39
Bab 1 Tinjauan Teori Varicella 1. Tinjauan Medis 1. Definisi June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483). Sedangkan menurut Adhi Djuanda, varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993). 2. Anatomi Fisiologi Organ Kulit a. Epidermis (Kutikula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain seperti berikut : 1. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk. Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.

askep varicela

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan varicela

Citation preview

Bab 1

Tinjauan Teori Varicella1. Tinjauan Medis

1. DefinisiJune M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).

Sedangkan menurut Adhi Djuanda, varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993).2. Anatomi Fisiologi Organ Kulita. Epidermis (Kutikula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain seperti berikut :

1. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.

Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.

2. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan pengecatan terhadap kulit dan rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna kulit akan menjadi semakin gelap. b. Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur sekitarnya

1. Akar Rambut

Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.

2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.

3. Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.

4. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)

Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.

5. Serabut Saraf

Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.

Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenis3. EtiologiPenyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.4. Epidemiologi

Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Tranmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hati dihitung dari timbulnya gejala kulit.5. Patofisiologi

6. Manifestasi KlinisMasa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional (lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.7. KomplikasiVarisela dapat menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi umumnya pada kulit, pada susunan syaraf pusat, atau sistem pemafasan yang dijumpai. Komplikasi yang paling sering dijumpai pada kulit adalah sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri staphylococcus ataupun streptococcus. Bisa juga dijumpai hemorhagic varicella. Pada susunan syaraf pusat, komplikasi bisa berupa encephalitis, Reyessyndrome asepticmeningitis dan Guillain-Barre Syndrome. Komplikasi pada saluran pemafasan termasuk infeksi virus dan bakteri pencumoni, infeksi saluran nafas atas terutama otitis media. 8. Pengobatana. Pengobatan Simptomatik1. Menghilangkan rasa gatal2. Menurunkan panas (hati-hati pemakaian golongan salicylate dikuatirkan timbul Reyes Syndrome).b. Menjaga kebersihan(1. Terutama pada daerah kuku yang sering digunakan untuk menggaruk2. Kebersihan pakaian3. Pengobatan dengan antivirusc. Pengobatan dengan antivirusPada saat ini acyclovir telah terbukti bermanfaat untuk pengobatan varisela. Acyclovir 9 [(2-hydroxy thonyl) methyl] guanine merupakan chat pilihan. Obat ini dapat digunakan secara oral maupun intravena: Pada kasus dengan komplikasi berat atau dengan gangguan sistem kekebalan, Acyclovir ini dianjurkan untuk diberikan intravena. Sedang pada pemberian oral dapat digunakan pada anak yang tanpa komplikasi. Begitupun harus diingat bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri. 9. Pencegahan1. Isolasi.2. Pemberian VZIG (Varicella-zoster Immune Globulin).3. Pemberian vaksinasi.Pada saat ini telah tersedia vaksin untuk varisela, yaitu Live, Attenuated Varicella Virus Vaccine. Vaksin ini deberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Pada anak usia 12 bulan -12 tahun vaksin dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 mI. Secara rutin vaksinasi ini dianjurkan pada usia 12 -18 bulan. Pemberian dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian vaksinasi lain, seperti vaksinasi MMR (Measles Mumps -Rubella) . Sedangkan pada anak usia = 13 tahun diberikan dosis 0,5 ml, s.c. dengan dua dosis. Jarak pemberian adalah 4-8 minggu.2. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian1. Gejala subyektif berupa keluhan nyeri kepala, anorexia dan malese.2. Pada kulit dan membran mukosa :Lesi dalam berbagai tahap perkembangannya : mulai dari makula eritematosa yang muncul selama 4-5 hari kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta yang dimulai pada badan dan menyebar secara sentrifubal kemuka dan ekstremitas. Lesi dapat pula terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva.3. Suhu : dapat terjadi demam antara 38-39 C2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1. Aktual atau potensial gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan pruritusTujuan: menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh Kriteria Hasil :

1. Pasien melaporkan jaringan kulit membaik

2. Terdapat perbaikan jaringan kulit

3. Tanda tanda vital dalam batas normalIntervensi:1. Observasi lesi kulit setiap hari R : mengetahui perkembangan dari lesi

2. Catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi R : mengidentifikasi tingkat kelembaban kulit3. Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut R : pakaian yang lembut mengurangi gesekan yang berakibat pada parahnya lesi4. Hindarkan lesi dari manipulasi dan tekanan R : tekanan memperparah keadaan lesi5. Jaga kebersihan alat tenun dan pakaian R : kebersihan yang terjaga dapat mengurangi resiko infeksi6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat / terapi topical R : Pengobatan secra topical dapat mempercepat proses penyembuhan kulit7. Anjurkan mandi secara teraturR : menjaga kebersihan diri dapat mengurangi resiko infeksi8. Anjurkan pasien untuk menghindari menggaruk lesiR : menggaruk dapat membuat lesi pecah dan menularkan ke orang lain

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan erupsi dermal dan pruritusTujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

1. Pasien melaporkan adanya penurunan nyeri

2. Pasien menunjukkan upaya pengurangan nyeri

3. Wajah pasien rileks

4. Pasien dapat beristirahat5. Tanda vital normalIntervensi :

1. Gunakan analgetik dan bedak antipruritus. R : Analgetik menghambat reseptor nyeri sehingga nyeri berkurang, bedak antipruritus dapat mencegah timbulnya pruritus lebih banyak2. Pertahankan suhu ruangan tetap sejuk dengan kelembaban yang adekuat.R : Suhu yang sejuk dan lembab dapat menghindarkan dari efek penyakit yang panas

3. Observasi derajat nyeri dan tanda vital

R : mengetahui keparahan nyeri yang timbul dan perkembangan pasien3. Potensial penularan infeksi berhubungan dengan sifat menular dari organismeTujuan : tidak terjadi penularan infeksi

Kriteria hasil :

1. Pasien memahami pencegahan penularan infeksi

2. Pasien melakukan tehnik pencegahan penularan

Intervensi :

Lakukan isolasi (strict isolation) :Prosedur strict isolation :

a. Ruangan tersendiri; pintu harus selalu tertutup. Klien yang terinfeksi karena organisme yang sama dapat ditempatkan dalam ruangan yang sama.b. Gunakan masker, pakaian khusus, dan sarung tangan bagi semua orang yang masuk kedalam ruangan.c. Selalu cuci tangan setelah menyentuh klien atau benda-benda yang kemungkinan terkontaminasi serta sebelum memberikan tindakan kepada klien lain.d. Semua benda-benda yang terkontaminasi dibuang atau dimasukan kedalam tempat khusus dan diberi label sebelum dilakukan dekontaminasi atau diproses ulang kembali3. Evaluasi1) Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal.2) Nyeri berkurang

3) Tidak terjadi komplikasi dan infeksi sekunderBAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1 PENGKAJIAN

A. BIODATA

Identitas pasien

Nama pasien

: An. M

No. Reg : 697463Nama panggilan: An. MUmur

: 5,4 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: TK Diagnosa Medis: Abdominal pain, VaricellaTanggal MRS

: 21 Juli 2011, pukul 16.00 Tanggal Pengkajian: 21 Juli 2011, pukul 18.00Golongan Darah: -

Identitas Orang Tua/penanggung jawab

Nama Ayah : Tn. WUmur : 40 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : PerhutaniPenghasilan : -

Alamat : KediriNama Ibu : Ny. BUmur : 36 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : -

Alamat : Kediri

B. Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan anak rewel karena perut nyeri. Di seluruh tubuh keluar bintik bintik berwarna merah, terasa panas dan nyeri, skala nyeri 3. Sebagian bintik bintik sudah berisi air. C. Riwayat Kesehatan Sekarang

Sejak kemarin hari Selasa tanggal 20 Juli 2011 anak mendadak demam tinggi, lalu muncul bintik bintik di kedua kaki, tangan serta wajah. Anak juga mengeluh perut bagian umbilikal terasa nyeri, anak muntah 4 kali sejak pagi. Sehari kemudian bintik bintik menyebar ke seluruh tubuh. Sebagian kecil bintik bintik sudah berisi cairan membentuk vesikel kecil. Anak dibawa ke IGD RS Baptis Kediri, lalu di rawat inap di GU Ruang Anak sejak hari Rabu tanggal 21 Juli 2011 jam 16.00.D. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Prenatal :

Pada saat hamil ibu pasien periksa rutin ke bidan 1 bulan sekali, selama hamil ibu pasien tidak menderita penyakit kronis/ menular, TT ibu hamil lengkap 5x

Natal :

Pasien lahir normal ditolong oleh bidan, lahir dapat menangis spontan, berat badan waktu lahir 3400 gram, Panjang Badan 50 cm, APGAR Score 7-10

Post Natal :Pasien lahir dengan normal tidak ada kelainan kongenital, asi langsung diminumkanInfant (1bulan 1 tahun) :Pasien tidak mengalami varicella pada usia infant

Toddler (1 3 tahun) :

Pasien pernah mengalami diare ringan pada usia 2 tahun Usia Pra-Sekolah (4 6 tahun) :

Pasien menderita varicella pada usia 5,4 tahunE. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Penyakit-penyakit waktu kecil :

Sebelumnya pasien belum pernah menderita varicella, saat pasien usia 2 tahun pasien pernah terkena diare ringanPernah dirawat di Rumah Sakit :

Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

Penggunaan Obat-obatan :

Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat luar selain dari dokter

Tindakan :

Pasien belum pernah dilakukan operasi sebelumnya

Alergi :

Pasien tidak alergi terhadap obat dan makanan

Kecelakaan :

Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan

F. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Adaptasi Sosial :

1. Hubungan pasien dengan keluarga dan teman baik2. Pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya

Bahasa :

Pasien sudah bisa berbicara lancar dan komunikasi baikMotorik halus :

Pasien mampu memakai baju secara mandiri, mampu menulis huruf A - ZMotorik Kasar :

Pasien mampu beraktivitas secara mandiri, berjalan, berlari, bermain bola, dllKesimpulan dari pemeriksan Tumbuh Kembang Anak

Pasien tidak mengalami gangguan dalam tumbuh kembang, dapat melalui tahap-tahap perkembangan dengan baik

Imunisasi :

Imunisasi lengkap ( BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, Campak )

G. Riwayat Kesehatan Keluarga

Semua anggota keluarga pasien mempunyai riwayat varicella pada saat usia infant sampai usia sekolah. Keluarga tidak ada riwayat penyakit menular ataupun penyakit keturunan seperti asma, jantung, DM ataupu HT

Genogram

Keterangan :

= Laki-laki

= Pasien

= Perempuan

= Hubungan pernikahan

= Tinggal 1 rumah

= Hubungan keturunan

H. Mental Psikologi

Pola interaksi :

Interaksi pasien dan keluarga berjalan baik

Pola kognitif :

Anak mengerti huruf A sampai DPola emosi :

Emosi anak stabil

Konsep diri :

Konsep diri anak baik

Pola pertahanan keluarga :

Keluarga merupakan keluarga yang harmonis

I. Sosial

Kultural :

Anak dan keluarga berada dalam adat budaya jawa

Yang mengasuh anak :

Orang tua

Hubungan dengan anggota keluarga :

Hubungan sosial dan komunikasinya berjalan baik

Hubungan dengan teman sebaya :

Dapat berinteraksi dengan orang lain, suka bermain dengan teman sebaya

Pembawaan Secara Umum :

Pasien anak yang periang dan banyak teman, suka bermain-main

Lingkungan rumah :

Keluarga tinggal di lingkungan masyarakat desa

J. Spiritual

Anak :

Beragama islam, anak belum bisa mengaji, anak bisa melafalkan doa sebelum makan dengan baikOrang tua :

Beragama islam, menjalankan sholat 5 waktu di rumah

K. Pengetahuan Keluarga

Orang tua berpendidikan SLTA, orang tua mengetahui kebutuhan anak untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya

L. Kebutuhan Dasar Neonatus/ Anak

Anak membutuhkan masukan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya serta aspek aspek lain yang mendukung, misalnya rekreasi, olahraga, pendidikan dll

M. Pola Aktivitas Sehari hari

i. Pola nutrisi

Makanan yang disukai/ tidak disukai: pasien mempunyai nafsu makan yang baik, pasien suka memilah milah makanan, pasien tidak suka makan sayurSelera Makan :

Di rumah :

Nafsu makan baik, makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk dan pauk, sejak pagi anak muntah 4 kaliDi RS

:

Nafsu makan menurun, pasien hanya makan setengah porsi yang disediakan. Makan 3 kali sehari dengan diet biasaAlat makan yang digunakan : sendok, piring dan gelas

Jam Makan : Di Rumah: pagi 07.00siang 12.00malam 18.00

Di RS

: pagi 07.00siang 12.00malam 17.00

ii. Pola Tidur

Kebiasaan-kebiasaan sebelum tidur :Pasien biasa menonton TV bersama keluarga sebelum tidurDi Rumah: siang jam 14.00 15.00malam 21.00 06.00

Di RS

: jam tidur tidak tentu 9-10 jam/ hari

iii. Kebersihan diri

Mandi: Di Rumah: 2x/hr sudah mandiri

Di RS

: 2x/hr diseka oleh ibunya

iv. Aktivitas/ Bermain

Di Rumah : Pasien bermain bersama teman-teman dan bersekolah

Di RS : Pasien hanya terbaring lemah di tempat tidur

v. Eliminasi

Di Rumah: BAB 1x/ hari

BAK 3-4x/hr

Di RS

: BAB 1x/ hari, konsistensi lembek

BAK 4x/ harix/hr, warna kuning jernih

N. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Pasien lemah, terpasang IV D NS 500 cc Q 12 Jam di tangan kiri, seluruh tubuh terdapat vesikel kecil dan bintik bintik merah.Tanda-tanda vital

Suhu

: 376 C

Nadi

: 98 x/menit

Tekanan Darah: 130/80 mmHg

Pernafasan

: 24 x/ menit

BB/TB

: 21 kg/ 130 cm

Pemeriksaan Kepala dan Leher

Kepala : simetris,rambut lurus dan pendek, bersih, tidak ada lesi dan benjolan, tidak ada nyeri tekan

Mata

: reflek pupil terhadap cahaya+/+, sklera putih kemerahan

Hidung: simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada sekretMulut : gigi bersih, mukosa bibir kering, tidak ada tanda radangTelinga: simetris, bersih, tidak ada lesi dan serumenLeher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Pemeriksaan Thorak/ Dada

Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi dada saat inspirasi dan ekspirasi sama

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan

Perkusi: suara sonor

Auskultasi: tidak ada suara nafas tambahan ( wheezing, rales, ronchi )

Pemeriksaaan Abdomen

Inspeksi: tidak ada luka/ bekas operasi

Palpasi

: ada nyeri tekan di umbilikal

Perkusi: suara tympani

Auskultasi: bising usus 8x/ menit

Pemeriksaan Genetalia dan anus

Genetalia: bersih tidak ada lesi

Anus

: bersih, tidak ada iritasi

Punggung

Tidak terdapat kelainan bentuk punggung ( Lordosis, Kifosis, Skoliosis )

Pemeriksaan Muskuloskeletal

MMT 5 5

5 5

5 : Gerakan full ROM dengan beban maksimal

4 : Gerakan full ROM dengan beban minimal

3 : Gerakan full ROM, dapat melawan gravitasi tanpa resistance atau tahanan

2 : Gerakan dapat menggerakkan sendi tapi tidak full ROM

1 : Kontraksi otot tidak menimbulkan gerak pada persendian

0 : Tidak ada kontraksi pada otot

Ekstremitas kiri atas terpasang IV D NS 500 cc Q 12 JamPemeriksan Integumen

Kulit : kulit berwarna sawo matang, tekstur kulit halus, turgor kulit menurun, seluruh tubuh di penuhi dengan vesikel kecil dan bintik bintik merah, sewaktu ditanya pasien mengatakan bintik binik terasa panas dan nyeri, skala nyeri 3, akral panas.

Kuku: pendek dan bersih, tidak ada jari tabuh

Pemeriksaan Neurologi

GCS: Reflek mata 4 ( dapat membuka mata spontan )

Reflek bicara 5 ( respon verbal bicara baik )

Reflek motorik 6 ( gerak motorik baik )

Kesadaran komposmetis, orientasi terhadap orang, tempat dan waktu baik

Reflek petela + / +

O. Tes Diagnostik

Lab:

Darah Lengkap ( 21 07 2011 )

WBC 22,62 K/ul

RBC 4.79 K/ul

HGB 11.9 g/dl

HCT 35.1 %

MCV 73.3 fl

MCH 24.8 pg

MCHC 33.9 g/dl

PLT 441 k/ul

LYM 2.3 %

MID 0.5 %

GRAN 3.6 %

K+ 3.23 ME q/L

Na+ 131 mE q/LGlukose sesaat 113

Cl- 109

Calsium 9.51.1 10.9 K/ul

4.20 6.30 M/ul

12.0 18.0 g/dl

37.0 51.0 %

80.0 97.0 fl

26.0 32.0 pg

31.0 36.0 pg

140. 440 K/ul

0.6 4.1 %

0.0 1.8 %

20. 7.8 %

3.6 5.0 ME q/L

136 145 mE q/L