Upload
rizandiny
View
42
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
contoh referat asma
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan / atau mengi yang
berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), dapat sembuh spontan atau dengan
pengobatan (reversible) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau
keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang progresif
akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai
kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Penggolongan asma tergantung pada derajat
penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya (aspek akut)(1).
Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan definisi yang praktis dalam
bentuk definisi yang praktis dalam bentuk definisi operasional yaitu wheezing dan / atau
batuk dengan karakteristik sebagai berikut : timbul secara episodik dan / kronik ,
cenderung pada malam hari ( nokturnal ), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya
aktifitas fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan,
serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien / keluarganya, sedangkan sebab-
sebab lain sudah disingkirkan (2).
Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi (1) asma episodik jarang, (2)
asma episodik sering dan (3) asma persisten.
Parameter klinis, kebutuhan obat dan
faal paru
Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten
Frekuensi serangan < 1x/bulan > 1x/bulan Sering
Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 mingguHampir sepanjang tahun, tidak ada remisi
Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya beratDi antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malamTidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat tergangguPemeriksaan fisis diluar serangan
Normal (tidak ditemukan kelainan)
Mungkin terganggu (ditemukan kelainan) Tidak pernah normal
Obat pengendali (anti inflamasi) Tidak perlu Perlu Perlu
Uji faal paru (di luar serangan) PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80%
PEF/FEV1 < 60%Variabilitas 20-30%
Variabilitas faal paru (bila ada serangan) Variabilitas > 15% Variabilitas > 30%
Variabilitas > 50%
1
Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi (1) serangan
asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.
Parameter klinis,Fungsi paru,laboratorium
Ringan Sedang Berat
Sesak timbul-pada saat (breathless)
Berjalan Bayi:menangis keras
Berbicara Bayi :- Tangis pendek dan lemah- Kesulitan makan/minum
Istirahat Bayi : Tidak mau makan/minum
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Posisi Bisa berbaring Lebih suka dudukDuduk bertopang lengan
Kesadaran Mungkin iritable Biasanya iritable Biasanya iritableSianosis Tidak ada Tidak ada Ada Mengi (wheezing) Sedang, sering
hanya pada akhir ekspirasi
Nyaring, sepanjang ekspirasi, inspirasi
Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop
Sesak nafas Minimal Sedang Berat
Obat Bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya YaRetraksi Dangkal, retraksi
interkostalSedang, ditambah retraksi suprasternal
Dalam, ditambah nafas cuping hidung
Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia laju nafas normal< 2 bulan < 60 / menit2 – 12 bulan < 50 / menit1 – 5 tahun < 40 / menit6 – 8 tahun < 30 / menit
Laju nadi Normal Takikardi TakikardiPedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar :
Usia laju nadi normal2 – 12 bulan < 160 / menit1 – 2 tahun < 120 / menit3 – 8 tahun < 110 / menit
Pulsus paradoksus (pemeriksaannya tidak praktis)
Tidak ada
< 10 mmHg
Ada
10-20 mmHg
Ada
> 20 mmHgPEFR atau FEV1 (% nilai dugaan/% nilai terbaik)- pra bronkodilator- pasca
bronkodilator
> 60% 40-60%
> 80% 60-80%
< 40% < 60%Respon < 2 jam
SaO2 % > 95% 91-95% 90%PaO2 Normal biasanya
tidak perlu diperiksa
> 60 mmHg < 60 mmHg
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
2
PATOFISIOLOGI
Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus, udema
mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil, makrofag) dan
deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator inflamasi seperti histamin,
lekotriene C4, D4 dan E4, P.A.F yang mengakibatkan adanya konstriksi bronkus, edema
mukosa dan penumpukan mukus yang kental dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang
terjadi tidak seragam/merata di seluruh paru. Atelektasis segmental atau subsegmental
dapat terjadi. Sumbatan jalan nafas menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas yang
tidak merata di seluruh jaringan bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi
dengan perfusi (ventilation-perfusion mismatch). Hiperinflasi paru menyebabkan
penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan
tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang
menyempit, dapat makin mempersempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal
mungkin mempengaruhi arus balik vena dan mengurangi curah jantung yang
bermanisfestasi sebagai pulsus paradoksus.
Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan peningkatan
kerja nafas menyebabkan perubahan dalam gas darah. Pada awal serangan, untuk
mengkompensasi hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga kadar PaCO2 yang akan turun
dan dijumpai alkalosis respiratorik. Selanjutnya pada obstruksi jalan nafas yang berat,
akan terjadi kelelahan otot nafas dan hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya
hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2 yang
cenderung naik walau nilainya masih dalam rentang normal, harus diwaspadai sebagai
tanda kelelahan dan ancaman gagal nafas. Selain itu dapat terjadi pula asidosis metabolik
akibat hipoksia jaringan dan produksi laktat oleh otot nafas. Hipoksia dan asidosis dapat
menyebabkan vasokontriksi pulmonal, namun jarang terjadi komplikasi cor pulmonale.
Hipoksia dan vasokontriksi dapat merusak sel alveoli sehingga produksi surfaktan
berkurang atau tidak ada, dan meningkatkan resiko terjadinya atelektasis.(1)
BAB II
3
TATA LAKSANA ASMA
A. Tujuan Tata laksana.
Tujuan tata laksana asma pada anak secara umum adalah untuk menjamin
tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih rinci tujuan
yang ingin yang ingin dicapai adalah :
1. Pasien dapat menjalani aktivitas normalnya, termasuk bermain dan berolah raga.
2. Sesedikit mungkin mengurangi angka absensi sekolah.
3. Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari.
4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal yang mencolok.
5. Kebutuhan obat seminimal munkin dan tidak ada serangan.
6. Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul,
terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
B. Tata laksana Medika Mentosa.
Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu :
1. Obat Pereda (Reliever).
Kelompok ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma jika
sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan sudah tidak ada gejala lagi, maka
obat ini tidak digunakan lagi.
2. Obat Pengendali (Controller).
Obat pengendali sering disebut sebagai obat pencegah atau profilaksis.
Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi
Respiratorik Khronik. Dengan demikian, pemakain obat ini terus – menerus
dalam jangka waktu yang relatif lama, tergantung dari derajat penyakit asma dan
responnya terhadap pengobatan / penanggulangan. Obat – obat pengendali
diberikan pada Asma Episodik Sering dan Asma Persisten.
4
I. Tata Laksana Jangka Panjang.
Berdasarkan derajat penyakit asma pada anak, maka dapat dibagi :
A. Asma episodik jarang
Pada asma ini cukup diobati dengan obat pereda berupa bronkodilator B-
agonis hirupan kerja pendek (Short Acting β-2 Agonist,SABA).disamping itu
pemakaian obat hirupan (Metoxed Dose Inhaler atau Dry Powder Inhaler)
memerlukan teknik penggunaan yang benar (untuk anak besar) dan membutuhkan
alat bantu (untuk anak kecil / bayi).
Pedoman Nasional Asma Anak tidak menganjurkan obat controller pada
asma episode jarang.
B. Asma episodik sering
Jika penggunaan β-Agonis hirupan sudah lebih dari 3x / minggu ( tanpa
menghitung penggunaan pra aktivitas fisis), atau serangan sedang / berat terjadi
lebih dari sekali dalam sebulan, maka penggunaan anti inflamasi sebagai obat
pengendali sudah terindikasi. Tahap prtama obat pengendali adalah obat steroid
hirupan dosis rendah yang biasanya cukup efektif. Obat steroid hirupan yang
sudah sering digunakan pada anak adalah Budesonid, sehingga digunakan sebagai
standar.
1. Dosis rendah steroid hirupan adalah setara dengan 100 – 200 mikogram / hari
Budesonid ( 50 – 100 mikogram / hari Flutikason ) untuk anak berusia kurang
dari 12 tahun,
2. Dosis 200 – 400 mikrogram / hari Budesonid ( 100 – 200 mikrogram / hari
Flutikason ) untuk anak usia diatas 12 tahun.
Penilaian efek terapi dilakukan setelah 6 – 8 minggu yaitu waktu yang
diperlukan untuk mengendalikan inflamasinya. Setelah pengobatan selama 6- 8
minggu tidak ada respon, maka dosis steroid hirupan dinaikan sampai 400
mikrogram/hari yang termasuk dalam tatalaksana asma persisten. Sebaiknya jika
asma terkendali dalam 6-8 minggu, maka derajatnya beralih ke yang lebih ringan.
5
Asma persisten
Setelah pemberian sterod dosis rendah tidak memberikan respon terapi alternatif
pengganti yaitu meningkatkan steroid menjadi dosis medium ditambah dengan LABA
(Long Acting β-2 agonis) atau ditambahkan theopillin slow release ( TSR) atau
ditambah anti leukotiren reseptor ( ALTR ).
II. Terapi Inhalasi.
A. Metered Dose Inhaler (MDI) :
I. MDI tanpa Spacer :
Cara kerja :
Terlebih dahulu kanister dikocok agar obat tetap homogen, lalu tutup
kanister dibuka.
Inhaler dipegang tegak, kemudian pasien melakukan ekspirasi maksimal
secara perlahan.
Mulut kanister diletakkan diantara bibir, lalu bibir dirapatkan dan
dilakukan inspirsi perlahan sampai maksimal.
Pada pertengahan inspirasi kanister ditekan agar obat keluar.
Pasien menahan nafas 10 detik atau dengan menghitung 10 hitungan pada
inspirasi maksimal.
Setelah 30 – 60 detik, prosedur yang sama dapat diulang kembali.
Setelah proses selesai, jangan lupa berkumur dan airnya dibuang untuk
mencegah efek samping.
II. MDI dengan Spacer :
Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara aktuator dengan mulut
sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini
mengurangi pengendapan di Orofaring. Spacer berupa tabung dengan panjang
sekitar 10 – 20 cm atau bentuk kerucut dengan volume 700 -1000 ml.
Pengendapan di orofaring akan berkurang yaitu sekitar 5 % dosis yang
diberikan bila digunakan spacer katup satu arah. Pada spacer tanpa katup satu
arah, pengendapan di orofaring sekitar 8 – 60 % dosis. Dengan penggunaan
6
spacer, deposisi pada paru akan meningkat menjadi 20 % dibanding tanpa
spacer.
B. Dry Powder Inhaler (DPI).
Penggunaan obat dry powder atau serbuk kering pada DPI memerlukan inspirasi
yang cukup kuat. Pada anak kecil hal ini sulit dilakukan, sehingga deposisi obat
pada saluran nafas berkurang. DPI dianjurkan diberikan pada anak diatas 5 tahun.
C. Nebulizer.
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus – menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan
atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang terbentuk dihirup penderita melalui
mouth piece (sungkup). Dengan nebulizer dihasilkan partikel aerosol yang
berukuran antara 2 – 5 mikron. Pada orang normal saat istirahat, pengendapan
aerosol dalam paru terjadi sebanyak 30 -60 % dari dosis yang diberikan.
Bronkodilator yang diberikan dengan nebilizer memberikan efek bronkodilatasi
yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping.(2)
7
TATA LAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK
( UK Respirologi)
Pasien di klinik atau Unit Gawat Darurat, penatalaksanaan awalnya :
Nebulisasi agonis beta 1 – 3 kali selang 20 menit.
Nebulisasi ke 3 ditambah antikolinergik.
Jika serangan berat, nebulisasi beta ditambah antikolinergik.
Nilai derajat serangan, jika :
1. Serangan ringan (nebulisasi 1 kali, respon baik) :
Observasi 1 jam.
Bila efek bertahan, boleh pulang.
Bila gejala timbul lagi, perlakukan sebagai serangan sedang.
Boleh pulang : - Bekali obat agonis beta (hirup / oral).
- Jika sudah ada obat pengendali,teruskan.
- Jika infeksi virus sebagai pencetus, dapat diberi steroid oral (3 -
5 hari).
- Reevaluasi setelah 24 – 48 jam.
2. Serangan sedang (nebulisasi 2 - 3 kali, respon parsial) :
Berikan oksigen.
Nilai kembali derajat serangan, bila sesuai dengan serangan sedang, observasi
di ruang rawat sehari.
Berikan steroid oral.
Pasang jalur parenteral.
Ruang rawat sehari / Observasi :
Teruskan oksigen.
Steroid oral dilanjutkan.
Nebulisasi tiap 2 jam.
Bila dalam 12 jam perbaikan klinis stabil, boleh pulang.
8
Bila dalam 12 jam klinis tetap belum membaik atau memburuk, alih rawat
ke ruang rawat inap.
3. Serangan berat (nebulisasi 3 kali, respon buruk) :
Sejak awal berikan oksigen saat/diluar nebulisasi.
Pasang jalur parenteral.
Steroid intravena.
Nilai ulang klinisnya, bila sesuai dengan serangan berat, rawat diruang rawat
inap.
Foto rontgen thoraks.
Ruang Rawat Inap :
Teruskan oksigen.
Atasi dehidrasi dan asidosis jika ada.
Steroid IV tiap 6 - 8 jam.
Nebulisasi tiap 1 - 2 jam.
Aminophillin IV awal, lanjutkan rumatan.
Jika membaik dalam 4 - 6 x nebulisasi, interval menjadi 4 - 6 jam.
Jika dalam 24 jam perbaikan klinis stabil, boleh pulang.
Jika dengan steroid dan aminophillin parenteral tidak membaik, bahkan
timbul ancaman henti nafas, alih rawat ke ruang rawat intensif.
Catatan:
1. Jika menurut penilaian serangan berat, nebulisasi cukup 1 kali, langsung dengan
agonis beta + antikolinergik.
2. Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganmti dengan adrenalin subkutan 0,01 mg /
kg / kali, maksimal 0,3 ml / kali.
3. Untuk serangan sedang dan terutama berat, berikan oksigen 2 - 4 liter/menit sejak
awal, termasuk saat nebulisasi.
9
PENATALAKSANAAN ASMA AKUT DIRUMAH(3)
Lanjutkan penilaian
Respon tidak sempurnaPEFR > 50 % dan < 70 % garis dasar atauPEFR atau gejala memburuk.
10
Menilai keparahanMengukur PEFR, frekuensi pernafasan, kehabisan nafas, penggunaan otot – otot tambahan (accecoris), ketajaman perhatian,
Albuterol melalui nebullizer 0,15 mg/kg/dosis (maksimum 5 mg) atau dengan inhaler dosis – terukur dengan dosis 2 semprot setiap 20 menit sampai 1 jam jika diperlukan.
Respon baik :o Frekuensi pernafasan : normalo Kehabisan nafas : tidak adao Otot – otot tambahan : tidak ada
penggunaan, tidak ada retraksi intercostal.
o Waspada, tidak ada perubahan warna.o PEFR 70 – 90 % garis dasar.
Respon tidak sempurna :o Frekuensi pernafasan : normal atau
meningkato Kehabisan nafas : sedango Penggunaan otot – otot tambahan minimal,
retraksi ICS ringan sampai sedang.o Waspasa, tidak ada perubahan warna.o PEFR > 50 % dan < 70 % garis dasar.
Respon jelek :Frekuensi pernafasan : meningkat.Kehabisan nafas : berat.Otot – otot tambahan : retraksi berat dengan
pengembangan hidung.Kewaspadaan (ketajaman perhatian)
menurun.Perubahan warna.PEFR < 50 % garis dasar.
Hubungi pemberi perawatan kesehatan danLanjutkan Albuterol 0,15 mg/kg/dosis setiap 2 jam sebanyak 3 kali danMulai prednison oral 1 – 2 mg/kg/dosis.
Lanjutkan penilaian
o Lanjutkan Albuterol 0,15 mg/kg/dosis setiap 3 – 4 jam dan
o Lanjutkan obat – obatan rutin dano Hubungi dokter jika gejala berulang.
Pergi kebagian Gawat Darurat
o Respon baiko PEFR > 70 % - 90 % garis dasar dan
bertahan selama 4 jam.
Frekuensi Albuterol dikurangi sampai setiap 4 jam.
Lanjutkan penilaian
Hubungi dokter untuk pemantauan (follow up) intruksi.
Hubungi dokter atau pergi ke bagian gawat darurat.
Bagian Gawat Darurat atau Bagian Penanganan Asma di tempat Praktek(3)
11
Penilaian awal :FJ, FR, PEFR, auskultasi, penggunaan otot tambahan, pulsus paradoksus, dispnea, ketajaman perhatian, warna, saturasi O2.
Catatan : jika penderita tidak mampu menghasilkan PEFR atau kesadarannya menurun, beri epinefrin 0,01 mg/kg (maksimum 0,3 mg) dengan suntikan subkutan segera.
Ulangi penilaianFJ, FR, PEFR, auskultasi, penggunaan otot tambahan, pulsus paradoksus, dispnea, ketajaman perhatian, warna, saturasi O2.
Respon baik : PEFR > 70 % garis dasar. FJ menurun, FR menurun. Auskultasi : tidak ada mengi. Otot – otot tambahan : tidak digunakan. Dispnea : minimal sampai tidak ada. Pulsus paradoksus : < 10 mmHg. Saturasi O2 > 95 %.
Oksigen untuk mempertahankan saturasi O2 > 95 %. Nebulisasi albuterol dengan O2 6L/menit, 0,15 mg/kg/dosis (maksimum 5 mg/dosis) setiap 20 menit,
sampai 1 jam. Jika PEFR > 90 % sesudah dosis inisial, dosis tambahan tidak perlu. Mulai steroid jika tidak berespons sesudah satu pengobatan nebulisasi atau jika penderita tergantung
steroid.
Respon tidak sempurna : PEFR (>40%, < 70%) garis dasar. FJ naik, FR naik. Auskultasi : mengi ringan. Otot – otot tambahan : penggunaan sedang Dispnea : sedang. Pulsus paradoksus : ≥ 10 - 15 mmHg. Saturasi O2 < 95 % > 91 %.
Respon jelek : PEFR < 40 % garis dasar. FJ naik, FR naik. Auskultasi : gerakan udara berkurang. Otot–otot tambahan : penggunaan berat. Dispnea : berat. Pulsus paradoksus : ≥ 15 mmHg. Saturasi O2 < 91 %.
Kurangi hirupan Albuterol menjadi setiap 2 jam.
Tambahkan prednison oral : 1-2 mg/kg/dosis atau metilprednisolon intravena dan terskan hirupan Albuterol 0,15 mg/kg/dosis setiap 20 menit.
Rawat inap di rumah sakit
Obsevasi sekurang – kurangnya 1 jam. Nilai keparahannya pada 1 jam.
Stabil : PEFR > 70% garis
dasar. Saturasi O2 > 95% dan
parameter lain membaik
Tidak stabil: PEFR < 70 %
garis dasar dan parameter lain tidak membaik.
Respon baik : PEFR > 70 % garis
dasar. Saturasi O2 > 95 %
dan parameter lain membaik
Respon jelek : PEFR < 40 % garis
dasar Saturasi O2 < 91%
dan parameter lain tidak membaik
Pikirkan perawatan rumah sakit
Dipulangkan dengan edukasi penderita, obat-obatan (pikirkan kortikosteroid), dan rencana pementauan (follow up).
Respon tidak sempurna : PEFR 40 % - 70 % garis dasar. Saturasi O2 91% - 95% dan parameter lain membaik
Lanjutkan pengobatan ; pikirkan pengiriman ke rumah sakit, jika tidak ada perbaikan.
Penanganan Rumah Sakit Asma Akut(3)
ALUR DIAGNOSIS ASMA ANAK(2)
Nilai keparahanFJ, FR, PEFR, auskultasi, penggunaan otot-otot tambahan, pulsus paradoksus, dispnea, ketajaman, perhatian, warna, saturasi 02
Penerimaaan di rumah sakitPEFR < 40 % garis dasarFJ: naik; FR: naikPulsus paradoksus : 15 mmHgAuskultasi : mengi inspirasi dan ekspirasiOtot tambahan :penggunaan sedang sampai beratDispnea: sedang sampai beratSaturasi 02 91% sesudah penanganan yang agresif
12
Unit pemantauan Unit perawatan intensif(konsultasikan dengan spesialis)
Oksigen untuk mempertahankan saturasi O2 > 90%Nebulisasi albuterol 0,15mg/kg/dosis setiap 6 jamTeofilin oral setiap 12 jam (lihat teks) atau aminofilin IV ( lihat teks)
Oksigen untuk mempertahankan saturasi 02 > 95 %Tentukan nebulisasi albuterol 0,15mg/kg/dosis-maksimum 15mg/jamMetilprednisolon IV 1-2 mg/kg/dosis setiap 6 jam Aminifilin ( lihat teks)
Membaik PEFR > 70% garis dasar FJ dan FR : normal Auskultasi: minimal sampai
tidak ada mengi Otot-otot tambahan
pengggunaan sedang atau tidak ada
Dispnea: tidak ada Pulsus paradoksus: tidak ada
Tidak membaik PEFR < 30% garis dasar PCO2 > 40 mmHg dan
parameter lain memburuk
Nilai keparahanPC02 > 55 mmHg atau meningkat > 5-10 mmHg / jam, dispnea dan kelelahan bertambah disertai penggunaan otot tambahan, penurunan ketajaman perhatian, pulsus paradoksus > 30 mmHg, asidosis dan desaturasi
Lanjutkan obat-obatan Pikirkan penambahan ventilasi mekanis
Dipulangkan dengan edukasi penderita, obat-obatan dan rencana follow up
PEFR > 30 % garis dasar dan/atau PC02 < 40 mmHgSaturasi 02 90 %Auskultasi: mengi sedangOtot-otot tambahan:penggunaaan sedangDispnea: sedangPulsus paradoksus: 15 mmHg
PEFR <30% garis dasar dan/atau PC02 > 40 mmHgSaturasi O2 < 90 %Auskultasi: mengi berat, gerakan usara berkurangOtot-otot tambahan: penggunaaan beratDispnea: beratPulsus paradoksus > 15 mmHg
Batuk dan / wheezing
berhasil
Daftar Obat Asma yang ada di Indonesia(2)
Pertimbangan :Foto thoraks dan sinusUji faaal paruUji respon terhadap bronkodilator dan
steroid sistemik 5 hariUji provokasi bronkusUji keringatUji imunologisPemeriksaan motilitas siliaPemeriksaan refluks GE
Tidak jelas asma:Timbul masa neonatusGagal tumbuhInfeksi kronikMuntah/tersedakKelainaan fokal paruKelainan sistem kardiovaskuler
Tidak berhasil
13
Riwayat penyakitPemeriksaan Fisik
Uji tuberkulin
Patut diduga asma : Episodik dan / khronik. Nocturnal / morning dip. Musiman. Pajanan terhadap pencetus. Riwayat atopi pasien / keluarga.
Periksa peak flowmeter atau spirometer untuk menilai: Reversibilitas(≥ 15 %) Variabilitas (≥ 15 %)
Berikan bronkodilator
Diagnosis kerja:asma
Berikan obat anti asma: tidak berhasil nilai ulang diagnosis dan ketaatan berobat
Tidak mendukung diagnisis lain
Mendukung diagnosis lain
Diagnosis dan pengobatan penyakit lain
Pertimbangan asma diserati penyakit lain
Bukan asma
Fungsi Nama Generik Nama Dagang Sediaan Keterangan
14
Obat pereda(Reliever)
Golongan β Agonis (kerja pendek)Terbutalin Bricasma Syrup,tablet,
turbuhaler0,05 – 0,1
mg/kgBB/kaliSalbutamol Ventolin Syrup, tablet,
MDI0,05 – 0,1
mg/kgBB/kaliOrsiprenalin Alupent Syrup,tablet,
turbuhalerHeksoprenalin Tablet
Fenoterol Berotec MDIGolongan Santin
Teofilin Syrup,tablet
Obat pengendali(controller)
Golongan anti inflamasi non steroidKromoglikat MDI Tidak tersedia lagiNedokromil MDI Tidak tersedia lagi
Beklomethason Bechotide MDIGolongan β Agonis (kerja panjang)
Prokaterol Meptin Syrup, tablet, MDI*
Bambuterol Bambec TabletSalmeterol Serevent MDIKlenbuterol Spiropent Syrup, tablet
Golongan obat lepas lambat / lepas terkendaliTerbutalin KapsulSalbutamol Volmax Tablet
Teofilin Tablet salutGolongan anti leukotrin
ZafirlukasMontelukas
Accolate Tablet AdaBelum ada
Golongan kombinasi steroid LABABudesonid + Formoterol
Flutikason + Salmeterol
Symbicort*Seretide
TurbuhalerMDI
* LABA yang mempunyai awitan kerja cepat
Daftar Obat untuk Nebulisasi(2)
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Nebulisasi
15
Golongan β AgonisFenoterol Berotec Solution 0,1 % 5 – 10 tetes
Salbutamol Ventolin Nebule 2,5 mg 1 NebuleTerbutalin Bricasma Respule 2,5 mg 1 Respule
Golongan antikolinergikIpratropium Bromide Atrovent Solution 0,025 % > 6 thn : 8 – 20 tetes
≤ 6 thn : 4 – 10 tetesGolongan Steroid
Budesonide Pulmicort Respules -Flutikason Flixotide Nebules -
Golongan β Agonis + AntikolinergikSalbutamol + Ipratoprium
Combivent UDV Unit Dose Vial ½ - 1 vial
Daftar Steroid Sistemik untuk Serangan Asma(2)
Nama Generik Nama Dagang Sediaan DosisMetilprednisolon Prednicort Tablet 4 mg, 8 mg 0,5 – 1 mg/kgBB/hari
tiap 6 jamPrednison Tablet 5 mg 0,5 – 1 mg/kgBB/hari
tiap 6 jamM. prednisolon suksinat
Inj.Prednicort Vial 125 mg, vial
500 mg30 mg dalam 30 menit
(dosis tinggi) tiap 6 jamHidrokortison suksinat Inj. Vial 100 mg 4 mg/kgBB/kali tiap 6
jamDexametason Inj. Etason Ampul 0,5 – 1 mg/kgBB bolus,
dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari tiap 6 – 8
jamBetametason Inj. Ampul 0,05 – 0,1 mg/kgBB tiap
6 jam
Daftar Obat Antihistamin untuk Asma yang disertai Rhinitis Alergika(2)
Nama Generik Nama Dagang Sediaan DosisSetirizin Rydian Tablet 10 mg -Ketotifen Nortifen Tablet -
DAFTAR PUSTAKA
16
1. http/: www.pediatrik.com
2. Rahajoe.N,dkk. Pedoman Nasional Asma Akut. UKK Pulmonologi PP Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2004
3. Behrman,dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15. EGC. Jakarta : 2000.
17