27
TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DERAJAT EMPAT DISUSUN OLEH MALEAKHI PUA 110114014 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN MANADO 2014

ASKEP ULKUS DERAJAT 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

TUGASASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DERAJAT EMPATDISUSUN OLEHMALEAKHI PUA110114014

UNIVERSITAS SAM RATULANGIFAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANMANADO2014

BAB ITINJAUAN TEORIA. DefinisiUlkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetic melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).B. EtiologiFaktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi faktor endogen dan ekstrogen.1. Faktor endogen.a. Genetik, metabolik.b. Angiopati diabetik.c. Neuropati diabetic2. Faktor ekstrogena. Traumab. Infeksic. ObatFaktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 1993)Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus Diabetikum.(Askandar 2001).C. PatofisiologiPenyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).D. Manifestasi KlinisUlkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :1. Pain (nyeri)2. Paleness (kepucatan)3. Paresthesia (kesemutan)4. Pulselessness (denyut nadi hilang)5. Paralysis (lumpuh)Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermitenc. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahatd. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).Smeltzer dan Bare (2001: 1220).Klasifikasi :Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti claw,callus Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.E. Pemeriksaan diagnosticPemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah :1. Pemeriksaan fisika. InspeksiDenervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun, sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toeUlkus tergantung saat ditemukan ( 0 5 )b. Palpasi Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal Klusi arteri dingin,pulsasi ( ) Ulkus :kalus tebal dan keras.

2. Pemeriksaan fisika. Penting pada neuropati untuk cegah ulkusb. Nilon monofilament 10 Gc. Nilai positif : nilon bengkok, tetapi tidak terasad. Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda : spesifisitas (97%), sensitifitas (83%).3. Pemeriksaan vaskulerTes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan.4. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis5. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :a. Pemeriksaan darahPemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.b. UrinePemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c. Kultur pusMengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.F. Penatalaksanaan1. MedisMenurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:a. Obat hiperglikemik oral (OHO).Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan : Pemicu sekresi insulin Penambah sensitivitas terhadap insulin Penghambat glukoneogenesis Penghambat glukosidase alfab. InsulinInsulin diperlukan pada keadaan : Penurunan berat badan yang cepat Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis Ketoasidosis diabetic Gangguan fungsi ginjal atau hati yang beratc. Terapi KombinasiPemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.2. Keperawatana. Penanganan InfeksiUlkus diabetes memungkinkan masuknya bakteri, serta menimbulkan infeksi pada luka. Karena angka kejadian infeksi yang tinggi pada ulkus diabetes, maka diperlukan pendekatan sistemik untuk penilaian yang lengkap. Diagnosis infeksi terutama berdasarkan keadaan klinis seperti eritema, edema, nyeri, lunak, hangat dan keluarnya nanah dari luka. Penentuan derajat infeksi menjadi sangat penting. Menurut The Infectious Diseases Society of America membagi infeksi menjadi 3 kategori, yaitu :infeksi ringan : apabila didapatkan eritema < 2 cm Infeksi sedang: apabila didapatkan eritema > 2 cm Infeksi berat : apabila didapatkan gejala infeksi sistemik.Ulkus diabetes yang terinfeksi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : Non - limb threatening : selulitis < 2 cm dan tidak meluas sampai tulang atau sendi. Limb threatening : selulitis > 2cm dan telah meacapai tulang atau sendi, serta adanya infeksi sistemik.

b. Perawatan LukaPenggunaan balutan yang efeklif dan tepat menjadi bagian yang penting untuk memastikan penanganan ulkus diabetes yang optimal. Pendapat mengenai lingkungan sekitar luka yang bersih dan lembab telah diterima luas. Keuntungan pendekatan ini yaitu mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel, akselerasi angiogenesis, dan memungkinkan interaksi antara faktor pertumbuhan dengan sel target. Pendapat yang menyatakan bahwa keadaan yang lembab dapat meningkatkan kejadian infeksi tidak pernah ditemukan. Beberapa jenis balutan telah banyak digunakan pada perawatan luka serta didesain untuk mencegah infeksi pada ulkus (antibiotika), membantu debridement (enzim), dan mempercepat penyembuhan luka. Balutan basah kering dengan normal salin menjadi standar baku perawatan luka. Selain itu dapat digunakan Platelet Derived Growth Factor (PDGF), dimana akan meningkatkan penyembuhan luka, PDGF telah menunjukan dapat menstimulasi kemotaksis dan mitogenesis neutrofil, fib roblast dan monosit pada proses penyembuhan luka. Penggunaan pengganti kulit/dermis dapat bertindak sebagai balutan biologis, dimana memungkinkan penyaluran faktor pertumbuhan dan komponen matrik esktraseluler. Recombinant Human Platelet Derived Growth Factors (rhPDGF- BB) (beclpermin) adalah satu-satunya faktor pertumbuhan yang disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA). Living skin equivalen (LSE) merupakan pengganti kulit biologis yang disetujui FDA untuk penggunaan pada ulkus diabetes. Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM. Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:c. DietDiet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemakd. LatihanDengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insuline. PemantauanDengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.3. Terapi (jika diperlukan)Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari4. PendidikanTujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri5. Kontrol nutrisi dan metabolikFaktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total6. Stres MekanikPerlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka7. Tindakan BedahBerdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.b. Derajat I V : pengelolaan medik dan bedah minor.

BAB IITINJAUAN ASUHAN KEPERAWATANAsuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ulkus Diabetikum1. PengkajianMenurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi :a. Aktivitas / istirahatGejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram ototTanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, komab. SirkulasiGejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akutTanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekungc. EliminasiGejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomenTanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.d. Makanan/cairanGejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, hausTanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomene. NeurosensoriGejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihanTanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejangf. Nyeri/kenyamananGejala : Nyeri tekan abdomenTanda : Wajah meringis dengan palpitasi

g. PernafasanGejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputumTanda : Lapar udara, frekuensi pernafasanh. SeksualitasGejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanitai. Penyuluhan / pembelajaranGejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, hipertensi

2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darahb. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada daerah lukac. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringand. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada lukae. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasih. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh

3. Intervensi Keperawatana. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah. Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal Kriteria Hasil :- Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis- Kulit sekitar luka teraba hangat- Edema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah- Sensorik dan motorik membaik Intervensi :- Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasiRasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah- Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.- Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.- Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dpaat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien. HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangrene.

b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada daerah luka Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka Kriteria hasil :- Berkurangnya oedema sekitar luka.- Pus dan jaringan berkurang- Adanya jaringan granulasi.- Bau busuk luka berkurang. Intervensi :- Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.- Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan penyakit.c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang Kriteria hasil :- Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau hilang.- Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi nyeri.- Ekspresi wajah klien rileks.- Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 37,5 0C, N: 60 80 x /menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 20 x /menit ). Intervensi :- Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien- Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.- Ciptakan lingkungan yang tenang.Rasional: Rangasang yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.- Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.- Lakukan massage saat rawat luka.Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus.- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal. Kriteria hasil :- Pergerakan paien bertambah luas- Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).- Rasa nyeri berkurang.- Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan. Intervensi :- Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.- Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.- Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai kemampuan.Rasional : Untuk melatih otot otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.- Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.e. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang. Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria hasil :- Berat badan dan tinggi badan ideal.- Pasien mematuhi dietnya.- Kadar gula darah dalam batas normal.- Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia Intervensi :- Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.- Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.- Timbang berat badan setiap seminggu sekali.Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).- Identifikasi perubahan pola makan.Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.- Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah. Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis). Kriteria hasil :- Tanda-tanda infeksi tidak ada.- Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )- Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal. Intervensi :- Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.- Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.- Lakukan perawatan luka secara aseptik.Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.- Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria hasil :- Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.- Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Intervensi :- Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.- Kaji latar belakang pendidikan pasien.Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.- Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secara langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

- Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada/memungkinkan).Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.h. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secara positif. Kriteria hasil :- Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki. Intervensi :- Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.- Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasienRasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.- Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasienRasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.- Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.- Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.- Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

DAFTAR PUSTAKAhttps://www.facebook.com/permalink.php?id=262424539633&story_fbid=10151724777809634http://iizmccandless.wordpress.com/2011/03/01/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-ulkus-diabetikum/http://journal.unair.ac.id/filerPDF/02.%20Perawatan%20Ulkus%20Diabetes.pdf