktahuannya, dan

keangkuhannya.16

2.2 Pengamalan atau Sikap Tauladan Isi Kandungan 10 Asmaul Husna

a. Sikap ketauladanan asma Allah

15 ? Ibid., hlm. 7916 ? Ibid., hlm. 80-81

13

Page 14: ASMAUL HUSNA

Orang yang menyembah dan beribadah hanya kepada Allah dinamakan ABDULLAH,

Hamba Allah. Hidup baginya adalah karunia yang yang harus diisi dengan ibadah kepada Allah

dan pengabdian kepada sesama makhluk Allah. Hidup adalah amanah yang musti ditunaikan

sebagaimana mustinya, karena kelak ada pertanggung jawabannya. Ketika kita telah

menjalankan amanah, maka pada saat itulah kita mendapatkan titel kehormatan tertinggi

“ABDULLAH”, sebagai Hamba Allah. Dan ketika kita sanggup mengemban amanat sesuai

dengan sifat iradat-Nya (kehendak-Nya), maka kita diangkat menjadi Khalifatullah, wakil Allah

di muka bumi. Sebutan dan gelar tertinggi yang disandang oleh Rasulullah dan disukainya adalah

“ABDULLAH” yang artinya Hamba Allah. Dalam tasyahud yang diajarkan oleh Rasulullah kita

berkata: Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan wa rasuuluh (aku bersaksi

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba Allah

dan utusan-Nya). Sungguh betapa nikmatnya menjadi hamba Allah. Karen hamba-hamba Allah

akan mendapat perlindungan, laa khuufun ‘alaihim walaahum yahzanuun, mereka tidak ditimpa

ketakutan dan tidak pula merasa kegelisahan.17

b. Sikap ketauladanan asma Ar-Rahman dan Ar-Rahiim

Anda yang melaksanakan tugas dan aktivitas dengan kasih sayang disebut ABDUL

RAHMAN dan ABDUL RAHIM, Hamba Rahman dan Hamba Rahim. Sebuah tugas atau sebuah

pekerjaan yang anda yakini bisa menghasilkan keberuntungan, tekuni dan jalani dengan penuh

kasih sayang, insya Allah akan berbuah kesejahteraan. Yakin dan percayalah anda akan disayang

Allah, rahmat-Nya akan dikucurkan kepada anda. Jika anda berprilaku dengan akhlak Allah Ar-

Rahman dan Ar-Rahim, yaitu mengamalkan ajaran kasih dan sayang, menyebarkan rahmat

kepada semua makhluk Allah, berarti Anda telah menjalankan misi Rasulullah, yaitu

menebarkan kasih sayang dimuka bumi, wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil alamin.18

c. Sikap ketauladanan asma Al-Malik

Orang beriman dan memiliki kekuasaan disebut sebagai ABDUL MALIK, Hamba Maha

Raja. Dia hebat, tetapi tetap tunduk dan sujud kepada Allah, menjalankan kekuasaan berdasarkan

hukum Allah. Dia berilmu tetapi tetap tawadhu’ dan hormat kepada siapa saja dan tidak

17 ? Syaifuddin Al-Damawy, Op. Cit., hlm. 36-3718 ? Ibid., hlm. 42

14

Page 15: ASMAUL HUSNA

sombong. Dia memiliki posisi di atas akan tetapi dia tidak sombong dan selalu memandang ke

baah dan turun bersama orang-orang yang lemah. Kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang

beriman hanyalah kemampuan, sebuah potensi dan kompetensi yang digunakan untuk kebaikan

bersama. Abdul Malik yaitu orang yang pandai mengatur strategi perjuangan membela agama

Allah. Dalam menjalankan kekuasaan dia selalu menggunakan prionsip-prinsip manajemen

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Dia menyadari bahwa kekuasaan

mutlak hanyalah milik Allah. Prinsip Kemaharajaan Allah adalah melindungi, memelihara, dan

memenuhi seluruh keperluan hidup makhluk-Nya. Karenanya, Abdul Malik adalah orang yang

perduli kepada orang lain, lingkungan dan siapa saja yang ada di sekitarnya. Dia punya

kemampuan memberikan perlindungan kepada yang lemah walaupun tidak menjabat, masyarakat

akan menaruh hormat dan kekaguman kepadanya.19

d. Sikap ketauladanan asma Al-Qudduus

Cobalah satu demi satu hambatan tersebut Anda singkirkan, nanti Anda akan berjalan

ringan tanpa beban. Tauladani nama Al-Qudduus, yaitu dengan membersihkan diri dari sifat-sifat

yang tidak disukai oleh Allah, bersihkan hati dari kemusyrikan, dari sifat takabbur, dari riya’,

murnikan niat karena Allah, Anda akan disebut Abdul Qudduus, Hamba Tuhan Yang Disucikan.

Jadilah saudara sebagai hamba Al-Qudduus, Allah yang akan memberikan nikmat hidup.20

e. Sikap ketauladanan asma As-Salaam

Oran yang telah menemukan makna “As-Salam”,menauladani nama As-Salam, dan

mendapat kekuatan dari As-Salam, maka dia disebut ABDUS SALAM, Hamba Yang Maha

Selamat-Sejahtera. Dialah orang yang hidup sejahtera dan bahagia, sukses dan selamat. Di

pundaknya terpikul tanggung jawab untuk berbagi kesejahteraan kepada siapa saja, menyebarkan

salam perdamaian kepada siapa saja. Tidak ada yang keluar dari lisannya kecuali kata-kata yang

menyelamatkan. Prinsip dalam pergaulan Abdus Salaam adlah, memuliakan teman seusia,

menghormati orang yang lebih tua, dan menyayangi yang lebih muda. Prinsip tersebut digabung

dengan salam kesejahteraan, tanda kasih sayang yang berwujud pemberian apa saja yang bisa

membuat ikatan batin semakin kuat dan ikatan emosional semakin dekat. Mana kala Abdus

19 ? Ibid., hlm. 45-4620 ? Ibid., hlm. 49

15

Page 16: ASMAUL HUSNA

Salam telah banyak bertebaran di muka bumi, maka dunia dijamin aman, masyarakat dijamin

sejahtera dan bahagia. Maka jadilah Saudara Hamba Allah penjaga perdamaian dunia, Allah

akan menjamin kehidupan Saudara.21

f. Sikap ketauladanan asma Al-Mu’min

Ketika kata “al-Mu’min” dipakai untuk sebutan hamba Allah yang beriman, berarti hamba

itu telah mencontoh dan menauladani nama “Al-Mu’min”. Mengapa orang yang beriman disebut

Mu’min? Karena kata lisan, kata hati dan perbuatannya benar dan ingkron. Hatinya telah

membenarkan apa yang datang dari Allah, kemudian mengamalkannya. Dia telah menemukan

hakikat kebenaran, dia telah mendapatkan kekuatan dirinya yang bersumber dari nama Allah

“Al-Mu’min”. Kekuatan itu tidak lain adalah “keyakinan dan optimisme” yang kemudian

melahirkan kreativitas dan inovasi. Keyakinan ini tidak boleh dikotori oleh prasangka buruk atau

keragu-raguan kepada Allah.22

g. Sikap ketauladanan asma Al-Muhaimin

Hamba Yang Maha pemelihara adalah dia yang telah menjalankan akhlak Allah,

menauladani nama al-Muhaimin. Baginya tidak ada lagi balasan lain dari Allah kecuali

mendapat derajat tinggi di sisi-Nya. Abdul Muhaimin hidupnya terhormat dipelihara Allah Swt

dan diperlukan oleh masyarakat untuk:

Menjadi saksi. Tidak ada orang hina diangkat dan diterima oleh masyarakat

menjadi saksi. Di sini yang dilihat adalah penampilan

Menjadi penjamin bagi orang lain yang sedang dalam kesulitan. Tidak ada orang

yang dikejar-kejar aparat atau dibenci masyarakat menjadi pemimpin. Di sini yang

menjadi ukuran adalah kepercayaan.

Menjadi pengawas. Tidak ada orang bodoh, dan tidak ada orang curang yang bisa

diterima menjadi pengawas. Di sini yang diutamakan adalah ketelitian dan

kredibilitas.

Menjadi pemelihara. Tidak ada orang yang lemah diangkat menjadi penjaga atau

juru damai. Di sini yang diutamakan adalah kekuatan.23

21 ? Ibid., 5322 ? Ibid., hlm. 5723 ? Ibid., hlm. 59-60

16

Page 17: ASMAUL HUSNA

h. Sikap ketauladanan asma Al-‘Aziz

Orang yang meneladani nama Al’Aziz, yang memanfaatkan energi dan kemampuannya

untuk mencapai kemuliaan diri dan membantu orang lain, dialah yang disebut ABDUL AZIIZ,

Hamba Allah Yang Maha Perkasa. Dialah orang yang disegani dan dihormati, tetapi tidak

menampakkan kesombongan dan kepongahan. Kehormatan baginya bukanlah tujuan hidup,

tetapi dia adalah sebagian dari harga diri yang harus diperjuangkan. Tujuan hidup adalah mencari

ridho Allah, dan aplikasinya adalah ibadah. Orang perkasa yaitu orang yang siap menghadapi

situasi dan keadaan paling buruk. Dia tidak lemah mentalnya, tidak mudah menyerah dan tidak

pula mudah mengeluh di sat mendapat cobaan.24

i. Sikap ketauladanan asma Al-Jabbar

Orang yang tunduk pada aturan Allah, patuh atas keputusan Allah, ridha dengan kehendak

Allah, disebut ABDUL JABBAR. Dia adlah semangat orang yang jiwanya digerakkan oleh nama

Al-Jabbar untuk menyelesaikan seluruh persoalannya sendiri, tidak lemah kemauan, dan juga

tidak pernah menyerah pada kebatilan. Apa yang diyakininya benar, dia akan dipertahankan

sampai benar-benar menjadi kenyataan. Untuk melawan kebatilan, dia tidak berbuat sewenang-

wenang dan tidak juga menghalalkan segala cara. Untuk menghancurkan kemungkaran, dia tidak

melakukan kemungkaran yang sama atau melakukan kemungkaran tandingan. Abdul Jabbar, dia

juga adalah orang yang perduli kepada orang lain. Jika melihat ada orang yang kekurangan, dia

rela memberikan tambahan. Jika melihat ada orang yang dipermalukan atau dibongkar,bongkar

aibnya, dia berusaha untuk menutupinya, bukan membela kesalahannya. Rasulullah Saw

bersabda: barang siapa yang meringankan bebannya sesama muslim, Allah akan meringankan

bebannya di hari kiamat; barang siapa yang menutupi aib saudaranya sesama muslim, maka

Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.

24 Ibid., hlm. 62-63

17

Page 18: ASMAUL HUSNA

Terhadap nama-nama selain Al-Jabbar, Allah Swt memuji dan menganjurkan kepada

hamba-Nya dan menjadikannya sebagai pakaian sehari-hari dengan kemampuannya. Misalnya

Ar-Rahiim, Al-Mu’min, Ar-Ro’uf, Al-Halim dan sebagainya. Nama nama tersebut secara

langsung diberikan Allah kepada Nabi Muhammad dan orang-orang shaleh. Tetapi Allah sangat

murka kepada orang-orang yang membajak nama Al-Jabbar dan nama Al-Mutakabbir dijadikan

sebagai pakaiannya.25

j. Sikap ketauladanan asma Al-Mutakabbir

Orang yang mendapat posisi terhormat dan tetap menghormati siapa saja, baik terhadap

bawahan, apalagi terhadap orang-orang lemah yang hidup sengsara, dia itulah yang disebut

ABDUL MUTAKABBIR, Hamba Allah Yang Maha Megah. Dia adalah orang yang sukses

tetapi tidak lupa diri, berpangkat tinggi tetapi rendah hati, kaya tetapi tdak pelit, pintar tetapi

tidak membodohi. Dia senantiasa sadar akan dirinya dan ingat akan kejadian dan tempat

kembalinya. Posisi yang didudukinya tyidak membuat dia sombong, tetapi justru semakin

merasa rendah dihadapan Allah. Bukankah Saudara tahu rahmat itu datang dari Allah Yang

Maha Tinggi Yang Mempunyai Singgasana yang tinggi? Ibarat hujan yang turun dari atas, pasti

yang paling banyak menampung air adalah tempat yang paling rendah. Demikian juga, rahmat

Allah akan mengucur ke tempat yang rendah lalu ditampung oleh orang-orang yang tawadhu’

dan rendah hati.26

25 ? Ibid., hlm. 6526 ? Ibid., hlm. 70

18

Page 19: ASMAUL HUSNA

BAB II

KESIMPULAN

Adakah nama-nama Allah itu hanya diketahui secara persis dari Al-Qur’an dan Al-Hadits

saja (Tauqifiyah) atau ada nama-nama Allah lain yang bisa diistilahkan (istilahiyah)?

Para ulama berbeda pendapat:

1. Sebagian ulama berpendapat tidak diperkenankan menyebutkan nama Allah dan sifat

sifat-Nya kecuali yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Secara akal ini berdalil:

kalau Allah dengan yang lain, berarti Allah disamakan dengan yang lain.

2. Sebagian ulama menyatakan: boleh menyebutkan nama Allah atau sifat dengan lafadz

yang menunjukkan makna kebesaran Allah dan sifat-Nya.

Ulama ini mempunyai argument yang masuk akal pula. Dengan alasan apapun, tidak

mungkin ada penyamaan Allah dengan yang lain, karena jelas tidak bisa disamakan.

Dibandingkan saja tidak bisa, apa lagi disamakan. Sama seperti tidak mungkin halnya

membandingkan antara langit dan bumi, atau menyamakan dengan keduanya, karena

keduanya memang berbeda.

Kita tidak mungkin dapat membandingkan nama ataupun sifat-sifat Allah dengan ciptaan-

Nya, karena dengan begitu berarti kita telah berlaku tidak sopan terhadap-Nya. Dengan kata lain

kita telah membandingka-Nya dengan makhluk-Nya, padahal kita tahu alangkah berdosanya

perbuatan itu, karena tidak mungkin Sang Khaliq memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya.

Akan tetapi kita sebagai makhluk-Nya, dituntut untuk dapat berprilaku sebagaimana anjuran

Allah terhadap hamba-Nya yang shaleh yang mendapat pujian dari Allah sebagai Ar-Rahiim, Al-

Mu’min, Ar-Ro’uf, Al-Halim dan sebagainya.

19

Page 20: ASMAUL HUSNA

DAFTAR PUSTAKA

Al-Damawy, Syaifuddin. 2009. Mukjizat Asmaul Uzma Rahasia, Keajaiban, Keistimewaan,

Kekuatan dan Khasiat Nama Allah Teragung. Jakarta: Pustaka Al-Mawardi

Al-Asyqar, Umar Sulaiman. Al-Asma’ Al-Husna. Jakarta: Qisthi Press

Mahmudin. 2008. Rahasia di Balik Asmaul Husna. Yogyakarta: Mutiara Media

20